faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan … · menghayati perkawinan yang unitas dan...

220
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DI WILAYAH PATANGPULUHAN PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Njo Mei Fang NIM: 121124056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 03-Aug-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN

PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS

BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN

15-30 TAHUN DI WILAYAH PATANGPULUHAN

PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Njo Mei Fang

NIM: 121124056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada

Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

v

MOTTO

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia dan oleh Dia, dan kepada Dia;

Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”

(Rm 11:36)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM

UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN

INDISSOLUBILITAS BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG

USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DI WILAYAH PATANGPULUHAN

PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-YOGYAKARTA,

dipilih penulis untuk membantu pasangan suami istri Katolik yang kurang

menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan

Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan untuk setia seumur

hidup dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit, dalam upaya

mewujudkan ciri/ sifat perkawinan Katolik, yakni unitas dan indissolubilitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pasangan suami istri

Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun, ditemukan pasangan suami istri

menghayati janji perkawinan untuk tetap setia seumur hidup didukung oleh

beberapa faktor antara lain: faktor kepribadian, faktor internal keluarga, faktor

budaya, faktor kesehatan dan faktor fisik dalam upaya dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas; sedangkan faktor pendukung dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang indissolubilitas, yakni: faktor iman, ekonomi dan sosial. Faktor-

faktor di atas membantu pasangan suami istri Katolik dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang bahagia bersama pasangan dan tidak ingin bercerai.

Dalam penelitian juga ditemukan pasangan mengalami hambatan dalam

upaya mewujudkan janji perkawinan untuk setia seumur hidup, ketika mengalami

suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit. Hambatan dalam upaya

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas menyebabkan

perkawinan yang tidak bahagia bersama pasangan dan ingin bercerai. Beberapa

hambatan yang dialami antara lain: kurang puas dalam hubungan seks dengan

pasangan dan masalah anak; menyimpan dan sukar melupakan kesalahan pasangan

yang menyakitkan hati serta kurang mengampuni dan tidak menerima pasangan

yang telah berselingkuh untuk hidup bersatu kembali; tidak terlibat dalam kegiatan

doa di lingkungan bersama pasangan dan anak-anak; pasangan lebih

mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga dan keterlibatan di lingkungan

dan masyarakat kadang membuat keluarga harmonis.

Penulis dalam skripsi ini mengusulkan program pendampingan iman yang

sesuai, yakni rekoleksi untuk mengingatkan kembali pasangan suami istri Katolik

akan janji pernikahannya dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas. Dengan demikian kebahagiaan dan kesetiaan dalam hidup

perkawinan di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran

semakin terwujud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

ix

ABSTRACT

This thesis entitled SUPPORTING FACTOR IN AN EFFORT TO

FORM THE UNITAS AND INDISSOLUBILITAS MARRIAGE FOR

CATHOLIC COUPLES AGE 15-30 YEARS OF MARRIAGE IN

PATANGPULUHAN AREA OF SECRED HEART OF JESUS PUGERAN

PARISH. It is chosen by the writer to help catholic couples who have less

understanding of the unity and inseparable of marriage. In catholic marriage, a

husband and a wife states their marriage vow to live faithfully in good and bad, in

sickness and healthy, in an effort to form the feature/nature of catholic marriage,

that is unity and inseparable.

Based on research done to catholic couples ages15-30 years of marriage, it

was found that couples experience to the full their marriage vow to be always

faithful a long their life, supported by some factors such as: personality factor,

family internal factor, cultural factor, health factor, and physical factor for the

unity marriage. However, the supporting factors for the inseparable marriage are:

faith, economic and social factors. The above factors help the catholic couples to

form a happy family and far from divorce. In the research it is also found that

couples experience obstacles in the effort to form their marriage vow to live

faithfully a long their life when they experience the good and bad, sickness and

healthy.

Those Obstacles causes unhappy marriage and willingness to divorce.

Those obstacles are: unsatisfied sexual intercourse with spouse and children

problem, keeping and uneasy to forget hurting mistake of the spouse, uneasy to

forgive and to receive back unfaithful spouse to be reunited; not participate in

prayer activity in the community together with the spouse and children; the

spouse chooses job more than the family and to participate actively in the

community and society maybe to build a harmony family.

The writer in the thesis suggests a suitable faith assistance program, that is

recollection to remind catholic couples for their marriage vows in effort to form

unity and inseparable marriage. Thus, happiness and faithfulness of marriage in

Patangpuluhan area of Sacred Heart of Jesus Pugeran Parish could be realized.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, atas segala rahmat dan kasih-

Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR

PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG

UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI

KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DI WILAYAH

PATANGPULUHAN PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-

YOGYAKARTA. Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran,

gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memilki kerinduan dalam

mengembangkan Gereja Katolik di manapun berada.

Proses penyusunan skripsi ini, berjalan dengan lancar karena dukungan dan

kebaikan dari banyak orang, sehingga memampukan penulis untuk tetap semangat

meskipun mengalami banyak kesulitan. Penulis mengalami pendampingan,

dukungan, motivasi, serta perhatian, yang diyakini sebagai karya Tuhan dalam

membimbing serta memampukan penulis menyelesaikan skripsi dengan penuh

kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. CB. Kusmaryanto, SCJ, selaku dosen pembimbing utama dan dosen

penelitian yang telah setia meluangkan waktu untuk membimbing dan

mendampingi penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran, memberi

masukan-masukan dan kritikan-kritikan, sehingga penulis termotivasi dalam

penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

2. Drs. F.X. Heryatno W. W., S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing akademik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xi

dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan

memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M. Si., selaku dosen penguji III yang telah

meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi

semakin baiknya skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendidik

dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini dengan

penuh kasih dan sepenuh hati.

5. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan

bagi penulis.

6. Sr. Yosepha Bahketah, KKS sebagai Pemimpin Umum Kongregasi Suster

Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang, yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menjalani studi di Prodi PAK.

7. Para Suster KKS yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi semangat

kepada penulis selama menjalani masa studi.

8. RD. F. Ngadiyono, RP. Sarto Mitakda SVD, dan Br. Rein Sihura BM, yang

menyemangati, mendoakan, memotivasi dan mendukung penulis selama

menjalani studi.

9. Keluarga yang senantiasa memberikan cinta dan perhatian serta dukungan doa

kepada penulis.

10. RD. Paulus Supriyo selaku Romo Kepala Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Pugeran, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 5

E. Metode Penulisan.................................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 7

BAB II. FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT

MEMPENGARUHI UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN

KATOLIK YANG UNITAS DAN INDIS SOLUBILITAS ....... 10

A. Perkawinan Katolik ........................................................................... .... 10

1. Hakikat ....................................................... ....................................... 10

2. Tujuan ........................................................ ....................................... 13

a. Kesejahteraan Suami Istri (Bonum Coniugum) .................... ....... 15

1) Pengertian Kesejahteraan ……………………………...... ...... 15

2) Aspek-Aspek Sejahtera Seutuhnya ………………………...... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xiv

3) Kesejahteraan Suami Istri ........................................................ 16

4) Beberapa Upaya Menyejahterakan Pasangan .................... ...... 19

b. Kelahiran Anak (Prokreasi) ................................................... ...... 19

c. Pendidikan Anak ……………………………………............ ...... 20

3. Ciri/Sifat Perkawinan Katolik .................................................... ....... 22

a. Unitas (kesatuan) ..………...................................................... .... 24

1) Dasar Unitas ……………….............................................. ...... 24

2) Pengertian Unitas .............................................................. ...... 26

3) Implikasi atau konsekuensi Unitas …………..…............. ....... 27

b. Indissolubilitas (tak terputuskan) ........................................... ...... 28

1) Dasar Indissolubilitas ..…….............................................. ...... 28

2) Pengertian Indissolubilitas ................................................ ...... 30

3) Implikasi atau konsekuensi Indissolubilitas .……............ ....... 32

4. Sakramental ……………………………….……………….............. 34

5. Janji Perkawinan Katolik …....................................................... ....... 36

B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Mempengaruhi Upaya

Mewujudkan Perkawinan Yang Unitas ................................................ 38

a) Faktor Kepribadian …..……................................................ ......... 38

b) Faktor Internal Keluarga ……………..................................... ..... 40

c) Faktor Budaya .......... .................................................................... 43

d) Faktor Kesehatan ……………………………………………. ..... 44

e) Faktor Fisik …………………………………………………. ..... 45

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Mempengaruhi Upaya

Mewujudkan Perkawinan Yang Indissolubilitas …………………….. 46

a) Faktor Iman/ Agama ..…............................................................... 46

b) Faktor Ekonomi .…………………….…………………............ .. 48

c) Faktor Sosial (relasi dengan orang lain)...................................... .. 50

BAB III. PENELITIAN TERHADAP PASANGAN SUAMI ISTRI

KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG

UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS DI WILAYAH PATANG-

PULUHAN PAROKI HKTY PUGERAN-YOGYAKARTA ........ 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xv

A. Gambaran Umum Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta ......................... 52

1. Sejarah Paroki ….……………………………………………… ..... 52

2. Keadaan Geografis ……………………………............................... 55

3. Keadaan Demografis ...................................................................... 58

4. Visi Misi Gereja ............................................................................... 59

5. Situasi Umum Umat Paroki ............................................................. 63

a. Situasi Kependudukan ………………………………........... ....... 63

1) Gambaran Umum ……….................................................. ...... 63

2) Keadaan Umat ..……….................................................... ...... 64

3) Jenis Kelamin dan Hubungan Kekeluargaan .................... ....... 66

4) Kesukuan (Etnis) ……....................................................... ...... 69

5) Struktur Usia ………………………..……………........... ....... 70

b. Situasi Sosial Ekonomi …………................................................. 72

1) Keadaan Ekonomi Keluarga …......................................... ....... 72

2) Kegiatan Ekonomi …………............................................ ....... 74

c. Tingkat Pendidikan ……………………....……............... ........... 77

d. Situasi Perkawinan ..……………………….……………….. ...... 78

1) Perkawinan Katolik …....................................................... ...... 80

2) Perkawinan Beda Gereja ................................................... ...... 80

3) Perkawinan Beda Agama .................................................. ...... 80

4) Perkawinan Bermasalah ………………………………… ...... 81

B. Gambaran Umum Perwujudan Perkawinan Yang Unitas dan

Indissolubilitas Di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta ............................... .............................................................. 81

C. Penelitian Tentang Faktor-Faktor Pendukung Dalam Upaya

Mewujudkan Perkawinan Yang Unitas dan Indissolubilitas Di

Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta ………… 82

1. Metodologi Penelitian …………….…………………............... ....... 82

a. Latar Belakang Penelitian …………………………………. ....... 82

b. Tujuan Penelitian …………………………………….................. 83

c. Manfaat Penelitian ………………................................................ 84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xvi

d. Jenis Penelitian ………………………………………......... ........ 84

e. Tempat dan Waktu Penelitian …………………................... ....... 85

f. Responden Penelitian ………………………….................... ....... 85

g. Instrumen Penelitian ……………………………………..... ........ 86

h. Variabel Penelitian ……………............................................ ....... 86

2. Laporan Hasil dan Pembahasan Penelitian ................................ ....... 87

a. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Perkawinan

Yang Unitas dan Indissolubilitas Di Wilayah Patangpuluhan

Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta .................. ........................... 87

1) Faktor-faktor yang berpengaruh pada unitas perkawinan ....... 88

a) Faktor Kepribadian ............................................................. 88

b) Faktor Internal Keluarga ..................................................... 91

c) Faktor Budaya ..................................................................... 95

d) Faktor Kesehatan ................................................................ 99

e) Faktor Fisik ......................................................................... 103

2) Faktor-faktor yang berpengaruh pada indissolubilitas per-

kawinan .................................................................................... 107

a) Faktor Iman ......................................................................... 107

b) Faktor Ekonomi .................................................................. 111

c) Faktor Sosial ....................................................................... 115

3) Bahagia Bersama Pasangan ..................................................... 119

4) Keinginan Tidak Bercerai ........................................................ 121

b. Keterbatasan Penelitian …………………………….………..... .. 123

c. Kesimpulan Penelitian .................................................................. 124

BAB IV. PENGOLAHAN HASIL PENELITIAN DALAM UPAYA ME-

WUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDIS-

SOLUBILITAS ................................................................................ 126

A. Unitas (Kesatuan) .................................................................................. 127

1. Faktor Pendukung ............................................................................. 127

a. Faktor Kepribadian ....................................................................... 127

b. Faktor Internal Keluarga .............................................................. 128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xvii

c. Faktor Budaya .............................................................................. 129

d. Faktor Kesehatan .......................................................................... 129

e. Faktor Fisik .................................................................................. 130

2. Faktor Penghambat ........................................................................... 131

B. Indissolubilitas (Tak Terputuskan) ........................................................ 132

1. Faktor Pendukung ............................................................................. 133

a. Faktor Iman .................................................................................. 133

b. Faktor Ekonomi ............................................................................ 134

c. Faktor Sosial ................................................................................. 134

2. Faktor Penghambat ........................................................................... 135

C. Bahagia Dengan Pasangan ..................................................................... 136

D. Tidak Ingin Bercerai .............................................................................. 136

BAB V. PROGRAM PEMBINAAN IMAN: REKOLEKSI BAGI

PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK USIA PERKAWINAN

15-30 TAHUN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PER-

KAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS DI

WILAYAH PATANGPULUHAN PAROKI HKTY PUGERAN-

YOGYAKARTA .............................................................................. 138

A. Latar Belakang Pemilihan Program Dalam Bentuk Rekoleksi .............. 139

B. Usulan Program Dalam Bentuk Rekoleksi Bagi Pasangan Suami Istri

Katolik Yang Usia Perkawinan 15-30 Tahun Di Wilayah Pantang-

puluhan Paroki HKTY Pugeran – Yogyakarta ...................................... 142

C. Tema Dan Tujuan Rekoleksi ................................................................. 143

D. Matriks Program .................................................................................... 148

E. Gambaran Pelaksanaan Program ........................................................... 152

F. Contoh Salah Satu Pelaksanaan Program .............................................. 154

BAB VI. PENUTUP ....................................................................................... 166

A. Kesimpulan ............................................................................................ 166

B. Saran ...................................................................................................... 168

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 171

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................... (1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xviii

Lampiran 2 : Surat Telah Melakukan Penelitian ........................................ (2)

Lampiran 3 : Kuisioner Penelitian ............................................................... (3)

Lampiran 4 : Salah Satu Contoh Jawaban Responden Penelitian ................ (10)

Lampiran 5 : Rekap Hasil Kuisioner Penelitian........................................... (20)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan

Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat.

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik

Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende:

Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

Kej : Kejadian

Ul : Ulangan

Mal : Malaekhi

Hos : Hosea

Mat : Matius

Mrk : Markus

Luk : Lukas

Kor : Korintus

Ef : Efesus

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

KGK : Katekismus Gereja Katolik. Dicetak oleh Percetakan Arnoldus, Ende,

1995.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus

Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xx

GE : Gravissimum Educationis. Pernyataan Konsili Vatikan II tentang

Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

GS : Gaudium Et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

GerejaDewasa ini, 7 Desember 1965.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja, 21 November 1965.

FC : Familiaris Consortio. Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II

tentang Peran Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, 22 November

1981.

CC : Casti Cannubii. Ensiklik Paus Pius XI tahun 1930.

HV : Humanae Vitae. Ensiklik Paus Paulus VI tahun 1968.

C. Singkatan Lain

Art. : Artikel

Bdk. : Bandingkan

Kan. : Kanonik

UU : Undang-Undang

RI : Republik Indonesia

No : Nomor

Th : Tahun

PIL : Pria Idaman Lain

WIL : Wanita Idaman Lain

TTM : Teman Tapi Mesra

KSPL : Kitab Suci Perjanjian Lama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

xxi

KSPB : Kitab Suci Perjanjian Baru

PMI : Palang Merah Indonesia

LCD : Liquid Crystal Display

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SJ : Serikat Yesus

Pr : Projo

dsb. : dan sebagainya

km : kilometer

PS : Puji Syukur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hidup perkawinan merupakan panggilan dari Allah. Oleh karena itu hidup

perkawinan adalah sakral dan kudus, yang mendorong pasangan suami istri

menghayati kesucian persatuan laki-laki dan perempuan. Hal ini ditegaskan

Susianto Budi (2015: 9) mengatakan “Hubungan cinta kasih suami istri bersifat

luhur, mulia, dan ilahi, dikehendaki Allah dan menunjuk kepada kesatuan Kristus

dan Gereja-Nya” (bdk. Ef 5:11-22).

Dalam menjalani hidup panggilan berkeluarga, penulis mengamati adanya

pasangan suami istri Katolik yang mengalami hambatan dalam hidup perkawinan,

sehingga mengakibatkan ketidak-setiaan pasangan suami istri terhadap komitmen

untuk saling menyerahkan diri seutuhnya dan perceraian, seperti terdapat dalam

Dokumen Konsili Vatikan II Gaudium et Spes artikel 47 mengatakan:

Akan tetapi tidak dimana-mana martabat lembaga itu bersama-sama berseri

semarak, sebab disuramkan oleh poligami, malapetaka perceraian, apa

yang disebut percintaan bebas, dan cacat cedera lainnya. Selain itu cinta

perkawinan sering dicemarkan oleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah

cara yang tidak halal melawan timbulnya keturunan. Kecuali itu situasi

ekonomis, sosio-psikologis dan kemasyarakatan dewasa ini menimbulkan

gangguan-gangguan yang tidak ringan terhadap keluarga (GS, art. 47).

Yohannes Paulus II dalam Amanat Apostolik Familiaris Consortio artikel

6 menggambarkan situasi keluarga dalam dunia dewasa ini sebagai berikut:

Tidak sedikit tanda-tanda merosotnya berbagai nilai yang mendasar: salah

pengertian teoretis maupun praktis tentang tidak saling tergantungnya

suami istri; salah faham yang serius mengenai hubungan kewibawaan

antara orangtua dan anak-anak; kesukaran-kesukaran konkret yang dialami

oleh keluarga sendiri dalam menyalurkan nilai-nilai; makin banyaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

2

perceraian; malapetaka pengangguran; makin kerapnya sterilisasi;

tumbuhnya mentalitas yang jelas-jelas kontraseptif (FC, art. 6).

Di tengah kesulitan dan tantangan zaman, ditemukan semakin meningkat

presentase jumlah perceraian dan sikap-sikap egois lainnya yang merusak relasi

dan komunikasi keluarga merupakan fenomena yang memprihatinkan dan

membuat keluarga masuk dalam kegelisahan (bdk. GS, art. 47 dan FC, art. 1).

Agung Prihartana (2013: 27) mengatakan bahwa “Keluarga mengabaikan bahkan

tidak setia pada rahmat pengudusan dan sakramen baptis dan perkawinan (bdk.

FC, art. 58).

Selain itu ditemukan pasangan suami istri Katolik yang mampu

mewujudkan hidup perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Cinta perkawinan

itu setia dan eksklusif dari semua yang lain dan itu sampai mati (HV, art. 12).

Hello (2006: 16-17) mengatakan bahwa “Walaupun kesetiaan suami istri

seringkali memberikan kesulitan-kesulitan, namun bukan hal yang mustahil, sebab

kesetiaan merupakan sesuatu yang terhormat dan berguna serta memperoleh

penghargaan tertinggi.” Barang siapa setia sampai akhir, ia akan menuai

kebahagiaan. Kesetiaan dalam perkawinan bagi seorang Kristiani dipahami

sebagai tak terceraikan dan tak terbatalkan.

Penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian kepada pasangan suami istri

Katolik mengenai faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan

yang unitas dan indissolubilitas, alasannya: pertama pasangan suami istri Katolik

lebih mudah untuk memberikan jawaban secara jujur, sehingga penelitian yang

dilaksanakan lebih akurat; kedua membantu pasangan suami istri Katolik semakin

menghayati janji perkawinan dan mewujudkan perkawinan yang unitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

3

indissolubilitas; ketiga membantu pasangan suami istri Katolik semakin

mewujudkan kesetiaan dan kebahagian dalam hidup perkawinan.

Faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang

unitas dan indissolubilitas, antara lain: faktor iman, pada saat pasangan suami istri

Katolik menghayati perkawinan sebagai lambang cinta kasih Kristus kepada

Gereja-Nya bersifat total, penuh, tidak terbatas dan berlangsung kekal abadi,

sehingga mereka mampu menghayati perkawinan yang bersifat unitas dan

indissolubilitas (bdk. Ef 5:21-32); faktor sosial, pada saat pasangan suami istri

terus menerus menjaga keutuhan dalam cinta yang eksklusif dan sepenuhnya

sepanjang hidup atau kekal tak terceraikan (bdk. Mat 19:6), sehingga praktek

poligami, apapun alasannya bertentangan dengan kehendak Allah sendiri (bdk.

GS, art. 49).

Penulis memilih usia perkawinan antara 15-30 tahun, alasannya: pertama

pada usia perkawinan 15-30 tahun dianggap pasangan suami istri Katolik sudah

matang dalam menjalani hidup perkawinan; kedua usia sekitar 40-55 tahun, saat

itu pasangan suami istri Katolik telah melewati masa krisis dalam perkawinan;

ketiga pasangan suami istri masih lengkap atau keduanya masih hidup.

Penulis memilih tempat di Wilayah Patangpuluhan, Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus (HKTY) Pugeran-Yogyakarta, alasannya: pertama tempat penulis

berdomisili, sehingga lebih mudah dalam melaksanakan penelitian; kedua Gereja

di Wilayah Patangpuluhan bernaung dalam perlindungan Keluarga Kudus Nazaret,

Yesus, Maria, Yosef yang menjadi teladan bagi keluarga Kristiani; ketiga jumlah

pasangan suami istri Katolik yang akan diteliti sebanyak 46 pasang dari 8

lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

4

Rubiyatmoko (2015: 20) menjelaskan ciri-ciri hakiki perkawinan ialah

unitas dan indissolubilitas, yang dalam perkawinan Kristiani memperoleh

kekukuhan khusus atas dasar sakramen (bdk. kan. 1056). Kedua kekhasan ini

esensial, karena terlekat dan terkandung dalam setiap perkawinan sebagai realitas

natural. Kedua sifat ini merupakan data hukum ilahi kodrati, yang sudah tertanam

dalam kodrat manusia sebagai tatanan fundamental bagi kebaikan umat manusia.

Catur Raharso (2014: 100) mengatakan bahwa “Kesetiaan adalah konsekuensi

langsung dan logis dari kesatuan atau monogami.”

Penulis tertarik melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-

faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas, dengan mengambil judul skripsi “Faktor-Faktor Pendukung

Dalam Upaya Mewujudkan Perkawinan Yang Unitas Dan Indissolubilitas

Bagi Pasangan Suami Istri Katolik Yang Usia Perkawinan 15-30 Tahun Di

Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta.”

B. RUMUSAN MASALAH

Penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul sebagai

berikut:

1. Apa pengertian perkawinan Katolik yang berciri unitas dan indissolubilitas?

2. Apa faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas bagi pasangan suami istri Katolik di Wilayah Patangpuluhan

Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

5

3. Bagaimana upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas

bagi pasangan suami istri Katolik di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta?

C. TUJUAN PENULISAN

Beberapa tujuan dari penulisan sebagai berikut:

1. Menambah wawasan mengenai ciri perkawinan Katolik yang unitas dan

indissolubilitas.

2. Mengetahui faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang

unitas dan indissolubilitas bagi pasangan suami istri Katolik di Wilayah

Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta.

3. Memberikan sumbangan program pendampingan iman kepada tim kerasulan

keluarga untuk membantu pasangan suami istri Katolik agar semakin mewujudkan

perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I Program Studi

Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Bagi Pasangan Suami Istri Katolik

a. Pasangan suami istri Katolik diharapkan semakin memahami sifat perkawinan

Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

b. Pasangan suami istri Katolik diharapkan semakin mengetahui faktor pendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

6

dalam upaya mewujudkan perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

c. Pasangan suami istri Katolik diharapkan semakin mengupayakan penghayatan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas dalam hidup sehari-hari.

d. Pasangan suami istri Katolik diharapkan semakin meningkatkan kekudusan

hidup perkawinan.

2. Bagi penulis

a. Penulis sebagai seorang biarawati semakin diperkaya dalam pemahaman

mengenai perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

b. Penulis dibantu dalam melaksanakan tugas perutusan Kongregasi yang

fokusnya pada Kerasulan Keluarga.

3. Bagi Pembaca

a. Pembaca semakin memahami perkawinan Katolik yang unitas dan

indissolubilitas.

b. Pembaca semakin mengetahui faktor pendukung dalam mewujudkan

perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

4. Bagi Kampus

Memberikan ide-ide dan pengetahuan bagi mahasiswa prodi PAK dalam

mencari bahan mengenai faktor-faktor pendukung bagi pasangan suami istri

Katolik dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

7

E. METODE PENULISAN

Metode Penulisan yang akan digunakan penulis dengan penelitian kualitatif

dan studi pustaka. Penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan kuisioner

kepada pasangan suami istri Katolik berupa pertanyaan tertutup (memilih jawaban

yang sudah tersedia) dan pertanyaan terbuka (jawaban menurut pendapat sendiri),

agar memperoleh data yang lengkap mengenai faktor pendukung dalam upaya

mewujudkan perkawinan yang unitas dan Indissolubilitas bagi pasangan suami

istri Katolik di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta.

Defenisi metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati (Moleong, 1989: 3). Studi Pustaka digunakan untuk memperkuat

teori mengenai ciri hakiki perkawinan Katolik.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Gambaran umum mengenai sistematika penulisan yang akan dibahas di

dalam penulisan skripsi, sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan, meliputi: latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisikan faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan

perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas, meliputi deskripsi

perkawinan Katolik: hakikat perkawinan, tujuan perkawinan, ciri-ciri perkawinan

yang unitas dan indissolubilitas menyangkut dasar, pengertian dan implikasinya,

sakramental, janji perkawinan. Kemudian faktor pendukung dan faktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

8

penghambat mempengaruhi upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas, antara lain: faktor kepribadian, internal keluarga, budaya,

kesehatan, fisik, iman/agama, ekonomi dan sosial atau relasi dengan orang lain.

Bab III berisikan penelitian terhadap pasangan suami istri Katolik yang

usia perkawinan 15-30 tahun dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas

dan indissolubilitas di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta, meliputi gambaran umum Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta;

gambaran umum perwujudan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas di

Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta; penelitian tentang

faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta.

Bab IV berisikan pengolahan hasil penelitian dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, meliputi faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas, bahagia dengan pasangan dan tidak ingin bercerai.

Bab V berisikan program pembinaan iman: rekoleksi bagi pasangan suami

istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas di Wilayah Patangpuluhan Paroki

HKTY Pugeran-Yogyakarta, meliputi: latar belakang pemilihan program, usulan

program dalam bentuk rekoleksi, tema dan tujuan rekoleksi, matriks program,

gambaran pelaksanaan program, contoh pelaksanaan program.

Bab VI Penutup berisikan kesimpulan dan saran.

Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini.

Penulis berharap penulisan mengenai faktor pendukung dalam upaya mewujudkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

9

perkawinan yang Unitas dan Indissolubilitas berguna bagi pasangan suami istri

khususnya dan Gereja pada umumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

BAB II

FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT

MEMPENGARUHI UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN KATOLIK

YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS

Bab ini secara khusus mendalami ciri/sifat dari perkawinan Katolik yang

unitas dan indissolubilitas menyangkut: dasar, pengertian dan implikasinya.

Namun sebelum membahas mengenai ciri/sifat perkawinan, terlebih dahulu

disampaikan mengenai perkawinan Katolik, menyangkut hakikat perkawinan;

tujuan perkawinan antara lain kesejahteraan suami istri (bonum coniugum),

kelahiran anak (prokreasi) dan pendidikan anak; janji perkawinan untuk setia pada

pasangan dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit; dan sakramen

perkawinan.

Kemudian mendalami faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas antara lain: kepribadian,

internal keluarga, budaya, kesehatan, fisik, iman/agama, ekonomi dan sosial atau

relasi dengan orang lain. Hal ini menjadi pokok pembahasan mengenai faktor

pendukung bagi pasangan suami istri Katolik dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

A. PERKAWINAN KATOLIK

1. Hakikat

Hakikat perkawinan menurut Kej 1:26-28 merupakan persatuan antara

seorang pria dan seorang wanita, yang diberkati oleh Allah sendiri, dan diberi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

11

tugas bersama oleh-Nya untuk meneruskan generasi manusia serta memelihara

dunia. Kemudian menurut Kej 2:18-25 mengatakan bahwa kesatuan erat antara

seorang pria dan seorang wanita, atas dorongan Allah sendiri, yang mendorong

suami mampu dan mau meninggalkan ayah ibunya serta hidup bersatu dengan

istrinya sedemikian erat, sehingga keduanya menjadi satu manusia baru

(Hadiwardoyo, 2004: 13-14).

Pendahuluan dalam Konsili Trente yang mengatakan bahwa “Sejak awal

mula perkawinan merupakan suatu ikatan tetap dan tak terputuskan

(indissolubilitas),” yang didasarkan pada Kej 2:23-24; Mat 19:5 dan Mrk 10:8.

Penegasan Konsili bukan penegasan historis atau seolah-olah begitulah nyatanya

awal perkawinan di antara manusia, melainkan suatu keterangan teologis atau apa

yang dimaksud Pencipta (Groenen, 1993: 249). Hal ini ditegaskan kembali dalam

ensiklik Humanae Vitae artikel 8 mengatakan bahwa “Perkawinan itu lembaga

yang didirikan oleh Pencipta.”

Ajaran Gereja mengenai hakikat perkawinan mulai zaman Bapa-bapa

Gereja sampai zaman ini mengatakan perkawinan mempunyai martabat suci,

karena diberkati oleh Allah dan direstui oleh Tuhan Yesus. Setelah suami istri

mengungkapkan janji nikah, maka perkawinan menjadi sah. Perkawinan sah antara

dua orang Kristen merupakan sebuah Sakramen. Perkawinan sebagai lembaga

Ilahi dan komunitas seluruh hidup berdasarkan kasih serta lambang dari partisipasi

dalam hubungan kasih Kristus dan Gereja (Hadiwardoyo, 2015: 48-61).

Hakikat perkawinan sebagai sebuah perjanjian antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup terdapat dalam

Kitah Hukum Kanonik kan. 1055§ 1:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

12

Perjanjian (feodus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang

perempuan membentuk diantara mereka persekutuan (consortium) seluruh

hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami istri

(bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang

yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.

Beberapa defenisi perkawinan antara lain: pertama perkawinan adalah

sebuah persekutuan hidup suami istri yang penuh, total dan eksklusif, tak

terputuskan, yang melibatkan seluruh pribadi dalam semua aspek kehidupan dan

aktivitas: material-ekonomis, cinta kasih, afeksi, pelayaanan dan perhatian, relasi

seksual (Catur Raharso, 2014: 47); kedua perkawinan adalah persekutuan hidup

antara seorang pria dan seorang wanita, atas dasar ikatan cinta kasih yang total,

dengan persetujuan bebas dari keduanya yang tidak dapat ditarik kembali, dengan

tujuan antara lain: kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi dan kesejahteraan

keluarga” (Gilarso, 2015: 9); ketiga Abineno (1982: 28-38) mengatakan bahwa

“Perkawinan adalah suatu persekutuan hidup antara suami dan istri yang total,

eksklusif, dan kontinyu.

Gaudium et Spes art. 48 mengatakan bahwa “Perkawinan merupakan

persekutuan hidup dan cinta kasih yang mesra, yang diciptakan oleh pencipta dan

dilengkapi dengan hukumnya, diwujudkan oleh perjanjian nikah atau persetujuan

pribadi yang tak dapat ditarik kembali.” Kemudian seorang teolog keluarga

bernama M. Foley yang dikutip oleh Hello (2006: 16) mengatakan bahwa “Dalam

perkawinan seorang pria ditambah seorang wanita berkembang menjadi satu

kesatuan yang menghasilkan dua pribadi yang lebih kaya dan lebih mendalam.”

