perkawinan beda agama menurut ormas islam di...

63
PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI FATWA NU DAN MUHAMMADIYAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Disusun oleh : Muhammad Taufiq Rahman NIM. 1111044100053 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439 H / 2018 M

Upload: vunhu

Post on 27-Apr-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI

INDONESIA (STUDI FATWA NU DAN MUHAMMADIYAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Disusun oleh :

Muhammad Taufiq Rahman

NIM. 1111044100053

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439 H / 2018 M

Page 2: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI
Page 3: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI
Page 4: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI
Page 5: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

v

ABSTRAK

Muhammad Taufiq Rahman, NIM 1111044100053, “PERKAWINAN

BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA

(STUDI FATWA NU DAN MUHAMMADIAH)”, Konsentrasi

Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H / 2018 M. Ix + 50

halaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui fatwa dari dua ormas Islam

terbesar di Indonesia tentang hukum perkawinan beda agama, yang mana

menurut pendapat dari kedua ormas tersebut tentang perkawinan beda

agama haram/tidak sah dikarnakan banyak mudhorotnya. Dalam

penelitian ini di kaji 2 (dua) hal: a. Apa dasar hukum fatwa NU dalam

Bahtsul Masail dan Muhammadiyah dalam Majelis Tarjih tentang

perkawinan beda agama? b. Apa relevansi fatwa NU dan

Muhammadiyah tentang perkawinan beda agama dalam konteks ke

Indonesiaan saat ini?

Studi ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang

menggunakan metode deskriftif-analitis, dimana mendeskripsikan

perkawinan beda agama menurut fatwa ormas NU dan Muhammadiah.

Sumber penelitian ini adalah al-Qur’an, Hadist, serta buku” fiqh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: a. Dasar hukum NU dalam

Bahtsul Masail dan Muhammadiyah dalam Majelis Tarjih adalah

didasarkan pada imam empat madzhab yaitu Hanafi, Syafi’i, Hambali,

dan Maliki. Sehingga diputuskanlah fatwa perkawinan beda agama

hukumnya haram. Sedangkan dasar hukum Muhammadiyah merujuk

pada surat al-Imran ayat 113. b. Fatwa NU dan Muhammadiyah dinilai

kurang relevan di karnakan masih banyaknya masyarakat yang kurang

mengetahui bahkan masih ada yang menjadi pelaku perkawinan beda

agama tersebut.

Kata Kunci : Perkawinan, Beda Agama, Menurut Ormas Islam di

Indonesia (Studi Fatwa Nu dan Muhammadiyah)

Pembimbing : Dr. H. Abdul Halim, M.A

Daftar pustaka: Tahun 1969-2018

Page 6: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI
Page 7: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

vii

Studi Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah) Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Afwan Faizin, M.A., Dosen Pembimbing Akademik. Semoga beliau

senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah swt.

4. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan

membimbing penulis dari awal masuk kuliah hingga bisa menyelesaikan

skripsi ini, semoga senantiasa dimudahkan segala urusannya.

5. Bapak Faza, Ibu Siti Sholehah, S.Ag, dan Ibu Yanti, terima kasih atas bantuan

administrasi pengurusan skripsi dari awal hingga akhir.

6. Seluruh staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh staf kantor Pengadilan Agama Tangerang Kota.

8. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kemudahan dalam

mengumpulkan referensi kepada penulis.

9. Yang tercinta dan selalu penulis cintai dan sayangi sepanjang hayat, ayahanda

H. Aseli Firdaus dan ibunda HJ. Linda Mujiati orang tua penulis, adik

Muhammad Luthfi Rahman, calon teman hidupku Yuliestia Tri Utari, S,Kom.,

terima kasih tak terhingga atas do’a, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan

ketulusan dalam mendampingi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga kalian selalu diberi

kesehatan dan semoga senantiasa dalam lindungan Allah swt.

10.Teman-teman keluarga Besar prodi Peradilan Agama angkatan 2011 kelas A

dan B yang menjadi teman seperjuangan. Khusus kepada Muhammad Nazir,

Muhammad Fathinnudin, Fahrul Roji, Muhammad Rizki Romdhon, Samsul

Bahri, Nurul Khomsah, Ratnasari, Razak, serta teman-teman yang tidak bisa

saya sebutkan semua namanya satu persatu. Terima kasih atas

kebersamaannya, motivasinya. Kenangan indah yang tidak akan terlupakan

bersama kalian semuanya.

11.Seluruh pihak yang terkait dengan penulisan skripsi, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah swt. Hanya

Page 8: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

viii

untaian kata terimakasih serta do’a yang dapat penulis berikan. Semoga semua

pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, serta arahannya kepada

penulis senantiasa diberi kesehatan dan dalam lindungan Allah swt, diridhoi

setiap langkah kehidupannya serta mendapatkan balasan yang lebih baik di

akhirat kelak.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukungannya,

hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah swt dengan balasan

yang berlipat ganda. Penulispun berharap agar skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tangerang, 18 Juni 2018

Penulis

Muhammad Taufiq Rahman

Page 9: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

x

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 3

D. Telaah Pustaka........................................................................... 4

E. Kerangka Teori ......................................................................... 5

F. Metode Penelitian ...................................................................... 6

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 7

BAB II : NIKAH BEDA AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF ...................................................................... 9

A. Pengertian Syarat dan Rukun Nikah, dan Hikmah Perkawinan 9

B. Perkawinan Beda Agama dan Hukum ...................................... 11

Page 10: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

x

C. Pendapat Para Ulama Tentang Perkawinan Beda Agama ........ 15

BAB III : PROFIL NU DAN MUHAMMADIYAH DAN FATWA ......... 30

A. Profil Nahdlatul Ulama.............................................................. 30

B. Profil Muhammadiyah............................................................... 32

C. Fatwa NU Tentang Perkawinan Beda Agama......................... 34

D. Fatwa Muhammadiyah Tentang Perkawinan Beda Agama...... 35

E. Dasar - dasar Fatwa NU dan Muhammadiyah Tentang

Perkawinan Beda Agama ......................................................... 35

BAB IV : PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT NU DAN

MUHAMMADIYAH ................................................................... 40

A. Fatwa NU Dalam Bahtsul Masail ............................................. 40

B. Fatwa Muhammadiyah Dalam Majelis Tarjih .......................... 42

C. Perbandingan Fatwa NU dan Muhammadiyah.......................... 45

BAB V : PENUTUP .................................................................................... 48

A. Kesimpulan ............................................................................... 48

B. Saran ......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51

Page 11: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan pengaruh

transformasi global telah merambah ke seluruh aspek kehidupan, tidak saja

membawa kemudahan dalam fasilitas kehidupan tetapi juga menimbulkan

perilaku dan persoalan-persoalan baru yang membutuhkan pemecahan

hukumnya. Dalam hal ini fatwa menjadi sebuah jawaban hukum atas

persoalan-persoalan yang ada di tengah-tengah umat Islam. Upaya ini

dilakukan mengingat universalitas ajaran Islam. Dengan demikian, hukum

Islam (fiqh) harus selalu dapat menjawab tantangan zaman. Ini karena fiqh

sebagai aplikasi operasional dari pemahaman terhadap syari’ah dapat berubah

sesuai dengan situasi yang sering berubah pula. Dengan demikian, sifat fiqh

sangat fleksibel.1

Pada dasarnya, hukum Islam (fiqh) dihadirkan dalam rangka

merealisasikan kemaslahatan umat manusia (li-tahqiq mashalih al-nas), yang

harus selalu sesuai dengan tuntutan perubahan. Dalam kerangka inilah selalu

diperlukan ijtihad dan ijtihad baru. Jangankan perbedaan antara umat sekarang

dengan masa lebih seribu tahun lalu; masa hidup Imam Syafi’i saja diperlukan

dua pendapat berbeda yang disebut qaul qadim (pendapat Imam Syafi’i di

Jazirah Arab, sebelum pindah ke Mesir) dan qaul jadid (pendapat Imam Syafi’i

ketika ia pindah ke Mesir).2

Dalam konteks ke-Indonesiaan salah satu upaya merealisasikan hukum

Islam yang dinamis adalah dengan adanya fatwa. Fatwa ini dikeluarkan apabila

terdapat persoalan hukum yang memerlukan penyelesaian baik dilakukan oleh

lembaga yang berkompenten maupun ulama perseorangan. Fatwa merupakan

pendapat atau jawaban hukum terhadap persoalan yang diajukan atau terjadi

1 Ilyas Supena, Dekontruksi dan Rekontruksi Hukum Islam, Yogyakarta: Gama Media,

2002, h. 1. 2 A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Nasional, Kompetisi Antara HukumIslam dan

Hukum Umum, Yogyakarta: Gama Media, 2002, h. 32

Page 12: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

2

dalam masyarakat.3 Dalam hal ini masyarakat ada yang mengajukan kepada

NU yang kemudian dibahas dalam forum bahtsul masail, ada yang mengajukan

ke Muhammadiyah yang kemudian menggelar majelis tarjih dan ada pula yang

mengajukan ke MUI yang kemudian menggelar sidang fatwa. Dengan

demikian, fatwa tentang persoalan hukum biasanya dikeluarkan oleh lembaga

atau organisasi sosial keagamaan walaupun memang ada juga yang secara

perseorangan.

Nahdlatul Ulama (NU) telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama

melalui putusan Lajnah Bahtsul Masa’il, Nahdlatul Ulama. Fatwa itu

ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989.

Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang

berlainan agama di Indonesia hukumnya haram dan tidak sah. Secara khusus,

Ahmad Zahro menjelaskan bahwa maksud dari metode istinbat yang ada dalam

Nahdlatul Ulama adalah cara yang digunakan ulama dan intelektual NU untuk

menggali dan menetapkan suatu keputusan hukum fiqh dalam Lajnah Bahtsul

Masa’il.3

Dalam sidang Muktamar Tarjih ke-22 pada tahun 1989 di Malang, para

ulama Muhammadiyah telah menetapkan keputusan bahwa pernikahan beda

agama tidak sah. Laki-laki muslim tidak boleh menikahi wanita musyrik

(Hindu, Budha, Konghuchu atau agama selain Islam lainnya). Begitupun

dengan pernikahan laki-laki muslim dengan wanita ahlul kitab (Yahudi dan

Nasrani) hukumnya haram. Menurut ulama Muhammadiyah, wanita ahlul kitab

di zaman sekarang berbeda dengan zaman Nabi dahulu. Selain itu menikahi

wanita non Islam juga mempersulit membentuk keluarga sakinah yang sesuai

syariat Islam.

Dalam fatwa MUI Nomor: 4/Munas VII/MUI/8/2005 tentang pernikahan

beda agama ini pada prinsipnya mempunyai kesimpulan hukum bahwa wanita

muslim diharamkan menikah dengan laki-laki non mulim atau laki-laki muslim

diharamkan menikah dengan wanita ahlul kitab. Dengan fatwa ini maka perlu

diadakan kajian lebih mendalam mengenai Fatwa MUI Nomor: 4/Munas

3 Ahmad Zahro, Tradisi intelektual NU, (Yogyakarta: LkiS, 2004), h 167

Page 13: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

3

VII/MUI/8/2005 tersebut, berikut dasar hukum serta relevansinya dalam

konteks ke-Indonesiaan. Penulis memandang perlu mengkaji Fatwa MUI

Nomor: 4/Munas VII/MUI/8/2005 ini, karena belakangan ini disinyalir banyak

terjadi pernikahan beda agama, dan terjadi kontroversi tentang hukum

pernikahan beda agama tersebut di kalangan ulama.

B. Rumusan Masalah

Pentingnya masyarakat mengetahui hukum perkawinan beda agama agar

mengetahui larangan yang di tetapkan dalam agama Islam tentang perkawinan

beda agama dikarenakan perkawinan tersebut tidak baik atau lebih banyak

mudhorot yang akan berlangsung dalam menjalani hubungan keluarga

kedepannya.

Disini penulis melakukan penelitian terhadap dua ormas NU dan

Muhammadiyah tentang perkawinan beda agama tersebut. NU menetapkan

hukum menggunakan berdasarkan al-Qur’an, Hadist, dan Ijtima’ para ulama

sedangkan Muhammadiyah hanya berdasarkan al-Qur’an dan Hadist.

Sehingga, ditetapkanlah hukum perkawinan beda agama adalah tidak sah.

