hukum perkawinan

20
1. Rossy Oktarini ( 01010305) 2. Muhammad Yassin ( 01010208) 3. Virgiyanti Candra Devi (01010347) 4. Sonya Meisuri Sormin ( 01010327 ) 5. Randy Sitanggang ( 01010271 ) 6. Aldimas Febrinur Ramadhan ( 01010419)

Upload: mei

Post on 14-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Slide Hukum Perkawinan

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Perkawinan

1. Rossy Oktarini ( 01010305)2. Muhammad Yassin ( 01010208)3. Virgiyanti Candra Devi (01010347) 4. Sonya Meisuri Sormin ( 01010327 )5. Randy Sitanggang ( 01010271 ) 6. Aldimas Febrinur Ramadhan ( 01010419)

Page 2: Hukum Perkawinan

Perkawinan menurut Pasal 1 UU Nomor 1 tahun 1974 ialah “ Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa .

Page 3: Hukum Perkawinan

Kawin Kontrak adalah sebuah perkawinan yang di batasi waktu sehingga akan berakhir sesuai ketentuan waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang melakukan perkawinan itu sendiri. Kawin kontrak yang dalam ajaran Islam di kenal dengan Istilah Nikah Mut’ ah yang dalam perkembangan syari’at Islam nikah model ini telah dilarang.

Page 4: Hukum Perkawinan

Nikah Mut’ah biasa disebutkan perkawinan untuk masa tertentu ,dalam arti pada waktu akad dinytakan berlaku ikatan perkawinan sampai masa tertentu yang bila masa itu telah habis maka perkawinan terputus dengan sendirinya tanpa ada proses perceraian . Nikah Mut’ah masih dijalankan oleh masyarakat yang bermazhab syi’ah . Perbedaaan Nikah Mut’ah dengan perkawinan biasa adalah adanya masa tertentu dan tidak terbatasnya wanita yang dapat dikawini secara nikah mut’ah . Nikah Mut’ah ini pernah terjadi dan diisyaratkan serta mempunyai landasan hukum dalam al-quran dan hadist nabi . Landasan hukum dalam al-quran adalah sebagaimana terdapat dalam surat An Nisa (4):24

Page 5: Hukum Perkawinan

Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 4:24) 

Page 6: Hukum Perkawinan

Kata “kekal” yang terdapat pada pasal 1 UU Nomor 1 tahun 1974 bermakna selama –lamanya . Artinya adalah perkawinan yang dimaksud UU nomor 1 tahun 1974 adalah perkawinan yang tidak terbatas oleh waktu . Oleh karena itu , Kawin Mut’ah yang merupakan perkawinan yang mempunyai batas waktu tertentu bertentangan dengan pasal 1 UU Nomor 1 tahun 1974 , Sehingga sudah pasti UU Perkawinan tidak mengatur kawin Mut’ah .

Page 7: Hukum Perkawinan

Mut’ah yang dimaksud kompilasi hukum islam adalah pemberian bekas suami kepada isteri yang dijatuhi talak berupa benda atau uang dan lainnya , sebagaimana diatur dalam pasal 149 kompilasi hukum islam . sehingga Mut’ah yang diatur dalam kompilasi hukum islam bukanlah sebagai bentuk perkawinan dalam jangka waktu tertentu . Perkawinan menurut kompilasi hukum islam adalah pernikahan (akad) yang sangat kuat atau miitsakon gholdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah . Tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan keluarga yang sakinnah ,mawaddah dan rahmah

Page 8: Hukum Perkawinan

Kawin kontrak itu mirip dengan kontrak rumah. Kalau seorang mengontrak rumah, jelas bukan untuk selama-lamanya, tapi hanya untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun. Dan tentu ada bayaran sejumlah uang tertentu yang harus dibayarkan kepada pemilik rumah, misalnya Rp 10 juta per tahun.

Seperti itu pula yang disebut kawin kontrak. Perkawinan yang disebut kawin kontrak ini hanya berlangsung untuk waktu tertentu, misalnya sebulan, dua bulan, setahun, dan seterusnya. Dan untuk dapat melakukan kawin kontrak itu, ada sejumlah uang yang harus dibayarkan pihak laki-laki kepada pihak perempuan.

Page 9: Hukum Perkawinan

Di Indonesia akhir-akhir ini kawin kontrak seperti itu cukup marak. Beberapa daerah yang kawin kontraknya cukup marak adalah di daerah Cianjur (Jawa Barat), Singkawang (Kalimantan Barat), dan Jepara (Jawa Tengah). Namun fenomena kawin kontrak juga terjadi di luar negeri, seperti yang terjadi kalangan tenaga kerja wanita (TKW) dari Indonesia di Malaysia.