Beragamnya wujud perkawinan, maka C. Groenen (1993: 19) mengusulkan

defenisi perkawinan dari segi sosio-antropoligis, yakni “Perkawinan ialah

hubungan yang kurang lebih mantap dan stabil antara pria dan wanita (seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

13

atau beberapa orang) justru sebagai pria dan wanita, jadi hubungan seksual, yang

oleh masyarakat yang bersangkutan (kurang lebih luas) sedikit banyak diatur,

diakui dan dilegalisasikan.”

Hadiwardoyo (2007: 5-7) melihat hakikat perkawinan dari tiga sudut

pandang yang berbeda, yakni: pertama sudut pandang yuridis bahwa perkawinan

pada hakikatnya merupakan suatu ikatan sah antara seorang pria dan seorang

wanita, sebagai suami istri; kedua sudut pandang psikologis bahwa perkawinan

pada hakikatnya merupakan persatuan menyeluruh antara seorang pria dan seorang

wanita, yang masing-masing tetap unik; ketiga sudut pandang religius bahwa

setiap perkawinan yang sah merupakan lambang dari “Perkawinan Suci” antara

Allah dan umat-Nya.

Beberapa pendapat di atas mengenai hakikat perkawinan, maka penulis

memilih persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita yang

didasarkan cinta kasih yang total dengan persetujuan bebas dari keduanya yang

tidak dapat ditarik kembali.

2. Tujuan

Tujuan perkawinan menekankan unitif dari perkawinan, yakni kesatuan

erat antara suami-isteri itu sendiri (bdk. Kej 2:18-25) dan ditegaskan dalam Mat

19:6 bahwa “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa

yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Dengan demikian

di dalam tujuan perkawinan secara inplisit mengandung unsur unitif dan

indissolubilitas, kesatuan yang erat bersifat indissolubilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

14

Ajaran Gereja mengenai tujuan perkawinan mulai zaman Bapa-bapa Gereja

sampai zaman ini, sebagai berikut: memudahkan pembagian warisan dan

menurunkan anak-anak yang sah serta sehat, membentuk kesatuan jiwa suami istri

dalam kasih rohaniah dan menurunkan anak-anak, pengaturan nafsu seksual dan

terbuka pada keturunan (Hadiwardoyo, 2015: 63-78).

Pedoman Pastoral Keluarga art. 7 mengatakan bahwa “Perkawinan adalah

sebuah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, melahirkan anak, membangun

hidup kekerabatan yang bahagia dan sejahtera.” Kemudian Pedoman Pastoral

Keluarga art. 8 mengatakan bahwa “Perkawinan adalah suatu ikatan suci demi

kesejahteraan suami istri dan kelahiran anak serta pendidikannya itu tidak hanya

tergantung pada kemauan manusiawi semata-mata, tetapi juga pada kehendak

Allah.”

Setiap keputusan yang dipilih mengandung tujuan yang hendak dicapai,

sebagaimana seorang laki-laki dan seorang perempuan memutuskan untuk

menikah. Rubiyatmoko (2012: 19) dengan sederhana menunjukkan adanya 3

tujuan utama perkawinan (bdk. kan. 1055§ 1) yakni: kesejahteraan suami-istri

(bonum coniugum), kelahiran anak (prokreasi) dan pendidikan anak (bonum

prolis). Kemudian Catur Raharso (2014: 60) melihat tujuan perkawinan dalam

dua aspek, yaitu kesejateraan suami istri dan kesejahteraan anak. Selanjutnya

Gilarso (2015: 11-12) mengatakan:

Tujuan perkawinan yang layak dikejar oleh suami istri ialah: pertama

pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami istri; kedua kelahiran dan

pendidikan anak; ketiga pemenuhan kebutuhan seksual dan keempat lain-

lain seperti kesejahteraan keluarga, jaminan perlindungan dan keamanan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

15

demi ketenangan, nama baik, kerukunan keluarga, jaminan nafkah/

ekonomi, sah dan sehatnya keturunan dan sebagainya.

Beberapa pendapat di atas mengenai tujuan perkawinan, maka penulis

memilih kesejahteraan dan kebahagiaan suami istri menyangkut relasi inter-

personal antara suami istri, persekutuan jiwa dan hati untuk saling menolong dan

membantu, terbuka bagi kelahiran anak serta mendampingi dan mendidik anak

sesuai dengan iman Katolik.

a. Kesejahteraan Suami Istri (Bonum Coniugum)

1) Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan menurut pandangan Gereja terdapat dalam surat apostolik

Paus Yohanes Paulus II “Familiaris Consortio” bagian II art. 11-16 merumuskan

bahwa “Keluarga sejahtera dalam kesetiaan kepada rencana Allah.” Kemudian

kesejahteraan menurut pandangan negara pasal 1 ayat 11 UU RI no. 10 th. 1992

tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejatera

merumuskan sebagai berikut:

“Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.”

Selain itu dirumuskan dalam Piagam Hak-Hak Keluarga mengenai kesejahteraan

keluarga yang terdapat dalam mukadimahnya yang isinya:

“bahwa hak-hak, kebutuhan mendasar, kebaikan dan nilai-nilai keluarga

seringkali diingkari dan tak jarang digerogoti oleh undang-undang,

lembaga-lembaga dan program-program sosio-ekonomis, maka Gereja

Katolik mulai menyadari bahwa kesejahteraan pribadi, masyarakat dan

Gereja sendiri itu juga melewati jalan keluarga. Oleh karena itu Gereja

selalu menganggap bahwa pewartaan tentang rencana Allah tentang

pernikahan dan keluarga merupakan bagian dari perutusannya, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

16

berjuang untuk mengembangkannya serta membelanya melawan semua

yang menyerangnya.”

Beberapa pengertian di atas, maka keluarga disebut sejahtera bukan hanya

dilihat dari segi jasmani, ketika segala materi terpenuhi, namun juga segi rohani,

ketika hubungan dengan Tuhan dan relasi pasangan, relasi dengan keluarga dan

masyarakat terjalin dengan baik dan harmonis.

2) Aspek-Aspek Sejahtera Seutuhnya

Pedoman persiapan perkawinan di lingkungan Katolik mengatakan bahwa

“Keluarga sejahtera seutuhnya dalam segala aspeknya berpegang pada visi dan

paham manusia seutuhnya, termasuk dalam kehidupan keluarga.”

Keanekaragaman aspek keluarga sejahtera itu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan

saling berkaitan di dalam keutuhan manusia dan keluarga yang sama. Dalam upaya

untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga utuh meliputi berbagai aspek yang

saling berkaitan dan merupakan upaya terus menerus dalam mewujudkannya di

tengah dunia yang terbatas ini. Aspek-aspek keluarga sejahtera meliputi Aspek

Fisik, Psikis, Intelektual, Kultural, Religius, Moral, Sosial.

3) Kesejahteraan Suami Istri

Ukuran kesejahteraan suami istri menurut Kej 2:18-25 adalah penghargaan

seseorang terhadap pasangan nikahnya (Bambang Alriyanto, 1996: 3); ketika

pasangan suami istri sadar akan pemenuhan secara terus menerus dalam diri

mereka sendiri hingga cinta timbal balik mereka tetap ada dan total (Eminyan,

2005: 34); ketika pasangan suami istri dapat memenuhi kebutuhan akan sandang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

17

pangan, papan serta pendidikan yang memadai (Eminyan, 2005: 21); ketika

pasangan suami istri bersatu dan rela menyerahkan diri demi kebahagiaan

pasangannya (Gilarso, 2015: 11); ketika masing-masing pihak memahami hak dan

kewajiban, saling berkorban dan saling memberi (Haskim dan Laendra, 1980: 19).

Kesejahteraan pasangan secara abstrak bisa didefenisikan sebagai suami

istri itu sendiri yang saling menyerahkan dan menerima diri pribadi (Catur

Raharso, 2014: 62). Hal ini ditegaskan oleh St.Thomas Aquino yang dikutip oleh

Catur Raharso (2014: 63) mengatakan bahwa “Cinta selalu mengarahkan

seseorang kepada dua objek sekaligus, kepada apa yang baik dan bernilai (bonum),

dan kepada orang yang dicintai itu.” Dengan demikian pengertian kesejahteraan

suami istri dalam perkawinan bukanlah kesejahteraan individualistik dua

bujangan yang hidup bersama, melainkan kesejahteraan dualistik dan altruistik

sebagai pasangan.

Kesejahteraan suami istri mengandung pengertian yang sangat kompleks

dan dinamis, karena konsep kesejateraan sangat kontekstual, ditentukan oleh

faktor budaya, mentalitas, pandangan dan gaya hidup, hukum, serta latar belakang

pendidikan serta situasi sosial ekonomi (Catur Raharso, 2014: 63). Jadi

kesejahteraan suami istri dapat tercapai jika masing-masing pribadi pasangan

saling menghargai dan menempatkan pasangannya sebagai patner cinta kasih

dalam mewujudkan kesejateraan keluarga.

Kesejahteraan suami istri adalah komunitas intim hidup dan cinta pasangan

itu sendiri, yang mereka bangun, pertahankan dan upayakan selalu dan bersama-

sama. Hal ini menuntut secara konkret pada masing-masing pihak beberapa

karakteristik kehendak yakni: hidup dan tinggal bersama, mencukupi kebutuhan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

18

kebutuhan hidup pasangan, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan-

keputusan mengenai hidup perkawinan dan keluarga (Catur Raharso, 2014: 63-

64).

Dalam mengupayakan bonum coniugum terdapat dua aspek yakni: pertama

aspek eksternal dan lahiriah, diwujudkan dengan membangun kehidupan sebagai

pasangan; kedua aspek internal, diwujudkan dengan integrasi spiritual dan afektif

(Catur Raharso, 2014: 64). Hal ini tidak boleh dimengerti sekadar sebagai

kehidupan bersama secara fisik, melainkan lebih-lebih solidaritas (pelayanan dan

bantuan timbal balik) dan partisipasi pada setiap situasi kondisi vital pasangan.

Catur Raharso (2014: 65-66) mengatakan bahwa “Kesejahteraan suami istri

dibangun atas dasar kemampuan untuk saling menyesuaikan dan menyempurnakan

diri demi pasangannya, yang juga diwujudkan dalam relasi seksual sebagai wujud

penyerahan diri mereka secara timbal balik” (bdk. kan. 1057§ 2).

Pedoman persiapan perkawinan di lingkungan Katolik mengatakan bahwa

“Dalam mewujudkan dan menghayati kesatuan hati dan jiwa yang dicita-

citakan, sehingga terciptalah kebahagiaan hidup berkeluarga, pada suami

istri melekat beberapa pokok tanggungjawab yang meliputi membina dan

mengembangkan hidup bersama, membina dan mengembangkan kesetiaan

satu sama lain, mengembangkan komitmen seumur hidup, menghormati

nilai pribadi manusia, mengembangkan relasi dan komunikasi serta

saling mendukung dan menghayati iman.”

Dalam membangun kesejahteraan, pasangan suami istri mengalami

hambatan karena perilaku egosentris, ketika pasangan tidak mampu melihat atau

memahami suatu hal atau peristiwa di sekitarnya menurut pikiran dan perasaan

pasangannya (Raharso, 2014: 66).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

19

4) Beberapa Upaya Menyejahterakan Pasangan

Beberapa upaya menyejahterakan pasangan antara lain: memberikan

nafkah lahiriah (sandang, pangan dan papan) dan nafkah batiniah (hubungan

seksual), memberikan kebebasan kepada pasangannya untuk memelihara imannya

dan melaksanakan kewajiban agamanya, memberikan kebebasan-kebebasan lain

yang sewajarnya kepada pasangan lainnya untuk mengembangkan dirinya, tidak

berlaku kasar (secara fisik, moral atau psikologis) atau bahkan menyiksa

pasangannya (Raharso. 2014: 64).

b. Kelahiran Anak (Prokreasi)

Kitab Suci Perjanjian Lama (KSPL) dalam Kej 2:18 mengatakan bahwa

Tuhan Allah berfirman "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan

menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia," dan Kej 2:23

mengatakan bahwa “Allah menciptakan manusia dari awal pria dan wanita,” serta

Kej 1:28 mengatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman

kepada mereka “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan

taklukkanlah itu.” (bdk. GS, art. 50).

Paus Paulus VI dalam ensiklik Human Vitae artikel 12 mengatakan bahwa

“Hubungan seks suami istri itu mempunyai dua makna yang tak terpisahkan, yakni

menyatukan suami istri dan menurunkan anak (unitif dan prokreatif).” Kemudian

Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes art. 50a mengatakan bahwa “Perbuatan

khas pernikahan, dari kodratnya terarah kepada kelahiran dan pendidikan anak.”

Pedoman Pastoral Keluarga art. 13 mengatakan bahwa dengan melahirkan

kehidupan baru (prokreasi), secara istimewa suami istri mengambil bagian dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

20

karya penciptaan-Nya (bdk. FC, art. 28) dan Kej 1:28 memperlihatkan dengan

jelas bahwa Allah sendirilah yang mengangkat mereka menjadi rekan kerja dalam

karya penciptaan. Catur Raharso (2014: 68) menegaskan bahwa “Agar ada

kesepakatan nikah, perlulah mempelai sekurang-kurangnya mengetahui bahwa

perkawinan adalah suatu persekutuan tetap antara pria dan wanita yang terarah

pada kelahiran anak, dengan suatu kerjasama seksual.”

Hasil dari relasi intim suami istri saling memberi diri dan menikmati cinta

secara sempurna adalah mengadakan, membesarkan dan mendidik anak. Anak

adalah buah kasih orangtua. Anak adalah milik Allah yang dititipkan pada

orangtua “membuat mereka menjadi lebih manusia” (Hello, 2006: 18).

Perkawinan adalah lembaga yang ditetapkan secara bijaksana oleh Allah

Pencipta untuk mewujudkan rencana kasih-Nya bagi umat manusia, melalui

penyerahan diri timbal balik yang khas, personal dan eksklusif, suami istri

membentuk persekutuan hidup untuk saling membantu mencapai kesempurnaan

pribadi, serta kerjasama dengan Allah dalam menciptakan generasi baru dan

mendidiknya. Cinta kasih suami istri yang mengantar mereka untuk saling

mengenal hingga menjadikan mereka “satu daging,” tidak hanya untuk suami istri

berdua, melainkan memampukan mereka untuk pemberian diri setinggi mungkin

sebagai rekan kerja Allah dalam meneruskan kehidupan baru dan menumbuh-

kembangkannya menjadi pribadi manusia (Catur Raharso, 2014: 69-70).

c. Pendidikan Anak

Tanggungjawab menyejahterakan anak, terkandung pula kewajiban untuk

mendidik anak-anak. Dalam Gravissimum Educationis art. 3 mengatakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

21

Karena telah memberikan kehidupan kepada anak-anak mereka, orangtua

terikat kewajiban yang sangat berat untuk mendidik anak-anak mereka, dan

karena itu mereka harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama anak-

anak mereka. Tugas mendidik ini begitu berat, sehingga kalau tidak ada

sulit untuk dilengkapi.”

Kemudian dalam FC, art. 36 mengatakan:

“Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk

berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan

dalam dan demi cinta kasih seorang pribadi yang baru yang dalam dirinya

mengembangkan diri, orangtua sekaligus bertugas mendampinginya secara

efektif untuk menghayati hidup manusiawi sepenuhnya.”

Catur Raharso (2014: 75) menegaskan kembali pernyataan di atas dengan

mengutip KHK kan. 1136 mengatakan bahwa “Orangtua mempunyai kewajiban

sangat berat dan hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak,

baik fisik, sosial dan kultur, maupun moral dan religius.” Pendidikan anak harus

mengarah pada pendidikan demi masa depan anak-anak terdapat dalam GS, art.

52a mengatakan:

“Anak-anak harus dididik sedemikian rupa sehingga setelah mereka

dewasa, dapat mengikuti dengan penuh rasa tanggungjawab panggilan

mereka termasuk juga panggilan khusus, dan memilih status hidup, bila

mereka memilih status hidup pernikahan, semoga mereka dapat

membangun keluarganya sendiri dalam situasi moral, sosial dan ekonomi

yang menguntungkan mereka.”

Pedoman Pastoral Keluarga art. 9 mengatakan bahwa “Berkat rahmat

sakramen perkawinan, suami istri menerima rahmat istimewa yang membuat

mereka lebih mampu menjadi suci dan mendidik anak-anak secara Katolik” (bdk.

LG, art. 11). Kemudian Pedoman Pastoral Keluarga art. 10 mengatakan bahwa

“Kehadiran anak-anak dalam keluarga merupakan anugerah sangat berharga dan

sekaligus mahkota cinta kasih dalam perkawinan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

22

Maka anak-anak selayaknya dicintai, dihargai, diterima sepenuhnya dan

dikembangkan sebaik mungkin oleh kedua orangtua. Tugas mendidik anak

bersumber dari panggilan asli orangtua untuk berpartisipasi dalam karya

penciptaan Allah. Karena cinta dan demi cinta orangtua telah melahirkan

kehidupan baru. Selanjutnya kelahiran baru (anak) ini terpanggil untuk

berkembang dan bertumbuh menjadi pribadi manusia yang utuh dan dewasa.

Karena itu, sangatlah logis dan natural bahwa orangtua memiliki tugas dan

tanggungjawab utama dan langsung untuk membantu secara efektif anak-anak

mereka agar dapat hidup sepenuhnya sebagai pribadi manusia (Catur Raharso,

2014: 75).

Hello (2006: 19) mengatakan bahwa “Orangtua dapat melakukan tugasnya

sebagai pembimbing utama yang mengarahkan, menuntun, memberikan

pengertian dan pemahaman yang benar tentang sesuatu hal sesuai kaidah-kaidah

iman kristiani.” Keluarga menjadi tempat pertama dan utama dalam pendidikan

iman (bdk. Ul 6:7).

3. Ciri-ciri Perkawinan Katolik

Kitab Suci Perjanjian Baru (KSPB) dalam Mrk 10:8; Mat 19:5 dan 1Kor 7

mengajarkan ciri/sifat perkawinan Katolik yakni monogami dan sifat tak

terputuskan.

Ajaran Gereja mengenai ciri-ciri perkawinan mulai zaman Bapa-bapa

Gereja sampai zaman ini sebagai berikut: ikatan perkawinan antara orang-orang

Kristen bersifat monogam dan tak terputuskan setelah diucapkannya “janji nikah”

dan setelah dilakukan “consummatio” oleh suami istri karena perkawinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

23

merupakan lambang hubungan kasih antara Kristus dan Gereja. Perkawinan sah

antara dua orang kristen benar-benar merupakan sebuah sakramen dan ikatannya

bersifat tak terputus, monogami dan menolak poligami berdasarkan hukum ilahi

HV, art. 9 dan GS, art. 49 mengatakan bahwa “Cinta suami istri adalah setia dan

eksklusif sampai akhir hidup, demikianlah mempelai dan pengantin memahaminya

pada hari mereka dengan bebas dan sadar saling mengikat dengan janji nikah

mereka.” Kemudian FC, art. 19 mengatakan bahwa “Perjanjian kasih perkawinan

suami isteri „bukanlah dua, melainkan satu‟ dan dipanggil untuk senantiasa

tumbuh dalam kesatuan dan kesetiaan setiap hari, dengan berpegang teguh pada

janji perkawinan untuk penyerahan diri timbal balik.”

Perkawinan Katolik memiliki ciri-ciri hakiki, yang membedakannya

dengan perkawinan lain. Rubiyatmoko (2012: 20) mengungkapkan kekhasan

perkawinan Katolik dengan mengutip KHK kan. 1056 mengatakan “Ciri-ciri

hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (tak

terputuskan), yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus

atas dasar sakramen”. Dua ciri hakiki perkawinan, yaitu kesatuan (unitas) dan tak

terputuskan (indissolubilitas) yang merupakan ciri esensial karena melekat dan

terkandung dalam setiap perkawinan sebagai realitas natural (Catur Raharso, 2014:

94). Perkawinan yang baik harus memiliki dan memperjuangkan ciri-ciri berikut:

monogami, tak terceraikan, terbuka bagi keturunan dan keluarga Kristiani adalah

“Gereja mini” (Gilarso, 2015: 12-13).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai ciri perkawinan Katolik, maka

penulis memilih monogami artinya perkawinan yang dilakukan antara seorang

laki-laki dan seorang perempuan serta menolak adanya poligami; dan tak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

24

terceraikan artinya suatu perkawinan yang berlangsung seumur hidup dan tidak

dapat diputuskan dengan alasan apapun dan oleh siapapun, kecuali oleh kematian.

a. Unitas (kesatuan)

1) Dasar Unitas

Dasar unitas terungkap dalam KSPL dan KSPB menjadi “satu daging”

(Kej 2:24; Mrk 10:8; Mat 19:5; Ef 5:31) yang isinya “Sebab itu seorang laki-laki

akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga

keduanya menjadi satu daging.” Cinta kasih suami isteri sungguh-sungguh

merupakan cinta kasih perjanjian yang bersifat eksklusif dan tetap (bdk. Ams 5:15-

20).

Kej 1:27 dan Kej 2:24 dengan tegas dan berwibawa merestui cita-cita suci

perkawinan monogam sebagai perkawinan yang memenuhi kehendak Allah,

karena melambangkan kesetiaan kasih antara Yahwe dan umat-Nya (Bambang

Alriyanto, 1996: 3, 5). Kemudian St. Paulus dalam 1Kor 7 dan Ef 5 dengan sikap

yang cukup keras dan tegas memperjuangkan nilai perkawinan yang monogam tak

terceraikan, dengan berpegang pada faham penciptaan (Bambang Alriyanto, 1996:

58).

Paus Pius XI dalam ensiklik “Casti Cannubii” mengatakan bahwa ikatan

perkawinan bersifat monogami dan tak terputus berdasarkan hukum ilahi dan perlu

dilaksanakan dengan kasih yang teguh. Kemudian Konsili Vatikan II dalam

konstitusi “Gaudium et Spes” bahwa praktik poligami dan perceraian

mengaburkan martabat perkawinan, dan sifat monogami dan tak terputusnya

ikatan perkawinan muncul dari sifat kodrati kasih suami istri, diajarkan oleh

Kristus sendiri, dan mengungkapkan kesetaraan derajat pria dan wanita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

25

Selanjutnya Paus Pius VI dalam ensiklik “Humanae Vitae” menghubungkan sifat

monogami dan tak terputusnya ikatan perkawinan dengan sifat-sifat khas kasih

suami istri yang eksklusif dan setia. Akhirnya Paus Yohanes Paulus II dalam

amanat apostoliknya “Familiaris Consortio” mengajarkan bahwa sifat monogam

dan tak terputusnya ikatan perkawinan bersumber pada kasih suami istri dan

disempurnakan oleh Roh Kudus dalam Sakramen Perkawinan.

Rubiyatmoko (2012: 21) menegaskan kembali dengan mengutip kan. 1056

“Ciri hakiki perkawinan ialah unitas (kesatuan) menunjuk unsur unitif dan

monogam perkawinan”. Dengan unsur unitif dimaksud sebagai unsur yang

menyatukan suami istri secara lahir dan batin. Sedangkan unsur monogam

menyatakan bahwa perkawinan dinyatakan sah jika dilaksanakan hanya antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Katekismus Gereja Katolik

(KGK) artikel 1645 mengatakan bahwa “Kesatuan perkawinan yang dikukuhkan

oleh Tuhan tampak secara jelas dari martabat pribadinya yang sama baik pria

maupun wanita, yang harus diterima dalam cinta kasih timbal balik dan penuh.”

Dasar monogami dapat dilihat dalam martabat pribadi manusia yang tiada

taranya pria dan wanita saling menyerahkan dan menerima diri dalam cinta kasih

total tanpa syarat dan secara eksklusif. Hal ini mau menegaskan bahwa pasangan

suami istri saling menyerahkan diri secara total dan eksklusif, sehingga tidak ada

alasan untuk poligami (Go, 2005: 17).

Pedoman persiapan perkawinan di lingkungan Katolik mengatakan bahwa

“Persekutuan suami istri berakar dalam sifat saling melengkapi secara kodrati,

yang terdapat antara pria dan wanita, dan makin dikukuhkan oleh kerelaan pribadi

suami istri untuk bersama-sama melaksanakan seluruh rencana hidup mereka,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

26

saling berbagi apa yang dimiliki dan seluruh kenyataan mereka.” Hal ini mau

mengatakan bahwa dalam perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan

dengan cinta yang penuh, total, dan tidak terbagi-bagi, saling menyerahkan diri

seutuhnya, sehingga mendorong suami istri untuk mewujudkan persatuan yang

semakin kaya di antara mereka.

Dalam kehidupan di masyarakat, dapat ditemukan pasangan suami istri

yang tidak setia pada dasar monogami perkawinan dengan melakukan tindakan

poligami, karena alasan istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri,

cacat badan atau penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan, dan bila istri tidak

dapat melahirkan keturunan. Tentu hal ini bertentangan dengan monogami, karena

istri diperlakukan menurut sifat-sifat tertentu dan tidak menurut martabatnya

sebagai manusia. bdk. dengan gagasan janji perkawinan: kasih-setia dalam suka-

duka, untung-malang, sehat-sakit (Go, 2005: 17).

2) Pengertian Unitas

Pandangan Gereja mengenai unitas sebagai perjanjian pernikahan pria dan

wanita “Bukan lagi dua melainkan satu” (Mat 19:6; bdk. Kej 2:24), yang dipanggil

untuk tetap bertumbuh dalam persekutuan melalui kesetiaan dari hari ke hari

terhadap janji pernikahan untuk saling menyerahkan diri seutuhnya. Pandangan

Negara mengenai unitas terdapat dalam UU RI no. 1/1974 bab 1 pasal 3

mendefenisikan perkawinan sebagai “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri.”

Kesatuan atau unitas menunjuk unsur unitif dan monogam perkawinan.

Dengan unsur unitif dimaksudkan sebagai unsur yang menyatukan suami istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

27

secara lahir batin. Sedangkan unsur monogam menyatakan bahwa perkawinan

hanya sah jika dilaksanakan hanya antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

(Rubiyatmoko, 2012: 21).

Perkawinan adalah kesatuan (unitas, unity) relasi antara seorang pria dan

seorang wanita untuk hidup sebagai suami istri sepanjang hayat melalui perjanjian

yang bersifat eksklusif (Catur Raharso, 2014: 95). Tindakan atau perilaku yang

bertentangan dengan kesatuan relasi suami istri, yaitu poligami (poligini artinya

seorang pria beristri lebih dari satu perempuan atau poliandri artinya seorang

wanita bersuami lebih dari satu laki-laki), sekaligus kontra ketidaksetiaan, karena

ketidaksetiaan melanggar kesatuan perkawinan karena kesetiaan adalah

konsekuensi langsung dan logis dari kesatuan atau monogami (Catur Raharso,

2014: 97, 100). Selanjutnya Go (2005: 16) mengatakan bahwa “Monogami berarti

perkawinan antara seorang pria dan seorang perempuan, jadi lawan dari poligami

atau poliandri.”

Keseluruhan defenisi mengenai unitas mengandung pengertian bahwa

perkawinan itu antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bersatu lahir

batin seumur hidup secara eksklusif.

3) Impikasi atau konsekuensi Unitas

Pasangan suami istri dengan mengikrarkan janji perkawinan menyadari

konsekuensi dari perkawinan untuk tetap setia dan mencintai pasangannya dengan

tidak poligami. Implikasi atau konsekuensi unitas dengan mengesampingkan

poligami simultan dan poligami suksesif serta hubungan intim dengan pihak ketiga

(Go, 2005: 16-17). Selain itu mewujudkan tanggungjawab membina perkawinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

28

dengan kesetiaan (Go, 1990: 7). Dalam hal ini menolak poligami simultan

maksudnya dituntut ikatan perkawinan dengan hanya satu jodoh pada waktu yang

sama dan poligami suksesif artinya berturut-turut kawin cerai, sedangkan hanya

perkawinan pertama yang dianggap sah, sehingga perkawinan berikutnya tidak

sah.

KHK kan.1056 mengenai ikatan perkawinan yang unitas, eksklusif dan

indissolubilitas. Kemudian ditegaskan dalam Gaudium et Spes artikel 49

mengatakan bahwa “Sebagai pemberian diri timbal balik antara dua pribadi,

persatuan yang mesra itu, begitu pula kepentingan anak-anak menuntut kesetiaan

seutuhnya dari suami istri, dan meminta kesatuan yang tak terceraikan antara

mereka.”

b. Indissolubilitas (tak terputuskan)

1) Dasar Indissolubilitas

Go (2005: 18) mengatakan dasar indissolubilitas terungkap dalam KSPB

misalnya Mrk 10:2-12; Mat 5:31-32; 19:2-12; Luk 16:18. Dalam Kitab Suci

dikisahkan orang Farisi bertanya kepada Yesus “Apakah diperbolehkan suami

menceraikan istrinya?” Yesus menegaskan “Apa yang telah dipersatukan Allah,

janganlah itu diceraikan manusia” (Mat 19:6) dan pasangan suami istri yang

bercerai serta kawin lagi melakukan perbuatan zinah (bdk. Mat 19:9; Mrk 10:12).

Jelas dalam teks Mat 19:2-12 dan Mrk 10:2-12 menyatakan penolakan Yesus

terhadap perceraian. Ia memahami izin perceraian yang diberikan oleh hukum

Musa sebagai suatu hal yang terpaksa diberikan karena ketegaran hati orang-orang

Israel dan sebagai suatu hal yang melawan rencana Allah, alasannya karena Allah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

29

sendiri yang telah menyatukan suami-istri, agar mereka menjadi “satu daging”.

Dengan perkataan lain Yesus mengajarkan bahwa perkawinan itu menurut

kehendak Allah harus bercirikan “tak terceraikan” (Hadiwardoyo, 2004: 22).

Pedoman persiapan perkawinan di lingkungan Katolik mengatakan bahwa

“Pasangan suami istri Katolik menyadari bahwa perkawinan itu dikehendaki dan

diberkati oleh Allah, sehingga tidak ada satu alasanpun dapat memutuskan

perkawinan.” Bila terjadi perceraian kemudian menikah lagi, mereka hidup

dalam perzinahan. Sifat perkawinan yang tak dapat diputuskan berakar pada

panggilan Allah yang mempersatukan seorang pria dan seorang wanita sebagai

suami istri, sehingga apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan

manusia (bdk. Mat 19:6) dan memperoleh dasar kebenarannya dalam rencana yang

diwahyukan oleh Allah, Ia menghendaki serta menganugerahkan sifat tak

terbatalkan pernikahan sebagai buah hasil, sebagai lambang dan tuntutan cinta

yang mutlak setia, kasih Allah terhadap manusia dan kasih Tuhan Yesus terhadap

Gereja.

Dalam perkawinan pasangan suami istri selain dituntut untuk hidup dalam

persekutuan (kesatuan), juga hidup dalam penyerahan diri seumur hidup, demi

kesejahteraan pasangan maupun demi kepentingan anak-anak, sehingga tidak ada

alasan apapun untuk bercerai. Ajaran Kitab Suci dengan tegas mengatakan kepada

pasangan suami istri untuk setia dan menolak percerian maupun perzinahan, yang

menjadi tantangan dalam menghayati janji perkawinan jaman sekarang, sebab

perceraian dan perselingkuhan zaman ini dianggap hal yang biasa, sehingga orang

kurang menghayati janji perkawinan yang diikrarkan untuk setia seumur hidup

dengan pasangannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

30

Ajaran Gereja dalam Konsili Trente Denzinger artikel 1801 mengatakan

bahwa “Perkawinan sebagai sakramen, tandanya perkawinan itu sendiri, yang

merupakan kesatuan kehendak dan kesatuan tubuh.” Tanda ini menghasilkan apa

yang ditandakan yakni kesatuan yang tak terceraikan di antara dua pribadi dan

menunjuk kepada realitas yang lebih dalam yaitu kesatuan Kristus dan Gereja-

Nya.”

