family folder
DESCRIPTION
Family FolderTRANSCRIPT
SEORANG WANITA USIA 50 TAHUN DENGAN DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI
Jasmine Ariesta 030.10.139
Lidya Christy 030.10.161
Tri Handayani 030.10.269
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang• Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013, didapatkan
proporsi diabetes mellitus pada Riskesdas meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007.
• Menurut penelitian yang dilakukan Ezzati M, et al, tekanan darah merupakan faktor risiko terpenting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler di dunia, yakni 45% dari angka morbiditas dan mortalitas.
1.2 Rumusan Masalah• Mengetahui hasil family folder pada kasus diabetes mellitus dan hipertensi di
Puskesmas Kelurahan Pela Mampang II
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1.Tujuan Umum • Untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan hasil family folder
pada salah satu keluarga di Puskesmas Kelurahan Pela Mampang II.
1.3.2.Tujuan Khusus • Yang menjadi tujuan khusus dalam family folder ini adalah• i. Untuk mengetahui faktor resiko yang terdapat pada keluarga.• ii. Untuk mengetahui fungsi biologis, psikologis dan sosial keluarga.• iii. Untuk memberikan intervensi yang bisa diterapkan oleh keluarga.
1.4 Manfaat Penelitian• 1.4.1 Bagi Puskesmas
• Manfaat bagi Puskesmas yaitu dapat membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyesaian terhadap masalah tersebut. Kegiatan ini dapat membantu Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan perorangan.
• 1.4.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien• Pasien dan keluarga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya berserta
penanganannya sehingga pasien dan keluarga mengerti dan menerapkan masukan yang telah diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga pasien.
• 1.4.3 Bagi Mahasiswa
• Manfaat family folder ini bagi mahasiswa yaitu untuk melatih kemampuan menganalisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan pada pasien dan keluarga pasien.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIABETES MELLITUS
2.1.1 Definisi• Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat defek pada:
• Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa hepatik) dan jaringan di jaringan perrifer (otot dan lemak)
• Sekresi insulin oleh sel beta pankreas• atau keduanya
2.1.2 Klasifikasi• Diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori klinis:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
• Melalui proses imunologik• Idiopatik
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resitensi insulin)
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain
4. Diabetes Kehamilan
2.1.3 Epidemiologi
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013: prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2,1% & meningkat seiring bertambahnya umur namun menurun setelah usia di atas 65 tahun.
Dari tahun 2007-2013 terjadi peningkatan prevalensi dari 1,1%.
2.1.4 Diagnosis
No. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus
1. Kadar A1C ≥ 6,5%. Uji kadar A1C harus dilakukan pada laboratorium yang menggunakan metode yang
sudah tersetifikasi NGSP dan dan terstandarisasi DCCT assay.*
Atau
2. Glukosa Plasma Puasa ≥ 126g/dl (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
setidaknya 8 jam.*
Atau
3. Glukosa plasma 2 jam ≥ 200mg/dL (11,1 mmol/) pada TTGO. TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam
air.*
Atau
4. Gejala klasik DM (hiperglikemia atau krisis hiperglikemik) + glukosa plasma puasa ≥ 200g/dL (11,1
mmol/L).
*Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang, apabila tidak terdapat gejala khas hiperglikemia
2.1.5 Patogenesis• Pada DM tipe 1 atau yang disebut IDDM (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus) terjadi ketiadaan insulin yang mutlak, sehingga penderita membutuhkan pasokan insulin dari luar. Kondisi ini disebabkan karena adanya lesi pada sel beta pankreas. Pembentukan lesi ini disebabkan karena mekanisme gangguan autoimun dan infeksi virus yang terlibat dalam kerusakan sel-sel beta.
• Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang progresif, dimulai dengan resistensi insulin yang mengarah ke peningkatan produksi glukosa hepatik dan berakhir dengan kerusakan sel beta. Resistensi insulin didefinisikan sebagai ketidakmampuan jaringan target seperti otot dan jaringan adiposa untuk merespon sekresi insulin endogen dalam tubuh.
