bab iv analisis perkawinan beda agama a. perkawinan
TRANSCRIPT
64
BAB IV
ANALISIS PERKAWINAN BEDA AGAMA
A. Perkawinan Pasangan Beda Agama
Perkawinan adalah suatu hubungan yang sakral antara dua manusia
yang setara. Mereka sama, paling tidak dalam empat aspek. Sama hidup,
sama manusia, sama dewasa dan sama-sama saling cinta. Yang berbeda
adalah yang satu laki-laki dan yang satu perempuan. Semakin banyak
kesamaan atau kesetaraan, semakin besar pula peluang untuk dapat bersama
dan membina rumah tangga yang baik dan bahagia.
Pemilihan pasangan adalah batu pertama fondasi bangunan rumah
tangga, ia harus sangat kokoh, karena kalau tidak, bangunan tersebut akan
roboh kendati hanya dengan sedikit goncangan. Apalagi jika beban yang di
tampungnya semakin berat dengan kelahiran anak-anak. Fondasi kukuh
tersebut bukan kecantikan atau ketampanan, karena keduanya bersifat relatif,
sekaligus cepat pudar, bukan juga harta, karena harta mudah didapat
sekaligus lenyap, bukan pula status sosial atau kebangsawanan, karena yang
ini pun sementara bahkan dapat lenyap seketika. Fondasi yang kukuh adalah
nilai-nilai spiritual yang dianut.
65
Seperti sabda Nabi Muhammad SAW dalam memilih calon istri:
Dari Abu Hurairah R.A. dari Nabi saw, beliau bersabda:“ perempuan
dikawini karena empat perkara: karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, karena agamanya; maka
hendaklah engkau memilih yang beragama, agar engkau bahagia”. 1
Alasan utama larangan perkawinan dengan orang yang berbeda
agama adalah perbedaan iman. Perkawinan dimaksudkan agar terjalin
hubungan yang harmonis, minimal antara pasangan suami istri dan anak-
anaknya. Hubungan suami istri bukan hanya sekedar tentang hubungan
jasmani saja, tetapi juga hubungan rohani, pikiran dan perasaan. Perkawinan
bukan hanya menjadikan suami istri “sebadan” tetapi juga harus menjadi
sehati, sepikiran, dan seperasaan. Bagaimana mungkin akan terjalin kesatuan
rasa dan pikiran. jika pandangan hidup berbeda, bagaimana mungkin
keharmonisan tercapai jika nilai-nilai yang dianut oleh suami berbeda,
apalagi bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh istri. Nilai-nilai
mewarnai pikiran dan tingkah laku seseorang.2
1Al Imam Al Bukhary, Shahih Bukhari jilid IV. (Kuala Lumpur:Klang Book Centre, 1978),
hal. 10. 2M.Quraish Shihab, M.quraish Shihab Menjawab.(Tangerang:Lentera Hati,2010). Hal.92-93
66
1. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam
Penganut agama harus patuh tunduk pada apa yang telah di anjurkan
dan telah di buat oleh masing-masing agamanya. Begitu pun juga agama
islam. Umat islam semestinya harus patuh dan tunduk pada perintah Allah
dan Rasul-Nya.
Umat muslim pun mempunyai pedoman yaitu Kalamullah (Al-
Qur’an) dan Sabda Rasulullah SAW (Hadits) dan Ijtihad-ijtihad para ulama
terdahulu. Sesuai dalam ayat Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 59, yang
berbunyi :
“Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah danta'atilahRasul(-Nya),
danulilamri di antarakamu. Kemudianjikakamuberlainanpendapattentangsesuatu,
makakembalikanlahiakepada Allah (al-Qur'an) danRasul (sunnahnya),
jikakamubenar-benarberimankepada Allah danharikemudian. Yang
demikianituadalahlebihutama (bagimu) danlebihbaikakibatnya.” (QS. An-
Nisa:59)3
Dengan demikian sumber hukum dalam hukum islam ialah wahyu illahi yang
terdapat dalam Al-Qur’an, kemudian yang kedua adalah Hadits Rasul dan yang ketiga
adalah ijtihad ulil amri. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an Surat An-nisa ayat 59 diatas.