Hal ini ditegaskan kembali oleh Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes

art. 48 mengatakan:

“Persekutuan mesra hidup perkawinan dan cinta itu telah ditegakkan oleh

Pencipta sendiri dan diaturnya dengan undang-undang-Nya, dan sudah jauh

berakar di dalam janji perkawinan dengan kesepakatan pribadi yang tak

dapat ditarik kembali. Karenanya dengan tindakan kemanusiaan itu, dengan

mana suami istri saling memberi dan menerima, timbullah suatu

perkerabatan yang menurut kehendak Ilahi maupun di mata masyarakat

merupakan sesuatu yang bersifat kekal.”

Kemudian Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio art. 20

mengatakan bahwa “Cinta suami istri juga berciri tak terputus, karena penuhnya

cinta itu, maka perceraian ditolak secara tegas oleh Kristus.” Selanjutnya dalam

Katekismus Gereja Katolik (KGK) art. 1644-1645 mengajarkan tentang unitas

dan indissolubilitas.

Keseluruhan ajaran Gereja menegaskan bahwa perkawinan yang telah

diikarkan itu sifatnya kekal dan tak terputuskan, kecuali kematian.

2) Pengertian Indissolubilitas

Kitab Suci Perjanjian Baru menegaskan bahwa seorang pria dan seorang

wanita, yang telah dipersatukan oleh Allah dalam ikatan perkawinan, tidak boleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

31

diceraikan manusia (bdk. Mat 19:6). Hal ini mengatakan persekutuan suami istri

tidak hanya bercirikan kesatuan, tetapi juga tak terbatalkan.

GS, art. 49 mengatakan bahwa “Sebagai pemberian diri timbal balik antara

dua pribadi itu, begitu pula kepentingan anak-anak menuntut kesetiaan seutuhnya

dari suami istri, dan meminta kesatuan yang tak terceraikan antara mereka.” UU

RI no. 1/1974 bab 1 pasal 1 mencita-citakan perkawinan yang bahagia dan kekal.

Rubiyatmoko (2012: 21) mengutip KHK 1983 kan. 1056 mengatakan

“Ciri hakiki perkawinan adalah perkawinan yang telah dilangsungkan secara sah

menurut tuntutan hukum, mempunyai akibat tetap dan tidak dapat diceraikan atau

diputuskan oleh kuasa manapun kecuali kematian.” Kemudian Catur Raharso

(2014: 101) mengatakan bahwa “Sifat tak terputuskan (Indissolubilitas)

menunjukkan bahwa ikatan perkawinan bersifat absolut, eksklusif dan berlangsung

seumur hidup, serta tidak dapat diputuskan oleh kuasa apapun kecuali kematian.”

Pemahaman perkawinan sifatnya absolut, eksklusif, seumur hidup dan tak

terputuskan, maka hendaknya pasangan suami istri Katolik bersikap kontra

perceraian (indissolubility) yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif

khususnya bagi anak-anak yang menjadi korban dari perceraian. Indissolubility

merupakan sebuah nilai fundamental yang perlu dibela, karena perceraian

membawa dampak negatif yang tak tersembuhkan, khususnya terhadap anak-anak

(Catur Raharso, 2014: 109).

Go (2005: 17) mengatakan bahwa “Sifat tak terputuskannya ikatan

perkawinan artinya ikatan perkawinan berlaku seumur hidup karena

perkawinan berarti penyerahan diri total tanpa syarat, juga tanpa pembatasan

waktu di dunia fana ini.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

32

Dua kategori indissolubilitas yakni interna atau relativa, yaitu ikatan

perkawinan yang tidak dapat diputuskan atas dasar konsensus (persetujuan) dan

kehendak (kemauan) suami istri, namun diputuskan oleh kuasa gerejawi yang

berwenang dan externa atau absoluta, jika perkawinan tidak dapat diputuskan oleh

kuasa manusiawi manapun, kecuali oleh kematian (Susianto Budi, 2015: 13-14).

Ikatan perkawinan dapat diputuskan oleh kuasa Gereja, karena diyakini kuasa

yang telah diberikan dari Yesus Kristus kepada Petrus dan para rasul lainnya,

sekali untuk selamanya demi melaksanakan misi yakni keselamatan manusia,

termasuk kuasa untuk menetapkan dan melepaskan ikatan nikah (bdk. kan. 1143-

1149).

Eminyan (2005: 42-43) mengutip pendapat etnolog besar W. Schmidt

bahwa perkawinan bersifat indissolubilitas sudah diakui sejak awal budaya

manusia ada dan indissolubilitas dihargai begitu tinggi oleh Homerus dalam cerita-

cerita kepahlawanannya. Indissolubilitas tidak hanya merupakan bentuk

perkawinan yang memberikan kondisi-kondisi yang sangat menguntungkan bagi

keluarga, tetapi juga bahwa indissolubilitas sama sekali esensial baginya.

Indissolubilitas menentang perceraian yang merusak keutuhan dan

kesejahteraan pasangan suami istri serta kebahagiaan anak-anak yang telah

dipercayakan Tuhan untuk dipelihara dan dididik, karena ketidaksetiaan dan

egoisme.

3) Implikasi atau Konsekuensi Indissolubilitas

Indissolubilitas dapat bersifat interna, yaitu ikatan perkawinan tidak dapat

diputuskan oleh kemauan dan persetujuan suami istri (karena mereka tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

33

mempunyai hak dan kuasa untuk mencabut kembali konsensus perkawinan yang

telah mereka ikrarkan). Namun dapat diputuskan atas intervensi kuasa gerejawi

yang berwenang. Hal ini disebut Indissolubilitas relativa yaitu ikatan perkawinan

tersebut memang tidak dapat diputuskan atas dasar konsensus dan kehendak suami

istri itu sendiri, namun dapat diputuskan oleh kuasa grejawi yang berwenang.

Sedangkan indissolubilitas bersifat externa, jika perkawinan tersebut tidak dapat

diputuskan oleh kuasa manusiawi manapun. Hal ini disebut Indissolubilitas

absoluta yaitu jika ikatan perkawinan tidak dapat diputuskan oleh kuasa manapun

kecuali oleh kematian (Rubiyatmoko, 2012: 22).

Indissolubilitas menunjukkan bahwa ikatan nikah bersifat absolut,

eksklusif dan berlangsung seumur hidup, serta tidak dapat diputuskan selain oleh

kematian (Catur Raharso, 2014: 101). Hal ini sejalan dengan Visi Allah Pencipta

bahwa ikatan perkawinan merupakan kehendak Ilahi (Kej 1:27; Kej 2:24) dan

konsekuensi kodrat manusia dari perkawinan natural dan perkawinan sakramen

(Balun, 2011: 52-61).

KHK kan. 1099 mengatakan bahwa “Kekeliruan mengenai unitas dan

indissolubilitas atau mengenai martabat sakramental perkawinan asalkan tidak

menentukan kemauan, tidak meniadakan kesepakatan perkawinan.” Hal ini

menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk membatalkan perkawinan, baik yang

dilangsungkan secara sakramen, yakni perkawinan antara dua orang yang dibaptis;

maupun secara non sakramen, yakni perkawinan dimana salah satunya dibaptis

atau keduanya tidak dibaptis (Rubiyatmoko, 2012: 21).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

34

4. Sakramental

Kitab Kejadian memberikan gambaran bahwa Allah sungguh memberkati

perkawinan (bdk. Kej 1:28). Campur tangan Allah itulah yang menjadi dasar yang

kuat untuk menjadikan perkawinan sebagai sakramen. Sebagaimana Pedoman

Pastoral Katolik art. 6 mengatakan bahwa “Dengan Sakramen Perkawinan, suami

istri Katolik menandakan misteri kesatuan dan cinta kasih yang subur antara

Kristus dan Gereja dan ikut serta menghayati misteri itu” (bdk. Ef 5:32).

Sakramen yaitu tanda mata atau tanda cinta dari Tuhan kepada manusia.

Setiap sakramen adalah tanda kehadiran Tuhan dan sarana dalam tangan Tuhan

untuk menghubungi manusia, agar kita selalu dekat dengan-Nya dan merasa

dicintai oleh-Nya. Dalam Sakramen Perkawinan, tanda kehadiran Tuhan mencintai

umat-Nya diwujudkan melalui manusia sendiri, ketika kedua mempelai di hadapan

imam dan para saksi mengucapkan janji setia. Sekali mereka “dipersatukan oleh

Allah” dengan “saling menerimakan” Sakramen Perkawinan, Tuhan menetapkan

manusia pria untuk menjadi tanda cinta-Nya bagi si wanita, dan Tuhan

mengangkat manusia wanita untuk menampakkan kehadiran-Nya, demikian pula

pria dan wanita, sebagai suami istri menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk

menampakkan kebaikan-Nya dan semakin mendekatkan hidup mereka kepada

Tuhan (Gilarso, 2015: 156-157).

Sakramen adalah lambang atau simbol kelihatan yang menghadirkan karya

keselamatan Allah. Perkawinan Katolik adalah sakramen artinya perkawinan

Katolik melambangkan serta menghadirkan Allah yang menyelamatkan. Paham

perkawinan sebagai sakramen berasal dari ajaran Santo Paulus dalam suratnya

kepada jemaat di Efesus 5:11-22 dijelaskan bahwa hubungan cinta kasih suami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

35

istri bukan hanya luhur dan mulia, tetapi bersifat Ilahi, karena dikehendaki oleh

Allah dan menunjuk kepada kesatuan Kristus dan Gereja-Nya (Susianto Budi,

2015: 9).

Gereja Katolik mengenal Sakramen Perkawinan sebagai salah satu dari

ketujuh Sakramen. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan adalah suatu hal yang

luhur. Dengan adanya Sakramen Perkawinan secara lahiriah ada tanda yang

menyatakan bahwa Allah hadir dalam kehidupan perkawinan dan Allah menjadi

saksi cinta kasih sang suami dan istri (bdk. Mal 2:14). Perkawinan dijadikan

sakramen karena Kitab Suci menjunjung tinggi perkawinan, bahkan St.Paulus

menegaskan supaya suami-istri saling mencintai seperti Kristus mencintai umat-

Nya atau jemaat/ Gereja-Nya (bdk. Ef 5:21-33).

Hubungan suami istri dalam perkawinan Katolik digambarkan dengan

sikap Yahwe yang penuh cinta kasih dan setia kepada Israel (bdk. Ul 24:1-4).

Kemudian Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menggambarkan

perkawinan seperti cinta kasih Kristus sebagai penyelamat dengan Gereja sebagai

isteri-Nya, dan ketaatan penuh cinta kasih dari Gereja terhadap Kristus sang

mempelai (bdk. Ef 5:21-32). Hal ini ditegaskan kembali dalam “Familiaris

Consortio” artikel 13 mengatakan bahwa “Perkawinan antara dua orang terbaptis

merupakan simbol nyata dari perjanjian baru dan kekal antara Kristus dan Gereja,

merupakan sakramen, peristiwa keselamatan.”

Kitab Hukum Kanonik mengatakan bahwa perkawinan sakramen, apabila

perkawinan itu dilaksanakan secara sah antara dua orang yang dibaptis (bdk. Kan.

1055§ 2, KGK art. 1240). Rubiyatmoko (2012: 20) mengutip kan. 1055§ 1

menyebutkan “Kristus telah mengangkat perkawinan menjadi sakramen, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

36

sifat perkawinan di antara orang-orang yang telah dibaptis adalah sakramen (§ 2).”

KHK kan. 1055§ 1 diakhiri dengan frasa “antara orang-orang yang dibaptis

diangkat oleh Kristus ke martabat sakramen”. Hal ini menegaskan bahwa

perkawinan antara dua orang yang dibaptis secara sah, baik dibaptis dalam Gereja

Katolik ataupun dalam Gereja Kristen non Katolik diangkat ke martabat sakramen.

Maka sakramen perkawinan adalah cinta kasih suami istri kristiani yang

dinyatakan dalam kesepakatan nikah timbal balik dalam sebuah ritus liturgis

(Catur Raharso, 2014: 81, 84).

Pedoman persiapan perkawinan di lingkungan Katolik mengatakan bahwa

“Sakramen berarti tanda efektif yang menunjukkan dan menyalurkan rahmat.”

Sakramen Perkawinan, artinya suami istri diberi anugerah dan tugas untuk

memperjelas dalam dirinya sendiri kasih Tuhan kepada dunia.

Beberapa pendapat mengenai Sakramen Perkawinan, maka penulis

memilih Sakramen Perkawinan sebagai lambang kehadiran Kristus yang

mencintai Gereja-Nya, dihayati oleh pasangan suami istri Kristiani dalam

perkawinan.

5. Janji Perkawinan Katolik

Janji atau sumpah berarti memilih untuk melayani orang lain, mengabdikan

diri seutuhnya pada seseorang. Bila orang mengikat diri pada seorang lain maka

berarti ia terikat secara ganda. Dengan demikian ia harus melayani, apapun yang

akan terjadi pada dirinya atau partnernya. Mengikat janji merupakan persetujuan,

suatu jaminan yang diberikan menyangkut diri seseorang, merupakan keharusan

yang membebaskan dan memberikan keleluasaan. Dengan berupaya memenuhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

37

janji, orang semakin rela untuk melayani. Perkawinan Kristen merupakan bentuk

pelayanan serta janji yang menuntut banyak dari manusia untuk melayani: dalam

untung dan malang, seumur hidup (Burtchell, 1990: 32).

Janji perkawinan memiliki rumusan yang di dalamnya memperlihatkan

kesediaan untuk menjadi satu bukan hanya satu daging, namun satu roh. Hal ini

selaras dengan rumusan dari Komisi Liturgi KAS (2012: 42) isinya:

MP: Dihadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini, saya

… MP memilih engkau … MW menjadi istri saya.

Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan

sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup saya.

MW: Di hadapan imam, para saksi dan seluruh umat yang hadir di sini

saya … MW memilih engkau MP menjadi suami saya.

Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan

sakit. Saya mau mengasihi dan menghormatimu sepanjang hidup saya.

Dalam janji perkawinan terdapat 3 janji pokok, yakni: pertama janji untuk

setia dalam untung dan malang, sehat dan sakit, suka dan duka, dalam kelebihan

dan kekurangan; kedua janji untuk mengasihi dan menghormati sepanjang hidup;

ketiga janji untuk mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan secara Katolik.

Janji perkawinan mengandung makna secara inplisit tujuan dari

perkawinan untuk kesejahteraan suami istri dan sifat perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas yakni untuk setia pada pasangan dalam situasi apapun.

Janji perkawinan berakar dari kitab Hos 2:18-19 yang merupakan janji

Allah kepada Israel, yang isinya “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk

selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan

kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau

isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN.” Dalam

seluruh perjanjian antara Allah dengan Israel, dimana Allah menjadikan Israel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

38

sebagai istri-Nya, senantiasa setia dan mengasihinya sepanjang waktu, walaupun

Israel tidak setia dan menghianati Allah.

B. FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT MEM-

PENGARUHI UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS

1. Faktor Kepribadian

Dalam perkawinan, dua pribadi yang berbeda sikap dan karakter menjadi

satu. Injil Matius memberi gambaran mengenai proses dua pribadi menjadi satu:

“Mereka bukan lagi dua, melainkan satu” (bdk. Mat 19:6; Kej 2:24). Perkawinan

merupakan proses menjadi satu, apabila suami istri memiliki pribadi yang matang

dan siap memberi diri untuk mencintai pribadi yang lain, sedangkan bagi pasangan

yang belum matang, perkawinan hanyalah merupakan tempat pelarian dan

persembunyian. Ketika perkawinan menjadi tempat persembunyian bagi pasangan

individu-individu yang lemah, yang bersama-sama melarikan diri dari partisipasi

aktif, maka perkawinan merugikan pasangan itu maupun masyarakat.” Perkawinan

persembunyian dari dua individu yang belum matang tidak akan langgeng.

Perkawinan “saling membelakangi” dari dua orang yang disatukan oleh kesamaan

paranoia dan pertahanan diri terhadap lingkungan sekitar merupakan perkawinan

yang tidak kreatif (Hommes, 1992: 156-157).

Perkawinan adalah suatu persekutuan hidup antara suami istri artinya

antara dua orang yang pada satu pihak berbeda (sebagai pria dan wanita), tetapi

dipihak lain sama (sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah).

Keduanya merupakan suatu dwitunggal yang hidup bersama dan bekerja bersama.

Perbedaan mereka sebagai pria dan wanita dikehendaki oleh Allah, maksudnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

39

supaya mereka saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi (Abineno,

1983: 16).

Bagus Irawan (2007: 73) menemukan sejumlah keluarga mengalami

masalah relasi suami istri sebanyak 42 kasus dari 100 kasus yang diteliti sebagai

penyebab relasi suami istri antara lain: ketidak-dewasaan pribadi dari salah satu

atau keduanya 16,7%, ketidak-cocokan watak 4,8%, lunturnya rasa tertarik atau

cinta satu sama lain 19,0%, perbedaan pandangan yang sulit disatukan 11,9%,

campur tangan pihak ketiga 47,6% . Kemudian hasil riset pada tahun 2007

menunjukkan 35,29% responden mengatakan konflik dalam keluarga dipicu oleh

pribadi pasangan. Karakter dan kepribadian suami istri yang kurang dewasa atau

matang sering menjadi penyebab dan pemicu terjadinya konflik, pertengkaran dan

ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Ketidakdewasaan pribadi itu dapat

muncul dalam beberapa rupa sikap atau tindakan: menuntut, tidak menerima dan

menghargai keunikan pribadi, melindungi “privacy”, menyimpan luka,

melemparkan kesalahan pada pasangan (Agung Prihartana, 2013: 29-47).

Paus Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio artikel 15 mengatakan

bahwa “Dalam pernikahan dan keluarga terbentuk suatu kompleks hubungan antar

pribadi: suami dan istri, orangtua dan anak, kakak dan adik, melalui relasi-relasi

itu setiap anggota diintegrasikan ke dalam “keluarga manusia” dan “keluarga

Allah” yakni Gereja.” Kemudian FC, art. 18 mengatakan:

Prinsip dan kekuatan dari relasi itu adalah cinta kasih. “Keluarga yang

didasarkan pada cinta kasih serta dihidupkan olehnya merupakan

persekutuan pibadi-pribadi: suami dan istri, orangtua dan anak-anak, sanak

saudara. Cinta kasih antara suami istri dijabarkan dari situ secara lebih luas,

cinta kasih antar anggota keluarga, antara orangtua dan anak, antara kakak

beradik, kaum kerabat dan anggota keluarga dihidupkan dan ditopang oleh

dinamika yang tak kunjung henti yang mengantar keluarga kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

40

persekutuan yang kian mendalam dan intensif, dan itu mendasari dan

menjiwai rukun hidup pernikahan dan keluarga.

Maka perlu dibangun kesadaran agar setiap pasangan mampu menerima

keunikan pasangannya, sebab ketidakmampuan memahami keunikan pasangan ini

terus berlangsung, maka dapat menimbulkan berbagai persoalan dalam kehidupan

pasangan suami istri tersebut. Dengan demikian suami istri benar-benar terbuka,

saling percaya, saling menerima kelebihan dan kekurangan pasangan untuk saling

melengkapi karena didasari oleh cinta.

2. Faktor Internal Keluarga

Pada awal perkawinan, biasanya semua masih terasa mudah dan berjalan

dengan sewajarnya. Suami dan istri masih mau saling mendahului dalam usaha

membahagiakan pasangannya dan dengan iklas mau berkorban untuk pasangan.

Dalam suasana seperti itu, proses penyesuaian diri antara suami dan istri dapat

berjalan dengan lancar dan berhasil. Relasi suami istri yang dibangun masih dekat,

intim dan hangat. Namun keadaan seperti itu biasanya tidak berlangsung lama.

Selang beberapa waktu kemudian sifat-sifat dan watak yang sebenarnya mulai

tampak dan suasana mulai berubah (Gilarso, 2015: 41-42).

Banyak alasan yang dapat dikemukakan sebagai latar belakang terjadinya

perubahan tersebut. Sebut saja misalnya soal usaha penyesuaian suami istri satu

sama lain. Tantangan pertama yang dihadapi suami istri adalah masalah

penyesuaian diri satu sama lain (Gilarso, 2015: 42). Bila dianalisis lebih saksama

lagi, ternyata faktor utama yang menyebabkan renggangnya relasi suami istri

adalah karena kurangnya komunikasi antara suami dan istri (Gilarso, 2015: 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

41

Kurangnya perhatian terhadap pasangan karena kesibukan dalam bekerja

misalnya, menjadi sebuah persoalan besar justru karena tidak dibarengi dengan

komunikasi yang baik. Suami atau istri tidak mengkomunikasikan apa yang

dilakukannya, sehingga apa yang dilakukan itu bisa menimbulkan interpretasi

keliru dari pasangannya. Situasi hidup suami istri tanpa komunikasi yang baik ini

dapat menimbulkan perasaan jengkel, kecewa, frustrasi dan dapat menyulut

kemarahan satu sama lain. Lebih lanjut, situasi seperti itu bisa menimbulkan

perasaan curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap pasangan. Tanpa komunikasi

yang dilandasi dengan penerimaan diri satu sama lain niscaya akan muncul

dampak negatif bagi relasi suami istri itu dan tentu mengancam keutuhan

perkawinan mereka.

Dalam masyarakat Indonesia, perkawinan bukan saja dianggap sebagai soal

suami dan istri, tetapi juga sebagai soal orangtua dan keluarga. Suami istri yang

kawin langsung atau tidak langsung berhubungan dengan orangtua dan keluarga

mereka (Abineno, 1983: 17).

Bagus Irawan (2007: 101) menemukan sejumlah keluarga mengalami

masalah kondisi anak-anak sebanyak 23 kasus dari 100 kasus yang diteliti sebagai

penyebab masalah internal keluarga antara lain: anak sakit atau cacat 7,4%, anak

menikah dengan orang yang tidak disetujui orangtua 22%, tidak adanya anak

7,4%, anak jauh dari orangtua 3,7%, anak belum punya jodoh 25,9%, anak

berhubungan seks sebelum nikah 33,3%. Kemudian hasil riset pada tahun 2007

menunjukkan 11,76% responden mengatakan ketegangan dalam relasi suami istri

dapat dipicu oleh persoalan anak. Tidak jarang terjadi perbedaan sikap antara

suami istri dalam mengasuh dan mendidik anak (Agung Prihartana, 2013: 50).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

42

Bagus Irawan (2007: 101-102) mengutip pendapat Purwa Hadiwardoyo

menyatakan bahwa “Dalam masyarakat yang statis, pendidikan anak-anak

dilakukan dengan cara yang cukup mudah, melalui contoh dan latihan.” Anak-

anak dilatih untuk sabar, tekun dan tabah, sopan dan hormat pada pembesar, rukun

dengan sesama, mau mengalah pada yang lebih muda, rajin bekerja dsb. Pendek

kata, orangtua mendidik anak-anak seperti mereka dulu dididik oleh orangtua

mereka. Dalam masyarakat dinamis, pendidikan seperti itu tidak mencukupi lagi.

Anak-anak membutuhkan pendidikan model baru yang mempersiapkan mereka

menghadapi masyarakat baru dengan nilai-nilai baru seperti kreativitas,

produktivitas dan profesionalitas.

Faktor internal keluarga yang dimaksudkan adalah lebih menyangkut relasi

personal yang dibangun dalam kehidupan keluarga; relasi yang dibangun antara

suami istri dan anak-anak. Dengan kata lain, bagian ini hendak menyoroti

hubungan atau relasi “ke dalam” yang dibangun di dalam keluarga. Usaha untuk

membangun relasi “ke dalam” yang kokoh akan sangat membantu suami istri

dalam menjalani hidup perkawinannya.

3. Faktor Budaya

Dalam kehidupan masyarakat Jawa menghendaki keselarasan dan

keserasian dengan pola pikir hidup saling menghormati. Dengan hidup saling

menghormati akan menumbuhkan kerukunan, baik di lingkungan rumah tangga

maupun di dalam masyarakat luas. Keadaan rukun dimana semua pihak berada

dalam kedamaian, suka bekerjasama, saling asah, asih dan asuh baik dalam

hubungan keluarga, kehidupan sosial, rukun tetangga dan rukun satu kampung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

43

Kerukunan dilandasi dengan adanya saling percaya antar pribadi. Adanya

keterbukaan terhadap siapa saja, adanya rasa tanggung-jawab dan merasa adanya

saling ketergantungan atau rasa kebersamaan (Bratawijaya, 1997: 81).

Hal ini menggambarkan pola dasar kehidupan masyarakat Jawa dalam

menciptakan keharmonisan dengan saling menghormati. Demikian juga pasangan

suami istri saling menghormati, sehingga menciptakan kerukunan dalam

membangun rumah tangga dengan saling bekerjasama, saling asah, asih dan asuh,

yang dilandasi saling percaya, keterbukaan, dan tanggungjawab, sehingga dapat

menangkal gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar untuk

mewujudkan perkawinan yang langgeng.

Prinsip kerukunan hidup adalah mencegah terjadinya konflik karena bila

terjadi konflik bagi masyarakat Jawa akan berkesan secara mendalam dan selalu

diingat atau sukar untuk melupakan. Komunikasi akan terputus dan untuk

memulihkan kerukunan diperlukan pihak ketiga biasanya orang yang lebih tua dan

banyak pengalamannya (Bratawijaya, 1997: 81). Dampak negatif dari masyarakat

Jawa bila terjadi konflik akan menyimpan dan selalu mengingat, hal ini bisa terjadi

dalam hidup perkawinan, ketika terjadi konflik, mereka akan memendam dan

menutup diri sehingga tidak terjadi dialog. Hal ini dapat mengganggu dalam hidup

perkawinan.

Usaha menjaga kerukunan yaitu adanya kebiasaan dalam mengatasi

persoalan selalu dengan musyawarah untuk mufakat. Dalam musyawarah setiap

individu bebas mengeluarkan pendapatnya membantu memecahkan persoalan/

masalah (Bratawijaya, 1997: 81). Dampak positif dari masyarakat Jawa dalam

mengatasi masalah dengan musyawarah untuk mufakat, sehingga persoalan/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

44

masalah dapat diselesaikan dengan baik karena dengan pertimbangan matang. Hal

ini juga dialami pasangan suami istri ketika menghadapi persoalan, mereka

membicarakan dan memutuskan yang terbaik bagi kehidupan bersama, sehingga

tercipta kerukunan dalam keluarga, yang membuat perkawinan menjadi langgeng.

4. Faktor Kesehatan

Kej 2:24 menggambarkan kesatuan pria dan wanita “Sebab itu seorang

laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,

sehingga keduanya menjadi satu daging.” Kesatuan pasangan suami istri dalam

melaksanakan pengudusan hidup perkawinan dengan tiga cara yakni: pemberian

diri, kesediaan melayani dan mencintai apa adanya (Agung Prihartana, 2013: 57).

Pemberian suami atau istri kepada pasangannya itu tidak hanya sekedar

sebuah hadiah atau ciuman atau pesta ketika ulang tahun kelahiran atau

perkawinan saja, tetapi lebih dari itu pemberian yang berarti tetapi seringkali berat

adalah kesetiaan di waktu malang, duka dan sakit. Karena pada saat itulah cinta

sejati yang berarti mengasihi dan memberikan diri sedang diuji kesejatian dan

keasliannya (Agung Prihartana, 2013: 59).

Suami istri memahami dan menghayati perkawinan sebagai sebuah

pelayanan, untuk berusaha semaksimal mungkin membangun suasana yang

membahagiakan dalam rumah tangga mereka. (Prihartana, 2013: 66). Kesetiaan

menjadi kunci untuk bertahan dalam ikatan perkawinan, karena adanya kesediaan

untuk saling menerima diri apa adanya (Agung Prihartana, 2013: 70).

Banyak pasangan suami istri yang gagal menjalankan kehidupan rumah

tangganya karena salah satu pasangan yang seharusnya saling melengkapi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

45

bahu membahu menjalani hidup, tidak bisa berbuat banyak. Sebaliknya pasangan

hidupnya menjadi sangat bergantung dan membutuhkan perhatian total. Kegiatan

rumah tangga menjadi tanggungjawab satu orang, baik urusan domestik atau

publik, terlebih jika sudah mempunyai anak (Tjia, 2014: 10).

5. Faktor Fisik

Pernikahan dipahami sebagai persekutuan seluruh hidup, maka suami istri

bertanggungjawab untuk membina dan mengembangkan hidup bersama. Dalam

mengembangkan hidup bersama pasangan suami istri menghidupi janji

perkawinan yang diikrarkan untuk setia dalam untung dan malang. Hal ini

mengandung konsekuensi untuk setia pada pasangan dalam situasi kondisi apapun.

Dalam kenyataan ditemukan kesulitan bagi pasangan untuk mewujudkan

janji perkawinan untuk setia dalam untung dan malang, contohnya ketika salah

satu dari pasangan muda mengalami kecelakaan, sehingga menjadi cacat dan

kondisi fisiknya tidak lagi menarik, yang dulunya cantik, ganteng, dan gagah,

sekarang berubah. Hal ini menjadi tantangan sekaligus kesulitan bagi pasangan

suami istri dalam menghayati janji pernikahan karena tergoda untuk berpaling dan

mencari pasangan lain yang lebih menarik. Selain itu karena pasangan kurang

mampu merawat dan mengurus diri untuk tetap tampil menarik di depan

pasangannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab kehadiran orang ketiga dalam

kehidupan perkawinan yang dapat menghancurkan kesatuan dalam kehidupan

rumah tangga.

Hasil riset yang dilakukan Prihartana pada tahun 2007 menunjukkan

11,78% responden mengatakan kehadiran orang ketiga dapat menjadi pemicu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

46

konflik dalam keluarga. Kehadiran orang ketiga misalnya pria idaman lain (PIL)

atau wanita idaman lain (WIL), teman tapi mesra (TTM), mertua atau saudara

kandung yang tinggal serumah dengan pasangan suami istri (Prihartana, 2013: 49).

C. FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT MEM-

PENGARUHI DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN

YANG INDISSOLUBILITAS

1. Faktor Iman/ Agama

Fenomena banyak agama dengan iman kepercayaan yang berbeda-beda

adalah fenomena yang umum dalam masyarakat kita. Dalam konteks masyarakat

yang majemuk itu, kita hidup dan berinteraksi satu dengan yang lain. Oleh karena

interaksi tersebut, maka perkawinan campur (matrimonia mixta) tidak dapat

dihindari. Perkawinan campur (matrimonia mixta) terdiri atas perkawinan campur

beda agama (disparitas cultus) adalah perkawinan yang terjadi antara seorang

yang baptis Katolik atau yang diterima dalam Gereja Katolik dengan seorang yang

tak dibaptis sedangkan perkawinan campur beda gereja (mixta religio) adalah

perkawinan yang dilangsungkan oleh orang baptis Katolik atau yang diterima

dalam Gereja Katolik dengan orang baptis tidak Katolik (Rubiyatmoko, 2012:

131).

Alasan utama dari larangan perkawinan campur beda Gereja dan beda

agama adalah keyakinan bahwa bentuk kesatuan suami istri (perkawinan)

memiliki bahaya dan kesulitan yang sangat serius, khususnya terkait dengan

pelaksanaan dan penghayatan iman pihak Katolik dan pembaptisan serta

pendidikan anak-anak secara Katolik (Rubiyatmoko, 2012: 132).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

47

Perkawinan orang-orang Kristen bukan saja persekutuan hidup, tetapi juga

persekutuan kepercayaan. Perkawinan sebagai persekutuan kepercayaan

maksudnya ialah bahwa suami dan istri dalam hidup mereka mempunyai atau

paling sedikit harus cukup banyak mempunyai persesuaian paham tentang soal-

soal prinsipiil, seperti: makna hidup ini, maksud dan tujuan perkawinan, tugas

suami istri, tanggung-jawab orangtua, pendidikan anak dan lain-lain (Abineno,

1983: 15).

