batas usia minimal perkawinan menurut hukum positif …

99
BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA (Studi Kasus Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari). SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam Pada Fakultas Syariah RINA ISWANTI 101170104 PEMBIMBING: Drs. BAHARUDDIN AHMAD, M.HI ELVI ALFIAN A, S.H.,M.H. PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 1442H/2021 M

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF

DI INDONESIA

(Studi Kasus Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari).

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Hukum Keluarga Islam

Pada Fakultas Syariah

RINA ISWANTI

101170104

PEMBIMBING:

Drs. BAHARUDDIN AHMAD, M.HI

ELVI ALFIAN A, S.H.,M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 1442H/2021 M

Page 2: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …
Page 3: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …
Page 4: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …
Page 5: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

iv

MOTTO

باب هي استطاع هكن ج، فإه أغض للبصش وأحصي يا هعشش الش الباءة فليتضو

ىم فإه له وجاء للفشج، وهي لن يستطع فعليه بالص .

“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk

menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan

lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka

hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”

(HR Bukhari Muslim).

Page 6: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman

tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543

b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai

berikut:

A. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba´ B Be ة

Ta´ T Te ت

Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث

Jim J Je ج

Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha´ KH Ka dan Ha خ

Dal D De د

Źal Ż Zat (dengan titik di atas) ذ

Ra´ R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin SY Es dan Ye ش

Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص

Dad Ḍ De (dengan titik di bawah) ض

Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط

Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain ´ Koma terbalik di atas ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qāf Q Qi ق

Kāf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em و

Nun N En

Wawu W We و

Ha´ H Ha

Hamzah ' Apostrof ء

Ya´ Y Ye ى

Page 7: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

vi

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap

Ditulis Muta‘adiddah يتعد دة

Ditulis ‘Iddah عدة

C. Ta‘ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan tulis h

Ditulis Hikmah حكة

Ditulis „illah عهة

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang

sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan

sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis dengan h.

‟Ditulis Karamatul al-auliya كر ية الأ و نيب ء

Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t Ditulis Zakatul fitri ز كبة انفطر

D. Vokal Pendek

Ditulis A

Ditulis I

Ditulis U

E. Vokal Panjang

Fathah alif

جب ههية

Ditulis

Ditulis

Ā

Jāhiliyyah

Fathah ya‟ mati

يسعي

Ditulis

Ditulis

Ā

yas‟ā

Kasrah ya‟ mati

كريى

Ditulis

Ditulis

Ĭ

Karĭm

Dammah wawu mati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ũ

Furũd

F. Vokal Rangkap

Fathah alif

بيكى

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Fathah wawu mati

قول

Ditulis

Ditulis

Au

Qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan

Apostrof

Ditulis A‟antum ااتى

Ditulis U‟iddat اعد ت

Ditulis La‟in syakartum نئ شكرتى

H. Kata Sandang Alif Lam

Page 8: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

vii

1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah

Ditulis Al-Qur‟an انقر ا

Ditulis Al-Qiyas انقيب س

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el)

nya

‟Ditulis As-Sama انسبء

Ditulis Asy-Syams انشس

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

Ditulis Zawi al-furud ذو انفروض

Ditulis Ahl as-sunnah اهم انسة

Page 9: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Hukum

Positif Di Indonesia (Studi Kasus Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara

Tembesi Kabupaten Batanghari)”. Dalam hal ini membahas tentang batas usia

minimal perkawinan menurut Undang-Undang atau Hukum Positif di Indonesia,

berdasarkan Kompilasi Hukum Islam serta manfaat dengan adanya batas usia

dalam perkawinan. Skripsi ini dibuat dengan tujuan agar dapat mengurangi

terjadinya angka pernikahan dibawah umur yang masih saja sering terjadi dalam

kehidupan bermasyarakat, terutama bagi daerah-daerah terpencil atau jauh dari

kota, mengurangi banyaknya permintaan dispensasi menikah di pengadilan. Jenis

dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu Data primer

dan Data sekunder. Data primer, penulis melakukan penelitian langsung ke

lapangan dengan mencari fakta-fakta dan data mengenai batas usia minimal

perkawinan. Sedangkan, data sekunder yaitu penulis melakukan studi kepustakaan

seperti mengutip, membaca jurnal, dan lain sebagainya. Instrumen pengumpulan

data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Dan penarikan

kesimpulan (verifikasi). Adapun hasil dari penelitian ini penulis menemukan batas

usia menikah menurut hukum positif di Indonesia yaitu berdasarkan undang-

undang No. 6 tahun 2019 tentang Perkawinan, serta tidak adanya batas usia

menikah dalam Hukum Islam.

Kata Kunci : Batas Usia Menikah, Usia Menikah Berdasarkan Hukum

Positif, Usia Menikah Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam.

Page 10: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

ix

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan karunia, taufiq dan hidayah-Nya. Semoga sholawat serta salam

selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Batas Usia Minimal

Perkawinan Menurut Hukum Positif Di Indonesia (Studi Kasus Kantor

Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)”. Dalam

penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang

penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya, dan

berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang

diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih

kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama

sekali kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Prof. Dr H. Suaidi Asy‟ari, MA., Ph.D, sebagai Rektor Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Sayuti Una, S.Ag, M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Agus Salim, M.A.,M.IR.,Ph.D, sebagai Wakil Dekan Bidang

Akademik, Bapak Ruslan Abdul Ghani, SH, M.Hum, sebagai Wakil Dekan

Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. H.Ishaq,

S.H.,M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

4. Ibu Mustiah RH, S.Ag., M.Sy sebagai Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam, dan

Bapak Irsadunas, S.H.,M.H, Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Drs. Baharuddin Ahmad, M. HI sebagai Pembimbing I

6. Bapak Elvi Alfian A, S.H,.M.H sebagai Pembimbing II

7. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 11: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

x

8. Bapak dan Ibu Karyawan/Karyawati Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung.

Di samping itu, penulis sadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk

memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT

kita memohon ampunan-nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.

Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

Jambi, 27 Januari 2021

Penulis

Rina Iswanti

101170104

Page 12: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

xi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirobbil’alamin...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT . Taburan cinta dan kasih sayang-

Nya telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan Ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau

berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda (Riduan Ismail) dan

Ibunda Tercinta (Herlina) yang tiada hentinya memberiku do’a, semangat,

dorongan, dukungan, nasehat, pengorbanan, serta kasih sayang yang luar biasa

dan tidak terhitung bahkan dari segi materi kepadaku untuk mencapai segala

impian dan harapanku. Tanpa mereka aku bukanlah siapa-siapa. Mereka adalah

sumber kekuatan dan sumber semangat bagiku selama diperantauan. semoga

rahmat Allah serta keberkahan selalu tercurahkan kepada Ayah dan Ibu. Untuk

adik-adikku tersayang (Ririn Elpieni), Terima kasih atas segala dukungan dan

Do’anya tanpa kalian hidupku tidak akan sekuat dan setegar ini karena kalian

bentuk keharusanku agar selalu kuat dan tegar.

Terima kasih juga kepada dosen pembimbingku (Bapak Drs. Baharuddin Ahmad,

M.HI dan Bapak Elvi Alfian A, S.H,.M.H), karena dengan adanya bimbingan dan

arahan dari ibu dan bapak skipsi saya dapat terselesaikan. Serta pihak Kantor

Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari, serta teman

seperjuangan HKI ’17’ Khususnya HK A ‘17’.