3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:CV Nala Dana 2006), hal.
114.
67
Sudah dijelaskan di atas bahwa sumber hukum Islam ialah Al-Qur’an Hadits
dan ijtihad para ulama, dan umat Islam wajib menempuh hidup sesuai dengan ketiga
sumber hukum Islam tersebut. Tidak terkecuali dengan masalah perkawinan. Nikah
secara bahasa berarti mengumpulkan, atau sebuah pengibaratan akan sebuah
hubungan intim dan akad sekaligus.4 Sedangkan secara syara’ berarti sebuah akad
yang mengandung pembolehan bersenang-senang dengan perempuan, dengan
berhubungan intim, menyentuh, mencium, memeluk dan sebagainya.5
Perkawinan menurut pandangan Hukum Islam adalah merupakan ikatan yang
suci. Dia adalah sebuah bangunan yang terhormat, yang tidak boleh di campur
adukan dengan suatu penyakit dan tangan-tangan jahil yang dapat
membinasakannya.6
Hukum Islam menggambarkan sifat yang luhur bagi ikatan yang dijalin oleh
dua orang berbeda jenis yakni ikatan perkawinan. Ikatan perkawinan dalam Hukum
Islam dinamakan dengan mitsyaaqan gholiidho, yaitu suatu ikatan janji yang kokoh.
Oleh karenanya suatu ikatan perkawinan tidak begitu saja dapat terjadi tanpa melalui
beberapa ketentuan.7 Bertujuan pula untuk membentuk suatu rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah. Maksud dari membentuk suatu rumah tangga yang
sakinah mawaddah dan rahmah yaitu kehidupan rumah tangga yang saling mencintai
dan menyayangi agar dapat tercipta kehidupan rumah tangga yang tentram.
4Wahbah Az Zuhaili, fiqih islam wa adillatuhu, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 38-39.
5Wahbah Az Zuhaili, fiqih islam wa .......hal. 39
6Sohari Sahrani, fiqih keluarga, (Banten : Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011), hal. 4.
7Titik Triwulan Titik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Sosial, (Jakarta:Prenada Media
Group, 2010), hal. 103.
68
Dalam Pandangan Islam pernikahan itu merupakan sunnah Allah dan Sunnah
Rasul. Sunnah Allah berarti menurut qudrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam
ini, sedangkan sunnah Rasul berarti sesuatu tradisi yang telah ditetapkan oleh Rasul
untuk dirinya sendiri dan untuk ummatnya.8
Perkawinan juga merupakan sunnah Rasul yang pernah di lakukannya selama
hidupnya dan menghendaki umatnya berbuat yang sama. Hal ini terdapat dalam
hadits yang berasal dari Anas bin Malik sabda Nabi yang bunyinya:9
“Tetapi aku sendiri melakukan shalat,tidur, aku berpuasa, dan juga aku
berbuka, dan mengawini perempuan. Siapa yang tidak senang dengan
sunnahku, maka ia bukanlah dari kelompokku”.10
Ayat – ayat Al-Qur’an yang mengatur hal ihwal perkawinan itu ada sekitar 85
ayat di antara lebih dari 6000 ayat yang tersebar dalam sekitar 22 surat dari 114 surat
dalam Al-Qur’an.11
Pada Ayat Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 221 telah menguraikan tentang
hukum perkawinan beda agama, dan dengan jelas melarang menikah dengan orang
yang berlainan agama.
8Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih,( Jakarta: prenada media group,2003), hal. 76.
9Amir Syarifuddin, Garis-Garis ......... hal. 78.
10A. Hasan, Bulughul Maram terjemah, ( Bandung: CV. Penerbit di Ponegoro, 2006), Hal.
431. 11
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 6.