Kenyataan menunjukkan bahwa perbedaan agama dan perbedaan Gereja

adalah faktor yang secara mendalam mempengaruhi keberlangsungan hidup

perkawinan bagi pasangan. Hasil riset keluarga yang pernah dilakukan oleh

Komisi keluarga KWI di beberapa paroki di tiga keuskupan: Keuskupan Agung

Jakarta, Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor memperlihatkan bahwa

pasangan suami istri yang berbeda agama mempunyai masalah atau kesulitan

dalam melaksanakan kewajiban agamanya (Agung Prihartana, 2013: 51).

Bagus Irawan (2007: 153) menemukan sejumlah keluarga mengalami

masalah relasi dengan Tuhan sebanyak 4 kasus dari 100 kasus yang diteliti sebagai

penyebab masalah iman/ agama antara lain: perbedaan agama 75%, sikap

memusuhi agama 25% (Berdasarkan pandangan Kitab Suci misalnya Ef 5:31-32;

Hos 2:4-10, suami istri Katolik dipanggil untuk menghayati perkawinan mereka

sebagai lambang dari “Perkawinan Rohani” antara Kristus dan Gereja.

Berdasarkan Sakramen Perkawinan yang menghadirkan Kristus sendiri, suami istri

Katolik diharapkan menghayati perkawinan mereka sebagai sebuah “tabernakel”,

tempat Kristus hadir dalam keluarga mereka.

Dalam kenyataannya, perkawinan campur yang dapat rukun dan bahagia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

48

boleh dikatakan jarang. Dalam konteks kawin campur itu, dibutuhkan kematangan

dan kedewasaan pasangan untuk menyikapi kenyataan keputusan mereka untuk

hidup dalam perkawinan campur. Tanpa sikap kedewasaan dan kematangan suami

istri kawin campur berada dalam bahaya yang mengancam keutuhan perkawinan

mereka.

2. Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan dengan

menyediakan produk dan jasa. Hal itu dilaksanakan berdasarkan prinsip bahwa

Allah menciptakan segala sesuatu untuk kesejahteraan semua orang. Tetapi sistem

perekonomian kita dewasa ini belum mendukung tercapainya kesejahteraan pada

semua orang.

Pedoman Pastoral Keluarga artikel 40 mengajak keluarga-keluarga untuk:

pertama, merencanakan dan mengelola ekonomi rumah tangganya dengan

memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua anggotanya; kedua

mengembangkan pendidikan yang menekankan sikap hemat, sederhana dan

ugahari, dengan kebiasaan menabung, menghindari sikap aji mumpung, sehingga

biaya-biaya tidak terduga dapat tertangani; ketiga menjauhi sikap minimalis

dengan membangun semangat kerajinan dan kerja keras; keempat membangun

sikap solider dan semangat berbagi; kelima mengembangkan sikap jujur dan

terbuka dalam hal keuangan rumah tangga.

Kebutuhan ekonomi adalah kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.

Manusia membutuhkan pangan, sandang dan papan serta kesehatan, pendidikan

dan fasilitas-fasilitas lain yang perlu untuk hidup dan berkembang. Maka Suami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

49

istri dalam hidup berumahtangga harus hidup dengan hemat pada tahun-tahun

pertama perkawinan dan mengatur ekonomi keluarga dengan meniadakan

pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu yang biasa mereka buat sebelum kawin

(Abineno, 1983: 18).

Dimensi hidup dalam bidang ekonomi ini sering terabaikan dan kurang

diperhatikan secara serius oleh pasangan-pasangan yang hendak menikah. Padahal

bidang ini rentan terhadap persoalan dan bisa menjadi ancaman terhadap keutuhan

perkawinan. Kalau ekonomi rumah tangga morat marit, kebahagiaan rumah

tangga sungguh-sungguh dapat terancam (Gilarso, 2015: 135). Salah satu contoh

pentingnya bidang ini adalah soal pengaturan keuangan.

Bagus Irawan (2007: 51) menemukan sejumlah keluarga mengalami

masalah berhubungan dengan ekonomi sebanyak 6 kasus dari 100 kasus yang

diteliti sebagai penyebab masalah ekonomi antara lain: hutang 14,3%,

pengangguran 14,3%, kemalasan 28,8%, pemborosan 14,3%, pemerasan,

penipuan 14,3%, kebodohan 14,3%. Kemudian Agung Prihartana (2013: 47-48)

menunjukkan 29,41% responden mengatakan faktor ekonomi dapat menjadi

pemicu konflik dalam keluarga, diantaranya hanya salah satu (suami atau istri)

yang bekerja, sehingga penghasilan kecil, sedangkan pengeluaran cukup besar;

suami istri sama-sama tidak bekerja atau menganggur dan hanya tergantung pada

pemberian dari orangtua; suami atau istri merasa masih mempunyai “kewajiban”

membantu saudara kandung yang membutuhkan dan masih ada beberapa

penyebab lainnya.

Bagus Irawan (2007: 51-52) mengutip pendapat Margery D. Rosen

mengatakan bahwa “Masalah keuangan menjadi sumber utama pertengkaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

50

banyak pasangan suami istri.” Hal ini disebabkan ketika salah satu atau kedua

pasangan merasa cemas akan uang. Masing-masing memiliki persepsi yang

berbeda terhadap makna uang. Bagi orang tertentu, uang berarti keamanan, tanpa

uang orang itu kalut dan bingung. Namun bagi yang lain, uang bisa berarti harga

diri dan sebuah kebanggaan. Sering terjadi, bila masalah keuangan, pasangan

bukannya berusaha saling memahami dan bekerjasama mencari solusi, namun

justru menyatakan bahwa pernikahan mereka telah berakhir.

3. Faktor Sosial (relasi dengan orang lain)

Bagus Irawan (2007: 131) menemukan sejumlah keluarga mengalami

masalah relasi dengan umat dan masyarakat sebanyak 9 kasus dari 100 kasus yang

diteliti sebagai penyebab masalah sosial antara lain: bentrok dengan tetangga

11,1%, dikucilkan oleh lingkungan 44,4%, rasa malu dalam setiap kontak dengan

umat dan masyarakat 44,4%. Kemudian Agung Prihartana (2013: 49)

menunjukkan bahwa 11,78% responden mengatakan kehadiran orang ketiga dapat

menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Kehadiran orang ketiga misalnya pria

idaman lain (PIL) atau wanita idaman lain (WIL), teman tapi mesra (TTM),

mertua atau saudara kandung yang tinggal serumah dengan pasangan suami istri.

Bagus Irawan (2007: 131-132) mengutip pendapat R. M. Mac Iver dan

Charles H. Page, yang mendefinisikan masyarakat sebagai “an union of families”,

gabungan atau kumpulan dari keluarga-keluarga. Hal ini mengatakan masyarakat

berasal dari hubungan antar individu. Jadi dapat dikatakan keluarga inti dari

masyarakat. Setiap keluarga dapat menganggap dirinya sebagai “pusat” dari

masyarakat. Sebagai pusat dan sekaligus anggota masyarakat, keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

51

mempunyai relasi dengan masyarakat di luarnya. Setiap individu dalam suatu

keluarga membawa citra keluarga di dalam masyarakat. Hubungan yang baik antar

keluarga menghasilkan hubungan masyarakat yang baik pula. Setiap anggota

keluarga merupakan wakil dari keluarganya dalam kehidupan sosial. Hal ini dapat

kita lihat misalnya pada masyarakat Jawa, anggota-anggotanya berhak mewakili

keluarga keluar seperti perkawinan dan kelahiran.

Demikian beberapa faktor pendukung maupun faktor penghambat

mempengaruhi dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

BAB III

PENELITIAN TERHADAP PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG

USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN

PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS

DI WILAYAH PATANGPULUHAN

PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-YOGYAKARTA

A. GAMBARAN UMUM PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS

PUGERAN-YOGYAKARTA

Gambaran umum Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta, meliputi: sejarah

paroki, keadaan geografis, keadaan demografis, visi-misi, situasi umum umat

paroki diambil dari diambil dari buku kenangan 80 tahun “Peduli, Berbagi,

Gembira” dan buku “Menancap Semakin Dalam, Menjulang Semakin Tinggi”,

serta arsip data Paroki HKTY Pugeran.

1. Sejarah Paroki

Sejarah Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta diambil dari buku Kenangan 80

tahun “Peduli, Berbagi, Gembira” halaman 16 dan buku “Menancap Semakin

Dalam, Menjulang Semakin Tinggi” halaman 5-11.

Kraton Ngayogyakarta merupakan suatu kompleks yang dikelilingi oleh

benteng berbentuk bujur sangkar, dengan sudut-sudutnya yang dinamakan pojok

beteng dan gerbang-gerbangnya yang dinamakan plengkung. Di sebelah Selatan

Pojok Beteng Kulon, sudut benteng sebelah Barat-Selatan, terdapat kampung

bernama Pugeran, berasal dari nama Pangeran Puger, seorang tokoh bangsawan

Kraton Ngayogyakarta di masa lampau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

53

Pada tanggal 5 November 1933, upacara peletakan batu pertama untuk

pembangunan Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) di kampung Pugeran,

yang dipimpin oleh Rm. Rietra SJ., saat itu bertugas di Gereja Santo Fransiscus

Xaverius Kidul Loji, didampingi Rm. De Kuyper SJ., dan Rm. A. Soegijapranata

SJ., serta dibantu seorang awam bernama Sastrowinoto.

Pembangunan Gereja HKTY Pugeran dirancang oleh arsitek Belanda Th.

Van Oyen. Delapan bulan kemudian, tepatnya pada hari Minggu Pon, 8 Juli 1934,

bangunan gereja yang sudah jadi diberkati oleh Pater A. Van Kalken, SJ., Superior

Misi Serikat Yesus di Hindia-Belanda saat itu. Pemberkatan gereja ini

dipersembahkan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus (Sacratissimi Cordis Iesu)

sebagai ungkapan dan rasa syukur atas limpahan kasih Tuhan kepada Ordo Serikat

Yesus yang genap 75 tahun berkarya di Hindia-Belanda. Sejak pemberkatan

tersebut, Gereja Pugeran menjadi sebuah gereja paroki, dikenal dengan nama

Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Pugeran, terpisah dari Paroki Santo

Fransiskus Xaverius Kudul Loji yang telah ada sebelumnya. Pastor pertama yang

ditunjuk Romo A. Djajasepoetra, SJ., kemudian menjadi Uskup Agung Jakarta.

Pembaptisan pertama yang tercatat dalam buku baptis (Liber Baptismorum) paroki

ini dilakukan untuk Bapak F. X. Suyatna dari Padokan pada tanggal 9 Juli 1934.

Pemberkatan gereja sebagai tonggak sejarah tanda awal mulainya umat

Allah di Yogyakarta bagian selatan untuk “njumenengaken Kraton Dalem” di

bumi Mataram lengkap dengan warna khas, yaitu budaya Jawa.

Arsitektural bangunan utama gereja yang diakui oleh Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata sebagai cagar budaya, digolongkan dalam bentuk

kombinasi Joglo-Tajug. Bentuk atap yang digunakan adalah Joglo sebagai simbol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

54

warga Gereja adalah suatu keluarga besar, dengan kombinasi atap Tajug di bagian

tengahnya. Tajug ini menguatkan vertikalitas, sebagai simbol keabadian Tuhan.

Dalam kerangka pemikiran Jawa inilah Tajug yang dilengkapi dengan lonceng

dimaknai sebagai kebersamaan umat Allah yang sedang berziarah menuju kembali

kepada sangkan paraning dumadi.

Kejawaan gereja akan semakin kental dirasakan manakala kita menemukan

sumur yang terletak di sisi kanan bangunan gereja. Orang menyebutnya sebagai

Sumur Yakub. Dalam kacamata Jawa, sumur ini pantas untuk disebut sebagai

sumur pendhita yang biasa digunakan untuk keperluan-keperluan suci.

Di halaman depan gereja, di bawah kerimbunan pohon sawo kecik,

terpasang patung Yesus dengan tangan terjulur ke depan dengan tulisan berbahasa

Jawa “Ija Ingsoen Karahajonira” yang artinya “Akulah Keselamatanmu.” Patung

ini memperlihatkan secara jelas Hati-Nya yang bernyala, yang siap sedia

melindungi siapa saja yang berseru kepada-Nya. Tulisan ini sekali lagi terlihat

pada bagian atas altar, dalam bahasa Latin: Salus Vestra Ego Sum.

Menurut sejarawan, J. Weitjens, SJ., Paroki HKTY Pugeran memiliki 2

keistimewaan, yaitu: sebagai Gereja Katolik pertama di Indonesia yang

gembalanya adalah Putera Indonesia, yaitu Romo A. Djajasepoetra, SJ. (1894-

1979), yang kemudian menjadi Uskup Agung Jakarta; dan sebagai Gereja Katolik

pertama yang berhasil memasukkan gamelan secara resmi sebagai perlengkapan

ibadat (1958).

Sejarah Gereja HKTY Pugeran tidak dapat dilepaskan dari sosok Romo A.

Sandiwan Brata, Pr., yang pada waktu Clash II (19 Desember 1948 - 29 Juni 1949)

membuka pintu lebar-lebar untuk menampung para pengungsi akibat agresi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

55

Belanda ke Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota negara. Saat itu di kompleks

gereja dibangun dapur umum dan pos PMI untuk mendukung perjuangan Bangsa

Indonesia. Dapur umum itu sendiri, oleh banyak pihak yang mengetahui saat itu,

hanyalah bentuk kamuflase yang dibuat, agar para pejuang yang berasal dari

selatan Yogyakarta dapat memasuki kota.

2. Keadaan Geografis

Keadaan Geografis Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta diambil dari buku

Kenangan 80 tahun “Peduli, Berbagi, Gembira” halaman 16-20.

Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Pugeran memiliki luas wilayah

sekitar 64 km2, meliputi pinggir selatan Kota Yogyakarta (sebagian Kecamatan

Wirobrajan, Ngampilan, Kraton, Mergangsan, dan seluruh kecamatan Mantrijeron)

dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul (Kecamatan Sewon dan Kasihan).

Wilayah Paroki HKTY Pugeran yang paling utara berjarak ± 500 meter dari pusat

kota (kantor pos besar) Yogyakarta, sedangkan yang paling selatan berjarak ± 9

km dari pusat kota Yogyakarta.

Ditinjau dari wilayah penggembalaan paroki-paroki, batas-batas wilayah

penggembalaan Paroki HKTY Pugeran adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat: Paroki Santa Maria Assumpta Gamping, dan Paroki Santa

Theresia Sedayu.

b. Sebelah Timur: Paroki Santo Yusup Bintaran.

c. Sebelah Utara: Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Paroki Hati Santa

Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran, dan Paroki Santo Yusup Bintaran.

d. Sebelah Selatan: Paroki Santo Yakobus Bantul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

56

Wilayah penggembalaan Paroki HKTY Pugeran yang terletak di daerah

kota Yogyakarta merupakan kawasan pemukiman penduduk yang cukup padat,

sementara di sebelah selatan masih terdapat area persawahan, perkampungan,

hingga perumahan modern yang masih terus bermunculan. Perkampungan yang

padat dengan hotel-hotel melati di daerah Prawirotaman juga termasuk dalam

wilayah penggembalaan paroki ini. Dari segi bentang alam, sebagian besar

wilayah penggembalaan Paroki HKTY Pugeran merupakan dataran rendah yang

cendrung datar, kecuali beberapa perbukitan di wilayah Gunung Sempu dan

sekitarnya.

Dari segi transportasi, Gereja HKTY Pugeran memiliki lokasi yang cukup

strategis karena berada di tepi jalan utama yang menghubungkan kota Yogyakarta

dengan Kabupaten Bantul. Dekade 1960-an, jalan depan Gereja HKTY Pugeran

bahkan juga dilalui kereta api jurusan Yogya-Palbapang. Saat ini, untuk menuju

Gereja HKTY Pugeran, umat dapat naik bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

jurusan Yogya-Samas, Yogya-Srandakan, Yogya-Sorobayan, Yogya-Wates-

Kokap, Yogya-Tempel, dan Yogya-Godean, yang semuanya melalui jalan depan

Gereja HKTY Pugeran. Selain itu, umat dapat menggunakan bus kota jalur 5 atau

jalur 17 (turun di Pojok Beteng Kulon) atau bus Trans Jogja (turun di halte depan

SMPN 7 Yogyakarta), sedangkan jarak dekat, rute dari dan ke Gereja HKTY

Pugeran dapat ditempuh dengan menggunakan becak. Ketersediaan transportasi ini

kurang bermanfaat bagi umat Paroki Pugeran, karena sebagian besar bus hanya

melalui jalan utama kota/ kabupaten.

Wilayah Paroki Pugeran sangat luas menyebabkan tidak seluruh umat

dapat mengakses Gereja HKTY Pugeran dengan mudah dan cepat. Oleh karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

57

itu, untuk mempermudah pelayanan kepada umat, dibentuklah Kring yang

kemudian berkembang menjadi Lingkungan dan Sektor yang kemudian menjadi

Wilayah (gabungan dari beberapa Lingkungan yang berdekatan). Saat ini Paroki

HKTY Pugeran memiliki 19 Wilayah dan 87 Lingkungan.

Beberapa Wilayah dan Lingkungan yang terletak di sekitar Gereja “Induk”

HKTY Pugeran dan daerah Njeron Beteng (kawasan di dalam benteng Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat) adalah sebagai berikut:

a. Wilayah Gereja Barat Selatan, terdiri dari 4 Lingkungan.

b. Wilayah Gereja Barat Utara, terdiri dari 5 Lingkungan.

c. Wilayah Gereja Tengah Utara, terdiri dari 4 Lingkungan.

d. Wilayah Gereja Tengah Selatan, terdiri dari 5 Lingkungan.

e. Wilayah Gereja Timur, terdiri dari 7 Lingkungan.

f. Wilayah Kadipaten, terdiri dari 3 Lingkungan.

g. Wilayah Panembahan, terdiri dari 3 Lingkungan.

h. Wilayah Patehan, terdiri dari 4 Lingkungan.

Dalam perkembangannya, umat Wilayah Kadipaten, Panembahan, dan

Patehan yang merupakan hasil pemekaran dari Wilayah Kraton membentuk

paguyuban yang dikenal dengan nama Paguyuban Ketua Wilayah Eks Kraton.

Paguyuban ini bersifat informal, namun memiliki peran cukup penting, salah

satunya untuk mengkoordinasikan penyelenggaraan Perayaan Ekaristi Natal

Malam dan Malam Paskah di Sasono Hinggil Dwi Abad, sebuah bangunan milik

Kraton Yogyakarta di sebelah Utara Alun-Alun Kidul.

Di samping Sektor atau Wilayah, di Paroki HKTY Pugeran tumbuh dan

berkembang gereja-gereja kecil yang dinamakan Gereja Wilayah. Sebuah Gereja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

58

Wilayah dikelola oleh satu atau lebih Wilayah yang bekerjasama di bawah

pimpinan seorang Koordinator Wilayah. Saat ini terdapat tiga Koordinasi Wilayah

di Paroki HKTY Pugeran, dan satu Gereja Wilayah:

a. Koordinasi Wilayah Gereja Brayat Minulya Wirobrajan, terdiri dari 5 wilayah

dan 25 lingkungan.

b. Koordinasi Wilayah Gereja Salib Suci, terdiri dari 3 wilayah dan 13

lingkungan.

c. Koordinasi Wilayah Gereja Santo Yusup Padokan, terdiri dari. 2 wilayah dan

10 lingkungan

d. Wilayah Gereja Santo martinus Bangunharjo, terdiri dari 4 lingkungan.

Di samping memiliki gedung yang digunakan untuk peribadatan secra rutin

(termasuk Perayaan Ekaristi Hari Minggu dan Hari Raya Natal atau Paskah),

masing-masing Gereja Wilayah memiliki sejarah dan spiritualitasnya sendiri, yang

dihidupi dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan khas Wilayah.

3. Keadaan Demografis

Keadaan Demografis Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta diambil dari buku

Kenangan 80 tahun “Peduli, Berbagi, Gembira” halaman 18.

Delapan puluh tahun telah berlalu, namun bangunan Gereja HKTY

Pugeran tidak tampak mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan hanya

pada atapnya yang semula sirap diganti metal dan lantainya yang kini berkeramik.

Di samping itu, antara gereja dan patung Hati Kudus Tuhan Yesus di depannya

terdapat sebuah prasasti yang dibangun pada tahun 1984, pada saat Pesta Emas

Gereja HKTY Pugeran. Perubahan lain di bagian dalam gereja hanyalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

59

penggantian patung Bunda Maria yang rusak akibat gempa tahun 2006 dan

pergantian lampu-lampu, agar umat semakin dapat beribadah dengan nyaman.

Berbeda dengan kondisi bangunan, setelah 80 tahun berdiri, kondisi umat

Paroki HKTY Pugeran telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Di

masa awal berdirinya, Paroki ini terdiri atas 10 lingkungan (saat itu disebut kring).

Kini menjadi 87 lingkungan. Jumlah umat saat ini yang mencapai 12.000-an jiwa

tentulah merupakan jumlah yang besar untuk sebuah paroki.

Berdasarkan pendataan umat tahun 2011, komposisi terbesar, yakni 60,4%,

adalah usia produktif (19-59 tahun). Hal yang perlu dicermati, kegiatan ekonomi

umat dalam bidang “setengah terampil” sebanyak 26% dan “Ibu Rumah Tangga”

sebanyak 16,6%, sedangkan bidang “terampil” sebanyak 1,6% dan bidang usaha

sebanyak 5,7%. Inilah salah satu tantangan bagi Paroki HKTY Pugeran saat ini.

4. Visi-Misi Gereja

Visi-Misi Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta diambil dari buku

“Menancap Semakin Dalam, Menjulang Semakin Tinggi” halaman 36-39.

Visi Paroki HKTY mengatakan bahwa “Sebagai persekutuan paguyuban

murid Tuhan Yesus Kristus, Umat Allah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran

yang berakar pada budaya Jawa, dalam bimbingan Roh Kudus, menjadi berkat dan

sahabat bagi seluruh umat dan masyarakat melalui ungkapan dan perwujudan

imannya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

60

Penjelasan lebih lanjut mengenai Visi sebagai berikut:

a. Sebagai persekutuan paguyuban murid Tuhan Yesus Kristus, Umat Allah

Paroki HKTY Pugeran yang berakar pada budaya Jawa, merupakan rumusan

identitas umat di Paroki Pugeran, yang mengandung unsur-unsur jati diri sebagai

bagian dari Gereja Universal dan Keuskupan Agung Semarang (KAS), seperti

tersebut dalam:

1) Jati diri universal: Kerajaan Allah, Umat Allah, Murid Yesus Kristus.

2) Jati diri kesatuan dengan gereja KAS: persekutuan paguyuban murid Yesus

yang signifikan dan relevan bagi umat dan masyarakat, yang secara konkret adalah

masyarakat Jawa.

b. …, menjadi berkat dan sahabat bagi seluruh umat dan masyarakat, merupakan

kekhasan/Visi/sesanti Paroki Pugeran yang berlatar belakang:

1) Spiritualitas bersumber dari sejarah Gereja Paroki sebagai Gereja yang terkait

dengan penampungan pengungsi korban perang kemerdekaan.

2) Spiritualitas bersumber pada pelindung yaitu Hati Kudus Tuhan Yesus: sapaan

Allah, tanggapan Umat dan perutusan bagi dunia.

3) Kondisi/ situasi intenal-eksternal paroki (demografi, budaya, sosial, ekonomi,

keadaan alam dsb).

a) Wilayah kota, pinggiran dan desa.

b) Kental budaya Jawa.

c) Jumlah umat besar (lebih 10.000 jiwa) dengan berbagai pekerjaan, tingkat

pendidikan, ekonomi menengah ke bawah, banyak pusat-pusat perbelanjaan.

d) Keadaan alam: lahan-sawah, pegunungan, bantaran sungai, jalan besar (jalan

raya dan jalan ring road).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

61

Visi/sesanti menjadi berkat dan sahabat bagi umat dan masyarakat,

merupakan pernyataan mau menjadi apa (to be) yang sangat konsisten dengan

bunyi alinea I Arah Dasar (ARDAS) 2011-2015: … semakin signifikan dan

relevan bagi warganya dan masyarakat. Rumusan ini sangat khas bagi Paroki

Pugeran yang memiliki umat dan lingkungan masyarakat yang plural, sekaligus

mencerminkan spiritualitas pelindung yaitu Hati Kudus Tuhan Yesus yang

menonjolkan sisi sapaan Allah, tanggapam Umat dan perutusan bagi dunia.

a. Kata “Berkat” dan “sahabat” adalah dua kata yang khas banyak dipakai di

budaya Jawa. Berkat merupakan tanda kasih berupa makanan yang dibawa pulang

untuk dinikmati seluruh keluarga sehabis seseorang mengikuti acara kenduri (doa

dengan ujud tertentu, dan makanan itu sudah didoakan bersama), sedangkan

sahabat (sadulur, paseduluran) juga kata yang dijunjung tinggi di budaya Jawa,

karena bernuansa adanya perjumpaan antar pribadi atau kelompok sampai

menyentuh hati.

b. Kata “Seluruh” dan “umat dan masyarakat”:

1) “Seluruh” mengandung makna penghargaan terhadap pluralitas sebagai ciri

umat dan masyarakat Paroki dan juga heterogenitas kondisi yang dimiliki Paroki.

2) “Umat dan masyarakat” memuat orientasi ke dalam Gereja (umat) dan ke luar

Gereja (masyarakat).

c. “Pengungkapan iman” mengarah pada kepentingan (dalam konteks) ibadah

internal umat.

d. “Perwujudan iman” menunjuk pada pentingnya pelaksanaan aksi internal umat

maupun eksternal, yaitu masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

62

e. “Melalui” dimaksudkan bahwa pengungkapan maupun perwujudan iman

bukanlah tujuan melainkan hanya sarana yang dipilih untuk menjadikan seluruh

umat sebagai murid Tuhan Yesus Kristus untuk menjalani tugas perutusan-Nya.

f. Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta ingin menjadi signifikan dan relevan bagi

umat maupun masyarakat sebagai salah satu ciri utama Gereja di KAS.

Misi Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta sebagai berikut:

a. menyelenggarakan liturgi dan peribadatan yang menyentuh hati dan

menggerakkan perutusan.

b. menyelenggarakan pelayanan umat dan masyaakat dengan semangat solidaritas

dan subsidiaritas.

c. menyelenggarakan pewartaan yang membuat umat mengenali, mencintai dan

menghadirkan Kristus.

d. membangun paguyuban-paguyuban umat yang memperkuat iman dan

memberdayakan kharisma-kharisma.

e. melaksanakan reksa pastoral yang kredibel.

Dalam 5 rumusan misi ini tercakup semua tugas perutusan Gereja: liturgia,

koinonia, kerygma dan diakonia:

a. Misi no 1 dalam rangka mewujudkan iman yang tangguh sekaligus misioner

melalui karya liturgia.

b. Misi no 2 dalam rangka mewujudkan signifikansi dan relevansi bagi warganya

dan masyarakat melalui karya-karya diakonia.

c. Misi no 3 dalam rangka mewujudkan karya kerygma dan koinonia dalam

rangka mewujudkan iman yang tangguh sekaligus misioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

63

d. Misi no 4 dalam rangka mewujudkan karya-karya diakonia dengan menghargai

pluralitas yang memberdayakan dan optimalisasi peran awam.

e. Misi no 5 dalam rangka mewujudkan tata penggembalaan berkualitas, yang

kredibel: transparan dan akuntabel.

5. Situasi Umum Umat Paroki

Situasi Umum Umat Paroki diambil dari arsip data Paroki HKTY Pugeran

halaman 1-41.

a. Situasi Kependudukan

1) Gambaran Umum

Data yang terhimpun dalam sensus umat Katolik tahun 2011, umat Katolik

berjumlah 12.738 jiwa dalam 4.217 KK, yang terbagi dalam 19 wilayah dan 87

lingkungan. Keadaan umat dibagi menurut wilayah tempat tinggal dan agama.

Tabel 1. Keadaan Umat

No Wilayah Lingkungan Jlh KK Jlh Umat

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan 4

540

1.565 2. Gerja Barat Utara 5

3. Gereja Tengah Utara 4 195 595

4. Gereja Tengah Selatan 5 333 968

5. Gereja Timur 7 362 1.017

6. Kadipaten 3 152 434

7. Panembahan 3 163 458

8. Patehan 4 202 566

Wilayah Gereja Brayat Minulyo 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

64

1. Ketanggungan 3 132 362

2. Ngestiharjo Kidul 4 202 639

3. Ngestiharjo Lor 4 242 703

4. Patangpuluhan 8 260 823

5. Wirobrajan 6 220 620

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

1. Bangunjiwo 6 236 782

2. Kembaran 3 115 404

3. Taman Tirto 4 149 523

Wilayah Gereja Santo Martinus

Bangunharjo

4 160 517

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan 6 364 1.162

2. Padokan 4 190 600

Total 87 4.217 12.738

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 1-4)

2) Keadaan Umat

Tabel 2. Keadaan Umat berdasarkan Agama

No

Wilayah Non

Kat

oli

k

Kat

oli

k k

e

Non

Kat

oli

k k

e

Kri

sten

Kat

ekum

en

Jlh

Umat

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan

32

1.505

11

3

14

1.565 2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara 8 580 1 0 6 595

4. Gereja Tengah Selatan 20 918 8 4 18 968

5. Gereja Timur 22 958 13 4 20 1.017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

65

6. Kadipaten 9 413 1 0 11 434

7. Panembahan 0 445 0 0 13 458

8. Patehan 1 554 1 0 10 566

Wilayah Gereja Brayat

Minulyo

1. Ketanggungan 4 348 5 0 5 362

2. Ngestiharjo Kidul 27 587 18 0 7 639

3. Ngestiharjo Lor 19 659 6 3 16 703

4. Patangpuluhan 27 766 13 1 16 823

5. Wirobrajan 6 596 3 1 14 620

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

1. Bangunjiwo 21 735 9 0 17 782

2. Kembaran 14 387 0 1 2 404

3. Taman Tirto 12 505 1 0 5 523

Wilayah Gereja Santo

Martinus Bangunharjo

18 490 4 2 3 517

Wilayah Gereja Santo

Yusup Padokan

1. Jongonalan 40 1.089 9 1 23 1.162

2. Padokan 16 560 11 1 12 600

Total 296 12.095 114 21 212 12.738

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 5-8)

Keadaan umat di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta

berdasarkan tabel di atas sebagai berikut: 12.095 umat Katolik, 296 orang non

Katolik, 114 orang Katolik pindah ke non, 21 orang Katolik pindah ke Kristen dan

212 orang katekumen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

66

Tabel 3. Keadaan Umat berdasarkan Wilayah

No Wilayah Jumlah

Umat

Persentase

(%)

1. Gereja Pusat Paroki 5.603 43,97

2. Gereja Brayat Minulyo 3.147 24,70

3. Gereja Salib Suci Gunung Sempu 1.709 13,41

4. Gereja Santo Martinus Bangunharjo 517 4,1

5. Gereja Santo Yusup Padokan 1.762 13,82

Total 12.738 100

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 1-4)

Tabel di atas menunjukkan mayoritas umat Katolik masih berpusat di

wilayah pusat paroki dengan jumlah 5.603 jiwa (43,97%) dan tersebar di wilayah

Gereja Brayat Minulyo berjumlah 3.147 jiwa (24,70%), wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu berjumlah 1.709 jiwa (13,41%), wilayah Gereja Santo Martinus

Bangunharjo berjumlah 517 jiwa (4,1 %) dan wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan berjumlah 1.762 jiwa (13,82%).