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Edukasi• pola makan sehat• meningkatkan kegiatan jasmani• menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan
khusus secara aman dan teratur• melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)• melakukan perawatan kaki secara berkala• memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi
keadaan sakit akut dengan tepat• mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
b. Terapi Nutrisi Medis
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
c. Latihan Jasmani• Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit)• Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan• Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah
• Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang
d. Terapi Farmakologis
2.2 Hipertensi
The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah 140/90 mmHg.
2.2.1 Epidemiologi hipertensi• World Health Organization memperkirakan hipertensi
merupakan penyebab 4,5% dari global burden of disease dan sering ditemukan di negara berkembang dan juga negara maju
• Prevalensi hipertensi di wilayah Asia-Pasifik berkisar 5-47% pada pria dan 7-38% pada wanita dan akan terus meningkat sesuai dengan peningkatan usia
2.2.2 Etiologi hipertensi• Hipertensi umumnya dibagi menjadi dua kategori utama:
hipertensi esensial dan hipertensi sekunder• Hipertensi esensial atau primer merupakan yang paling umum
ditemukan, yang mempengaruhi antara 90-95% pasien yang didiagnosis dengan hipertensi.
• Penyebab hipertensi sekunder dapat digolongkan menjadi empat kategori: 1) Hipertensi kardiovaskuler (aterosklerosis); 2) hipertensi renal; 3) hipertensi endokrin (feokromositoma, Sindrom Conn); dan 4) hipertensi neurogenik.24
2.2.3 Faktor risiko hipertensi• Riwayat hipertensi• Usia• Jenis kelamin• Diabetes• Diet garam• Obesitas• Penggunaan alkohol• Merokok• Stres
2.2.4 Patofisiologi hipertensi
2.2.5 Pengukuran tekanan darah• Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah pasien
beristirahat selama 5 menit• Pasien duduk bersandar dengan kaki di lantai dan lengan
diletakkan setinggi jantung• Penentuan sistolik dan diastolik dengan mendengarkan
Korotkoff fase I dan V• Pengukuran dilakukan dua kali dengan interval 1-5 menit• Pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua dari
pengukuran sangat berbeda
2.2.6 Pencegahan hipertensi• Modifikasi diet merupakan perubahan gaya hidup yang
penting yang dapat membantu mencegah perkembangan hipertensi
• Perubahan diet lain yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah termasuk diet DASH (yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, ikan, biji-bijian dan produk susu rendah lemak), mengurangi konsumsi gula dan makanan olahan, mengurangi asupan kafein, dan membatasi konsumsi alkohol
BAB III METODE• 3.1 Desain• Desain family folder yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan konseling.
• 3.2 Lokasi dan waktu• 3.2.1 Lokasi
Family folder dilakukan dirumah pasien yaitu Jl. Poncol Jaya No. 21C Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. • 3.2.2 Waktu
Family folder dilakukan pada bulan September 2015.
3.3 Cara Pengumpulan Data• Pengumpulan data diperoleh dengan cara primer, yaitu
mendapat data langsung dari responden melalui wawancara dan observasi secara langsung.
3.5 Instrumen Penulisan• Instrumen penelitian yang digunakan adalah stetoskop,
tensimeter, buku, alat tulis, penlight, dan alat cek glukosa darah.