Dengan hati yang tulus dan ikhlas, semoga Allah SWT membalas semua

kebaikan dan pengorbanan mereka dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin

yaa Robbal’alamiin

Page 13: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

LEMBARAN PERNYATAAN ORISINILITAS ........................................... i

PENGESAHAN ................................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................. iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

PERSEMBAHAN ............................................................................................. xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 10

C. Batasan Masalah ............................................................................................ 10

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .................................................................. 10

E. Kerangka Teori .............................................................................................. 12

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 20

BAB II METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 24

B. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 24

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 25

E. Teknik Pengolahan Data ................................................................................ 27

Page 14: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

xiii

F. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 27

G. Sistematika Penulisan .................................................................................... 29

H. Jadwal Penelitian ........................................................................................... 31

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

A. Sejarah Singkat Tentang UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ........ 32

B. Sejarah Singkat Tentang Kompilasi Hukum Islam ....................................... 35

C. Pengertian Perkawinan Menurut ................................................................... 39

a. Pengertian Perkawinan Menurut Fiqh .................................................. 38

b. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang .............................. 42

c. Pengertian Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam ................. 43

d. Tujuan Perkawinan Menurut Fiqh Dan Undang-Undang .................... 44

e. Syarat Dan Rukun Perkawinan Menurut Fiqh Dan Undang-Undang ... 44

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Ketentuan Perundang-

Undangan Di Indonesia ....................................................................... 51

B. Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Perspektif Hukum Islam ... 57

C. Manfaat Adanya Batas Usia Minimal Perkawinan .............................. 60

D. Data Hasil Penelitian ............................................................................ 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 66

B. Saran ..................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 74

DAFTAR PERTANYAAN ............................................................................ 77

DATA INFORMAN ....................................................................................... 78

CURICULUM VITAE ................................................................................... 79

Page 15: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

xiv

DAFTAR SINGKATAN

1. Hlm : Halaman

2. H : Hijriah

3. KHI : Kompilasi Hukum Islam

4. UU : Undang-undang

5. UIN : Universitas Islam Negeri

6. Q.S : Al-Qur‟an Surah

7. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam

8. SWT : Subhanahu Wata‟ala

Page 16: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I Jadwal Penelitian ................................................................................. 31

Tabel II Data Hasil Penelitian .......................................................................... 64

Table III Daftar Informan................................................................................. 78

Page 17: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …
Page 18: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di

Indonesia, Perkawinan didefinisikan sebagai ïkatan lahir batin antara seorang

pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa1.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas terdapat 5 unsur dalam perkawinan,

yaitu :

1. Ikatan lahir batin

2. Antara seorang pria dengan seorang wanita

3. Sebagai suami istri

4. Membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah

5. Berdasarkan ketuhanan yang maha esa

Untuk mencapai tujuan membentuk keluarga yang sejahtera , bahagia,

dan kekal tersebut tentunya banyak hal yang harus di perhatikan yang harus di

persiapkan oleh seorang laki-laki maupun perempuan yang akan mengikatkan

dirinya dalam perkawinan. Persiapan tersebut merupakan persiapan fisik dan

mental. Persiapan fisik dapat juga diartikan sebagai kematangan fisik,

sedangkan persiapan mental adalah kematangan atau kedewasaan dalam

bersikap dan kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan-persoalan. Hal

tersebut amat di butuhkan mengingat berbagai kemungkinan yang akan terjadi

1 Republik Indonesia,Undang-Undang Perkawinan & administrasi kependudukan,

kewarganegaraan (Cetakan Permata Press: Megah, 2005)

Page 19: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

2

di sebabkan ikatan antara manusia yang saling berbeda, baik itu berbeda jenis,

latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, cara pandang, sikap, sifat dan

sebagainya.

Tujuan pernikahan tidak terbatas pada hubungan biologis semata.

Pernikahan memiliki tujuan yang lebih jauh dari itu, yaitu mencakup tuntunan

hidup yang penuh kasih sayang sehingga manusia biasa hidup tenang dalam

keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan mulia dari perkawinan

tentunya calon mempelai harus telah masuk jiwa raga nya sebelum

melangsungkan perkawinan. Kematangan ini dapat diharapkan mewujudkan

tujuan perkawinan secara baik tanpa berpikir pada perceraian dan mendapatkan

keturunan yang baik dan sehat. Kedewasaan dapat menentukan keabsahan dari

suatu perbuatan hukum.seseorang yang belum dewasa di pandang sebagai

subjek yang belum mampu bertindak sendiri di hadapan hukum. sehingga

tindakan hukumnya harus di wakili oleh orang tua atau walinya. Keaneka

ragaman dalam menetukan batas usia kedewasaan diakibatkan oleh tidak

adanya patokan yang dapat digunakan secara akurat untuk menentukan batas

kedewasaan manusia. Usia dan tindakan perkawinan memang biasa menjadi

salah satu penentu kedewasaan. Namun tidak selalu menjadi ukuran yang tepat

karna kedewasaan sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat

mencapai tingkat kematangan dalam berpikir dan bertindak. Sedangkan tingkat

kematangan itu hadir pada masing-masing orang secara berbeda-beda, bahkan

ada pendapat yang mengatakan bahwa mungkin saja sampai akhir hayatnya

manusia tidak pernah mengalami kedewasaan karna kedewasaaan tidak selalu

Page 20: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

3

berbanding lurus dengan usia2. Seperti hal nya pencatatan perkawinan, dalam

fikih tidak pernah di jumpai adanya batasan usia menikah bagi seseorang,baik

laki-laki maupun perempuan. namun hal ini tidak berarti bahwa undang-undang

Negara muslim tidak menerapkan ketentuan mengenai batas usia perkawinan

ini.

Bahkan dalam beberapa riwayat di sebutkan bahwa Rasulallah SAW

menikahi putri Aisyah ketika ia berumur kurang dari tujuh tahun. Fakta sejarah

inilah yang kemudian menyulut perdebatan yang cukup serius di kalangan

ulama mengenai bagaimana status menikahi anak kecil atau bawah umur dalam

pandangan islam.

Seperti dijelaskan Al-Marwazi dalam Ikhtilaf Al-Ulama, Ulama, terutama

kalangan Ahl Al-Ilm sepakat bahwa hukum seorang ayah menikahkan anak nya

yang masih kecil (laki-laki atau perempuan) adalah boleh, dan tanpa harus

adanya pilihan (Khiyar) ketika dewasa. Alasan nya adalah bahwasanya

Rasulallah SAW, menikahi aisyah ketika berumur enam tahun dan hidup

bersama pada umur Sembilan tahun, Hal ini pun di bolehkan oleh para sahabat,

seperti Umar Ibn Khattab,Ali Ibn Abi Thalib, Ibn Umar Zubaiyr, Ibn Qudamah,

Ibn Maz‟un, Dan Ammarah3.

Perkawinan usia muda sangat terkait dengan hak orang tua atau wali

untuk menikahkan anaknya, tanpa di sertai kemauan anak itu sendiri. Dalam

beberapa kasus di masyarakat karena alasan hubungan kekeluargaan dan atau

2 Kharisma, Implementasi Batas Usia Minimal Dalam Perkawinan, (Bandar

Lampung,Universitas Lampung, 2017) hlm 3 3 Imam Abu „Abd Allah Muhammad Ibn Nashr Al-Marwazi, Ikhtilaf Al-Ulama

;(Beirut:‟Alim Al Kutub, 1985), hlm 125, Lihat Pula,Mustafa Al-Siba‟i, Perempuan Diantara

Hukum Islam Dan Perundang-Undangan, Hlm 80.

Page 21: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

4

mempertahankan status sosial orang tua seringkali menjodohkan atau

menikahkan anak mereka dengan anak saudara nya sejak masih belia.4

Namun, menurut perundang-undangan di Indonesia yang tercantum

dalam undang-undang No. 1 tahun 1974, perkawinan hanya dibenarkan apabila

pria dan wanita telah mencapai umur 19 tahun. Tetapi pada usia tersebut tidak

dibenarkan melangsungkan perkawinan tanpa adanya persetujuan atau izin dari

kedua orang tua. Perkawinan baru diperkenankan tanpa izin dari kedua orang

tua apabila telah berusia 21 tahun.

Secara politisi bunyi dari Undang-undang itu memiliki nilai-nilai yang

positif demi menjaga kemaslahatan perkawinan itu, misalnya bagi yang belum

berusia 21 tahun harus mendapat izin dari orang tua, batas usia minimal boleh

menikah adalah 19 tahun untuk laki-laki dan 19 tahun pula untuk perempuan

merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan dalam membina rumah

tangga nantinya.

Pemerintah dalam memberikan batasan umur seseorang boleh

mengadakan suatu perkawinan tentunya mempunyai maksud, alasan, dan

pertimbangan tertentu. Maksud dan tujuan yang dikeluarkan oleh pemerintah

dengan mengeluarkan batasan umur mengenai perkawinan adalah dalam upaya

menekan angka laju pertambahan penduduk agar tidak berjalan dengan cepat.

