family folder

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi berkisar antara 6-15% dari total penduduk. 1 Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas. 1 Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. 2 1

Upload: nadiaappnorman

Post on 07-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Family folder ikm

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada

hampir semua golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh

dunia. Di seluruh dunia , peningkatan tekanan darah diperkirakan

menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh

dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi berkisar

antara 6-15% dari total penduduk.1

Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat

mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor

resiko penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung koroner,

gagal jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat, akan

terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer

karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang khas.1

Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang

dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri

koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.2

Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal,

antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat

pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum

mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat

meningkatkan morbiditas dan mortilitas.3

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan

menyajikan masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus yang membahas

mengenai pendekatan kedokteran keluarga pada pasien Hipertensi yang

didapatkan melalui hasil kunjungan rumah (home visit) agar dapat menjadi

bahan masukan kepada penulis dan petugas kesehatan dalam pencegahan,

penanggulangan dan pengobatan pada penyakit hipertensi.

1

2

1.2. Tujuan Penulisan

A. Tujuan Umum

Untuk memahami penanganan penyakit hipertensi dengan pendekatan

pelayanan dokter keluarga.

B. Tujuan Khusus

1. Untuk memahami gaya hidup sehat dalam pengaturan penyakit

hipertensi.

2. Untuk memahami tanda-tanda hipertensi yang sudah

berkomplikasi.

3. Untuk memahami cara pencegahan penyakit hipertensi.

1.3. Manfaat Penulisan

A. Manfaat untuk Puskesmas

Sebagai sarana untukmeningkatkan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat dan dapat mengoptimalisasi peran puskesmas.

B. Manfaat untuk Mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan

kesehatan terhadap suatu penyakit dengan menerapkan prinsip-prinsip

kedokteran keluarga.

3

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Maryati

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 58 tahun

No. MR :Jamkesmas

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

Alamat : Jl. D.I Pandjaitan, gg. Ratu Rt.33, Plaju

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan : 22 Desember 2014

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 22 Desember 2014)

Keluhan utama: Kepala terasa berat dan pusing sejak ± 4 hari sebelum

datang berobat ke Puskesmas.

Keluhan tambahan: -

Riwayat perjalanan penyakit :

Sejak ±4 hari sebelum datang berobat ke Puskesmas, os mengaku

nyeri di kepala. Kepala terasa berat namun tidak berputar-putar. Os juga

merasakan tengkuk terasa pegal. Sakit kepala tidak dipengaruhi oleh

perubahan posisi. Nyeri di kepala ini dirasakan terutama pada kepala

bagian belakang.

Rasa nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang-

kunang, mata kabur, maupun telinga berdengung, demam disangkal. Tidak

4

ada keluhan mual, muntah, perubahan nafsu makan, atau gangguan BAB

dan BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu:

1. Riwayat penyakit jantung disangkal.

2. Riwayat penyakit paru disangkal.

3. Riwayat kencing manis disangkal

4. Riwayat asam urat disangkal

5. Riwayat penyakit ginjal disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Ayah dan seorang saudara laki-laki didiagnosis hipertensi.

Riwayat pengobatan

Penderita mengaku sudah mendapatkan pengobatan berkenaan

hipertensi yang dialaminya ±6 bulan yang lalu. Riwayat mengkonsumsi

obat-obatan golongan steroid, NSAID disangkal.

Riwayat Masalah Personal atau Sosial

Perkawinan

Penderita menikah dengan Tn. Ahmad selama 36 tahun. Penderita

dikaruniai 3 orang anak dari pernikahannya.

Perilaku

Kegiatan penderita sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga. Pasien

jarang melakukan olahraga, namun sering menghabiskan waktunya

untuk mengikuti pengajian..

Pekerjaan

Pasien saat ini tidak bekerja.

5

Psikososial

Pasien termasuk seorang yang aktif, tidak pernah mengalami kesulitan

dalam bergaul di tempat tinggalnya. Terjalin hubungan yang baik

dengan seluruh anggota keluarga maupun dengan tetangganya.