Di Cianjur, misalnya, kawin kontrak banyak terjadi di kawasan Cipanas dan Puncak, yang termasuk wilayah Kabupaten Bogor. Kebanyakan pelakunya adalah turis laki-laki dari negeri-negeri Arab, seperti Arab Saudi, Kuwait, Irak, juga dari Turki. Pihak perempuannya berasal dari pelosok-pelosok kampung di wilayah Kabupaten Bogor, seperti kelurahan Cisarua, Desa Tugu Selatan, Tugu Utara, di Kecamatan Cisarua. Para perempuan ini pada umumnya tidak mencari pasangan laki-lakinya sendiri, melainkan ada semacam calo/makelar atau mak comblang yang menghubungkan mereka dengan turis laki-laki dari Arab.

Page 10: Hukum Perkawinan

Proses kawin kontrak itu mirip seperti akad nikah pada umumnya. Ada saksi dan ada penghulu, juga ada ijab dan kabul, termasuk mahar yang disiapkan pada saat ijab kabul. Inilah yang membedakan kawin kontrak dengan prostitusi (pelacuran), karena pada prostitusi tidak ada upacara seperti umumnya akad nikah, misalnya saksi, penghulu, dan sebagainya. Namun kawin kontrak memiliki perbedaan yang jelas dengan perkawinan yang biasa, yaitu kawin kontrak hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan. Jika waktu sebulan ini habis, maka otomatis pasangan kawin kontrak akan bercerai. Sedangkan dalam perkawinan biasa, jangka waktunya tidak ditentukan tapi berlangsung untuk selama-lamanya.

Page 11: Hukum Perkawinan

Dalam hal ini Imam Ja’far Ash-Shadiq mengatakan :

المتعة هي عين الزنى  ( البيهقى ) “Mut’ah itu sama dengan zina.” (Al-Baihaqi) 

Sebenarnya hampir semua aliran Syiah juga mengharamkan Mut’ah, terkecuali aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah saja yang memperbolehkan Mut’ah. Jadi golongan Syiah sendiri tidak sepakat dalam menghalalkan Mut’ah dan hanya satu aliran saja yang memperbolehkan Mut’ah, yaitu Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah atau Syiahnya Khumaini.Sebagai contoh, Syi’ah zaidiyah mengharamkan Mut’ah, demikian juga Syi’ah Ismailiyah, mereka juga mengharamkan Mut’ah dan hanya Syi’ah Khomaini saja yang menghalalkan Mut’ah. Memang Syi’ah Imamiyah Itsnaasyariyah itu paling sesat diantara aliran-aliran Syi’ah yang lain.

Page 12: Hukum Perkawinan

Menurut ulama-ulama Syi’ah, bahwa yang mengharamkan Mut’ah adalah Kholifah Umar,

benarkah?  Itulah orang-orang  Syi’ah, mereka memang ahli dalam membuat hadist-hadist palsu dan ahli dalam membuat cerita-cerita guna menunjang dan menguatkan ajaran-ajaran mereka. Tetapi mereka tidak memikiran akibat dari cerita-cerita palsu mereka. Karena cerita-cerita semacam itu akan mempunyai resiko dan konsekwensi yang sangat besar.

Rasulullah saw pernah bersabda :من حلل حراما او حرم حالال فقد كفر                                                                                                          “Barangsiapa menghalalkan sesuatu yang haram atau mengharamkan sesuatu yang halal, maka dia telah kafir.” 

Page 13: Hukum Perkawinan

Dilarangnya kawin kontrak tidak terlepas dari dampak buruknya yang jauh dari kemaslahatan ummat manusia, di antaranya:

1. Penyia-nyiaaan anak. Anak hasil kawin kontrak sulit disentuh oleh kasih sayang orang tua (ayah). Kehidupannya yang tidak mengenal ayah membuatnya jauh dari tanggung jawab pendidikan orangtua, asing dalam pergaulan, sementara mentalnya terbelakang. Keadaannya akan lebih parah jika anak tersebut perempuan. Kalau orang-orang menilainya sebagai perempuan murahan, bisakah dia menemukan jodohnya dengan cara yang mudah? Kalau iman dan mentalnya lemah, tidak menutup kemungkinan dia akan mengikuti jejak ibunya.

Page 14: Hukum Perkawinan

2. Kemungkinan terjadinya nikah haram. Minimnya interaksi antara keluarga dalam kawin kontrak apalagi setelah perceraian, membuka jalan terjadinya perkawinan antara sesama anak seayah yang berlainan ibu, atau bahkan perkawinan anak dengan ayahnya. Sebab tidak ada saling kenal di antara mereka.

3. Menyulitkan proses pembagian harta warisan. Ayah anak hasil kawin kontrak – lebih-lebih yang saling berjauhan – sudah biasanya sulit untuk saling mengenal. Penentuan dan pembagian harta warisan tentu tidak mungkin dilakukan sebelum jumlah ahli waris dapat dipastikan.

4. Pencampuradukan nasab lebih-lebih dalam kawin kontrak bergilir. Sebab disini sulit memastikan siapa ayah dari anak yang akan lahir.

