family folder
DESCRIPTION
Family folder ikmTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada
hampir semua golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh
dunia. Di seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan
menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh
dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi berkisar
antara 6-15% dari total penduduk.1
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor
resiko penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner,
gagal jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan
terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas.1
Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang
dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri
koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.2
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat
pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum
mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortilitas.3
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan
menyajikan masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus yang membahas
mengenai pendekatan kedokteran keluarga pada pasien Hipertensi yang
didapatkan melalui hasil kunjungan rumah (home visit) agar dapat menjadi
bahan masukan kepada penulis dan petugas kesehatan dalam pencegahan,
penanggulangan dan pengobatan pada penyakit hipertensi.
1
2
1.2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Untuk memahami penanganan penyakit hipertensi dengan pendekatan
pelayanan dokter keluarga.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami gaya hidup sehat dalam pengaturan penyakit
hipertensi.
2. Untuk memahami tanda-tanda hipertensi yang sudah
berkomplikasi.
3. Untuk memahami cara pencegahan penyakit hipertensi.
1.3. Manfaat Penulisan
A. Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai sarana untukmeningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat dan dapat mengoptimalisasi peran puskesmas.
B. Manfaat untuk Mahasiswa
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan
kesehatan terhadap suatu penyakit dengan menerapkan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Maryati
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 58 tahun
No. MR :Jamkesmas
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. D.I Pandjaitan, gg. Ratu Rt.33, Plaju
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 22 Desember 2014
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 22 Desember 2014)
Keluhan utama: Kepala terasa berat dan pusing sejak ± 4 hari sebelum
datang berobat ke Puskesmas.
Keluhan tambahan: -
Riwayat perjalanan penyakit :
Sejak ±4 hari sebelum datang berobat ke Puskesmas, os mengaku
nyeri di kepala. Kepala terasa berat namun tidak berputar-putar. Os juga
merasakan tengkuk terasa pegal. Sakit kepala tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Nyeri di kepala ini dirasakan terutama pada kepala
bagian belakang.
Rasa nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang-
kunang, mata kabur, maupun telinga berdengung, demam disangkal. Tidak
4
ada keluhan mual, muntah, perubahan nafsu makan, atau gangguan BAB
dan BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu:
1. Riwayat penyakit jantung disangkal.
2. Riwayat penyakit paru disangkal.
3. Riwayat kencing manis disangkal
4. Riwayat asam urat disangkal
5. Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Ayah dan seorang saudara laki-laki didiagnosis hipertensi.
Riwayat pengobatan
Penderita mengaku sudah mendapatkan pengobatan berkenaan
hipertensi yang dialaminya ±6 bulan yang lalu. Riwayat mengkonsumsi
obat-obatan golongan steroid, NSAID disangkal.
Riwayat Masalah Personal atau Sosial
Perkawinan
Penderita menikah dengan Tn. Ahmad selama 36 tahun. Penderita
dikaruniai 3 orang anak dari pernikahannya.
Perilaku
Kegiatan penderita sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga. Pasien
jarang melakukan olahraga, namun sering menghabiskan waktunya
untuk mengikuti pengajian..
Pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja.
5
Psikososial
Pasien termasuk seorang yang aktif, tidak pernah mengalami kesulitan
dalam bergaul di tempat tinggalnya. Terjalin hubungan yang baik
dengan seluruh anggota keluarga maupun dengan tetangganya.
III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 22 Desember 2014)
STATUS GENERALIKUS
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : frekuensi 88x/menit, reguler, isi tekanan cukup
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7C
Berat Badan : 59 kg
Tinggi :165 cm
Keadaan gizi : baik
KEADAAN SPESIFIK
Kepala :
Mata : konjungtiva palpebrae pucat tidak ada, sklera
ikterik tidak ada, pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+)
Hidung : deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada
Telinga : Meatus akustikus eksternus lapang, secret (-),
membrane timpani intak, refleks cahaya (+)
Tenggorokan : arcus faring simetris, faring hiperemis tidak ada,
uvula di tengah, tonsil T0-T0
Leher : pembesaran KGB tidak ada
Dada : bentuk simetris
6
Jantung : bunyi jantung I dan II (+) normal, HR= 88
x/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler (+) normal,rhonkhi (-/-), wheezing (-/-)
Perut : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas atas : bentuk simetris, akral hangat, edema tidak ada
Ekstremitas bawah : bentuk simetris, akral hangat, edema tidak ada.
IV. RESUME
Ny. M, perempuan 58 tahun, datang ke puskesmas Plaju Palembang
dengan keluhan utama sakit kepala sejak ± 4 hari yang lalu. Kepala terasa
berat namun tidak berputar-putar. Os juga merasakan tengkuk terasa pegal.
Sakit kepala tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri di kepala ini
dirasakan terutama pada kepala bagian belakang.
Rasa nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang-
kunang, mata kabur, maupun telinga berdengung, demam disangkal. Tidak
ada keluhan mual, muntah, perubahan nafsu makan, atau gangguan BAB
dan BAK. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah penderita meningkat yaitu 150/90mmHg.
V. DIAGNOSIS BANDING
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VII. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi Gr. I
7
VIII. PENATALAKSANAAN
a) Promotif
- Memberikan informasi mengenai faktor resiko hipertensi, sehingga
pasien diharapkan dapat memutuskan upaya pencegahan secara
mandiri apa yang akan dilakukan.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit hipertensi tidak dapat
disembuhkan, hanya dapat dikontrol sehingga pasien menyadari
perlunya keteraturan dalam berobat.
b) Preventif
Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat
dilakukkan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah
kondisinya, misalnya :
- Perubahan pola makan yaitu dengan mengkonsumsi makanan kaya
buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh,
penggunaan minyak jelantah, diet rendah garam atau Natrium.
- Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan seperti jalan santai,
bersepeda, atau senan lansia, serta melakukan beberapa aktivitas
fisik,dll, minimal 30 menit sehari.
- Positive thinking untuk mengurangi kecemasan, hindari stress.
- Memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup
c) Kuratif
1. Farmakologis
Jika ternyata pasien menderita hipertensi maka dapat diberikan
agen anti hipertensi seperti diuretik, Calcium Channel Blocker,
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor, Angiotensin II reseptor
inhibitor, Beta Blocker, anti adrenergik, atau vasodilator kerja langsung.
Pada pasien ini untuk menangani hipertensinya diberikan
amlodipine 1x10 mg dan asam mefenamat 3x500mg.
8
2. Non Farmakologis
- Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi
makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi
asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg
- Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6
gram NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg
- Pengendalian stressor-stressor psikososial
- Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30
menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg
- Menghindari penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali
d) Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan anjuran untuk control rutin sebagai
monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk. Adanya kesadaran
pasien untuk minum obat rutin dan lebih baik lagi jika terdapat pendamping
minum obat.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
X. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dikhawatirkan terjadi pada pasien ini adalah tekanan
darah yang tidak terkontrol yang berujung pada stroke, gagal jantung, gagal
ginjal, dll.
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Menurut Joint National Committee 7 (JNC VII) (2003), hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, sedangkan menurut WHO
tahun 1999, hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mm Hg sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada
seseorang yang tidak menggunakan anti hipertensi.4
2.1.2 Epidemiologi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua
golongan masyarakat diseluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita
hipertensi terus bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa
Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,
Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi
berkisar 6-15%.2
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa
adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak
adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita
hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ
tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung),
ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut
sebagai silent killer.2
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena
stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih
besar terkena serangan jantung 4-7 kali. 5
10
2.1.3 Etiologi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder.
Sebanyak 90 % hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya
diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan
hormonal.6
1) Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan
hipertensi essensial (hipertensi primer). Beberapa mekanisme yang
mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah
diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan
patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun
temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan
bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis
hipertensi primer.6,7
2) Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder
dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi
renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular
adalah penyebab sekunder yang paling sering.7 Obat-obat tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi
atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.6,4
2.1.4 Faktor Resiko
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko
yang reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang irreversibel adalah usia,
ras Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi.
Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat
badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung
natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.8
11
1. Usia
Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan
sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik
tidak berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merpakan
jenis hipertensi yang paling ditemukan pada orang tua.8
2. Ras Afrika-Amerika
Hipertensi lebih sering terdapat pada ras AFrika-Amerika
dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras tersebut
biasanya lebih banyak pada golongan sosioekonomi rendah. 8
3. Berat Badan Berlebih
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan utrisi jaringan. Volume darah
meningkat di dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan
dinding arteri.8
4. Kurang Aktivitas
Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut jantung yang
lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung
harus bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada
arteri.8
5. Konsumsi Tinggi Natrium
Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat
menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga
meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan
banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang mengkonsumsi natrium,
maka akan banyak terakumulasi natrium di dalam darah.8
6. Merokok
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding
arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah.8
7. Sindroma Metabolik
12
Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari criteria
terpenuhi: lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm),
gula puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan
tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau
kolesterol HDL <40 mg/dL ,<50 mg/dL pada wanita. Di hipotesiskan
bahwa resistensi insulin mungkin merupakan patofisiologi teradinya
sindroma metabolik.8
2.1.5 Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.7
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah JNC 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99Hipertensi Stadium II ≥160 atau ≥ 100
2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi
Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hipertensi
yang meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen,
bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah.9
Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria,
dan nocturia karena hipokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan
pembesaran jatung kiri, yang dapat menimbulkan gejala sesak napas yang
berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau
hemoragik dari mikroaneurisma.9
13
2.1.7 Patofisiologi
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah
yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan
tonus dari arteri (peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan
besarnya tekanan darah. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac
output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah
faktor tersebut. 10
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac
output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan
cairan (preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf
simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak
meningkat yaiutu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. 10
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi
karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload,
sehingga meningkatkan cardiac output. 10
2.1.8 Penegakan Diagnosis
Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European
Society of Cardiology (ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas:
pemeriksaan tekanan darah, identifikasi faktor resiko, dan pemeriksaan
adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau
menyertai keadaan klinis yang ada.
1) Anamnesis
Dari anamnesis dapat kita peroleh keterangan-keterangan dari
pasien. Pada kasus hipertensi kita dapat memperoleh hal yang penting
dari anamnesis seperti:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
1. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
2. Adanya penyakt ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria,
pemakaian obat – obat analgesic dan obat/bahan lauin
14
3. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
4. Episode lemah otot dan tetani (alosteronisme)
c. Faktor – faktor risiko :
1. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau
keluarga pasien
2. Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya
3. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya
4. Kebiasaan merokok
5. Pola makan
6. Kegemukan
d. Gejala kerusakan organ
1. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, deficit sensoris atau motoris
2. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
3. Ginjal : poliuri, nokturia, hematuria
4. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
2. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
3. Faktor – faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah
dikedua lengan.mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan
neurologi, payah jantung kongestif, diseksiaorta ).Palpasi denyut nadi di
keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menentukan adanya
penyakit penyerta sistemik, yaitu :
a. Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)
15
b. Diabetes (melalui pemeriksaan gula darah)
c. Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus)
2.1.9 Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
penatalaksanaan:12
1. Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan
darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi. Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup.
Tabel 3 Klasifikasi dan Tatalaksana Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi
tekanan darah
TDS
mmHg
TDD
mmHg
Perubahan
gaya hidup
Terapi obat awal
Tanpa Indikasi
yang Memaksa
Dengan Indikasi
yang Memaksa
Normal <120 Dan < 80 Dianjurkan
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89 Ya Tidak ada obat
antihipertensi
yang dianjurkan
Obat-obatan
untuk compelling
indication
Hipertensi
Stadium 1
140-159 Atau 90-99 Diuretika jenis
thiazide untuk
sebagian besar,
dapat
dipertimbangkan
ACEI, ARB,
BB, CCB, atau
kombinasi.
Obat-obatan
untuk compelling
indications.
Obat
antihipertensi
lainnya
(diuretika, ACEI,
ARB, BB, CCB)
16
sesuai kebutuhan
Hipertensi
Stadium 2
160 atau 100 Kombinasi 2
obat untuk
sebagian besar
(umumnya jenis
thiazide dan
ACEI atau ARB
atau (BB atau
CCB)
Obat-obatan
untuk compelling
indications.
Obat
antihipertensi
lainnya
(diuretika, ACEI,
ARB, BB, CCB)
sesuai kebutuhan
Keterangan:
ACEI : Angiotensin converting enzyme inhibitor BB : Beta blocker
ARB : Angiotensin reseptor blocker CCB : Calcium channel blocker
Tabel 4 Indikasi dan Kontra Indikasi Golongan obat antihipertensi
No. GolonganContoh Obat
Indikasi Kontra Indikasi
1 ACE Inhibitor
Captopril Hipertensi ringan-berat, gagal Jantung
Stenosis aorta, gagal ginjal, hamil, laktasi.
2 Beta Blocker
Bisoprolol Terapi hipertensi tunggal ataupun kombinasi
Syok kardiogenik, gagal jantung, sinus bradikardi, AV block
Propanolol terapi hipertensi, angina pectoris, ansietas takikardi, disaritmia jantung, profilaksis AMI
Syok kardiogenik, gagal jantung, sinus bradikardi, AV block
3 Calcium Channel Blocker
Amlodipine Terapi hipertensi lini petama, terapi tunggal ataupun kombinasi, angina pectoris, angina stabil,
Hiperensi berat, sensitif terhadap dihidropiridin, angina tak stabil
Nifedipine Hipertensi, angina pectoris kronik stabil, Infark miokard
Syok KV, hamil & laktasi, infark moikard akut
4 Angiotensin Receptor Blocker
Valsartan Hipertensi, gagal jantung, pasca infark miokard
Gagal hati, sirosis hepatis, obstruksi saluran empedu, hamil & laktasi
17
5 Diuretik Furosemide Edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongertif, sirosis hati, peny. ginjal, terapi tambahan pada edema paru akut, hipertensi.
Gangguan fungsi ginjal, oligouria, anuria, hipokalemia, hiponatremia, hipotensi
HCT (Hydrochlorothiazide)
Deuretik, edema, terapi tambahan pada hipertensi
Anuria, dekompensasi ginjal.
2. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita
hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal
untuk setiap derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam
menurunkan faktor resiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula
menurunkan tekanan darah. Disamping itu diharapkan memperbaiki
efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain karena merupakan upaya
penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek samping minimal.
Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan
penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut:
a)Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9
kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan
berat badan.
b) Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi
makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi
asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg
c)Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram
NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg
d) Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30
menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg
e)Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi
konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki
dan1 gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat
menurunkan TDS 2–4 mmHg
18
2.1.10 Komplikasi
1. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan
kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan
hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran
jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung.9
2. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia> 65 tahun. Pengobatan
pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke
hemorgik.9
3. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering
terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati,
tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika
ada proteinuria. 9
2.1.11 Pencegahan
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara
sebagai berikut:2
1. Mengurangi konsumsi garam.
2. Menghindari kegemukan (obesitas).
3. Membatasi konsumsi lemak.
Olahraga teratur.
4. Makan banyak buah dan sayuran segar.
5. Tidak merokok dan minum alkohol.
6. Latihan relaksasi atau meditasi.
20
PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN
4.1 Genogram Keluarga Ny.M
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki penderita hipertensi
: Pasien (Penderita Hipertensi)
4.2 Analisis hasil home visit (9 Fungsi Keluarga)
21
1. Fungsi holistik
Fungsi holistik merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi
biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
a. Fungsi Biologis
Pada keluarga Ny. M, ada beberapa orang yang menderita
Hipertensi yaitu ayah, saudara laki-laki dan Ny. M sendiri. Ny. M
menyangkal adanya penyakit lainnya.
b. Fungsi Psikologis
Berdasarkan hasil wawancara, keluarga ini menyangkal adanya
kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga Ny. M
menyatakan bahwa terdapat kerjasama yang baik di dalam anggota
keluarga, baik dalam mencari penghasilan maupun dalam mengurus
rumah tangga. Apabila terdapat masalah, maka akan diselesaikan
dengan cara musyawarah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.
c. Fungsi Sosial-Ekonomi
Suami Ny. M bekerja sebagai supir ambulance RS.