3) Jenis Kelamin dan Hubungan Kekeluargaan

Tabel 4. Jenis Kelamin

No Wilayah Jenis Kelamin Jumlah Umat

L P

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan 689 766 1.455

2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara 259 300 559

4. Gereja Tengah Selatan 404 462 866

5. Gereja Timur 397 519 916

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

67

6. Kadipaten 194 213 407

7. Panembahan 199 231 430

8. Patehan 242 290 532

Wilayah Gereja Brayat Minulyo

1. Ketanggungan 163 184 347

2. Ngestiharjo Kidul 273 284 557

3. Ngestiharjo Lor 312 341 653

4. Patangpuluhan 328 401 729

5. Wirobrajan 257 314 571

Wilayah Gereja Salib Suci Gunung

Sempu

1. Bangunjiwo 348 368 716

2. Kembaran 173 188 361

3. Taman Tirto 237 256 493

Wilayah Gereja Santo Martinus

Bangunharjo

221 259 480

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan 496 552 1.048

2. Padokan 262 282 544

Total 5.454 6.210 11.664

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 9-12)

Tabel di atas menunjukkan komposisi umat Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Pugeran-Yogyakarta menurut jenis kelamin relatif seimbang, yakni pria

5.454 jiwa (46,76%) dan wanita 6.210 jiwa (53,24%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

68

Tabel 5. Hubungan Anggota Rumah Tangga

No

Wilayah

Kep

. R

T

Pas

angan

Anak

Anak

Angkat

Cucu

Ora

ngtu

a

Kak

ak/

Adik

Fam

ili

Lai

n

Jlh U

mat

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan

531

289

567

25

0

11

16

16

1.4

55

2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara

189

107

215

22

0

6

9

11

559

4. Gereja Tengah Selatan 321

181

325

8

0

13

5

13

866

5. Gereja Timur

347

186

338

15

0

13

12

5

916

6. Kadipaten

148

83

157

10

0

3

4

2

407

7. Panembahan

156

91

158

8

2

7

2

6

430

8. Patehan

199

93

208

9

0

2

11

10

532

Wilayah Gereja Brayat Minulyo

1. Ketanggungan

131

64

132

10

0

2

7

1

347

2. Ngestiharjo Kidul

196

123

217

4

0

4

12

1

557

3. Ngestiharjo Lor

234

131

271

2

2

7

2

4

653

4. Patangpuluhan

252

137

292

11

0

7

20

10

729

5. Wirobrajan

216

105

227

10

1

3

5

4

571

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

1. Bangunjiwo

231

156

311

3

2

5

6

2

716

2. Kembaran

110

71

162

3

0

6

8

1

361

3. Taman Tirto

148

113

214

2

1

3

8

4

493

Wilayah Gereja Santo Martinus

Bangunharjo 158

114

197

1

2

5

3

0

480

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan

355

224

428

4

1

19

13

4

1.0

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

69

2 Padokan

183

116

216

5

2

11

9

2

544

Total 4.1

05

2.3

84

4.6

35

152

13

127

152

96

11.6

64

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 17-20)

4) Kesukuan (Etnis)

Tabel 6. Suku Bangsa

No

Wilayah

Jaw

a

Tio

nghoa

Sunda/

Bal

i

Kal

iman

tan

Nusa

Ten

ggar

a

Sula

wes

i

Pap

ua

Lai

nnya

Jlh U

mat

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan

1.3

98

35

2

0

8

1

0

11

1.4

55

2. Gereja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara

521

25

1

0

4

4

0

4

559

4. Gereja Tengah Selatan

800

43

6

3

2

8

0

4

866

5. Gereja Timur

83

7

53

1

0

10

1

0

14

91

6

6. Kadipaten

400

0

1

2

0

4

0

0

407

7. Panembahan

424

0

1

0

3

1

0

1

430

8. Patehan

517

1

0

0

5

6

0

3

532

Wilayah Gereja Brayat Minulyo

1. Ketanggungan

322

25

0

0

0

0

0

0

347

2. Ngestiharjo Kidul

533

18

0

2

0

0

0

4

653

3. Ngestiharjo Lor

624

10

3

0

4

5

0

7

557

4. Patangpuluhan

694

22

3

0

2

0

3

5

729

5. Wirobrajan

542

21

0

0

5

0

0

3

571

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

70

1. Bangunjiwo

683

4

0

0

6

7

3

13

716

2. Kembaran

350

4

5

0

1

0

0

1

361

3. Taman Tirto

481

0

0

2

3

1

6

0

493

Wilayah Geeja Santo Martinus

Bangunharjo 456

2

8

0

2

6

0

6

480

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan

982

50

1

1

3

1

0

10

1.0

48

2. Padokan 512

7

2

0

7

5

2

9

544

Total

11.0

76

320

34

0

65

50

14

95

11.6

64

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 21-24)

Tabel di atas menunjukkan mayoritas umat Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Pugeran-Yogyakarta adalah suku Jawa 11.076 jiwa (94,96%) dan yang

lainnya suku Tionghoa 320 jiwa, suku Sunda/ Bali 34 jiwa, suku Kalimantan 65

jiwa, suku Sulawesi 50 jiwa, suku Papua 14 jiwa dan suku lainnya 95 jiwa.

5) Struktur Usia

Tabel 7. Kelompok Usia

No

Wilayah

0 -

6 t

h

7 -

12

th

13

- 1

5 t

h

16

- 1

8 t

h

19

- 2

4 t

h

25

- 2

9 t

h

30

- 3

9 t

h

40

- 4

9 t

h

50

- 5

9 t

h

60

- 6

9 t

h

70

th

+

Jlh

Um

at

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat

Selatan

12

78

46

59

10

7

10

2

21

6

20

9

21

1

22

4

19

1

1.4

55

2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah

Utara 5

40

20

20

35

37

96

68

10

3

72

63

55

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

71

4. Gereja Tengah

Selatan 14

57

32

41

70

49

13

1

13

5

12

9

96

11

2

86

6

5. Gereja Timur

13

52

27

32

65

60

13

2

13

1

13

7

14

0

12

7

91

6

6. Kadipaten 6

30

16

8

34

30

50

60

60

63

50

40

7

7. Panembahan 3

29

16

23

36

28

45

62

65

59

64

43

0

8. Patehan 4

33

16

17

56

24

62

91

91

52

86

53

2

Wilayah Gereja Brayat

Minulyo

1. Ketanggungan 1

18

8

6

25

37

56

36

56

47

57

34

7

2. Ngestiharjo Kidul 4

37

20

26

55

39

78

75

10

5

73

45

55

7

3. Ngestiharjo Lor

10

40

27

18

47

49

10

9

93

10

9

84

67

65

3

4. Patangpuluhan

12

57

27

31

49

58

90

96

12

1

90

98

72

9

5. Wirobrajan 6

35

21

19

40

40

77

10

0

74

70

89

57

1

Wilayah Gereja Salib

Suci Gunung Sempu

1. Bangunjiwo 8

67

32

40

68

51

79

13

3

12

1

59

58

71

6

2. Kembaran 8

67

32

40

68

51

79

13

3

12

1

59

58

71

6

3. Taman Tirto 5

32

16

24

60

44

59

68

91

61

33

49

3

Wilayah Gereja Santo

Martinus Bangunharjo 5

4

16

26

47

34

70

62

83

59

37

48

0

Wilayah Gereja Santo

Yusup Padokan

1. Jongonalan

14

84

40

48

86

81

13

5

17

8

15

8

11

5

10

9

1.0

48

2. Padokan 4

35

28

24

50

45

62

93

86

64

53

54

4

Total 13

2

80

4

42

5

48

0

97

4

83

2

1.5

87

1.7

55

1.8

73

1.4

47

1.3

55

11

.664

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 13-16)

Tabel di atas menunjukkan kelompok usia anak sekolah, usia produktif dan

usia purnakarya. Kelompok usia anak sekolah, mencakup:

a) Anak belum sekolah, play group dan Taman Kanak-Kanak (TK) usia 0-6 tahun,

sebanyak 132 jiwa.

b) Anak usia Sekolah Dasar (SD) usia 7-12 tahun, sebanyak 804 jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

72

c) Anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) usia 13-15 tahun, sebanyak 425

jiwa.

d) Anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) usia 16-18 tahun, sebanyak 480 jiwa

Kelompok usia produktif, mencakup:

a) Beberapa anak muda usia 19-24 tahun melanjutkan pendidikan ke Perguruan

Tinggi (PT), sementara ada yang memilih untuk bekerja, sebanyak 974 jiwa

(8,35).

b) Usia 25-59 tahun bekerja sebagai tulang punggung perekonomian keluarga,

sebanyak 6.047 jiwa (51,84%).

Kelompok usia purnakarya mencakup usia di atas 60 tahun. Beberapa dari

mereka masih produktif dan terlibat dalam Gereja dan masyarakat, namun karena

faktor usia, kelompok ini rentan penyakit sebanyak 2.802 jiwa (24,02%).

Jadi mayoritas umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta,

usia produktif 7.021 jiwa (60,19%) kemudian usia purnakarya 6.047 jiwa

(24,02%) dan usia sekolah 1.841jiwa (15,79%).

b. Situasi Sosial Ekonomi

1) Keadaan Ekonomi Keluarga

Tabel 8. Status Ekonomi Keluarga

No

Wilayah

Status Ekonomi

Keluarga

Jumlah

Umat

Bis

a

mem

ban

tu

Bia

sa

Per

lu

Dib

antu

Gereja Pusat Paroki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

73

1. Gereja Barat Selatan

118

344

78

540 2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara 45 129 21 195

4. Gereja Tengah Selatan 47 247 39 333

5. Gereja Timur 78 245 39 362

6. Kadipaten 18 126 8 152

7. Panembahan 18 131 14 163

8. Patehan 21 156 25 202

Wilayah Gereja Brayat Minulyo

1. Ketanggungan 27 98 7 132

2. Ngestiharjo Kidul 26 155 21 202

3. Ngestiharjo Lor 49 166 27 242

4. Patangpuluhan 52 172 36 260

5. Wirobrajan 24 166 30 220

Wilayah Gereja Salib Suci Gunung

Sempu

1. Bangunjiwo 54 167 15 236

2. Kembaran 14 74 27 115

3. Taman Tirto 25 114 10 149

Wilayah Gereja Santo Martinus

Bangunharjo

51

97

12

160

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan 36 288 40 364

2. Padokan 33 129 28 190

Total 736 3.004 477 4.217

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 25-32)

Pengelompokan berdasarkan status ekonomi keluarga dapat dibagi 3

kelompok, yaitu kategori keluarga yang bisa membantu, biasa dan perlu dibantu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

74

Keluarga yang bisa membantu adalah rumah tangga yang memiliki kemampuan

ekonomi mapan, rumah cukup besar, kendaraan (mobil dan motor), dan kekayaan

di atas rata-rata masyarakat sekitarnya. Keluarga biasa adalah mereka yang

memiliki penghasilan tetap, rumah permanen ukuran sedang, memiliki kendaraan

pribadi (motor), dan standar kehidupan yang biasa. Keluarga yang perlu dibantu

adalah mereka yang memiliki rumah sendiri namun kurang layak atau rumah

kontrakan. Dalam hal ini mencakup mereka yang menumpang tinggal, bekerja

kasar, dan berpenghasilan rendah. Seringkali mereka mengalami kesulitan untuk

memenuhi kebutuhan hidup, pendidikan dan kesehatan.

Tabel di atas menunjukkan keluarga yang bisa membantu 736 KK

(17,45%), keluarga yang biasa 3.004 KK (71,24%) dan keluarga yang perlu

dibantu 477 KK (11,31%). Berdasarkan data yang diperoleh, Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta, status ekonomi mayoritas keluarga biasa.

2) Kegiatan Ekonomi

Tabel 9. Kegiatan Ekonomi

No

Wilayah

Ter

ampil

Pen

did

ik

Kes

ehat

an

Peg

awai

Usa

ha

Set

engah

Ter

ampil

Tukan

g

Tid

ak T

eram

pil

R –

B -

S

Sek

ola

h

Ibu R

um

ah T

angga

Pen

siun

Non J

ob

Beu

m T

ahu

Jum

lah U

mat

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan

15

57

6

54

65

385

19

45

5

161

216

145

70

5

1.2

48

2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara

11

14

8

45

22

112

16

22

4

67

87

49

16

1

474

4. Gereja Tengah Selatan

14

25

10

71

33

176

14

21

6

105

116

80

39

2

712

5. Gereja Timur

14

34

4

37

51

258

17

20

0

97

126

94

33

3

788

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

75

6. Kadipaten 1

12

1

20

17

11

2

5

13

0

48

53

48

16

1

34

7

7. Panembahan 8

12

0

24

15

10

7

12

18

0

48

51

54

9

0

35

8

8. Patehan 1

12

2

31

29

12

6

14

19

6

71

81

52

16

1

46

1

Wilayah Gereja Brayat

Minulyo

1. Ketanggungan 5

11

4

19

8

97

6

8

0

38

66

30

22

1

31

5

2. Ngestiharjo Kidul 5

17

12

19

35

79

48

62

0

68

73

21

12

3

45

4

3. Ngestiharjo Lor

14

17

2

45

33

15

4

22

35

0

66

79

50

30

11

55

8

4.. Patangpuluhan 7

23

8

54

53

13

0

17

25

4

76

97

70

31

2

59

7

5. Wirobrajan

11

8

4

26

49

12

2

23

25

0

48

84

54

29

4

48

7

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

1. Bangunjiwo

11

28

1

60

16

12

9

19

31

0

10

0

10

5

47

19

3

56

9

2. Kembaran 3

9

1

31

14

45

17

26

0

58

50

15

10

1

28

0

3. Taman Tirto 3

35

7

41

13

96

7

14

0

89

55

39

15

0

41

4

Wilayah Gereja Santo

Martinus Bangunharjo

7

10

8

58

7

65

13

24

0

68

73

46

7

3

38

9

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan

16

42

7

43

59

24

4

27

31

2

12

0

13

1

86

31

14

85

3

2. Padokan 9

36

4

14

31

91

21

39

0

72

66

39

26

3

451

Total 155

402

89

692

550

2.5

28

317

478

27

1.4

00

1.6

09

1.0

19

431

58

9.7

55

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 33-37)

Dalam pendataan KAS, mereka yang dikategorikan memiliki kegiatan

ekonomi atau termasuk angkatan kerja adalah umat Katolik yang berusia lebih dari

15 tahun. Mereka dapat termasuk ke dalam salah satu dari 75 jenis kegiatan

ekonomi. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dibuat kategori sebagai berikut:

a) Terampil: ahli ekonomi, dokter hewan, kontraktor, olahragawan, pejabat DPR,

pemborong, penerbangan, pengarang, psikolog, tenaga managemen, manager,

peneliti, konsultan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

76

b) Pendidik: pengajar pra sekolah, SD, SLB, SMP, SMA, dosen, katekis dan guru

agama.

c) Kesehatan: apoteker, bidan, dokter gigi, dokter umum/ ahli, dan perawat.

d) Pegawai: petugas pelaksanaan pemegang kas, pemeliharaan gedung, pekerja

sosial, PNS, polisi, tentara, tenaga pemasaran, dan tenaga administrasi.

e) Usaha perdagangan: besar, sedang dan kecil.

f) Setengah Terampil: guide tourist, satpam, penjual jasa, jasa uang, swasta, dan

tenaga jasa.

g) Tukang: juru masak, pandai besi, pemahat, teknisi, tukang batu, tukang cat,

tukang jahit, kayu, las listrik dan pengrajin kulit.

h) Tidak Terampil: buruh tani, pekerja kasar/ buruh, petani/ peternak, sopir,

serabutan, buruh pabrik, buruh perusahaan, buruh tambang dan nelayan.

i) Romo/ Bruder/ Suster.

j) Sekolah: pelajar dan mahasiswa.

k) Ibu Rumah Tangga.

l) Pensiun/ invalid.

m) Non Job: non job, PHK dan mencari pekerjaan

Tabel di atas menunjukkan kegiatan umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus

Pugeran-Yogyakarta, sebagai berikut: terampil 155 jiwa (1,59%); pendidik 402

jiwa (4,12%); kesehatan 89 jiwa (0,91%); pegawai 692 jiwa (7,09%); usaha 550

jiwa (5,64%); setengah terampil 2.528 jiwa (25,92%); tukang 317 jiwa (3,25%);

tidak terampil 478 jiwa (4,90%); Romo-Bruder-Suster 27 jiwa (0,28%); sekolah

1.400 jiwa (14.35%); Ibu Rumah Tangga 1.609 jiwa (16,49%); pensiun/ invalid

1.019 jiwa (10,45%); non job 431 jiwa (4,42%) dan belum tahu 58 jiwa (0,59%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

77

Berdasarkan data yang diperoleh, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta, kegiatan ekonomi mayoritas setengah terampil.

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 10. Tingkat Pendidikan

No

Wilayah

Buta

Aksa

ra

SD

SL

TP

SL

TA

D1 -

D3

S1

S2 -

S3

Msh

. S

ekola

h

0 -

6 t

h

Putu

s S

ekola

h

Jum

lah U

mat

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan

10

17

1

18

4

42

6

12

5

23

6

13

19

0

91

9

1.4

55

2. Gerja Barat Utara

3. Gereja Tengah Utara 2

51

52

17

8

45

86

11

92

41

1

55

9

4. Gereja Tengah Selatan

10

71

72

23

3

93

16

3

24

13

5

64

1

86

6

5. Gereja Timur 5

77

99

27

5

86

16

4

18

13

2

57

3

91

6

6. Kadipaten 3

32

43

13

6

32

60

4

64

33

0

40

7

7. Panembahan 0

46

41

11

2

33

93

12

67

26

0

43

0

8. Patehan 4

48

64

18

2

54

67

7

70

36

0

53

2

Wilayah Gereja Brayat

Minulyo

1. Ketanggungan 7

36

30

10

8

43

59

7

38

19

0

34

7

2. Ngestiharjo Kidul

15

10

8

75

15

4

23

53

3

90

34

2

55

7

3. Ngestiharjo Lor 2

75

57

19

9

60

96

20

99

45

0

65

3

4. Patangpuluhan 5

10

2

74

20

4

70

10

1

8

10

1

64

0

72

9

5. Wirobrajan

12

68

64

21

2

38

65

1

75

35

1

57

1

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

1. Bangunjiwo

12

65

39

21

2

53

12

6

10

13

6

63

0

71

6

2. Kembaran 6

34

40

10

0

19

41

1

76

42

2

36

1

3. Taman Tirto 2

43

46

11

0

50

10

8

6

95

32

1

49

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

78

Wilayah Gereja Santo

Martinus Bangunharjo 3

57

34

99

56

10

2

6

78

45

0

48

0

Wilayah Gereja Santo

Yusup Padokan

1. Jongonalan

10

13

7

12

3

33

7

78

11

6

10

15

5

81

1

1.0

48

2. Padokan 5

81

52

14

8

31

89

4

96

37

1

54

4

Total 11

3

1.3

02

1.1

89

3.4

25

98

9

1.8

25

16

5

1.7

89

84

5

22

11

.664

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 38-41)

Tabel di atas menunjukkan jenjang pendidikan yang mencerminkan potensi

intelektual dan tantangannya. Tingkat pendidikan umat Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Pugeran-Yogyakarta, sebagai berikut: buta aksara 113 jiwa (0,97%); SD

1.302 jiwa (11,16%); SLTP 1.189 jiwa (10,19%); SLTA 3.425 jiwa (29,36%); D1-

D3 989 jiwa (8,48%); S1 1.825 jiwa (15,65%); S2-S3 165 jiwa (1,41%); Masih

sekolah 1.789 jiwa (15,34%); 0-6th

845 jiwa (7,24%); putus sekolah 22 jiwa

(0,18%). Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas pendidikan umat Paroki

Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta SLTA.

d. Situasi Perkawinan

Tabel 11. Situasi Perkawinan

No

Wilayah

Sah

Kat

oli

k

Bed

a A

gam

a

Bed

a G

erej

a

Luar

Ger

eja

Ber

mas

alah

Gereja Pusat Paroki

1. Gereja Barat Selatan

583

33

14

43

0 2. Gerja Barat Utara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

79

3. Gereja Tengah Utara 199 11 3 19 4

4. Gereja Tengah Selatan 376 18 4 31 9

5. Gereja Timur 333 48 6 29 1

6. Kadipaten 160 18 2 8 0

7. Panembahan 183 7 2 10 1

8. Patehan 185 8 3 28 6

Wilayah Gereja Brayat

Minulyo

1. Ketanggungan 130 8 1 14 1

2. Ngestiharjo Kidul 215 11 6 41 6

3. Ngestiharjo Lor 257 24 8 27 2

4. Patangpuluhan 254 34 11 28 1

5. Wirobrajan 205 21 2 32 3

Wilayah Gereja Salib Suci

Gunung Sempu

1. Bangunjiwo 299 17 13 31 4

2. Kembaran 139 7 2 17 0

3. Taman Tirto 219 14 7 9 0

Wilayah Gereja Santo

Martinus Bangunharjo

226

18

3

5

2

Wilayah Gereja Santo Yusup

Padokan

1. Jongonalan 428 32 8 33 3

2. Padokan 216 17 1 24 1

Total 4.607 346 96 429 44

(Arsip Data Paroki HKTY Pugeran, 2013: 38-41)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

80

Situasi Perkawinan di Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta sebagai berikut:

1) Perkawinan Katolik

Data di atas menunjukkan umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta, yang perkawinan kedua pasangan Katolik sebanyak 4.607 pasangan.

KHK kan. 1055 § 2 menyebutkan sifat perkawinan di antara orang-orang yang

telah dibaptis adalah sakramen (Rubiyatmoko, 2015: 20).

2) Perkawinan Beda Gereja

Data di atas menunjukkan umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta, ditemukan perkawinan beda gereja sebanyak 346 pasang. Perkawinan

campur beda Gereja karena kedua pasangan berasal dari Gereja yang berbeda, satu

dari Gereja Katolik, sedangkan pihak lain termasuk anggota Gereja Kristen yang

tidak berada dalam kesatuan penuh Gereja Katolik (bdk. Kanon 205). Perkawinan

beda Gereja mempunyai sifat sakramental sejauh dilaksanakan secara sah antara

dua orang yang sama-sama telah dibaptis secara sah (bdk. Kanon 1055-1056)

(Rubiyatmoko, 2015: 131).

3) Perkawinan Beda Agama

Data di atas menunjukkan umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta yang perkawinan beda agama, ketika salah satu pasangan beragama

lain bukan Kristen sebanyak 96 pasang. Perkawinan beda agama adalah

perkawinan yang terjadi antara seorang baptis Katolik atau yang diterima dalam

Gereja Katolik dengan seorang yang tak dibaptis, seperti yang dinormakan dalam

kanon 1086. Karena dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak semuanya baptis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

81

maka secara teknis yuridis bukan perkawinan sakramental dan ikatannya bersifat

natural saja (Rubiyatmoko, 2015: 131).

4) Pekawinan bermasalah

Data di atas menunjukkan umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta yang perkawinan bermasalah, ketika salah satu atau kedua pasangan

terdapat halangan nikah sebanyak 44 pasang. Halangan nikah adalah semua

halangan nikah yang sudah ditentukan oleh hukum Gereja dalam kanon 1083-1094

ditentukan 12 halangan nikah yang membuat seseorang tidak mampu untuk

melangsungkan pernikahan secara sah (Rubiyatmoko, 2015: 57, 66).

B. GAMBARAN UMUM PERWUJUDAN PERKAWINAN YANG UNITAS

DAN INDISSOLUBILITAS DI WILAYAH PATANGPULUHAN

PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN - YOGYAKARTA

Data perkawinan di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta sebagai berikut: pasangan suami istri yang perkawinan sah Katolik

sebanyak 254 pasangan, beda agama sebanyak 34 pasangan dan beda gereja

sebanyak 11 pasangan. Pasangan suami istri di Wilayah Patangpuluhan Paroki

HKTY Pugeran-Yogyakarta yang memenuhi syarat penelitian mereka yang usia

perkawinannya 15-30 tahun sebanyak 46 pasangan, sebagai berikut: Lingkungan

Yohanes Rasul Bugisan Kidul sebanyak 3 pasangan; Lingkungan Basilius Agung

Bugisan Lor sebanyak 3 pasangan; Lingkungan Klemens Bugisan Wetan sebanyak

5 pasangan; Lingkungan Dominikus Patangpuluhan Lor 1 sebanyak 12 pasangan;

Lingkungan Petrus Patangpuluhan Lor 2 sebanyak 7 pasangan; Lingkungan

Keluarga Kudus Patangpuluhan Lor 3 sebanyak 7 pasangan; Lingkungan Paulus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

82

Sindurejan 1 sebanyak 7 pasangan; Lingkungan Mikael Sindurejan sebanyak 2

pasangan.

C. PENELITIAN TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM

UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN

INDISSOLUBILITAS DI WILAYAH PATANGPULUHAN PAROKI

HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-YOGYAKARTA

1. Metodologi Penelitian

Wasito (1997: 6) mengatakan bahwa “Penelitian sebagai usaha yang

sistematik untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan,

menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data (informasi)

yang dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat

dipertanggungjawabkan (metode ilmiah).”

Untuk mengetahui faktor pendukung dalam mewujudkan unitas dan

indissolubilitas bagi pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30

tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta, penulis mengadakan penelitian terlebih dahulu. Adapun metodologi

penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Latar Belakang Penelitian

Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta merupakan sebuah Paroki dengan

jumlah umat sebesar 12.486 jiwa berdasarkan statistik tahun 2011. Umat di Paroki

tersebar di 19 Wilayah dan 87 Lingkungan. (Arsip Data Paroki HKTY Pugeran,

2013: 18).

Dalam Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta terdapat pasangan suami istri

Katolik yang menghayati janji perkawinan untuk setia pada pasangannya seumur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

83

hidup dan merupakan sifat/ ciri perkawinan Katolik. Penulis membatasi pasangan

suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun karena pada usia

perkawinan tersebut pasangan suami istri masih lengkap atau keduanya masih

hidup dan mereka sudah berpengalaman dalam hidup berkeluarga. Penulis

memilih wilayah Patangpuluhan alasannya: pertama masih ditemukan pasangan

suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun setia dalam hidup

perkawinan Katolik; kedua, lokasinya tempat tinggal penulis, sehingga lebih

mudah melaksanakan penelitian.

Penelitian yang dilaksanakan untuk menemukan faktor-faktor pendukung

bagi pasangan suami istri dalam menghayati janji perkawinan untuk setia seumur

hidup dan merupakan sifat perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

Akhir dari penelitian akan dilaksanakan program yang sesuai, agar semakin

membantu pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di

Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta dalam menghidupi janji perkawinannya dan

semakin mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

b. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui:

1) Sejauhmana pasangan suami istri Katolik di Wilayah Patangpuluhan Paroki

HKTY Pugeran-Yogyakarta memahami sifat/ciri perkawinan Katolik yang unitas

dan indissolubilitas.

2) Sejauhmana pasangan suami istri Katolik di Wilayah Patangpuluhan Paroki

HKTY Pugeran-Yogyakarta telah melaksanakan janji perkawinan untuk setia

seumur hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

84

3) Faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas

dan indissolubilitas bagi pasangan suami istri Katolik di Wilayah Patangpuluhan

Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta.

c. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh antara lain:

1) Membantu pasangan suami istri Katolik semakin memahami perkawinan yang

unitas dan indissolubilitas.

2) Membantu pasangan suami istri Katolik menemukan faktor-faktor pendukung

dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

3) Model pendampingan iman, agar pasangan suami istri Katolik semakin

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas di Wilayah

Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta.

d. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ex Post Facto,

yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi

dan kemudian melihat kembali ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang

diasumsikan sebagai penyebab dan telah beroperasi pada masa yang lalu (Jamal

Ma’mur Asmani, 2011: 190). Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode

survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun

kecil. Tujuan utamanya mengumpulkan informasi tentang variabel dari

sekelompok objek/populasi (Jamal Ma’Mur Asnani, 2011: 44).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

85

e. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta, pada bulan Oktober 2016.

f. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan suami istri

Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati

Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta. Adapun pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam purposive sampling, pemilihan

sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang

dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004: 90).

Teknik purposive sampling ini ditujukan kepada para pasangan suami istri

perkawinan Katolik di Gereja Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-

Yogyakarta, yang diwakili oleh pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan

15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri Katolik yang usia

perkawinan 15-30 tahun di wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Pugeran-Yogyakarta. Jumlah populasi pasangan suami istri Katolik di

Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta

keseluruhan 299 pasangan. Populasi yang akan diteliti sebanyak 41 pasangan dari

jumlah keseluruhan pasangan suami istri Katolik yang memenuhi syarat yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

86

pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah

Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta.

g. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Data yang diperoleh melalui penggunaan kuesiner adalah data

yang dikategorikan sebagai data faktual. Kuesioner dapat bersifat tertutup atau

terbuka. Dalam penelitian ini memakai keduanya. Kuesioner bersifat tertutup

artinya kuesioner yang menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan yang

diberikan. Sedangkan kuesioner bersifat terbuka artinya kuesioner yang tidak

menyediakan alternatif jawaban atas pertanyaan, sehingga responden mempunyai

kebebasan untuk memberikan jawaban.

h. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan penulis teliti yakni faktor-

faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas. Variabel ini akan dibuat dalam penyusunan instrumen yang terdiri

dari dua bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan tertutup (memilih jawaban yang

sudah tersedia) dan pertanyaan terbuka (jawaban menurut pendapat sendiri).

Jumlah responden yang diteliti sebanyak 41 pasangan dengan usia

perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

87

Tabel 10. Variabel Penelitian

No

Variabel yang

diungkapkan

Aspek yang

diungkapkan

No Soal

Jum

lah

Tertutup Terbuka

(1) (2) (3) (4) (5)

1

2

Faktor-faktor

yang

berpengaruh

pada unitas

perkawinan

1. Kepribadian

2. Internal Keluarga

3. Budaya

4. Kesehatan

5. Fisik

6. Kebahagiaan

1-2, 19-20

3-4, 21-22

5-6, 23-24

7-8, 25-26

9-10, 27-28

17, 35

1 (a,b,c)

2 (a,b,c)

4

3 (a,b,c)

5

29

Faktor-faktor

yang

berpengaruh

pada

indissolubilitas

perkawinan

1. Iman/ Agama

2. Ekonomi

3. Sosial

4. Keinginan Cerai

11-12, 29-30

13-14, 31-32

15-16, 33-34

18, 36

18

Item keseluruhan 36 11 47

2. Laporan Hasil dan Pembahasan Penelitian

a. Gambaran faktor-faktor yang berpengaruh pada unitas dan indissolubilitas

perkawinan di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta

Penelitian terhadap 46 pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan

15-30 tahun sebagai responden, namun sebanyak 41 pasangan suami istri Katolik

yang mengumpulkan kuisioner. Penelitian akan dijabarkan dengan menggunakan

diagram batang, agar lebih mudah dilihat dan dimengerti. Hasil penelitian sebagai

berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

88

1) Faktor-faktor yang berpengaruh pada unitas perkawinan

a) Faktor Kepribadian

(1) Dalam diskusi bersama pasangan, terjadi perbedaan pendapat, dan pendapat

saya selalu diterima.

Keterangan: S (Sering), KK (Kadang-Kadang), J (Jarang), TP (Tidak Pernah)

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 6 32 2 1

Istri 5 31 3 2

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 5 pasangan (12%) menyatakan sering dan 31 pasangan

menyatakan kadang-kadang (76%), 3 pasangan menyatakan jarang (7%) dan 2

pasangan mengatakan tidak pernah (5%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam diskusi terjadi perbedaan

pendapat dengan pasangan, sebagian besar pasangan menyatakan kadang-kadang

pendapatnya diterima dan sebagian kecil pasangan menyatakan jarang bahkan

tidak pernah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

89

(2) Pada saat pasangan melakukan kesalahan atau kekeliruan, saya dengan mudah

berbicara kasar atau melakukan tindakan kasar terhadap pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 3 5 15 18

Istri 0 6 15 20

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 2 pasangan (5%) menyatakan sering dan 5 pasangan menyatakan

kadang-kadang (12%), 15 pasangan menyatakan jarang (37%) dan 19 pasangan

mengatakan tidak pernah (46%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa pada saat pasangan melakukan

kesalahan atau kekeliruan, sebagian besar pasangan menyatakan jarang bahkan

tidak pernah berbicara kasar atau melakukan tindakan kasar terhadap pasangan.

