pencatatan perkawinan di kantor urusan...

93
PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN AGAMA (studi di Bantargebang, Kota Bekasi) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: DURAY ACHMAD NIM : 109044100021 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H / 2016 M

Upload: doandiep

Post on 24-Apr-2018

240 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN AGAMA

(studi di Bantargebang, Kota Bekasi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

DURAY ACHMAD

NIM : 109044100021

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1437 H / 2016 M

Page 2: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN AGAMA

, (Studi di Bantargebang, Kota Bekasi)

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

DURAYACHMADNIM: 109044100021

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKTJLTAS SYARIAH DAN HUKTJM

T]MVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1437 H / 2016l/I

Pembimbirig:IM. Yasir. SII. MH

Page 3: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN

AGAMA (studi di Bantargebang, Kota Bekasi) ", telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 4 Januari 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Hukum

Keluarga.

Jakarta, T januan2?l5

Mengesahkan

Dekan,

NIP: 19691216 1

Ketua

Sekretaris

Pembimbing

Penguji I

Penguji il

Dr. Abdul Halim, M.Ag.NrP. 19670608 199403 l 00

Arip Purkon, M.ANIP. 19790427 200312 1002

M. Yasir, S.H, M.HNIP.

Dr. Isnawati Rais, M.A.NIP. 19571027 198503 2001

Drs. H.M. Riza Afwi, M.A.NIP. 19610520 199903 1002

Page 4: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 7Januari 2016

DURAY ACHMAD

Page 5: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

iv

ABSTRAK

Duray Achmad. 109044100021. Pencatatan Perkawinan di Kantor Urusan

Agama (Studi di Bantargebang, Kota Bekasi). Konsentrasi Peradilan Agama,

Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2015M, x + 69 Halaman + 12 Halaman

Lampiran.

Perkawinan merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus memperhatikan

norma dan kaidah hidup dalam masyarakat. Perkawinan yang sah menurut Hukum

Perkawinan Indonesia selain sah menurut agama dan kepercayaannya, serta dicatat

berdasarkan peraturan perundang-undangan, yaitu dimana lembaga tersebut yang

berwenang adalah Kantor Urusan Agama (KUA) bagi muslim dan Kantor Catatan

Sipil (KCS) untuk yang non muslim. Sejak disahkannya Undang – Undang

Perkawinan (1974) hingga saat ini, masih banyak terdapat hambatan dalam

penerapannya yaitu salah satunya pencatatan perkawinan. Banyak terdapat

perkawinan yang tidak dicatat karena paradigma pada masyarakat tertentu yang

beranggapan bahwa perkawinan sah apabila sudah sesuai dengan hukum kepercayaan

mereka masing – masing.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah; Untuk mengetahui

permasalahan dalam penegakan hukum perkawinan yang ada di Indonesia. Dalam

penelitian skripsi ini penulis menggunakan metode penulisan Deskriptif kualitatif

yang dilakukan dengan cara meneliti berdasarkan sumber data lapangan atau bahan

pustaka sebagai bahan pelengkap. Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian

deskriptif analitis yang berusaha menggambarkan masalah hukum, sistem hukum dan

mengkajinya secara sistematis.

Selain itu analisis juga dilakukan berdasarkan kerangka teori Lawrence M.

Friedmen dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunities, and threats) atau

analisis untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan terutama terhadap

penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum tentang

perkawinan tidak dicatat.

Perkawinan yang tidak dicatatkan banyak menimbulkan dampak buruk bagi

kelangsungan rumah tangga dan masa depan keluarganya. Akibat hukum bagi

perkawinan tidak dicatat, secara yuridis suami/isteri dan anak yang dilahirkannya

tidak dapat melakukan tindakan hukum keperdataan berkaitan dengan rumah

tangganya. Dampak buruk dari perkawinan tersebut merupakan akibat dari

pemahaman yang tidak komprehensif terhadap Hukum Perkawinan dan lemahnya

penegakan hukum untuk melindungi para korban. Seyogyanya pemerintah segera

mengamandemen semua produk Hukum Perkawinan disesuaikan dengan kondisi riil

masyarakat yang melindungi semua golongan dan kepentingan.

Kata kunci : Problem Pencatatan, Pencatatan Perkawinan.

Pembimbing : M. Yasir S,H, M.H

Daftar Pustaka : Tahun 1974 s.d Tahun 2013

Page 6: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

v

لرحیما لرحمنا هللا مسب

KATA PENGANTAR

Assalamu’laikum.wr.wb

Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke

hadirat-Nya.Tidak ada kekuatan apapun dalam diri ini selain dengan

kekuasaan Allah SWT.Dialah penguasa dari seluruh alam semesta ini, yang

Maha Pengasih tanpa pilih kasih, Maha Penyayang bagi semua makhluk-Nya.

Karena anugerah dan karunia yang diberikan-Nya kita memiliki kemampuan

untuk berfikir dan menikmati segala kenikmatan terutama nikmat Islam dan

Iman serta nikmat duniawi yang tak terhingga jumlahnya. Shalawat dan salam

semoga tercurah ke hadirat Qudwah Hasanah Nabi Muhammad SAW, yang

selalu kita nantikan syafa'atnya di hari pembalasan nanti,Amin.

Tidak ada kata lain yang tepat yang dapat penulis untaikan untuk

menunjukan betapa Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan

kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini. Dialah motivator sejati yang selalu mendorong penulis untuk selalu terus

berusaha menuntaskan kewajiban dan tanggung jawab mulia ini dan untuk

selalu berbuat yang terbaik didunia ini semata-mata untuk mencapai ridha-

Nya.

Walaupun usaha dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sudah merasa

optimal namun sudah pasti banyak kekurangan dalam penulisan maupun

dalam pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif sangat

Page 7: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

vi

kami harapkan. Sebagai suatu karya ilmiah, semoga skipsi ini bisa bermanfaat

bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya dan bagi pihak-pihak

yang terkait dengan masalah ini.

Penulis sangat menyadari, bahwa selesainya penulisan skripsi ini

bukanlah semata-mata dari buah tangan hasil penulis sendiri, akan tetapi dari

hamba Allah yang senantiasa mendermakan kemampuannya untuk

kemaslahatan publik, baik secara langsung maupun tidak. Mereka yang

dengan tulus hati meluangkan waktu mesti hanya sekedar menuangkan

aspirasi bagi penulis, tentu tanggung jawab ini akan terasa kian berat, tanpa

kehadiran mereka.

Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya jika pada kesempatan ini

penulismenyampaikan rasa terimakasih, khususnya kepada :

1. Dr Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Halim, M.Ag, Ketua Program Studi Hukum Keluarga(Ahwal

Syakhsiyyah) Fakultas Syari’ah dan Hukum.

3. Arip Purqon, M.Ag., Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga(Ahwal

Syakhsiyyah)Fakultas Syari’ah dan Hukum.

4. M. Yasir S.H, M.H. dosen pembimbing yang sangat bijaksana dan dengan

besar hati, sabar serta bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan dan bimbingan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

vii

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta yangtelah memberikan fasilitas bagi penulis untuk mengadakan

studi kepustakaan.

6. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum, para Guru, Ustadz yang

telahmendidik Penulis baik secara langsung atau tidak telah

membantupemahaman Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala KUA Bantargebang Drs. Muhammad Yusupdan juga Dr. Ah.

AzharuddinLathif, M.Ag, M.H, serta Dr. Kamarusdiana, S.Ag, M.H. yang

telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, karenadari merekalah

banyak Ilmu mengenai Sosiologi Hukum dan PencatatanPernikahan yang

benar-benar sangat membantu penulis dalam menyelesaikanskripsi ini.

8. Yang tercinta Ayahanda dan Ibunda, yang disetiap nafasnya mengalir

doauntuk kebahagiaan dan kesuksesan Ananda dalam meniti kehidupan

dunia dandi akhirat kelak, dan selalu memberikan motivasi baik secara

moril danmateril semata-mata untuk keberhasilan penulis.

9. Kakakku Anifah Nurlela, Sofyan Haris, A.md., Hudaini Ikhsan, A.md.,

Hafidz Mubarok, S.Pdi dan seluruhkeluarga besar, terima kasih atas do'a

dan motivasinya baik moril dan materiil untuk keberhasilan studi Penulis.

10. Teman-teman seperjuangan, khususnya Izhar Helmi S.Sy, Yusuf Fadli

S.Sy, Ahdi Maulana S.Sy, Agus S.ESy dan teman-teman di Fakultas

Syariah dan Hukum angkatan 2009 teman seperjuanganku yang selalu ada

baik dalam suka maupun duka ,teman-teman KKN Gema Atraktif Desa

Page 9: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

viii

Sukatani, Sukabumi. dimanapun kalian berada, Aku akan merindukan

kalian selalu.

11. Semua makhluk Allah yang membuat Penulis terinspirasi dan semua pihak

yang telah memberikan bantuannya kepada Penulis, hingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT. Semoga senantiasa

menerima kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya

balasan atas amal baik mereka. Terakhir semoga skripsi ini bermanfaat dan

dapat menambah khazanah keilmuan kita. Amin.

Jakarta, 28 Mei 2015

penulis

Page 10: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Massalah, Rumusan Masalah ...... 8

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................... 10

D. Kerangka Teori .................................................................................. 10

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .......................................... 13

F. Review Studi Terdahulu .................................................................... 15

G. SistematikaPenulisan ......................................................................... 16

BAB II PENCATATAN PERKAWINAN DALAM PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA ............................................................. 18

A. Pengertian Perkawinan ...................................................................... 18

B. Tinjauan Hukum Sahnya Perkawinan ............................................... 27

C. Pencatatan Perkawinan ...................................................................... 31

BAB III PROFIL KANTOR URUSAN AGAMA KEC. BANTARGEBANG 39

A. Letak Geografis ................................................................................. 39

B. Profil Kantor Urusan Agama Kec. Bantargebang ............................. 41

C. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kec. Bantargebang ....... 45

BAB IV PROBLEM PENCATATAN PERKAWINAN ................................... 48

A. Realitas Pencatatan Perkawinan ........................................................ 48

B. Tata Cara dan Prosedur Perkawinan .................................................. 51

C. Upaya Penanggulangan Penertiban Pencatatan Perkawinan ............. 56

D. Analisis Dengan Teori Lawrence M. Friedman ................................ 59

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64

A. Kesimpulan ........................................................................................ 64

B. Saran-saran ........................................................................................ 65

Page 11: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

x

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 67

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Data dan Wawancara

2. Surat Keterangan Penelitian

3. Data Kependudukan Berdasarkan Agama Kec. Bantargebang

4. Data Kependudukan Berdasarkan Pendidikan Kec. Bantargebang

5. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kec. Bantargebang

6. Data Wawancara Kepala Kantor Urusan Agama Kec.

Bantargebang

7. Data Wawancara Staff dan Penghulu Kantor Urusan Agama Kec.

Bantargebang

8. Data Wawancara Warga Kec. Bantargebang

Page 12: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan sebuah ikatan perjanjian antara pihak pria

dengan pihak wanita sehingga harus ada suatu aturan yang mengatur dengan

erat terkait peristiwa perkawinan tersebut. Perkawinan dalam bahasa Arab

disebut dengan al-nikah, yang bermakna al-wathi’, dan al-dammu wal jam’u,

atau ibarat ‘an al-wath’ wa al-‘aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan

akad.1

Berdasarkan perspektif hukum normatif, Perkawinan merupakan suatu

peristiwa hukum, dengan adanya perkawinan maka harus terdapat suatu

aparatur negara dan undang – undang yang menjamin dengan jelas terhadap

suatu pelanggaran yang terjadi suatu saat kelak akibat peristiwa hukum

tersebut. Perkawinan dapat dikaitkan dengan kata perikatan. Soebekti

berpendapat bahwa perikatan merupakan kata abstrak dari sesuatu yang tidak

dapat dilihat tetapi dapat dibayangkan dalam Pikiran.2

Sayid Sabiq mengungkapkan bahwa ikatan antara suami istri adalah

ikatan yang paling suci dan paling kokoh, dan tidak ada suatu dalil yang jelas

menunjukan sifat kesuciannya yang demikian agung itu, lain dari Allah itu

1 Wahbah al-Zuhaily, al Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, Juz VII, (Damaskus : Dar al-

Fikr, 1989), h. 29.

2 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Ed.1 Cet. 1, Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada, 1995), Hal. 2. Lihat Prof. R. Soebekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional,

(Bandung : Alumni, 1984), h. 10.

Page 13: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

2

sendiri, yang menamakan ikatan perjanjian antara suami istri mitsaqan

ghalidzan (perjanjian kokoh).3

Merujuk pada uraian diatas bahwa perkawinan tidak dapat dikatakan

dalam berbentuk wujud, oleh karena itu peristiwa perkawinan perlu diawasi

dan dipublikasikan. Perikatan merupakan suatu bentuk yang disebabkan oleh

kedua belah pihak dalam perjanjiannya yang mengikuti dari ketentuan undang

– undang.4

Keabsahan perkawinan itu ditandai dengan adanya suatu peristiwa

perkawinan yang syarat dan rukunnya telah terpenuhi berdasarkan hukum

Islam. Namun dengan seiring perkembangan zaman, dengan adanya undang –

undang yang mengatur tentang perkawinan maka bukannya hanya sah secara

syarat dan ketentuan hukum Islam saja tetapi juga sah secara hukum positif

yaitu mengikuti ketentuan secara administratif yang telah diatur undang –

undang mengenai perkawinan tersebut.

Dapat dilihat dengan adanya ketentuan tersebut yang diberikan oleh

negara kepada masyarakatnya bahwa perkawinan ini dianggap sangat penting

dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya jaminan tersebut diharapkan

kehidupan yang teratur dan tentram serta meminimalisir tindak pelanggaran

terkait suatu perikatan yang disebut perkawinan. Merujuk pada pengertian

tersebut diatas, maka dalam hal penertiban administrasi negara, pencatatan

3 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah (Libanon, Beirut, 1991) Juz ke-2, h. 206.

4 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Ed.1 Cet. 1, Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada, 1995), h. 2.

Page 14: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

3

perkawinan menjadi suatu yang sangat penting untuk menuju modernisasi dari

hukum perkawinan.

Berdasarkan sumber pokok hukum Islam, tidak aturan yang mengatur

secara kongkrit mengenai adanya pencatatan perkawinan, tetapi seirring

perkembangan zaman masyarakat memandang pentingnya akan hal itu

sehingga diatur perundang – undangan tentang perkawinan. Pencatatan

perkawinan adalah pendataan administrasi perkawinan yang ditangani oleh

Pejabat Pencatat Nikah (PPN) dengan tujuan untuk menciptakan ketertiban

perkawinan dalam masyarakat, baik yang dilaksanakan oleh masyarakat yang

tidak berdasarkan hukum Islam.5 Pencatatan tersebut dilakukan dalam upaya

menjaga kesucian aspek hukum yang timbul dari ikatan perkawinan.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam penertiban pencatatan

perkawinan, masih terdapat berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi

dalam penerapannya sesuai perundang - undangan. Terkait dengan hal

berkeluarga, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap berbagai

masalah yang ada melalui perundang – undangan. Diantara perundang –

undangan tersebut yang berkaitan langsung dengan keluarga adalah UU No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan. UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

telah berlaku kurang lebih 40 tahun pelaksanaannya masih banyak kendala,

diantaranya tentang pencatatan perkawinan bagi tiap – tiap warga negara yang

hendak melaksanakan perkawinan.