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 22 Desember 2014)

STATUS GENERALIKUS

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Sensorium : compos mentis

Tekanan darah : 150/90 mmHg

Nadi : frekuensi 88x/menit, reguler, isi tekanan cukup

Frekuensi pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7C

Berat Badan : 59 kg

Tinggi :165 cm

Keadaan gizi : baik

KEADAAN SPESIFIK

Kepala :

Mata : konjungtiva palpebrae pucat tidak ada, sklera

ikterik tidak ada, pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya

(+/+)

Hidung : deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada

Telinga : Meatus akustikus eksternus lapang, secret (-),

membrane timpani intak, refleks cahaya (+)

Tenggorokan : arcus faring simetris, faring hiperemis tidak ada,

uvula di tengah, tonsil T0-T0

Leher : pembesaran KGB tidak ada

Dada : bentuk simetris

6

Jantung : bunyi jantung I dan II (+) normal, HR= 88

x/menit, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler (+) normal,rhonkhi (-/-), wheezing (-/-)

Perut : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising

usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas atas : bentuk simetris, akral hangat, edema tidak ada

Ekstremitas bawah : bentuk simetris, akral hangat, edema tidak ada.

IV. RESUME

Ny. M, perempuan 58 tahun, datang ke puskesmas Plaju Palembang

dengan keluhan utama sakit kepala sejak ± 4 hari yang lalu. Kepala terasa

berat namun tidak berputar-putar. Os juga merasakan tengkuk terasa pegal.

Sakit kepala tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri di kepala ini

dirasakan terutama pada kepala bagian belakang.

Rasa nyeri kepala tidak diikuti dengan keluhan mata berkunang-

kunang, mata kabur, maupun telinga berdengung, demam disangkal. Tidak

ada keluhan mual, muntah, perubahan nafsu makan, atau gangguan BAB

dan BAK. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan

darah penderita meningkat yaitu 150/90mmHg.

V. DIAGNOSIS BANDING

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

VII. DIAGNOSIS KERJA

Hipertensi Gr. I

7

VIII. PENATALAKSANAAN

a) Promotif

- Memberikan informasi mengenai faktor resiko hipertensi, sehingga

pasien diharapkan dapat memutuskan upaya pencegahan secara

mandiri apa yang akan dilakukan.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit hipertensi tidak dapat

disembuhkan, hanya dapat dikontrol sehingga pasien menyadari

perlunya keteraturan dalam berobat.

b) Preventif

Memberikan informasi mengenai upaya pencegahan yang dapat

dilakukkan sehingga tidak mencetuskan dan tidak memperparah

kondisinya, misalnya :

- Perubahan pola makan yaitu dengan mengkonsumsi makanan kaya

buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh,

penggunaan minyak jelantah, diet rendah garam atau Natrium.

- Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan seperti jalan santai,

bersepeda, atau senan lansia, serta melakukan beberapa aktivitas

fisik,dll, minimal 30 menit sehari.

- Positive thinking untuk mengurangi kecemasan, hindari stress.

- Memanfaatkan waktu luang untuk istirahat cukup

c) Kuratif

1. Farmakologis

Jika ternyata pasien menderita hipertensi maka dapat diberikan

agen anti hipertensi seperti diuretik, Calcium Channel Blocker,

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor, Angiotensin II reseptor

inhibitor, Beta Blocker, anti adrenergik, atau vasodilator kerja langsung.

Pada pasien ini untuk menangani hipertensinya diberikan

amlodipine 1x10 mg dan asam mefenamat 3x500mg.

8

2. Non Farmakologis

- Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi

makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi

asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg

- Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6

gram NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg

- Pengendalian stressor-stressor psikososial

- Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30

menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg

- Menghindari penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali

d) Rehabilitatif

Istirahat yang cukup dan anjuran untuk control rutin sebagai

monitoring untuk mencegah keadaan yang lebih buruk. Adanya kesadaran

pasien untuk minum obat rutin dan lebih baik lagi jika terdapat pendamping

minum obat.