(19) Apakah Anda puas dalam hubungan seks dengan pasangan Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 23 18 0 0

Istri 20 17 3 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

90

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 22 pasangan (54%) menyatakan sering dan 18 pasangan

menyatakan kadang-kadang (44%), 3 istri menyatakan jarang dan 1 istri

menyatakan tidak pernah (2%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian pasangan sering dan

kadang-kadang puas dalam melakukan hubungan seks dengan pasangannya dan

sebanyak 4 istri menyatakan jarang dan tidak pernah puas dalam hubungan seks.

(20) Apakah konflik dalam rumah tangga menguntungkan keluarga Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 0 9 8 24

Istri 0 12 5 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

91

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 10 pasangan (24%) menyatakan kadang-kadang dan 7 pasangan

menyatakan jarang (17%), dan 24 pasangan menyatakan tidak pernah (59%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian pasangan menyatakan

bahwa konflik dalam rumah tangga tidak pernah menguntungkan keluarga dan

sebagian kecil pasangan menyatakan kadang-kadang dan jarang menguntungkan

keluarga bila terjadi konflik.

b) Faktor Internal Keluarga

(3) Pada saat anak berbuat salah dan pasangan memarahi dan menghukumnya,

saya selalu membela anak di depan pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 3 15 9 14

Istri 3 9 13 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

92

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 3 pasangan (7%) menyatakan sering dan 12 pasangan

menyatakan kadang-kadang (29%), 11 pasangan menyatakan jarang (27%) dan 15

pasangan menyatakan tidak pernah (37%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa pasangan tidak pernah, kadang-

kadang bahkan jarang membela anak di depan pasangan bila anak berbuat salah

dan pasangan memarahinya dan sebagian kecil pasangan sering membela anak

yang melakukan kesalahan di depan pasangan.

(4) Dalam kesibukan kerja, saya tetap meluangkan waktu untuk berkumpul

bersama pasangan dan anak-anak.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 27 12 2 0

Istri 34 6 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

93

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 32 pasangan (78%) menyatakan sering dan 9 pasangan

menyatakan kadang-kadang (21,5%), dan 1 pasangan menyatakan jarang dan tidak

pernah (0,5%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering meluangkan waktu untuk berkumpul bersama pasangan dan anak-anak di

tengah kesibukan kerja dan sebagian kecil pasangan menyatakan kadang-kadang.

(21) Apakah anak-anak mempersatukan keluarga Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 33 7 1 0

Istri 36 5 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

94

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 35 pasangan (85%) menyatakan sering dan 6 pasangan

menyatakan kadang-kadang (15%), dan 1 suami yang menyatakan jarang

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

anak-anak mempersatukan keluarga dan sebagian kecil pasangan menyatakan

kadang-kadang anak mempersatukan keluarga.

(22) Apakah keterbukaan dan kejujuran menceritakan segala sesuatu dengan

pasangan lebih menguntungkan dalam keluarga Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 24 12 3 2

Istri 24 13 3 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

95

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 24 pasangan (59%) menyatakan sering dan 13 pasangan

menyatakan kadang-kadang (32%), 3 pasangan yang menyatakan jarang (7%), dan

1 pasangan yang menyatakan tidak pernah (2%)

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

keterbukaan dan kejujuran menceritakan segala sesuatu dengan pasangan lebih

sering dan kadang-kadang menguntungkan dalam keluarga.

c) Faktor Budaya

(5) Pada saat terjadi kesalahpahaman dengan pasangan, saya cenderung untuk

diam dan tidak membesar-besarkan masalah.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 14 16 2 9

Istri 15 21 1 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

96

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 15 pasangan (37%) menyatakan sering dan 18 pasangan

menyatakan kadang-kadang (44%), 1 pasangan yang menyatakan jarang (2%), dan

7 pasangan yang menyatakan tidak pernah (17%)

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

kadang-kadang dan sering diam dan tidak membesar-besarkan masalah bila terjadi

kesalah-pahaman dengan pasangan

(6) Pada saat pasangan melakukan tindakan yang menyakitkan hati, saya selalu

menyimpan dan sukar melupakan kesalahannya.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 9 8 10 14

Istri 10 15 7 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

97

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 10 pasangan (24%) menyatakan sering dan 12 pasangan

menyatakan kadang-kadang (29%), 8 pasangan yang menyatakan jarang (20%),

dan 11 pasangan yang menyatakan tidak pernah (27%)

Hasil penelitian membuktikan bahwa jawaban merata dari pasangan

menyatakan sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah menyimpan dan sukar

melupakan kesalahan pada saat pasangan melakukan tindakan yang menyakitkan

hati.

(23) Apakah sikap mengalah dengan pasangan membantu menciptakan

keharmonisan dalam keluarga Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 26 12 1 2

Istri 28 12 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

98

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 27 pasangan (66%) menyatakan sering dan 12 pasangan

menyatakan kadang-kadang (30%), 1 pasangan yang menyatakan jarang (2%), dan

1 pasangan yang menyatakan tidak pernah (2%)

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sikap mengalah dengan pasangan lebih sering dan kadang-kadang membantu

menciptakan keharmonisan dalam keluarga.

(24) Apakah setiap pengambilan keputusan penting, anda bermusyawarah untuk

mufakat dengan pasangan Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 27 14 0 0

Istri 27 13 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

99

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 27 pasangan (66%) menyatakan sering dan 14 pasangan

menyatakan kadang-kadang (34%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

setiap pengambilan keputusan penting, sering dan kadang-kadang bermusyawarah

untuk mufakat dengan pasangan.

d) Faktor Kesehatan

(7) Pada saat pasangan jatuh sakit, saya membawanya untuk berobat dan melayani

pasangan dengan penuh kasih.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 34 4 0 3

Istri 36 1 1 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

100

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 35 pasangan (86%) menyatakan sering, 3 pasangan menyatakan

kadang-kadang (7%) dan 3 pasangan menyatakan tidak pernah (7%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering membawa pasangan untuk berobat dan melayani dengan penuh kasih pada

saat pasangan jatuh sakit.

(8) Pada saat pasangan mengalami kegagalan, saya dengan mudah untuk

menyalahkannya.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 3 9 9 20

Istri 2 5 13 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

101

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 3 pasangan (7%) menyatakan sering, 7 pasangan menyatakan

kadang-kadang (17%), 10 pasangan menyatakan jarang (24%) dan 21 pasangan

menyatakan tidak pernah (52%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

tidak pernah dan jarang dengan mudah menyalahkan pasangan ketika mengalami

kegagalan.

(25) Apakah di tengah kesibukan kerja, Anda tetap menjaga kesehatan dengan

makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 15 20 5 1

Istri 18 19 3 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

102

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 16 pasangan (40%) menyatakan sering, 20 pasangan menyatakan

kadang-kadang (48%), 4 pasangan menyatakan jarang (10%) dan 1 pasangan

menyatakan tidak pernah (2%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

kadang-kadang dan sering menjaga kesehatan dengan makan makanan yang

bergizi dan istirahat yang cukup di tengah kesibukan kerja.

(26) Apakah Anda tetap setia, apabila pasangan Anda tidak dapat memenuhi

kewajiban secara lahir dan batin?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 31 7 2 1

Istri 33 7 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

103

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 32 pasangan (79%) menyatakan sering, 7 pasangan menyatakan

kadang-kadang (17%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%) dan 1 pasangan

menyatakan tidak pernah (2%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering untuk tetap setia pada saat pasangan tidak dapat memenuhi kewajiban

secara lahir dan batin tetap dan sebagian kecil pasangan menyatakan kadang-

kadang.

e) Faktor Fisik

(9) Pada saat pasangan menjadi cacat akibat sakit atau kecelakaan, saya tetap

mencintainya dan menemaninya.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 34 3 3 1

Istri 36 3 0 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

104

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 35 pasangan (86%) menyatakan sering, 3 pasangan menyatakan

kadang-kadang (7%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%) dan 2 pasangan

menyatakan tidak pernah (5%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering untuk tetap mencintai dan menemani pada saat pasangan menjadi cacat

karena sakit atau kecelakaan.

(10) Dalam pergaulan saya bertemu dengan lawan jenis yang lebih menarik

dibandingkan pasangan saya, namun saya tetap setia dan tidak tergoda untuk

berpaling dari pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 25 5 2 9

Istri 29 3 0 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

105

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 27 pasangan (66%) menyatakan sering, 4 pasangan menyatakan

kadang-kadang (10%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%) dan 9 pasangan

menyatakan tidak pernah (22%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering tetap setia dan tidak tergoda berpaling dari pasangan ketika bertemu lawan

jenis yang lebih menarik di dalam pergaulan dan sebagian kecil pasangan

menyatakan tidak pernah tergoda untuk berpaling dari pasangan.

(27) Apakah Anda tetap setia, apabila pasangan Anda menjadi cacat dan tidak

menarik lagi?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 30 5 3 3

Istri 35 3 0 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

106

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 33 pasangan (81%) menyatakan sering, 4 pasangan menyatakan

kadang-kadang (10%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%) dan 3 pasangan

menyatakan tidak pernah (7%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering tetap setia pada saat pasangan menjadi cacat dan tidak menarik lagi.

(28) Apakah Anda tetap menerima dan mengampuni pasangan Anda yang telah

berselingkuh untuk hidup bersatu kembali?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 18 11 3 9

Istri 21 11 0 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

107

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 20 pasangan (49%) menyatakan sering, 11 pasangan menyatakan

kadang-kadang (27%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%) dan 9 pasangan

menyatakan tidak pernah (22%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering mengampuni pasangan yang selingkuh, dan sebagian kecil pasangan

menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah mengampuni pasangan yang

selingkuh.

2) Faktor-faktor yang berpengaruh pada indissolubilitas perkawinan

a) Faktor Iman

(11) Pada saat terjadi ketidakcocokan di dalam rumahtangga, saya tetap mengasihi

pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 31 6 3 1

Istri 31 6 2 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

108

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 31 pasangan (76%) menyatakan sering, 6 pasangan menyatakan

kadang-kadang (15%), 3 pasangan menyatakan jarang (7%) dan 1 pasangan

menyatakan tidak pernah (2%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering tetap mengasihi pasangan pada saat terjadi ketidakcocokan di dalam rumah

tangga.

(12) Ada doa di lingkungan, saya bersama pasangan dan anak-anak mengikutinya.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 7 16 7 11

Istri 11 17 7 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

109

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 9 pasangan (22%) menyatakan sering, 17 pasangan menyatakan

kadang-kadang (42%), 7 pasangan menyatakan jarang (17%) dan 8 pasangan

menyatakan tidak pernah (19%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

kadang-kadang mengikuti doa lingkungan bersama pasangan dan anak-anak,

sebagian kecil pasangan menyatakan sering, tidak pernah dan jarang untuk

mengikuti doa lingkungan bersama pasangan dan anak-anak.

(29) Apakah doa membantu Anda ketika menghadapi kesulitan menjalani hidup

perkawinan?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 34 4 1 2

Istri 39 1 1 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

110

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 37 pasangan (91%) menyatakan sering, 2 pasangan menyatakan

kadang-kadang (5%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%) dan 1 pasangan

menyatakan tidak pernah (2%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

doa sering membantu ketika menghadapi kesulitan menjalani hidup perkawinan.

(30) Apakah Perayaan Ekaristi semakin menguatkan anda dalam karya dan

keluarga anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 36 2 0 3

Istri 40 1 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

111

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 38 pasangan (93%) menyatakan sering, 2 pasangan menyatakan

kadang-kadang (5%), dan 1 pasangan menyatakan tidak pernah (2%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

perayaan Ekaristi sering semakin menguatkan dalam karya dan keluarga.

b) Faktor Ekonomi

(13) Pada saat saya hendak membantu keluarga, terlebih dahulu saya

membicarakannya dengan pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 22 14 5 0

Istri 23 13 4 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

112

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 23 pasangan (56%) menyatakan sering, 14 pasangan menyatakan

kadang-kadang (34%), dan 4 pasangan menyatakan jarang (10%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering dan kadang-kadang terlebih dahulu membicarakanya dengan pasangan pada

saat hendak membantu keluarga.

(14) Ada tawaran promosi barang-barang, saya tidak tergoda untuk membeli yang

bukan kebutuhan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 19 18 3 1

Istri 13 16 6 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

113

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 16 pasangan (39%) menyatakan sering, 17 pasangan menyatakan

kadang-kadang (42%), 5 pasangan menyatakan jarang (12%), dan 3 pasangan

menyatakan tidak pernah (7%) .

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

kadang-kadang dan sering tidak tergoda untuk membeli barang yang bukan

kebutuhan.

(31) Apakah keluarga lebih penting dibandingkan dengan pekerjaan Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 21 18 2 0

Istri 24 17 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

114

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 23 pasangan (56%) menyatakan sering, 17 pasangan menyatakan

kadang-kadang (42%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering keluarga lebih penting dibandingkan dengan pekerjaan.

(32) Apakah Anda tetap setia, apabila pasangan tidak memiliki pekerjaan dan tidak

dapat memenuhi kebutuhan lahiriah dalam keluarga?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 32 6 3 0

Istri 31 7 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

115

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 32 pasangan (78%) menyatakan sering, 7 pasangan menyatakan

kadang-kadang (17%), 2 pasangan menyatakan jarang (5%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering tetap setia pada saat pasangan tidak memiliki pekerjaan dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan lahiriah dalam keluarga.

c) Faktor Sosial

(15) Ada kegiatan gotong-royong di dalam masyarakat (RT/ RW), saya

meluangkan waktu untuk ambil bagian di dalamnya.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 27 9 3 2

Istri 19 17 4 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

116

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 23 pasangan (56%) menyatakan sering, 13 pasangan menyatakan

kadang-kadang (32%), 4 pasangan menyatakan jarang (10%), dan 1 pasangan

menyatakan tidak pernah (2%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering dan kadang-kadang meluangkan waktu untuk ambil bagian di dalam

kegiatan masyarakat.

(16) Ada warga yang kemalangan atau hajatan, saya ambil bagian untuk

membantunya.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 21 16 4 0

Istri 26 12 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

117

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 24 pasangan (59%) menyatakan sering, 14 pasangan menyatakan

kadang-kadang (34%), dan 3 pasangan menyatakan jarang (7%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering dan kadang-kadang ambil bagian untuk membantu warga yang kemalangan

atau hajatan.

(33) Apakah Anda dan pasangan Anda menjalin relasi yang baik dengan

lingkungan dan masyarakat sekitar?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 28 12 1 0

Istri 28 12 1 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

118

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 28 pasangan (69%) menyatakan sering, 12 pasangan menyatakan

kadang-kadang (29%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering menjalin relasi yang baik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.

(34) Apakah keterlibatan Anda di dalam kegiatan di lingkungan dan masyarakat

sekitar semakin membuat keluarga Anda harmonis?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 21 16 4 0

Istri 22 18 0 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

119

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 22 pasangan (53%) menyatakan sering, 17 pasangan menyatakan

kadang-kadang (42%), 2 pasangan menyatakan jarang (5%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering dan kadang-kadang keterlibatan di dalam masyarakat sekitar semakin

membuat keluarga harmonis.

3) Bahagia bersama pasangan

(17) Saya bahagia dalam hidup perkawinan bersama pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 33 6 2 0

Istri 31 7 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

120

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 32 pasangan (78%) menyatakan sering, 7 pasangan menyatakan

kadang-kadang (17%), 2 pasangan menyatakan jarang (5%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering bahagia dalam hidup perkawinan bersama pasangan.

(35) Apakah Anda merasa bahagia hidup bersama pasangan Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 33 6 2 0

Istri 29 9 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

121

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 31 pasangan (76%) menyatakan sering, 8 pasangan menyatakan

kadang-kadang (19%), 2 pasangan menyatakan jarang (5%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

sering bahagia hidup bersama pasangan.

4) Keinginan tidak bercerai

(18) Pada saat terjadi pertengkaran atau konflik dengan pasangan, saya ingin

meninggalkan pasangan.

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 3 5 0 33

Istri 1 6 2 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

122

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 2 pasangan (5%) menyatakan sering, 6 pasangan menyatakan

kadang-kadang (15%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%), dan 32 pasangan

menyatakan tidak pernah (78%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

tidak pernah ingin meninggalkan pasangan pada saat terjadi pertengkaran atau

konflik pasangan.

(36) Apakah Anda punya keinginan untuk meninggalkan pasangan Anda?

Jenis Kelamin S KK J TP

Suami 0 4 2 35

Istri 2 4 0 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

123

Tabel dan diagram di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat

respon sebanyak 1 pasangan menyatakan jarang (2%), 4 pasangan menyatakan

kadang-kadang (10%), 1 pasangan menyatakan jarang (2%), dan 35 pasangan

menyatakan tidak pernah (86%).

Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar pasangan menyatakan

tidak pernah punya keinginan untuk meninggalkan pasangan.

b. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dari hasil penelitian ini.

Keterbatasan dari 46 pasangan yang menerima kuisioner, namun sebanyak 41

pasangan yang memenuhi kriteria, sedangkan sebanyak 4 pasangan beda agama

hanya salah satu yang mengumpulkan dan 1 pasangan yang pindah domisili.

Kemudian ada beberapa pasangan menjawab semua pertanyaan sama dengan

pasangannya. Selain itu pasangan mengalami kesulitan dalam menjawab

pertanyaan, sebab belum pernah dialami oleh pasangan, sehingga jawabannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

124

ragu-ragu. Pertanyaan kuisioner dalam penelitian masih dapat dikembangkan lagi,

agar semakin menemukan faktor pendukung lainnya dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

c. Kesimpulan Penelitian

Faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan perkawinan yang

unitas sebagai berikut: faktor internal keluarga sebanyak 35 pasangan (85%)

menyatakan bahwa anak-anak sering mempersatukan keluarga; faktor kesehatan

sebanyak 35 pasangan (85%) menyatakan bahwa pada saat pasangan jatuh sakit,

saya sering membawanya untuk berobat dan melayani pasangan dengan penuh

kasih; faktor fisik sebanyak 35 pasangan (85%) menyatakan bahwa ketika

pasangan menjadi cacat akibat sakit atau kecelakaan, saya tetap mencintainya dan

menemaninya; faktor kepribadian sebanyak 31 pasangan (76%) menyatakan

bahwa di dalam diskusi bersama pasangan, terjadi perbedaan pendapat, dan

kadang-kadang pendapat saya selalu diterima; faktor budaya sebanyak 27

pasangan (66%) menyatakan bahwa sering mengalah dengan pasangan untuk

membantu menciptakan keharmonisan dalam keluarga dan setiap pengambilan

keputusan penting, anda bermusyawarah untuk mufakat dengan pasangan.

Faktor-faktor pendukung dalam mewujudkan perkawinan yang

indissolubilitas sebagai berikut: faktor iman sebanyak 38 pasangan (93%)

menyatakan perayaan Ekaristi sering semakin menguatkan dalam karya dan

keluarga; faktor ekonomi sebanyak 32 pasangan (78%) menyatakan sering tetap

setia pada saat pasangan tidak memiliki pekerjaan dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan lahiriah dalam keluarga; faktor sosial sebanyak 28 pasangan (69%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

125

menyatakan anda dan pasangan anda sering menjalin relasi yang baik dengan

lingkungan dan masyarakat sekitar.

Selain menemukan faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, juga ditemukan pasangan suami istri

Katolik yang mengalami kesulitan dan tantangan dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Faktor-faktor penghambat dalam

upaya mewujudkan perkawinan yang unitas sebagai berikut: faktor kepribadian

sebanyak 18 pasangan (44%) menyatakan kurang puas dalam hubungan seks

dengan pasangan; faktor internal keluarga sebanyak 12 pasangan (29%)

menyatakan membela anak yang berbuat salah pada saat pasangan sedang

memarahi dan menghukumnya; faktor budaya sebanyak 10 pasangan (24%)

menyatakan menyimpan dan sukar melupakan kesalahan, pada saat pasangan

melakukan tindakan yang menyakitkan hati; faktor fisik sebanyak 9 pasangan

(22%) menyatakan tidak menerima dan mengampuni pasangan yang telah

berselingkuh untuk hidup bersatu kembali; dan faktor kesehatan sebanyak 7

pasangan (17%) menyatakan mudah untuk menyalahkan pasangan pada saat

mengalami kegagalan.

Faktor-faktor penghambat dalam mewujudkan perkawinan yang

indissolubilitas sebagai berikut: faktor ekonomi sebanyak 18 pasangan (44%)

menyatakan pekerjaan kadang lebih penting dibandingkan keluarga; faktor sosial

sebanyak 17 pasangan (42%) menyatakan keterlibatan di lingkungan dan

masyarakat kadang membuat keluarga harmonis; faktor iman sebanyak 9 pasangan

(22%) menyatakan tidak pernah mengikuti doa di lingkungan bersama pasangan

dan anak-anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

BAB IV

PENGOLAHAN HASIL PENELITIAN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN

PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS

Ciri Perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas merupakan

kekhasan perkawinan Katolik. Dasar unitas terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian

Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru menjadi “satu daging” (Kej 2:24; Mrk 10:8;

Mat 19:5; Ef 5:31) yang bunyinya “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan

ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu

daging.” Cinta kasih suami istri sungguh-sungguh merupakan cinta kasih

perjanjian yang bersifat eksklusif dan tetap (bdk. Ams 5:15-20).

Kej 1: 27 dan Kej 2: 24 dengan tegas dan berwibawa merestui cita-cita suci

perkawinan monogam sebagai perkawinan yang memenuhi kehendak Allah,

karena melambangkan kesetiaan kasih antara Yahwe dan umat-Nya. Kemudian St.

Paulus dalam 1Kor 7 dan Ef 5 dengan sikap yang cukup keras dan tegas

memperjuangkan nilai perkawinan yang monogam tak terceraikan dengan

berpegang pada faham penciptaan.

Konsili Vatikan II mengajarkan mengenai ciri perkawinan terdapat dalam

GS, art. 48 mengatakan “Persatuan mesra sebagai saling serah diri antara dua

pribadi, begitu pula kesejahteraan anak-anak, menuntut kesetiaan suami istri yang

sepenuhnya dan menjadikan tidak terceraikannya kesatuan mereka mutlak perlu.”

FC, art. 19 mengatakan “Perjanjian kasih perkawinan suami istri bukanlah dua,

melainkan satu dan dipanggil untuk senantiasa tumbuh dalam kesatuannya dengan

kesetiaan.” Dengan ini setiap hari mereka berpegang teguh pada janji perkawinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

127

penyerahan diri timbal balik.” Kemudian KGK, art. 1645 mengatakan bahwa

“Kesatuan perkawinan yang dikukuhkan oleh Tuhan tampak secara jelas dari

martabat pribadinya yang sama baik pria maupun wanita, yang harus diterima

dalam cinta kasih timbal balik dan penuh.” Hal ini terdapat juga dalam KHK kan.

1056 mengatakan bahwa “Ciri-ciri hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas

(kesatuan) dan indissolubilitas (tak terputuskan), yang dalam perkawinan kristiani

memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen.”

Hasil pengolahan data dalam upaya mewujudkan ciri-ciri perkawinan

Katolik sebagai berikut:

A. UNITAS (KESATUAN)

Ciri unitas (kesatuan) menunjuk unsur unitif dan monogam perkawinan.

Unsur unitif dimaksud sebagai unsur yang menyatukan suami istri secara lahir dan

batin, sedangkan unsur monogam menyatakan bahwa perkawinan dinyatakan sah

jika dilaksanakan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan.

1. Faktor Pendukung

Hasil penelitian di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Pugeran-Yogyakarta, terhadap 41 pasangan suami istri Katolik usia

perkawinan 15-30 tahun diperoleh data mengenai beberapa faktor pendukung

dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas antara lain: faktor kepribadian,

internal keluarga, budaya, kesehatan dan fisik.

a. Faktor Kepribadian

Keterangan: S (Sering), KK (Kadang-Kadang), J (Jarang), TP (Tidak Pernah)

No Keterangan Pasangan Persen (%)

1. Dalam diskusi bersama pasangan, terjadi KK: 31 76%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

128

perbedaan pendapat, dan pendapat Anda

selalu diterima.

2. Pada saat pasangan melakukan kesalahan

atau kekeliruan, Anda dengan mudah

berbicara kasar atau melakukan tindakan

kasar terhadap pasangan Anda.

KK: 15

37%

19. Apakah Anda puas dalam hubungan seks

dengan pasangan Anda?

S: 22

54%

20. Apakah konflik dalam rumah tangga

menguntungkan keluarga Anda?

TP: 24

59%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

31 pasangan (76%) menyatakan kadang-kadang dalam diskusi bersama pasangan,

terjadi perbedaan pendapat, dan pendapat saya selalu diterima.

b. Faktor Internal Keluarga

No Keterangan Pasangan Persen (%)

3. Pada saat anak berbuat salah dan pasangan

memarahi dan menghukumnya, Anda

selalu membela anak di depan pasangan

Anda.

TP: 15 37%

4. Dalam kesibukan kerja, Anda tetap

meluangkan waktu untuk berkumpul

bersama pasangan dan anak-anak.

S: 32 78%

21. Apakah anak-anak mempersatukan

keluarga Anda?

S: 35

85%

22. Apakah keterbukaan dan kejujuran

menceritakan segala sesuatu dengan

pasangan lebih menguntungkan dalam

keluarga Anda?

S: 24

59%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

129

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

35 pasangan (85%) menyatakan sering anak-anak mempersatukan keluarga.

c. Faktor Budaya

No Keterangan Pasangan Persen (%)

5. Pada saat terjadi kesalahpahaman

dengan pasangan, Anda cendrung untuk

diam dan tidak membesar-besarkan

masalah.

KK: 18 44%

6. Pada saat pasangan melakukan tindakan

yang menyakitkan hati, Anda selalu

menyimpan dan sukar melupakan

kesalahannya.

KK: 12 29%

23. Apakah sikap mengalah dengan

pasangan membantu menciptakan

keharmonisan dalam keluarga Anda?.

S: 27

66%

24. Apakah setiap pengambilan keputusan

penting, Anda bermusyawarah untuk

mufakat dengan pasangan Anda?.

S: 27

66%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

27 pasangan (66%) menyatakan sering sikap mengalah dengan pasangan

membantu menciptakan keharmonisan dalam keluarga dan setiap pengambilan

keputusan penting, saya bermusyawarah untuk mufakat dengan pasangan.

d. Faktor Kesehatan

No Keterangan Pasangan Persen (%)

7. Pada saat pasangan jatuh sakit, Anda

membawanya untuk berobat dan

melayani pasangan Anda dengan penuh

kasih.

S: 35 85%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

130

8. Pada saat pasangan Anda mengalami

kegagalan, Anda dengan mudah untuk

menyalahkannya.

TP: 21 52%

25. Apakah di tengah kesibukan kerja,

Anda tetap menjaga kesehatan dengan

makan makan yang bergizi dan istirahat

yang cukup?.

KK: 20

48%

26. Apakah Anda tetap setia, apabila

pasangan Anda tidak dapat memenuhi

kewajiban secara lahir dan batin?.

S: 32

79%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

35 pasangan (85%) menyatakan sering pada saat pasangan jatuh sakit, saya

membawanya untuk berobat dan melayani pasangan dengan penuh kasih.

e. Faktor Fisik

No Keterangan Pasangan Persen (%)

9. Pada saat pasangan Anda menjadi cacat

akibat sakit atau kecelakaan, Anda tetap

mencintainya dan menemaninya.

S: 35 85%

10. Dalam pergaulan, Anda bertemu

dengan lawan jenis yang lebih menarik

dibandingkan pasangan Anda, namun

Anda tetap setia dan tidak tergoda

untuk berpaling dari pasangan Anda.

S: 27 66%

27. Apakah Anda tetap setia, apabila

pasangan Anda menjadi cacat dan tidak

menarik lagi?.

S: 33

81%

28. Apakah Anda tetap menerima dan

mengampuni pasangan Anda yang telah

berselingkuh untuk hidup bersatu

kembali?.

S: 20

49%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

131

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

35 pasangan (85%) menyatakan sering tetap mencintai dan menemani pasangan,

apabila pasangan menjadi cacat akibat sakit atau kecelakaan.

2. Faktor Penghambat

Dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas (kesatuan) atau

keutuhan dari perkawinan mengalami berbagai tantangan dan kesulitan.

Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan antara lain:

a. Faktor Kepribadian

Sebanyak 18 pasangan (44%) menyatakan kadang-kadang puas dalam

hubungan seks dengan pasangan.

b. Faktor Internal Keluarga

Sebanyak 12 pasangan (29%) menyatakan kadang-kadang membela anak

di depan pasangan pada saat anak berbuat salah dan pasangan memarahi dan

menghukumnya.

c. Faktor Budaya

Sebanyak 10 pasangan (24%) menyatakan sering menyimpan dan sukar

melupakan kesalahan, pada saat pasangan melakukan tindakan yang menyakitkan

hati.

d. Faktor Kesehatan

Sebanyak 7 pasangan (17%) menyatakan kadang-kadang mudah untuk

menyalahkan pasangan pada saat mengalami kegagalan.

e. Faktor Fisik

Sebanyak 9 pasangan (22%) menyatakan tidak pernah menerima dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

132

mengampuni pasangan yang telah berselingkuh untuk hidup bersatu kembali.

B. INDISSOLUBILITAS (TAK TERPUTUSKAN)

Dasar indissolubilitas terdapat dalam Kitab Suci misalnya Mrk 10:2-12;

Mat 5:31-32; 19:2-12; Luk 16:18. Dalam Kitab Suci dikisahkan orang Farisi

bertanya kepada Yesus apakah diperbolehkan suami menceraikan istrinya.? Yesus

menegaskan “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”

(Mat 19:6). Pasangan suami istri yang bercerai serta kawin lagi melakukan

perbuatan zinah (bdk. Mat 19:9; Mrk 10:12). Dalam teks Mat 19:2-12 dan Mrk

10:2-12 menyatakan penolakan Yesus terhadap perceraian. Ia memahami izin

perceraian yang diberikan oleh hukum Musa sebagai suatu hal yang terpaksa

diberikan karena ketegaran hati orang-orang Israel dan sebagai suatu hal yang

melawan rencana Allah, alasannya karena Allah sendiri yang telah menyatukan

suami-istri, agar mereka menjadi “satu daging”. Dengan perkataan lain Yesus

mengajarkan bahwa perkawinan itu menurut kehendak Allah harus bercirikan “tak

terceraikan.”

Gaudium et Spes art. 49 mengatakan bahwa “Sebagai pemberian diri timbal

balik antara dua pribadi, persatuan yang mesra itu, begitu pula kepentingan anak-

anak menuntut kesetiaan seutuhnya dari suami istri, dan meminta kesatuan yang

tak terceraikan antara mereka.” Kemudian LG, art. 41 mengatakan bahwa “Para

suami istri dan orangtua Kristiani wajib, menurut cara hidup mereka, dengan cinta

yang setia seumur hidup saling mendukung dalam rahmat dan meresapkan ajaran

Kristiani maupun keutamaan-keutamaan Injil di hati keturunan, yang penuh kasih

mereka terima dari Allah,” serta FC, art. 20 mengatakan bahwa “Cinta suami istri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

133

juga berciri tak terputus, karena penuhnya cinta itu, maka perceraian ditolak secara

tegas oleh Kristus.” Kemudian dalam KGK, art. 1644 mengatakan bahwa “Mereka

dipanggil untuk terus menerus bertumbuh dalam persekutuan mereka melalui

kesetiaan dari hari ke hari terhadap janji pernikahan mereka untuk saling

menyerahkan diri seutuhnya.”

1. Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus

Tuhan Yesus Pugeran-Yogyakarta, terhadap 41 pasangan suami istri Katolik usia

perkawinan 15-30 tahun diperoleh data faktor-faktor pendukung dalam

mewujudkan ciri indissolubilitas perkawinan antara lain: faktor iman, ekonomi

dan sosial sebagai berikut:

a. Faktor Iman

Keterangan: S (Sering), KK (Kadang-Kadang), J (Jarang), TP (Tidak Pernah)

No Keterangan Pasangan Persen (%)

11. Pada saat terjadi ketidakcocokan dalam

rumahtangga, Anda tetap mengasihi

pasangan Anda.

S: 31 76%

12. Ada doa di lingkungan, Anda bersama

pasangan dan anak-anak mengikutinya.

KK: 17 42%

29. Apakah doa membantu Anda ketika

menghadapi kesulitan menjalani hidup

perkawinan?.

S: 37

91%

30. Apakah Perayaan Ekaristi semakin

menguatkan Anda dalam karya dan

keluarga Anda?.

S: 38

93%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

38 pasangan (93%) menyatakan sering Perayaan Ekaristi semakin menguat-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

134

kan saya dalam karya dan keluarga.

b. Faktor Ekonomi

No Keterangan Pasangan Persen (%)

13. Pada saat Anda hendak membantu

keluarga, terlebih dahulu Anda

membicarakannya dengan pasangan.

S: 23 56%

14. Ada tawaran promosi barang-barang, Anda

tidak tergoda untuk membeli yang bukan

kebutuhan.

KK: 17 42%

31. Apakah keluarga lebih penting

dibandingkan dengan pekerjaan Anda?.

S: 23

56%

32. Apakah Anda tetap setia, apabila pasangan

tidak memiliki pekerjaan dan tidak dapat

memenuhi kebutuhan lahiriah dalam

keluarga?.

S: 32

78%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

32 pasangan (78%) menyatakan sering tetap setia pada saat pasangan tidak

memiliki pekerjaan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan lahiriah dalam keluarga

a. Faktor Sosial

No Keterangan Pasangan Persen (%)

15. Ada kegiatan gotong-royong di dalam

masyarakat (RT/ RW), Anda meluangkan

waktu untuk ambil bagian di dalamnya.

S: 23 56%

16. Ada warga yang kemalangan atau hajatan,

Anda ambil bagian untuk membantunya.

S: 24 59%

33. Apakah Anda dan pasangan Anda menjalin

relasi yang baik dengan lingkungan dan

masyarakat sekitar?.

S: 28

69%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

135

34. Apakah keterlibatan Anda di dalam kegiatan

di lingkungan dan masyarakat sekitar

semakin membuat keluarga Anda

harmonis?.

S: 22

53%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

28 pasangan (69%) menyatakan sering saya dan pasangan menjalin relasi yang

baik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.

2. Faktor Penghambat

Dalam upaya mewujudkan kesetiaan dan perkawinan yang tak terputuskan

(indissolubilitas), mengalami berbagai tantangan dan kesulitan. Berdasarkan hasil

penelitian menyebutkan antara lain:

a. Faktor Iman

Sebanyak 9 pasangan (22%) menyatakan tidak pernah mengikuti doa di

lingkungan bersama pasangan dan anak-anak.

b. Faktor Ekonomi

Sebanyak 18 pasangan (44%) menyatakan kadang-kadang keluarga lebih

penting dibandingkan dengan pekerjaan.

c. Faktor Sosial

Sebanyak 17 pasangan (42%) menyatakan keterlibatan di dalam kegiatan

di lingkungan dan masyarakat sekitar kadang membuat keluarga harmonis.

Setelah mengetahui faktor-faktor pendukung dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, juga ditemukan dampak dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

136

perwujudan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas antara lain: bahagia dan

tidak ingin bercerai.

C. BAHAGIA DENGAN PASANGAN

No Keterangan Pasangan Persen (%)

17. Anda bahagia dalam hidup perkawinan

bersama pasangan.

S: 32 78%

35. Apakah Anda merasa bahagia hidup

bersama pasangan Anda?.

S: 31 76%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

32 pasangan (78%) menyatakan sering bahagia dalam hidup perkawinan bersama

pasangan.

D. TIDAK INGIN BERCERAI

No Keterangan Pasangan Persen (%)

18. Pada saat terjadi pertengkaran atau

konflik dengan pasangan, Anda ingin

meninggalkan pasangan.

S: 32 78%

36. Apakah Anda punya keinginan untuk

meninggalkan pasangan Anda?.

TP: 35 85%

Tabel di atas menunjukkan dari 41 responden mendapat respon sebanyak

35 pasangan (85 %) menyatakan tidak pernah mempunyai keinginan untuk

meninggalkan pasangan.

Hasil penelitian yang penulis laksanakan di Wilayah Patangpuluhan Paroki

HKTY Pugeran-Yogyakarta, terhadap 41 pasangan suami istri Katolik usia

perkawinan 15-30 tahun diperoleh data sebanyak 32 pasangan (78%) yang merasa

bahagia dalam perkawinan dan sebanyak 35 pasangan (85%) tidak ingin bercerai,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

137

walaupun mengalami kesulitan dan tantangan di dalam mewujudkan janji

perkawinan yang telah diikrarkannya untuk setia dalam suka dan duka, untung dan

malang, sehat dan sakit seumur hidup dan upaya mewujudkan ciri/sifat

perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas. Selain itu terdapat sebagian

kecil mengalami hambatan dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas.

Beberapa faktor penghambat dalam upaya mewujudkan perkawinan yang

unitas dan kebahagiaan bersama pasangan antara lain: kurang puas dalam

hubungan seks dengan pasangan; masalah anak dapat mengakibatkan konflik

dengan pasangan; menyimpan dan sukar melupakan kesalahan pasangan yang

menyakitkan hati; kurang mengampuni dan tidak menerima pasangan yang telah

berselingkuh untuk hidup bersatu kembali; sikap mudah menyalahkan pasangan

pada saat mengalami kegagalan. Kemudian faktor-faktor penghambat dalam upaya

mewujudkan perkawinan yang indissolubilitas dan tidak ingin bercerai bersama

pasangan antara lain: pasangan lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan

keluarga, keterlibatan di lingkungan dan masyarakat membuat keluarga harmonis,

tidak terlibat dalam mengikuti doa di lingkungan bersama pasangan dan anak-

anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

BAB V

PROGRAM PEMBINAAN IMAN: REKOLEKSI BAGI PASANGAN

SUAMI ISTRI KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN

INDISSOLUBILITAS DI WILAYAH PATANGPULUHAN

PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN-YOGYAKARTA

Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta memiliki jumlah umat sekitar 12.378

jiwa, dengan jumlah perkawinan Katolik sekitar 4.607 pasangan (Tim Penyusun

HKTY Pugeran, 2013: 1-4, 38-41). Hasil penelitian penulis terhadap pasangan

suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan

Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta menunjukkan adanya pasangan suami istri

Katolik yang telah memahami dan mewujudkan ciri perkawinan Katolik yang

unitas dan indissolubilitas, namun masih ditemukan pasangan suami istri Katolik

yang mengalami hambatan dalam mewujudkannya.

Melihat kenyataan ini, maka perlu adanya peningkatkan pendampingan

bagi pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah

Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta, yang memiliki 8 lingkungan.

Dalam melaksanakan pendampingan keluarga, Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta

memiliki tim kerasulan keluarga, terdapat di pusat paroki maupun di gereja-gereja

wilayah. Kegiatan pendampingan bagi pasangan suami istri Katolik selama ini

telah dilaksanakan oleh tim kerasulan keluarga dalam bentuk rekoleksi, yang

pelaksanaannya pada akhir pekan dan menginap di tempat lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

139

Hasil penelitian penulis terhadap pasangan suami istri Katolik yang usia

perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta, ditemukan beberapa hambatan yang dihadapi pasangan suami istri

Katolik dalam upaya mewujudkan ciri perkawinan Katolik yang unitas dan

indissolubiitas. Maka sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis

memberikan sumbangan pemikiran mengenai model pendampingan dalam bentuk

rekoleksi kepada tim kerasulan keluarga untuk membantu pasangan suami istri

Katolik di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta.

Rekoleksi ini sebagai upaya dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dan

sejahtera, khususnya dalam mewujudkan ciri perkawinan Katolik yang unitas dan

indissolubilitas. Tujuan rekoleksi mengingatkan kembali pasangan suami istri

Katolik akan janji perkawinan yang telah mereka ikrarkan untuk tetap setia seumur

hidup dalam keadaan suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit dengan

pasangan. Rekoleksi akan dikemas secara menarik dan sesuai dengan keadaan

serta kebutuhan peserta, sehingga dapat membangkitkan minat dalam mengikuti

kegiatan rekoleksi serta semakin meningkatkan pemahaman mengenai ciri/ sifat

perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

A. LATAR BELAKANG PEMILIHAN PROGRAM DALAM BENTUK

REKOLEKSI

Pendampingan pasangan suami istri Katolik merupakan salah satu bentuk

pastoral keluarga yang sangat dibutuhkan, khususnya pendampingan bagi

pasangan suami istri Katolik dalam menghadapi perkembangan zaman yang penuh

godaan dalam hidup perkawinan. Keluarga Katolik merupakan Gereja mini. Maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

140

Paroki perlu meningkatkan perhatian dan pendampingan bagi pasangan suami istri

Katolik dalam menghayati janji perkawinan untuk setia seumur hidup dalam

keadaan suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit, serta sebagai upaya

mewujudkan perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas.

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, diperoleh data bahwa pasangan

suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun mengalami hambatan dalam

upaya mewujudkan ciri perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Rangkuman

hambatan sebagai berikut: sebanyak 44% kadang merasa puas dalam hubungan

seks dengan pasangan dan lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga;

sebanyak 42% kadang keterlibatan di lingkungan dan masyarakat membuat

keluarga harmonis; sebanyak 29% kadang masalah anak dapat mengakibatkan

konflik dengan pasangan; sebanyak 24% sering menyimpan dan sukar melupakan

kesalahan pasangan yang menyakitkan hati; sebanyak 22% kurang mengampuni

dan tidak menerima pasangan yang telah berselingkuh untuk hidup bersatu

kembali dan tidak terlibat dalam mengikuti doa di lingkungan bersama pasangan

dan anak-anak; sebanyak 17% kadang mudah menyalahkan pasangan pada saat

mengalami kegagalan.

Beberapa hambatan di atas dialami beberapa pasangan suami istri Katolik

di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta dalam upaya

mewujudkan perkawinan Katolik unitas dan indissolubilitas, mengakibatkan

kurang bahagia hidup dengan pasangan dan kadang ingin bercerai. Maka salah

satu model pendampingan keluarga dalam bentuk rekoleksi, agar pasangan suami

istri Katolik semakin menyadari janji perkawinan yang pernah mereka ikrarkan

dan membantu pasangan semakin mewujudkan ciri perkawinan Katolik yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

141

unitas dan indissolubilitas. Selain itu, rekoleksi memiliki waktu yang lebih efektif

dan efisien serta jumlah pasangan yang hadir mengikuti rekoleksi relatif banyak,

agar dapat saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain dalam pengalaman

hidup perkawinan melalui sharing.

Rekoleksi berasal dari bahasa Inggris, yakni re-collect artinya

mengumpulkan kembali. Rekoleksi adalah khalawat pendek selama beberapa hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, khalawat artinya pengasingan diri untuk

menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin. Rekoleksi, re-collectio,

sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani

(Mangunhardjana, 1984: 7). Rekoleksi diartikan sebagai kesempatan bertemu

dengan Tuhan, sebagai suatu latihan rohani untuk memperteguh iman Kristiani

(Kila, 1996: 5).

Penulis mengusulkan rekoleksi sebagai program pendampingan untuk

pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah

Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta. Gereja mengingatkan kembali

pasangan suami istri Katolik akan janji perkawinan, agar semakin menyadari dan

menghayati janji perkawinan yang telah mereka ikrarkan dihadapan Allah dan

Umat Allah untuk setia seumur hidup, dalam suka dan duka, untung dan malang,

sehat dan sakit, sehingga semakin mewujudkan keluarga Kristiani yang kokoh,

khususnya dalam menghadapi berbagai godaan dalam hidup perkawinan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

142

B. USULAN PROGRAM DALAM BENTUK REKOLEKSI BAGI

PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-

30 TAHUN DI WILAYAH PATANGPULUHAN PAROKI HKTY

PUGERAN-YOGYAKARTA

Penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa kegiatan pembinaan

iman dalam bentuk rekoleksi. Rekoleksi merupakan kegiatan yang cocok bagi

pasangan suami istri Katolik, karena waktu yang diperlukan cukup efektif,

sehingga materi akan tersampaikan. Dengan adanya rekoleksi ini, pasangan suami

istri Katolik merasa semakin disapa dan diperhatikan oleh Gereja, sehingga

diharapkan semakin menyadari dan menghayati janji perkawinan yang telah

mereka ikrarkan untuk setia seumur hidup dalam suka dan duka, untung dan

malang, sehat dan sakit. Dalam melaksanakan janji perkawinan, pasangan suami

istri Katolik mewujudkan perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas,

sehingga membentuk keluarga bahagia dan menjadi Gereja mini.

Rekoleksi ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan

terhadap pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di

Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta. Pendampingan

keluarga dalam bentuk rekoleksi ini dibuat sebagai usaha untuk semakin

meningkatkan kesadaran dan penghayatan janji perkawinan dalam upaya

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, sehingga menciptakan

keluarga Kristiani yang bahagia.

Sasaran dalam kegiatan rekoleksi ini adalah pasangan suami istri Katolik

yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY

Pugeran-Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

143

C. TEMA DAN TUJUAN PROGRAM REKOLEKSI

Berdasarkan prioritas hambatan yang telah ditemukan pada bab IV, maka

dalam pelaksanaan rekoleksi penulis membaginya dalam 4 tema sebagai berikut:

tema I dan tema II untuk menanggapi hambatan dalam mewujudkan unitas,

sedangkan tema III dan tema IV untuk menanggapi hambatan dalam mewujudkan

indissolubilitas.

Tema-tema rekoleksi sebagai berikut: tema I mengenai membangun

komunikasi relasi harmonis suami istri untuk menanggapi masalah kepuasan

dalam hubungan seks dengan pasangan dan masalah anak yang dapat

mengakibatkan konflik dengan pasangan berdasarkan pertanyaan nomor 19 dan 3;

tema II mengenai pengampunan dalam keluarga untuk menanggapi masalah sukar

melupakan kesalahan pasangan yang menyakitkan hati dan kurang mengampuni

pasangan yang telah berselingkuh untuk hidup bersatu kembali berdasarkan

pertanyaan nomor 6 dan 28; tema III mengenai bertumbuh dalam cinta akan

Kristus melalui doa untuk menanggapi masalah tidak terlibat dalam mengikuti doa

di lingkungan bersama pasangan dan anak-anak berdasarkan pertanyaan nomor 12;

tema IV mengenai kesetiaan hubungan suami istri dalam perkawinan Kristiani

untuk menanggapi masalah lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga

dan keterlibatan di lingkungan dan masyarakat membuat keluarga harmonis

berdasarkan pertanyaan nomor 31 dan 34.

Maka tema umum rekoleksi yakni “Menghadirkan Kerahiman Allah dalam

Hidup Perkawinan.” Rekoleksi ini akan diawali dengan pengantar singkat

mengenai tema rekoleksi yakni menghadirkan Kerahiman Allah dalam hidup

perkawinan pada saat mengalami hambatan dalam upaya mewujudkan perkawinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

144

yang unitas dan indissolubilitas. Kemudian mengingatkan pasangan suami istri

Katolik akan ciri/sifat perkawinan Katolik dalam setiap pertemuan. Dalam

pertemuan pertama akan dipaparkan ciri perkawinan yang unitas dengan 2 tema

yakni membangun komunikasi relasi harmonis suami istri dan pengampunan

dalam keluarga. Dalam pertemuan kedua dipaparkan ciri perkawinan yang

indissolubilitas dengan 2 tema yakni bertumbuh dalam cinta akan Kristus melalui

doa dan kesetiaan hubungan suami istri dalam perkawinan Kristiani. Pada akhir

rekoleksi ditutup dengan menonton video “Keluarga Cemara” dan peneguhan.

Materi rekoleksi ini disusun sesuai dengan hasil penelitian dan kebutuhan

pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah

Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta. Adapun tema umum dan

tujuan umum serta tema-tema dalam usulan progam rekoleksi sebagai berikut:

Tema Umum : Menghadirkan Kerahiman Allah dalam Hidup Perkawinan

Tujuan Umum : Pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di

Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta semakin meng-

hadirkan Kerahiman Allah dalam hidup perkawinan, sehingga dapat mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

Pengantar: Tema umum rekoleksi dalam kaitannya dengan tema I, II, III dan IV

Sebelum masuk materi, penulis memberikan pengantar tema umum

“Menghadirkan Kerahiman Allah dalam Hidup Perkawinan” dengan tujuan

mengingatkan kembali pasangan suami istri akan janji perkawinan. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh data bahwa ditemukan pasangan yang belum menghayati

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, sehingga mereka mengalami ketidak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

145

bahagiaan dalam hidup bersama pasangan dan mempunyai keinginan untuk

meninggalkan pasangan. Penulis mengajak pasangan menghadirkan kerahiman

Allah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam hidup perkawinan.

Kerahiman adalah sebuah kata kunci yang menunjukkan tindakan Allah

terhadap manusia. Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa. dengan kata-kata-

Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya menyatakan kerahiman

Allah. Kerahiman merupakan jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia,

membuka hati kepada sebuah harapan dikasihi selamanya meskipun kedosaan

manusia. Kerahiman Allah dengan perhatian-Nya yang penuh kasih dan

menginginkan kesejahteraan serta kebahagiaan, penuh sukacita dan penuh damai,

sehingga menjadi tanda lebih efektif dari kasih Allah yang menghibur,

mengampuni, dan menanamkan harapan serta membawa kebaikan dan kelembutan

Allah dalam hidup.

Mendalami kerahiman Allah dalam hidup perkawinan, mengajak pasangan

suami istri Katolik mengatasi hambatan-hambatan dalam hidup perkawinan

dengan membangun komunikasi relasi harmonis, saling mengampuni dalam

keluarga, hidup dalam persekutuan cinta akan Kristus melalui doa, dan setia dalam

hidup perkawinan, sehingga dapat mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas, bahagia dan sejahtera. Tujuannya agar pasangan suami istri

Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki

HKTY Pugeran-Yogyakarta semakin menghadirkan Kerahiman Allah dalam

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

146

Tema I: Membangun Komunikasi Relasi Harmonis Suami Istri

Pada tema pertama, penulis memilih materi membangun komunikasi relasi

harmonis suami istri, untuk mengingatkan kembali pasangan suami istri Katolik

membangun komunikasi seks dalam menanggapi masalah kepuasan dalam

hubungan seks dengan pasangan dan komunikasi dari kepala ke kepala (diskusi)

dalam mendidik anak-anak untuk menanggapi masalah anak yang dapat

mengakibatkan konflik dengan pasangan. Tujuannya agar pasangan suami istri

Katolik semakin membangun komunikasi harmonis dalam membangun hidup

bersama, sehingga semakin tercipta kesatuan dan kebahagiaan di dalam keluarga.

Tema II: Pengampunan Dalam Keluarga

Pada tema kedua, penulis memilih materi pengampunan dalam keluarga,

untuk mengingatkan kembali pasangan suami istri Katolik bersikap terbuka dan

murah hati dalam menanggapi masalah sukar melupakan kesalahan pasangan yang

menyakitkan hati dan kurang mengampuni pasangan yang telah berselingkuh

untuk hidup bersatu kembali. Tujuannya agar pasangan suami istri Katolik

semakin bermurah hati dan bersikap rahim untuk mengampuni kesalahan dan

tindakan menyakitkan hati yang dilakukan pasangan.

Tema III: Bertumbuh Dalam Cinta Akan Kristus Melalui Doa

Pada Tema III, penulis memilih materi bertumbuh dalam cinta akan Kristus

melalui doa, untuk mengingatkan kembali pasangan suami istri Katolik sebagai

anggota Gereja supaya berkumpul dalam persekutuan bersama umat beriman

lainnya untuk berdoa dalam menanggapi masalah tidak terlibat dalam mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

147

doa di lingkungan bersama pasangan dan anak-anak. Tujuannya agar pasangan

suami istri Katolik semakin menghidupkan semangat koinonia umtuk terlibat

dalam doa di lingkungan bersama pasangan dan anak-anak.

Tema IV: Kesetiaan Hubungan Suami Istri Dalam Perkawinan Kristiani

Pada tema IV, penulis memilih materi kesetiaan hubungan suami istri

dalam perkawinan Kristiani, untuk mengingatkan kembali pasangan suami istri

Katolik akan janji perkawinan, sehingga lebih mencintai pasangan dan keluarga,

dalam menanggapi masalah lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga

dan sibuk terlibat di lingkungan dan masyarakat dapat mengganggu keharmonisan

dalam keluarga. Tujuannya agar pasangan suami istri Katolik semakin setia dalam

hidup perkawinan dan mencintai keluarga walaupun sibuk dalam pekerjaan

maupun dalam berelasi di masyrarakat.

Penutup: Pemutaran video singkat dan Peneguhan

Pada penutupan kegiatan rekoleksi, penulis memilih memutar video

singkat “Keluarga Cemara” dengan harapan pasangan suami istri Katolik

semakin diteguhkan dalam hidup berkeluarga. Tujuannya agar pasangan suami

istri Katolik semakin diteguhkan dalam upaya mewujudkan perkawinan yang

unitas dan indissolubilitas, tetap setia dengan pasangan dalam suka dan duka,

untung dan malang, sehat dan sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

152

E. GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM

Proses pelaksanaan program rekoleksi akan dilaksanakan sebanyak 2 kali

pertemuan dengan 4 tema. Setiap pertemuan selama 2 hari, dimulai hari Sabtu sore

sampai malam hari, kemudian dilanjutkan hari Minggu pagi sampai siang hari.

Setiap kali pertemuan mendalami salah satu dari ciri perkawinan Katolik. Pada

pertemuan pertama mendalami perkawinan yang unitas dengan 2 tema dan pada

pertemuan kedua mendalami perkawinan yang indissolubilitas dengan 2 tema.

Setiap pertemuan mengajak pasangan suami istri Katolik berefleksi melihat

kembali perjalanan hidup perkawinan yang telah mereka jalani dalam suka dan

duka hidup bersama pasangan, kemudian menemukan hambatan dalam

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas serta kebahagiaan hidup

perkawinan. Setelah itu mengajak pasangan suami istri Katolik untuk mengolah

dan mencari solusi yang tepat bersama pasangan dalam mewujudkan janji

perkawinan dan khususnya ciri perkawinan Katolik yang unitas dan

indissolubilitas. Pada bagian penutup penulis akan memberikan beberapa

peneguhan. Pertemuan rekoleksi akan dilaksanakan di Wisma Asih Gereja Brayat

Minulyo dengan waktu setiap kali pertemuan selama ± 4 jam.

Gambaran pelaksanaan pertemuan rekoleksi sebagai berikut: pada

pertemuan pertama diawali dengan lagu dan doa pembukaan, kemudian

perkenalan dari pendamping dan peserta, dilanjutkan dengan pengantar mengenai

tema dan tujuan rekoleksi secara keseluruhan selama 30 menit. Setelah itu masuk

tema pertama dengan penyampaian alasan dan tujuannya, dilanjutkan membaca

kitab suci dan kemudian sharing pengalaman peserta selama 40 menit. Kemudian

peserta dipersilakan untuk istirahat sejenak untuk menikmati makan malam selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

153

30 menit. Setelah santap malam dilanjutkan dengan penyampaian materi selama

90 menit, kemudian dengan tanya jawab selama 45 menit. Pertemuan diakhiri

dengan doa penutup dan pengumuman lain-lain selama 5 menit.

Keesokan harinya dengan tema II, diawali dengan doa dan lagu pembukaan

sesuai dengan tema selama 5 menit, dilanjutkan dengan penyampaian tema dan

tujuannya selama 5 menit. Setelah itu menonton video singkat selama 5 menit,

dilanjutkan membaca kitab suci dan diskusi selama 30 menit. Kemudian sharing

pengalaman peserta selama 40 menit. Setelah itu peserta dipersilakan untuk

istirahat sejenak untuk menikmati makan siang selama 30 menit. Kemudian

dilanjutkan dengan penyampaian materi selama 90 menit dan tanya jawab selama

40 menit. Pertemuan diakhiri dengan doa penutup dan pengumuman lain-lain

selama 5 menit.

Selanjutnya pada pertemuan kedua dengan tema III diawali dengan doa dan

lagu pembukaan sesuai dengan tema selama 5 menit, dilanjutkan dengan

penyampaian tema dan tujuannya selama 5 menit. Setelah itu membaca kitab suci

dan sharing pengalaman selama 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan

penyampaian materi selama 90 menit. Setelah itu istirahat sejenak untuk

menikmati makan malam selama 30 menit, dilanjutkan diskusi selama 45 menit

dan tanya jawab selama 30 menit. Pertemuan diakhiri dengan doa penutup dan

pengumuman selama 5 menit.

Keesokan harinya dengan tema IV, diawali dengan doa dan lagu

pembukaan sesuai dengan tema selama 5 menit, dilanjutkan dengan penyampaian

tema dan tujuannya selama 5 menit. Setelah itu menonton video singkat selama 10

menit, dilanjutkan membaca kitab suci dan sharing pengalaman peserta selama 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

154

menit. Setelah itu penyampaian materi selama 90 menit, kemudian peserta

dipersilakan untuk istirahat sejenak untuk menikmati makan siang selama 30

menit. Setelah makan dilanjutkan dengan tanya jawab selama 40 menit dan ditutup

dengan menonton video keluarga cemara selama 25 menit. Pertemuan diakhiri

dengan peneguhan serta doa dan lagu penutup selama 15 menit.

A. CONTOH SALAH SATU PELAKSANAAN PROGRAM

PENGANTAR DAN TEMA I

1. Lagu: PS 659

2. Doa Pembukaan

Allah Bapa Yang Maha Baik, kami mengucap syukur kepada-Mu, karena

pada saat ini Engkau mengumpulkan kami di tempat ini untuk sejenak melihat

perjalanan hidup perkawinan kami masing-masing. Kami bersyukur kepada-Mu

karena Engkau telah mempersatukan pria dan wanita sebagai suami istri untuk

membentuk keluarga-keluarga Kristiani. Bapa, peliharalah kami selalu dalam

kesatuan cinta yang sempurna dan curahkanlah roh pengertian, kesabaran,

pengampunan dan kebaikan hati, sehingga kami mampu mewujudkan rencana-Mu

dalam hidup berkeluarga. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan

kami yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persatuan dengan Roh Kudus,

Allah sepanjang segala masa. Amin.

1. Perkenalan

Pendamping memperkenalkan diri, kemudian mempersilakan peserta untuk

memperkenalkan diri dan pasangannya serta berasal dari lingkungan mana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

155

2. Pengertian rekoleksi

Bapak ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus. Pada sore hari ini, kita akan

mengadakan rekoleksi keluarga, khususnya pasangan suami istri Katolik yang usia

perkawinan 15-30 tahun. Rekoleksi berasal dari kata Re-Collectare yang memiliki

pengertian mengumpulkan kembali, merefleksikan, mencatat, dan doa. Rekoleksi

merupakan latihan rohani yang dilaksanakan untuk membantu orang memperteguh

iman Kristianinya, dalam hal ini bagi pasangan suami istri Katolik yang usia

perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta.

3. Pengantar Tema Umum

Tema umum rekoleksi yang akan kita dalami bersama adalah

”Menghadirkan Kerahiman Allah dalam Hidup Perkawinan” dan tujuannya untuk

kembali mengingatkan pasangan suami istri akan janji perkawinan dan ciri

perkawinan Katolik yang unitas dan indissolubilitas. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh data bahwa ditemukan hambatan-hambatan dalam hidup perkawinan,

sehingga mereka mengalami ketidak-bahagiaan dalam hidup bersama pasangan

dan mempunyai keinginan untuk meninggalkan pasangan. Oleh karena itu, saya

mohon bantuan bapak ibu terlibat aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Saya

memberikan kesempatan bagi bapak ibu untuk menyampaikan pertanyaan maupun

pendapat dan saya akan berusaha untuk menanggapinya.

Kerahiman adalah sebuah kata kunci yang menunjukkan tindakan Allah

terhadap manusia. Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa, dengan kata-kata-

Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan seluruh pribadi-Nya menyatakan kerahiman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

156

Allah. Kerahiman merupakan jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia,

membuka hati kepada sebuah harapan dikasihi selamanya meskipun kedosaan

manusia. Kerahiman Allah dengan perhatian-Nya yang penuh kasih dan

menginginkan kesejahteraan serta kebahagiaan, penuh sukacita dan penuh damai,

sehingga menjadi tanda lebih efektif dari kasih Allah yang menghibur,

mengampuni, dan menanamkan harapan serta membawa kebaikan dan kelembutan

Allah dalam hidup.

Mendalami kerahiman Allah dalam hidup perkawinan, mengajak pasangan

suami istri Katolik mengatasi hambatan-hambatan dalam hidup perkawinan antara

lain: masalah kepuasan dalam hubungan seks dan masalah anak dapat

mengakibatkan konflik dengan pasangan dengan membangun komunikasi relasi

harmonis suami istri; masalah kurang mengampuni dan sukar melupakan

kesalahan pasangan yang menyakitkan hati serta tidak menerima pasangan yang

telah berselingkuh untuk hidup bersatu kembali dengan pengampunan dalam

keluarga; masalah tidak terlibat dalam mengikuti doa di lingkungan bersama

pasangan dan anak-anak dengan bertumbuh dalam cinta akan Kristus melalui doa;

masalah pasangan lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga dan

pergaulan di lingkungan dan masyarakat yang mengganggu keharmonisan dalam

keluarga dengan setia dalam hidup perkawinan, sehingga dapat mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, bahagia dan sejahtera.

Tujuan umum rekoleksi ini akan menghantar pasangan suami istri Katolik yang

usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta, semakin menghadirkan Kerahiman Allah dalam mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

157

Tema I: Membangun Komunikasi Relasi Harmonis Suami Istri

4. Pengantar Tema I

Setiap orang yang akan memasuki hidup perkawinan tentu mempunyai

cita-cita ingin hidup bahagia: saling mencintai, dapat akrab dan mesra dengan

pasangannya. Cita-cita demikian memang wajar dan sangat indah, tetapi tidaklah

mudah untuk diwujudkan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak keluarga atau

perkawinan mengalami kekecewaan, gagal mewujudkan cita-cita untuk mencapai

kebahagiaan yang diidam-idamkan. Salah satu penyebab utamanya karena suami

istri tidak berkomunikasi dengan baik. Maka dalam tema pertama ini, saya

memilih materi membangun komunikasi relasi harmonis suami istri untuk

mengingatkan kembali pasangan suami istri Katolik membangun komunikasi seks

untuk menanggapi masalah kepuasan dalam hubungan seks dengan pasangan dan

komunikasi dari kepala ke kepala (diskusi) dalam mendidik anak-anak untuk

menanggapi masalah anak yang dapat mengakibatkan konflik dengan pasangan.

Tujuan: Pasangan suami istri semakin membangun komunikasi harmonis dalam

membangun hidup bersama, sehingga semakin tercipta kesatuan dan kebahagiaan

di dalam keluarga.

5. Teks Kitab Suci (Ams. 31: 10-31)

10

Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari

pada permata. 11

Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan

kekurangan keuntungan. 12

Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat

jahat sepanjang umurnya. 13

Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja

dengan tangannya. 14

Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

158

makanannya. 15

Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk

seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya

perempuan. 16

Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil

tangannya kebun anggur ditanaminya. 17

Ia mengikat pinggangnya dengan

kekuatan, ia menguatkan lengannya. 18

Ia tahu bahwa pendapatannya

menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. 19

Tangannya ditaruhnya

pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. 20

Ia memberikan tangannya kepada

yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. 21

Ia tidak takut

kepada salju untuk seisi rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian

rangkap. 22

Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu

pakaiannya. 23

Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama

para tua-tua negeri. 24

Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia

menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. 25

Pakaiannya adalah kekuatan dan

kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. 26

Ia membuka mulutnya dengan hikmat,

pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. 27

Ia mengawasi segala perbuatan

rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. 28

Anak-anaknya

bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: 29

Banyak

wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. 30

Kemolekan adalah

bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-

puji. 31

Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya

memuji dia di pintu-pintu gerbang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

159

6. Sharing Pengalaman

Saya mempersilakan bapak ibu untuk mensharingkan pengalamannya,

bagaimana anda mengkomunikasikan perasaan kecewa kepada pasangan anda?