69
Al-Baqoroh Ayat 221 :
yrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamumenikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang-orang musyrik
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya (perintah-perintahnya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran"12
Ayat diatas menjelaskan bahwa Al-Qur’an melarang perkawinan beda agama,
dan dilarang kawin seorang laki-laki dan perempuan muslim menikahi dengan laki-
laki dan perempuan musrik atau kafir.
Menurut Doktor Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Halal dan Haram dalam
Islam menyatakan, “ kalau jumlah muslimin di suatu negeri termasuk minoritas,
maka menurut pendapat yang lebih kuat laki-laki muslim di negeri tersebut haram
menikahi perempuan nonmuslimah”.13
Karena menikah dengan perempuan
nonmuslimah dalam kondisi seperti ini di samping karena muslimah dilarang kawin
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:CV Nala Dana 2006),hal. 43. 13
Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah, (Bandung: Angkasa Bandung, 2005). hal.157.
70
dengan laki-laki nonmuslim, juga karena akan merusak kondisi perempuan-
perempuan muslimah itu sendiri.14
Menurut para ulamaberpendapat seorang laki-laki muslim boleh menikahi
wanita nasrani/yahudi dengan syarat bahwa ayah/ibu wanita tersebut ahli kitab
(taurat/injil), jika nenek/kakek si perempuan awalnya menyembah berhala lalu
memeluk agama nasrani/yahudi, maka si wanita tersebut tidak boleh di nikahi. Dan
juga alasan kenapa laki-laki muslim boleh menikahi perempuan ahli kitab ialah karna
seorang laki-laki tabiatnya adalah seorang pemimpin jadi ia mempunyai hak dan
dapat mendidik, mengajarkan lalu mengajak istri dan anaknya mengikuti untuk
masuk Islam.
Tetapi sebaliknya, wanita muslimah tidak boleh di nikahi oleh seorang laki-
laki ahlu kitab karna di khawatirkan dapat di pengaruhi oleh suaminya untuk
memasuki agama yang di anut suami.
B. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Beda Agama
Kenyataan di Indonesia masyarakatnya yang heterogen, yang terdiri
dari berbagai macam-macam suku bangsa, juga adanya agama yang beraneka
ragam di Indonesia. Hal ini sangat berpengaruh dalam pergaulan sehari-hari,
dalam kehidupan bermasyarakat, bergaul begitu erat dan tidak membedakan
agama yang satu dengan yang lainnya.
14
Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah, ..., ...hal.157.
71
Dengan makin majunya zaman, makin banyak anggota masyarakat
yang dapat menikmati pendidikan, dan makin banyak sekolah yang
menggunakan sistem campuran dalam hal agama, yang berarti adanya
batasan agama tertentu.
Makin Usang di rasakan terhadap pendapat bahwa keluarga
mempunyai peranan penting dalam menentukan calon pasangan bagi anak-
anaknya, bahwa mereka harus menikah dengan orang yang memiliki agama
yang sama.
Makin meningkatnya pendapat bahwa adanya kebebasan memilih
pasangan, dan pemilihan tersebut atas dasar cinta saja, jika cinta yang telah
mendasari seorang laki-laki dan perempuan untuk berhubungan bahkan
agamapun kurang dapat peranan.
Dan ketika penulis menganalisis tentang apa saja faktor penyebab
terjadinya perkawinan antar agama, penulis menemui beberapa pasangan
yang memiliki keterkaitan dengan masalah tersebut.