5 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Sinar Grafika: Jakarta, 2007),

h. 26.

Page 15: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

4

Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa pencatatan

perkawinan belum dipandang sesuatu yang penting yang membutuhkan alat

bukti autentik terhadap sebuah perkawinan.6 Atas dasar pengetahuan yang

melekat pada masyarakat bahwa dalam agama tidak terdapat perintah untuk

mencatatkan perkawinan kepada lembaga negara untuk syarat keabsahannya

itu sendiri.

Berdasarkan aturan perkawinan pada pasal 1 Undang - Undang No. 1

tahun 1974 menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu peristiwa yang

sakral, bukan lagi permasalahan hubungan antar manusia yang diikatkan

dalam sebuah perjanjian. Apabila diperhatikan dari pasal tersebut maka

perkawinan dapat diuraikan bahwa bukan saja ikatan jasmani melainkan batin

dan silaturahmi antar kedua pihak, yang bertujuan agar ikatan perkawinan

tersebut dapat bahagia dan menyambung kedua keluarga.7

Melihat pada teori hukum perkawinan bahwa perkawinan merupakan

suatu peristiwa hukum yang dapat dikatakan sebagai perbuatan hukum, serta

akan mempunyai akibat yang diakui dan dilindungi oleh hukum.8 Merujuk

pada aturan yang telah diberikan pemerintah maka perkawinan di Indonesia

haruslah dicatatkan sebagaimana diatur dalam Undang - undang No. 1 tahun

1974. Sejak berlakunya undang – undang tersebut maka pemerintah

6Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Studi kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta :

Kencana Prenada Media, 2004), h. 121.

7 Mohd. Idris Ramulyo, Asas – Asas Hukum Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 1995), h.

38.

8 Soedjono Dirojosworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1994),cet. Ke-4, h. 126.

Page 16: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

5

mengharapkan akan tidak adanya lagi perkawinan yang hanya sah secara

agama. Hal ini mempertegas bahwa selain hukum agama maka hukum negara

juga harus dijadikan syarat keabsahan dalam ikatan perkawinan tersebut.

Merujuk pada aturan pemerintah tentang perkawinan maka

perakawinan yang tidak dicatatkan akan dianggap tidak sah, perkawinan yang

sah haruslah dicatatkan di Kantor Urusan Agama untuk yang beragama islam.

Pencatatan tersebut dilakukan oleh PegawaiPencatat Nikah yang diberikan

mandat oleh negara untuk mencatatkan perkawinan sebagai salah satu syarat

sahnya, yang diatur pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun

1975 jo. Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 dan Peraturan Menteri

Agama No. 3 dan 4 tahun 1975. Kewajiban mencatatkan perkawinan itu juga

dimaksudkan dalam UU No. 32 tahun 1954 tentang pencatatan nikah, talak

dan rujuk.

Syarat administratif perkawinan diberikan kepada Pegawai Pencatat

Nikah oleh kedua calon mempelai, dimana pendaftaran nikah telah diajukan

sebelumnya oleh kedua pihak mempelai yang akan melangsungkan

perkawinan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam undang – undang

perkawinan dilangsungkan di Kantor Urusan Agama.

Diketahui bahwa pelaksanaan perkawinan itu didahului kegiatan –

kegiatan, baik yang dilakukan calon mempelai maupun pegawai pencatat

nikah. Calon mempelai atau orang tuanya memberitahukan hendak

melangsungkan perkawinan kepada pegawai pencatat nikah. Selanjutnya

Page 17: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

6

pegawai meneliti syarat – syarat perkawinan telah dipenuhi dan tidak adanya

halangan menurut undang – undang.9

Setelah syarat telah terpenuhi dan tidak adanya halangan menurut

undang – undang maka perkawinan dapat dilangsungkan setelah administrasi

di KUA diselesaikan. Pelaksanaan perkawinan dilaksanakan setelah 10 hari

kerja sejak pendaftaran dan syarat terpenuhi.

Namun sebagaimana undang – undang mengatur tentang syarat

tersebut, Undang - Undang perkawinan tidak mengatur perihal tentang

rukunnya dalam perkawinan. Amir Syarifuddin berpendapat bahwa mungkin

Undang – Undang perkawinan menempatkan akad perkawinan itu

sebagaimana perjanjian atau kontrak biasa dalam tindakan perdata.10

Pada perkembangan zaman saat ini, masyarakat tidak memperhatikan

tentang hal tersebut. Mengatur atau tidaknya undang – undang terkait rukun,

masyarakat lebih cenderung berpikir akan keabsahan perkawinan. Syarat yang

diberikan negara untuk perkawinan sebagai syarat administratif saja sudah

membuat sibuk masyarakat dalam pemenuhan syarat pencatatan perkawinan

agar dianggap sah secara hukum agama maupun hukum negara.

Administrasi dalam hal ini pencatatan perkawinan diberlakukan

hampir di setiap negara muslim di dunia, meskipun berbeda satu sama lain

9 Mohd. Idris Ramulyo, Tinjauan beberapa pasal undang – undang no. 1 tahun

1974 dari segi hukum perkawinan islam, (Ed.Rev, Jakarta : Ind.Hill-Co, 1990), h. 131.

10

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh

Munakahat dan Undang – Undang Perkawinan, (Ed.1 cet. 2, Jakarta : Kencana, 2007), h. 63.

Page 18: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

7

penekanannya.11

Hal ini menunjukan bahwa semua negara muslim di dunia

sepakat bahwa perkawinan merupakan suatu peristiwa hukum yang harus

dicatatkan dan dijamin oleh sebuah undang – undang. Dengan adanya undang

– undang perkawinan yang menjamin masyarakat untuk melangsungkan

perkawinan, maka ketertiban masyarakat dalam hal ini perkawinan akan saling

menguntungkan antara negara dan masyarakat.

Khoiruddin Nasution berpendapat bahwa Aturan pencatatan

perkawinan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu ; pertama, kelompok negara

yang mengharuskan pencatatan disertai sanksi pelanggaran. Kedua, kelompok

negara yang menjadikan pencatatan sebagai syarat administrasi saja namun

tidak memberlakukan sanksi ataupun denda. Ketiga, kelompok negara yang

mengharuskan pencatatan namun mengakui perkawinan yang tidak

dicatatkan.12

Saat ini di Indonesia sejak berlakunya undang – undang perkawinan,

setiap perkawinan harus dicatatkan. Kewajiban pencatatan itu diberikan oleh

negara agar tidak terjadinya pelanggaran – pelanggaran terhadap wanita dan

anak yang dihasilkan dari perkawinan, hal ini selaras dengan prinsip hukum

perdata “win win solutions” yang mengedepankan kepuasan diantara pihak.

Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud mengkaji dan meneliti

lebih dalam mengenai permasalahan perkawinan yang tidak dicatatkan serta

11

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Cet. 1, Jakarta : Sinar

Grafika, 2013), h. 182.

12

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Cet. 1, Jakarta : Sinar

Grafika, 2013), h. 182. Lihat Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, (Jakarta

: INIS, 2002), h. 158.

Page 19: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

8

sikap pihak terkait dalam usaha pelaksanaan perundang – undangan tentang

perkawinan, bertujuan unntuk mengetahui perihal fenomena perkawinan yang

tidak dicatatkan. Berdasarkan uraian dari hasil kajian dan penelitian diatas,

maka penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: “ PENCATATAN

PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN AGAMA (studi di

Bantargebang, Kota Bekasi)“. Wilayah Bantargebang dipilih karena

merupakan wilayah industri dan pengolahan sampah serta banyaknya

penduduk urbanisasi yang bertujuan untuk pemenuhan perkonomian tidak

melengkapi syarat–syarat kependudukannya, sehingga pada daerah

Bantargebang terjadi permasalahan yang timbul akibat kurang tertibnya

administrasi negara yang didapat oleh instansi untuk menerapkan aturan

tentang pencatatan perkawinan. Dengan harapan skripsi ini dapat bermanfaat

dan memberikan sedikit penjelasan tentang fenomena yang terjadi.

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam pembahasan tentang latar belakang masalah dapat dikatakan

bahwa pencatatan perkawinan adalah suatu kebutuhan dalam pelaksanaan

penertiban dalam hal administrasi negara. Terkait dengan hal tersebut,

pada daerah Bantargebang terjadi permasalahan yang timbul akibat kurang

tertibnya administrasi negara. Penyebab akan hal tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Banyaknya jumlah penduduk urban yang mendiami daerah tersebut.

Page 20: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

9

b. Kurangnya perhatian dari pihak pemerintah setempat terkait dengan

hal pendataan penduduk.

c. Permasalahan ketertiban pendataan penduduk dapat mempengaruhi

efektifitas dalam hal optimalisasi pelaksanaan ketertiban pencatatan

perkawinan.

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak melebar dan

meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi

ini, maka dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi

pembahasan hanya dalam ruang lingkup pencatatan perkawinan. Dalam

administrasi pencatatan perkawinan, penulis melihat problem yang terjadi

dalam pencatatan perkawinan di wilayah Bantargebang dan menganalisis

dengan analisa SWOT.

3. Rumusan Masalah

Menurut Undang – Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

bahwa perkawinan yang sah harus dicatatkan di depan Pegawai Pencatat

Nikah dari Kantor Urusan Agama setempat. Kenyataan yang ada bahwa di

wilayah Bantargebang terdapat banyak praktek perkawinan yang tidak

dicatatkan.

Rumusan tersebut ditulis penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut :

1) Berapakah jumlah praktek perkawinan tidak dicatat

2) Apakah yang menjadi penyebab pratik perkawinan tidak dicatat

Page 21: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

10

3) Bagaimana sikap pihak – pihak terkait dalam upaya penertiban

pencatatan perkawinan

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Dari permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah praktik perkawinan tidak dicatat serta penyebab

terjadinya praktek tersebut.

2. Untuk mengetahui rumusan yang tepat dalam upaya penertiban pencatatan

perkawinan.

Manfaat dan tujuan penelitian adalah hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan acuan dan memperjelas kepada masyarakat luas, khususnya

kepada orang dan lembaga yang terkait dalam hal pengaturan pencatatan

perkawinan di Indonesia.

D. Kerangka Teori

Untuk membahas data yang diperoleh dari lapangan atas pertanyaan

penelitian di atas akan digunakan analisis SWOT (strength, weakness,

opportunities, and threats) atau analisis untuk melihat kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan terutama terhadap penegakan hukum perkawinan di

Indonesia, khususnya penegakan hukum tentang perkawinan tidak dicatat.

Persepektif yang digunakan sebagai alat analisis adalah teori tiga elemen

sistem hukum (three elemen law system) yang di gagas oleh Lawrence M.

Friedman. Berikut akan dibahas secara singkat teori tersebut serta dibahas juga

perspektif Perundang-undangan tentang perkawinan tidak dicatat.

Page 22: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

11

Teori tiga elemen sistem hukum (three elemen law system)

Teori tiga elemen sistem hukum (three elemen law system) yang di

gagas oleh Lawrence M. Friedman menyatakan bahwa ada tiga elemen sistem

hukum yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu Legal structure, legal

substance, dan legal culture.13

Ketiga komponen tersebut membentuk satu

kesatuan yang bulat dan utuh, serta saling berhubungan, atau biasa disebut

dengan sistem.

Friedman berpendapat bahwa komponen struktur (Legal structure )

adalah bagian dari sistem hukum yang bergerak di dalam suatu mekanisme,

berkaitan dengan lembaga pembuat undang-undang, pengadilan, penyidikan,

dan berbagai badan yang diberi wewenang untuk menerapkan dan

menegakkan hukum.14

Komponen kedua adalah substansi (legal substance), yaitu aturan,

norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem tersebut.

Atau dapat dikatakan sebagai suatu hasil nyata, produk yang dihasilkan, yang

diterbitkan oleh sistem hukum tersebut. Elemen substansi meliputi peraturan-

peraturan sesungguhnya, norma dan pola perilaku dari orang-orang di dalam

sistem tersebut. Pada intinya legal substance adalah mencakup aturan-aturan

13

Lawrence Meir Friedman, American Law: an Introduction, second edition, (New

York: W.W. Norton & Company, 1998), h. 6.

14

Lawrence Meir Friedman, American Law: an Introduction.........., h. 21.

Page 23: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

12

hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, termasuk putusan

pengadilan.15

.

Komponen ketiga adalah budaya hukum (legal culture), yaitu sikap

manusia terhadap hukum dan sistem hukum, kepercayaan, nilai, pemikiran,

serta harapannya. Termasuk makna budaya hukum adalah opini-opini,

kebiasaan-kebiasaan, cara berfikir dan bertindak baik penegak hukum maupun

masyarakat. Tanpa budaya hukum sistem hukum itu sendiri tidak akan

berdaya, seperti ikan mati yang terkapar di keranjang, bukan seperti ikan

hidup yang berenang di lautnya (without legal culture, the legal system is

inert, a dead fish lying in a basket, not a living fish swimming in its sea).16

Permasalahan budaya hukum tidak hanya dapat ditangani dalam satu

lembaga saja, tetapi perlu penanganan secara simultan dan antar departemen,

serta diupayakan secara bersama-sama dengan seluruh aparat penegak hukum,

masyarakat, asosiasi profesi, lembaga pendidikan hukum, dan warga

masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks Indonesia, peranan tokoh

masyarakat, para ulama, pendidik, tokoh agama, sangat penting dalam

memantapkan budaya hukum.

Efektif tidaknya penegakan hukum, termasuk penegakan hukum

perkawinan di Indonesia terkait erat dengan efektif tidaknya ketiga unsur

hukum tersebut. Apabila ketiga unsur tersebut berjalan tidak efektif, maka

supremasi hukum dan keadilan akan sulit terealisasikan, yang mengakibatkan

15

Lawrence Meir Friedman, American Law: an Introduction, second edition, (New

York: W.W. Norton & Company, 1998), h. 25.

16

Lawrence Meir Friedman, American Law: an Introduction………., h. 7.

Page 24: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

13

kepercayaan warga terhadap law enforcement menjadi luntur dan masyarakat

masuk dalam suasana bad trust society, bahkan masuk dalam kualifikasi worst

trust society.17

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

a. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif, yaitu penelitian kepustakaan (library research) berdasarkan data

sekunder dimana hasil kajiannya bersifat deskriptif18

, dan metode hukum

empiris dengan meneliti secara nyata terhadap Kantor Urusan Agama Kec.

Bantargebang dan tokoh - tokoh masyarakat wilayah Bantargebang.

Metode kualitatif dalam penelitian ini lebih menekankan kepada peneliti

untuk memperhatikan pada prosesi, peneliti sebagai instrumen pokok

pengumpulan dan analisis data sehingga peneliti terlibat langsung dalam

kerja lapangan.

b. Jenis Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan

yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai

literatur kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul

berbentuk kata – kata bukan angka.

c. Data Penelitian

17

Achmad Ali, Keterpurukan Hukum Hukum di Indonesia,(Jakarta: Ghalia

Indonesia: 2002), h. 9.

18

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum & Statistik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),

h. 2.

Page 25: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

14

Jenis data dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Data Primer : yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil

wawancara terhadap pihak – pihak yang terkait dan yang berkaitan

langsung dengan penelitian di wilayah Bantargebang.

2. Data Sekunder : yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka yang

meliputi buku perundang – undangan perkawinan, buku tentang

perkawinan dan data – data yang berkaitan.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode penelitian

lapangan (field research) yaitu pengumpulan data dengan cara langsung ke

lapangan melakukan observasi, wawancara dan dokumenter melalui teknik

pengumpulan data dan sebagai berikut :

1. Observasi : yaitu pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti

guna mendapatkan gambaran umum tentang permasalahan pencatatan

perkawinan di wilayah Bantar Gebang.

2. Wawancara : yaitu proses Tanya jawab dalam penelitian langsung

secara lisan dengan masyarakat setempat dan pihak – pihak terkait dan

mendapatkan informasi secara langsung dari Kantor Urusan Agama

Bantargebang.

Page 26: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

15

3. Dokumenter : metode ini digunakan untuk mencari dan

mengungkapkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara.19

e. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, atau mudah

difahami dan diinformasikan kepada orang lain. Data yang telah terkumpul

kemudian dianalisa. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik

deskriptif-kualitatif, yaitu data yang ada akan dianalisis kemudian

dipaparkan sedetail mungkinsecara deskriptif.

Analisis data, Secara garis besar akan ditempuh cara peng-

organisasian data melalui pengumpulan catatan lapangan, komentar

peneliti, dokumen, laporan, dan sebagainya untuk dideskripsikan sesuai

kontek masalah, diinterpretasi untuk memperoleh pengertian baru sebagai

bahan temuan. Di samping itu, diakhir pembahasan akan dilakukan

analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, and threats) atau

analisis untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan

terutama terhadap penegakan hukum perkawinan di Indonesia dalam

kontek penegakan hukum tentang perkawinan tidak dicatat.

F. Review Studi Terdahulu

Dalam review studi terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada

kaitannya dengan pencatatan perkawinan, antara lain adalah :

19

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum & Statistik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),

h. 2.

Page 27: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

16

Isti Astuti Savitri, dalam subtansinya yaitu Efektifitas Pencatatan

Perkawinan pada KUA Kecamatan Bekasi Utara. Perbedaan yang terdapat

yaitu tidak hanya mengenai sejauh apa efektifitas yang terjadi dalam

pelaksanaan pencatatan tetapi juga meneliti penyebab yang menjadi kendala

penertiban pencatatan perkawinan.

Nur Fauzi, dalam substansinya yaitu Kesadaran Hukum Masyarakat

Kelurahan Cipedak kecamatan Jagakarsa Terhadap Pencatatan Perkawinan.

Perbedaan yang terdapat yaitu Penelitian tidak hanya dilakukan pada

Masyarakat dan sebatas pemahaman masyarakat tetapi juga pada pihak yang

berkaitan dengan pelaksanaan pencatatan perkawinan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penelitian ini berisikan lima bab yang terdiri dari

beberapa subbab yang ada pada masing – masing babnya. Sistematika ini

merupakan uraian secara singkat pada masing – masing babnya, bertujuan

agar dapat dengan mudah memahami hubungan antar bab yang memiliki

keterkaitan.

Bab I berisikan Pendahuluan dengan uraian yang berisikan latar

belakang masalah pada kajian skripsi ini, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, merumuskan permasalahan serta menunjukan maksud dan tujuan

penelitian, dan mengungkapkan metodologi penelitian yang digunakan

sebagai kerangka yang sistematis dengan diakhiri sistematika penulisan.

Bab II berisikan Kajian Teori kajian teori merupakan bahan rujukan

untuk menganalisis materi pokok yang akan diteliti, oleh karena itu dalam

Page 28: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

17

kajian teori ini akan dipaparkan mengenai teori yang terkait dengan pencatatan

perkawinan menurut perundang - undangan Indonesia, pengertian perkawinan,

pengertian pencatatan perkawinan dan pencatatan perkawinan sebagai syarat

sahnya.

Bab III berisikan Penelitian di Lapangan dalam bab ini terdiri jenis

dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode

pengumpulan data, metode pengolahan data dan analisis data tentang variable

– variable yang mendukung penyelesaian masalah, subjek penelitian, metode

pengumpulan data, sumber data, pengolahan dan analisis data yang berfungsi

untuk memperoleh gambaran serta tujuan tentang permasalahan dari objek

penelitian ini.

Bab IV berisikan Hasil Penelitian dan Analisis Data dalam bab ini

akan diuraikan yang berisi paparan data serta analisis data yang telah

diperoleh dari lapangan. Pada bab ini akan disajikan data – data hasil

wawancara dan dokumentasi yang menjawab masalah – masalah yang telah

dirumuskan kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data melalui proses

edit data, klasifikasi dan kesimpulan yang ada pada bab selanjutnya.

Bab V Penutup dalam bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan

sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat. Selain itu juga terdapat saran –

saran yang bersifat konstruktif.

Page 29: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

18

BAB II

PENCATATAN PERKAWINAN DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

A. Pengertian Perkawinan

Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut

arti majazi atau arti hukum adalah akad atau perjanjian yang menjadikan halal

hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang

wanita.1 Pengertian perkawinan dalam hal ini bisa ditinjau dari dua sudut

pandang yaitu menurut Hukum Islam2 dan menurut Undang – Undang

Perkawinan yaitu Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Kompilasi Hukum Islam.

a. Menurut Hukum Islam

Definisi kata “nikah” dalam kamus besar bahasa indonesia

mengandung pengertian perjanjian antara laki – laki dan perempuan

untuk bersuami istri (dengan resmi),3 Sedangkan Perkawinan dalam

bahasa Arab disebut dengan al-nikah, yang bermakna al-wath‟u, dan adh-

dammu dan al jam‟u. Al-wath‟u yang bermakna menggauli, bersetubuh

atau bersenggama. Adh-dammu yang bermakna mengumpulkan,

1 Mohd. Idris Ramulyo, Tinjauan beberapa pasal undang – undang no. 1 tahun 1974

dari segi hukum perkawinan islam, (Ed.Rev, Jakarta : Ind.Hill-Co, 1990), h. 1.

2Beberapa pengertian tentang perkawinan dalam hukum islam yang dijelaskan oleh

ahli hukum Islam yang tersebar dalam beberap literatur.

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 614.

Page 30: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

19

menyatukan dan memeluk. Al-jam‟u yang bermakna mengumpulkan,

menyatukan dan menyusun.4

Perkawinan secara definisi menurut para ulama fiqh, antara lain

sebagai berikut:

a) Ulama Hanafiyah, mendefinisikan bahwa perkawinan sebagai suatu

akad yang berguna untuk memiliki mut’ah (laki-laki memiliki

perempuan seutuhnya) dengan sengaja.

b) Ulama Syafi‟iyah, menyebutkan bahwa perkawinan adalah suatu akad

yang mmenjamin kepemilikan dengan menggunakan lafadz nikah atau

tazwij yang menyimpan arti memiliki keturunan.

c) Ulama Malikiyah, menyebutkan bahwa perkawinan adalah suatu akad

yang yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan

(seksual) semata.

d) Ulama Hanabilah, menyebutkan bahwa perkawinan adalah suatu akad

dengan menggunakan lafadz nikah atau tazwij untuk mendapatkan

kepuasan.5

Beragam pendapat yang dikemukakan mengenai arti perkawinan

menurut hukum Islam diantara ahli hukum Islam. Tetapi perbedaan

pendapat ini sebenarnya bukan perbedaan yang prinsip. Perbedaan itu

hanya terdapat pada keinginan perumus untuk memasukan unsur – unsur

4 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 43.

5Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2005), h. 45

Page 31: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

20

yang sebanyak – banyaknya dalam perumusan perkawinan antara pihak

satu dengan yang lain. Walaupun ada perbedaan pendapat tentang

perumusan pengertian perkawinan, tetapi dari semua rumusan yang

dikemukakan ada satu unsur yang merupakan kesamaan dari seluruh

pendapat, yaitu bahwa perkawinan merupakan suatu perjanjian antara

seorang laki – laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga

sakinah mawaddah warahmah dan disertai dengan adanya perjanjian yang

sangat kuat(mitsaqan ghalidzan).6 Sebagaimana Firman Allah SWT Q.S.

Ar-Ruum/30:21:

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-

isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (QS. Ar-

Ruum/30:21)

Secara etimologi, perkawinan berarti persetubuhan. Ada pula yang

mengartikannya perjanjian (al-„Aqdu). Secara terminologi perkawinan

menurut Abu Hanifah adalah “akad yang dikukuhkan untuk memperoleh

kenikmatan dari seorang wanita, yang dilakukan dengan sengaja untuk

mendapatkan sebuah pengakuan agar tidak ada penilaian negatif akan

perempuan yang melakukan perkawinan dengan adanya pencatatan.7

6 Al-Quran surat Ar-Ruum ayat 21

7 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta : Siraja,

2003), h. 1-4.

Page 32: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

21

Pengukuhan disini maksudnya adalah suatu pengukuhan yang

sesuai dengan ketetapan syariah, bukan hanya sekedar pengukuhan yang

dilakukan oleh kedua orang yang saling membuat akad (perjanjian) yang

bertujuan hanya sekedar untuk mendapatkan kenikmatan semata.8

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan merupakan

akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah

Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.9 Pernikahan merupakan

pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang

dengan maksud meresmikan suatu ikatan secara hukum, agama, negara,

dan hukum adat.

b. Menurut Undang – Undang Perkawinan

Perkawinan adalah suatu hal yang mempunyai akibat yang sangat

luas didalam hubungan hukum antara suami dan istri. Dengan perkawinan

itu timbul suatu ikatan yang berisi hak dan kewajiban, seperti kewajiban

untuk bertempat tinggal yang sama, setia kepada satu sama lain, kewajiban

untuk memberi belanja rumah tangga, hak waris dan lain sebagainya.

Menurut pendapat para sarjana hukum, perkawinan adalah :

1. Scholten yang dikutip oleh R. Soetojo Prawiro Hamodjojo,

Mengemukakan “ perkawinan adalah hubungan antara seorang pria

dan wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh negara

8 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga……,h. 12.

9 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:akademika pressindo,

2004), h. 114.

Page 33: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

22

dan mendapatkan bukti autentik agar perkawinan tersebut dianggap

sah oleh negara”.

2. R. Soebekti, mengemukakan “perkawinan adalah pertalian yang sah

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang

lama”.

Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa “perkawinan adalah

suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan perempuan yang memenuhi

syarat yang termasuk dalam peraturan – peraturan tersebut”.10

Untuk memahami secara mendalam tentang hakikat perkawinan

maka harus dipahami secara menyeluruh ketentuan tentang perkawinan.

Ketentuan tersebut berdasarkan pada pasal 1 Undang – Undang No. 1

Tahun 1974 tentang perkawinan merumuskan bahwa : “Perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.11

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 2 menegaskan

bahwa “perkawinan adalah akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidzan)

untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah”.12

10

Huzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshari AZ, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (Jakarta : Isik, 2002), cet. Ke-4, h. 53-54.

11 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan,

(Jakarta: Depag RI, 2001), h. 13.

12

Departemen Agama RI, Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi

Hukum Islam, (Jakarta: Depag RI, 2002), h. 14.

Page 34: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

23

Nikah merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan

seseorang. Suatu yang haram bagi seseorang, kemudian berubah menjadi

halal dengan sarana pernikahan. Implikasi pernikahan sangat besar, luas

dan beragam. Pernikahan juga merupakan suatu saran awal untuk

mewujudkan sebuah tatanan masyarakat, yang dimana jika unit – unit

keluarga baik dan berkualitas maka bisa dipastikan masyarakat yang

diwujudkan akan kokoh dan baik.

Apabila dilihat dari sifatnya yang menjangkau sangat luas,

pernikahan memiliki makna sangat strategis dalam kehidupan sebuah

bangsa. Dalam konteks ini pemerintah menjadi berkepentingan dalam

mengatur institusi pernikahan, agar tatanan masyarakat yang teratur dan

tentram bisa diwujudkan. Hal ini tercermin dalam Undang - Undang No. 1

tahun 1974 yang merupakan bentuk konkret pengaturan pemerintah

tentang perkawinan kepada warga negaranya.

Demikian pula bahwa setiap perkawinan diharapkan dapat

membentuk keluarga yang kekal, artinya tidak mengalami perceraian.13

Untuk mencapai tujuan yang luhur dari setiap perkawinan tersebut maka di

dalam Undang – undang Perkawinan ditetapkan adanya prinsip – prinsip

atau asas – asas mengenai perkawinan yang sesuai dengan perkembangan

dan tuntutan zaman.14

13

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), h. 1.

14

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), h. 2.

Page 35: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

24

Asas – asas atau prinsip – prinsip yang terkandung di dalam

Undang – undang Perkawinan adalah sebagai berikut :

a. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal.

Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar

masing – masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk

mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

b. Sahnya perkawinan berdasarkan hukum agama.

Dalam undang – undang ini dinyatakan, bahwa perkawinan adalah sah

apabila dilakukan menurut masing – masing agama dan

kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap – tiap perkawinan sah

menurut perundang – undangan yang berlaku.

c. Monogami

Undang – undang ini menganut asas monogami. Namun apabila

dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama dari

yang bersangkutan mengizinkan seorang suami untuk beristri lebih

dari satu orang maka harus mengikuti peraturan – peraturan yang

berlaku mengenai hal itu dan syaratnya terpenuhi dan diputuskan oleh

pengadilan.

d. Pendewasaan usia perkawinan

Undang – undang ini menganut prinsip, bahwa calon suami istri harus

telah mencapai jiwa raganya untuk melangsungkan perkawinan, agar

supaya dapat diwujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir

Page 36: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

25

perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu

perundang – undangan mengatur lebih rinci tentang batasan umur

untuk calon mempelai pasangan perkawinan yaitu 19 tahun untuk pria

dan 16 tahun untuk wanita.

e. Mempersukar perceraian

Karena tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal serta sejahtera, maka perundang – undangan mengatur

pelaksanaannya yang harus dilakukan dihadapan sidang pengadilan.

f. Kedudukan suami istri seimbang

Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami baik dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam pergaulan

masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga

dapat dirundingkan dan diputuskan secara bersama oleh suami istri.15

g. Asas pencatatan perkawinan

Pencatatan perkawinan mempermudah dalam mengetahui setiap

manusia yang sudah menikah atau melakukan ikatan perkawinan dan

untuk tujuan ketertiban administrasi suatu bangsa.16

Beberapa pasal yang menjelaskan mengenai kedudukan suami istri

dalam Undang – Undang Perkawinan tidak berbeda jauh dari hukum

Islam. Pasal 30 Undang – Undang Perkawinan menjelaskan bahwa suami

15

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2001), h.1-4.

16

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet. Ke-2, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2007), h. 8.

Page 37: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

26

istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang

menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami baik dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam

pergaulan masyarakat. Masing – masing pihak berhak untuk melakukan

perbuatan hukum. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu

rumah tangga (pasal 31 ayat 1-3 UU No.1/1974). Suami istri harus

mempunyai kediaman yang tetap yang ditentukan oleh suami istri bersama

(pasal 32). Suami wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia

memberikan bantuan lahir batin pada satu sama lain (pasal 33). Suami

wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup

rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Istri wajib mengatur rumah

tangga sebaik – baiknya.

Tujuan perkawinan pada dasarnya adalah untuk memperoleh

keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan kehidupan

rumah tangga yang damai dan tentram.17

Selain itu ada pendapat yang

mengatakan bahwa tujuan perkawinan dala Islam selain untuk memenuhi

kebutuhan jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus unntuk membentuk

keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalankan

hidupnya di dunia ini, juga untuk mencegah perzinahan agar tercipta

17

Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung,

1979), h. 1.

Page 38: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

27

ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman

keluarga dan masyarakat.18

Perkawinan merupakan pranata sosial yang telah ada sejak manusia

diciptakan Allah SWT. Dari hal ini dapat dipahami bahwa sudah menjadi

fitrah manusia untuk berpasang – pasangan sehingga Allah menetapkan

jalan yang sah untuk itu, yaitu melalui pranata yang dinamakan

perkawinan.19

B. Tinjauan Hukum Sahnya Perkawinan

Suatu perkawinan bisa dikatakan sah apabila sudah memenuhi syarat –

syarat yang ditentukan. Dalam hal ini syarat sahnya perkawinan dapat dilihat

dari sudut pandang hukum Islam dan menurut Hukum Perkawinan di

Indonesia yaitu UUP dan KHI yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menurut Hukum Islam

Menurut Hukum Islam untuk sahnya perkawinan adalah setelah

terpenuhi syarat dan rukunnya yang telah diatur dalam agama Islam.20

Yang dimaksud syarat ialah suatu yang harus ada dalam (sebelum)

perkawinan tetapi tidak termasuk hakikat perkawinan itu sendiri. Kalau

salah satu syarat dari perkawinan itu tidak terpenuhi maka perkawinan itu

18

Mohd. Idris Ramulyo, Tinjauan beberapa pasal undang – undang no. 1 tahun

1974 dari segi hukum perkawinan islam, (Ed.Rev, Jakarta : Ind.Hill-Co, 1990), h. 26.

19

Luthfi Sukalam, Kawin Kontrak dalam Hukum Nasional Kita, (Tangerang: CV.

Pamulang, 2005), h. 1

20 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1974), h.125.

Page 39: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

28

tidak sah. Sedangkan yang dimaksud dengan rukun dari perkawinan

adalah hakikat dari perkawinan itu sendiri, jadi tanpa adanya salah satu

rukun, perkawinan tidak mungkin dilaksanakan.

Beberapa syarat sah sebelum perkawinan dilangsungkan adalah

sebagai berikut:

a). Perkawinan yang dilakukan tidak bertentangan dengan larangan yang

terkandung dalam ketentuan Al Quran surat Al Baqarah ayat 221

(perbedaan agama) dengan pengecualian khusus laki – laki Islam boleh

menikahi wanita ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).21

b). Adanya calon pengantin laki – laki dan calon perempuan yang

keduanya telah akil baligh (dewasa dan berakal). Dewasa menurut

hukum perkawinan Islam akan berbeda dengan menurut perundang –

undangan di Indonesia.

c). Adanya persetujuan bebas antara kedua calon mempelai, jadi tidak

boleh dipaksakan.

d). Adanya wali nikah (untuk calon mempelai perempuan) yang memenuhi

syarat yaitu; laki – laki beragam Islam, dewasa, berakal sehat dan

berlaku adil.

e). Adanya dua orang saksi yang beragama Islam, dewasa dan adil.

f). Membayar mahar (mas kawin) calon suami kepada calon istri berdasar

QS. An-Nisa’ ayat 25.

g). Adanya pernyataan Ijab dan Qabul (Kehendak dan Penerimaan)

21

Mohd. Idris Ramulyo, Tinjauan beberapa pasal undang – undang no. 1 tahun

1974 dari segi hukum perkawinan islam, (Ed.Rev, Jakarta : Ind.Hill-Co, 1990), h. 50.

Page 40: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

29

Adapun yang termasuk rukun perkawinan adalah sebagai berikut :

a). Adanya pihak – pihak yang hendak melangsungkan perkawinan, pihak

– pihak tersebut adalah mempelai laki – laki dan perempuan. Kedua

mempelai ini harus memenuhi syarat tertentu agar perkawinan yang

dilaksanakan menjadi sah hukumnya.

b). Adanya wali, perwalian dalam istilah fiqh disebut dengan penguasaan

atau perlindungan, jadi arti perwalian ialah penguasaan penuh oleh

agama untuk seseorang guna melindungi barang atau orang. Dengan

demikian orang yang diberi kekuasaan disebut wali. Kedudukan wali

dalam perkawinan adalah rukun dalam artian wali harus ada terutama

bagi orang – orang yang belum mualaf, tanpa adanya wali status

perkawinan dianggap tidak sah.22

c). Adanya dua orang saksi dalam perkawinan merupakan rukun

perkawinan oleh sebab itu tanpa dua orang saksi perkawinan dianggap

tidak sah. Keharusan ini dimaksudkan untuk menjaga keabsahan

perkawinan apabila terjadi permasalahan tuduhan orang lain terhadap

pasangan suami istri tersebut maka keduanya dapat menuntut saksi

tentang perkawinan tersebut.

d). Adanya akad nikah. Akad nikah adalah perkataan yang diucapkan

oleh calon suami atau calon istri. Ijab adalah pernyataan dari pihak

22

Menurut Imam Malik rukun perkawinan ada lima, diantaranya : 1). Wali dari pihak

perempuan, 2). Mahar(mas kawin), 3). Calon mempelai laki – laki, 4). Calon mempelai

perempuan, 5). Akad nikah.. seperti yang ditulis dalam ; Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih

Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 47-48.

Page 41: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

30

calon istri yang biasanya dilakukan oleh wali, yang maksudnya

bersedia untuk dinikahkan dengan calon suaminya. Qabul adalah

pernyataan atau jawaban dari pihak calon suami bahwa ia menerima

kesediaan calon istrinya untuk menjadi istrinya.

2. Menurut Undang – Undang Perkawinan

Setelah disahkan Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan lalu dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun

1975 sebagai pelaksanaan Undang – Undang No. 1 Tahun 1974. Dalam

pasal 2 Undang – Undang Perkawinan tersebut disebutkan :

1). Perkawinan adalah sah apabila, menurut hukum masing – masing

agamnya dan kepercayaanya itu.

2). Tiap – tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

Ketentuan dari pasal 2 ayat 2 Undang – Undang Perkawinan

tersebut selanjutnya diatur lebih lanjut dalam pasal Peraturan Pemerintah

No. 9 Tahun 1975. Pasal – pasal yang berkaitan dengan tata cara

perkawinan dan pencatatannya, antara lain pasal 10, 11, 12 dan 13. Pasal

10 Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tata cara perkawinan:

(2) “Tata cara perkawinan dilakukan menurut hukum masing – masing

agamanya dan kepercayaannya itu”

(3) “Dengan mengindahkan Tata cara perkawinan dilakukan menurut

hukum masing – masing agamanya dan kepercayaannya itu,

perkawinan dilaksanakan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah dan

dihadiri oleh dua orang saksi”.

Page 42: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

31

Mempertegas Undang – Undang Perkawinan dan Peraturan

Pemerintah tersebut di atas, berkaitan dengan hal itu diuraikan dalam KHI

yaitu; pasal 4 disebutkan bahwa “perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang –

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Pencatatan perkawinan

untuk menjamin ketertiban dan dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah

(pasal 5 dan 6), akta nikah dan itsbat nikah (pasal 7). Rukun perkawinan

adalah; calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi dan ijab kabul

(pasal 14 sampai pasal 29). Calon mempelai pria wajib membayar mahar

kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya

disepakati oleh kedua belah pihak (pasal 30 sampai pasal 38). Larangan

perkawinan karena beberapa sebab (pasal 39 – 44).23

C. Pencatatan Perkawinan

Pencatatan perkawinan pada dasarnya syari’at islam tidak mewajibkan

terhadap setiap akad pernikahan, namun apabila dilihat dari segi manfaatnya

pencatatan sangat diperlukan. Jika dibuka kembali kitab – kitab fiqh klasik,

maka tidak akan ditemuka adaya kewajiban pasangan suami istri untuk

mencatatkan perkawinannya pada pejabat negara. Dalam tradisi umat islam

terdahulu, perkawinan dianggap sah apabila sudah memenuhi syarat dan

rukunnya. Hal ini berbeda dengan perkara muamalah yang dengan tegas Al

qur’an memerintahkan untuk mencatatkan.24

23

Undang – Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Sinarsindo Utama

24

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 1, (Jakarta : Sinar

Grafika, 2013), h. 182.

Page 43: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

32

Pencatatan perkawinan dapat dijadikan sebagai alat bukti yang autentik

agar seseorang mendapat kepastian hukum, karena apabila dilihat dari segi

manfaatnya maka hal ini sejalan dengan prinsip pencatatan yang terkandung

dalam surat al-Baqarah ayat 282, sebagaimana Firman Allah SWT :

…..

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah25

tidak secara tunai untuk

waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di

antara kamu menuliskannya dengan benar.” (QS. Al-Baqarah / 02:282).

Pada firman Allah SWT. yang disebutkan diatas memerintahkan untuk

mencatatkan secara tertulis pada setiap bentuk urusan mu’amalah, seperti jual

beli, hutang piutang dan sebagainya. Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa

alat bukti tertulis statusnya lebih adil dan menguatkan persaksian serta

menghindarkan dari keraguan. Dari rujukan dasar hukum tersebut maka

apabila dilihat dari illatnya yaitu memiliki persamaan yang kuat antara akad

nikah dan akad mu’amalah mengenai adanya mudharat apabila tidak adanya

pencatatan sebagai alat bukti yang yang menunjukan keabsahan akda tersebut

seperti yang terdapat pada hadits berikut :

جميم به انحسه انعتكي قها حدثىا محمد به به يسف انجبيزي ان حدثىا عبيد انه مز

عه أبي سعيد انخدري قالانعجهي حدثىا عبد انمهك به أب ي وضزة عه أبي

ذي انآيت تها

25

Bermuamalah ialah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan

sebagainya.

Page 44: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

33

ا انذيه آمىا إذا تدايىتم بديه إنى أجم مسمى } حتى بهغ فإن أمه بعضكم ب يفؤ كتيا أي

{ بعضا

ذي وسخت ما افقال قبه

(IBNUMAJAH - 2356) : Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin

Yusuf Al Jubairi dan Jamil bin Al Hasan Al Atiki keduanya berkata; telah

menceritakan kepada kami Muhammad bin Marwan Al Ijli berkata, telah

menceritakan kepada kami Abdul Malik bin An Nadlrah dari Bapaknya dari

Abu Sa'id Al Khudri ia berkata ketika dia membaca ayat ini: ' Wahai orang-

orang yang beriman, apabila kalian berhutang piutang untuk waktu tertentu,

hendaklah kalian menuliskannya, hingga ayat: ' Akan tetapi jika sebagian

kalian percaya kepada sebagian yang lain', ia mengatakan, "Ayat ini

menghapus ayat yang sebelumnya."

. Sehingga qiyas akad nikah dan akad mu’amalah dapat dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan kepastian hukum dari akibat yang

ditimbulkan. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pencatatan perkawinan

menjadi wajib hukumnya, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam perkara

akad mu’amalah.

Pentingnya sebuah pencatatan dalam suatu masalah yang berkaitan

dengan individu yang lain atau dalam hal mu’amalah, Islam pada ayat Al-

Baqarah di atas tersebut memerintahkan kepada para pemeluknya untuk

mencatatkan setiap peristiwa yang berkenaan dengan individu yang lain. Hal

ini dilakukan untuk menghindari kelupaan tentang sesuatu dengan jalan

mencatatkan.

Kehidupan modern yang sangat kompleks seperti saat ini menuntut

untuk adanya ketertiban dalam berbagai hal, antara lain dalam masalah

pencatatan perkawinan. Apabila hal ini tidak mendapat perhatian,

kemungkinan besar akan timbul kekacauan dalam kehidupan masyarakat

Page 45: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

34

mengingat jumlah manusia ssudah sangat banyak dan permasalahhan hidup

pun semakin kompleks. Mengetahui hubungan perkawinan seseorang dengan

pasangannya mungkin akan sulit bila perkawinan itu tidak tercatat. Terutama

bila terjadi sengketa mengenai sah tidaknya anak yang dilahirkan, hak dan

kewajiban keduanya sebagai suami istri. Bahkan dengan tidak tercatatnya

hubungan suami istri itu, sangat mungkin salah satu pihak berpaling dari

tanggung jawabnya dan menyangkal hubungannya sebagai suami istri.26

Perkembangan zaman dan dinamika yang terus berubah, terjadi banyak

sekali perubahan-perubahan yang terjadi. Pergeseran kultur lisan menjadi

kultur tertulis sebagai ciri masyarakat modern, akta dan surat – surat dijadikan

sebagai bukti autentik dikarenakan saksi hidup tidak bisa lagi diandalkan

karena bisa hilang dengan sebab kematian serta manusia juga dapat

mengalami kelupaan dan kesalahan. Atas dasar ini diperlukan sebuah bukti

yang abadi yang disebut dengan akta.27

Pencatatan perkawinan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

pejabat negara terhadap setiap peristiwa perkawinan. Dalam hal ini pegawai

pencatat nikah yang melangsungkan pencatatan, ketika akan melangsungkan

suatu akad perkawinan atara calon mempelai suami dan istri.28

Perkawinan

yang secara normatif harus dicatatkan itu adalah sudah merupakan

26

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Ed.1 Cet. 1, Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada, 1995), h. 30.

27

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia:

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta :

Kencana Prenada Media, 2004), h. 120.

28

Muhammad Zein dan Mukhtar Alshadiq, Membangun Keluarga Harmonis,

(Jakarta: Graha Cipta, 2005), Cet. Ke-1, h. 36.

Page 46: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

35

”Kesepakatan nasional” yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan hukum

untuk masyarakat guna terwujudnya ketertiban, kepastian dan perlindungan

hukum.

Pencatatan perkawinan dilakukan oleh pejabat negara yang diangkat

sebagai Petugas Pencatat Nikah yang diberikan mandat oleh negara untuk

mencatatkan perkawinan sebagai salah satu syarat sahnya, yang diatur

pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 jo. Peraturan

Menteri Agama No. 11 dan Peraturan Menteri Agama No. 3 dan 4 tahun 1975.

Kewajiban mencatatkan perkawinan itu juga dimaksudkan dalam UU No. 32

tahun 1954 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk.

K. Wantjik Saleh berpendapat tentang perbuatan pencatatan, bahwa “

tidak menentukan sahnya suatu perkawinan, tapi menyatakan bahwa peristiwa

perkawinan itu memang ada dan terjadi, jadi semata – mata hanya bersifat

administratif. Sehingga sahnya perkawinan bukan ditentukan dengan

pencatatan tetapi pencatatan sebagai syarat administratif. Sedangkan sahnya

perkawinan, undang - undang perkawinan dengan tegas menyatakan pada

pasal 2 ayat 1 bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

hukum masing – masing agama dan kepercayaannya”.29

Yang dimaksud dengan hukum masing – masing agama dan

kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang – undangan yang berlaku

29

O.s. Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1996), h. 98-99.

Page 47: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

36

bagi golongan agamanya dan kepercayaanya itu sepanjang tidak bertentangan

atau tidak tidak ditentukan lain dalam undang – undang ini.30

Pada pasal 6 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam juga disebutkan bahwa

untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai pencatat nikah.

Pasal 6 ayat 2 juga menjelaskan bahwa perkawinan yang dilakukan di luar

pengawasan pegawai pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.31

Pencatatan perkawinan sangat penting dilaksanakan oleh mempelai

sebab buku nikah yang mereka peroleh merupakan bukti autentik tentang

keabsahan pernikahan itu baik secara hukum agama maupun negara. Dengan

bukti autentik tersebut, maka akibat hukum yang ditimbulkan dari perkawinan

itu mendapat jaminan hukum oleh negara karena mereka dapat membuktikan

pula keturunan sah yang dihasilkan dari perkawinan tersebut dan memperoleh

hak – haknya sebagai ahli waris dan lain sebagainya.32

Dengan memperhatikan tata cara dan ketentuan perkawinan menurut

hukum agamanya masing – masing, maka perkawinan haruslah dilaksanakan

dihadapan pegawai pencatat nikah yang dihadiri oleh dua orang saksi. Sesaat

setelah perkawinan dilaksanakan, kedua mempelai menanda tangani akta

perkawinan yang telah dipersiapkan oleh pegawai pencatat nikah. Dengan

selesainya penanda tanganan tersebut, perkawinan telah dicatat dengan resmi

30

Suparman Usman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum

Perkawinan di Indonesia, (Serang: Saudara Serang, 1995), h. 27.

31

Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

(Jakarta: Departemen Agama RI, 1998), h. 15.

32

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada, 2006), h. xx.

Page 48: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

37

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kemudian kedua mempelai diberikan

kutipan akta nikah sebagai bukti autentik bahwa benar mereka melakukan

perkawinan dengan resmi dan sah.33

Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang penting, sebagaimana

peristiwa kelahiran, kematian dan lain-lain. Untuk membuktikan adanya

perkawinan yang sah tidak cukup hanya dibuktikan dengan adanya

peristiwa itu sendiri tanpa adanya bukti tertulis berdasarkan pencatatan

dilembaga yang ditunjuk dengan demikian pencatatan yang kemudian

ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya akta berupa Surat Nikah oleh pejabat

yang berwenang maka fungsi akta merupakan alat bukti yang sempurna

(authentic).

Akta nikah adalah alat bukti otentik sahnya suatu perkawinan

seseorang, adalah sangat bermanfaat dan mashlahat bagi diri dan

keluarganya (istri dan anak-anaknya) untuk menolak kemungkinan

dikemudian hari adanya pengingkaran atas perkawinannya dan akibat

hukum dari perkawinannya itu (harta bersama dalam perkawinan dan hak-

hak perkawinan).

Ahmad Rofiq berpendapat, bahwa pencatatan perkawinan bagi

sebagian masyarakat masih perlu disosialisasikan, hal ini kemungkinan

disebabkan akibat pemahaman yang fiqh sentris yang terdapat dalam kitab –

kitab fiqh klasik hampir tidak pernah dibicarakan. Namun apabila kita

merujuk pada Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 282, maka dengan tegas

33

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada, 2006), h. 55-56.

Page 49: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

38

memerintahkan untuk mencatatkan apabila perkawinan dianalogikan kepada

mu‟amalah.34

34

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2003), h. 118.

Page 50: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

39

BAB III

PROFIL KANTOR URUSAN AGAMA KEC. BANTARGEBANG

A. Letak Geografis

1. Letak Geografis Kec. Bantargebang

Kecamatan Bantargebang merupakan salah satu dari 12 (dua belas)

kecamatan yang ada di kota Bekasi, yang terletak di wilayah barat kota

Bekasi yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor.

Dalam catatan sejarahnya, Kota Bekasi pernah mendapat gelar dari

Pemerintah sebagai kota yang tertib administrasi (KOTIB). Dalam

perkembangannya telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang sesuai

dengan peran dan fungsinya.

Luas wilayah Kecamatan Bantargebang adalah 1.843.890 Ha yang

dipecah menjadi 4 (empat) kelurahan yaitu1 :

1) Kelurahan Bantargebang luas 406.244 Ha

2) Kelurahan Cikiwul luas 525.351 Ha

3) Kelurahan Ciketingudik luas 568.955 Ha

4) Kelurahan Sumurbatu luas 343.340 Ha

Berdasarkan pembentukannya wilayah Kecamatan Bantargebang

berbatasan dengan wilayah lain diantaranya adalah :

1) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor

2) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rawalumbu

3) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor

1 Profil Kecamatan Bantargebang / m.bekasikota.go.id diakses pada 4 mei 2015.

Page 51: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

40

4) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Setu dan Kabupaten

Bekasi.2

2. Latar Belakang Sosiologis Masyarakat

Kecamatan Bantargebang memiliki jumlah penduduk 113.142 jiwa

dengan rincian perbandingan antara laki – laki sebesar 58.341 jiwa dan

perempuan sebesar 53.235 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut pada

Kecamatan Bantargebang memiliki tingkat pendidikan 10 % S1, 50 %

SLTA, 30 % SLTP, 10 % SD. Dengan persentase tersebut Kecamatan

Bantargebang memiliki usia produktif kerja diatas 60 % yang tersebar di

tiga wilayah kelurahan yang ada di Kecamatan Bantargebang.3

Kehidupan perekonomian masyarakat Kecamatan Bantargebang

sebagian besar adalah perdagangan dan pertanian / perkebunan, industri

dan pengolahan limbah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya terdapat

lahan kosong yang dipergunakan sebagian masyarakat untuk bertani dan

berkebun selain itu juga untuk pengolahan limbah.4

Tabel 1

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat pendidikan Jumlah

1 SD 11.314

2 SMP 33.943

3 SMA 56.571

4 S1 11.314

Sumber Data : KUA Kecamatan Bantargebang 2015

2 Profil Kecamatan Bantargebang / m.bekasikota.go.id diakses pada 4 mei 2015.

3 Sumberdata dari KUA kec. Bantargebang 2014.

4Observasi secara langsung oleh penulis di Kecamatan Bantargebang pada bulan

April 2015.

Page 52: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

41

B. Profil Kantor Urusan Agama

1. Letak Geografis

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bantargebang beralamat

Jalan Raya Narogong KM. 10 No. 82 Bantargebang, Kota Bekasi. Dengan

luas tanah 350 m2, KUA Kecamatan Bantargebang berdiri pada tahun

1982.5

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bantargebang

merupakan salah satu wilayah garis lingkar luar yang mengelilingi Kota

Bekasi dan salah satu wilayah dari Kota Bekasi yang berbatasan langsung

dengan wilayah Bogor.

Berdasarkan pembagian wilayah yang ada di Kecamatan

bantargebang, terbagi menjadi 4 (Empat) wilayah kelurahan. Mengenai

Kompetensi (dalam lingkup kelurahan) kantor Urusan Agama yang

dimiliki oleh Kecamatan Bantargebang diantaranya :

1) Kelurahan Bantargebang

2) Kelurahan Cikiwul

3) Kelurahan Ciketingudik

4) Kelurahan Sumurbatu

Data perbandingan pembantu pencatat nikah dengan jumlah

penduduk Kantor Urusan Agama Kecamatan Bantargebang adalah sebagai

berikut :

5 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 53: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

42

Tabel 2

JUMLAH PEMBANTU PENCATAT NIKAH DAN JUMLAH

PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

KELURAHAN

BANYAKNYA JENIS KELAMIN

RW RT AMIL Laki-laki Perempuan

Bantargebang 10 31 2 21.712 19.649

Cikiwul 7 32 2 15.928 14.388

Ciketingudik 9 46 2 13.601 12.287

Sumurbatu 7 43 2 7100 6.911

JUMLAH 33 152 8 58.341 53.235

Sumber data : KUA Kecamatan Bantargebang tahun 2015

Sedangkan data grafik nikah dan rujuk Kantor Urusan Agama

Kecamatan Bantargebang dari tahun 2011 – 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 3

GRAFIK NIKAH DAN RUJUK

Sumber data : KUA Kecamatan Bantargebang tahun 2011 - 2015

Berikut adalah data jumlah kependudukan berdasarkan agama pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bantargebang :

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Tahun2011

Tahun2012

Tahun2013

Tahun2014

Tahun2015

Grafik nikah dan rujuk

Grafik nikahdan rujuk

1347 1383

1178

879

475

Page 54: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

43

Tabel 3

JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

KELURAHAN

PEMELUK AGAMA

I K Pr H B JUMLAH

Bantargebang 39.792 304 1191 24 1172 42.483

Cikiwul 23.823 239 518 49 37 24.666

Ciketingudik 25.231 508 864 89 234 26.926

Sumurbatu 18.466 277 198 94 32 19.067

JUMLAH 107.312 1328 2771 256 1475 113.142

Sumber data : Rekapitulasi jumlah pemeluk agama oleh KUA

Kecamatan Bantargebang tahun 2015

*) I = Islam H = Hindu

K = Katholik B = Budha

Pr = Protestan

2. Tugas dan Wewenang Kantor Urusan Agama.

Kantor Urusan Agama Kecamatan Bantargebang merupakan

lembaga pemerintahan yang berada didalam naungan Kementerian Agama

Republik Indonesia. Tugas dan kewenangan Kantor Urusan Agama adalah

melaksanakan tugas Kantor Departemen Agama untuk wilayah Kota

Bekasi. Tugas dan kewenangan dari Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bantargebang tersebut antara lain adalah :

1) Bidang Administrasi Nikah

a) Menjalankan pelayanan terhadap masyarakat yang hendak

melangsungkan perkawinan.

Page 55: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

44

b) Melaksanakan pemeriksaan terhadap surat – surat yang menjadi

syarat administrasi perkawinan.

c) Melakukan pengecekan terhadap registrasi akta nikah

d) Melakukan pencatatan pada akta nikah.

e) Melakukan penyuluhan kepada para calon mempelai sebelum

melangsungkan perkawinan.

f) Melaksanakan penyuluhan terhadap Pembantu Pencatat Nikah atau

amil se- kecamatan Bantargebang. 6

2) Bidang Kemasjidan

a) Menginventasrisasi jumlah dan perkembangan masjid, mushola

dan langgar.

b) Melaksanakan bimbingan dan pembinaan terhadap remaja masjid.

c) Menerima, membukukan dan mengeluarkan serta mempertanggung

jawabkan keuangan BKM dan P2A.

d) Mengikuti perkembangan pembangunan tempat ibadah dan

penyiaran agama.

3) Bidang ZAWAIBSOS (Zakat, Wakaf dan Ibadah Sosial)

a) Melaksanakan bimbingan Zakat, Wakaf dan Ibadah Sosial

b) Melakukan pembukuan/pencatatan tanah wakaf yang sudah

disertifikasi.

c) Memelihara dan menertibkan arsip tanah wakaf

6 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 56: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

45

d) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pelaksanaan

ibadah sosial.

4) Bidang Keuangan

a) Membuat laporan keuangan NR dan Rujuk

b) Menertibkan arsip keuangan

c) Menyusun DUK/DIK

d) Menyalurkan dana bantuan dari NR kepada BKM, P2A dan BP4

5) Bidang Tata Usaha

a) Melaksanakan dan menangani surat menyurat

b) Meningkatkan tertib administrasi, dokumen dan statistik

c) Menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh kantor

d) Membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan.7

C. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama

Kantor Urusan Agama merupakan sebuah lembaga yang secara

administratif berada dibawah naungan Departemen Agama wilayah Kota

Bekasi. Kantor Urusan Agama mempunyai peraturan-peraturan guna

menciptakan ketertiban dalam menjalankan fungsinya. Salah satunya adalah

pengaturan tentang kepengurusan lembaga itu sendiri, seperti struktural

organisasi salah satunya.

Dalam jangka waktu 7 tahun, telah terjadi pergantian kepemimpinan

pada struktur Kantor Urusan Agama Kecamatan Bantargebang. Setidaknya

telah tercatat dalam pendataan Kantor Urusan Agama Kecamatan

7 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 57: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

46

Bantargebang, ada 3 (tiga) Kepala Kantor Urusan Agama yang hingga kini

terakhir menjabat. Hal tersebut dikarenakan lama masa jabatan sebagai ketua

Kantor Urusan Agama adalah 3 tahun, yang kemudian dipindahkan ke kantor

urusan agama yang lainnya.

Mengenai perihal periode masa jabatan Kepala Kantor Urusan Agama,

yaitu sebagai berikut8 :

1) H. Madinah, HL, MM

Menjabat pada bulan Januari tahun 2009 hingga Desember 2011

2) Drs. H. Ahmad S.

Menjabat pada bulan Januari tahun 2012 hingga Desember 2014

3) Drs. H. Muhammad Yusup

Menjabat pada bulan Januari tahun 2015 hingga Desember 2017

Adapun struktur Kantor Urusan Agama Kecamatan Bantargebang

selama tiga (3) periode terakhir sebagai berikut :

8 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 58: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

47

STRUKTUR ORGANISASI

KUA KECAMATAN BANTARGEBANG KOTA BEKASI

Sumber Data : KUA Kecamatan Bantargebang tahun 2015

PENYULUH

AGAMA

DRS. ACEP

BASUNI M,Pd

KEPALA

DRS. H.

MUHAMMAD

YUSUP

PENGAWAS

H. ZAINUDIN

S. S,Ag

H. ADNAN M,M

FUNGSIONAL

PENGHULU

ABDURRAHMAN.S,A

g

BADRUZAMAN.S,Ag

FUNGSIONAL

UMUM

- EUIS NAILA

FAUZIAH S, Fil

-H. AMANULLAH S,

Pdi

-SAIDAH. S, E

-LINAWATI S, E

-SAHRONI A, Ma

-HERLI S, Hi

-ANIS FARIHATUN

NISA S, E

Page 59: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

48

BAB IV

PROBLEM PENCATATAN PERKAWINAN

DI BANTARGEBANG

A. Realitas Pencatatan Perkawinan

Pencatatan adalah suatu tindakan untuk mencatat suatu peristiwa oleh

salah satu lembaga atau perorangan yang berguna untuk menciptakan

ketertiban1. Pencatatan perkawinan berarti merupakan suatu usaha untuk

mencatatkan peristiwa perkawinan kepada lembaga administrasi negara dalam

hal ini Kantor Urusan Agama. Dalam peristiwa tersebut, pegawai pencatat

nikah melakukan pencatatan saat dan setelah berlangsungnya akad perkawinan

antara calon suami dan calon istri.2

Menurut pasal 11 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan

perkawinan bahwa perkawinan dianggap lebih tercatat secara resmi apabila

akta perkawinan telah ditandatangani oleh kedua mempelai, dua orang saksi,

pegawai pencatat dan bagi yang beragama Islam juga wali atau yang

1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pencatatan (catat) yaitu catat, mencatat 1.

menuliskan sesuatu untuk peringatan (dl buku catatan) 2. menuliskan apa yg sudah ditulis

atau diucapkan orang lain; menyalin.

2 Muhammad Zein dan Mukhtar Alshadiq, Membangun Keluarga Harmonis,

(Jakarta: Graha Cipta, 2005), Cet. Ke 1, h. 36.

Page 60: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

49

mewakilinya. Pada pasal 11 ayat (3) dijelaskan bahwa dengan pencatatan akta

perkawinan, maka perkawinan telah tercatat secara resmi.3

Berdasarkan aturan tentang pencatatan perkawinan yaitu Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun

2007 tentang pencatatan perkawinan sampai saat ini masih terdapat praktik

perkawinan yang tidak dicatat, hal tersebut disebabkan oleh adanya paradigma

yang tumbuh pada beberapa masyarakat tentang ketidak - pahaman tentang

akibat hukum yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum yaitu perkawinan.

Hal tersebut banyak ditemukan di beberapa daerah, termasuk yang saat

ini menjadi perhatian untuk diteliti yaitu wilayah Kecamatan Bantargebang.

Hal tersebut dibenarkan oleh pihak berwenang yaitu Kantor Urusan Agama

setempat bahwa masih adanya praktik perkawinan tidak dicatatkan.4

Berdasarkan hasil temuan penelitian dari 107.312 jiwa yang beragama

islam, terdapat 64.387 penduduk yang produktif untuk bekerja. Berdasarkan

jumlah tersebut terdapat 31.549 penduduk yang sudah menikah. 5

Berdasarkan

hasil penelitian terdapat 15.774 perkawinan yang terjadi sampai mei 2015 dan

dikatakan 7.887 perkawinan terjadi dari tahun 2011 hingga mei 2015. 6

Namun pada saat penelitian terdapat kesenjangan data yang diperoleh

terhadap jumlah penduduk yang telah didata. pada tahun 2011 sampai dengan

2015 telah tercatat 5262 peristiwa perkawinan yang telah dicatatkan. Dari

3 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004), h. 126-129.

4 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

5 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

6 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 61: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

50

hasil penelitian terdapat setidaknya terdapat 2.625 (17 %) perkawinan yang

belum tercatat dari survey perkawinan yang ada berbanding dengan grafik

perkawinan secara keseluruhan.7 Berdasarkan uraian diatas menggambarkan

bahwa tingkat pemahaman masyarakat di Kecamatan Bantargebang masih

relatif rendah.

Praktek perkawinan tidak dicatatkan yang saat ini banyak dilakukan

oleh masyarakat di Indonesia tidak lepas dari pengaruh tradisi Islam kuno di

Negara-negara Jazirah Arab. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan

pemahaman di Indonesia. Bahkan istilah nikah siri berkembang dan di

Indonesiakan menjadi kawin bawah tangan atau nikah siri8, meski antara

istilah kawin siri dan kawin bawah tangan tidak selalu sama. Setidaknya

ketidak-samaan itu adalah bila kawin siri identik dengan orang-orang (pelaku)

Islam sementara istilah kawin bawah tangan biasa dilakukan oleh siapa saja

(berbagai agama).

Akibat negatif yang ditimbulkan terkait kepastian hukum terhadap

perkawinan tidak dicatat, seharusnya masyarakat menyadari tentang

pentingnya pencatatan perkawinan. Untuk mencegah adanya korban terkait

perkawinan tidak dicatat, maka seharusnya perkawinan itu harus dicatat

dihadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) untuk mendapatkan jaminan stastus

7 Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

8 K.H. Ma’ruf Amin , Ketua Komisi Fatwa MUI menggunakan istilah Kawin Bawah

tangan untuk istilah Kawin Siri, suatu perkawinan antara pasangan Muslim yang tidak

dicatatkan melalui Pegawai Pencatat Nikah di KUA tetapi tetap sah sepanjang memenuhi

syarat dan rukun perkawinan berdasarkan syariat Islam. Lihat penjelasannya pada

www.Hukumonline.com/berita/baca/hol15651/pencatatan-nikah-akan-memperjelas-status-

hukum, diakses pada 4 mei 2015.

Page 62: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

51

hukum atas akibat hukum yang ditimbulkan seperti hak waris, nafkah istri dan

anak serta pengasuhan anak dan lain sebagainya.9

B. Tata Cara dan Prosedur Perkawinan

1. Perkawinan Tidak dicatat (Sirri)

Perkawinan adalah suatu peristiwa hukum. Sebagai suatu peristiwa

hukum maka suatu perkawinan akan mengikuti hukum yang dianut oleh

pelakunya. Hukum yang dianut bisa mengacu kepada hukum agama dan

kepercayaannya serta hukum negara, mengikuti hukum agama dan

kepercayaannya saja atau mengikuti hukum negara saja.10

Semua

tergantung pada kemauan para pelakunya meski negara telah mengaturnya.

Seperti halnya perkawinan siri, yang dianut oleh sebagian masyarakat di

Indonesia, akan mengikuti ketentuan dan tata cara menurut hukum

perkawinan Islam.

Tata cara perkawinan siri itu sendiri sebenarnya adalah sama

dengan tata cara perkawinan yang telah ditentukan dan diatur dalam

hukum perkawinan Islam. Hal demikian tentunya berbeda dengan tata cara

perkawinan yang telah ditentukan dan diatur dalam Undang - Undang

Perkawinan nomor 1 tahun 1974 Pasal 12 yang menentukan tata cara

pelaksanaan perkawinan untuk selanjutnya diatur dan dijabarkan melalui

Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama

9 K.H. Ma’ruf Amin , Ketua Komisi Fatwa MUI menggunakan istilah Kawin Bawah

tangan untuk istilah Kawin Siri, suatu perkawinan antara pasangan Muslim yang tidak

dicatatkan melalui Pegawai Pencatat Nikah di KUA tetapi tetap sah sepanjang memenuhi

syarat dan rukun perkawinan berdasarkan syariat Islam. Lihat penjelasannya pada

www.Hukumonline.com/berita/baca/hol15651/pencatatan-nikah-akan-memperjelas-status-

hukum, diakses pada 4 mei 2015.

10

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 63: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

52

No. 11 tahun 2007 serta juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

yakni Inpres No. 1 tahun 1991.

Perkawinan yang tidak dicatat dilakukan di hadapan tokoh agama

atau di pondok pesantren atau di kediaman tokoh ulama setempat yang

dipimpin oleh seorang kyai atau Ustadz dengan dihadiri oleh beberapa

orang yang berfungsi sebagai saksi. Bagi pasangan yang ingin melakukan

perkawinan tersebut, cukup datang ke tempat Kyai yang diinginkan

dengan membawa seorang wali bagi mempelai wanita dan dua orang

saksi.11

Biasanya bagi Kyai setelah menikahkan pasangan kawin siri ini,

Kyai menyarankan pada mereka agar segera mendaftarkan perkawinan

mereka ke Kantor Urusan Agama setempat. Dalam perkawinan siri ini

yang bertindak sebagai Qadhi atau orang yang menikahkan adalah tokoh

agama atau kyai tersebut setelah menerima pelimpahan dari wali nikah

calon mempelai wanita.

Dengan demikian pelaksanaan perkawinan siri ini dilakukan secara

lisan dan tidak dicatat dalam suatu bukti tertulis atau akta atau dalam

bentuk pencatatan lain. Semua identitas para pihak dan hari, tanggal, tahun

dan lain-lain tidak dicatat. Setelah prosesi perkawinan tidak meninggalkan

jejak yang bisa dijadikan bukti telah terjadi perkawinan kecuali kamera

atau video perekam, bila diabadikan dengan media itu.

Setidaknya dalam kasus perkawinan tidak dicatat, terdapat

sedikitnya 17% perkawinan tidak dicatat yang terdapat di daerah yang

menjadi tempat penelitian.12

11

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

12

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 64: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

53

2. Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974

Tata cara pencatatan nikah adalah proses pelaksanaan pencatatan nikah

dari mulai permulaan pemberitahuan sampai tercatatnya nikah itu, yaitu pada

saat penandatanganan akta oleh masing-masing pihak yang berkepentingan.

Adapun tata cara atau prosedur malaksanakan perkawinan sesuai urutannya

sebagai berikut:

1. Pemberitahuan kehendak nikah

Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang Pencatatan

Perkawinan ditetapkan, bahwa setiap orang yang akan melangsungkan

perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada pegawai pencatat di

tempat perkawinan akan dilangsungkan.

Pemberitahuan tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah

No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007

bahwa ditentukan paling lambat 10 hari kerja sebelum perkawinan

dilangsungkan. Namun, ada pengecualiannya terhadap jangka waktu

tersebut karena satu alasan yang penting diberikan oleh Camat (atas nama)

Bupati Kepala Daerah.13

Bagi orang yang beragama Islam, pemberitahuan disampaikan kepada

Kantor Urusan Agama, karena berlaku Undang-undang No. 32 Tahun

1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Sedangkan bagi orang

13

M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam,( Jakarta : Siraja,

2003), h. 126-127.

Page 65: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

54

yang bukan beragama Islam, pemberitahuannya dilakukan kepada Kantor

Catatan Sipil setempat.14

Pemberitahuan kehendak nikah dapat dilakukan oleh calon mempelai

atau orang tua atau wakilnya dengan membawa surat-surat seperti yang

diperlukan,antara lain:

a) Surat persetujuan kedua calon mempelai.

b) Akta kelahiran atau surat kenal lahir atau surat keterangan asal-usul.

c) Surat keterangan mengenai orang tua.

d) Surat keterangan untuk kawin dari Kepala Desa yangmewilayahi

tempat tinggal yang bersangkutan. (Model Na).

e) Surat izin kawin dari pejabat yang ditunjuk oleh

MENHAKAM/PANGAB bagi calon mempelai anggota ABRI

f) Surat izin beristeri lebih dari satu (1) untuk Pegawai Negeri Sipil

(PNS)15

.

g) Surat kutipan buku pendaftaran talak/cerai atau surat talak/cerai jika

calon mempelai seorang janda atau duda.

h) Surat keterangan kematian suami/istri dari Kepala Desa yang

mewilayahi tempat tinggal atau tempat matinya suami/istri.

i) Surat izin dan atau dispensasi bagi calon mempelai yang belum

mencapai umur menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan Pasal 6 ayat 2 s/d 6 dan Pasal 7 ayat 1 s/d 3.

j) Surat dispensasi Camat bagi perkawinan yang akan dilangsungkan

kurang dari 10 hari kerja setelah pengumuman.

k) Surat izin poligami dari Pengadilan Agama bagi calon suami yang

hendak beristri lebih dari seorang.

l) Surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa mereka yang tidak

mampu.

14

Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004), h. 125.

15

Untuk Pegawai Negeri Sipil, izin tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No.

10 tahun 1983 jo. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan

perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.

Page 66: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

55

m) Surat kuasa yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah apabila salah

seorang mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena

sesuatu alasan yang penting sehingga mewakilkan kepada orang lain.16

2. Penelitian

Setelah adanya pemberitahuan akan adanya perkawinan, prosedur

selanjutnya diadakan penelitian yang dilakukan Pegawai Pencatatat Nikah.

Sesuai Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

bahwa Pegawai Pencatat meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah

dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan (larangan nikah) baik

menurut hukum munakahat17

ataupun menurut perundang-undangan yang

berlaku18

.

3. Pengumuman

Setelah dipenuhi tata cara dan syarat - syarat pemberitahuan serta

tidak ada halangan perkawinan, maka tahap berikutnya adalah pegawai

pencatat perkawinan menyelenggarakan pengumuman. Berdasarkan Pasal

8 PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang - undang No. 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan pengumuman tentang adanya kehendak

melangsungkan perkawinan. Pegawai pencatat menempelkan surat

pengumuman dalam bentuk yang telah ditetapkan pada kantor - kantor

pencatatan perkawinan yang daerah hukumnya meliputi wilayah tempat

16

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, 2001, h. 23-24. 17

Menurut pendapat para ulama fiqh bahwa yang terdapat larangan nikah apabila

terdapat diantara calon mempelai adanya hubungan sedarah, hubungan perwalian, hubungan

saudara karena tali pernikahan, dan hubungan sepersusuan.

18

Yang dimaksud Perundang – undangan yang berlaku adalah Undang – undang

perkawinan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang – Undang No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan.

Page 67: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

56

dilangsungkannya perkawinan dan tempat kediaman masing - masing

calon mempelai.

4. Pelaksanaan

Sesuai ketentuan pemberitahuan tentang kehendak calon mempelai

untuk melangsungkan perkawinan, maka perkawinan itu dilangsungkan

setelah hari kesepuluh sejak pengumuman.

5. Pencatatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang

Pencatatan Perkawinan bahwa perkawinan dianggap sah tercatat secara

resmi apabila akta perkawinan telah ditandatangani oleh kedua mempelai,

dua orang saksi, pegawai pencatat dan bagi yang beragama Islam juga wali

atau yang mewakilinya. Dan pada pasal 11 ayat (3) Peraturan Pemerintah

No. 9 tahun 1975 dijelaskan bahwa dengan pencatatan akta perkawinan,

maka perkawinan telah tercatat secara resmi.19

C. Upaya Penanggulangan Penertiban Pencatatan Perkawinan

1. Upaya Penertiban Pencatatan Perkawinan oleh Pihak Kantor Urusan

Agama Kec. Bantargebang

Upaya yang dilakukan pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bantargebang dalam menanggulangi efektifitas pencatatan perkawinan

adalah sebagai berikut20

: Melakukan koordinasi kerja dengan setiap Lurah

/ Kepala Desa yang ada di wilayah Kecamatan Bantargebang dalam

rangka mengatasi masalah yang disebabkan karena pekerjaan Amil /

Ulama yang dengan sengaja / tidak menikahkan laki-laki dengan

19

Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004), h. 126-129.

20

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 68: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

57

perempuan, dimana pernikahan itu tanpa dilaporkan kepada Pegawai

Pencatat Nikah atau Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bantargebang, koordinasi kerjanya adalah berupa rapat mingguan untuk

sosialisasi, penyuluhan dan bimbingan pada masyarakat Kecamatan

Bantargebang mengenai betapa pentingnya suatu pernikahan dicatat dan

dihadiri oleh Pegawai Pencatat Nikah atau petugas lain yang ditunjuk21

.

Penyuluhan dan bimbingan ini terutama ditunjukan untuk remaja usia

sekolah SLTP dan SLTA yang belum menikah dan orang tua yang

dilakukan dalam setiap kesempatan seperti dalam acara Maulid Nabi, Isra

Mi’raj, Hari Kartini dan lainnya.

2. Beberapa Fakta Perkawinan Tidak Dicatatkan

Perkawinan tidak dicatat atau juga disebut dengan pernikahan sirri

adalah pernikahan / perkawinan yang dilaksanakan dengan memenuhi

syarat dan rukun pernikahan yang terdapat dalam syariat Islam tetapi tanpa

dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah sehingga pernikahan tersebut tidak

memiliki bukti otentik berupa Akta Perkawinan sebagaimana diatur dalam

perundang-undangan yang berlaku. Dalam bahasa yang lebih sederhana

adalah bahwa perkawinan tidak dicatat memiliki keabsahan menurut

hukum agama, khususnya Islam, namun illegal menurut hukum

Indonesia.22

Perkawinan tidak tercatat yang biasa disebut ’kawin siri’ dalam

kehidupan masyarakat Indonesia adalah kenyataan yang wajar, alasannya

21

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

22

H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, Makalah Seminar “ Pelaksanaan Undang –

Undang Perkawinan : Studi Tentang Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan Tidak

Tercatat di Malang Jawa Timur”, 2011.

Page 69: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

58

mulai dari mahalnya biaya pencatatan nikah sampai karena alasan personal

yang yang harus dirahasiakan.23

Beberapa fakta dapat ditemukan berkaitan

perkawinan tersebut, yaitu :

a) Pernikahan tidak tercatat yang dilakukan oleh masyarakat umum tanpa

adanya wali. Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (siri)

dikarenakan pihak wali perempuan tidak setuju atau karena tidak bisa

menghadirkan wali dari pihak perempuan. Kehadiran saksi bisa saja,

tetapi tetap belum memenuhi syarat dan rukun sahnya perkawinan.

Dan tentu saja perkawinan seperti ini tidak dilakukan dan dicatat di

hadapan pegawai pencatat nikah.

b) Perkawinan yang sah secara agama (memenuhi syarat dan rukun)

namun tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan negara dengan

berbagai alasan dan pertimbangan.24

Dari hasil observasi lapangan yang telah dilakukan oleh penulis

bahwa di daerah Bantargebang terdapat banyak alasan mengapa

perkawinan tidak dilangsungkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah dan

dicatatkan, yaitu :

a) Karena tidak terpenuhi syarat administratif seperti Kartu Tanda

Penduduk. Hal ini dikarenakan banyaknya bangunan tidak permanen

yang terdapat di daerah tersebut sehingga kurangnya perhatian dari

pemerintah setempat.

b) Untuk menghemat biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

perkawinan. Dalam observasi yang dilakukan bahwa terdapat banyak

23

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

24

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 70: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

59

warga di daerah tersebut yang berpenghasilan rendah karena saat ini di

Indonesia sedang dalam krisis lapangan pekerjaan.25

c) Karena calon istri sudah terlanjur hamil di luar nikah

d) Kurangnya pemahaman warga setempat terhadap manfaat pencatatan

perkawinan.

D. Analisis Dengan Teori Lawrence M. Friedman

Analisis ini dilakukan penulis dengan persepektif yang digunakan

sebagai alat analisis adalah teori tiga elemen sistem hukum (three elemen law

system) yang di gagas oleh Lawrence M. Friedman. Dimana teori tersebut

digunakan dalam upaya penanggulangan tentang perkawinan tidak dicatat.

Dimana juga digunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities,

and threats).

Teori tiga elemen sistem hukum (three elemen law system)

Teori tiga elemen sistem hukum (three elemen law system) yang di

gagas oleh Lawrence M. Friedman menyatakan bahwa ada tiga elemen sistem

hukum yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu Legal structure, legal

substance, dan legal culture.26

Ketiga komponen tersebut membentuk satu

kesatuan yang bulat dan utuh, serta saling berhubungan, atau biasa disebut

dengan sistem.

1. Analisa SWOT (strength, weakness, opportunities, and threats).

25

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

26

Lawrence Meir Friedman, American Law: an Introduction, second edition, (New

York: W.W. Norton & Company, 1998), h. 6.

Page 71: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

60

Keunggulan dalam hal penerapan pencatatan yang dilakukan oleh

Kantor Urusan Agama Bantargebang yaitu dalam persyaratan yang

diterapkan sangat ketat dalam kualifikasinya.27

Kelemahan dalam hal sosialisasi mengenai urgensi pencatatan

perkawinan masih minim dilakukan karena kurang koordinasi seluruh

aspek masyarakat, selain itu tidak adanya pendataan secara menyeluruh

pada masyarakat Bantarggebang terhadap intensitas jumlah masyarakat

yang sudah menikah. 28

Peluang yang dapat mempengaruhi tingkat efektifitas dari

implementasi Peraturan Pemerintah no. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan

Undang – Undang no. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu dapat

terciptanya ketertiban administrasi di wilayah Bantargebang terkait dalam

hal perkawinan sehingga setiap pelaku perkawinan mendapat jaminan

hukum yang sama atas akibat hukum yang ditimbulkan dari perkawinan

tersebut. 29

Hambatan yang dialami saat ini, Kantor Urusan Agama

Bantargebang belum memiliki payung hukum untuk melakukan

pendataan pada masyarakat karena belum adanya regulasi yang mengatur

untuk hal tersebut. 30

2. Analisis Penulis

Berdasarkan pada kerangka teori Lawrence M. Friedman, maka

penulis bermaksud menganalisa terkait adanya kendala dalam penertiban

27

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

28

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

29

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

30

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 72: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

61

pencatatan perkawinan. Hal tersebut dianalisa menjadi tiga (3) bagian

yaitu ;

a) Komponen Struktur (Legal structure)

Dimana dalam kasus ini instansi yang terkait kurang

memperhatikan terhadap beberapa wilayah yang tertinggal.31

Hal

tersebut dapat dilihat pada saat observasi, bahwa didaerah tersebut

pembangunan serta penataan terhadap administrasi kependudukan

masih kurang mendapat perhatian dari pemerintahan setempat. Dalam

hal ini, Kantor Urusan Agama hanya menjalankan sesuai dengan apa

yang sudah tertera dalam aturan hukum perkawinan saja.

Seharusnya sebagai salah satu penegak hukum (dalam hal ini

hukum perkawinan) juga mendapat jaminan kepastian hukum untuk

menegakkan serta menertibkan perkawinan yang tidak dicatat.

Kelemahan instansi tersebut disebabkan karena pemerintah yang

memandang sebelah mata. Apabila pemerintah dapat memberikan

kepastian hukum terhadap instansi ini, maka akan memberikan peluang

besar terhadap ketertiban administrasi pencatatan perkawinan. Tidak

hanya sebatas sosialisasi dalam kaitan pencatatan perkawinan.

Tentu dalam hal tersebut terdapat tantangan dalam upaya

pelaksanaan penertiban, seperti dalam hal penertiban kependudukan

yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (satpol PP). Selain itu

Kantor Urusan Agama juga harus mendapat dukungan penuh dari

tokoh ulama setempat dalam menjalankan penertiban perkawinan agar

31

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 73: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

62

tetap dicatatkan, walaupun dengan banyak alasan yang diberikan

masyarakat.

b) Komponen substansi (legal substance)

Produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah terkait dalam

hal ini tentang hukum perkawinan, masih banyak terdapat

kekurangannya sehingga membuat banyak keraguan dalam

penegakannya dan pemahaman oleh masyarakat luas. Hal tersebut

dipengaruhi dengan adanya “validitas ganda” yang mengacu pada

Undang – undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam. Masih terdapat celah yang digunakan dalam praktek

perkawinan yang tidak dicatat, karena kurangnya penegasan yang

spesifik terhadap perkawinan itu sendiri.

Kelemahan seperti masih adanya paradigma masyarakat yang

terus tumbuh terkait dualisme ideologi32

yang menjadikan hukum

perkawinan mendapat hambatan dalam masa penegakannya.

Seharusnya pemerintah, selaku produsen melalui lembaga –

lembaganya dapat mengkaji lebih dalam terhadap hukum perkawinan,

dimana setiap daerah memiliki banyak persoalan yang dapat

menghambat penegakannya. Persoalan tersebut antara lain sosiologi

masyarakat dan perekonomian.33

Dengan adanya kajian ulang, maka seharusnya untuk

penegakan hukum perkawinan akan lebih mudah dijalankan oleh

32

Dualisme pemahaman yang dimaksud adalah dua pemahaman pada satu (1) hal

yang sama, yaitu tentang keabsahan perkawinan, bahwa masyarakat menganggap perkawinan

itu sah a pabila sudah sah secara hukum agama aka tetapi mengesampingkan hukum positif

yang mewajibkan untuk mencatatkan perkawinan.

33

Muhammad Yusup , Wawancara pribadi, Bekasi, 6 April 2015.

Page 74: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

63

instansi terkait yang berguna untuk mencapai ketertiban administrasi

perkawinan.

c) Komponen budaya hukum (legal culture)

Adanya dualisme pemahaman yang tumbuh dimasyarakat,

tentu akan menghambat upaya penanggulangan perkawinan tidak

dicatat. Dalam hal ini seharusnya tokoh masyarakat dan ulama

setempat juga diwajibkan untuk ikut serta dalam upaya penegakan

hukum perkawinan yang bertujuan menanggulangi praktek perkawinan

yang tidak dicatat.

Tokoh ulama setempat, seharusnya dapat membina dan

mengarahkan kepada satu ideologi saja. Dimana ideologi yang

seharusnya masyarakat kembangkan adalah sesuai dengan hukum

perkawinan di Indonesia. Perubahan paradigma masyarakat, tentang

keabsahan perkawinan akan membantu tertibnya seluruh perkawinan

di Indonesia.

Pemerintah juga semestinya memperhatikan sosiologi

masyarakat yang beragam pertumbuhannya, dengan berbagai program.

Hal yang menyebabkan adanya ambiguitas pemahaman terhadap

pencatatan perkawinan di masyarakat disebabkan oleh sosiologi

masyarakat yang relatif rendah.

Page 75: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai akhir dari pembahasan skripsi ini maka penulis memaparkan

kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya

sebagai berikut:

1. Pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bantargebang dapat dikatakan belum maksimal dalam efektifitasnya

karena dari hasil penelitian masih terdapat banyak perkawinan yang tidak

dicatatkan. Hal tersebut disebabkan instansi terkait yang bersifat pasif

terhadap perkawinan yang tidak dicatat. Terdapat sedikitnya 17 % atau

2.625 perkawinan yang belum dicatat dari jumlah keseluruhan perkawinan

yang ada sampai mei 2015. Dengan adanya pergantian pejabat Kantor

Urusan Agama Bantargebang, lebih memperketat dalam hal syarat

administrasi perkawinan.

2. Faktor penghambat pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Bantargebang antara lain : Kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang akibat perkawinan yang tidak dicatatkan karena

kebanyakan penduduk yang berpendidikan rendah, banyaknya asumsi

masyarakat yang menilai perkawinan yang dicatatkan oleh Pegawai

Pencatat Nikah itu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit atau mahal,

kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Urusan Agama

Page 76: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

65

Kecamatan Bantargebang tentang pentingnya pencatatan perkawinan oleh

Pegawai Pencatat Nikah.

3. Upaya yang dilakukan pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan

Bantargebang dalam menanggulangi efektifitas pencatatan perkawinan

adalah sebagai berikut: Melakukan koordinasi kerja dengan setiap Lurah /

Kepala Desa yang ada di wilayah Kecamatan Bantargebang, koordinasi

kerjanya adalah berupa rapat mingguan untuk sosialisasi, penyuluhan dan

bimbingan pada masyarakat Kecamatan Bantargebang mengenai betapa

pentingnya suatu pernikahan dicatat dan dihadiri oleh Pegawai Pencatat

Nikah atau petugas lain yang ditunjuk. Penyuluhan dan bimbingan ini

terutama ditunjukan untuk remaja usia sekolah SLTP dan SLTA yang

belum menikah dan orang tua yang dilakukan dalam setiap kesempatan

seperti dalam acara Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Hari Kartini dan lainnya.

B. Saran

Dalam hal menanggulangi terjadinya pencatatan perkawinan yang

tidak dicatatkan maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencatatan

perkawinan maka Kantor Urusan Agama perlu mensosialisasikan

pentingnya pencatatan perkawinan melalui seminar-seminar yang

diselenggarakan Kantor Urusan Agama dan juga melaluiacara-acara yang

diselenggaran Kementerian Agama dan juga Instansi yang berada

dibawahnya, sehingga pencatatan pernikahan bisa lebih disoliasikan lagi

karena masih banyak masyarakat kurang mementingkan adanya

Page 77: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

66

pencatatan pernikahan tersebut melalui acara - acara siaran televisi atau

siaran radio.

2. Selain itu juga perlunya pengawasan dari tokoh masyarakat, ulama

setempat dan Kantor Urusan Agama untuk mengawasi dan menahan

pertumbuhan perkawinan yang tidak dicatat dengan berbagai upaya.

3. Karena kurangnya sosialisasi maka Kantor Urusan Agama perlu

menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat melalui khotib jum’at,

ceramah - ceramah agama dan lain sebagainya Agar masyarakat

mengetahui bahwa hukum Islam yang menjadi bahan kajian internal umat

Islam sekarang dan pentingnya pencatatan pernikahan.

4. Karena tingkat pengetahuan masyarakat rendah maka perlu memasukkan

kurikulum Fiqih Munakahat pada sekolah - sekolah seperti Madrasah

Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah dan sekolah – sekolah umum lainnya

agar memberikan pemahaman sejak dini tentang pentingnya pencatatan

perkawinan agar terjadinya kesadaran masyarakat untuk menghindari

pencatatan perkawinan yang tidak dicatatkan.

Page 78: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

67

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:akademika

pressindo, 2004.

Al-Zuhaily, Wahbah. al Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, Juz VII, Damaskus : Dar al-

Fikr, 1989.

Ali, Achmad. Keterpurukan Hukum Hukum di Indonesia, Jakarta: Ghalia

Indonesia: 2002.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta, 2007.

Dirojosworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1994, cet. Ke-4

Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan,

Jakarta: Depag RI, 2001.

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,

Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Jakarta: Departemen Agama RI,

2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Eoh, O.s., Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1996.

Friedman, Lawrence Meir. American Law: an Introduction, second edition, New

York: W.W. Norton & Company, 1998.

Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqih Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Hasan, M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta : Siraja,

2003.

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum & Statistik, Jakarta : Rineka Cipta, 2003.

Kuzari, Achmad. Nikah Sebagai Perikatan, Ed.1 Cet. 1, Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada, 1995.

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 1, Jakarta : Sinar

Grafika, 2013.

Page 79: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

68

Lathif, Ahmad Azharuddin. Makalah Seminar “ Pelaksanaan Undang – Undang

Perkawinan : Studi Tentang Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan

Tidak Tercatat di Malang Jawa Timur.”

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Kencana Prenada, 2006.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia:

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai

KHI, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004.

Ramulyo, Mohd. Idris. Asas – Asas Hukum Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 1995.

Ramulyo, Mohd. Idris. Tinjauan beberapa pasal undang – undang no. 1 tahun

1974 dari segi hukum perkawinan islam, Ed.Rev, Jakarta : Ind.Hill-Co,

1990.

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2003.

Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah (Libanon, Beirut, 1991) Juz ke-2.

Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2005.

Sukalam, Luthfi, Kawin Kontrak dalam Hukum Nasional Kita, Tangerang: CV.

Pamulang, 2005.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh

Munakahat dan Undang – Undang Perkawinan, Ed.1 cet. 2, Jakarta :

Kencana, 2007.

Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 1974.

Usman, Suparman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum

Perkawinan di Indonesia, Serang: Saudara Serang, 1995.

Yanggo, Huzaimah Tahido dan Hafiz Anshari AZ, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, Jakarta : Isik, 2002.

Yunus, Mahmud, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: Hidakarya Agung,

1979.