BAB IV LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
4.1 IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
A. Identitas Pasien• Nama : Ny. A• Umur : 50 tahun• Jenis Kelamin : Perempuan• Status perkawinan : Menikah• Alamat : Jl. Poncol Jaya No. 21C Kelurahan
Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
• Agama : Islam• Suku Bangsa: Jawa• Pendidikan : SD• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
B. Identitas Kepala Keluarga• Nama : Tn. S• Umur : 55 tahun• Jenis Kelamin : Laki-laki• Status perkawinan : Menikah• Alamat : Jl. Poncol Jaya No. 21C Kelurahan
Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
• Agama : Islam• Suku Bangsa: Jawa• Pendidikan : SMA• Pekerjaan : Buruh
C. Sumber Pembiayaan Kesehatan• Jaminan : -• Non-Jaminan : Umum
D. Perilaku Kesehatan Keluarga• Bila ada anggota keluarga yang sakit, yang pertama dilakukan:
Langsung pergi berobat ke dokter
• Keikutsertaan pada program Kesehatan di lingkungan rumah :
• Posyandu balita : Tidak• Posyandu lansia : Tidak• Perkumpulan kesehatan lainnya : Tidak
• Pemanfaatan waktu luang : • Olah raga : Tidak• Rekreasi : Tidak• Melakukan hobi : Tidak
4.2 PROFIL KELUARGA
No Nama Kedudukan dalam
Keluarga
Sex Umur (tahun)
Pedidikan Pekerjaan Keterangan Tempat Tinggal
1. S Bapak L 55 SMA Buruh Sehat Rumah
2. A Ibu P 50 SD Ibu rumah tangga
Sakit Rumah
3. P Anak I P 28 SMA Karyawan Swasta
Sehat Rumah Suami terdahulu
4. R Anak II P 13 SMP Belum Bekerja
Sehat Rumah
Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga Kandung
Gambar 1.Genogram Keluarga kandung Pasien
1. Kakek dari ibu Sehat2. Nenek dari ibu Sehat3. Kakek dari ayah Sehat4. Nenek dari ayah Sehat5. Ibu (pasien) Sakit6. Suami pasien Sehat7. Adik pertama pasien Sehat8. Adik kedua pasien Sehat9. Anak pertama pasien Sehat10. Anak kedua pasien Sehat11. Menantu pasien Sehat12. Cucu pasien Sehat13. Suami pertama pasien
Sehat (Cerai)
4.3 RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH DILAKUKAN• Dilakukan dengan autoanamnesa pada tanggal 4
September 2015 di Kediaman Pasien
A. Keluhan Utama: Lemas sejak 1 minggu yang lalu.
B. Riwayat Penyakit Saat Kunjungan Rumah Pertama• Saat kunjungan rumah yang pertama kali, pasien mengeluh lemas
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai banyak kencing, rasa haus terus-menerus serta pandangan kabur.
• Akhir-akhir ini pasien juga mulai merasakan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki. Pasien juga mulai mengeluhkan perut dan kaki yang semakin lama semakin buncit.
C. Riwayat Penyakit Dahulu• Pasien mengakui memiliki riwayat DM (+) yang diderita sejak 10 tahun yang lalu,
namun belum pernah mendapat pengobatan intensif• Penyakit jantung (-)• Penyakit ginjal (-)• Riwayat alergi (-)• Asthma (-) • Tb paru (-)
D. Riwayat Kebiasaan• Pasien makan dengan frekuensi 3x/hari• Pasien tidak melakukan olahraga apapun• Pasien tidak membatasi konsumsi karbohidrat maupun garam
E. Riwayat Penyakit Keluarga • Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Hasil Pemeriksaan Fisik• Tanggal 11 September 2015
• Keadaan Umum : Sakit sedang• Kesadaran : Compos Mentis• Tinggi Badan : 155 cm• Berat Badan : 55 kg• BMI : 22,89 kg/m2
• Keadaan Gizi : Gizi cukup
• Tanda Vital :• Tensi : 180/100 mmHg RR : 22x / menit• Nadi : 98x / menit Suhu : 36,6oC
• Kepala : Normocephali• Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor• Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-• Hidung : Bentuk normal, sekret -/-, septum deviasi -• Tenggorok: T1-1, hiperemis (-), faring hiperemis (-), detritus -/-, kripta -/-
• Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)• Dada :
• Cor• I : Iktus kordis tak tampak• Pa : Iktus kordis teraba di SIC V 2cm medial LMCS• Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal• Au : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo • I : Simetris saat statis dan dinamis• Pa : Fremitus simetris kiri dan kanan• Pe : Sonor pada kedua paru, nyeri ketuk (-) • Au: Ka: Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)• Ki: Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
• Abdomen• I : Datar• Pa : Supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-),shifting dullness (+)• Pe : Timpani• Au: Bising usus (+) normal
• Ekstremitas Sup / Inf• Oedema - / - + / +• Akral dingin - / - - / -
F. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang• Dilakukan pada tanggal 11 September 2015
• GDS : 590 mg/dL
• Diagnosis kerja: Diabetes Mellitus Tipe II
G. Rencana Penatalaksanaan• Terapi edukasi :
• Mengubah pola makan menjadi rendah karbohidrat dan rendah garam
• Menyarankan untuk melakukan olahraga setiap harinya• Menyarankan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala di
fasilitas kesehatan terdekat
Hasil Penatalaksanaan Medis• Keluhan yang dirasakan sudah berkurang setelah
dilakukan terapi edukasi. Saat kunjungan rumah (18 September 2015) keadaan kesehatan pasien sudah cukup membaik.
• Faktor Pendukung: Pasien mulai mengatur pola makan sehari-hari
• Faktor Penghambat: Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga pasien tidak pernah melakukan kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat
• Indikator Keberhasilan: Keluhan lemas dirasakan mulai berkurang
4.4 IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Biologis• Dari hasil wawancara dengan pasien didapatkan informasi bahwa
pasien mengeluh lemas sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai banyak kencing, rasa haus terus-menerus serta pandangan kabur. Pasien tidak melakukan olahraga apapun dan tidak membatasi konsumsi karbohidrat maupun garam.
B. Fungsi Psikologis• Penderita tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang
berjumlah 3 orang. Penderita terbiasa tidur pukul 21.00 dan bangun pada pukul 6.00. Hubungan penderita dengan keluarga baik. Penderita termasuk orang yang mudah bergaul baik dengan teman-temannya.
C. Fungsi Ekonomi• Penghasilan keluarga per bulan rata-rata Rp.1.000.000,-
sampai dengan Rp. 2.000.000,-/bln. Uang tersebut hanya cukup untuk membayar kebutuhan sekolah anak, makan keluarganya yang tinggal serumah dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
D. Fungsi Pendidikan• Pendidikan terakhir pasien SD.
E. Fungsi Religius• Penderita beragama Islam dan rutin menjalankan
ibadahnya. Pasien melakukan kegiatan melakukan ibadah (sholat) di rumah.
F. Fungsi Sosial Budaya• Penderita tinggal di tempat pemukiman penduduk yang
padat dan cenderung kumuh. Hubungan penderita dengan tetangga baik.
4.5. POLA KONSUMSI MAKANAN PASIEN
Waktu Jam Nama makanan atau minuman Bahan makanan
Jumlah
URT Gram
Makan Pagi 07.00 Bahan makanan pokok Nasi 1 piring 200
Lauk-pauk Telur 1 butir 100
Selingan 09.00 Jajanan Biskuit 3 keping 100
Makan Siang 12.00 Bahan makanan pokok Nasi Merah 1 piring 200
Lauk pauk Ayam 1 potong 200
Selingan 16.00 Makanan tambahan Mangga 1 buah 100
Makan Malam 18.30 Bahan pokok Nasi Merah 1 piring 200
Lauk pauk Ikan 1 potong 200
FORMULIR 24 HOUR RECALL(Catatan : asupan makanan/minuman KEMARIN mulai bangun pagi hingga tidur malam)Tabel 3. Pola konsumsi Makanan Pasien
Penjelasan : Frekuensi makan rata – rata setiap harinya 3x/hari dengan variasi makanan sebagai berikut : nasi, lauk (ayam, telur, ikan).
• 4.6. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
• Faktor Perilaku• Penderita memiliki kebiasaan makan yang teratur dengan frekuensi
makan 3x/hari.Pasien tidak suka mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.Pasien juga suka mengkonsumsi minum-minuman dingin. Pasien suka tidur ditempat dingin. Jika ada anggota keluarga sakit maka dibawa ke puskesmas atau klinik 24jam. Pemanfaatan waktu luang untuk tidur, nonton TV, dan beribadah.