Penulis mewawancarai pasangan yang melakukan perkawinan beda
agama, pasangan perempuannya, menjelaskan bahwa: “awal kita kenal pas
kita kerja di salah satu kantor yang sama, kita saling kenal dan saling
mempunyai ketertarikan dan menjalani hubungan selama 2 tahun, saat itu
kita berdua memutuskan menikah, memang di keluarga saya sejujurnya
72
kurang tentang sisi agamanya, jadi keluarga juga mengizinkan aja saya
melakukan perkawinan tersebut dengan pasangan saya”.15
Selanjutnya, penulis melakukan wawancara dengan pasangan yang
juga melakukan perkawinan tersebut, ia mengatakan:“saya melakukan
perkawinan ini karena kemauan saya sendiri dan suami saya, dulu kita
pernah pacaran udah pengen nikah tapi saya masih pikir-pikir tentang
agama waktu itu, tapi setelah 3 tahun pacaran dan bareng-bareng saya
mutusin buat nerima pacar saya buat nikah, saya bilang ke keluarga dan
mereka memang tidak setuju, saya berontak waktu itu karena memang saya
udah ngerasa nyaman sama pasangan saya, sampai saya mengekang
keluarga dan orangtua saya, mereka mengancam tidak akan datang di acara
perkawinan nanti. Saya nyerahin semua acara prosesi perkawinan itu
kepada suami dan keluarganya. Dan hubungan saya dengan keluarga juga
sampe sekarang belum terlalu membaik, hanya ibu saya saja yang mulai
mau faham biarpun sebenarnya saya tau beliau juga gak setuju sama
sekali”.16
Wawancara selanjutnya dilakukan oleh penulis dengan seorang istri,
dia memaparkan: “saya menikah dengan dia sebenernya bukan karena rasa
cinta aja, tapi karena kita melanggar perbuatan yang dilarang, saya juga
15
Wawancara dengan D.N. selaku pasangan yang menikah beda agama. 19 Mei
2015, (20:00 WIB) 16
Wawancara dengan A.R. selaku pasangan yang menikah beda agama. 19 Mei
2015, (16:00 WIB)
73
awalnya gak ada niat buat nikah sama dia, tapi karena semua udah
kejadian, dan orang tua saya tau hal itu jadi maksa dia buat nikahin saya
padahal kita sama-sama tau kalau kita beda keyakinan”.17
Ketika penulis menanyakan tentang faktor apa yang menyebabkan
ibu melakukan perkawinan beda agama, kemudian ia menjawab:“suami saya
menikahi saya karena memang kita saling menyayangi dan menurut saya
dan suami semua agama itu sama untuk itu gak masalah nikah beda
keyakinan yang penting kita sama-sama senang dan bisa rukun aja, setiap
agama kan baik yang penting saat menikah masing-masing meyakini sesuai
dengan kemantapaannya, dan setiap agama juga punya tujuan sama utuk
hidup yang bahagia Cuma caranya aja yang berbeda. Jadi mutusin buat
nikah sama orang yang bisa buat saya nyaman dan ngerti satu sama lain,
tapi emang ada resiko, resikonya hubungan saya dan keluarga engga
harmonis karena keputusan saya”.18
Jadi menurut penulis, dapat diambil kesimpulan dari beberapa
keterangan diatas, bahwa faktor penyebab terjadinya perkawinan beda agama
adalah antara lain: pemahaman agama yang kurang, keinginan Pribadi tanpa
dorongan siapapun, Hamil di luar nikah, rasa cinta dan juga kurangnya
17
Wawancara dengan F selaku pasangan yang menikah beda agama. 20 Mei 2015,
(10:00 WIB)
18 Wawancara dengan S.A. Selaku pasangan yang menikah beda agama. 20 Mei
2015, (13:00 WIB)
74
pemahaman tentang hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia sehingga
menyamaratakan pemahaman tentang perkawinan dari berbagai agama.
C. Pandangan Tokoh Masyarakat tentang Perkawinan Beda Agama
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa banyak pendapat mengenai
Perkawinan yang memiliki perbedaan dalam keyakinan (Perkawinan Beda
Agama), karena dalam ajaran agama Islam hal ini (perkawinan beda agama)
tidak dibolehkan, karena perkawinan Beda agama dapat melanggar ketentuan
dan syariat agama, oleh karena nya, penulis mengumpulkan data melalui
penyebaran quesioner kepada para Tokoh Masyarakat Kecamatan Cikande.