Sebab, batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk menikah

4 Musthafa al-siba‟I, perempuan diantara hukum islam dan perundang-undangan,

(Jakarta : Bulan Bintang, 1977) hlm 80.

Page 22: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

5

mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas

umur yang lebih tinggi.5

Mahkamah konstitusi (MK) telah mengabulkan batas usia minimal

perkawinan bagi perempuan. Semula batasannya adalah 16 tahun. Revisi

tersebut terjadi setelah MK dalam sidang yang mengabulkan permohonan uji

materi (judicial review) terhadap Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang perkawinan. Meski digugurkan MK tidak menetapkan batas minimal

menikah yang harus dipenuhi mempelai perempuan. Hakim konstitusi

menyerahkan ke DPR untuk membahas berapa batas usia minimal menikah

bagi perempuan yang ideal.6

Dalam putusannya MK (Mahkamah Konstitusi) juga menyatakan bahwa

batas minimal usia perkawinan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan

dianggap sebagai tindakan yang diskriminatif karena menyebabkan perempuan

diperlakukan berbeda dengan laki-laki. Batas usia perkawinan anak pada UU

perkawinan sesungguhnya telah melanggar hak perempuan untuk mendapatkan

pendidikan dasar 12 tahun, sebagimana yang ada dalam pasal 31 UUD 1945.

Juga bertentangan dengan UU No. 35 tahun 2018 tentang perlindungan anak,

khusus nya pasal 26 yang menyatakan bahwa orang tua wajib mencegah

perkawinan usia anak.7

Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak sebagai

instrumen HAM juga tidak menyebutkan secara eksplisit tentang usia

5 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan,

(Yogyakarta:Liberty,1999), hlm 161 6 Retno Listyarti, “Mengakhiri Perkawinan Anak,” Kompas, Sabtu, 22 Desember 2018,

hlm 6 7 Ibid

Page 23: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

6

minimum menikah selain menegaskan bahwa anak adalah mereka yang berusia

di bawah 18 tahun. Disebutkan pula, penyelenggaraan perlindungan anak

berasaskan pancasila dan berlandaskan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar konvensi Hak-hak anak

meliputi : (a). Non diskriminasi (b). kepentingan terbaik bagi anak (c). hak

untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan (d). penghargaan

pendapat anak.

Ketentuan batasan umur juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam

(KHI) pasal 15 ayat (1) didasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan

keluarga dan rumah tangga. Ini sejalan dengan prinsip yang diletakkan

Undang-undang perkawinan, bahwa calon suami istri harus telah matang jiwa

dan raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan yang baik. Namun,

dalam Kompilasi Hukum Islam pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila

calon suami atau calon istri tidak memenuhi syarat-syarat untuk melagsungkan

perkawinan menurut hukum islam dan peraturan perundang-undangan.

kompilasi hukum islam juga menyebutkan perkawinan dapat di batalkan antara

lain bila melanggar batas umur perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam

pasal 7 Undang-undang No. 1 tahun 1974.

Urusan pernikahan juga di atur oleh Negara yang bertujuan untuk

ketertiban administrasi dan mengatur pernikahan dan itu dijadikan dasar hukum

perkawinan yang berlaku sekarang ini, antara lain:

a. Buku I dari kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bab IV sampai dengan

Bab IX

Page 24: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

7

b. Uundang-undang No. 1 Tahun 1974 jo Undang-undang No. 16 tahun 2019

c. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

d. Perauran pemerintah No. 9 Tahun 1974 Tentang pelaksanaan UU No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan

e. Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan

perceraian bagi pegawai negeri sipil

f. Instruksi presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia (pasal 1-170 KHI).8

Secara medis, anak perempuan di bawah usia 16 tahun masih belum

matang dianggap secara seksual, karena organ reproduksinya belum mengalami

menstruasi sehingga tidak dianjurkan untuk menikah. Hal ini disampaikan oleh

Ketua Satgas Perlindungan Anak.

Di pedesaan menikah diusia muda masih lumrah dilakukan.

Kesederhanaan kehidupan di pedesaan berdampak pada sederhananya pola

pikir masyarakatnya, tidak terkecuali dalam hal perkawinan. Untuk sekedar

menikah seseorang tidak harus memiliki persiapan yang cukup dalam hal

materi ataupun pendidikan. Asalkan sudah saling mencintai maka perkawinan

pun sudah biasa dilakukan. Biasanya seorang remaja yang sudah memiliki

pekerjaan yang relatif baru akan berani untuk melanjutkan ke jenjang

perkawinan, disinilah perkawinan dianggap sebatas ketercukupan kebutuhan

materi saja, sementara aspek-aspek lainnya terabaikan.

8 Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016) hlm 91

Page 25: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

8

Ketiadaan penentuan batas usia nikah ini membuat manusia berupaya

untuk mengijtihadinya sendiri sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sebab

bahwa pernikahan bukan hanya sekedar akad yang menermnkan persoalan

hubungan biologis (seksual) saja, yakni hubungan kelamin yang lazim dikenal

dengan sebutan persetubuhan (persenggamaan) antara pria (suami) dengan

wanita (istri), seperti layaknya hubungan biologis yang dilakukan juga oleh

hewan jantan dan betina, namun juga ada konotasi lain yakni adanya hubungan

psikis kejiwaan (kerohanian) dan tingkah laku pasangan suami istri dibalik

hubungan-hubungan biologis itu. Muhamad Amin Summa dalam bukunya

“Hukum Keluarga Islam Didunia Islam” mengatakan bahwa dalam kata nikah

hubungan suami istri dan hubungan orang tua dengan anak , akan

mencerminkan hubungan kemanusiaan yang lebih terhormat, sejajar dengan

martabat manusia itu sendiri. Lanjutnya , dalam banyak hal memang hubungan

suami istri harus berbeda daripada hewan yang juga memiliki nafsu syahwati.

Bedanya hewan hanya memiliki naluri seks untuk seks, sementara manusia

memiliki naluri seks untuk berketurunan dan sekaligus sebagai salah satu

sarana penghambaan diri kepada Allah SWT.9

Menurut Ahmad Rofiq ketiadaan penjelasan Islam mengenai batas usia

nikah, tidak berarti bahwa pembatasan usia nikah dalam Hukum Islam

Indonesia tidak dikehendaki oleh ajaran islam. Adanya pembatasan usia nikah

di hukum positif ini justru dimaksudkan agar amanat firman Allah dalam QS

An-Nisa‟ (4):9 “agar manusia tidak meninggalkan generasi yang lemah” dapat

9 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Dalam Dunia Islam, Jakarta:PT

Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 49.

Page 26: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

9

terwujud. Salah satu usaha untuk mencapai terlaksananya amanat tersebut

adalah bahwa pernikahan hanya dilakukan oleh calon pasangan yang telah

masak jiwa dan raganya, dan masing-masing dapat mengutarakan

pesetujuannya. Jadi interpretasi terhadap ayat tersebut adalah bentuk

reformulasi atas ketentuan ayat tersebut yang disesuaikan dengan tuntutan

kehidupan sekarang, tanpa mengurangi tujuan dan prinsip syar‟i nya.10

Bicara

soal batas ketentuan Indonesia termasuk salah satu Negara yang memberikan

perhatian terhadap perkawinan dengan disahkannya undang-undang tentang

perkawinan (undang-undang tentang perkawinan), yang secara yuridis formal

merupakan suatu hukum nasional yang mengatur perkawinan di indonesia.

Sebagai peraturan pelaksanaan dari undang-undang tersebut adalah peraturan

pemerintah RI Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.11

Dalam pembentukkan sistem hukum nasional berkenaan dengan

perkawinan, dilihat dari aspek filosofi nya hukum agama menempati posisi

sebagai salah satu sumbernya. Namun belakangan ini banyak konflik yang

bermunculan dikalangan suami-istri pasca menikah, dengan berbagai jenis

sebab dan akibat. Salah satu faktor yang marak menjadi perdebatan adalah soal

batasan usia nikah yang ada dalam hukum positif Indonesia yang mengatur

tentang pernikahan. Penentuan usia dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) ini

bersifat ijtihadiyah, sebab baik Nash Al-Quran maupun hadis sama-sama tidak

10 Ahmad Rofiq, “Pembaharuan Hukum Islam Di Indonesia”,(Yogyakarta, Gema Media

Offset, 2001), hlm. 110. 11

Kaharuddin, “Nilai-Nilai Filosofi Perkawinan Menurut Hukum Perkawinan Islam Dan

Undang-Undang Ri Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta : Mitra Wacana Media,

2015. hlm. 4.