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

a. Apa dasar hukum fatwa NU dalam Bahtsul Masail dan Muhammadiyah

dalam Majelis Tarjih tentang perkawinan beda agama?

b. Apa relevansi fatwa NU dan Muhammadiyah tentang perkawinan beda

agama dalam konteks keindonesiaan saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Untuk mengetahui dasar hukum fatwa NU dan Muhammadiyah tentang

perkawinan beda agama.

c. Untuk mengetahui relevansi fatwa NU dan Muhammadiyah

Page 14: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

4

D. Telaah Pustaka

Hasil penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang di temukan ada

beberapa karya ilmiah yang membahas tentang perkawinan beda agama, antara

lain :

Pertama, buku Perkawinan Antar Agama dalam teori dan praktek yang

ditulis O.S. Eoh, MS. Buku ini menjelaskan tentang perkawinan yang

dipandang dalam perspektif agama yang ada di Indonesia dan pelaksanaan

perkawinan antar agama tersebut.4

Kedua, buku Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tentang Nikah Beda

Agama dan Respon para Pemuka Agama Terhadapnya yang ditulis Wahyu

Sunandar. Pembahasan disajikan tentang fatwa MUI dan respon pemuka agama

dalam perkawinan beda agama.5

Ketiga, buku Perkawinan Beda Agama Menurut Nahdlatul ‘Ulama

(Analisis putusan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul ‘Ulama) yang ditulis

Andrian Hendinar. Buku ini disajikan fatwa NU dalam Lajnah Bahtsul Masail

saja tentang perkawinan beda agama.6

Keempat, buku yang berjudul Perkawinan Beda Agama Menakar Nilai-

Nilai Keadilan Kompilasi Hukum Islam, ditulis oleh M. Karsayuda. Dalam

BAB IV buku ini menjelaskan tentang pertimbangan larangan menikahi wanita

kitabiyah. Menurut fatwa MUI golongan ahli kitab di Indonesia yang ada

sekarang, khususnya umat Nasrani yang sekarang tidak memenuhi syarat

kitabiyah, dan ditakutkan bahwa mafsadat karena perkawinan beda agama ini

lebih besar dari maslahatnya.7

Berdasarkan pemaparan diatas, belum ada skripsi yang membahas tentang

Perkawinan beda Agama menurut Ormas Islam NU dan Muhammadiyah. Pada

akhirnya penyusun tertarik untuk meneliti tentang perkawinan beda agama

4 O.S.Eoh, perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT.Raja

GrafindoPersada, 1996), h. 117. 5 Wahyu Sunandar, Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tentang Nikah Beda Agama

dan Respon para Pemuka Agama Terhadapnya, Jakarta: 2011. 6 Andrian Hendinar, Perkawinan Beda Agama Menurut Nahdlatul ‘Ulama (Analisis

putusan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul ‘Ulama), Yogyakarta: 2016. 7 M.Karsayuda, Perkawinan Beda Agama Menakar Nilai-Nilai Keadilan Kompilasi

Hukum Islam, (Yogyakarta: Total Media, 2006), h. 150.

Page 15: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

5

yang dikeluarkan oleh NU dan Muhammadiyah dan ingin menyusunnya dalam

bentuk skripsi.

E. Kerangka Teori

Perkawinan beda agama merupakan suatu perkawinan yang dilakukan oleh

orang-orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara satu

dengan yang lainnya. Bahwa perkawinan beda agama di golongkan menjadi

tiga kategori. Ketiga kategori hukum ini adalah8 :

Pertama, perkawinan antara seorang laki-laki non-muslim dengan wanita

muslim hukumnya adalah haram. Seorang wanita muslim yang beriman itu

haram dinikahi oleh laki-laki kafir, dan laki-laki kafir itu haram menikahi

wanita Muslimah.

Kedua, perkawinan antara laki-laki muslim dengan seorang wanita

musyrikah adalah haram untuk mengawininya. Karena seorang laki-laki

muslim maupun wanita muslimah dilarang untuk menikahi dan dinikahi oleh

seorang musyrikah, baik laki-laki maupun perempuan.

Ketiga, perkawinan laki-laki muslim dengan wanita ahli kitab

(Nasrani/Yahudi) hukumnya adalah halal. Laki-laki muslim diperbolehkan

menikahi wanita ahlul kitab asalkan wanita teresebut beriman dan menjaga

kehormatannya.

Hukum positif Indonesia, menjelaskan bahwa peraturan tentang

perkawinan diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan. Undang-undang perkawinan secara khusus tidak menjelaskan

peraturan perkawinan beda agama yang menyebabkan pemahaman multi tafsir,

beberapa pasal yang disinyalir mengatur tentang masalah perkawinan beda

agama di Indonesia, yaitu: Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8 huruf (f). Implikasi dari

pasal tersebut adalah pada intruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1991

tentang kompilasi hukum Islam (KHI) yang secara jelas melarang perkawinan

beda agama. Pasal 40 huruf (c) dan pasal 44 KHI menerangkan bahwa seorang

8 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2006).h. 133-135.

Page 16: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

6

laki-aki atau perempuan yang beragma Islam dilarang untuk melangsungkan

perkawinan dengan seorang laki-laki maupun perempuan yang tidak beragama

Islam.

Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga telah menetapkan terkait

permasalahan perkawinan beda agama. Fatwa tersebut di tetapkan pada

Muktamar ke XXVIII di Yogyakarta pada akhir november 1989 dan

Muhammadiyah mengadakan Muktamar Tarjih ke-22 Tahun 1989 di Malang

Jawa Timur. NU menetapkan fatwa terkait pernikhan beda agama di Indonesia

hukumnya haram dan tidak sah dan Muhammadiah juga berfatwa demikian dan

di kuatkan dengan beberapa alasan bahwasanya ahli kitab di zaman sekarang

berbeda dengan zaman Nabi dikarnakan ahli kitab di zaman sekarang sudah

banyak menyekutukan Allah SWT, perkawian beda agama dapat di pastikan

tidak dapat terwujudnya keluarga sakinah sebagai tujuan utama,.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dokumen sehingga dalam

penelitian ini metode pengumpulan datanya dilakukan melalui penelusuran

terhadap dokumen berupa fatwa NU dan Muhammadiyah tentang perkawinan

beda agama. Sumber data tersebut berupa literature yang terkait dengan

substansi penelitian ini. Sumber data ini meliputi :

a. Sumber Primer

Sumber data primer dalam penelitan ini adalah fatwa NU Nomor:

28/Munas XXVIII/NU/11/1998 dan Muhammadiyah Nomor: 22/Munas

XXII/1989 tentang perkawinan beda agama.

b. Sumber Sekunder

Sumber penunjang sebagai bahan pendukung dalam pembahasan skripsi

ini yaitu buku-buku lain yang berisi tentang perkawinan beda agama dalam

hukum Islam misalnya hasil bahtsul Masail NU dan buku masail

fiqhiyyah.

Page 17: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

7

2. Metode Analisis Data

Adapun untuk menganalisa data setelah data terkumpul, maka dianalisis

dengan menggunakan metode deskriptif-analitis.9

Metode ini digunakan untuk

mendeskripsikan fatwa NU dan Muhammadiyah tentang perkawinan beda

agama dan dasar hukumnya. Adapun yang dimaksud dengan analisis adalah

berfikir tajam dan mendalam. Dalam penelitian ini setelah dideskripsikan

tentang fatwa NU dan Muhammadiyah dan dasar hukumnya kemudian akan

dianalisis secara mendalam dengan pendapat-pendapat lainnya tentang

pernikahan beda agama sekaligus relevansinya dalam konteks ke-Indonesiaan

saat ini. Di samping itu juga penulis menggunakan metode content analisis,

yaitu merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.10

Yang

dibutuhkan akan dikumpulkan dengan metode analisis terhadap buku atau

dokumen yang ada kaitannya dengan pembahasan ini, yaitu fatwa NU dan

Muhammadiyah tentang perkawinan beda agama.

G. Sistematika Penulisan.

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat

sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu :

Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Kemudian Bab II membahas tentang sekilas tentang nikah beda agama

yang meliputi kajian tentang pengertian dan syarat-rukun nikah, hikmah nikah,

pengertian nikah beda agama dan dasar hukumnya, serta pendapat para ulama

tentang pernikahan beda agama.

9 Moh Nadzir, Metode Penelitian,Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996, h. 63

10 Nong Muhadjir, Methode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasis, 1989, h.76

Page 18: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

8

Pada bab III dibahas mengenai profil Nahdlatul Ulama (NU) dan

Muhammadiyah, fatwa NU dan Mhammadiyah tentang nikah beda agama, dan

dasar-dasar fatwa NU dan Muhammadiyah tentang pernikahan beda agama.

Bab IV merupakan analisis terhadap fatwa NU dan Muhammadiyah

tentang perkawinan beda agama dalam Bahtsul Masail dan Majelis Tarjih,

dasar hukum dalam fatwa NU dan Muhammadiyah tentang perkawinan beda

agama, dan analisis fatwa MUI tentang perkawinan beda agama relevansinya

dengan konteks Indonesia saat ini.

Terakhir adalah bab V yakni penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran

dan kata penutup.

Page 19: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

9

BAB II

NIKAH BEDA AGAMA MENURUT

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Pengertian Syarat, Rukun Nikah, dan Hikmah Perkawinan

Menurut undang-undang perkawinan, yang dikenal dengan undang-undang

No. 1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah Ikatan lahir batin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Bachtiar, definisi perkawinan adalah pintu bagi bertemunya dua

hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu

yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang

layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Perkawinan itu

merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat

mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara

kelangsungan manusia di bumi.1

Menurut Goldberg, perkawinan merupakan suatu lembaga yang sangat

populer dalam masyarakat, tetapi sekaligus juga bukan suatu lembaga yang

tahan uji. Perkawinan sebagai kesatuan tetap menjanjikan suatu keakraban

yang bertahan lama dan bahkan abadi serta pelesatarian kebudayaan dan

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan inter-personal.2

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang

menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum.

1 Bachtiar, A. Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia!. Yogyakarta. Saujana 2004

2 Maramis, W.F & Yuwana, T.A . Dinamika Perkawinan Masa Kini. Malang : Diana,

1990

Page 20: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

10

Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya

merupakan sesuatu yang harus diadakan. Dalam perkawinan umpamanya

rukun dan syaratnya tidak boleh tertinggal, dalam arti perkawinan tidak sah

bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang

berbeda dari segi bahwa rukun itu adalah sesuatu yang berada didalam hakikat

dan merupakan bagian atau unsur yang mewujudkannya, sedangkan Syarat

adalah sesuatu yang berada diluarya dan tidak merupakan unsurnya. Syarat itu

ada yang berkaitan dengan rukun dalam arti syarat yang berlaku untuk setiap

unsur yang menjadi rukun.

Dalam hal rukun perkawinan, dalam menempatkan mana yang rukun dan

mana yang syarat terdapat perbedaan di kalangan ulama dan perbedaan ini

tidak bersifat substansial. Adapula syarat itu berdiri sendiri dalam arti tidak

merupakan kriteria dari unsur-unsur rukun. Rukun pernikahan menurut jumhur

ulama ada empat yaitu sighat (ijab dan qabul), istri, suami, dan wali.3

Ulama Hanafiyah melihat perkawinan itu dari segi ikatan yang berlaku

antara pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan itu. Oleh karena itu, yang

menjadi rukun perkawinan oleh golongan ini hanyalah akad nikah yang

dilakukan oleh dua pihak yang melangsungkan perkawinan, sedangkan yang

lainnya seperti kehadiran saksi dan mahar dikelompokkan kepada syarat

perkawinan.

Menurut ulama Syafi‟iyah yang dimaksud dengan perkawinan di sini

adalah keseluruhan secara langsung berkaitan dengan perkawinan dengan

segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja. Dengan begitu rukun

perkawinan itu adalah segala hal yang harus terwujud dalam suatu perkawinan.

Mahar yang harus ada dalam setiap perkawinan tidak termasuk dalm

rukun, karena mahar tersebut tidak mesti di sebut dalam akad perkawinan dan

tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian,

mahar itu termasuk ke dalam syarat perkawinan.

3 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 45

Page 21: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

11

UU Perkawinan sama sekali tidak berbicara tentang rukun perkawinan.

UU Perkawinan hanya membicarakan syarat-syarat perkawinan, yang mana

syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenaan dengan unsur-unsur atau rukun

perkawinan. KHI secara jelas membicarakan rukun perkawinan sebagaimana

yang terdapat dalam Pasal 14, yang keseluruhan rukun tersebut mengikuti fiqh

Syafi‟i dengan tidak memasukkan mahar dalam rukun.4

B. Perkawinan Beda Agama dan Hukum

Hukum pernikahan beda agama dalam Islam termasuk masalah khilafiyah

yang diperdebatkan. Namun demikian, mayoritas ulama dan MUI memutuskan

bahwa pernikahan beda agama dalam Islam adalah haram (tidak di

perbolehkan).

1. Haram

Mayoritas ulama dari 4 mahzhab, MUI, NU, Muhammadiyah dan lainnya

telah bersepakat bahwa menikahi pria atau wanita non muslim hukumnya

haram. Pernyataan ini didasari oleh dalil-dalil Al-Quran surat al-Baqarah ayat

221 dan al-Mumtahanah ayat 10 yang menjelaskan bahwa orang-orang

mukmin dilarang menikahi wanita musyrik. Menikah dengan orang kafir tidak

dihalalkan dalam islam.