• Faktor Non Perilaku• Sarana pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan rumah adalah
Puskesmas. Hal ini cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit, jarak rumah ke Puskesmas 500m.
• 4.7. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA• Fungsi Biologis
• Penderita tidak melakukan olahraga setiap hari• Penderita memiliki riwayat penyakit keluarga berupa hipertensi
• Fungsi Psikologis• Hubungan penderita dengan keluarga baik.• Penderita termasuk orang yang mudah bergaul.
• Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
• Penghasilan keluarga rata-rata perbulan cukup untuk makan keluarganya dan kebutuhan rumah tangga.
• Fungsi Sosial• Sosialisasi dengan masyarakat sekitar baik.
• Faktor Perilaku• Penderita tidak membatasi asupan karbohidrat maupun garam• Penderita tidak melakukan olahraga rutin setiap hari
• Faktor Non Perilaku• Lingkungan kediaman pasien yang terletak di lantai 2 membuat
pasien sulit untuk melakukan olahraga dikarenakan adanya risiko jatuh
• 4.8. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH• Gambaran Lingkungan Rumah • Pemukiman penduduk padat• ukuran 2x2,5m2
, bentuk bangunan 2 lantai dan pasien beserta keluarganya tinggal di lantai 2 (mengontrak), sedangkan lantai pertamanya digunakan sebagai tempat pemotongan ayam.
• Lantai terbuat dari ubin, dinding terbuat batu bata, atap rumah dari genteng, plafon triplek.
• Tidak terdapat ventilasi yang cukup pada ruangan. Tidak terdapat jendela pada rumah.
• Penerangan didalam ruangan kurang.• Udara didalam ruangan kamar tidur terasa sedikit lembab• Kebersihan dalam dan luar rumah kurang terjaga,tata letak barang-barang kurang
rapi dan berdebu, listrik 2300 watt, sumber air dari sumur pompa listrik.• Menggunakan toilet jongkok. Jarak antara sumber air dan sepitank ± 10 meter. Bak
mandi dikuras 1 minggu sekali, air limbah dialirkan ke septitank.• Sampah rumah dibuang ke tong sampah depan rumah, diambil setiap hari oleh
petugas sampah.
15 meter
15 meter
Gambar 2. Denah Rumah Pasien Lantai 1
Keterangan ruangan :1. Garasi2. Teras3. Tempat pemotongan ayam
15 meter
15 meter
Gambar 3. Denah Rumah Pasien Lantai 2Keterangan ruangan :1. Ruang penjemuran baju2. Kamar 1
Analisis Keadaan Rumah• Letak rumah : di daerah pemukiman padat• Bentuk bangunan rumah : tidak bertingkat• Kepemilikan rumah : sewa• Luas rumah : 5 m2
• Jumlah orang dalam satu rumah : 3 orang• Luas halaman rumah : - m2
• Lantai rumah dari : ubin• Dinding rumah dari : tembok• Atap rumah : genteng• Pembahagian ruangan rumah• Ruang tamu : tidak ada• Ruang tidur : ada • Jendela rumah : tidak ada• Perbandingan luas lantai dan jendela di:• Ruang tamu : < 25%• Dapur : <25%
• Penerangan didalam rumah (dinilai setelah membandingkan luas jendela dengan lantai dan kesan subjekif saat membaca tulisan di dalam rumah) :Kurang