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dikhawatirkan terjadi pada pasien ini adalah tekanan

darah yang tidak terkontrol yang berujung pada stroke, gagal jantung, gagal

ginjal, dll.

9

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Menurut Joint National Committee 7 (JNC VII) (2003), hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau

tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, sedangkan menurut WHO

tahun 1999, hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140

mm Hg sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada

seseorang yang tidak menggunakan anti hipertensi.4

2.1.2 Epidemiologi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua

golongan masyarakat diseluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita

hipertensi terus bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa

Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,

Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi

berkisar 6-15%.2

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa

adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak

adanya gejala atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita

hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat merusak organ

tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung),

ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut

sebagai silent killer.2

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang

tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena

stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih

besar terkena serangan jantung 4-7 kali. 5

10

2.1.3 Etiologi

Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder.

Sebanyak 90 % hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya

diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan

hormonal.6

1) Hipertensi primer (essensial)

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan

hipertensi essensial (hipertensi primer). Beberapa mekanisme yang

mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah

diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan

patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun

temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan

bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis

hipertensi primer.6,7

2) Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder

dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi

renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular

adalah penyebab sekunder yang paling sering.7 Obat-obat tertentu,

baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi

atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.6,4

2.1.4 Faktor Resiko

Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko

yang reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang irreversibel adalah usia,

ras Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi.

Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat

badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung

natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.8

11

1. Usia

Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan

sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik

tidak berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merpakan

jenis hipertensi yang paling ditemukan pada orang tua.8

2. Ras Afrika-Amerika

Hipertensi lebih sering terdapat pada ras AFrika-Amerika

dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras tersebut

biasanya lebih banyak pada golongan sosioekonomi rendah. 8

3. Berat Badan Berlebih

Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan utrisi jaringan. Volume darah

meningkat di dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan

dinding arteri.8

4. Kurang Aktivitas

Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut jantung yang

lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung

harus bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada

arteri.8

5. Konsumsi Tinggi Natrium

Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat

menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga

meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan

banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang mengkonsumsi natrium,

maka akan banyak terakumulasi natrium di dalam darah.8

6. Merokok

Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding

arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat

meningkatkan tekanan darah.8

7. Sindroma Metabolik

12

Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari criteria

terpenuhi: lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm),

gula puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan

tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau

kolesterol HDL <40 mg/dL ,<50 mg/dL pada wanita. Di hipotesiskan

bahwa resistensi insulin mungkin merupakan patofisiologi teradinya

sindroma metabolik.8

2.1.5 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok

normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.7

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah JNC 7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99Hipertensi Stadium II ≥160 atau ≥ 100

2.1.6 Manifestasi Klinis Hipertensi

Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hipertensi

yang meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen,

bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah.9

Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria,

dan nocturia karena hipokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan

pembesaran jatung kiri, yang dapat menimbulkan gejala sesak napas yang

berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal nocturnal dyspnea.

Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau

hemoragik dari mikroaneurisma.9

13

2.1.7 Patofisiologi

Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah

yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan

tonus dari arteri (peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan

besarnya tekanan darah. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac

output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah

faktor tersebut. 10

Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac

output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan

cairan (preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf

simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak

meningkat yaiutu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. 10

Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi

karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload,

sehingga meningkatkan cardiac output. 10

2.1.8 Penegakan Diagnosis

Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European

Society of Cardiology (ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas:

pemeriksaan tekanan darah, identifikasi faktor resiko, dan pemeriksaan

adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau

menyertai keadaan klinis yang ada.