نحىا ولا ؤهخ ا ولهخ ا ؤهي ا حزى الوشسمذا ر س ا ه يا خ شسمخ ا ه لىا ه نحىارا ولا اعججزننا و

يا ؤهي ا ولعجد ا ؤهىا حزى الوشسم س ا ه يا خ شسك ا ه لىا ه ال بزا الى دعىىا اولئلا اعججننا و

اا وللا زه ا وجيا ثبذه ا والوغفسحا الجـ خا الى دعى زرم سوىا لعل هنا لل بسا ا

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu‟min lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan

orang-orang musyrik [dengan wanita-wanita mu‟min] sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya budak yang mu‟min lebih baik dari orang musyrik

4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Prenamedia Group, 2006), h. 59-61

Page 22: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

12

walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya [perintah-perintah-Nya] kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran”. (QS Al-Baqarah: 221)

بهب يا ا ال ر ذا جبءمنا اذا اهى ا فبهزحىهي ا ههجسد ا الوؤهوبهي ا اعلنا للا علوزوىهي ا فبىا ثب

ذ ا با رىهنا واا لهي ا حلىىا هنا ولا ل هنا حل ا هي ا لا النف بزا الى رسجعىهي ا فلا هؤه فقىا ه ولا ا

ننا جبحا نحىهي ا اىا عل زوىهي ا اا اذاا ر هبا وسـئـلىا النىافسا ثعصنا روسنىا ولا اجىزهي ا ر

فقزنا فقىا هبا ولسـئـلىا ا ا حننا لننا ذا اننا حننا للا ا ث

ن ا وللا ن ا عل حن

“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu

perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan)

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu

Telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah

kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir.

mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada

halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar

yang Telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila

kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang

pada tali (pernikahan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah

kamu minta mahar yang Telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta

mahar yang Telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu.dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.

Al-Mumtahanah: 10

2. Diperbolehkan (antara makruh dan mubah)

Pendapat dari ulama yang kedua tentang hukum pernikahan beda agama

antara makruh dan mubah. Pernyataan mereka didasari oleh surat al-Maidah

ayat 5 yang menjelaskan bahwa menikahi wanita ahlul kitab dihalalkan untuk

seorang mukmin.

Mengapa demikian, Sebab posisi wanita dalam keluarga adalah menjadi

makmum. Belum tentu bisa membimbing suaminya. Jadi jika suaminya non

muslim maka bisa berisiko merusak pondasi keimanan rumah tangga.

Page 23: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

13

جذ لـننا احل ا الىما يا وطعبما الط کوىطعبهننا حل ا النزتا اورىا ال ر ذا ل هنا حل ا لـ هيا والوحص

ذا ذا الوؤه يا هيا والوحص زوىهي ا اذاا قجلننا هيا الـنزتا اورىا ال ر يا اجىزهي ا ار سا هحص غ

يا وبىا نفساوه اخداى ا هز خريا ولا هسبفح خسحا فى وهىا عوله ا حجطا فقدا ثبل يا هيا ال الخسس

“Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan)

orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal

(pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga

kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang

menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum

kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud

menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya

gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima

hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat

Termasuk orang-orang merugi”. (QS. Al-Maidah: 5)

Diperbolehkannya laki-laki muslim menikah dengan wanita ahlul kitab

dikarenakan adanya pendapat yang mengatakan bahwa wanita ahli kitab

berbeda dari wanita musyrik. Namun demikian dalam surat Al-bayyinah Allah

Ta‟ala menjelaskan bahwa ahli kitab dan orang-orang musyrik termasuk orang

kafir.

يا اى ا يا وا النزتا اهلا هيا مفسوا ال ر ا الوشسم يا جه نا بزا ف هب خلد الجس خا شسا هنا اولئلا ف

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang

yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya.

mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Sebelum diundangkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Persoalan nikah beda agama dillaksanakan berdasarkan melalui

peraturan perkawinan campuran (Regeling op de Gemengde Huwelijken yang

lazim disingkat GHR) yang dimuat dalam S.1898 Nomor 158. Pasal 1 dari

peraturan tersebut menyatakan bahwa “Perkawinan di Indonesia antara dua

orang yang masing-masing takluk pada hukum yang berlainan satu sama lain,

dinamakan perkawinan campuran”.Ayat 2 dari pasal tersebut menjelaskan

bahwa “Perbedaan agama, kebangsaan atau asal usul tidak merupakan

penghalang bagi suatu perkawinan”. Dalam melaksanakan kehidupan bagi

Page 24: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

14

suami isteri yang kawin atas perbedaan agama atau kebangsaan tersebut

ditetapkan sama hukumnya, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 GHR itu

yaitu “ Dalam suatu perkawinan campuran itu si isteri prihal hukum perdata

dan hukum publik, selama perkawinan berlangsung, turut pada hukum yang

berlaku bagi suami”.

Sejak berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

solusi yang diberikan oleh peraturan tersebut di atas telah dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku lagi. Di dalam undang-undang yang disebutkan

belakangan ini solusi yang diberikan hanyalah bagian kecil dari perbedaan

calon suami isteri yaitu bila berbeda kebangsaan saja atau kewarganegaraan

saja. Hal ini diatur dalam Pasal 57 UUP yang berbunyi “Yang dimaksud

dengan perkawinan campuran dalam undang-undang ini ialah perkawinan

antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan,

karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak

berkewarganegaraan asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan

Indonesia”. Bagi orang-orang yang berlainan kewarganegaraan yang

melakukan perkawinan campuran, dapat memperoleh kewarganegaraan dari

suami atau isterinya dan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya, menurut

cara-cara yang telah ditentukan dalam undang-undang kewarganegaraan

Republik Indonesia (Pasal 58 UUP).

Selanjutnya dalam UU No.1 Tahun 1974, tentang Perkawinan, Pasal 2 ayat

1, telah ditetapkan “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Dari pasal ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa dimanapun warga Indonesia menikah, keabsahannya

tetap bergantung pada peraturan agama orang tersebut.

Dalam hal memaknai UU no 1 tahun 1974 berkaitan dengan pernikahan

beda agama ada beberapa pendapat:

Pertama, UU No 1 Tahun 1974 telah mengatur pernikahan beda agama di

mana keabsahan atau tidaknya perkawinan tersebut bergantung pada aturan-

Page 25: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

15

aturan yang berlaku menurut agama yang dianut, dengan bunyi Pasal 2 ayat 1,

telah ditetapkan“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

Kedua, bagi sebagian orang masih mengaggap bahwa nikah beda agama di

Indonesia legal keabsahannya, ini berdasar pada GHR S.1898 Nomor 158.

Pasal 2 yang berbunyi “Perbedaan agama, kebangsaan atau asal usul tidak

merupakan penghalang bagi suatu perkawinan”.

Ketiga, Belum ada aturan main soal pernikahan beda agama, jadi UU No 1

Tahun 1974 masih perlu perbaikan dan penyempurnaan kaitannya

dengan pernikahan beda agama.

C. Pendapat Para Ulama Tentang Perkawinan Beda Agama

Terdapat perberdaan pendapat di antara para ulama yakni tentang siapa

musyrikah yang haram dinikahi sebagaimana maksud ayat di atas. bahwa

musyrikah yang dilarang dinikahi adalah musyrikah dari bangsa Arab saja,

karena bangsa Arab pada waktu turunnya al-Qur‟an memang tidak mengenal

kitab suci dan mereka menyembah berhala. Maka menurut pendapat ini,

seorang laki-laki muslim boleh menikah dengan wanita musyrikah dari non-

Arab, seperti wanita Cina, India, dan Jepang yang diduga mempunyai kitab

suci atau serupa kitab suci,5

Tetapi mayoritas ulama berpendapat bahwa semua musyrikah baik dari

bangsa Arab maupun non-Arab selain ahli kitab tidak boleh dinikahi. Menurut

pendapat ini, siapapun yang bukan muslim atau ahli kitab (beragama Kristen

atauYahudi) haram dinikahi.6

Di samping mendasarkan ayat di atas, Yusuf Qardhawi juga mendasarkan

pada ayat al-Mumtahanah ayat 10:

5 M. Rasyid Ridla, Tafsir Al-Manar, (Kairo: Dar al-Manar, 1367 H), vol. VI, h. 187-190

6 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1991), h. 5

Page 26: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

16

بهب يا ا ال ر ذا جبءمنا اذا اهى ا فبهزحىهي ا ههجسد ا الوؤهوبهي ا اعلنا للا علوزوىهي ا فبىا ثب

ذ ا با رىهنا واا لهي ا حلىىا هنا ولا ل هنا حل ا هي ا لا النف بزا الى رسجعىهي ا فلا هؤه فقىا ه ولا ا

ننا جبحا نحىهي ا اىا عل زوىهي ا اا اذاا ر هبا وسـئـلىا النىافسا ثعصنا روسنىا ولا اجىزهي ا ر

فقزنا فقىا هبا ولسـئـلىا ا ا حننا لننا ذا اننا حننا للا ا ث

ن ا وللا ن ا عل حن

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah

kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu

telah mengetahui bahwa mereka beriman maka janganlah kamu kembalikan

mereka kepada orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orangorang kafir

itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah

kepada mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu

mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan

janganlah kamu tetap berpegang pada tali dengan perempuan-perempuan

kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan

hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah

hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Mumtahanah: 10)

Menurut Yusuf Qardlawi, konteks ayat di atas, secara keseluruhan beserta

asbabun nuzulnya menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan al-kawafir

(perempuan-perempuan kafir), yakni al-watsaniyat (perempuan-perempuan

penyembah berhala).7

Mayoritas ulama berpendapat bahwa seorang laki-laki muslim boleh

menikah dengan wanita ahli kitab. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam

surat al-Maidah ayat 5.8

النا االنزبةاحل اأورىا اال ري اوطعبم جبدا االط النن اأحل اوالوحصبداالىم الهنا احل اوطعبهنن ن

اهحا اأجىزهي زوىهي صياهياالوؤهبداوالوحصبداهياال رياأورىااالنزبةاهياقجلنناإذااآر

7 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h.

580 8 Syekh al-Imam al-Zahid al-Mufiq, Al-Muhazzib fi Fiqh al-Imam al-Syafi‟i, (Beirut: Dar

al-Fikr, t.th.), h. 61. „Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Qasim al-Ansyari al-Najd al-Hanbali,

Majmu Fatawa, Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah, (Beirut: Dar al-„Arabiyah li al-Thiba‟ah wa al-

Nasyr al-Tawzi‟, 1398 H), Jilid XII, h. 178

Page 27: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

17

اثبلا انفس اوهي ا اهز خرياأخداى اول اهسبفحي س اهياغ خسح اا اف اوهى اعوله احجط افقد وبى

الخبسسيا

Artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan

orang-rang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal

bagi mereka. wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang

beriman dan wanitawanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang

yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin

mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak

menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman maka

hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi”.

(Q.S. al-Maidah : 5)

Mempertegas pendapat tersebut, al-Thabathaba‟i menyatakan, larangan

mengawini laki-laki dan wanita musyrik dalam surat al-Baqarah ayat 221

ditujukan kepada laki-laki dan wanita dari kalangan penyembah berhala, dan

tidak termasuk Ahli kitab,9 karena nikah dengan ahli kitab tidak dilarang. Bila

dibandingkan antara surat al-Maidah ayat 5 dengan surat al-Baqarah ayat 221,

maka tampaklah adanya perbedaan antara status musyrik dengan ahli kitab.

Masing-masing mempunyai ketentuan sendiri, yakni haram menikahi orang

musyrik dan boleh menikahi ahli kitab. Ini disebabkan karena perbedaan antara

ahli kitab dengan musyrik ketika dua kata penghubung “ اا و ” seperti yang

terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 105. Ayat tersebut jelas menunjukkan

adanya perbedaan antara ahli kitab dengan musyrik, karena dibatasi oleh kata

penghubung “ وا ”. Karenanya wajar menurut mayoritas ulama antara ahli kitab

dengan musyrik berbeda.

Dalam sejarah Rasulullah SAW mengawini Maria al-Qibtiyah, seorang

wanita yang semula beragama Nashrani (Kristen). Praktek Rasulullah ini

kemudian diikuti oleh beberapa sahabat. Di antaranya „Usman bin „Affan

menikahi Nailah binti al-Fara Fisah al-Kalbiyah yang beragama Nashrani.