Apakah secara langsung mengkomunikasikan hal itu dalam arti menyampaikan

secara lisan dalam pembicaraan berdua atau melalui perantara (teman, anggota

keluarga atau surat)?

7. Penyampaian Materi:

a. Apa itu Komunikasi?

Komunikasi berarti pembicaraan yang bersifat dua arah dimana seorang

menyampaikan gagasan, pikiran, isi hati atau rencananya sementara pihak lain

mendengarkannya, atau sebaliknya.

Komunikasi selalu mengandaikan adanya keterbukaan dan kejujuran antara

kedua belah pihak serta kesediaan untuk mau mengerti dan memahami orang lain.

Dengan adanya keterbukaan, orang diharapkan dengan leluasa mau

menyampaikan apa yang hendak disampaikannya dan pihak lain dipercaya akan

menerimanya. Tanpa adanya keterbukaan dan kepercayaan dari kedua belah pihak

tidak akan terjadi komunikasi dalam arti yang sebenarnya.

Demikian halnya komunikasi antara suami istri tetap menuntut adanya

keterbukaan dan kepercayaan dari keduanya. Suami percaya bahwa apa yang

disampaikannya akan didengarkan oleh istrinya dan istri percaya bahwa suaminya

menyampaikan kebenaran kepadanya tanpa ada hal-hal yang disembunyikannya.

Dengan adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri banyak masalah

dalam hidup perkawinan dan keluarga dapat diselesaikan dengan baik. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

160

demikian, kedua belah pihak dapat berjalan beriringan: saling membantu dan

melengkapi tanpa ada pihak yang merasa disingkirkan. Orang bijak mengatakan

“Dengan komunikasi yang baik, separoh persoalan hidup sudah diselesaikan.”

b. Empat Jenis Bahasa Komunikasi

Dalam membantu menghidupkan atau memperlancar komunikasi antara

suami istri, baiklah kita melihat empat jenis bahasa komunikasi yang sangat

relevan untuk dipahami oleh pasangan suami istri dalam usaha untuk semakin

memperdalam relasi di antara mereka:

1) Komunikasi dari kepala ke kepala (diskusi)

Jenis komunikasi ini berupa omongan mulai dari basa basi tukar informasi,

sampai dengan tukar pikiran, tukar pendapat dan pandangan. Komunikasi seperti

ini disebut “diskusi.” Bila komunikasi seperti ini terjadi, perlu diusahakan agar

tidak menimbulkan pertengkaran.

Perbedaan pendapat, pikiran dan pandangan yang terjadi di antara suami

istri adalah hal yang wajar. Maka, agar hal itu tidak berlanjut menjadi perdebatan

sengit, perlu dihindarkan ungkapan kata-kata yang mempersalahkan, menuduh,

menggurui dan mencari menang sendiri. Dalam diskusi kita harus pandai-pandai

mendengarkan dengan baik dan mampu menangkap maksud di balik kata-kata

pasangan, sehingga perbedaan pendapat dapat menghasilkan kesepakatan atau

kesimpulan yang dapat diterima satu sama lain sebagai suatu solusi dari persoalan

yang ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

161

2) Komunikasi dari hati ke hati (dialog)

Inilah komunikasi yang mengutarakan isi hati dan perasaan kita.

Komunikasi seperti ini kita sebut “dialog.” Dalam dialog kita saling

mengungkapkan isi hati dan perasaan atas dasar saling percaya dan menerima.

Jadi, bukan adu pikiran dan pendapat. Karena yang diungkapkan adalah isi hati

dan perasaan yang muncul secara spontan dari lubuk hatinya, maka tidak boleh

didebat ataupun dibantah. Perasaan hanya dapat diterima dan tidak dapat

dipersalahkan.

Mengungkapkan perasaan itu bagi banyak orang tidak mudah terutama

perasaan yang negatif (sedih, kecewa, sakit hati, dendam) atau perasaan yang

kurang menyenangkan (takut, malu, minder, khawatir dan sebagainya). Namun

perasaan negatif itu merupakan bagian dalam hidup kita. Kalau hanya kita simpan

akan menjadi beban dan lama kelamaan pada suatu saat dapat “meledak” menjadi

bentuk kemarahan, kata-kata pedas, kasar dan menyakitkan. Sebab itu perasaan

negatif pun perlu kita ungkapkan, karena pada dasarnya perasaan itu bersifat netral

dan tidak mempunyai nilai moral “baik” atau “jelek.” Perasaan merupakan

ungkapan jati diri kita yang sebenarnya, maka perlu kita komunikasikan dan kita

dialogkan. Dengan komunikasi dari hati ke hati, kita dapat memperkenalkan diri

kita secara lebih mendalam.

3) Komunikasi badan

Ini adalah komunikasi tanpa kata-kata (non verbal), merupakan ungkapan

cinta, perhatian dan kasih sayang satu sama lain. Yang termasuk ke dalam jenis

komunikasi ini misalnya pandangan mata, senyuman, belaian, gandengan tangan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

162

rangkulan, dekapan, ciuman, dan sebagainya.

Komunikasi badan atau bahasa badan ini penting untuk menciptakan

suasana akraab dan mesra (tetapi dimaksudkan bukan untuk rangsangan seksual),

maka dapat dilakukan oleh orangtua di depan mata anak-anaknya. Belaian dan

sentuhan lembut dirasakan sebagai sesuatu yang berarti untuk mengungkapkan

rasa cinta dan mendekatkan hati. Tanda kasih sayang yang mencerminkan

hubungan yang akrab, suami istri dianjurkan untuk membiasakan diri

menggunakan bahasa badan ini beberapa kali sehari karena bahasa badan adalah

ungkapan dan tanda kemesraan, tanpa maksud dan tujuan yang mengarah ke

hubungan seks. Tetapi bila suami istri ingin mengadakan hubungan seks, dapat

mengawalinya dengan bahasa badan dalam aneka macam bentuk/ variasinya

seperti yang disebut di atas.

4) Komunikasi seks (hubungan seks)

Hubungan seks merupakan komunikasi yang paling intim dan puncak

dalam relasi suami istri sebagai perwujudan nyata kesatu-paduan jiwa dan raga.

Hubungan seks bukan pertama-tama untuk mencari kepuasan biologis, melainkan

merupakan bahasa komunikasi suami istri yang mempersatukannya dalam kasih

mesra. Hubungan seks bukan hanya aktivitas biologis, melainkan juga psikologis,

emosional dan spiritual. Dengan kata lain, hubungan seks melibatkan seluruh

pribadi manusia dan relasi yang terjadi antara suami istri.

Dalam Kitab Kejadian 1: 28 isinya “Allah memberkati mereka, lalu Allah

berfirman kepada mereka beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi

dan taklukkanlah itu.” Allah sendiri menghendaki agar manusia melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

163

hubungan seks setelah diberkati untuk melanjutkan keturunan (bdk. GS art. 50).

Ajaran Gereja dalam ensiklik HV art.12, Paus Paulus VI mengajarkan bahwa

“Hubungan seks suami istri itu mempunyai dua makna yang tak terpisahkan, yakni

menyatukan suami istri dan menurunkan anak (unitif dan prokreatif).”

Selanjutnya KHK kan. 1096§ 1 menegaskan bahwa agar ada kesepakatan nikah,

perlulah mempelai sekurang-kurangnya mengetahui bahwa perkawinan adalah

suatu persekutuan tetap antara pria dan wanita yang terarah pada kelahiran anak,

dengan suatu kerjasama seksual. Dalam perkawinan bila pasangan menolak

kelahiran atau consumatum, maka perkawinan dapat dibatalkan.

Bagaimana supaya hubungan seks dapat memuaskan suami maupun istri?

Masing-masing harus memperhitungkan perbedaan kebutuhan, keinginan dan

harapan, sifat dan pembawaan pasangannya. Kita perlu paham, bahwa umumnya

pria lebih fokus pada seks dalam arti sempit (biologis) dan punya pola dasar

“gerak cepat”; sedangkan wanita lebih mengutamakan kasih sayang, kehangatan,

kemesraan, rasa aman (segi psikologis dan emosional) dan punya pola dasar

“lambat” yang memerlukan waktu lebih lama untuk bisa terangsang secara seksual

dan mencapai kepuasannya.

Memang bagi pria, seks merupakan kegiatan sesaat, sedangakan bagi

wanita merupakan kegiatan sehari. Perbedaan ini bila tidak cukup diperhatikan

akan mengakibatkan hubungan seks menjadi kurang memuaskan, dan menjadi

sumber kekecewaan yang membuat buruknya relasi suami istri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

164

c. Komunikasi Suami Istri Berciri Sakramental

Komunikasi antara suami istri yang telah dibaptis mempunyai ciri khusus

dan disempurnakan menjadi sakramen (dimensi sakramental komunikasi).

Komunikasi mereka merupakan tanda kehadiran Allah.

Dalam lembaga perkawinan, Gereja membentuk ikatan atau relasi suami

istri itu menjadi ikatan/ relasi yang tak terputuskan. Maka relasional perkawinan

Katolik ini mendapat suatu dimensi baru, makna baru dari nilai-nilai khusus

Kristiani, artinya menjadi tanda dan wujud yang paling jelas bercirikan nilai-nilai

penyelamatan Kristus. Dengan kata lain, meskipun suami istri yang mewujudkan

perkawinan, namun sebagai Sakramen Perkawinan merupakan tindakan atau karya

Kristus sendiri.

Kristuslah yang membuat perkawinan suami istri menjadi tanda yang

menghadirkan peristiwa penyelamatan. Kristus pula yang membuat relasi dinamis

antara suami istri menjadi tanda yang memperlihatkan relasi dinamis yang terus

berlangsung antara Kristus dan Gereja-Nya. Dimensi sakramental ini perlu

dipahami, agar suami istri menghayati hidup perkawinan dalam relasi dan

komunikasi yang akrab dan membawa kegembiraan dan kebahagiaan yang

menjadi wujud keselamatan yang dicari setiap orang.

8. Tanya Jawab

Setelah menyampaikan materi, saya mempersilakan peserta untuk bertanya

dan menanggapi untuk semakin mendalami materi yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

165

9. Doa Penutup

Allah Bapa dalam Surga, kami bersyukur atas kesempatan yang

membahagiakan ini, dimana kami bersama-sama dapat saling mendengarkan dan

menguatkan satu sama lain. Kami sungguh menyadari bahwa membangun

komunikasi yang baik adalah kunci sukses bagi kehidupan berumah tangga.

Bantulah kami dalam mewujudkan harapan dan cita-cita kami ini, agar hidup

keluarga kami sungguh diwarnai dan ditopang oleh semangat saling

mendengarkan dan mengerti satu sama lain. Dengan pengantaraan Yesus Kristus

Putra-Mu, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persatuan

dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin

10. Lagu Penutup: PS 661 (Andaikan Aku Pahami)

Andaikan aku pahami bahasa semuanya

hanyalah bahasa cinta kunci setiap hati

Ajarilah kami Tuhan, bahasa cinta kasih

Andaikan aku lakukan yang luhur dan mulia

jika tanpa cinta kasih hampa dan tak berguna

Ajarilah kami Tuhan, bahasa cinta kasih

Cinta itu lemah lembut, sabar dan murah hati

tidak cari keuntungan tidak megahkan diri

Ajarilah kami Tuhan, bahasa cinta kasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

BAB VI

PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis akan memaparkan rangkuman isi bab-bab

sebelumnya, yaitu gagasan penting yang menjadi kesimpulan dari skripsi ini. Pada

bagian berikutnya akan diuraikan beberapa saran dan usulan dalam upaya

mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas bagi beberapa pihak

yang bersangkutan selama penulis menyusun skripsi.

A. KESIMPULAN

Dalam Gereja Katolik, kita mengenal dua panggilan hidup sebagai umat

beriman yakni hidup selibat menjadi imam, biarawan-biarawati atau selibat awam

dan hidup berkeluarga. Kedua panggilan ini sama-sama baiknya dan sama-sama

dikehendaki Allah, terdapat dalam Kej. 1: 26-28 mengatakan bahwa “Persatuan

antara seorang pria dan seorang wanita, yang diberkati oleh Allah sendiri, serta

diberi tugas bersama oleh-Nya untuk meneruskan generasi manusia” (bdk. Mat.19:

6; Mrk. 10: 8). Kemudian dalam Kej. 2: 24 mengatakan bahwa kesatuan erat

antara seorang pria dan seorang wanita, atas dorongan Allah sendiri “Sebab itu

seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan

isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (bdk. Mat 19: 5). Selanjutnya

ditegaskan oleh St. Paulus dalam 1Kor.7: 17 mengatakan bahwa “Hendaklah tiap-

tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam

keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

167

semua jemaat.” St. Paulus dalam 1Kor. 7 mengajarkan agar orang hidup sesuai

dengan panggilannya untuk hidup selibat atau hidup berkeluarga.

Hasil penelitian penulis lakukan pada 41 pasangan suami istri Katolik yang

usia perkawinan 15-30 tahun di Wilayah Patangpuluhan Paroki Hati Kudus Tuhan

Yesus Pugeran-Yogyakarta, menunjukkan beberapa faktor pendukung bagi

pasangan suami istri dalam upaya mewujudkan unitas dan indissolubilitas yakni:

anak-anak sering mempersatukan keluarga; perhatian dan pelayanan penuh kasih

pada saat pasangan jatuh sakit; tetap mencintai dan menemani pasangan yang

menjadi cacat akibat sakit atau kecelakaan; dalam diskusi terjadi perbedaan,

pendapat pasangan diterima; sikap mengalah dengan pasangan dan

bermusyawarah untuk mufakat setiap pengambilan keputusan penting; perayaan

Ekaristi sering semakin menguatkan dalam karya dan keluarga; tetap setia pada

saat pasangan tidak memiliki pekerjaan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan

lahiriah dalam keluarga; sering menjalin relasi yang baik dengan lingkungan dan

masyarakat sekitar.

Dalam penelitian juga menemukan pasangan suami istri Katolik yang

mengalami hambatan dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

kebahagiaan bersama pasangan antara lain: kurang puas dalam hubungan seks

dengan pasangan; masalah anak dapat mengakibatkan konflik dengan pasangan;

menyimpan dan sukar melupakan kesalahan pasangan yang menyakitkan hati;

kurang mengampuni dan tidak menerima pasangan yang telah berselingkuh untuk

hidup bersatu kembali; sikap mudah menyalahkan pasangan pada saat mengalami

kegagalan. pasangan lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

168

keterlibatan di lingkungan dan masyarakat membuat keluarga harmonis, tidak

terlibat dalam mengikuti doa di lingkungan bersama pasangan dan anak-anak.

Maka dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas perlu diadakan peningkatan dalam pendampingan pasangan suami

istri Katolik, yang selama ini telah dilaksanakan di Paroki HKTY Pugeran-

Yogyakarta. Penulis mengusulkan pendampingan iman dalam lingkup lebih kecil

di wilayah, agar dapat melibatkan lebih banyak pasangan suami istri Katolik dan

mudah dijangkau serta lebih mempererat persaudaraan. Bentuk pendampingan

yang digunakan adalah rekoleksi. Tujuan rekoleksi mengajak pasangan suami istri

Katolik untuk mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman akan kasih Allah

dalam hidup perkawinan. Pengalaman-pengalaman itu dihadirkan kembali,

direnungkan, dimaknai dan diolah agar semakin menyadarkan kembali pasangan

suami istri Katolik akan janji perkawinan dalam upaya mewujudkan perkawinan

yang unitas dan indissolubilitas, sehingga terwujud keluarga Katolik yang bahagia

dan sejahtera dalam perkawinan.

B. SARAN

Hasil penelitian yang penulis lakukan menemukan beberapa hal dalam

hidup perkawinan pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun

di Wilayah Patangpuluhan Paroki HKTY Pugeran-Yogyakarta, baik yang

mendukung maupun hambatan dalam mewujudkan perkawinan yang unitas dan

indissolubilitas. Beberapa saran sebagai bahan pertimbangan demi kebaikan di

masa mendatang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

169

1. Bagi Pasangan Suami Istri Katolik

a. Pasangan suami istri Katolik agar semakin menyadari janji perkawinan yang

pernah diikrarkannya untuk setia seumur hidup dengan pasangannya dalam suka

dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit, dalam upaya mewujudkan

perkawinan yang unitas dan indissolubilitas.

b. Pasangan suami istri Katolik agar semakin mewujudkan perkawinan yang

unitas dan indissolubilitas serta semakin mewujudkan perkawinan bahagia dengan

pasangan dan tidak ingin bercerai.

2. Bagi Romo Paroki

Romo Paroki agar semakin memberikan perhatian dan pendampingan,

khususnya bagi pasangan suami istri Katolik yang mengalami hambatan dalam

upaya mewujudkan perkawinan yang unitas dan indissolubilitas, sehingga mereka

merasa semakin disapa dan diperhatikan misalnya melalui kunjungan keluarga,

konsultasi keluarga, pembicara dalam seminar keluarga, mengundang para ahli

dalam memberikan pendampingan keluarga.

3. Bagi Tim Kerasulan Keluarga

Tim kerasulan keluarga di paroki maupun di wilayah, agar semakin

bekerjasama dalam pendampingan pasangan suami istri Katolik secara berkala dan

berkesinambungan. Pendampingan pasangan suami istri Katolik sangat dibutuhkan

zaman sekarang ini, agar semakin membantu pasangan suami istri dalam

menghadapi berbagai tantangan dan godaan yang dapat menghancurkan hidup

perkawinan Katolik. Maka dibutuhkan pendampingan yang relevan sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

170

kebutuhan pasangan suami istri zaman ini; sehingga tim kerasulan keluarga perlu

menguasai media yang relevan, agar dalam memberikan materi lebih menarik.

Selain itu semakin perlu bekerjasama dengan pihak-pihak lain, seperti: ahli

ekonomi, ahli psikologi, ahli hukum perkawinan gereja dan lain sebagainya.

Kemudian perlu mengadakan evaluasi kegiatan untuk mengukur tingkat

keberhasilan proses pendampingan.

4. Bagi Ketua Lingkungan

Ketua lingkungan agar tetap mengingatkan dan mengajak pasangan suami

istri Katolik berserta anak-anaknya untuk terlibat aktif dalam kegiatan hidup

menggereja.

Demikian uraian kesimpulan dan saran yang diusulkan penulis terkait

dengan pemaparan dan hasil penelitian dalam bab sebelumnya. Saran yang penulis

usulkan di atas ditujukan kepada pasangan suami istri Katolik, Romo paroki, Tim

kerasulan keluarga dan Ketua lingkungan, dengan harapan semakin membantu

pasangan suami istri Katolik dalam upaya mewujudkan perkawinan yang unitas

dan indissolubilitas.

Penulis menyadari penelitian ini masih awal dan belum sempurna, maka

perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui masalah-masalah selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

DAFTAR PUSTAKA

1. KITAB SUCI DAN DOKUMEN GEREJA

LAI. (1992). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Konsili Vatikan II. (2013). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ.,

Penerjemah). Jakarta: Obor bekerjasama dengan: Departemen

Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun

1966).

Konferensi Waligereja Indonesia. (1992). Perkawinan dan Keluarga dalam

Katekismus Gereja Katolik. Jakarta: Komisi Keluarga KWI

______. (1994). Kasih Setia Dalam Suka Duka Pedoman Persiapan Perkawinan

di Lingkungan Katolik. Jakarta: PT Afandhani Pramandiri

______. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor.

Yohanes Paulus II. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Bogor:

Grafika Mardi Yuana.

______. (2011). Familiaris Consosrtio (Keluarga). Anjuran Apostolik Sri Paus

Yohanes Paulus II (Seri Dokumen Gerejawi No. 30). (R. Hardawiryana,

SJ., Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana.

Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang. (2012). Pedoman Pastoral Liturgi

Perkawinan. Semarang: Komisi Liturgi Keuskupan.

2. BUKU-BUKU

Abineno, J. L. Ch. (1982). Manusia, Suami & Istri, Perkawinan & Keluarga.

Jakarta: BPK Gunung Mulia.

______. (1983). Perkawinan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Agung Prihartana, BR. (2013). Menjadi Anugerah Bagi Pasangan. Yogyakarta:

Bajawa Press.

Bagus Irawan, Al. (2007). Menyingkapi masalah-masalah keluarga. Yogyakarta:

Yayasan Pustaka Nusatama.

Balun, Bernard S. (2011). Perkawinan Katolik pedoman memperoleh dispensasi

Gereja. Yogyakarta: Lamalera.

Bambang Alriyanto, Ignatius. (1996). Monogami dalam Kitab Suci. Jakarta:

Celesty Hieronika.

Bratawijaya. (1997). Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa. Jakarta: Pradnya

Paramita.

Burtchaell, James T. (1990). Keputusan Untuk Menikah. Yogyakarta: Kanisius.

Catur Raharso, Alf. (2014). Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja Katolik.

Malang: Dioma.

Eminyan. Maurice. (2005). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.

Gilarso, T. (2015). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.

Go, Piet. (1990). Kesetiaan Suami-Isteri dan Soal Penyelewengan. Malang: Dioma

______. (2005). Hukum Perkawinan Gereja Katolik. Malang: Dioma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

172

Groenen, C. (1993). Perkawinan Sakramental. Yogyakarta: Kanisius.

Haskim dan Laendra. (1980). Keluarga Sejahtera. Padang: Yayasan “Bina

Putera.”

Hello, Yosef Marianus. (2006). Menjadi Keluarga Beriman. Yogyakarta: Pustaka

Nusatama.

Hermawan Wasito. (1997). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Hommes, Anne. (1992). Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan

Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius.

Jamal Ma’mur Asnani. (2011). Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.

Ketut Adi Hardana, I. (2012). 12 Tema Misa Rekoleksi Keluarga. Jakarta: Obor.

Kila, Pius. (1996). Rekoleksi dan Retret Remaja. Yogyakarta: Kanisius.

Mangunhardjana, A.M. (1984). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, Lexy J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja

Karya.

Purwa Hadiwardoyo, Al. (2004). Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta:

Kanisius.

______. (2007). Suami Istri Katolik Memahami Panggilan dan Perutusannya.

Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga.

______. (2013). Ringkasan ajaran Gereja tentang keluarga dan masyarakat.

Yogyakarta: Bajawa Press.

______. (2015). Ajaran Gereja Katolik tentang Perkawinan. Yogyakarta:

Kanisius.

Rubiyatmoko, Robertus. (2012). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum

Kanonik. Yogyakarta: Kanisius

Susianto Budi, Silvester. (2015). Kupas Tuntas Perkawinan Katolik. Yogyakarta:

Kanisius.

Sutrisna Hadi. (2004). Metodologi Reasearch II. Yogyakarta: Andi

Tim Redaksi. (2013). Menancap Semakin Dalam, Menjulang Semakin Tinggi.

Yogyakarta: Gereja HKTY Pugeran.

______. (2014). Kenangan 80 tahun Peduli, Berbagi, Gembira. Yogyakarta:

Gereja HKTY Pugeran.

A. ARTIKEL

Tjia, Cesellia. (2014). “Mengelola Pertengkaran,”dalam Majalah Kana, 08-10

Tahun IX. 2014: 10-11.

B. ARSIP

Arsip Data Paroki HKTY Pugeran. (2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(2)

Lampiran 2: Surat Telah Melakukan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(3)

Lampiran 3: Kuisioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK

YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DI WILAYAH

PATANGPULUHAN PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN

A. Identitas

Jenis Kelamin : L/ P (lingkari jawaban yang benar)

Usia Perkawinan : ____ th

Pekerjaan : ____________________________

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Anda dimohon untuk membaca dengan cermat dan teliti pada setiap soal di

bawah ini.

2. Jawablah dengan jujur dan sesuai dengan suara hati anda.

3. Berilah tanda centang (√) pada jawaban tersedia.

Keterangan:

S = Sering J = Jarang

KK = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah

Contoh

No Pertanyaan Jawaban

S KK J TP

1. Ada undangan pernikahan, saya selalu

mengajak pasangan untuk menghadirinya.

I. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan keadaan dan situasi Anda.

No Pertanyaan Jawaban

S KK J TP

1. Dalam diskusi bersama pasangan, terjadi

perbedaan pendapat, dan pendapat saya

selalu diterima.

2. Pada saat pasangan melakukan kesalahan

atau kekeliruan, saya dengan mudah

berbicara kasar atau melakukan tindakan

kasar terhadap pasangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(4)

3. Pada saat anak berbuat salah dan pasangan

memarahi dan menghukumnya, saya selalu

membela anak di depan pasangan.

4. Dalam kesibukan kerja, saya tetap

meluangkan waktu untuk berkumpul

bersama pasangan dan anak-anak.

5. Pada saat terjadi kesalahpahaman dengan

pasangan, saya cendrung untuk diam dan

tidak membesar-besarkan masalah.

6. Pada saat pasangan melakukan tindakan

yang menyakitkan hati, saya selalu

menyimpan dan sukar melupakan

kesalahannya.

7. Pada saat pasangan jatuh sakit, saya

membawanya untuk berobat dan melayani

pasangan dengan penuh kasih.

8. Pada saat pasangan mengalami kegagalan,

saya dengan mudah untuk menyalahkannya.

9. Pada saat pasangan menjadi cacat akibat

sakit atau kecelakaan, saya tetap

mencintainya dan menemaninya.

10. Dalam pergaulan saya bertemu dengan

lawan jenis yang lebih menarik

dibandingkan pasangan saya, namun saya

tetap setia dan tidak tergoda untuk berpaling

dari pasangan.

11. Pada saat terjadi ketidakcocokan dalam

rumahtangga, saya tetap mengasihi

pasangan.

12 Ada doa di lingkungan, saya bersama

pasangan dan anak-anak mengikutinya.

13. Pada saat saya hendak membantu keluarga,

terlebih dahulu saya membicarakannya

dengan pasangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(5)

14. Ada tawaran promosi barang-barang, saya

tidak tergoda untuk membeli yang bukan

kebutuhan.

15. Ada kegiatan gotong-royong di dalam

masyarakat (RT/ RW), saya meluangkan

waktu untuk ambil bagian di dalamnya.

16. Ada warga yang kemalangan atau hajatan,

saya ambil bagian untuk membantunya.

17. Saya bahagia dalam hidup perkawinan

bersama pasangan.

18. Pada saat terjadi pertengkaran atau konflik

dengan pasangan, saya ingin meninggalkan

pasangan.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan keluarga

Anda saat ini dengan cara memberikan tanda centang (√) untuk jawaban yang

dipilih!

Keterangan:

1 = Ya, Sering 3 = Ya, Jarang

2 = Ya, Kadang-kadang 4 = Tidak Pernah

Contoh:

No Pertanyaan Jawaban

1 2 3 4

1. Apakah Anda dalam hidup bersama

pasangan dan anak-anak selalu

harmonis?.

No Pertanyaan Jawaban

1 2 3 4

19. Apakah Anda puas dalam hubungan seks

dengan pasangan Anda?.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(6)

20. Apakah konflik dalam rumah tangga

menguntungkan keluarga Anda?.

21. Apakah anak-anak mempersatukan

keluarga Anda?.

22. Apakah keterbukaan dan kejujuran

menceritakan segala sesuatu dengan

pasangan lebih menguntungkan dalam

keluarga Anda?.

23. Apakah sikap mengalah dengan pasangan

membantu menciptakan keharmonisan

dalam keluarga Anda?.

24. Apakah setiap pengambilan keputusan

penting, anda bermusyawarah untuk

mufakat dengan pasangan Anda?.

25. Apakah di tengah kesibukan kerja, Anda

tetap menjaga kesehatan dengan makan

makan yang bergizi dan istirahat yang

cukup?.

26. Apakah Anda tetap setia, apabila

pasangan Anda tidak dapat memenuhi

kewajiban secara lahir dan batin?.

27. Apakah Anda tetap setia, apabila

pasangan Anda menjadi cacat dan tidak

menarik lagi?.

28. Apakah Anda tetap menerima dan

mengampuni pasangan Anda yang telah

berselingkuh untuk hidup bersatu

kembali?.

29. Apakah doa membantu Anda ketika

menghadapi kesulitan menjalani hidup

perkawinan?.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(7)

30. Apakah Perayaan Ekaristi semakin

menguatkan anda dalam karya dan

keluarga anda?.

31. Apakah keluarga lebih penting

dibandingkan dengan pekerjaan Anda?.

32. Apakah Anda tetap setia, apabila

pasangan tidak memiliki pekerjaan dan

tidak dapat memenuhi kebutuhan lahiriah

dalam keluarga?.

33. Apakah Anda dan pasangan Anda

menjalin relasi yang baik dengan

lingkungan dan masyarakat sekitar?.

34. Apakah keterlibatan Anda di dalam

kegiatan di lingkungan dan masyarakat

sekitar semakin membuat keluarga Anda

harmonis?.

35. Apakah Anda merasa bahagia hidup

bersama pasangan Anda?.

36. Apakah Anda punya keinginan untuk

meninggalkan pasangan Anda?.

III. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan keluarga Anda saat

ini!

1. Faktor-faktor berikut ini: (a) kepribadian, (b) internal keluarga, (c) budaya, (d)

kesehatan dan (e) fisik, yang berpengaruh pada unitas (keutuhan) perkawinan.

a. Urutkan faktor-faktor tersebut mulai dari yang paling mendukung!

(contoh a-c-d-b-e)

__________________________________________________________

b. Faktor mana yang paling mendukung Anda dalam mewujudkan keutuhan

keluarga? Berikan alasannya?

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(8)

c. Faktor mana yang paling menghambat Anda dalam mewujudkan keutuhan

keluarga? Berikan alasannya?

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

2. Faktor-faktor berikut ini: (a) iman, (b) ekonomi dan (c) sosial, yang

berpengaruh pada indissolubilitas (tak terceraikan) dalam perkawinan.

a. Urutkan faktor-faktor tersebut mulai dari yang paling mendukung!

__________________________________________________________

b. Faktor mana yang paling mendukung Anda dalam mewujudkan kesetiaan?

Berikan alasannya?

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

c. Faktor mana yang paling menghambat Anda dalam mewujudkan kesetiaan?

Berikan alasannya?

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

3. Faktor-faktor berikut ini: (a) kepribadian, (b) internal keluarga, (c) budaya, (d)

kesehatan, (e) fisik, (f) iman, (g) ekonomi dan (h) sosial, yang berpengaruh

dalam mewujudkan unitas (keutuhan) dan indissolubilitas (tak terceraikan)

dalam perkawinan.

a. Urutkan faktor-faktor tersebut mulai dari yang paling mendukung!

__________________________________________________________

b. Faktor mana yang paling mendukung Anda mewujudkan keharmonisan di

dalam keluarga? Berikan alasannya?

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

c. Faktor mana yang paling menghambat Anda mewujudkan keharmonisan di

dalam keluarga? Berikan alasannya?

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(9)

4. Apakah Anda bahagia hidup bersama pasangan Anda? Jelaskan!

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

5. Apakah Anda punya keinginan untuk menceraikan pasangan Anda? Jelaskan!

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(10)

Lampiran 4: Salah Satu Contoh Jawaban Responden Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(14)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(15)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(16)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(17)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(18)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(19)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(20)

Lampiran 5: Rekap Hasil Kuisioner Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(21)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(22)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(23)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(24)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(25)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(26)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN … · menghayati perkawinan yang unitas dan indissolubilitas. Dalam perkawinan Katolik, pasangan suami istri mengikrarkan janji perkawinan

(27)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI