penegakan hukum lingkungan

71
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN UMUM Tujuan dan fungsi hukum dalam masyarakat Menurut Gustav Radbruch ada 3 tujuan hukum yaitu: 1. Menciptakan keadilan. 2. Menciptakan kemanfaatan 3. Menciptakan kepastian hukum.

Upload: ridwan-gantz

Post on 04-Jul-2015

1.681 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

UMUM Tujuan dan fungsi hukum dalam

masyarakat Menurut Gustav Radbruch ada

3 tujuan hukum yaitu:1. Menciptakan keadilan.2. Menciptakan kemanfaatan3. Menciptakan kepastian hukum.

Page 2: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Menurut Lemaire, tujuan hukum adalah

untuk melindungi hak dan kepentingan hidup manusia (Individu atau kolektif).

Purnadi Purbacaraka, tujuan hukum adalah untuk menciptakan kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban eksternal dan ketenangan internal pribadi.

Page 3: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Satjipto Rahardjo, tujuan hukum adalah memberikan kepastian hukum dan kemanfaatan serta keadilan bagi masyarakat. Fungsi hukum adalah untuk mengatur kehidupan masyarakat agar apa yang menjadi tujuan dari hukum akan tercapai

Page 4: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Goebel, fungsi hukun adalah:1. Menetapkan pola hubungan antara

anggoat-anggota masyarakat dengan cara menujukan jenis-jenis tingkah laku yang mana diperbolehkan dan yang dilarang.

2. Menentukan alokasi wewenang,merinci siapa yang boleh melakukan paksaan, siapa yang harus mentaati, siapa yang memilih sanksi yang tepat dan efektif.

Page 5: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

3. Menyelesaikan sengketa4. Memelihara kemampuan

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi kehidupan yag berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.

Page 6: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Friedman, fungsi hukum adalah:1. Pengawasan/ pengendalian sosial

(social Control)2. Penyelesaian sengketa ( dispute

Settlement).3. Rekayasa sosial (social

engeneerig, redistributive or innovation)

Page 7: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penegakan Hukum Penegakan hukum adalah suatu

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaedah-kaedah/ pandangan-pandangan yang mantap sebagai rangkaian penjabaran nilai-nilai akhir, untuk menciptakan perdamaian dan pergaulan hidup.(Purnadi )

Page 8: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penegakan Hukum Lingkungan

Hukum Lingkungan yang ketentuan pokoknya diatur dalam UU No.32 Tahun 2009, yang didalamnya terdapat aspek hukum Administrasi Negara, Hukum Perdata dan Hukum Pidana.

UU No 32 tahun 2009 bersifat Pokok, sehingga dikenal sebagai ketentuan hukum yang memayungi ketentuan hukum lain yang mengatur masalaha lingkungan (Umbrella law). Dengan demikian UU ini menjadi landasan untuk menilai dan menyesuaikan ketentuan lain yang mengatur lingkungan hidup baik yang sudah ada maupun yang akan ada.

Page 9: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Ciri khusus yang berkaitan dengan ketentuan Hk

Lingkungan Dampak negatif pencemaran atau

pengerusakan lingkungan tidak mengenal batas-batas teritorial suatu negara, karena tidak terlepas dari pengaruh proses globalisasi ekonomi.

Sumber daya alam merupakan komponen LH yang bersifat bukan tidak terbatas dan harus diperhitungkan sbg faktor yang mempunyai nilai ekonomis.

Page 10: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Lingkungan Hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan, sehingga menjadi kewajiban setiap orang untuk menjaga kelestariannya, sehingga tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

Bagi bangsa dan negara yang sedang membangun, terdapat pertentangan antara pembangunan dan penegakan hukum lingkungan.

Page 11: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pelanggaran terhadap ketentuan peruu-an LH, terutama dalam bentuk pencemaran atau perusakan LH akibat kegiatan perindustrian dan pertambangan menuntut kearifan dalam memilih dan mengunakan instrumen hukum administrasi Negara, perdata atau pidana.

Page 12: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Delik Lingkungan dalam UU No.32 tahun 2009

Delik Material (pasal 98 dan 99) Delik Formal (Pasal 100 dan 109) Delik material, berbicara tentang akibat

kostitutif yaitu delik yang menunut adanya suatu pembuktian yang lebih rumit yang menyangkut penyiapan alat bukti serta penentuan hubungan kausal antara perbuatan pencemar dan tercemarnya lingkungan yang mengakibatkan korban atau kerugian dari masyarakat dan tata cara penyidikan tunduk pada UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

Page 13: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Dalam delik material, yang dilarang danyang dapat dipidana adalah perbuatan pencemar atau perusak lingkungan yang menimbulkan akibat tertentu dengan disertai bukti-bukti yang menunjukkan hubungan kausal antara perbuatan pencemar dengan akibat yang ditimbulkan.

Page 14: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 98 UU Nomor 32 Tahun 2009

(1). Barang siapa yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,baku mutu air,baku mutu air laut atau kreteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup dipidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit3.000.000.000. dan paling banyak banyak Rp. 10.000.000.000.

(2). Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan denda paling sedikit 4.000.000.000, dan paling banyak Rp. 12.000.000.000,-.

Page 15: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(3) apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit 5.000.000.000 dan paling banyak 15.000.000.000.

Page 16: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 99 UU Nomor 32 Tahun 2009. Setiap orang yang karena

kelalaiannyamengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,baku mutu air,baku mutu air laut atau kreteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup dipidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1.000.000.000. dan paling banyak banyak Rp. 3.000.000.000.

(2). Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2.000.000.000, dan paling banyak Rp. 6.000.000.000,-.

Page 17: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(3) apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 9 tahun dan denda paling sedikit 3.000.000.000 dan paling banyak 9.000.000.000.

Page 18: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 100 UU No. 32 Tahun 2009

(1).Setiap orang yang melanggar baku mutu limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan, dipidana penjara paling lama 3 tahun dan denda Rp. 100.000.000,-

(2). Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 101 UU No. 32 tahun 2009. Setiap orang yang melepaskan dan/atau

mengedarkan prodek rekayasa genetika kemedia lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan Per-uu-an atau izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (1) huruf g, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1.000.000.000. dan paling banyak 3.000.000.000.

Page 20: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 102, Setiap orang yang melakukan

pengelolaan limban B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud pada pasal 59 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1.000.000.000. dan paling banyak 3.000.000.000.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 103. Setiap orang yang menghasilkan

limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dalam pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1.000.000.000. dan paling banyak 3.000.000.000.

Page 22: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 104. Setiap orang yang melakukan dumping

limbah dan/atau bahan ke dalam media lingkungan hidup, tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1.000.000.000. dan paling banyak 3.000.000.000.

Page 23: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 105. Setiap orang yang memasukkan

limbah ke wilayah NKRI sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana penjara paling sedikit 4 tahun dan paling lama 12 tahun, dan denda paling sedikit 4.000.000.000, dan paling banyak 12. 000.000.000.

Page 24: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Delik Formal Delik formal dalam hukum lingkungan

hanya menekankan dari segi perbuatan, terlepas dari akibat yang mungkin timbul. Perbuatan itu sendiri sudah bertentangan dengan perintah atau larangan dan sudah dapat dipidana. Dalam delik formal ini tidak memerlukan pembuktian akibat dari perbuatan pencemar atau perusak lingkungan.

Page 25: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 43 UU No 23 Tahun 1997

(1). Barang siapa dengan melanggar ketentuan peruu-an yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat, energi dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk ke atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam airpermukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk diduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran atau perusakan LH atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana 6 th dan denda Rp. 300.000.000,-

Page 26: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(2). Diancam pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud ayat (1). Barang siapa yang dengan sengaja memberikan informasi palsu atau menghilangkan,atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbutan sebagaimana disebutkan dakam ayat (1), padahal mengetahui atau sangat beralasa untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau pengerusakan lingkungan atau membahayakan keselamatan umum atau nyawa orang lain.

Page 27: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(3). Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam pidana penjara 9 tahun dan denda paling banyak Rp. 450.000.000,-.

Page 28: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 44 UU No. 23 Tahun 1997

(1). Barang siapa yang dengan melanggar peruu-an yang berlaku, karena kealpaan melakukan perbuiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 43, diancam pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,-.

(2) jika tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat(1), mengakibatkan matinya orang atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,-.

Page 29: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Tahapan Dalam Penegakan Hukum

Lingkungan Menurut UU No 23 Tahun 1997

penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan melalui cara atau tahapan yaitu:

A. Penegakan hukum administrasi negara

B. Penegakan hukum perdataC. Penegakan hukum pidana

Page 30: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penegakan Hukum Administratif.

Penegakan hukum adaministrasi menurut Andi Hamzah adalah bertujuan agar perbuatan yang melanggar hukum atau tidak memenuhi persyaratan berhenti atau mengembalikan pada keadaan semula (sebelum adanya pelanggaran). Jadi fokus nya adalah perbuatan yang dilakukan.

Page 31: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal yang berkaitan dengan Hukum

administrasi adalah Pasal 25 UU No 23 /97.(1). Gubernur berwenang melakukan

paksaan pemerintahan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri pelanggaran serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan atau pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha, kecuali ditentukan lain oleh UU.

Page 32: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(2). Wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan kepada Bupati/ Walikota denagan peraturan Daerah Tingkat I,.

(3). Pihak ketiga yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagai mana dimaksud ayat (1) dan (2).

(4). Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) di dahului dengan surat perintah dari pejabat yang berwenang.

Page 33: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(5).tindakan penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uang.

Page 34: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 26 (1). Tata cara penetapan biaya

sebagaimana dimaksud pada pasal 25 ayat (1) dan (5) serta penagihannya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

(2). Dalam hal peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dibentuk,pelaksanaannya mengunakan upaya hukum menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 35: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 27 UU No 23 Tahun 1997

(1).pelanggaran tertentu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan.

(2). Kepala daerah dapat mengajukan usul pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan kepada pejabat yang berwenang.

(3). Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang untuk mencabut izin usaha dan /atau kegiatan karena merugukan kepentingannya.

Page 36: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 34 UU No.23 Tahun 1997

(1). Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup yang merugikan kepentingan orang lain atau lingkungan hidup, wajib penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

(2). Selain pembebanan untuk malakukan tindakan tertentu,hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut.

Page 37: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Kesimpulan Berdasarkan pasal 25.26,27, dan 34

(2) UU No. 23 Tahun 1997, menurut Sodikin Aspek hukum Administrasi bertujuan untuk menghentikan perbuatan yang melanggar hukum atau tidak memenuhi persyaratan yang diizinkan, atau mengembalikan pada keadaan semula yaitu sebelum terjadi pencemaran atau pengerusakan.

Page 38: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Menurut Philipus Hadjon, ada 3 (tiga) jenis sanksi administrasi yang diatur dalam UUPLH yaitu:

1. Paksaan pemerintahan(Pasal 25).2. Pencabutan izin (pasal 27)3. Uang Paksa ( Pasal 25 (5),Pasal

34 (2)}

Page 39: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Paksaan Pemerintahan Bentuk tindakan atau perbuatan nyata

(Feitelijke handeling) atau disebut juga paksaan pemerintahan (bestuurdwang)

Berdasarkan Pasal 25 ayat (1) UUPLH paksaan pemerntahan dapat berupa:

1. Tidakan untuk mencegah pelanggaran.2. Tindakan untuk mengakhiri pelanggaran.3. Tindakan untuk menanggulangi akibat

yang ditimbulkan.4. Tindakan penyelamatan.5. Tindakan pemulihan

Page 40: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Uang Paksa Suatu Pembayaran sejumlah uang

yang yang dipaksakan oleh pengadilan kepada penanggung jawab usaha/kegiatan yang melakukan pencemaran atau pengerusakan LH, setiap kali ia lalai atau keterlambatan dalam melaksanakan sanksi yang berupa tindakan tertentu.

Page 41: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Tindakan tertentu meliputi:1. Memasang atau memperbaiki unit

pengelolaan limbah sesuai dengan baku mutu LH yng ditentukan.

2. Memulihkan fungsi LH.3. Menghilangkan atau memusnahkan

penyebeb timbulnya pencemaran atau kerusakan LH.

Page 42: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan

Pencabutan izin ini merupakan sanksi administrasi yang tertinggi, dan menjadi wewenang pejabat yang menerbitkan izin. Izin ini akan diberikan apabila sanksi-sanksi administrasi lainnya tidak efektip dalam menghentikan terjadinya pencemaran dan atau pengerusakanLH.

Page 43: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penyelesaian Sengketa Lingkungan

Pasal 30 UUPLH (1) Penyelesaian sengketa lingkungan

hidup dapat ditempuh melalui lembaga peradilan dan di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela.

(2)Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam UU ini.