9 M. Husain al-Thabathaba‟i, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, (Beirut: Mu‟assasah al-A‟lam

li al-Mathbu‟ah, 1403 Hatau1983 M), Juz II, h. 203

Page 28: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

18

Sedangkan Huzaifah menikahi seorang wanita Yahudi yang berasal dari Negeri

Madyan.10

Sekalipun mayoritas ulama pada dasarnya sepakat membolehkan laki-laki

muslim menikahi wanita ahli kitab, namun dalam kebolehan tersebut juga

terdapat perbedaan pendapat:

1. Menurut sebagian mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali

memandang bahwa hukum pernikahan tersebut adalah makruh;

2. Menurut pandangan sebagian pengikut mazhab Maliki, seperti Ibnu Qasim

dan Khalil, menyatakan bahwa pernikahan tersebut diperbolehkan secara

mutlak;

3. Al-Zarkasyi (mazhab Syafi‟i) berpendapat bahwa pernikahan tersebut

disunatkan apabila wanita ahli kitab tersebut diharapkan dapat masuk

Islam, seperti pernikahan „Usman bin „Affan dengan Nailah.11

Adapun golongan yang tidak membolehkan laki-laki muslim dengan ahli

kitab diantaranya golongan Syi‟ah Imamiyah dan Sayyid Quthub. Mereka

berargumentasi dengan surat al-Baqarah ayat 221 di atas. Menurut golongan

ini ahli kitab termasuk ke dalam golongan musyrik berdasarkan riwayat Ibnu

„Umar ketika beliau ditanya tentang hukum mengawini wanita-wanita Yahudi

dan Nashrani. Beliau menjawab dengan ayat di atas dan menambahkan: “saya

tidak mengetahui kemusyrikan yang lebih besar dan pada anggapan seorang

wanita (Nashrani), bahwa Tuhannya „Isa padahal „Isa hanya seorang manusia

dan hamba Allah”.12

Kemudian mereka juga beralasan dengan surat al-Mumtahanah ayat 10:

10

Abdul Aziz Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van

Hoeve, 1996), h. 47-48 11

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), h. 13 12

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), Jilid II, h. 28

Page 29: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

19

اثئوبها اأعلن اللا ا افبهزحىهي اههبجساد االوؤهبد اجبءمن اإذا اآهىا اال ري اأهب افئىاب ا ي

اا الهناولاهناحلىىالهي احل الاهي اإلىاالنف بزا افلارسجعىهي اهؤهبد وآرىهناهباعلوزوىهي

ارا اول ا اأجىزهي زوىهي اآر اإذا نحىهي ار اأى نن اعل اجبح اول فقىاا االنىافساأ اثعصن وسنىا

اعل ننااوللا ااحنناث لنناحنناللا فقىاااذ فقزناولسألىااهباأ احنن اواسألىااهباأ ن

“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu

perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan)

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu

telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu

kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka

tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal

pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang

telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu

bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada

tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu

minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar

yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di

antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Karena ahli kitab termasuk kepada golongan kafir maka Allah melarang

kaum muslim berpegang kepada tali perkawinan wanita-wanita kafir.13

Al-Thabarsi memahami makna surat al-Maidah ayat 5 menunjukkan

kepada wanita ahli kitab yang telah memeluk Islam. Atas dasar pemahaman

demikian ia berpendapat bahwa melakukan akad nikah dengan ahli kitab

hukumnya terlarang secara permanen.14

Pendapat ini didasarkan pada surat al-

Baqarah ayat 221. Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat sahabat

„Abdullah bin „Umar yang secara tegas melarang perkawinan seorang pria

muslim dengan wanita ahli kitab, dengan alasan mereka adalah orang-orang

musyrik.

13

Humaidi bin „Abd al-„Aziz al-Humaidi, Ahkam Nikah al-Kuffur „ala Mazahib al-

Arba‟ah, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1992), h. 25 14

Abu al-Fadhl Syihab al-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-Bayan fi

Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim wa al-Sab al-Matsani, (Beirut: Dar al-Ihya‟ al-Turats „Arabi, t.th.), Juz

VI, h. 65-66

Page 30: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

20

Pendapat „Abdullah ibn „Umar ini, menurut Muhammad „Ali al-Shabuni,

didorong oleh kehati-hatian yang amat sangat akan kemungkinan timbulnya

fitnah bagi suami atau anak-anaknya jika nikah dengan wanita ahli kitab.

Sebab, kehidupan suami istri akan membawa konsekuensi logis berupa

timbulnya cinta kasih di antara mereka, dan hal tersebut dapat membawa suami

condong kepada agama istrinya. Di samping itu, kebanyakan anak cenderung

kepada ibunya.15

Menurut Muhammad Jawad Mughniyah, bahwa Islam melarang

perkawinan antara seorang wanita muslimah dengan pria non-muslim, baik

calon suaminya itu termasuk pemeluk agama yang mempunyai kitab suci,

seperti Kristen dan Yahudi (revealed religion), ataupun pemeluk agama yang

mempunyai kitab serupa kitab suci, seperti Budhisme, Hinduisme, maupun

pemeluk agama atau kepercayaan yang tidak punya kitab suci dan juga kitab

yang serupa kitab suci. Termasuk pula di sini penganut Animisme, Ateisme,

Politeisme dan sebagainya.16

Hal ini didasarkan pada surat al-Baqarah ayat 221 sebagai berikut:

نحىا ولا ؤهخ ا ولهخ ا ؤهي ا حزى الوشسمذا ر س ا ه يا خ شسمخ ا ه لىا ه نحىا ولا اعججزننا و ر

يا ؤهي ا ولعجد ا ؤهىا حزى الوشسم س ا ه يا خ شسك ا ه لىا ه ال بزا الى دعىىا اولئلا اعججننا و

اا وللا زه ا وجيا ثبذه ا والوغفسحا الجـ خا الى دعى زرم سوىا لعل هنا لل بسا ا

“Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya budak yang mu‟min lebih baik dari orang musyrik,

walaupun dia menarik hatimu”.

Sebab turunnya ayat ini berhubungan dengan Kannaz ibn Hasin al-

Ghanawi yang diutus Rasulullah SAW ke makkah membawa sebuah misi. Di

Makkah dia mengenal seorang wanita bernama „Anaz yang sangat di cintainya

15

Muhammad „Ali al-Shabuni, Rawa‟i‟ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur‟an,

(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 537 16

Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh „ala al-Madzahib al-Khamsah, Terj. Masykur

AB, et. Al., Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000), h. 336

Page 31: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

21

sejak masa Jahiliyah (sebelum Islam), Kannaz datang menemuinya dan

memberi tahunya bahwa Islam telah melarang apa pun yang biasa dilakukan

pada zaman Jahiliyah.

Ada lagi sebab lain di turunkannya wahyu ini sebagai mana yang

disebutkan Abdullah bin Abbas berhubungan dengan kasus Abdullah bin

Rawahah, seorang sahabat Nabi SAW yang memiliki seorang budak wanita

hitam. Suatu ketika dia marah padanya ketika Nabi SAW mengetahuinya.

Alasan yang disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 221 itu mengapa

sehingga orang-orang yang beriman terlarang menikahi orang musyrik adalah

karna mereka akan menjerumuskanmu kedalam Neraka.

Ini berarti perkawinan semacam itu mungkin akan menyesatkan pihak

yang muslim menuju jalan kemusyrikan, karena pertalian antara suami dan istri

itu bukan hanya berhubungan seksual semata melainkan juga hubungan batin

dan budaya. Memang mungkin seorang Muslim dapat mempengaruhinya yang

musyrik, keluarga dan keturunannya agar berkenan memeluk Islam.

Dalam hal ini terjadi perbedaan perlakuan antara wanita dan laki-laki

muslim. Kenapa wanita muslim dilarang menikah dengan laki-laki musyrik

atau ahli kitab, sementara laki-laki muslim diperbolehkan oleh sebagian ulama

untuk menikah dengan wanita ahli kitab. Dalam hal ini bisa diberikan sebuah

alasan hukum, bahwa surat al-Baqarah ayat 221 memang sama-sama melarang

wanita dan pria muslim untuk menikah dengan musyrik atau musyrikah. Akan

tetapi pada sisi lain Allah juga berfirman dalam surat al-Maidah ayat 5 di atas

yang menyatakan bahwa terdapat wanita muhshanat (yang terpelihara) dari

mu‟minat dan ahli kitab serta adanya sunnah Nabi dan praktik sahabat. Dengan

landasan ini maka kebolehan menikah dengan ahli kitab hanya diperuntukkan

bagi laki-laki muslim bukan sebaliknya

Ada terdapat kesepakatan pendapat para ulama “Ahlussunnah Wal

Jama‟ah” bahwa menikah dengan wanita Yahudi dan Nasrani di perbolehkan

Page 32: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

22

karena ia pernah di peraktekkan oleh para sahabat Nabi SAW seperti Utsman,

Thalhah, ibn Abbas, Hudzaifah.17

Sekalipun ada beberapa contoh dari para sabat yang shaleh yang menikah

dengan ahli kitab, namun seseorang harus cukup berhati-hati sebelum

melaksanakan perkawinan semacam itu. Para sahabat memiliki sifat yang patut

dicontoh dan kehidupan mereka penuh dengan ketaqwaan dan kesehajaan.

Maka setelah menikahi wanita ahli kitab yang berbeda agama dan berbeda pula

upacara keagamaannya, mereka tau bagaimana cara untuk tetap mengendalikan

istrinya sehingga anak-anak mereka tak dipengaruhi oleh ibunya.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar, ada tiga

pendapat yang berkembang seputar pernikahan antara muslim atau muslimah

dengan non-muslim (musyrika atau ahli kitab). Pertama, Pendapat yang

melarang secara mutlak. Tidak ada ruang dan celah sama sekali untuk

melakukan pernikahan beda agama, baik antara seorang muslim dengan

musyrikahatauahli kitab maupun antara muslimah dengan musyrik atau ahli

kitab. Kedua, pendapat yang membolehkan secara mutlak. Pendapat ini

membuka ruang dan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan pernikahan

beda agama, baik antara seorang muslim dengan musyrikahatauahli kitab

maupun antara muslimah dengan musyrik atau ahli kitab. Ketiga, pendapat

pertengahan yang membolehkan pernikahan beda agama dalam lingkup

terbatas, yakni antara seorang muslim dengan perempuan ahli kitab, dengat

persyaratan tertentu.

Para ulama yang melarang pernikahan beda agama melandaskan

pendapatnya kepada beberapa dalil dan penafsiran berikut ini. Pertama, Allah

SWT melarang pernikahan antara seorang muslimataumuslimah dan

musyrikataumusyrikah, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat

221.

17

Abdur Rahman, Inilah Syariah Islam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1990, h. 194.

Page 33: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

23

Ayat tersebut secara jelas dan tegas melarang pernikahan antara muslim,

baik laki-laki maupun wanita, dengan orang-orang musyrik. Dalam pandangan

para ulama kelompok pertama ini, term musyrik diartikan sebagai orang yang

menyekutukan Allah dengan yang lain. Dengan demikian, penganut agama

selain Islam adalah orang musyrik, sebab hanya Islam-lah satu-satunya agama

yang memelihara kepercayaan tauhid secara murni.

Kedua, penganut agama Yahudi dan Nashrani juga melakukan

kemusyrikan sehingga tidak boleh menikah atau dinikahi oleh orang Islam. Di

dalam al-Qur‟an, penganut agama Yahudi dan Nashrani memang diberi label

khusus dengan sebutan ahli kitab dan para wanitanya boleh dinikahi

berdasarkan surat al-Ma‟idah ayat 5, namun kebolehan menikahi wanita

kitabiyah sebagaimana termaktub pada ayat tersebut telah digugurkan oleh

ketentuan yang terdapat di dalam surat al-Baqarah ayat 221.18

Hal ini

disebabkan konsep kepercayaan yang dimiliki penganut Yahudi dan Nashrani

mengandung kemusyrikan yang nyata. Argumentasi rasional yang sering

dikutip dalam konteks ini adalah pernyataan sahabat Nabi Muhammad SAW,

„Abdullah bin „Umar bin al-Khaththab: “Saya tidak mengetahui kemusyrikan

yang lebih besar dari keyakinan seseorang (perempuan) bahwa Tuhannya

adalah „Isa atau salah seorang hamba Allah”.19

Pendapat kelompok pertama yang mengharamkan pernikahan beda agama

secara mutlak antara lain dikemukakan oleh sahabat Nabi SAW „Abdullah bin

„Umar dan Sekte Syi‟ah Imamiyah. Pendapat ini juga banyak dianut oleh

kalangan Syafi‟iyah seperti di Indonesia sebagaimana tercermin dalam

pandangan umum ulama dan masyarakat. Majelis Ulama Indonesia (MUI),

dalam fatwanya tertanggal 8 Juni 1980, telah mengharamkan pernikahan antara

laki-laki muslim dan wanita musyrik atau wanita ahli kitab dan demikian pula

sebaliknya. Hal ini kembali ditegaskan melalui Keputusan Fatwa MUI Nomor:

18

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan

Umat, (Jakarta: Mizan, 1996), cet. ke-3, h. 196 19

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibn Katsir al-Yamamah, 1987), Juz V,

h.2024

Page 34: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

24

4 atau MUNAS VII atau MUI atau 8 atau 2005 yang ditetapkan pada tanggal

29 Juli 2005 bersamaan dengan Musyawarah Nasional VII MUI tahun 2005.

Pendapat umum ini pula yang kemudian diadopsi dan diikuti oleh hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Instruksi Presiden RI

Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

Pendapat yang membolehkan pernikahan beda agama dalam segala macam

dan bentuknya juga mendasarkan pendapatnya kepada dalil-dalil yang

digunakan kelompok pertama, namun dengan penafsiran yang berbeda dan

ditambah dengan berbagai argumentasi yang rasional. Pertama, surat al-

Baqarah ayat 221 memang melarang pernikahan orang muslim dan orang

musyrik, baik laki-laki maupun perempuan, namun perlu dicermati dengan

seksama siapa yang dimaksud dengan “musyrikataumusyrikah” pada ayat itu.