Page 27: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

10

memaparkannya secara gamblang. Ijtihad yang dimaksud adalah melalui

metode Maslahah Mursalah, dengan segala pertimbangan dan pemikiran

mendalam ulama Indonesia yang dimaksudkan untuk menjawab tantangan dan

kebutuhan masyarakat Indonesia, namun tetap sejalan dengan Hukum Islam

dan demi kemaslahatan umum.12

Secara eksplisit para fuqaha tidak sepakat terhadap batas minimal usia

perkawinan. Menurutnya baligh bagi seseorang itu belum tentu menunjukkan

kedewasaannya dengan alasan beberapa mazhab berikut. Ketentuan baligh

ataupun dewasa menurut Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Hambali Dan

Imam Syafií sebagian fuqaha bukan persoalan yang dijadikan pertimbangan

boleh tidaknya untuk seseorang melakukan pernikahan. Imam berpendapat

bahwa yang boleh menikahkan anak perempuan nya yang masih kecil (belum

baligh), begitu juga dengan nenek nya apabila ayah tersebut tidak ada. Hanya

Ibn Hazm dan Subrumah berpendapat bahwa ayah tidak boleh menikahkan

anak perempuan yang masih kecil,kecuali ia sudah dewasa dan mendapatkan

izin darinya.13

Tidak adanya ketentuan agama tentang batas umur minimal dan

maksimal untuk melangsungkan perkawinan diasumsikan memberi keloggaran

bagi manusia untuk mengaturnya. Al-Qur‟an mengisyaratkan bahwa orang

yang akan melangsungkan perkawinan haruslah orang yang siap dan mampu.

Firman allah dalam Qs An-Nuur:32

12

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta, Rajawali Pers, 2013), hlm.

59. 13

Abd Al-Rahman Al-Jaziry, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzhabib Al-Arba’ah, Op,Cit.Hlm.

161.

Page 28: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

11

لحيي هي عبادكن وإهائكن إى يكىىا فقشاء يغهن ٱللوى هكن وٱلص له وأكحىا ٱلي هي ف

و سع علين وٱلل

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu

yang laki-laki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka

miskin, Allah akan memampukan Mereka dengan karunia-Nya. Dan

Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(Qs. An-

Nuur :32)

Arti “yang layak kawin” yakni yang mampu secara mental dan spiritual untuk

membina rumah tangga.14

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul

skripsi ini tentang “Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Hukum Positif

Di Indonesia (studi kasus kantor urusan agama kecamatan muara tembesi

kabupaten Batanghari)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Berapa Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Ketentuan Perundang-

Undangan Di Indonesia ?

b. Berapa Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Perspektif Hukum Islam

?

c. Apa Manfaat Adanya Batas Minimal Usia Dalam Perkawinan ?

14

M. Quraish Shihab , Tafsir Al-Misbah, Vol , IX. (Jakarta : Lentera Hati, 2005 , Cet.

IV),335

Page 29: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

12

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang penulis bahas, maka fokus

penelitian penulis membataskan permasalahan ini. Oleh sebab itu penulis

hanya membahaskan tentang batas usia minimal pernikahan menurut Undang-

Undang tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam tentang perkawinan,

serta batas usia minimal nikah dalam Hukum Islam.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.1 tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan adanya

penelitian ini adalah :

a. untuk mengetahui batas minimal usia perkawinan menurut Perundang-

Undangan Di Indonesia

b. untuk mengetahui batas usia minimal perkawinan Menurut Perspektif

Hukum Islam

c. untuk mengetahui manfaat dari adanya batas usia perkawinan menurut

Undang-Undang No 1 Tahun 1974

1.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan

kegunaan praktis :

a. Kegunaan Teoritis

a) diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan

ilmu hukum yaitu Hukum Administrasi Negara yang

berkaitan dengan batas usia minimal perkawinan

Page 30: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

13

b) hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dan

masukan bagi pelaksaan penelitian di bidang yang sama

untuk masa mendatang pada umumnya dan masukan serta

sumbangan bagi ilmu pengetahuan

b. Kegunaan Praktis

a) Bagi masyarakat, dapat memberiakn masukan bagi

masyarakat umum berupa informasi-informasi mengenai

batas usia minimal perkawinan

b) Bagi peneliti, sebagai bahan dalam penulisan karya ilmiah

sekaligus sebagai tambahan informasi mengenai batas usia

minimal perkawinan dan juga melengkapi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

E. Kerangka Teori

Teori merupakan dasar dari lahirnya ilmu. “teori adalah seperangkat

konsep, definisi, dan proposisi yang berhubungan satu sama lain, yang

menunjukkan fenomena secara sistematis dan berusaha untuk menjelaskan,

memprediksi dan mengontrol fenomena”.

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori

yang mendukung permasalahan penelitian. Menurut kerlinger, teori adalah

himpunan konstruk(konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan

Page 31: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

14

pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel,

untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Teori berguna untuk menjadi

titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah.

Fungsi teori sendiri adalah untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi, dan

menemukan keterpautan fakta-fakta yang ada secara sistematis.

Untuk memberi kejelasan pada penelitian, penulis mengemukakan

beberapa kerangka teori yang berkaitan dengan penelitian yang membahas tentang

Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut hukum positif di Indonesia.

1. Tujuan perkawinan

Tujuan Perkawinan ialah menurut perintah Allah untuk

memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat,dengan mendirikan

rumah tangga yang damai dan teratur.15

Ada pula tujuan perkawinan

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan yaitu untuk

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu, tujuan perkawinan menurut Hukum

Islam pada hakikatnya sebagai berikut :16

a. Menghalalkan hubungan intim antara pria dan wanita untuk

memenuhi kebutuhan bathinnya.

b. Membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah

15 Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

Cetakan Pertama, (Jakarta : Hilco), hlm 26. 16

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih Dan Hukum Positif

, Cetakan Pertama, (Yogyakarta,2011), hlm 175.

Page 32: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

15

c. Memperoleh keturunan yang sah baik dimata agama dan

hukum.

Walaupun pendapat-pendapat diatas mengenai tujuan

perkawinan berbeda, tetapi pada dasarnya inti mengenai tujuan

perkawinan tersebut unsurnya sama, yaitu untuk mendirikan rumah tangga

yang diharapkan semua pasangan suami-istri.

2. Syarat dan Rukun Perkawinan

Syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam suatu perbuatan,

namun berada diluar perbuatan itu sendiri. Sedangkan rukun adalah

sesuatu yang harus ada dalam suatu perbuatan dan menjadi bagian dari

perbuatan tersebut. Sebagian dari rukun nikah merupakan persyaratan

nikah. Persyaratan perkawinan mengacu pada rukunnya, atau persyaratan

nikah itu bertalian dengan keberadaan rukun itu sendiri, karena dikatakan

sahnya suatu ibadah yang memenuhi rukun dan syarat. Berikut rukun

perkawinan yaitu sebagai berikut :

a. Adanya calon suami dan calon istri yang akan meaksanakan

perkawinan

b. Wali, yaitu ayah dari pihak wanita atau Wahsiy (yang

diwasiati) atau kerabat yang urutannya paling dekat, keturunan

dari ayah atau orang yang berilmu dari keluarganya.

c. Adanya dua orang saksi

Saksi dalam perkawinan, didalam Pasal 26 Ayat 1 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatur “perkawinan yang

Page 33: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

16

dilangsungkan dimuka pegawai pencatatan perkawinan yang

tidak berwenang, wali nikah yang tidak sah, atau yang

dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi dapat

dimintakan pembatalannya oleh para keluarga dalam garis

keturunan lurus keatas dari suami atau istri, jaksa dan suami

atau istri.”

Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa menghadirkan

saksi dalam perkawinan merupakan kewajiban, karena

perkawinan yang tidak dihadiri dua orang saksi dapat

dimintakan pembatalan perkawinan.

d. Mahar

Mahar adalah pemberian yang di berikan oleh calon suami

kepada orang tua calon istrinya karena ingin kawin dengan

calon istri.17

Mahar merupakan syarat sahnya perkawinan,

karena sesuai firman Allah Swt Pada Surah An-Nisaa

[4]:25 “…karena itu kawinilah mereka dengan seizin

keluarga (tuannya) dan berilah mas kawinnya menurut

yang patut…”

e. Sighat akad nikah

Akad nikah yaitu pernyataan sepakat dari pihak suami dan

pihak calon istri untuk mengikatkan mereka dengan tali

perkawinan dengan menggunakan ijab Kabul. Ijab dikatakan

17

Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Cet. 2 (Jakarta : PT

Bulan Bintang, 1987), hlm 80.

Page 34: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

17

oleh wali dari pihak wanita dan Kabul artinya pernyataan

menerima dari pihak pria.

Selanjutnya yang di maksud dengan syarat-syarat

perkawinan yaitu asas untuk sahnya suatu perkawinan. Akibat

dari terpenuhinya syarat-syarat perkawinan maka akan

menimbulkan hak dan kewajiban bagi suami dan istri.

Secara garis besar syarat-syarat perkawinan ada dua yaitu

sebagai berikut:18

a. Calon istri tidak haram untuk di kawini, baik haram

untuk sementara maupun selama-lamanya

b. Perkawinan di saksikan oleh dua orang saksi yang

memenuhi syarat-syarat untuk menjadi saksi, yakni

seorang muslim, baligh, berakal, tidak buta dan tidak

tuli.

3. Pembatasan umur

Yang dimaksud dengan pembatasan umur adalah umur minimal

bagi calon suami dan istri yang diperbolehkan untuk nikah. Batas umur

minimal tidak terdapat dalam berbagai madzhab secara konkrit yang di

nyatakan dengan bilangan angka, yang terdapat pernyataan istilah baligh

sebagai batas minimalnya, balig tidak dapat di nyatakan sebagai ukuran

pasti bagi semua orang, Karena masa balig tidak sama. Demikian pula

tidak terdapat batas perbedaan umur antara kedua orang calon mempelai,

18

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media ,2003)

hlm 49.

Page 35: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

18

karena itulah terjadi perkawinan antara dua orang suami istri yang selisih

umurnya yang sangat menyolok.

Akad nikah yang dilakukan oleh wali sebagai ganti dari anak yang

masih kecil itu di anggap batal. Karena tidak ada kemaslahatannya bagi

anak kecil dalam perkawinan seperti itu, bahkan akan mendatangkan

kemudharatan.

Pembatasan umur itu memang besar gunanya, diantara nya ialah

supaya kedua calon mempelai sudah cukup untuk memikul tanggung

jawab dalam berumah tangga, serta sudah matang terhadap suatu

kewajiban yang terpikul diatas pundaknya, seperti kesejahteraan dan

kebahagiaan rumah tangga.

4. Teori Maqashid Syari‟ah

Dari segi substansi maqashid syariah merupakan kemaslahatan.

Kemaslahatan yang di maksud ada dua bentuk, yang pertama dalam

bentuk hakiki, yaitu manfaat secara langsung dalam arti sebab-akibat.

Yang kedua dalam bentuk majazi, yaitu bentuk yang merupakan sebab

yang membawa kepada kemaslahatan.19

Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa maqashid syariah adalah

tujuan-tujuan akhir yang harus terealisasi dengan di aplikasinya syariat.

Pengaplikasian syariat dalam kehidupan nyata adalah untuk menciptakan

19

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Al-Syariah Menurut Al-Syatibi, Edisi 1, Cetakan

1, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1996), hlm 96.

Page 36: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

19

kemaslahatan mahluk hidup yang berada di seluruh muka bumi, kemudian

berpengaruh pada kemaslahatan atau kebaikan di akhirat.20

Kemaslahatan tersebut berdasarkan terpeliharanya agama, jiwa, harta,

akal, dan keturunan.21

dari lima hal tersebut manusia akan mendapatkan

kehidupan yang mulia.

Memelihara agama merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia,

hidup beriringan dengan agama merupakan ciri manusia. Dengan demikian,

manusia akan mendapatkan derajat yang tinggi dibandingkan dengan

derajatnya hewan. Untuk memelihara, menjaga, dan mempertahankan hidup

dengan beragama, maka kita harrus menjalankan syariat yang telah di

tetapkan. Dengan maksud menyucikan diri dari dosa dan membuat diri kita

semangat untuk menjalankan syariat.

Memelihara jiwa merupakan pemeliharaan hak untuk hidup di dunia

dan terhindar dari tindakan penganiayaan. Dalam hal ini menjaga diri dari

perbuatan zina juga termasuk dalam memelihara jiwa.

Memelihara akal yaitu tindakan memelihara akalnya agar tidak terjadi

kerusakan yang mengakibatkan orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas

seperti biasanya dan menjadi tidak berguna lagi terhadap orang disekitarnya.

Memelihara keturunan merupakan memelihara kelestarian macam-

macam dari manusia dan menjadikan manusia tersebut sebagai generasi

penerus bangsa dengan cara membina akhlak dan ilmunya. Hal yang dapat

20 Ali Mutakin, Teori Maqashid Al-Syariah Dan Hubungannya Dengan Metode Istimbath

Hukum , Jurnal Ilmu Hukum 19, no 3 (2017):552

http://jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/artikel/view/7968 21

Muhammad Abu Zahra , Ushul Fiqh, Sefullah Ma‟shum dkk, Ushul Fiqh, Cet.1

(Jakarta:PT Pustaka Firdaus, 1994), hlm 548

Page 37: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

20

merusak keturunan yaitu melakukan perbuatan zina, karena perbuatan tersebut

akan mengotori amanat yang kita terima dari Allah SWT untuk melahirkan

keturunan dari jalan perkawinan.

Memelihara harta merupakan perlindungan terhadap harta nya agar

tidak ternodai. Karena harta merupakan pemberian Allah SWT dan merupakan

salah satu sumber kekuatan bagi manusia. Oleh sebab itu,harta harus dijaga

dengan baik dengan cara menggunakan harta kepada hal-hal baik.

Didalam perkawinan anak pasti memiliki kemaslahatan tersendiri yang

terkandung di dalamnya. Kemaslahatan itu terbagi kepada tiga tingkatan yaitu

kebutuhan yang bersifat primer (dharuriyah), kebutuhan yang bersifat

sekunder (hajiyah), da kebutuhan yang bersifat tertier (tahsiniyah).22

Jadi,

tujuan syariat itu ada berdasarkan tiga kebutuhan tersebut, apabila salah satu

dari kebutuhan tersebut ada kerusakan didalamnya maka tidak dapat terbukti

kemaslahatannya. Berikut penjelasan dari tiga tingkatan tersebut, sebagai

berikut :

a. Kebutuhan yang bersifat (dharuriyah), yaitu kebutuhan yang

wajib ada di kehidupan manusia yang tujuannya untuk

kemaslahatan manusia. Apabila hal tersebut tidak ada maka

kehidupan manusia akan memiliki kendala sehingga tidak

adanya kemaslahatan.kebutuhan yang wajib ada ini berupa

agama, harta, akal, jiwa, dan keturunan.

22

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Cet. 5 (Edisi Pertama),(Jakarta:Kencana, 2009) hlm

222.

Page 38: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

21

b. Kebutuhan yang bersifat sekunder (hajjiyah), yaitu kebutuhan

yang menjadi pelengkap bagi kehidupan manusia agar manusia

menjalani kehidupan menjadi lebih mudah tida merasakan

kesulitan.23

c. Kebutuhan yang bersifat tertier (tahsiniyah), yaitu kebutuhan

yang menjadi yang berhubungna dengan akhlak yang

menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih indah. Apabila

kebutuhan ini tidak terlaksana maka tidak akan menjadi

d. kesulitan bagi kehidupan manusia.