Page 44: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(3). Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau para pihak yang bersangkutan.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 31 UUPLH menyatakan bahwa “penyelesaian sengketa di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Page 46: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pasal 32 UUPLH bahwa penyelesaian sengketa LH di luar pengadilan, dapat mengunakan jasa pihak ketiga, baik yang tidak memiliki wewenang mengambil keputusan maupun yang berwenang mengambil keputusan, untuk membantu menyelesaikan sengketa LH.

Page 47: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Ada 5 cara penyelesaian sengketa di luar

pengadilan

Konsultasi Negosiasi Mediasi Konsiliasi Arbitrase

Page 48: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Konsultasi Konsultasi pada hakekatnya hanya

bersifat memberikan pendapat hukum terhadap penyelesaian sengketa sebagaimana yang diminta kliennya dan pendapat hukum tersebut tidak mengikat, artinya kliennya bebas untuk menentukan sendiri keputusan penyelesaian sengketa yang akan diambil.

Page 49: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Negosiasi Negosiasi dan Perdamaian pada

hakekatnya merupakan kesepakatan antar para pihak dalam menyelesaikan sengketa yang dihadapi.

Persetujuan atau kesepakatan yang telah tercapai trersebut dituangkan secara tertulis untuk ditandatangani oleh para pihak dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan pihak ketiga (negosiator)

Page 50: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Mediasi

Mediasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyelesaian sengketa informal yang dilakukan oleh pihak ketiga yang bersifat netral, dengan membuat suatu kesepekatan tertulis tertentu yang ditandatangani para pihak. Dan di daftarkan di PN dalam jangka waktu 30 hari sejak terjadi kesepakatan.

Syarat mediator adalah: 1. Ditunjuk oleh para pihak. 2. Tidak memiliki hubungan keluarga atau kerja

debagan salah satu pihak. 3. Memiliki ketrampilan untuk melakukan

perundingan atau penegahan dan tidak memiliki kepentingan terhadap proses maupun hasilnya

Page 51: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Konsiliasi (Perdamaian) Konsiliasi pada hakekatnya adalah

peoses penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak secara damai.

Kesepakatan yang telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis dan ditandatangani oleh para pihak serta didaftarkan ke pengadinan negeri dalam jangka waktu 30 hari setelah terjadinya kesepakatan.

Page 52: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Arbitrase Arbitrase adalah cara penyelesaian

sengketa diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Untuk mennyelesaikan sengketa melalui arbitrasi terlebih dahulu diperjanjikan oleh para pihak. Artinya para pihak sepakat apabila terjadi sengketa dalam perjanjian yang dibuat, diselesaikan melalui arbitrase.

Page 53: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Putusan arbitrase diambil paling lama 30 hari sejak selesaiya pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau majelis arbitrase.

Keputusan arbitrasi bersifat mengikat (binding) dan final. Artinya tidak ada upaya banding maupun kasasi.

Page 54: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penyelesaian Sengketa di lembaga Peradilan.

Pasal 34 (1) Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup yang merugikan kepentingan orang lain atau lingkungan hidup, wajib penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Page 55: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Upaya menuntut ganti rugi dapat dilakukan dengan: Mengajukan Gugatan

perseorangan ke pengadilan negeri didasarkan pada Perbuatan melawan Hukum asas tanggung jawab mutlak.

Gugatan Class Action Gugatan Legal standing.

Page 56: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Gugatan berdasarkan PMH Dalam gugatan ini unsur kesalahan

menjadi fokus utama yang harus dibuktikan di pengadilan ( pasal 1365 BW).

Orang yeng menuntut ganti kerugian berdasarkan PMH (liability based on fault) harus mempunyai kepentingan terhadap perkara tersebut (pihak yang dirugikan).

Page 57: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Syarat-syarat dalam pasal 1365 BW adalah:

1. Harus ada kesalahan2. Adanya kerugian 3. Adanya hubungan kausal. Kewajiban pembuktian itu ada

pada pihak yang mengajukan gugatan.

Page 58: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pertanggungawaban mutlak (strict Liability)

Pasal 35 (1) UUPLH penanggung jawan usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap LH,yang mengunakan bahan B3,dan menghasilkan limbah B3, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti kerugian secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/ atau pengerusakan lingkungan hidup.