Kelompok ini memahami dan menafsirkan kata “musyrikataumusyrikah”

terbatas pada kaum musyrikin Arab yang hidup pada masa Nabi SAW yang

sekarang sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, tidak ada halangan untuk

menikah dengan orang musyrik yang ada pada saat ini. Pemahaman bahwa

musyrikah yang dimaksud adalah musyrikah Arab saja antara lain

dikemukakan oleh Ibnu Jarir al-Thabari, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha

dalam Tafsir al-Manar.20

Kedua, surat al-Ma‟idah ayat 5. Para ulama sepakat bahwa ayat ini secara

jelas membolehkan laki-laki muslim untuk menikahi wanita Ahli kitab. Namun

kelompok kedua memberi penafsiran yang luas terhadap ayat ini. Menurut

mereka, jika Allah SWT membolehkan laki-laki muslim menikahi ahli wanita

kitab, maka kebolehan itu mesti dipahami sebaliknya juga.21

Di samping itu,

term Ahli kitab tidak hanya mencakup orang-orang Yahudi dan Nashrani saja,

20

Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Kairo: Dar al-Manar, 1367 H.), h. 187-193

21 Siti Musdah Mulia, Islam dan Pernikahan Antar Agama, (Jakarta: KKA-200atauYWP,

2003), h. 8

Page 35: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

25

tetapi juga mencakup orang-orang Majusi, Sabian, Hindu, Budha, Konficius,

Shinto, dan agama-agama lainnya. Dengan demikian, semua penganut

kepercayaan dan agama yang ada di dunia ini pada umumnya boleh dinikahi

dan menikah dengan orang Islam.

Pendapat yang membolehkan pernikahan beda agama sebatas antara laki-

laki muslim dan wanita kitabiyah mendasarkan pendapatnya kepada dalil dan

argumentasi sebagai beikut. Pertama, surat al-Ma‟idah ayat 5 secara jelas dan

tegas membolehkan laki-laki muslim menikahi wanita kitabiyah dengan syarat

wanita yang dinikahi adalah muhshanat, wanita baik-baik yang menjaga

kehormatan dirinya („afifah).22

Kedua, kebolehan menikahi wanita kitabiyah

didasarkan kepada praktek Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Nabi

SAW menikahi Maria al-Qibthiyah yang menurut riwayat adalah wanita

kitabiyah. Di antara para sahabat Nabi, ada yang menikahi wanita kitabiyah,

seperti „Usman bin „Affan, Thalhah bin „Ubaidillah, Ibnu „Abbas, Jabir, Ka‟ab

bin Malik, al-Mughirah bin Syu‟bah, dan lainnya.23

Menurut Ibnu Katsir,

setelah turun surat al-Ma‟idah ayat 5, banyak sahabat menikahi wanita Ahli

kitab karena mereka memahami ketentuan ayat tersebut sebagai ketentuan

khusus (mukhashshish) dari ketentuan umum yang terdapat di dalam surat al-

Baqarah ayat 221.

Kelompok kedua ini berbeda pendapat tentang siapa saja yang masuk

kategori sebagai wanita Ahli kitab yang boleh dinikahi tersebut. Menurut

jumhur ulama, yang dimaksud Ahli kitab pada ayat tersebut adalah penganut

agama Yahudi dan Nashrani sebagaimana penggunaan istilah tersebut di dalam

al-Qur‟an secara umum. Meskipun mereka juga melakukan kemusyrikan, tetapi

mereka diberi istilah khusus dan diperlakukan secara khusus, termasuk dalam

22

„Ali al-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Makkah: Dar al-Qur‟an al-Karim, 1972), Juz I,

h. 532

23 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, 1977), Jilid II, h. 101.

Lihat juga Abul „A‟la al-Maududi, al-Islam fi al-Muwajahah al-Tahaddiyah al-Mu‟ashsharah,

(Kuwait: Dar al-Qalam, 1983), h. 112

Page 36: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

26

pernikahan. Wanita kitabiyah yang halal dinikahi tidak hanya terbatas pada

masa Nabi SAW saja, tetapi juga mencakup wanita kitabiyah pada masa

sekarang dari berbagai bangsa dan ras.24

Menurut qaul mu‟tamad di kalangan

Syafi‟iyah, wanita kitabiyah yang boleh dinikahi tersebut hanyalah yang

menganut agama Yahudi dan Nashrani sebagai nenek moyangnya sejak

sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai rasul. Orang yang baru masuk

agama Yahudi dan Nashrani setelah al-Qur‟an diturunkan, maka tidak

termasuk dalam term Ahli kitab. Sementara itu, ada pula yang membatasi

kepada Ahli kitab yang hidup di Dar al-Islam dan membayar jizyah (membayar

pajak). Sedangkan yang tidak membayar jizyah berlaku hukum perang terhadap

mereka dan tidak boleh dinikahi berdasarkan ketentuan surat al-Taubah ayat

29.25

Kelompok ketiga ini mengharamkan pernikahan antara orang muslim

dengan orang musyrik, baik laki-laki maupun perempuan, berdasarkan dalil

surat al-Baqarah ayat 221. Mereka juga melarang wanita muslim menikah

dengan laki-laki Ahli kitab dengan alasan surat al-Maidah ayat 5 hanya

membolehkan laki-laki muslim dan wanita kitabiyah. Jika dibolehkan

sebaliknya, tentu al-Qur‟an dan al-Sunnah akan menjelaskannya.

Ketidak jelasan, persisnya ketidak pastian ini mendorong banyaknya

upaya-upaya lari dari “hukum” dengan cara-cara yang sebetulnya seharusnya

negara bertanggung jawab agar hal itu tidak terjadi. Seperti menikah di luar

negeri, yang menunjukkan bahwa negara kita tidak mampu melindungi

warganya sendiri, malah negara lain yang memberi perlindungan, seperti

Singapura dan Australia. Maraknya menikah di luar negeri menunjukkan

kepada orang-orang luar bahwa negara kita belum menjamin sepenuhnya hak-

hak warga negaranya. Bahwa diskriminasi masih menghantui setiap pasangan

24

„Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „Ala Madzahib al-Arba‟ah, (Beirut: Dar al-

Ihya‟ al-Turats al-„Arabi, 1969), Juz IV, h. 75

25 Ibnu Taimiyah, Majmu‟ al-Fatawa, (Riyadh: al-Mamlakah al-„Arabiyah al-Sa‟udiyah,

1398 H), Juz 32, h. 203-204

Page 37: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

27

beda agama yang akan menikah, sehingga mereka ramai-ramai mengesahkan

perkawinannya di luar negeri.

Hikmah yang terdapat didalamnya sangat beragam. Dengan keislamannya,

seorang muslimah mendapatkan kemuliannya. Disaat seorang Muslimah

menikah dengan non-Muslim, maka non-muslim ini yang kemudian bersetatus

sebagai suami akan memiliki kendali atas dirinya.

Sudah menjadi hal umum bila seorang suami memiliki kendali atas

dirinya. Hal ini justru akan merendahkan status wanita muslimah

tersebut.hukum syariat pun tidak meralakan penghinaan ini dan karenanya

islam pun melarang seorang wanita muslimah menikah dengan seorang non-

muslim.

Seorang suami non-muslim kelak akan memperlakukan istrinya yang

muslimah sesuai ajaran yang dianutnya yakni ajaran non-muslim. Hal ini tentu

menjadi bencana tersendiri bagi seorang istri muslimah. Bahkan sedikit sekali

dari perkawinan beda agama ini yang mampu bertahan dan mempertahankan

agamanya masing-masing. Selain itu, umumnya anak-anak yang dilahirkanpun

lebih cenderung kepada kepercayaan ayah.

Disaat seorang wanita muslimah menikah dengan non-muslim, maka

dengan pernikahannya tersebut ia seolah hanya melahirkan anak-anak yang

kafir dan bukan anak-anak generasi Islam.inilah yang sesungguhnya yang tidak

diinginkan dalam syari‟at.

Pernikahan seorang wanita beriman kepada lelaki kafir hanya akan

menjerumuskan wanita tersebut kepada kekufuran. Seorang suami terkadang

mengajak istrinya untuk menganut agama yang di yakininya. Kaum wanita pun

terkadang mengikuti semua yang dilakukan suami mereka, termasuk

didalamnya mengikuti keyakinannya. Dalam ayat pun jelas hikmah yang

tampak dalam larangan tersebut, yakni , “mereka mengajak ke neraka.” (Al-

Baqarah:221).

Page 38: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

28

Kaum muslimin dilarang menikahi wanita musyrik, karena pada umumnya

mereka sendiri yang telah memilih untuk menjadi musyrikdengan segala dalih

yang ia milikinya. Terkadang merekapun mengikuti kemusyrikan orang tuanya

tanpa mau menyadari kebenaranyang datang dari ajaran yang benar. Ia tidak

mengindahkan semua dakwah dan seruan yang ditujukanuntuknya hingga

kekufuran inilah yang kelak menjadi penghalang utama dengan islam dan

kaum muslimin. Kekufuran inilah yang kelak menghalangi tumbuhnya rasa

kasih sayang antara dirinya dan suaminya yang muslim.

Yang di maksud beda agama disini adalah perempuan muslimah dngan

laki-laki non muslim dan sebaliknya laki-laki muslim dengan perempuan non

muslim.dalam istilah fiqih di sebut kawin dengan orang kafir. Orang yang tidak

beragama islam dalam dalam pandangan islam di kelompokkan kepada kafir

kitabi yang di sebut juga dengan ahli kitab, dan kafir bukan kitabi atau di sebut

juga musyrik atau pagan.

Haram bagi seorang muslim untuk menikah dengan kafir majusi baik ia

menyembah api, komunisme, atau berhala, berdasarkan firman Allah:

اولا اأعججزننا اولى اهياهشسمخ س اخ اهؤهخ اولهخ ا االوشسمبداحز ىاؤهي نحىا نحىااولار ار

اإلى ادعىى ئل اأول اأعججننا اولى اهياهشسك س اخ اهؤهي اولعجد ال بزاااالوشسمياحز ىاؤهىاا

ادعىاإلىاالج خاوالوغفسحاثئذهااوجياآبرهالل بسالعل هنا زرم سوىااوللا

Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan

orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran. (QS. Al-Baqarah:221)

Page 39: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

29

Hikmah yang terdapat didalamnya sangat beragam. Dengan keislamannya,

seorang muslimah mendapatkan kemuliannya. Disaat seorang muslimah

menikah dengan non-muslim, maka non-muslim ini yang kemudian bersetatus

sebagai suami akan memiliki kendali atas dirinya.

Sudah menjadi hal umum bila seorang suami memiliki kendali atas

dirinya. Hal ini justru akan merendahkan status wanita muslimah tersebut.

Hukum syariat pun tidak merelakan penghinaan ini dan karenanya islam pun

melarang seorang wanita muslimah menikah dengan seorang non-muslim.26

26

Al-Jarjawi, Syekh Ali Ahmad. Indahnya Syariat Islam. (Depok: Gema Insani, 2006) h.

336-340

Page 40: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

30

BAB III

PROFIL NU DAN MUHAMMADIYAH

DAN FATWA TENTANG NIKAH BEDA AGAMA

A. Profil Nahdlatul Ulama

NU (Nahdlatul Ulama) adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi

kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai

makna penting dam ikut menentukan perjalanan sejarah Indonesia. NU lahir

dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri, sebagai organisasi

berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama‟ah, maka NU menampilkan sikap

akomodatif terhadap berbagai mahdzab keagamaan yang ada. Dan sebagai

organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-

nilai lokal. NU berkulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya

masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural,

dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat

yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini.1

Melalui forum Bahtsul Masail, para ulama NU selalu aktif mengagendakan

pembahasan tentang problematika aktual tersebut dengan berusaha secara

optimal untuk memecahkan kebuntuan hukum Islam akibat dari perkembangan

sosial masyarakat yang terus menerus tanpa mengenal batas, sementara secara

tekstual tidak terdapat landasannya dalam al-Qur‟an dan Hadist, atau ada

landasannya namun pengungkapannya secara tidak jelas.2

1 Hasil-Hasil Muktamar NU ke-XXXII, Asrama Haji Makasar 22-27 Maret 2010.

Diterbitkan Oleh Sekertariat Jendral PBNU. 2 Sahal Mahfud, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar Munas

dan Konbes NU, Surabaya: Dian Tama, 2005.