Page 15: Hukum Perkawinan

Seperti pernikahan umumnya ada juga mahar alias mas kawin bagi pelaku kawin kontrak. Makin cantik maharnya makin mahal. Apalagi jika si gadis masih perawan, harga yang dikeluarkan bisa puluhan juta.Harga sebesar ini tak masalah bagi pria berkantong tebal. Demi menikah beberapa hari dengan perawan, tarif puluhan juta rupiah dinilai sepadan. Dari sini terlihat kawin kontrak tak ubahnya dengan prostitusi biasa."Pernikahan pertama kalau masih perawan harganya beda. Kalau masih perawan kita dijatah mahar besar. Misalnya Rp 80 juta ya berarti di ijabnya ada mahar Rp 80 juta," aku Sarah, seorang pelaku kawin kontrak, kepada merdeka.com pekan lalu di Puncak.

 

Page 16: Hukum Perkawinan

Sarah pun mengaku masih perawan saat pertama kali terjun ke bisnis ini. Dia menjual mahkotanya Rp 50 juta pada 'suami' pertamanya ( orang arab ) di puncak jawa barat."Aku waktu itu 20 tahun. Kawin kontrak pertama aku pas masih perawan, aku dapat Rp 50 juta. Tapi bukan untuk aku sendiri. Untuk aku bagi juga dengan makelarnya. Aku dapat 50 persen," kata wanita yang menolak difoto wartawan ini.Setelah itu Sarah mengaku tak menyesal atau takut. Gadis belia ini menikmati profesi barunya sebagai pelaku kawin kontrak. Sarah tergiur lembaran uang yang bisa didapatnya dengan mudah."Enggak. Cuma takutnya keluarga tahu aja," ucap Sarah pelan.

Page 17: Hukum Perkawinan

Berikut Penjelasan mengenai kasus kawin mut’ah ditinjau dari syariah islam , UU Nomor 1 tahun 1974 dan kompilasi hukum islam .Ditinjau dari syariah islam Memang pada awalnya kawin mut’ah diperbolehkan oleh Rasulullah SAW , sebagaimana dalam hadist dari sabrah ra, beliau berkata “ Kami perna diperintah oleh Rasulullah SAW melakukan kawin mut’ah pada tahun penaklukan ketika kami masuk mekkah kemudian kami tidak keluar ( meninggalkan mekkah ) sehingga , kami dilarang kembali kawin mut’ah .” ( shahih : Mukhtashar muslim no : 812 dan muslim II : 1023 no : 1406) . Namun , hal itu kemudian dilarang . hal ini terlihat dalam hadist yang diriwatkan oleh ibnu Majah yaitu : “ Wahai manusia , saya telah pernah mengizinkan kamu kawin mut’ah “. (shahih: Mukhtashar Muslim no. 812 dan muslim II : 1023 no : 1406). Namun hal itu kemudian dilarang. Hal ini terlihat dalam hadist yang diriwayatkan oleh ibnu majah yaitu: “wahai manusia, saya telah pernah mengizinkan kamu kawin mut’ah, tetapi sekarang ketahuilah bahwa Allah telat mengharamkannya sampai hari kiamat”. Maka terlihat jelas bahwa kawin mut’ah yang biasa dilakukan oeh L dalam kasus diatas adalah haram dan dilarang syari’ah.

Page 18: Hukum Perkawinan

Ditinjau dari UU No. 1 tahun 1974 sudah jelas bahwa perkawinan kontrak atau mut’ah yang dilakukan oleh L dengan I dalam kasus diatas tidak diatur dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Sebab dalam perkawinan yang dimaksud dalam UU No. 1 tahun 1974 adalah perkawinan yang kekal atau selama-lamanya (tidak ada perjanjian batas waktu berakhir). Dengan demikian UU No. 1 tahun 1974 tidak mengatur mengenal kawin mut’ah atau kontrak

Page 19: Hukum Perkawinan

Ditinjau dari kompilasi hukum islam mut’ah yang dimaksud dalam kompilasi hukum islam adalah kewajiban seorang suami kepada bekas istrinya baik itu berupa uang atau benda. Jadi, kompilasi hukum islam tidak mengatr tentang adanya kawin kontrak sebagaimana marak terjadi dalam masyarakat seperti yang dilakukan oleh L dalam kasus diatas. Secara sekilas memang rukun melaksanakan perkawinan kontak dengan perkawinan biasa sama yaitu adanya seorang calon suami, seorang calon istri, wali nikah, dua orang saksi, serta ijab dan kabul. Namun, dalam perkawinan kontrak terdapat lagi rukun yaitu adanya pejanjian mengenai jangka waktu perkawinan serta mahar yang akan diberikan oleh oleh calon suami kepada calon istri yang dilakukan kedua calon mempelai sebelum ijab dan kabul dilakuakan. Hal inilah yang tidak diatur dalam kompilasi hukum islam, jadi dapat dikatakan bahwa kawin kontrak adalah hal yang menyimpang dari ketentuan kompilasi hukum islam

Page 20: Hukum Perkawinan

TERIMA KASIH

Kami sebelumnya akan menampilkan video investigasi kawin mut’ah di puncak jawa barat Check this out guys