Page 59: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(2). Penanggung jawan usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari tanggungjawab mutlak, jika dapat membuktikan bahwa pencemaran dan atau perusakan LH siebabkan:

1. Adanya bencana alam atau peperangan2. Adanya keadaan terpaksa diluar

kemampuan manusia.3. Adanya tindakan pihak ketiga yang

menyebabkan terjadinya pencemaran dan atau pengerusakan LH.

Page 60: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Pengertian tanggung jawab mutlak (strict Laibility) adalah bahwa unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti kerugian. Ketentuan ini merupakan lex specialis dalam gugatan berdasarkan PMH (laibility based on fault.

Page 61: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Gugatan Perwakilan ( Class Action).

Pasal 37 ayat (1) UUPLH masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kepengadilan dan/atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan pri kehidupan rakyat.

Masyarakat yang dimaksud dalam pasal tsb adalah kelompok kecil masyarakat yang mewakili masyarakat dalam jumlah besar.

Page 62: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Unsur Gugatan Class Action

Numerosity, jumlah penggugat harus sedemikian bayak sehingga melalui gugatan biasa menjadi tidak praktis.

Commonality, harus ada kesamaan fakta , perisriwa dan dasar hukum antara wakil dan anggota kelas.

Typically, harus sdanya persamaan tuntutan dan pembelaan antara wakil dan anggota kelas.

Class Protection, wakil kelas harus secara jujur dan sungguh-sungguh melindungi kepentingan dari anggota kelas.

Page 63: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Gugatan Legal Standing (Pasal 38 UUPLH)

(1). Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan pengelolaan kemitraan, organisasi lingkungan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi LH.

(2). Hak mengajikan Gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

Page 64: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

(3). Organisasi Lingkungan Hidup berhak mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan:

1. Berbentuk badan hukum atau yayasan2. Dalam AD Organisasi LH yangbersangkutan

menyebutkan secara tegas bahwa tujuan didirikan organisasi tersebut adalah untuk kepentingan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup.

3. Telah melksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.

Page 65: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Tata cara mengajukan gugatan

Pasal 39 UUPLH menyatakan bahwa tata cara mengajukan gugatan dalam masalah lingkungan hidup oleh orang, mayarakat atau organisasi Lingkungan Hidup, menacu pada Hukum Acara Perdata)

Page 66: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penegakan Hukum Pidana Tindak pidana lingkungan hidup

adalah tindal pidana umum. Fungsi hukum pidana dalam tindak

pidana lingkungan hanyalah bersifat penunjang sanksi-sansi administratif guna ditaatinya norma-norma hukum administratif.

Page 67: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Tujuan hukum pidana Untuk mendidik masyarakat

sehubungan dengan adanya kesalahan moral yang berkaitan dengan prilaku yang dilarang.

Mencegah atau menghalangi pelaku potensial agar tidak melakukan prilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup

Page 68: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Asas Umum Tindak Pidana Lingkungan

Asas Legalitas (Principle of legality), yang didalamnya terkandung adanya asas kepastian hukum,ketajaman dan kejelasan merumuskan peraturan hukum pidana terutama kaitannya dengan pengertian kejahatan terhadap lingkungan.

Asas Pembangunan Berkelnjutan. Pembangunan ekonomi jangan sampaimengorbankan hak generasi yang akan datang untuk menikmati lingkungan hidup yang sehat.

Page 69: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Asas Pencegahan( The Precautionary principle), asas ini menegaskan bahwa apabila terjadi bahaya atau ancaman terjadinya kerusakan yang serius dan irrevisible, maka kekurang sempurnaan kepastian ilmiah hendaknya jangan dijadikan alasan untu menunda biaya untuk melakukan pencegahan terjadinya degradasi LH.

Page 70: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Asas Pengendalian (Principle of restrains), sanksi pidana hendaknya baru diterapkan apabila sanksi-sanksi perdata dan administrasi dan sarana-sarana lain tidak tepat dan tidak efektif untuk menangani tindak pidana lingkungan tertentu. Dalam hukum pidana dikenal asas subsidaritas atau asas ultimum remedium.

Page 71: PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Unsur-unsur perbuatan pidana LH Barangsiapa yang secara nyata melawan

hukum Adanya kesengajaan (Dolus) atau

kealpaan (Culpa). Adanya ketentuan UU yang berlaku. Akibat perbuatan tersebut menyebabkan

tercemar atau rusaknya LH. Membahanyakan keselamatan umum, diancam dengan pidana