Page 41: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

31

Menghadapi sebuah kenyataan seperti ini disertai dengan perubahan

masyarakat yang begitu cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dampaknya ikut mempengaruhi sosial keagamaan baik dalam

aspek aqidah maupun muamalah yang kadang-kadang belum di ketahui dasar

hukumnya, atau sudah diketahui, namun masyarakat umum belum mengetahui,

maka para ulama Nu merasa bertanggung jawab dan terpanggil untuk

memecahkannya melalui Bahtsul Masail dalam muktamar, Musyawarah

Nasional dan Konferensi Besar sebagai forum tertinggi NU yang memiliki

otoritas untuk merumuskan berbagai masalah keagamaan, baik Masail

Dinniyah Waqi’iyyah maupun Maudhu’iyyah.

Nahdlatul Ulama (NU), sebagai jam‟iyyah sekaligus gerakan diniyyah

islamiyah dan ijtima‟iyah, sejak awal berdirinya telah menjadikan faham

Ahlussunnah Wal Jama‟ah sebagai basis ideologi. (dasar beraqidah) dan

menganut salah satu dari empat mahdzab: Hanafi, Maliki, Syafi‟i, Hanbali

sebagai pegangan dalam berfiqih.

Dengan menganut salah satu dari empat mahdzab dalam fiqih, Nu sejak

berdirinya memang selalu mengambil sikap dasar untuk “bermahdzab”. Sikap

ini secara konsekuen ditindaklanjuti dengan upaya pengambilan hukum fiqih

dari refrensi (Maraji’) berupa kitab-kitab fiqih yang pada umunya

dikerangkakan secara sistematik dalam beberapa komponen: “ibadah,

mu’amalah, munakahah (hukum keluarga), dan jinnayah/qadha’

(pidana/peradilan).

NU bertujuan menegakkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah Wal

Jama‟ah dan menganut salah satu dari empat mahdzab di tengah-tengah

kehidupan masyarakat Indonesia.

Ada tiga tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses

pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kiai Wahab Chasbullah

Page 42: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

32

(Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang), Kiai Kholil

(Bangkalan).

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme,

merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi

pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun

1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau di kenal juga

dengan “Nahdlatul Fikri” (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana

pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian

didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan

basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat .

Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim

Asy‟ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prisip dasar), kemudian juga

merumuskan kitab I‟tiqad Ahlussunnah Wal Jama‟ah. Kedua kitab tersebut

kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan

rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,

keagamaan, dan politik.

B. Profil Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang besar di Indonesia, nama

organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga

Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai oang-orang pengikut Nabi

Muhmmad SAW.3

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh

penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan

kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah

berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih

maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Isalam bukan sekedar agama yang

3 www.islamislami.com-Inspirasi Islam, Profil Lengkap Muhammadiyah Organisasi

Islam Besar di Indonesia.

Page 43: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

33

bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem

kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal

8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama

Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan K.H. A Dahlan. Beliau adalah

pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai

pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud,

beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak

hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya

berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian

keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para

pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,

akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya

sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu

singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar

daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka

didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada

diseluruh pelosok tanah air.

Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau

juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang

disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-

laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.

KH. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga

tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat

tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH

Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat

Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun

Page 44: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

34

1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan

seperti saat ini menjadi Muktamar 5 tahunan.

C. Fatwa NU Tentang Perkawinan Beda Agama

Fatwa NU dalam pandangan nikah beda agama sudah sangat jelas dan

tegas bahwasanya pernikahan tersebut haram seorang Muslim/Muslimah

menikah dengan orang yang beragama selain dengan Islam (non-Muslim).

Penegasan hukum haram nikah beda agama itu dikemukakan oleh perwakilan

PBNU, KH. Ahmad Ishomuddin, yang hadir sebagai saksi ahli dalam sidang

gugatan UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan di Mahkamah Konstitusi

(MK).

Menurut KH. Ahmad, pernikahan beda agama diharamkan dalam ajaran

Islam. Hal ini sudah sesuai dengan kesepakatan seluruh ulama di Indonesia.

Perempuan muslim hanya boleh dinikahkan dengan pria yang beraga Islam,

karna seluruh ulama menyepakati mengharamkan muslimah menikah dengan

non-muslim. Selain itu, seoarang pria muslim juga hanya boleh dinikahkan

dengan wanita yang beraga Islam (Muslimah), haram hukumnya menikah

dengan wanita non-Muslim apalagi Yahudi dan Nasrani.

Menurut KH. Ahmad sangat kecil kemungkinan bisa mengajak wanita

Yahudi dan Nasrani masuk Islam. Selain itu, pria muslim juga dilarang

menikah dengan wanita Hindu dan Budha.

Perkawinan seorang muslim dengan non-muslim juga akan menimbulkan

banyak masalah pelik dalam kehidupan berkeluarga seperti keimanan, soal

anak, dan halal haramnya aturan dalam keluarga. Sehingga muslim lebih utama

menghindari pria/wanita non-muslim.4

4 https://ddhongkong.org/nu-tegaskan-larangan-bagi-muslim-menikah-dengan-non-

muslim/(diakses 22juni 2018)

Page 45: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

35

Sah menikahi wanita Yahudi dan Nasrani dengan syarat yang telah di

sebutkanperihal wanita Israel dan lainnya, demikian pula dengan wanita Samiri

dan Sha’ibah jika keduanya bersepakat dengan Yahudi dan Nasrani dalam

ajaran pokok agama mereka, walaupun keduanya tidak sepakat dalam hal-hal

yang tidak bersifat prinsif. Jika maka keduanya tidak sepakart dalam ajaran

Yahudi dan Nasrani maka haram untuk di nikahi.

D. Fatwa Muhammadiyah Tentang Perkawinan Beda Agama

Adapun fatwa Muhamadiyah tentang nikah beda agama adalah haram dan

sudah menjadi putusan Muktamar Tarjih ke-22 Tahun 1989 di Malang Jawa

Timur. Namun demikian kami mentarjihkan/menguatkan pendapat yang

mengatakan tidak boleh dengan beberapa alasan, antara lain:

a. Ahlul kitab yang ada sekarang tidak sama dengan Ahlul kitab pada zaman Nabi

SAW. Semua Ahlul kitab zaman sekarang sudah jelas-jelas musyrik atau

menyekutukan Allah SWT dengan mengatakan bahwa Uzair itu anak Allah

(menurut Yahudi), dan Isa anak Allah (menurut Nasrani).

b. Pernikahan beda agama dapat di pastikan tidak akan mungkin mewujudkan

keluarga sakinah sebagai tujuan utama dilaksanakannya pernikahan.

c. Insya Allah umat Islam pria tidak kekurangan wanita muslimah, bahkan

realitanya wanita muslimah lebih banyak dri kaum laki-laki.

d. Sebagai upaya syadz-adz-dzari’ah (mencegah kerusakan), untuk menjaga

keimanan calon suami/istri dan anak-anak yang akan dilahirkan.5

E. Dasar-dasar Fatwa NU dan Muhammadiyah Tentang Perkawinan Beda

Agama

Nikah beda agama memiliki mafsadah atau mudharat yang lebih besar

daripada manfaatnya, terlebih hal ini berkaitan dengan akidah dan syariah

seorang muslim. Adapun penjelasannya sebagaiman berikut:

5https://www.fatwatarjih.com/2014/08/hukum-nikah-beda-agama.html?m=1(diakses 22

juni 2018)

Page 46: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

36

1. Akidah

a. Orang Kafir Mengajak Kepada Kekafiran

Menurut Wahbah al-Zuhaily dalam Tafsiral-Munir, sebab diharamkannya

pernikahan antara muslim dengan musyrik ataupun muslimah dengan kafir

baik termasuk golongan ahli kitab atau tidak, karena mereka orang-orang

musyrik baik laki-laki ataupun perempuan mengajak kepada kekafiran, dan

melakukan amalan yang dapat membawa ke neraka. Demikian karena, mereka

tidak memiliki agama yang benar yang dapat membimbing mereka, juga tidak

memiliki pedoman kitab langit yang menunjukkan mereka ke jalan yang benar,

disamping perbedaan tabiat antara hati muslim yang penuh cahaya dan iman

dan hati kafir yang gelap dan sesat.6

Lanjutnya, karena dengan berkumpul dan berbesan dengan mereka

menghendaki adanya saling memberi masukan, nasihat, cinta, kasih sayang,

dan pertukaran pemikiran-pemikiran yang sesat, serta kebiasaan dalam hal

perilaku dan adat mereka yang tidak syar‟i. Terlebih dalam mendidik anak dan

keturunan nantinya sesuai dengan nafsu dan kesesatan mereka.

Intinya, „illah sebab diharamkannya menikahi wanita musyrikah karena bisa

mengajak ke neraka.

b. Menghindari nikah beda agama supaya bisa menjaga keimanan yang dapat

menyelamatkan dari api neraka.

Demikian karena Allah memerintahkan agar menjaga diri dan keluarga dari

api neraka, sebab kalau salah satu pasangan dalam keluarga tidak beriman,

maka akan ada anak keturunannya yang akan mengikuti orang utannya yang

tidak beriman, dan ini sama saja menjerumuskan mereka ke dalam neraka.

Padahal sudah sangat jelas Allah memerintahkan agar menjaga keimannan diri

dan keluarga dalam surat al-tahrim : 6. Begitu juga, menjaga keimanan

6 Wahbah bin Mushthafa al-Zuhaily, al-Tafsir al-Munirfi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-

Manhaj, Damaskus: Dar el-Fikr al-Mu‟ashir, Cet.2 1418. h.2/292.

Page 47: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

37

merupakan wasiat nabi ibrahim kepada anak keturunannanya sebagaimana

diabadikan di dalam surat al-baqarah.

Ibnu katsir menjelaskan tentang larangan menikah beda

agama, “mereka mengajak ke dalam neraka”, bahwa hidup dan berkumpul

dengan mereka memotivasi untuk mencintai dunia dan mementingkannya atas

negeri akhirat.

c. Hilangnya Sumber Kebahagiaan

Menurut Ibnu katsir, agama itu sangat penting, karena memiliki istri yang

beragama itu lebih mahal. Sebab, dalam Islam, wanita shalihah adalah sebaik

baik perhiasan dunia. Karenanya, memiliki istri yang beragama merupakan

sumber kebahagiaan dan keberkahan hidup. Sebagai sabda Rasulullah saw:

لى هللا عليه وسلم قال: "حىكح المزأة ألربع: لمالها، ولحسبها عه أبي هزيزة، عه الىبي ص

ولجمالها، ولديىها؛ فاظفز بذاث الديه حزبج يداك.

“Wanita dinikahi karena empat hal: harta, keturunan, cantik dan agamanya.

Maka pilihlah yang beragama, maka kamu akan beruntung”. (HR. Bukahri

Muslim).

عه ابه عمز: أن رسىل هللا صلى هللا عليه وسلم قال: "الدويا مخاع، وخيز مخاع الدويا

المزأة الصالحت.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita

shalihah”. (HR. Bukahri Muslim)

Hal tersebut menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki pasangan

yang tidak beragama Islam berarti ia telah kehilangan sumber kebahagiaan

hidup. Karena sumber kebahagiaan sejati adalah pada keimanan pasangan.