1) Anamnesis

Dari anamnesis dapat kita peroleh keterangan-keterangan dari

pasien. Pada kasus hipertensi kita dapat memperoleh hal yang penting

dari anamnesis seperti:

a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

1. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)

2. Adanya penyakt ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria,

pemakaian obat – obat analgesic dan obat/bahan lauin

14

3. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi

(feokromositoma)

4. Episode lemah otot dan tetani (alosteronisme)

c. Faktor – faktor risiko :

1. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau

keluarga pasien

2. Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya

3. Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarganya

4. Kebiasaan merokok

5. Pola makan

6. Kegemukan

d. Gejala kerusakan organ

1. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,

transient ischemic attacks, deficit sensoris atau motoris

2. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki

3. Ginjal : poliuri, nokturia, hematuria

4. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten

2. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

3. Faktor – faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah

dikedua lengan.mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan

neurologi, payah jantung kongestif, diseksiaorta ).Palpasi denyut nadi di

keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit

pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menentukan adanya

penyakit penyerta sistemik, yaitu :

a. Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak)

15

b. Diabetes (melalui pemeriksaan gula darah)

c. Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta

memperkirakan laju filtrasi glomerulus)

2.1.9 Penatalaksanaan

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis

penatalaksanaan:12

1. Penatalaksanaan Farmakologis

Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan

darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

komplikasi. Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan

kemungkinan besar untuk seumur hidup.

Tabel 3 Klasifikasi dan Tatalaksana Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi

tekanan darah

TDS

mmHg

TDD

mmHg

Perubahan

gaya hidup

Terapi obat awal

Tanpa Indikasi

yang Memaksa

Dengan Indikasi

yang Memaksa

Normal <120 Dan < 80 Dianjurkan

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89 Ya Tidak ada obat

antihipertensi

yang dianjurkan

Obat-obatan

untuk compelling

indication

Hipertensi

Stadium 1

140-159 Atau 90-99 Diuretika jenis

thiazide untuk

sebagian besar,

dapat

dipertimbangkan

ACEI, ARB,

BB, CCB, atau

kombinasi.

Obat-obatan

untuk compelling

indications.

Obat

antihipertensi

lainnya

(diuretika, ACEI,

ARB, BB, CCB)

16

sesuai kebutuhan

Hipertensi

Stadium 2

160 atau 100 Kombinasi 2

obat untuk

sebagian besar

(umumnya jenis

thiazide dan

ACEI atau ARB

atau (BB atau

CCB)

Obat-obatan

untuk compelling

indications.

Obat

antihipertensi

lainnya

(diuretika, ACEI,

ARB, BB, CCB)

sesuai kebutuhan

Keterangan:

ACEI : Angiotensin converting enzyme inhibitor BB : Beta blocker

ARB : Angiotensin reseptor blocker CCB : Calcium channel blocker

Tabel 4 Indikasi dan Kontra Indikasi Golongan obat antihipertensi

No. GolonganContoh Obat

Indikasi Kontra Indikasi

1 ACE Inhibitor

Captopril Hipertensi ringan-berat, gagal Jantung

Stenosis aorta, gagal ginjal, hamil, laktasi.

2 Beta Blocker

Bisoprolol Terapi hipertensi tunggal ataupun kombinasi

Syok kardiogenik, gagal jantung, sinus bradikardi, AV block

Propanolol terapi hipertensi, angina pectoris, ansietas takikardi, disaritmia jantung, profilaksis AMI

Syok kardiogenik, gagal jantung, sinus bradikardi, AV block

3 Calcium Channel Blocker

Amlodipine Terapi hipertensi lini petama, terapi tunggal ataupun kombinasi, angina pectoris, angina stabil,

Hiperensi berat, sensitif terhadap dihidropiridin, angina tak stabil

Nifedipine Hipertensi, angina pectoris kronik stabil, Infark miokard

Syok KV, hamil & laktasi, infark moikard akut

4 Angiotensin Receptor Blocker

Valsartan Hipertensi, gagal jantung, pasca infark miokard

Gagal hati, sirosis hepatis, obstruksi saluran empedu, hamil & laktasi

17

5 Diuretik Furosemide Edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongertif, sirosis hati, peny. ginjal, terapi tambahan pada edema paru akut, hipertensi.

Gangguan fungsi ginjal, oligouria, anuria, hipokalemia, hiponatremia, hipotensi

HCT (Hydrochlorothiazide)

Deuretik, edema, terapi tambahan pada hipertensi

Anuria, dekompensasi ginjal.

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita

hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal

untuk setiap derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam

menurunkan faktor resiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula

menurunkan tekanan darah. Disamping itu diharapkan memperbaiki

efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain karena merupakan upaya

penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek samping minimal.

Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan

penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut:

a)Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9

kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan

berat badan.

b) Diet dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi

makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi

asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg

c)Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram

NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg

d) Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30

menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg

e)Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi

konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki

dan1 gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat

menurunkan TDS 2–4 mmHg

18

2.1.10 Komplikasi

1. Jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan

kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan

hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran

jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung.9

2. Otak

Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan

hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena

hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan

peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia> 65 tahun. Pengobatan

pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke

hemorgik.9

3. Ginjal

Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering

terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati,

tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika

ada proteinuria. 9

2.1.11 Pencegahan

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara

sebagai berikut:2

1. Mengurangi konsumsi garam.

2. Menghindari kegemukan (obesitas).

3. Membatasi konsumsi lemak.

Olahraga teratur.

4. Makan banyak buah dan sayuran segar.

5. Tidak merokok dan minum alkohol.

6. Latihan relaksasi atau meditasi.

19

7. Berusaha membina hidup yang positif.

BAB IV

20

PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN

4.1 Genogram Keluarga Ny.M

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: laki-laki penderita hipertensi

: Pasien (Penderita Hipertensi)

4.2 Analisis hasil home visit (9 Fungsi Keluarga)

21

1. Fungsi holistik

Fungsi holistik merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi

biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.

a. Fungsi Biologis

Pada keluarga Ny. M, ada beberapa orang yang menderita

Hipertensi yaitu ayah, saudara laki-laki dan Ny. M sendiri. Ny. M

menyangkal adanya penyakit lainnya.

b. Fungsi Psikologis

Berdasarkan hasil wawancara, keluarga ini menyangkal adanya

kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Keluarga Ny. M

menyatakan bahwa terdapat kerjasama yang baik di dalam anggota

keluarga, baik dalam mencari penghasilan maupun dalam mengurus

rumah tangga. Apabila terdapat masalah, maka akan diselesaikan

dengan cara musyawarah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa fungsi psikologis keluarga ini berjalan dengan baik.

c. Fungsi Sosial-Ekonomi

Suami Ny. M bekerja sebagai supir ambulance RS.

Muhammadiyah dan Ny. M adalah ibu rumah tangga. Dua dari tiga

anak Tn. A dan Ny. M adalah perempuan, sedangkan yang terakhir

adalah laki-laki. Anak pertama bekerja sebagai asisten rumah tangga,

anak kedua bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan anak ketiga

masih bersekolah di bangku SMA. Dari sudut pandang ekonomi,

ekonomi Ny. M tergolong sederhana.

Keluarga Ny. M mengaku tidak pernah mengalami konflik

dengan tetangga sekitar dan sering ikut berpartisipasi di dalam

kegiatan di sekitar rumahnya, seperti membantu memasak untuk

membantu persiapan acara resepsi pernikahan putri tetangga, aktif di

22

dalam mengikuti takziah bila terdapat tetangga yang meninggal. Dari

sudut pandang social, keluarga Ny. M memiliki sosialisasi yang baik.

2. Fungsi fisiologis

Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR

score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau

dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan

anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

a. Adaptation

Keluarga ini mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga,

saling mendukung, saling menerima, dan memberikan saran satu sama

yang lainnya.

b. Partnership

Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling

berbagi informasi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap

masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

c. Growth

Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota

keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga

tersebut.

d. Affection

Interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini

sudah terjalin dengan cukup baik.