Dari beberapa pertanyaan yang di ajukan peneliti, dapat diperoleh jawaban
sebagai berikut :
1. Menurut pendapat dari Bapak Jaenal Arifin selaku Tokoh Masyarakat yang
berada di Kecamatan Cikande, ketika diberikan beberapa pertanyaan tentang
Perkawinan Beda Agama, beliau menjelaskan:
“perkawinan beda agama adalah perkawinan yang dilakukan oleh pasangan
yang berbeda keyakinan dan aqidah, dan beliau juga berpendapat bahwa
selama pasangan perkawinan bisa saling menghormati akidah masing-
masing tidak ada masalah untuk melakukan perkawinan yang berbeda
agama, dampaknya yang dapat terjadi jika perkawinan itu dilakukan ialah
75
kepada anak-anak mereka yang akan bingung memilih agama yang akan
dianut olehnya”.19
2. Pendapat kedua dari Bapak Ustadz Pepen Efendi, beliau juga selaku Tokoh
Masyarakat Kecamatan Cikande, ketika di mintai pendapat tentang
perkawinan beda agama, beliau menjelaskan:
“perkawinan yang di lakukan oleh pasangan yang berlainan keyakinan
aqidah,dan beliau sangat tidak setuju terhadap adanya praktek perkawinan
ynag di lakukan antar agama, karena sangat bertentangan dengan hukum
Allah (Al-Qur’an) pada surat Al-Baqoroh ayat 221, Al-Maidah ayat 5 dan
Aal-Mumtahanah ayat 10, dan dampak yang terjadi terhadapnya
(perkawinan beda agama) menurut ilmu fiqih dampaknya ialah hilangnya
hak waris dan nasab untuk anak”.20
3. Pendapat selanjutnya di berikan oleh Bapak Bambang Pujiono, ia pun selaku
Tokoh Masyarakat di Kecamatan Cikande, berpendapat :
“pernikahan yang di dasarkan pada beda keyakinan terhadap Tuhan YME.
Melakukam perkawinan beda agama menurut saya jelas tidak boleh dan
dilarang baik itu secara hukum yang berlaku dinegara kita juga secara adat
kebiasaan yang ada di dalam masyarakat kita, dan akan terjadi keingungan
dalam keluarga yang melakukan perkawinan beda agama, dalam
19
. pendapat /wawancara dengan Bapak Jaenal Arifin, selaku Tokoh Masyarakat di
Kecamatan Cikande, 29 Maret 2015 (09: 00 WIB) 20
. Pendapat/wawancara dengan Bapak Ustadz Pepen Efendi, selaku Tokoh Masyarakat
diKecamatan Cikande 29 Maret 2015 (10:30 WIB).
76
menentukan suatu kebijakan dalam berumah tangga dan pasti tidak akan
ada keharmonisan dikarenakan akan sering terjadi benturan akibat dari
berbedanya keyakinan”.21
4. Pendapat selanjutnya diberikan oleh Bapak Muhammad Haikal, berpendapat
tentang melakukan perkawinan beda agama, menurut beliau :
“perkawinan yang di lakukan oleh pasangan berlainan keyakinan,beliau
tidak sangat setuju dengan adanya perkawinan beda agama, karena itu
sangat melanggar aturan agama Islam. Dampak yang dapat di rasakan oleh
pasangan ialah mereka akan banyak melalui perdebatan-perdebatan
karena banyak hal yang tidak satu sepahaman”.22
Sesuai dengan pendapat para Tokoh Masyarakat yang penulis uraikan di atas
bahwa, perkawinan beda agama adalah perkawinan pasangan yang berbeda
keyakinan, dan para Tokoh Masyarakat pun setuju bahwa perkawinan yang di
lakukan antar agama itu tidak boleh, karena dalam ajaran agama Islam
kawin/menikah dengan orang yang lain agama itu di haramkan.