Page 48: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

38

2. Syariah

Dilihat dari syariah, nikah beda agama memiliki banyak mudlarat,

diantaranya:

a). Nikah Beda Agama Sama dengan Zina

Dari fatwa MUI, NU, dan Muhammadiyah yang beristinbath dari nash-

nash al-qur‟an menyatakan haramnya nikah beda agama. Ini berarti ketika

terjadi pernikahan antara dua mempelai yang berbeda agama, maka akadnya

tidak sah. Kalau akadnya tidak sah, ini berarti hubungan antara kedua

mempelai adalah hubungan yang haram, dan apabila terjadi persetubuhan maka

itu adalah zina bukan ibadah.

b). Hilangnya Banyak Pahala Ibadah

Banyak ayat ataupun hadis yang mengajarkan agar rumah tangga diisi

dengan ketaatan dan saling mengingatkan antara pasangan untuk beribadah dan

bertaqwa kepada Allah. Karenanya, ketika salah satu pasangan tidak beriman,

itu berarti banyak pahala yang akan hilang dan tidak teraih karena tidak bisa

melakukan ibadah secara bersamaan.

c). Hukum Anak

Anak yang lahir dari pernikahan beda agama mengikuti agama orang tua

yang paling benar, yaitu Islam. Terlebih dijelaskan dalam hadis bahwa anak

yang baru lahir terlahir dalam fitrah yaitu Islam. Sabda Rasulullah saw,“Tiap-

tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci sehingga ia menyatakan oleh lidahnya

sendiri. Maka, ibu bapaknyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi,

Nasrani, atau Majusi.”

d). Hukum Waris

Suami istri yang berbeda agama, maka apabila salah satu dari keduanya

meninggal maka tidak bisa saling mewarisi. Karena beda agama termasuk

Page 49: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

39

salah satu penghalang yang menghalangi seseorang untuk mendapat harta

waris. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

لكافز المسلم{قال رسىل هللا صلى هللا عليه وسلم: }ال يزد المسلم الكافز وال ا

“Seorang muslim tidak mewarisi kafir dan tidak pula sebaliknya”. (HR. Imam

Muslim)

Dalam Kifayah Al-Akhyar dijelaskan bahwa hadis tersebut tidak

membedakan baik nasab, orang yang membebaskan budak ataupun suami istri.

Page 50: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

40

BAB IV

PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT NU DAN NUHAMMADIYAH

A. Fatwa NU Dalam Bahtsul Masail

1. Latar Sosiologis Lahirnya Fatwa

Lahirnya fatwa perkawinan beda agama didasari dari keresahan

masyarakat yang tidak/belum mengetahui apa hukum dari perkawinan beda

agama tersebut. Maka, disini NU mengambil peran dalam memecahkan

permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sehingga NU

membentuk Muktamar untuk memecahkan permasalahan yang ada pada

masyarakat Indonesia dengan membentuk Lajnah Bahtsul Masail.

2. Dasar Hukum Fatwa

Melalui forum Bahtsul Masail, para ulama Nu selalu aktif mengagendakan

pembahasan tentang problematika aktual tersebut dengan berusaha secara

optimal untuk memecahkan kebuntuan hukum Islam akibat dari perkembangan

sosial masyarakat yang terus menerus tanpa mengenal batas, sementara secara

tekstual tidak terdapat landasannya dalam al-Qur‟an dan Hadist, ijtima‟ ulama

atau ada landasannya namun pengungkapannya secara tidak jelas.1

Tidak boleh/haram atau tidak sah, kalau perempuan kafir tersebut bukan

kafir kitabi yang murni yang keturunan asli (orang tuanya masuk kedalam

agama tersebut) sebelum di nash (diubah) sebelum masa kerasulan Nabi

Muhammad SAW, seperti perempuam murtad, majusi, watsani, kafir kitabi,

yang orang tuanya masik kedalam agama itu sesudah di makhsuh (ubah) seperti

anak-anak putra putri kita Indonesia.

1 Sahal Mahfud, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar Munas

dan Konbes NU, Surabaya: Dian Tama, 2005.

Page 51: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

41

Dalam Islam, “ahli kitab” adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka

yang percaya kepada kitabullah, Taurat, dan Injil, yang masing-masing

diturunkan kepada Nabi Musa a.s. dan Isa a.s. dan menikah dengan wanita ahli

kitab memang diperkenankan dalam Islam berdasarkan petunjuk al-Qur‟an.2

Dalam kasus ini NU telah berfatwa dalam bhatsul masail yang

memutuskan bahwa perkawinan beda agama dilarang atau tidak sah di

karenakan perkawinan beda agama tersebut akan berdampak buruk kedepannya

dalam membina rumah tangga yang bahagia.

Perkawinan dengan non-Muslim di zaman sekarang berbeda dengan

zaman nabi di karenakan seseorang ahli kitab di zaman sekarang tidak beriman

kepada Allah SWT, melainkan menyekutukan Allah SWT atau menyembah

berhala.

Pernikahan lelaki Muslim dengan wanita kafir yang bukan murni ahli

kitab, seperti wanita penyembah berhala, majusyi, atau salah seorang dari

kedua orang tuanya adalah orang kafir., sebagaimana Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka

beriman.” Pelarangan dalam ayat ini menunjukan keharamannya.

Berbeda dengan lelaki muslim dengan lelaki kafir. Dalam al-Kifayah

disebutkan adanya dua pendapat tentang kebolehan wanita berhala menikah

dengan lelaki ahli kitab. Kemudian, haramkah wanita penyembah berhala

tersebut menikah dengan lelaki sesama penyembah berhala. Menurut Imam al-

Subuki, semestinya hukumnya haram, jika kita berpendapat bahwa mereka itu

termasuk yamg dimaksudkan dalam ayat tersebut diatas. Dan jika tidak

termasuk maka hukumnya tidak halal namun tidak pula haram.

Yang di maksud wanita ahli kitab yang masih murni, adalah wanita Israel.

Ia halal bagi kita sebagaimana firman Allah SWT: “dan dihalalkan mengawini

2 Abdur Rahman, Inilah Syariah Islam, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1990, h. 193.

Page 52: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

42

wanita-wanita yang memiliki kehormatan di antara orang-orang yang di beri

al-kitab sebelum kamu”.

Yang dimasud dengan al-kitab adalah, Taurat dan Injil, dan bukan kitab-

kitab yang lain sebelumnya, seperti kitab Nabi Syist, Idris, dan Ibrahim a.s.

karena kitab-kitab tersebut tidak di turunkan secara teratur sistematik, dan bisa

di pelajari ataupun dibaca. Para Nabi tersebut hanya diberi wahyu tentang

pengertian-pengertiannya saja, atau karena kitab-kitab tersebut hanya memuat

kata hikmah dan nasehat-nasehat, dan tidak memuat hukum-hukum syariat.

B. Fatwa Muhammadiyah Dalam Majelis Tarjih

1. Latar Sosiologis Lahirnya Fatwa

Lahirnya fatwa perkawinan beda agama didasari dari keresahan

masyarakat yang tidak/belum mengetahui apa hukum dari perkawinan beda

agama tersebut. Maka, disini Muhammadiyah mengambil peran sama halnya

dengan NU dalam memecahkan permasalahan yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat sehingga Muhammadiyah membentuk Muktamar untuk

memecahkan permasalahan yang ada pada masyarakat Indonesia dengan

membentuk Majelis Tarjih untuk membahas permasalahan yang ada

dimasyarakat.3

2. Dasar Hukum fatwa

Hukum nikah beda agama menurut syariat Islam itu sudah kami

terangkan beberapa kali dalam rubrik tanya jawab agama ini, bahkan telah pula

menjadi keputusan Muktamar Tarjih ke-22 tahun 1989 di Malang Jawa Timur.

Kesimpulannya, para ulama sepakat bahwa seorang wanita Muslimah haram

menikah dengan selain laki-laki Muslim. Ulama juga sepakat bahwa laki-laki

3 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-fatwa tarjih:

tanya Jawab Agama 1-6

Page 53: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

43

Muslim haram menikah dengan wanita musyrikah (seperti Budha, Hindu,

Konghuchu dan lainnya).4 Dalilnya firman Allah:

نحىا ولا ؤهت ا ولهت ا يؤهي ا حتى الوششمتا ت يا خيش ا ه ششمت ا ه لىا ه نحىا ولا اعجبتنن و ت

ؤهي ا ولعبذ ا يؤهىا حتى الوششمييا يا خيش ا ه ششك ا ه لىا ه ال بسا الى يذعىىا اولئلا اعجبلا و

اا وللا يتزم شوىا لعل هنا لل بسا ايته ا ويبييا ببره ا والوغفشةا ـ تاالجا الى يذعى

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-

orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia

menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga

dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-

perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” [QS. al-

Baqarah (2): 221]

Yang diperselisihkan para ulama ialah: Bolehkah laki-laki Muslim

menikah dengan wanita Ahlul Kitab (yaitu Yahudi dan Nasrani,

Katolik/Protestan) Ada yang mengatakan boleh, dengan bersandarkan kepada

firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 5. Ada pula yang mengatakan tidak

boleh. Namun demikian kami telah mentarjihkan/menguatkan pendapat yang

mengatakan tidak boleh dengan beberapa alasan,antara lain:

a. Ahlul Kitab yang ada sekarang tidak sama dengan Ahlul Kitab yang ada

pada waktu zaman Nabi SAW. Semua Ahlul Kitab zaman sekarang sudah

jelas-jelas musyrik atau menyekutukan Allah dengan mengatakan bahwa

Uzair itu anak Allah (menurut Yahudi) dan Isa itu anak Allah (menurut

Nasrani).

b. Pernikahan beda agama dipastikan tidak akan mungkin mewujudkan

keluarga sakinah sebagai tujuan utama dilaksanakannya pernikahan.

4 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-fatwa tarjih:

tanya Jawab Agama 1-6

Page 54: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

44

c. Insya Allah umat Islam tidak kekurangan wanita Muslimah, bahkan

realitasnya jumlah kaum wanita Muslimah lebih banyak dari kaum laki-

lakinya.

d. Sebagai upaya syadz-adz-dzari’ah (mencegah kerusakan), untuk menjaga

keimanan calon suami/isteri dan anak-anak yang akan dilahirkan.

Bahkan, sekalipun seorang laki-laki Muslim boleh menikahi wanita

Ahlul Kitab menurut sebagian ulama sebagaimana kami katakan, namun dalam

kasus yang saudara sebutkan di atas, kami tetap tidak menganjurkan

perkawinan tersebut karena syarat wanita Ahlul Kitab yang disebut dalam surat

al-Maidah ayat 5 yang dijadikan oleh mereka yang membolehkan perkawinan

tersebut tidak terpenuhi, yaitu syarat al-ihshan (اإلحصبىا), yang artinya wanita

Ahlul Kitab tersebut haruslah wanita baik-baik yang menjaga kehormatan,

bukan pezina. Perhatikan firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 5:

کنا حل ا النتبا اوتىا ال زييا وطعبما الط يبت لـننا احل ا اليىما تا ل هنا حل ا وطعبهننا لـ هيا والوحص

تا تا الوؤه غيشا هحصييا اجىسهي ا اتيتوىهي ا اراا قبلننا هيا الـنتبا اوتىا ال زييا هيا والوحص

يوبىا ي نفشا وهيا اخذاى ا هت خزيا ولا هسبفحييا خشةا فى وهىا اعوله ا حبظا فقذا ببل الخسشييا هيا ال

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan

(sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan

kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang

menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-

wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-kitab

sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud

menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya

gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima

hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat

termasuk orang-orang merugi.” [QS. al-Maidah (5): 5]

Dan perlu diketahui, negara kita tidak mengakui perkawinan beda agama,

karena menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2

ayat 1 dinyatakan: "Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu." Ini artinya, negara kita

tidak mewadahi dan tidak mengakui perkawinan beda agama (meskipun

Page 55: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

45

pengantin laki-laki beragama Islam). Oleh karena itu, perkawinan tersebut

tidak bisa dilakukan dan didaftarkan secara Islam, yaitu di KUA. Dan yang

dapat dilakukan hanyalah mencatatkan perkawinan tersebut di Catatan Sipil,

sebagaimana penduduk non-Muslim lainnya mencatatkan perkawinan mereka

di sana.

C. Perbandingan Fatwa Nu dan Muhammadiyah

Persamaan fatwa yang di rumuskan oleh NU dan Muhammadiyah dalam

perkawinan beda agama ialah, keduanya sepakat mengharamkan atau tidak sah

perkawinan beda agama di Indonesia.

Perbedaan fatwa NU dan Muhammadiyah melalui dasar hukum yang di

ambil dari kedua ormas tersebut. NU menggunakan dasar hukum al-Qur‟an,

Hadist, dan ijtima‟ ulama, metode istinbat hukum yang dipakai oleh Nahdlatul

Ulama (NU), adalah: metode Qauli, Ilhaqi, Manhaji. Sedangkan

Muhammadiyah hanya berlandaskan al-Qur‟an dan Hadist dan tidak

mempercayai pendapat 4 mazhab metodenya pun Muhammadiyah

menggunakan metode Ijma’, Qiyas Maslahah Mursalah.

Sebab berbedanya adalah NU menggunakan pendapat dari para 4 mazhab

yakni, mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan mazhab Hanbali. Sedangkan

Muhammadiyah tidak mempercayai tokoh 4 mazhab sehingga muhammadiah

membentuk mazhab tersendiri yakni Majelis Tarjih.

Nikah beda agama Nikah merupakan salah satu asas pokok hidup yang

paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu

bukan saja merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan

rumah tangga dan keturunan, namun juga dapat dipandang sebagai satu jalan

menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan

itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan

yang lainnya.