23

e. Resolve

Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang sangat tinggi dan

selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan anggota keluarga

lainnya. Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 9,2 dengan

interpretasi Baik. (Data terlampir).

3. Fungsi patologis

Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score, dengan rincian

sebagai berikut.

a. Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup baik.

b. Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang baik

terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.

c. Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan

ajaran agama yang dianutnya.

d. Economic, status ekonomi keluarga ini cukup.

e. Educational, tingkat pendidikan keluarga ini tergolong kurang. Tn. A

adalah tamatan SMA dan Ny. M adalah tamatan SMP, anak pertama

mereka tamat SMP, anak kedua tamat SMP, dan anak ketiga sedang

bersekolah di jenjang SMA.

f. Medical, keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan kesehatan

yang memadai dan segera mencari pengobatan ke puskesmas bila

mengalami penurunan kondisi kesehatan.

4. Fungsi hubungan antarmanusia

Hubungan interaksi antar anggota keluarga maupun antar keluarga

dengan masyarakat sekitar sudah terjalin dengan baik dibuktikan dengan

seringnya keluarga Ny. M berpartisipasi di dalam kegiatan sosial di

lingkungan tempat tinggal.

24

5. Fungsi Keturunan (genogram)

Keluarga Ny. M memiliki penyakit keturunan darah tinggi dari

ayahnya.

6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) – health literacy

Health literacy merupakan kapasitas seseorang untuk memperoleh,

mengolah, dan memahami informasi dan pelayanan kesehatan sehingga ia

dapat membuat keputusan kesehatan terbaik secara mandiri bagi dirinya

sendiri.

Dari hasil wawancara untuk mengetahi health literacy, diperoleh

bahwa keluarga Ny. M telah mengetahui pola makan yang sehat dan pola

hidup bersih (10 indikator pola hidup bersih dan sehat). Namun demikian,

masih terdapat tindakan yang kurang tepat di dalam menghadapi penyakit.

Hal ini tercermin di dalam upaya Ny. M untuk mengobati penyakitnya

sendiri dengan metode yang ia percayai yaitu membeli obat waarun

(bodrex). Hal tersebut membuat kondisi penyakit, semakin parah. Setelah

parah, Ny. M baru pergi ke puskesmas. Pengetahuan dan perilaku

mengenai “mencari pengobatan setelah kondisi “parah” perlu diubah.

Keluarga ini memerlukan penyuluhan dan promosi kesehatan dalam hal

pencegahan primer, yaitu early diagnosis and prompt treatment, agar

dapat menurunkan morbiditas dan mengoptimalkan activity daily living

(ADL).

7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)

Lingkungan cukup sehat dan para tetangga juga menjalin

kerjasama dengan baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke

tempat pelayanan kesehatan, jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit

tidak terlalu jauh.

25

8. Fungsi indoor

Gambaran lingkungan di dalam rumah sudah memenuhi syarat-

syarat kesehatan, lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi,

sirkulasi udara dan pencahayaan baik, sumber air bersih terjamin, jamban

ada di dalam rumah, pengelolaan sampah dan limbah sudah cukup baik.

9. Fungsi outdoor

Gambaran lingkungan di luar rumah sudah cukup baik, jarak

rumah dengan jalan raya cukup jauh, tidak ada kebisingan di sekitar

rumah, jarak rumah dengan sungai juga cukup jauh, demikian pula dengan

tempat pembuangan sampah umum.