Muhammadiyah dan Ny. M adalah ibu rumah tangga. Dua dari tiga
anak Tn. A dan Ny. M adalah perempuan, sedangkan yang terakhir
adalah laki-laki. Anak pertama bekerja sebagai asisten rumah tangga,
anak kedua bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan anak ketiga
masih bersekolah di bangku SMA. Dari sudut pandang ekonomi,
ekonomi Ny. M tergolong sederhana.
Keluarga Ny. M mengaku tidak pernah mengalami konflik
dengan tetangga sekitar dan sering ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan di sekitar rumahnya, seperti membantu memasak untuk
membantu persiapan acara resepsi pernikahan putri tetangga, aktif di
22
dalam mengikuti takziah bila terdapat tetangga yang meninggal. Dari
sudut pandang social, keluarga Ny. M memiliki sosialisasi yang baik.
2. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau
dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
a. Adaptation
Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,
saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama
yang lainnya.
b. Partnership
Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
berbagi informasi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap
masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
c. Growth
Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga
tersebut.
d. Affection
Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
23
e. Resolve
Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi dan
selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan anggota keluarga
lainnya. Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 9,2 dengan
interpretasi Baik. (Data terlampir).
3. Fungsi patologis
Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score, dengan rincian
sebagai berikut.
a. Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik.
b. Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang baik
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
c. Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama yang dianutnya.
d. Economic, status ekonomi keluarga ini cukup.
e. Educational, tingkat pendidikan keluarga ini tergolong kurang. Tn. A
adalah tamatan SMA dan Ny. M adalah tamatan SMP, anak pertama
mereka tamat SMP, anak kedua tamat SMP, dan anak ketiga sedang
bersekolah di jenjang SMA.
f. Medical, keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai dan segera mencari pengobatan ke puskesmas bila
mengalami penurunan kondisi kesehatan.
4. Fungsi hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga maupun antar keluarga
dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik dibuktikan dengan
seringnya keluarga Ny. M berpartisipasi di dalam kegiatan sosial di
lingkungan tempat tinggal.
24
5. Fungsi Keturunan (genogram)
Keluarga Ny. M memiliki penyakit keturunan darah tinggi dari
ayahnya.
6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) – health literacy
Health literacy merupakan kapasitas seseorang untuk memperoleh,
mengolah, dan memahami informasi dan pelayanan kesehatan sehingga ia
dapat membuat keputusan kesehatan terbaik secara mandiri bagi dirinya
sendiri.
Dari hasil wawancara untuk mengetahi health literacy, diperoleh
bahwa keluarga Ny. M telah mengetahui pola makan yang sehat dan pola
hidup bersih (10 indikator pola hidup bersih dan sehat). Namun demikian,
masih terdapat tindakan yang kurang tepat di dalam menghadapi penyakit.
Hal ini tercermin di dalam upaya Ny. M untuk mengobati penyakitnya
sendiri dengan metode yang ia percayai yaitu membeli obat waarun
(bodrex). Hal tersebut membuat kondisi penyakit, semakin parah. Setelah
parah, Ny. M baru pergi ke puskesmas. Pengetahuan dan perilaku
mengenai “mencari pengobatan setelah kondisi “parah” perlu diubah.
Keluarga ini memerlukan penyuluhan dan promosi kesehatan dalam hal
pencegahan primer, yaitu early diagnosis and prompt treatment, agar
dapat menurunkan morbiditas dan mengoptimalkan activity daily living
(ADL).
7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Lingkungan cukup sehat dan para tetangga juga menjalin
kerjasama dengan baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke
tempat pelayanan kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit
tidak terlalu jauh.
25
8. Fungsi indoor
Gambaran lingkungan di dalam rumah sudah memenuhi syarat-
syarat kesehatan, lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi,
sirkulasi udara dan pencahayaan baik, sumber air bersih terjamin, jamban
ada di dalam rumah, pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik.
9. Fungsi outdoor
Gambaran lingkungan di luar rumah sudah cukup baik, jarak
rumah dengan jalan raya cukup jauh, tidak ada kebisingan di sekitar
rumah, jarak rumah dengan sungai juga cukup jauh, demikian pula dengan
tempat pembuangan sampah umum.