Page 80: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

69

Zein, Muhammad dan Mukhtar Alshadiq, Membangun Keluarga Harmonis,

Jakarta: Graha Cipta, 2005.

Peraturan perundang - undangan

Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1/1974.

Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Perkawinan.

Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

Jakarta: Departemen Agama RI, 1999/2000.

Situs Online / Website

Http//www.Hukumonline.com

Page 81: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)S YARIF HID AYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMJIn. lr. H. Juanda No, 95 Ciputat Jakada 15412, lndonesia

Terp (62-21) 747 11537,7401920 Fax. (62-21\Z4g1BZ1yveosrre : lM.uinjkt.ac.id E_mail : [email protected]

akarta, 16NomorLampiranHal

U n.OI / F 4 / 1{M.00.02 / } e B o / 207 4

Permohonan Data / lVawancara

Kepacla Yth,Kantor lJrusan Agama BantargebangDi Tempat

NamaNomor PokokTeinpat/Tanggal T.ahir

Semester

As s alanru' alaikLun Wr.IM.

Dekan Fakultas S1'ariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullairJakalta nrenerangkan bairwa:

: Duray Achmad: 109044100021: Tangerang,4luli1990: XI (sebelas)

|urusan/Konsentrasi : Hukum Keluarga / Ahkwal SyahsiyyahAlarnat : Komp.Depag A.2B ]1. Gurame Raya 01/07,

TelpBambu apus, Pamuiang,'fangsel.

: 088813137i3

adalah benar rnahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syar.iiHidayatullah Jakarta vang sedang menyusun skripsi clengan judul:

,.PROBLEM PEI.ICATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSANAGAMA (Studi kasus Bantar Gebang, Kota Bekasi ),,

Untuk melengkapi baha^ penulisan skripsi, dimoho. kir.a.ya Bapak/Ibudapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara serta memperolehdata guna penulisan skd;rsi dimaksud.

Atas kerjasan-,a dan bantuannva, kami ucapkan terima kasiir.

Wassalam,

a.n. DEKAN,Dekan Bjdang Akademik

M.Ag rt8032002'

Tembusan :

L Dekan Fakultas Syariah dan Hukrnn UIN Jakarta2. Ka/Sekprocli Hukum Keluarga / Ahkwal Syahsiyyah

Page 82: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

K E]\,ItrNTERTAI\I A GAMAi,. I(ANTOR URUSAN AGAMA

KECAI{ATANBANTARGEBANG

Jalan Raya Narogong I0{. 10 No. 82 Bantargebang Tetgr. (021) 8253 4S0

Kota Bekasi 17310

SUITAT KETERANGAN

Nomor : Kk. I 0.21.0 I PW.0llc44 1M2015

Yang bertanda tangan dibarvah ini Kepala Kantor Urusan Agarna KecamatanBantargebang :

Nama

N]P

Jabatan

: Drs. H. Muhammad Yusup

: 1965.07 13.1998.03 1.002

: Kepala KUA

: Duray Achmad

:109044100021

: Syariah dan Hukum

Menerangkan bahwa nama dibawah ini :

Nama

NIM

Fakultas

Prodi / Konsentrasi : SAS / I{ukum Keluarga

Bahu'a nama tersebut benar telah melakukan wawancara di kantor kami, guna

melengkapi penelitian skipsi dengan judul :Problem pencatatan perkau,inan di Kantor l1rusanAgama Kecamatan Bantargebang.

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 15 Aprii 2015

mad Yusup

0713. i 998.031.002

6v#R

Page 83: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

KUA KECAMATAN BANTARGEBANG

LAPORAN BULANAN MARET TAHUN 2015

Bekasi, 1 April 2015

Kepala

Drs. H. Muhammad Yusup

KELURAHAN

BANYAKNYA JENIS KELAMIN PEMELUK AGAMA

RW RT AMIL Laki - laki Perempuan Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu Budha JUMLAH

Bantargebang 10 31 2 21.712 19.649 39.792 304 1191 24 1172 42.483

Cikiwul 7 32 2 15.928 14.388 23.823 239 518 49 37 24.666

Ciketingudik 9 46 2 13.601 12.287 25.231 508 864 89 234 26.926

Sumurbatu 7 43 2 7100 6.911 18.466 277 198 94 32 19.067

JUMLAH 33 152 8 58.341 53.235 107.312 1328 2771 256 1475 113.142

Page 84: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

STRUKTUR ORGANISASI

KUA KECAMATAN BANTARGEBANG

LAPORAN BULANAN MARET TAHUN 2015

Bekasi, 1 April 2015

Kepala

Drs. H. Muhammad Yusup

PENYULUH AGAMA

DRS. ACEP BASUNI M,Pd

KEPALA

DRS. H. MUHAMMAD YUSUP

PENGAWAS

H. ZAINUDIN S. S,Ag

H. ADNAN M,M

FUNGSIONAL PENGHULU

ABDURRAHMAN. S,Ag

BADRUZAMAN. S,Ag

FUNGSIONAL UMUM

EUIS NAILA FAUZIAH S, Fil

H. AMANULLAH S, Pdi

SAIDAH. S, E

LINAWATI S, E

SAHRONI A, Ma

HERLI S, Hi

ANIS FARIHATUN NISA S, E

Page 85: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Herli, SHi

Staff KUA Kec. Bantargebang

1. Sejauh ini bagaimana bapak melihat pemahaman masyarakat Kec. Bantargebang tentang

pencatatan perkawinan ?

Jawab

Sejauh yang saya ketahui, bahwa masyarakat telah memahami tentang kewajiban

pencatatan perkawinan yang diberitahukan oleh pihak KUA dengan dibantu distribusi

informasinya oleh amil – amil daerah setempat dan juga P3N dan juga adanya rapat

mingguan dengan warga tentang penyuluhan perkawinan, dengan begitu maka seharusnya

masyarakat memahami betapa pentingnya perkawinan yang dicatatkan.

2. Menurut bapak, bagaimana tentang ketertiban pencatatan perkawinan yang ada di Kec.

Bantargebang?

Jawab

Sejauh ini pencatatan perkawinan di Kec. Bantargebang sudah cukup tertib hampir semua

peristiwa perkawinan yang ada di Kec. Bantargebang telah dicatatkan. Apabila kami

mendapati adanya perkawinan yang tidak dicatatkan maka hal itu bukan wewenang kami

untuk menuntut agar dicatatkan karena sesuai peraturan yang berlaku bahwa KUA hanya

mensosialisasikan saja.

3. Berapa persentase pelaksanaan perkawinan di Kec. Bantargebang yang bapak ketahui ?

Page 86: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

Jawab

Sepengetahuan saya, bahwa dalam waktu 1 tahun terakhir telah terjadi 80 peristiwa

perkawinan dalam setiap bulannya. Namun pada 3 bulan terakhir hanya 40 peristiwa

dalam setiap bulannya.

4. Kiat apa yang dilakukan pihak KUA Kec. Bantargebang untuk penertiban pencatatan

perkawinan ?

Jawab

Dengan kami adakan rapat mingguan tentang penyuluhan perkawinan kepada warga

maka hal itu menjadi salah satu langkah sosialisasi tentang pentingnya pencatatan

perkawinan dan juga dibantu oleh RT setempat untuk informasi tentang pencatatan

perkawinan.

Bekasi, 6 April 2015

Herli, SHi

Page 87: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Drs. H. Muhammad Yusup

Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Bantargebang

1. Apa saja tugas bapak selaku Kepala Kantor Urusan Agama ?

Jawab

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bahwa tugas kepala KUA adalah mengatur

tentang pendataan administrasi perkawinan, bidang kemasjidan, ZAWAIBSOS (zakat,

wakaf dan ibadah sosial), bidang keuangan dan ketatausahaan serta menjalankan salah

satu dari fungsi Kementerian Agama.

2. Menurut bapak, sejauh apa ketertiban pencatatan perkawinan yang ada di Kec.

Bantargebang?

Jawab

Sejauh ini pencatatan perkawinan di Kec. Bantargebang sudah cukup tertib hampir semua

peristiwa perkawinan yang ada di Kec. Bantargebang telah dicatatkan. Apabila kami

mendapati adanya perkawinan yang tidak dicatatkan maka hal itu bukan wewenang kami

untuk menuntut agar dicatatkan karena sesuai peraturan yang berlaku bahwa KUA hanya

mensosialisasikan saja. Biasanya yang terjadi apabila ada yang kami temukan bahwa

perkawinannya tidak dicatatkan itu biasa dilakukan oleh orang – orang pendatang yang

sekarang tinggal di Kec. Bantargebang. Hal itu disebabkan karena mereka tidak mau

mengikuti peraturan yang berlaku untuk administrasi kependudukan.

Page 88: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

3. Apakah selama ini bapak mengetahui di Kec. Bantargebang terjadi perkawinan yang tidak

dicatatkan ?

Jawab

Karena saya baru 3 bulan menjabat di KUA Kec. Bantargebang, sepengetahuan saya ada

perkawinan yang belum dicatatkan dan kebanyakan itu dilakukan oleh kaum urban

(pendatang). Masyarakat yang melakukan hal ini mereka berpendapat bahwa perkawinan

yang sudah sah secara hukum agama baik syarat dan rukunnya, maka hal ini sudah cukup.

Selain doktrin seperti itu yang tumbuh di masyarakat, latar belakang pendidikan

masyarakat di Kec. Bantargebang juga rendah hampir 30% lulusan SMP, 50% lulusan

SMA dan sisanya 20 % bervariatif. Dari doktrin yang sudah melekat pada masyarakat

yang ada di Kec. Bantargebang, kami terus mengupayakan agar masyarakat menyadari

pentingnya pencatatan perkawinan karena akta nikah merupakan bukti autentik yang

sangat penting untuk digunakan suatu waktu nanti seperti dalam hal untuk mengurus

paspor keberangkatan haji dan lain sebagainya.

4. Bagaimana cara sosialisasi yang dilakukan pihak KUA tentang pentingnya pencatatan

perkawinan kepada masyarakat di Kec. Bantargebang ?

Jawab

Dengan kami adakan rapat mingguan tentang penyuluhan perkawinan kepada warga yang

biasa diadakan di hari rabu selain itu kami terus sosialisasikan melalui acara keagamaan

yang ada disini, maka hal itu menjadi salah satu langkah sosialisasi tentang pentingnya

Page 89: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

pencatatan perkawinan dan juga dibantu oleh RT setempat untuk informasi tentang

pencatatan perkawinan.

5. Langkah apa yang dilakukan pihak KUA bila mendapati sebagian masyarakat Kec.

Bantargebang yang tidak mencatatkan perkawinannya ?

Jawab

Apabila kami menemukan hal tersebut, kami hanya sekedar memberikan informasi

tentang pentingnya pencatatan perkawinan. Karena tidak ada pengaturan yang

menegaskan bahwa KUA akan memberikan sanksi untuk hal tersebut. Semua kami

lakukan mengikuti sesuai peraturan yang berlaku.

6. Bagaimana kerja sama yang dilakukan pihak KUA dengan tokoh ulama setempat untuk

meminimalisir perkawinan yang tidak dicatat ?

Jawab

Kami bekerja sama dengan tokoh ulama yang ada di Kec. Bantargebang melalui acara

keagamaan yang diadakan masyarakat. Selain dengan rapat mingguan yang diadakan

pihak KUA, penyuluhan juga dibantu oleh P3N dan amil – amil setempat.

Bekasi, 6 April 2015

Kepala,

Drs. H. Muhammad Yusup

NIP.1965.0713.1998.031.002

Page 90: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Drs. H. Muhammad Yusup

Penghulu KUA Kec. Bantargebang

1. Menurut bapak bagaimana korelasi antara Depag dengan KUA?

Jawab

Sejauh yang saya ketahui, bahwa KUA dipayungi oleh Depag. Karena KUA merupakan

salah satu tangan dari Depag untuk menjalankan fungsinya sebagai salah satu

kementerian dibidang agama.

2. Bagaimana respon masyarakat di Kec. Bantargebang yang bapak ketahui tentang

pemahaman pentingnya pencatatan perkawinan ?

Jawab

Sejauh ini masyarakat di Kec. Bantargebang hampir semua sudah cukup memahami

betapa pentingnya pencatatan perkawinan dan dengan adanya rapat mingguan yang

diadakan KUA, masyarakat menyambut dengan baik penyuluhan yang kami berikan.

Page 91: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

3. Apa yang seharusnya dilakukan pihak KUA dengan tokoh masyarakat Kec. Bantargebang

untuk meminimalisir perkawinan yang tidak dicatat ?

Jawab

Tokoh masyarakat setempat ikut berperan dalam mensosialisasikan pentingnya

pencatatan perkawinan dan berusaha untuk melunturkan doktrin yang tumbuh di

masyarakat bahwa perkawinan sudah cukup sah bila mengikuti hukum islam.

Bekasi, 6 April 2015

Drs. H. Muhammad Yusup

Page 92: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Responden

1. Nama : Ibu Risah Umami

2. Pendidikan Terakhir : SMA

3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Domisili : Ciketingudik

B. Pertanyaan Penelitian

1. Sudah berapa lama pernikahan ibu/bapak berlangsung?

Jawab :

Sudah cukup lama mas, kira – kira 14 tahun.

2. Dimana bapak ibu/melangsungkan pernikahan?

Jawab :

Di luar KUA mas, karena adat di daerah sini harus nikah dirumah supaya tidak

terlalu jauh. Pernikahan saya tetap dicatat di KUA dan dapat akta nikahnya.

3. Apakah ada kendala dalam melakukan pencatatan pernikahan?

Jawab :

Sebenarnya sih banyak kendala, kaya ngurus syarat – syarat buat ke KUA. Kan

selain kita ngurusin syarat juga harus ngurus untuk persiapan acara di rumah. Tapi

kita serahin urusan syarat buat KUA ke Amil, kan lewat jasa orang juga ujung –

ujungnya harus pake duit. Kalo kita urus sendiri, yah keburu kecapean waktu ntar

acara pernikahannya.

4. Apakah sepengetahuan ibu/bapak, di Kecamatan Bantargebang ada pernikahan

yang tidak dicatatkan?

Jawab :

Setahu saya sih ada, kebanyakan itu orang pendatang yang bukan asli orang

Bantargebang mas. Sekarang mereka kebanyakan pada tinggal di kelurahan

Page 93: PENCATATAN PERKAWINAN DI KANTOR URUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30589/1/DURAY... · penegakan hukum perkawinan di Indonesia, khususnya penegakan hukum

Bantargebang. Kalau dilihat dari segi ekonomi, kayanya mereka tidak bisa

ngurusin data kependudukan yang buat syarat catat nikah di KUA. Karena

semuanya kan lewat RT/RW, Amil buat bantu urus ke KUA.

5. Menurut ibu/bapak penting atau tidak pasangan suami – istri memliki akta nikah ?

Jawab :

Ya penting, soalnya nanti kan buat ngurus sekolah anak – anak juga perlu catatan

kalau kita nikah dan itu anak kita. Tapi kebanyakan karena udah males ngurus

buat syarat dicatat di KUA dan tidak punya duit buat ganti jasa Amil, akhirnya

pada nikah didepan kiyai atau ustadz aja selain gampang juga jadi sedikit

biayanya.

Bekasi, 6 April 2015

Ibu Risah