• Listrik di rumah : ada 2300 watt• Lubang ventilasi :• Ruang tamu : ada• Ruang makan : ada• Ruang tidur : ada• Kamar mandi: ada• Kelembapan dalam rumah : terasa lembap• Kesan ventilasi di dalam rumah :kurang• • Kebersihan dalam rumah : banyak debu• Sumber air minum dari : sumur pompa listrik• Kamar mandi: ada• Limbah rumah tangga dialirkan ke : septitank• Tempat sampah diluar rumah : ada : tertutup• Jalan di depan rumah lebarnya : 3 meter, terbuat dari semen• Kesan kebersihan lingkungan pemukiman : kurang
4.9. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
4.10. TABEL PERMASALAHAN PADA KELUARGA
No Risiko dan Masalah Kesehatan Rencana Pembinaan Indikator Keberhasilan
Penilaian
1. Tidak membatasi konsumsi
karbohidrat dan garam
Menjelaskan bahwa konsumsi
karbohidrat dan garam berlebih
dapat memperparah gejala
Gejala-gejala khas DM dan
hipertensi lebih jarang
dikeluhkan
2. Pasien tidak rutin berobat ke
fasilitas kesehatan terdekat
Menjelaskan bahwa pengobatan
harus dilakukan secara berkala
Kadar gula darah terkontrol
Tekanan darah terkontrol
3 Pasien tidak rutin melakukan
olahraga
Menjelaskan bahwa olahraga dapat
meringankan gejala dan menjaga
kebugaran tubuh
Pasien sudah melakukan
olahraga secara rutin
4 Pasien tidak rutin
mengkonsumsi obat-obatan
untuk penyakitnya
Menjelaskan bahwa obat-obatan
tersebut dapat membantu dalam
mengontrol gula darah
Kadar gula darah menurun
Tekanan darah menurun
4.11 PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tgl kunjungan Kegiatan yang Dilakukan Keluarga
yang Terlibat
Hasil Kegiatan Indikator evaluasi
kegiatan
4 September
2015
Introduksi, identifikasi
anggota keluarga dan
kondisi kesehatannya
melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada
penderita.
Memberi penjelasan kepada
penderita tentang
penyakitnya, meliputi
penyebab, akibat dari
penyakit, pencegahan,
penatalaksanaannya.
Pasien dan
keluarga pasien• Terjalin hubungan
baik dengan
penderita dan
keluarga
• Penderita
memahami
penjelasan tentang
penyakitnya.
• Pasien
mendapat
nasihat yang
diberikan.
• Mencoba
untuk makan-
makanan
rendah
garam.
11
September
2015
• Melakukan pemeriksaan
GDS stick pada pasien.
• Memberikan penjelasan
bahwa harus membatasi
asupan karbohidrat dan
garam.
• Memberikan nasihat
untuk melakukan
olahraga rutin.
• Menyarankan pasien
untuk segera berobat ke
fasilitas kesehatan
terdekat (cth:
Puskesmas)
• Menyarankan untuk
segera membuat jaminan
kesehatan.
Pasien dan
keluarga
pasien
• Penderita memahami
bahwa harus
membatasi asupan
karbohidrat dan
garam.
• Penderita memahami
bahwa harus
melakukan olahraga
rutin.
• Pasien setuju untuk
pergi berobat esok
hari
• Penderita dan
keluarganya
memahami bahwa
harus segera
membuat jaminan
kesehatan untuk
mempermudah
pengobatan
• Pasien
mengikuti
nasihat yang
telah diberikan
dan keluhan
berkurang.
• Mencoba untuk
makan-
makanan
rendah
karbohidrat dan
rendah garam.
• Pasien berobat
ke faskes
terdekat
• Pasien
membuat
jaminan
kesehatan yang
dapat
digunakan
untuk berobat.