4.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan
Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina
kesehatan keluarga Ny. M dapat ditinjau dari beberapa aspek.
a. Diseased-oriented point of view
Dalam rangka tatalaksana penyakit Ny. M berupa hipertensi gr. I,
saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu
penatalaksanaan umum dan khusus. Pada penatalaksanaan umum, saya
menekan pada konsep komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, penyebab penyakit, dan hal-
hal yang dapat memperparah penyakit saya berikan kepada pasien. Saya
juga menekankan pentingnya kepatuhan di dalam penatalaksanaan di
dalam mencapai kesembuhan yang optimal. Penatalaksanaan khusus yang
saya berikan pada Ny. M meliputi obat pengontrol tekanan darah dan
analgetik. Penatalaksanaan yang saya berikan untuk mengontrol tekanan
darah adalah dengan memberikan golongan calcium channel blocker
yaitu amlodipine 10mg. Penatalaksanaan simptomatik saya berikan asam
mefenamat 3x500mg dan saya memberikan edukasi kepada Ny. M untuk
tidak mengkonsumsi obat tersebut jika sakit kepalanya telah berkurang.
26
b. Preventive medicine – point of view
Dalam rangka meningkatkan health literacy pasien, saya
mengedukasi pentingnya pencegahan primer pada pasien. Dan apabila
telah terjadi penyakit, maka segeralah berobat ke puskesmas untuk early
diagnosis and prompt treatment. Hal ini akan mengurangi morbiditas dan
mengoptimalkan activity of daily living (ADL) pasien.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Raised blood pressure; http://www/who.int diakses pada tanggal 28 Desember 2014.
2. Gunawan. 2001. Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia
3. World Health Organization. The World Health Report 2002: riskto Health 2002. Geneva: World Health Organization.
4. Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi dan Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta.
5. National High Blood Presure Education Program. 2004. The seventh Report of The Joint National Comitee onPrevention, Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. U.S Department of Health and Human Services: National Instituesof Health.
6. Soenarta Ann Arieska. 2005. Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia.
7. Sutanto. 2009. Awas & Penyakit Degeneratif. Yogayakarta: Paradigma Indonesia
8. Habermann, Thomas M. Ghosh, Amit K. 2008. Mayo Clinic Internal Medicine concise Textbook. 1st Edition. Canada: mayo foundation for Medical Educaton and Research.
9. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. 2008. Harrison’s principles of Internal Medicine 17th edition. New York: McGrawHill.
10. Kaplan, Norman M. 2006. Kaplan’s clinical Hypertension 9th edition. Philadeplhia, USA: Lippincot William & Wilkins.
11. Horacio J, Nicholas E. 2007. Sodium and Pottasium in the Pathogenesis of Hypertension. N Engl J Med 2007: 356
12. Sustraini, Lanny. 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
29
LAMPIRAN 2
APGAR SCORE
Skor untuk masing-masing kategori adalah :
0 = Jarang/tidak sama sekali
1 = Kadang-kadang
Variabel
Penilaian
APGAR
Ayah
APGAR
Ibu
APGAR
Anak I
APGAR
Anak II
APGAR Anak
III
Adaptation 2 2 2 2 2
Partnership 2 2 2 1 2
Growth 2 1 2 2 2
Affection 2 2 2 2 1
Resolve 2 2 1 2 2
Total 10 9 9 9 9
2 = Sering/selalu
Tiga kategori penilaian yaitu :
≤ 5 = Kurang
6-7 = Cukup
8-10 = Baik
Rata-rata APGAR score pada keluarga ini = 9,2 (Baik)
30
LAMPIRAN 3
SCREEM SCORE
Variabel Penilaian Penilaian
Social Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup
baik.
Culture Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan
yang baik terhadap budaya, tata karma, dan perhatian
terhadap sopan santun.
Religious Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Economic Status ekonomi keluarga ini cukup.
Educational Tingkat pendidikan keluarga ini tergolong kurang.
Tn. A merupakan tamatan SMA dan Ny. M adalah
tamatan SMP, anak pertama mereka tamat SMP,
anak kedua tamat SMP, sedangkan anak ketiga
bersekolah di SMA.
Medical Keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan
kesehatan yang memadai.