Dan juga akan ada beberapa madharat yang terjadi jika perkawinan itu
terlaksana. Dan keturunannya kelak akan merasa bingung, untuk mengikuti dan
memilih agama mana yang harus mereka anut nantinya.
21
. Pendapat/Wawancara dengan Bapak Bambang Pujiono, selaku Tokoh Masyarakat di
Kecamatan Cikande 29 Maret 2015 (14:00 WIB). 22
Pendapat/wawancara dengan Bapak Muhammad Haikal, selaku Tokoh Masyarakat
diKecamatan Cikande 29 Maret 2015 (16:00 WIB).
77
D. Pendapat Masyarakat Kecamatan Cikande Terhadap Perkawinan Beda
Agama
Dalam istilah bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”
yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Dalam konteks Hukum Islam, definisi menurut perkawinan menurut
syara’ adalah akad yang ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-
senang antara laki-laki dan perempuan dan menghalalkan bersenang-
senangnya perempuan dengan laki-laki.
Perkawinan merupakan perbuatan yang sakral karena itu landasan
hukum agama dalam melaksanakan sebuah perkawinan merupakan hal yang
paling penting. Sehingga penentuan boleh atau tidaknya perkawinan
tergantung pada ketentuan agama. Oleh karenanya, jika perkawinan
dilakukan oleh orang yang berlainan agama itu tidak boleh.
Lalu bagaimana pendapat para masyarakat tentang adanya prosesi
perkawinan orang-orang yang berbeda agama?. Disni penulis telah
mewawancarai beberapa warga yang berada di Kecamatan Cikande untuk
memberikan pendapatnya terhadap perkawinan beda agama, dan adakah
dampak yang terjadi jika perkawinan antar agama itu terlaksana.
1) Menurut Ibu Niken Widyaningsih seorang Tenaga Pengajar yang
berada di Kecamatan Cikande, beliau berpendapat tentang perkawinan
78
beda agama. Menurut beliau, “ perkawinan beda agama ialah suatu
hubungan pernikahan dimana, mempelai pria dan wanita memiliki
agama yang berbeda. Beliau sangat tidak setuju dengan adanya
perkawinan beda agama, karena akan ada dampak yang terjadi yaitu
dampak terhadap anak”23
2) Pendapat kedua di berikan oleh Bapak Nurdin Lubis, salah satu warga
yang berada di Kecamatan Cikande. Berpendapat, “perkawinan beda
agama itu perkawinan yang dilakukan oleh orang yang berbeda
keyakinan, menurut saya pernikahan beda agama itu tidak
diperbolehkan karena di semua ajaran agama pada dasarnya tidak di
perbolehkan untuk menikah dengan pasangan yang berbeda
keyakinan, dan pasti ada dampak yang terjadi pada pernikahan yang
berbeda keyakinan, yang pasti anak yang akan merasakan
dampaknya”.24
3) Pendapat selanjutnya, di sampaikan oleh Nufusl Iklimah, seorang
mahasiswa yang berada di Kecamatan Cikande. Menjelaskan,
“perkawinan beda agama ialah perkawinan yang terjadi dengan yang
berbeda keyakinan, dan itu tidak boleh di lakukan, haram hukumnya
melakukan perkawinan beda agama, dan hukum Islam pun melarang
23
wawancara dengan Ibu Niken Widyaningsih, salah satu masyarakat yang tinggal di
kecamatan Cikande. 30 Maret 2015 ( 14:00) 24
Wawancara dengan Bapak Nurdin Lubis, salah satu masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Cikande. 30 Maret 2015 (15:00).