4.3 Upaya Pencegahan dan Pembinaan

Upaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina

kesehatan keluarga Ny. M dapat ditinjau dari beberapa aspek.

a. Diseased-oriented point of view

Dalam rangka tatalaksana penyakit Ny. M berupa hipertensi gr. I,

saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu

penatalaksanaan umum dan khusus. Pada penatalaksanaan umum, saya

menekan pada konsep komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, penyebab penyakit, dan hal-

hal yang dapat memperparah penyakit saya berikan kepada pasien. Saya

juga menekankan pentingnya kepatuhan di dalam penatalaksanaan di

dalam mencapai kesembuhan yang optimal. Penatalaksanaan khusus yang

saya berikan pada Ny. M meliputi obat pengontrol tekanan darah dan

analgetik. Penatalaksanaan yang saya berikan untuk mengontrol tekanan

darah adalah dengan memberikan golongan calcium channel blocker

yaitu amlodipine 10mg. Penatalaksanaan simptomatik saya berikan asam

mefenamat 3x500mg dan saya memberikan edukasi kepada Ny. M untuk

tidak mengkonsumsi obat tersebut jika sakit kepalanya telah berkurang.

26

b. Preventive medicine – point of view

Dalam rangka meningkatkan health literacy pasien, saya

mengedukasi pentingnya pencegahan primer pada pasien. Dan apabila

telah terjadi penyakit, maka segeralah berobat ke puskesmas untuk early

diagnosis and prompt treatment. Hal ini akan mengurangi morbiditas dan

mengoptimalkan activity of daily living (ADL) pasien.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Raised blood pressure; http://www/who.int diakses pada tanggal 28 Desember 2014.

2. Gunawan. 2001. Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia

3. World Health Organization. The World Health Report 2002: riskto Health 2002. Geneva: World Health Organization.

4. Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi dan Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta.

5. National High Blood Presure Education Program. 2004. The seventh Report of The Joint National Comitee onPrevention, Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. U.S Department of Health and Human Services: National Instituesof Health.

6. Soenarta Ann Arieska. 2005. Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia.

7. Sutanto. 2009. Awas & Penyakit Degeneratif. Yogayakarta: Paradigma Indonesia

8. Habermann, Thomas M. Ghosh, Amit K. 2008. Mayo Clinic Internal Medicine concise Textbook. 1st Edition. Canada: mayo foundation for Medical Educaton and Research.

9. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. 2008. Harrison’s principles of Internal Medicine 17th edition. New York: McGrawHill.

10. Kaplan, Norman M. 2006. Kaplan’s clinical Hypertension 9th edition. Philadeplhia, USA: Lippincot William & Wilkins.

11. Horacio J, Nicholas E. 2007. Sodium and Pottasium in the Pathogenesis of Hypertension. N Engl J Med 2007: 356

12. Sustraini, Lanny. 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

28

LAMPIRAN 1

DENAH RUMAH

WC Kamar Kamar

Dapur

Ruang

Tamu

Kamar

29

LAMPIRAN 2

APGAR SCORE

Skor untuk masing-masing kategori adalah :

0 = Jarang/tidak sama sekali

1 = Kadang-kadang

Variabel

Penilaian

APGAR

Ayah

APGAR

Ibu

APGAR

Anak I

APGAR

Anak II

APGAR Anak

III

Adaptation 2 2 2 2 2

Partnership 2 2 2 1 2

Growth 2 1 2 2 2

Affection 2 2 2 2 1

Resolve 2 2 1 2 2

Total 10 9 9 9 9

2 = Sering/selalu

Tiga kategori penilaian yaitu :

≤ 5 = Kurang

6-7 = Cukup

8-10 = Baik

Rata-rata APGAR score pada keluarga ini = 9,2 (Baik)

30

LAMPIRAN 3

SCREEM SCORE

Variabel Penilaian Penilaian

Social Interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar cukup

baik.

Culture Keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan

yang baik terhadap budaya, tata karma, dan perhatian

terhadap sopan santun.

Religious Keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai

dengan ajaran agama yang dianutnya.

Economic Status ekonomi keluarga ini cukup.

Educational Tingkat pendidikan keluarga ini tergolong kurang.

Tn. A merupakan tamatan SMA dan Ny. M adalah

tamatan SMP, anak pertama mereka tamat SMP,

anak kedua tamat SMP, sedangkan anak ketiga

bersekolah di SMA.

Medical Keluarga ini tergolong cukup mendapat pelayanan

kesehatan yang memadai.