18
September
2015
• Memberikan nasihat
kembali kepada
penderita tentang
pola makan dan
olahraga yang
disarankan bagi
pasien
• Meninjau kembali
hasil kunjungan
pasien ke dokter
Pasien dan
keluarga
• Pasien menerapkan
pola makan dan
olahraga yang sesuai
bagi dirinya
• Pasien mengatakan
sudah berobat ke
puskesmas &
diberikan rujukan ke
RS namun belum
sempat pergi
• Pasien sudah
menjalankan
pola makan
rendah
karbohidrat dan
rendah garam
• Pasien sudah
menjalankan
olahraga rutin
• Pasien pergi ke
RS rujukan
yang dituju
25
September
2015
• Memantau kembali
perkembangan perilaku
pasien terutama pola
makannya
• meninjau apakah pasien
sudah pergi ke RS
rujukan
Pasien dan
keluarga
• Pasien menerapkan
pola makan yang sesuai
• Pasien mengatakan
sore itu akan pergi ke
RS rujukan karena
suami pasien baru
sempat untuk
mengantar seusai kerja
• Pasien sudah
menjalankan
pola makan
rendah
karbohidrat dan
rendah garam
• Pasien pergi ke
RS rujukan
yang dituju
4.12 KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman: Pembinaan terhadap pasien dan keluarga yang dilakukan cukup baik
2. Faktor pendukung:• Pasien dan keluarga dapat memahami penjelasan yang diberikan• Sikap pasien dan keluarga yang kooperatif dan menangkap penjelasan yang
diberikan• Pasien mau datang berobat ke fasilitas kesehatan terdekat secara rutin• Pasien mau melakukan olahraga• Pasien mau minum obat teratur• Pasien sudah mengikuti pola makan yang sesuai dengan penyakitnya
3. Faktor penyulit : Lokasi rumah yang berada di lantai 2 menyulitkan pasien untuk turun-naik tangga, dikarenakan rentan terjadi kecelakaan
4. Indikator keberhasilan : Penderita dapat mengetahui tentang penyakitnya meliputi penyebab, faktor pencetus, faktor yang memperberat, pencegahan dan penatalaksanaannya serta berusaha untuk senantiasa hidup sehat dan olahraga teratur.
BAB V PENUTUP5.1. KESIMPULAN• Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme yang
merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Keluhan pasien berupa lemas, mudah haus, dan mudah lapar merupakan keluhan khas yang diderita oleh penderita yang mengidap diabetes mellitus.
• The Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah 140/90 mmHg. Hipertensi umumnya dibagi menjadi dua kategori utama: hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau primer merupakan yang paling umum ditemukan, yang mempengaruhi antara 90-95% pasien yang didiagnosis dengan hipertensi. Pasien merupakan penderita hipertensi esensial atau primer karena memiliki riwayat penyakit keluarga dengan hipertensi.
5.2 SARAN• Keluhan yang dirasakan pasien timbul akibat pola hidup
yang tidak sehat, selain itu juga ada riwayat penyakit keluarga. Oleh karena itu, edukasi pasien untuk menjalankan pola hidup sehat sangat penting. Pola hidup sehat dapat berupa mengkonsumsi makan-makanan bergizi serta rendah karbohidrat dan rendah garam, selain itu juga melakukan olahraga rutin setiap harinya. Pasien juga diberikan edukasi mengenai konsumsi obat-obatan yang diresepkan secara rutin, dan melakukan kontrol gula darah serta tekanan darah secara rutin di fasilitas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA1. Yogiantoro Mohammad, Panggabean Marulam M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed 5.Jakarta:InternaPublishing;2009.p 1080-
1,1777.
2. Soegondo S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005
3. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. PB PERKENI. Jakarta. 2006.
4. Gustavini, Reno, 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.
6. Subekti I. Patofisiologi, gejala, dan Tanda Diabetes Melitus. Dalam : Soegondo S, dkk, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007 : 245.
7. S.D. Pierdomenico et al. “Prognostic value of different indices of blood pressure variability in hypertensive patients.” Am J Hypertens 2009, 22(8):842–7.
8. Miniño AM, Murphy SL, Xu J, et al. Deaths: Final data for 2008. National Vital Statistics Reports; vol 59 no 10. Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics. 2011.
9. Ezzati M, Vander Hoorn S, Lawes CMM, Leach R, James WPT, Lopez AD, Rodgers A, Murray CJL. Rethinking the “diseases of affluence” paradigm: global patterns of nutritional risks in relation to economic development. PLoS Med 2005; 2: 404–412.
10. Smith Liz .New AHA Recommendations for Blood Pressure Measurement. Am Fam Physician. 2005 Oct 1; 72(7):1391-1398.
11. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 Report. JAMA 2003; 289:2560-72.