79
dan tidak membolehkan, karena banyak dampak yang terjadi seperti
warisan, menganut agama (terhadap anak), dan asumsi pola
makan”.25
4) Selanjutnya dari Bpak Opik Hidayat, seorang apoteker yang berada di
Kecamatan Cikande. Menjelaskan, “perkawinan beda agama adalah
perkawinan yang yang di lakukan oleh dua pihak yang memiliki
keyakinan (kepercayaan/ agama), yang berbeda. Menurut saya,
perkawinan beda agama terjadi akibat kurangnya kefahaman atas
agamanya sendiri. Seseorang akan menentukan pilihan yang baik
ketika ia tau apa yang di jalankannya sesuai dengan agama yang di
peluknya, dan hal ini akan berdampak negatif terhadap keharmonisan
rumah tangga, dan masa depan anaknya”.26
5) Pendapat selanjutnya dari Tita Kusniati, seorang mahsiswa dan
pegawai asuransi. Berpendapat, “ perkawinan yang di lakukan oleh 2
pasangan yang berbeda keyakinan, dan tidak boleh di lakukan jika
perkawinan itu ada yang berbeda apa lagi soal keyakinan agama,
karena mempunyai sebuah perbedaan yang sangat kuat dan tidak
boleh di langgar, dan pasti ada dampak terhadap anak ketika anak
25
Wawancara dengan Nufusul iklimah, salah satu mayarakat di kecamatan Cikande 30 maret
2015 ( 16:00) 26
Wawancara dengan Bapak Opik Hidayat, salah satu mayarakat di kecamatan Cikande 30
maret 2015 (17:00).
80
mendapat warisan dan membuat anak bingung akan mengikuti agama
yang mana yang harus di anut”.27
Para masyarakat mayoritas berpendapat sama tentang perkawinan
beda agama, mereka berpendapat bahwa tidak setuju adanya menikah dengan
orang yang berlainan agama, terutama yang melakukan itu adalah orang yang
beragama Islam menikah dengan orang yang berlainan agama. Karena
menurut mereka, dalam agama Islam sudah jelas melarang adanya
pernikahan beda agama, dan ada dinding penghalang kuat bagi mereka untuk
melakukan hal itu. Dalam agama Islam pun hal yang terpenting untuk
mencari pasangan adalah di lihat dari agamanya.
Kemudian, penulis juga mewawancarai salah seorang warga
kecamatan Cikande yang beragama Kristen Protestan, yaitu Bapak
R.Simarmata. Ia menjawab dan berpendapat tentang adanya perkawinan
beda agama. Menurutnya :
“perkawinan beda agama adalah perkawinan antara orang Hindu
dengan Kristen. Semua agama itu bagus dan baik tergantung
bagaimana kita yang menjalankannya, tapi kalau bisa pilihlah agama
yang sesuai dengan keyakinan kita. Dan dampaknya menurut saya,
27
Wawancara dengan Ibu Tita Kusniati, salah satu mayarakat di kecamatan Cikande 30 maret
2015 ( 20:00).
81
anak kita nantinya pasti bisa bingung mau ikut siapa dan menganut
agama apa”.28
Pada dasarnya, penjelasan dari Bapak R.Simarmata adalah ia juga
menyarankan hendaknya memilih pasangan yang satu keyakinan dengan
kita, agar kita dapat mudah menjalankan hubungan rumah tangga nantinya,
biarpun ia mengatakan bahwa menurutnya semua agama itu bagus dan baik,
tergantung bagaimana diri kita yang menyikapi dan menjalankan perbedaan
itu sendiri dalam rumah tangga kita nantinya.
Jadi penulis berpendapat dan bisa mengambil kesimpulan bahwa
sanya, menurut para Masyarakat Kecamatan Cikande juga sangat tidak
menyukai atau bahkan tidak setuju dengan adanya perkawinan beda agama
itu sendiri, baikpun itu di lakukan oleh laki-laki muslim dengan perempuan
ahli kitab. Karena dapat menimbulkan Madharat pula bagi laki-laki muslim
tersebut. Begitu pun menurut Bapak R.Simarmata menyatakan seperti apa
yang penulis telah sampaikan diatas.
28 Wawancara dengan Ibu Tita Kusniati, salah satu mayarakat di kecamatan Cikande 31
Maret 2015 (14:30).