Page 56: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

46

Disisi lain juga sebenarnya pertalian dalam sebuah pernikahan adalah

pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan

saja antara suami istri dan keturunannya, melainkan antara dua keluarga yang

berbeda. Betapa tidak, dari baiknya pergaulan antara si istri dengan suaminya,

kasih-mengasihi, akan berpindah kebaikan itu kepada semua keluarga dari

kedua belah pihak, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan dan

saling tolong-menolong sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan

mencegah segala kejahatan. Selain itu juga, dengan penikahan seseorang akan

terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.

Al-Qur‟an sendiri telah memerintahkan kepada umat Muslim untuk

menikah jika mereka telah mampu untuk menjalaninya, sebagaimana terdapat

dalam QS. an-Nūr: 32:

نحىا ننا اليبهى وا لحييا ه ا يغهنا فقشاءا ي نىىا اىاا واهبئننا عببدمنا هيا والص فضله ا هيا للا

ا علين ا واسع ا وللا

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang

yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha

mengetahui.”5

Ayat di atas dengan jelas memerintahkan umat Muslim untuk menikah,

jika mereka tidak mampu dalam hal finansial maka Allah sendiri yang akan

memampukan mereka dengan karuniaya.Namun juga, dewasa ini menurut

peneliti pernikahan bukanlah sebagai suatu hal yang sakral lagi, dikarenakan

semakin banyak praktek pernikahan antara orang Muslim dengan orang-orang

non Muslim. Karena mereka hanya melihat dari satu sisi yakni masalah materi,

dengan alasan ini banyak kaum Muslim tergiur untuk menikah dengan non

Muslim karena mereka melihat segi materi saja.

Hal ini hanya sebagian kecil dari contoh yang terjadi di masyarakat kita,

namun masih banyak alasan-alasan mengapa orang Muslim menikah dengan

5 QS. Annur:32.

Page 57: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

47

orang non Muslim. Padahal dalam Islam sudah disinggung perihal pernikahan

antara orang-orang Muslim dengan orang non Muslim, namun sampai saat ini

para ulama‟ dan tokoh-tokoh Muslim masih belum menemukan kesepakatan

yang mutlak perihal pernikahan beda agama ini. Hal ini dikarenakan oleh

situasi dan kondisi serta latar belakang kehidupan masyarakat dan pendidikan

para ulama dan tokoh yang berbeda, sehingga produk pemikirannya pun

berbeda.Namun, secara ideal normatif jumhur ulama‟ berpendapat bahwa

pernikahan beda agama tidak dihalalkan, akan tetapi di sisi lain dihalalkannya

pernikahan beda agama juga mendapat persyaratan yang sangat ketat, hal ini

dimaksudkan agar seyogyanya kaum Muslim menikah dengan kaum Muslim

juga, bukan dengan orang-orang non Muslim.

Dalam hal ini ada tiga kategori yang dijadikan patokan dalam

memberikan ketentuan hukum pernikahan dengan orang non-Muslim, yang

pertama pernikahan antara laki-laki Muslim dengan perempuan musyrik, kedua

pernikahan antara laki-laki Muslim dengan perempuan ahl al-Kitab, dan yang

ketiga pernikahan antara perempuan Muslimah dengan laki-laki non Muslim.

Ideal normatif yang ditawarkan para ulama‟ klasik ialah sesuai dengan QS. al-

Baqarah: 221, QS. al-Maidah: 5 dan QS. al-Mumtahanah: 10. Para ulama

dengan tegas mengharamkan pernikahan antara laki-laki Muslim dengan

perempuan non Muslim kecuali perempuan ahl al-Kitab. Dan juga

mengharamkan pernikahan antara perempuan Muslimah dengan laki-laki non

Muslim.

Fatwa NU dalam bahtsul masail yang di laksanakan di Yogyakarta pada

akhir November 1989 memutuskan hasil perkawinan beda agama berdasarkan

al-Qur‟an, Hadist, dan Ijtima‟ para ulama. Maka, perkawinan beda agama

menurut Nahdlatul „Ulama (NU) adalah haram.

Sedangkan fatwa menurut Muhammadiyah dalam Majelis Tarjih ke XXII

yang di laksanakan di kota malang memutuskan perkawinan beda agama di

Indonesia hukumnya haram dan tidak sah. Putusan ini berdasarkan pada

sumber al-Qur’an, dan Hadist. Tentu kitab-kitab yang dijadikan maraji‟

Page 58: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

48

(rujukan) adalah kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab Hadist, terutama yang telah

ada syaratnya, sehingga lebih memudahkan.6

6 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih:

tanya jawab agama 1-6.

Page 59: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Uraian bab pertama sampai bab keempat maka bisa ditarik beberapa

kesimpulan yaitu:

Lembaga Lajnah Bahtsul Masa’il merupakan lembaga milik Nahdlatul

Ulama yang mempunyai tugas memberi jawaban akan permasalahan

keagamaan yang ada di masyarakat Islam, khususnya untuk warga Nahdliyyin,

dalam hal istinbat hukum Nadhlatul Ulama tidak langsung berdasarkan pada

al-Qur’an dan as-Sunnah, akan tetapi merujuk pada empat Imam madzhab.

Menurut mazhab Hanafi, menikahi perempuan ahli kitab itu haram

hukumnya bilamana perempuan ahli kitab itu berada disuatu negri yang sedang

berperang dengankaum muslimin, karena mengawini perempuan ahli kitab ini

akan dapat menimbulkan kerugian dan bahaya. Dalam keadaan perang itu,

anak-anak hasil perkawinan itu akan lebih cenderung kepada agama ibunya.

Mazhab Maliki sebaliknya, mengajukan dua alternatif pandangan,

pertama menikah dengan perempuan ahli kitab hukumnya makruh, baik

perempuan itu seorang kafir zimmi. Pendapat kedua, menikahi perempuan ahli

kitab itu bukan makruh karena al-Qur’an mendiamkannya. Dalam artian

menikahi perempuan ahli kitab boleh-boleh saja.

Mazhab Syafi’i dan Hanbali menyakini bahwa kedua orang tua

perempuan itu haruslah ahli kitab, jika ibunya seorang penyembah berhala,

maka perkawinan dengan ahli kitab itu tidak diperkenanan, sekalipun

perempuan itu telah dewasa dan menerima agama ayahnya. Selanjutnya Imam

Syafi’i mengatakan bahwa ahli kitab yang di halalkan adalah ahli kitab Yahudi

dan Nasrani, tidak termasuk Majusi, juga tidak termasuk ahli kitab, orang-

orang arab yang masuk kedalam Yahudi dan Nasrani karena asal agama

mereka sesat dengan menyembah berhala, kemudian mereka berpindah ke

agama ahli kitab bukan karna mereka beriman pada Taurat dan Injil dan

sembelihan mereka juga tidak halal.

Page 60: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

49

Metode istinbat hukum yang dipakai oleh Nadhlatul ulama adalah:

metode qauli, ilhaqi, dan manhaji. Dalam menyelesaikan kasus perkawinan

beda agama Nadhlatul Ulama menggunakan metode istinbat qauli yang

menghasilkan fatwa pada Mukhtamar NU tahun 1960, Mukhtamar Thariqah

Mu’tabarah tahun 1968, dan Mukhtamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir

November 1989 yang menegaskan bahwa nikah antara dua orang berlainan

agama di Indonesia hukumnya haram dan tidak sah. Keputusan Lajnah Bahtsul

Masa’il ini didasarkan pada pemahaman kitab Tuhfah al-Tullab bi Sharh al-

Tahrir dan Hashiyah al-Sharqawi

Lembaga Majelis Tarjih merupakan lembaga milik Muhammadiyah

selayaknya Nahdlatul Ulama yang memiliki Bhatsul Masail yang tugasnya

meberikan jawaban akan permasalahan berdasarkan al Qur’an dan as-Sunnah.

Dalam menyelesaikan masalah pernikahan beda agama Muhammadiyah

menggunakn metode Ijmak, Qiyas maslahah Mursalah. Maka Majelis Tarjih

menjatuhkan putusan fatwa pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah

1330 H) di Malang. Dalam hal tersebut Muhammadiyah bersependapat dengan

para ulama bahwasanya pernikahan beda agama tersebut haram dan tidak sah

di karnakan ahlul kitab di zaman sekarang berbeda dengan zaman Rasul dan

yang sekarang sudah banyak yang mensekutukan Allah SWT.

Muhammadiyah memang mengakui adanya perbedaan pendapat dalam

masalah seorang pria menikahi wanita non-Muslim berdasarkan surat al-

Maidah ayat 5. “Namun, hendaknya melihat surat Ali Imran ayat 113, sehingga

dapat direnungkan ahli kitab yang bagaimana yang dapat dinikahi laki-laki

Muslim,” tutur ulama Muhammadiyah. Dalam banyak hal, kata ulama

Muhammadiyah, pernikahan wanita ahli kitab dengan pria Muslim banyak

membawa kemudhorotan. Maka pernikahan yang seperti itu juga di larang atau

haram.

B. Saran

1. Hendaknya pemerintah merancang peraturan khusus mengenai

pernikahan beda agama, karena pada kenyataannya di lapangan masih

Page 61: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

50

banyak masyarakat Islam pindah agama karna di Indonesia tidak

adanya peraturan pernikahan beda agama ini.

2. Perlu adanya penyuluhan dari pemerintah dah tokoh agama dan

elemen ormas keagamaan agar masyarakat dapat mengetahui berbagai

hal tentang pernikahan tersebut.

Page 62: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

51

DAFTAR PUSTAKA

‘Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘Ala Madzahib al-Arba’ah, (Beirut:

Dar al-Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, 1969).

Abdul Aziz Dahlan (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru

van Hoeve, 1996)

Abu al-Fadhl Syihab al-Din al-Sayyid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-

Bayan fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim wa al-Sab al-Matsani, (Beirut: Dar

al-Ihya’ al-Turats ‘Arabi, t.th.).

Ahmad Zahro, Tradisi intelektual NU, (Yogyakarta: LkiS, 2004)

Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibn Katsir al-Yamamah, 1987),

Ali al-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Makkah: Dar al-Qur’an al-Karim,

1972).

Al-Jarjawi, Syekh Ali Ahmad. Indahnya Syariat Islam. (Depok: Gema Insani,

2006)

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Prenamedia Group, 2006),

A. Qodri Azizy, Eklektisisme Hukum Nasional, Kompetisi Antara HukumIslam

dan Hukum Umum, Yogyakarta: Gama Media, 2002,

Humaidi bin ‘Abd al-‘Aziz al-Humaidi, Ahkam Nikah al-Kuffur ‘ala Mazahib

al-Arba’ah, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1992).

Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, (Riyadh: al-Mamlakah al-‘Arabiyah al-

Sa’udiyah, 1398 H).

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), Jilid II.

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

1998).

Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1991).

M. Husain al-Thabathaba’i, Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Mu’assasah

al-A’lam li al-Mathbu’ah, 1403 Hatau1983 M).

Moh Nadzir, Metode Penelitian,Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996.

Page 63: PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42983/1/MUHAMMAD... · PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT ORMAS ISLAM DI INDONESIA (STUDI

52

M. Rasyid Ridla, Tafsir Al-Manar, (Kairo: Dar al-Manar, 1367 H).

Muhammad ‘Ali al-Shabuni, Rawa’i’ al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-

Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.).

Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khamsah, Terj.

Masykur AB, et. Al., Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera

Basritama, 2000).

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Jakarta: Mizan, 1996), cet. ke-3

Nong Muhadjir, Methode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasis,

1989,

QS. Annur:32. Al-Qur'an Indonesia

Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Kairo: Dar al-Manar, 1367 H.)

Siti Musdah Mulia, Islam dan Pernikahan Antar Agama, (Jakarta: KKA-

200atauYWP, 2003)

Supena, Ilyas, Dekontruksi dan Rekontruksi Hukum Islam,Yogyakarta: Gama

Media, 2002,

Syekh al-Imam al-Zahid al-Mufiq, Al-Muhazzib fi Fiqh al-Imam al-Syafi’i,

(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 61. Lihat juga ‘Abd al-Rahman ibn

Muhammad ibn Qasim al-Ansyari al-Najd al-Hanbali, Majmu Fatawa,

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah, (Beirut: Dar al-‘Arabiyah li al-Thiba’ah

wa al-Nasyr al-Tawzi’, 1398 H), Jilid XII,

Wahbah bin Mushthafa al-Zuhaily, al-Tafsir al-Munirfi al-Aqidah wa al-

Syari’ah wa al-Manhaj, Damaskus: Dar el-Fikr al-Mu’ashir, Cet.2 1418.

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press,

1995),

Sumber Internet

https://ddhongkong.org/nu-tegaskan-larangan-bagi-muslim-menikah-dengan-

non-muslim/(diakses 22juni 2018)

https://www.fatwatarjih.com/2014/08/hukum-nikah-beda-

agama.html?m=1(diakses 22 juni 2018)