12. Greenlund KJ, Croft JB, Mensah GA. Prevalence of heart disease and stroke risk factors in persons with prehypertension in the United States, 1999-2000. Arch Intern Med 2004; 164:2113-8.
13. Liszka HA, Mainous AG 3rd, King DE, Everett CJ, Egan BM. Pre-hypertension and cardiovascular morbidity. Ann Fam Med.2005;3:294-9.
14. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Munter P, Whelton PK, He J: Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet 2005, 365:217-23.
15. World Health Organisation (WHO)/ International Society of Hypertension (ISH). Statement of Management of Hypertension. Hypertension 2003; 21:1983-1992.
16. Lawes CM, Rodgers A, Bennett DA, Parag V, Suh I, Ueshima H. Blood Pressure and Cardiovascular Disease in the Asia Pacific Region. Hypertension 2004; 21(4):707-16.
17. Primatesta P, Poulter NR. Improvement in Hypertension Management in England: Results from the Health Survey for England 2003. Hypertension 2006; 24(6):1187-92.
18. Patricia K, Megan W, Kristi R, Paul K, Whelton P, Jiang H. Worldwide Prevalence of Hypertension: A Systematic Review. Hypertension 2004; 22(1):11-19.
19. Pickering TG, Hall JE, Appel LJ, Falkner BE, Graves J, Hill MN, et al.; Subcommittee of Professional and Public Education of the American Heart Association Council on High Blood Pressure Research Recommendations for blood pressure measurement in humans and experimental animals. Part 1: blood pressure measurement in humans. Hypertension 2005;45:142–61.
20. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al. Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the complete JNC 7 report. Hypertension 2003; 42:1206–52.
21. I. Kyrou et al. “Stress, visceral obesity, and metabolic complications.” Annals of the New York. Academy of Sciences. 2006, 1083:77–110.
22. G. Wu et al. “Potassium magnesium supplementation for four weeks improves small distal artery compliance and reduces blood pressure in patients with essential hypertension”. Clin Exp Hypertens 2006, 28(5):489-97.
23. M.R. Wofford et al. “Pathophysiology and treatment of obesity hypertension.” Current Pharmaceutical Design. 2004, 10(29):3621–37.
24. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Pembuluh darah dan tekanan darah. Tekanan Darah. In: Nela Yesdelita, editor. Jakarta: EGC; 2011.p 408-11.
25. Depkes RI.Pedoman Teknis Penemuan Dan Tata Laksana Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian PTM, Ditjen P2PL, 2008.
26. Sugiharto A. Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada masyarakat (studi kasus di kabupaten Karanganyar): program Pascasarjana Universitas Diponegoro; 2007.
27. Sigalingging Ganda. Karakteristik hipertensi di rumah sakit umum herna, Medan.2011:1-6.
28. Novianingsih E, Kartini A. Hubungan antara beberapa indikator status gizi dengan tekanan darah pada remaja. Journal of Nutrition College. 2012;1(1):219-29.
29. Nurkhalida. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI;2003;19-21.
30. NIH. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.Bethesda, MD: National Heart, Lung, and Blood Institute; 2003.
31. Kartikasari AN, Chasani S, Ismail A. Faktor resiko hipertensi pada masyarakat di desa kabongan kidul, kabupaten rembang: Fakultas Kedokteran; 2012.
32. Kaplan M, Norman. Primary Hypertension Pathogenesis.In: Clinical Hypertension. Tenth Edition. Philadelphia, USA: William & Wilikins; 2010. p: 53-7.
33. Chongsuwat, R., Duangtep, Y., Narksawat, K., Rojanavipart, P. Association Between An Unhealthy Lifestyle And Other Factors With Hypertension Among Hill Tribe Populations Of Mae Fah Luang District, Chiang Rai Province, Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public 2010; Vol 41 no. 3.
34. Sesso HD, Cook NR, Buring JE, Manson JE, Gaziano JM. Alcohol Consumption and the Risk of Hypertension in Women and Men. Hypertension 2008;51:1080-1087.doi.10.1161/107.104968.
LAMPIRAN
THANK YOU