5. „Urf

„Urf adalah sesuatu yang telah dikenal oleh orang banyak dan telah

menjadi tradisi mereka, baik berupa perkataan, perbuatan, atau keadaan

meninggalkan.24

Adapun „Urf yang shahih maka ia waji dipelihara dalam

hukum dan dalam peradilan. Seorang mujtahid haruslah memperhatikan

tradisi dalam pembentukkan hukumnya. Karena sesungguhnya sesuatu

yang telah menjadi adat manusia dan sesuatu yang telah biasa mereka

jalani, maka hal itu telah menjadi kebutuhan mereka dan sesuai pula

dengan kemaslahatan mereka. Adapun syarat-syarat „Urf yaitu sebagai

berikut :25

23 Asywadie Syukur, Pengantar Dan Ushul Fikih, Cet. 1 (Surabaya:PT Binailmu,

1990),hlm 227 24 Abdul Wahhab Khallaf, Kitab Ilmu Ushul Fiqh, hlm 123. 25

A. Djazuli, Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, Dan Penerapan Hukum Islam,

Edisi Revisi, (Jakarta: KENCANA, 2005), hlm 89.

Page 39: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

22

a. Tidak memiliki dalil yang khusus terhadap suatu kasus tertentu

baik didalam Al-Quran maupun Sunnah

b. Penggunaan „urf tidak mengakibatkan di kesampingkannnya

aturan hukum islam dan tidak menimbulkan kemafsadatan,

kesempitan, dan kesulitan.

c. Kebiasaan yang dilakukan sudah menjadi hal yang umum ,

tidak hanya dilakukan beberapa orang saja.

F. Tinjauan Pustaka

Agar peneliti tidak tumpang tindih dengan penelitian yang di lakukan

peneliti lain, maka dalam hal ini perlu dilakukan telaah kepustakaan. Studi

penelitian yang membahas mengenai batas minimal usia perkawinan dalam

berbagai perspektif merupakan objek kajian yang sudah banyak di kaji oleh

kalangan sarjana hukum, mulai dari kajian normatif hingga empiris. Ada

beberapa penelitian yang berkaitan dengan batas usia minimal perkawinan,

diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Sefti Triliya yang berjudul “Pembatasan Usia

Perkawinan Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Anak

(UPPA) Dan Maqashid Syari’ah”. Skripsi ini membahas tentang batas

usia menikah menurut undang-undang dan maqashid syariah yang

masih saja terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.seiring

perkembangan zaman UU memberikan batas minimal usia

perkawinan, jelas terjadi benturan antara fiqh dan UU. Melihat hal itu

Page 40: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

23

menurut pakar hukum islam, bahwa untuk melahirkan sebuah undnag-

undang atau fatwa hukum, maka seorang mujtahid harus

memperhatikan tujuan pembuatan hukum. Karena memang syariah di

turun kan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, termasuk

juga dalam persoalan pernikahan. Masalah pokok dalam penelitian ini

ialah melihat bagaimana bentuk pembatasan usia minimal perkawinan

menurut ketentuan undang-undang dan kemudian bagaimana

pandangan maqashid syariah terhadap ketentuan undang-undang.

Persamaan denga karya ilmiah ini sama-sama mengkaji tentang usia

minimal perkawinan menurut undang-undang dan hukum islam,

sedangkan perbedaannya penelitian yang ditulis oleh sefti triliya hanya

memfokuskan pada pembuatan hukum tenang batas usia perkawinan

yang sesuai dengan maqashid syariah. Sedangkan pembahasan peneliti

mengkaji tentang batas usia minimal perkawinan yang di tetapkan

menurut hukum positif di Indonesia.

2. Skripsi dari Boga Kharisma mahasiswa universitas lampung fakultas

hukum yang berjudul “Implementasi Batas Usia Minimal Dalam

Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”.

Penelitian ini membahas tentang pemerintah mengatur ketentuan

mengenai batas usia perkawinan Menurut Pasal 7 Undang-Undang

No.1 Tahun 1974. Berdasarkan pasal tersebut perempuan hanya boleh

melangsungkan perkawinan jika telah mencapai usia 16 tahun dan usia

19 tahun bagi laki-laki dengan ketentuan mendapat izin dari orang tua.

Page 41: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

24

Namun, ketentuan batas usia tersebut ternyata mengalami

disharmonisasi dengan Undang-Undang Perlindungan Anak yang

menentukan usia dibawah 18 tahun merupakan usia anak-anak dan

perkawinan di usia tersebut harus dicegah. Ketidakselarasan pada

kedua undang-undang di perkuat oleh adanya system pluralisme batas

usia dalam beberapa pasal pada Undang-Undang No.1 Tahun 1974.

Persamaan dengan karya ilmiah ini mengkaji tentang peraturan

pemerintah yang mengatur tentang usia perkawinan menurut undang-

undang No. 1 tahun 1974 yang masih menjadi perdebatan baik itu

dalam hukum positif maupun para fuqaha , perbedaannya yaitu peneliti

boga kharisma hanya meneliti peraturan undang-undang No. 1 tahun

1974 pasal 7 saja, sedangkan pembahas meneliti hukum positif

mengenai batas usia perkawinan baik itu Undang-undang, Kompilasi

hukum islam, Maupun UU tentang perlindungan anak.

3. Tesis Achmad Rif‟an mahasiswa pascasarjana universitas sunan

kalijaga program studi hukum islam konsentrasi hukum keluarga yang

berjudul “Dinamika Perkembangan Ketentuan Batas Minimal Usia

Perkawinan Diindonesia” tesis ini membahas tentang sejarah sosial

batas minimal usia perkawinan di Indonesia. Hukum islam tidak

menentukan kemampuan bagi seseorang yang akan melaksanakan

sebuah perkawinan, yang ada hanya ketentuan akhil baligh bagi pria

dan wanita yang sudah menstruasi. Hingga akhirnya muncul sebuah

ketentuan batas minimal usia minimal yang dimuat dalam undang-

Page 42: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

25

undang Indonesia yaitu dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan yang mensyaratkan calon mempelai

yang akan melangsungkan perkawinan, yaitu 19 tahun untuk laki-laki

dan 16 untuk perempuan. Muncul sebuah upaya hukum untuk

pembaharuan hukum keluarga khususnya dalam ketentuan batas usia

pekawinan. Persamaan penelitian dengan peneliti yaitu sama-sama

menggunakan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

tentang batas usia minimal perkawinan yang disetujui dalam undang-

undang yang berlaku di Indonesia. Perbedaan dengan peneliti yaitu

achmad rifan membahas perkembangan batas usia minimal

perkawinan, karena masih banyal pasangan yang menikah hanya

berlandaskan agama, jika sudah baligh maka dibolehkan untuk

menikah. Sedangkan peneliti membahas tentang ketentuan batas usia

minimal perkawinan yang telah disepakati oleh peradilan agama dan

mahkamah konstitusi yang berlaku atau disebut dengan hukum positif

di Indonesia.

Page 43: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

26

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan sutu metode, oleh itu penyusunan dalam skripsi ini penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam data ini adalah

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu

pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada

gejala-gejala yang bersifat ilmiah karena arientasinya demikian,

maka sifatnya naturalistik atau bersifat kealamiahan sera tidak

bisa dilakukan di laboratorium saja melainkan harus terjun ke

lapangan.26

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian

normatif empiris . penelitian hukum normatif empiris adalah

penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum

normative (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara

langsung pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam

masyarakat.27

26

Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi , Tesis, Serta Disertasi, (Jambi

: STAIN Press, 2015) hlm 66-70 27 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi : Syariah Press, 2012), hlm 41

Page 44: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

27

C. Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis dan sumber data

yang digunakan untuk memperoleh data informasi sesuai

dengan tujuan penelitian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer tidak boleh diperoleh dari apa-apa

perantara atau pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Data

hendaklah juga diperoleh secara langsung baik melalui

observasi, wawancara dan informasi pertama kali dari

pihak-pihak tertentu28

.

2. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh daripada studi

kepustakaan seperti melalui jurnal, buku-buku, majalah,

website, dokumentasi, menelaah perundang-undangan atau

bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dibahas29

.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

adalah metode komparatif, yang merupakan metode

penelitian yang bersifat membandingkan, penelitian ini

digunakan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan

dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti

28

Sayuti Una, Mh, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi : Syariah Press, 2012 ) hlm 42 29 Ibid, hlm 42

Page 45: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

28

berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Untuk

memudahkan dan menghimpunkan data-data dan fakta di

lapangan, maka penulis menggunakan beberapa teknik

sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data

dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara

sistematis terhadap objek yang akan diteliti30

.

b) Wawancara

Adalah suatu cara dalam pengumpulan data yang

diperoleh secara lisan bagi mencapai suatu tujuan.

Informasi yang diberikan bisa berkembang dengan

sendirinya. Teknis yang digunakan adalah adalah

wawancara terstruktur. Wawancara tersturktur adalah

wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan

pedoman pada daftar pertanyaan yang telah di siapkan

sebelumnya31

c.) Dokumentasi

Adalah pelengkap dari teknis pengumpulan data

wawancara. Dokumnetasi yang diartikan sesuatu yang

tertulis atau tercatat yang dapat digunakan sebagai bukti

30

Ibid, hlm 43 31 Ibid, hlm 43

Page 46: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

29

atau keterangan seperti naskah, buku-buku ilmiah, disertasi,

skripsi, tesis, jurnal dan sebagainya32

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam menganalisa data-data yang dapat dari literature

yang ada, penulis menggunakan pengolahan dengan tahap-

tahap sebagai berikut :

a. Editing : pemeriksaan kembali data yang didapat dengan

cermat dan teliti, terutama dari segi kelengkapan, kejelasan

makna, kesesuaian, keselarasan, relevansi, dan

keseragaman antara yang satu dengan yang lainnya.

b. Organizing : pengorganisasian data dengan cara menyusun

dan menistimasikan serta mengklasifikasikan data-data

yang didapat.

c. Analizyng : mengadakan analisis lanjutan terhadap hasil

pengorganisasian data yang menggunakan kaedah-kaedah

dan teori hukum positif dan dalil berkenaan dengan batas

usia perkawinan secara jelas dan lengkap.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data-data diperoleh dan di kumpulkan, kemudian

data tersebut di analisa dengan bertujuan menggambarkan

secara integral tema-tema umum seperti pembatasan usia

32 Ibid, hlm 43

Page 47: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

30

perkawinan setelah itu diambil keputusan baik secara deduktif

maupun induktif.

Dalam menganalisa data penulis menggunakan pendekatan

normatif yaitu dengan cara mendekati masalah apakah boleh atau tidak,

sesuai atau tidak menurut norma berdasarkan prinsip-prinsip undang-

undang dan hukum islam khususnya.

a. Reduksi Data (data reduction)

Adalah Reduksi data yang merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan ada hal-hal terpenting, dicari tema

dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan.33

b. Penyajian data (data display)

Merupakan langkah setelah mereduksi data. Penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antara

kategori, flowchart dan seumpamanya yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.34

33

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2012)

hlm 247 34 Ibid, hlm 252

Page 48: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

31

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi dalam lima bab dan setiap

bab terdiri dari sub-bab yang membahas permasalahan-

permasalahan tersendiri tetapi saling berkaitan. Hasil penelitian

ini setelah dilakukan analisis kemudian disusun dalam bentuk

laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan

Penelitian, Kerangka Teori Dan Tinjauan Pustaka.

Bab kedua, membahas tentang Metode Penelitian Dan Subnya

Seperti, Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Teknik Pengumpulan

Data, Pengolahan Data, Jenis Dan Sumber Data, Analisis Data, Dan

Sistematika Penulisan.

Bab ketiga, membahas tentang Tinjauan Umum Tentang

Perkawinan Di Indonesia, Sejarah Singkat Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974, Sejarah Singkat Tentang Kompilasi Hukum Islam Di

Indonesia, Pengeertian Perkawinan, Tujuan Perkawinan Menurut Fiqh

Dan Undang-Undang, Syarat Dan Rukun Perkawinan Menurut Fiqh Dan

Undang-Undang.

Bab keempat, tentang Pembahasan Mengenai Umur Batas Usia

Minimal Perkawinan Menurut Ketentuan Undang-Undang, Umur Batas

Page 49: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

32

Usia Minimal Perkawinan Menurut Perspektif Hukum Islam, Dan Manfaat

Adanya Batas Minimal Umur Dalam Perkawinan.

Bab kelima, berisi penutup yang terdiri kesimpulan dan disertai

saran.

Page 50: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

33

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

A. Sejarah Singkat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Pada masa penjajahan Indonesia oleh Negara-negara maju seperti

Belanda dan Jepang, sejak itu juga perkawinan usia muda di Indonesia

terjadi. Indonesia sendiri telah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.

Pada masa penjajahan bangsa Indonesia melakukan perkawinan di usia

yang masih belia misalnya di usia 18 tahun atau ketika setelah menstruasi

pertama untuk remaja perempuan dan setelah disunat dan mimpi basah

untuk remaja laki-laki. Orang tua zaman dulu khusus nya pada masa

penjajahan memilih menikahkan anak-anak mereka diusianya yag sangat

muda agar tidak menjadi perawan dan perjaka tua. Sebutan perawan tua

untuk perempuan dan perjaka tua untuk laki-laki, merupakan sebuah aib

yang perlu dihindari bagi pandangan para orang tua pada zaman itu.

Selain itu, ditujukan untuk memperoleh keturunan laki-laki , agar dapat

melawan para penjajah Fahrudi, batas usia kawin dalam undang-undang

perkawinan no.1 tahun 1974: studi sosiologi max weber, tesis Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel, (2019)35

.

Setelah melalui proses yang panjang, pada tahun 1973 Fraksi

Katolik di Parlemen menolak Rancangan Undang-Undang Perkawinan

35

Fahrudi, Batas Usia Kawin Dalam Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974:

Studi Sosiologi Max Weber, Tesis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, (2019), hlm. 31

Page 51: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

34

yang berdasarkan Islam. Konsep RUU Perkawinan khusus umat islam

yang disusun pada tahun 1967 dan rancangan 1968 yang berfungsi sebagai

Rancangan Undang-Undang pokok perkawinan yang di dalamnya

mencakup materi yang diatur dalam rancangan tahun 1967, Akhirnya

pemerintah menarik kembali kedua rancangan dan mengajukan RUU

perkawinan yang baru pada tahun 1973. Lalu, pada tanggal 22 desember

1973, Menteri Agama mewakili pemerintah membawa konsep RUU

Perkawinan yang di setujui DPR menjadi Undang-Undang Perkawinan.

Pada tanggal 2 Januari 1974, Presiden mengesahkan Undang-Undang

tersebut dan diundangkan dalam Lembaran Negara No 1 tahun 1974, yang

termasuk di dalamnya adalah mengenai batas usia kawin36

. Tujuan dari

dibentuknya Undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan agar

dapat meminimalisir terjadinya pernikahan di bawah usia ataupun

pernikahan di bawah tangan (yang hanya dilakukan secara agama) tanpa

ada campur tangan dari petugas kantor urusan agama atau pegawai

pencatatan nikah, serta dapat melindungi hak-hak perempuan setelah di

cerai talak suami. Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan ini terdiri dari 14 bab, antara lain :

1. Dasar perkawinan

2. Syarat-syarat perkawinan

3. Pencegahan perkawinan

4. Batalnya perkawinan

36 Ibid, hlm 35

Page 52: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

35

5. Perjanjian perkawinan

6. Hak dan kewajiban suami istri

7. Harta benda dalam perkawinan

8. Putusnya perkawinan serta akibatnya

9. Kedudukan anak

10. Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua

11. Perwalian

12. Ketentuan-ketentuan lain

13. Ketentuan peralian

14. Ketentuan penutup

Dengan demikian, Undang-Undang perkawinan bermaksud mengadakan

unifikasi dalam bidang hukum perkawinan tanpa mengilangkan kebhinekaan yang

masih harus dipertahankan, karena masih berlakunya ketentuan-ketentuan

perkawinan yang beraneka ragam dalam masyarakat hukum Indonesia. Dengan

sendirinya undang-undang perkawinan mengadakan perbedaan kebutuhan hukum

perkawinan, yang berlaku secara khusus bagi golongan penduduk warga Negara

Indonesia tertentu yang didasarkan pada hukum masing-masing agamanya itu.

Bagi umat beragama selain tunduk pada undang-undang No.1 tahun 1974, juga

tunduk pada ketentuan hukum agamanya atau kepercayaan agamanya sepanjang

belum diatur dalam undang-undang perkawinan. Hal-hal yang diatur dalam

Page 53: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

36

undang-undang perkawinan terbatas pada mengatur soal-soal perkawinan yang

belum diatur oleh hukum masing-masing agamanya tersebut.37

B. Sejarah Singkat Tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

Sebelum Indonesia merdeka, sudah ada hukum tertulis tentang

perkawinan bagi golongan-golongan tertentu. Yang menjadi masalah

waktu itu adalah bagi warga bumiputra yang beragama islam. Bagi mereka

tidak ada aturan sendiri yang mengatur tentang perkawinan, tidak ada

undang-undang sendiri yang dapat dijadikan patokan dalam pelaksanaan

akad nikah perkawinannya. Bagi mereka selama itu berlaku hukm islam

yang sudah diresiplir dengan hukum adat berdasarkan teori receptive, yang

dikemukakan oleh Hurgronye, Van Vollen Hoven, Ter Haar, dan murid-

muridnya38

.

Kompilasi hukum islam (KHI) di Indonesia merupakan ijma’ dari

para ulama Indonesia yang dirintis sejak Indonesia merdeka. Dalam

lokakarya yang diadakan di Jakarta pada tanggal 2-5 februari 1988 para

ulama-ulama Indonesia Indonesia sepakat menerima tiga rancangan buku

Kompilasi Hukum Islam, yaitu buku I tentang Hukum Perkawinan, buku II

tentang Hukum Kewarisan, dan buku III tentang Hukum Perwakafan

Kompilasi Hukum Islam ini di harapkan dengan digunakan oleh instansi

pemerintah dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum

islam yang diharapkannya. Untuk agar warga Negara Indonesia , Presiden

Soeharto dengan INPRES Nomor 1 tahun 1991 menginstruksikan Menteri

37

Mufidah Ulfa, Tinjauan Yuridis Terhadap Perkawinan Tanpa Akta Nikah, hlm 32-33. 38

Ibid, Hlm 36

Page 54: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

37

Agama RI untuk menyebarkan Kompilasi Hukum Islam kepada instansi

pemerintah masyarakat yang memerlukannya. Untuk menindaklanjuti

instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 tersebut, Menteri Agama RI

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 1 tahun 1991 yang merupakan

instruksi kepada seluruh jajaran Departemen Agama dan instansi

pemerintah lainnya yang terkait untuk memasyarakatkan Kompilasi

Hukum Islam dan menggunakan hukum Kompilasi Hukum Islam yang

berisi tentang Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan bagi orang-orang

Islam39

.

Pada dasarnya apa yang termuat dalam Kompilasi Hukum Islam,

yang berhubungan dengan perkawinan semuanya telah dimuat dalam

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Hanya saja

dalam Kompilasi Hukum Islam muatannya lebih terperinci, larangan lebih

dipertegas, dan menambah beberapa beberapa poin sebagai aplikasi dari

peraturan perundang-undangan yang ada. Adapun hal-hal yang menjadi

perhatian kompilasi hukum islam dan mempertegas kembali hal-hal yang

telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan40

.

Ide penyusunan kompilasi hukum islam timbul setelah beberapa

tahun mahkamah agung membina bidang tehnik yudisial peradilan

39

Abdul Manan, Aneka Maslah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kecana,

2006), hlm 26 40 Ibid, hlm 27

Page 55: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

38

agama41

. Tugas pembinaan ini juga di dasari oleh UUD No.14 tahun 1970

tentang kekuasaan pokok kehakiman. Pasal 2 ayat 1 menyatakan:

“penyelenggaraan kekuasaan kehakiman tercantum pada pasal 1 di

serahkan kepada badan-badan peradilan dan di tetapkan dengan undang-

undang dengan tugas pokok untuk menerima , memeriksa dan mengadili

serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya”.

Inpres tersebut disosialisasikan ke berbagai provinsi di Indonesia,

terutama di kalangan ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat, timbul

lah sanggahan-sanggahan tentang berbagai hal, misalnya saja di bidang

hukum Perkawinan, terdapat aturan tentang kebolehan menikahkan wanita

hamil, bidang hukum Kewarisan tentang ahli waris pengganti, dan anak

angkat yang mendapat wasiat wajibah. Tetapi pejabat dari lingkunagn

mahkamah RI menjelaskan sangahan-sanggahan tersebut dengan argument

bahwa dengan meskipun KHI masih lemah dan banyak kekurangan,

namun hendaknya dapat di terima dulu apa adanya, sambil berjalan di

usahakan, dan dipikirkan konsep-konsep perbaikan untuk masa yang akan

datang.

Istilah kompilasi diambil dari perkataan “compilare” dalam bahasa

latin yang mempunyai arti mengumpulkan bersama-sama. Seperti

mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar berserakan dimana-

mana. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi “compilation” dalam

bahasa Inggris atau “compilatie” dalam bahasa Belanda. Istilah ini

41

Basic Jalil, Pengadilan Agama Di Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2006), Cet. Ke I, hlm 109

Page 56: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

39

kemudian dipergunakan dalam bahasa Indonesia menjadi “kompilasi”

yang beraarti terjemahan langsung dari dua perkataan tersebut yang

terakhir.42

Di tinjau dari segi bahasa kompilasi itu adalah kegiatan

pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang diambil dari berbagai

bahan tertulis yang diambil dari berbagai buku atau tulisan mengenai

sesuatu persoalan tertentu.43

Sedangkan kompilasi dalam pengertian

hukum adalah tidak lain dari sebuah buku hukum atau buku kumpulan

yang memuat uraian atau bahan-bahan hukum tertentu, pendapat hukum

atau juga aturan hukum44

. Ide melahirkan Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia (KHI) ini timbul setelah Mahkamah Agung (MA) membina

bidang justisial Peradilan Agama. Tugas pembinaan ini didasarkan pada

Undang-Undang Nomor 14/1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman. Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa organisasi,

administrasi dan keuangan pengadilan dilakukan oleh departemen masing-

masing, sedangkan pembinaan teknis yutisial dilakukan oleh Mahkamah

Agung.

Pada tahun 1989 lahir Undang-Undang Nomor 7 tentang Peradilan

Agama,45

Undang ini mengatur tentang hukum formil, sementara hukum

formil, sementara hukum materil yang menjadikan rujukan bersama para

42 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia , (Jakarta : Akademika Pressindo,

1992), hlm 10 43 Ibid,. hlm 11 44 Ibid, hlm 12 45

Dengan Lahirnya UU. No. 7 /1989 ini menjadikan status PA Sejajar dengan Peradilan-

Peradilan lainnya. Tokoh-tokoh agama yang kritis menilai Undang-Undang ini sebagai refleksi

Syariah.

Page 57: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

40

hakim dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama belum ada. Ini

berakibat bahwa jika para hakim agama menghadapi kasus yang harus di

adili, maka rujukannnya adalah berbagai buku fiqh tanpa suatu standarisasi

atau keseragaman. Akibat lanjutnya, secara praktis, terhadap kasus yang

sama dapat lahir putusan yang berbeda46

.

Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta mengharapkan

kepada pemerintah untuk segera mengesahkan Kompilasi Hukum Islam

sehubungan dengan diundangkannya UU No.7 tahun 1989 tentang

Peradilan Agama. Dan beberapa hari sebelum presiden menunaikan ibadah

haji, tepat nya tanggal 10 juni 1991, beliau menandatangani intruksi

presiden republic Indonesia no.1 tahun 1991. Sejak saat itu secara formal

berlaku lah kompilasi hukum islam di seluruh Indonesia sebagai hukum

materiil yang di pergunakan di lingkungan peradilan agama.47

Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia (KHI) terdiri dari tiga buku, yaitu :

a. Buku I tentang Hukum Perkawinan

b. Buku II tentang Hukum Kewarisan

c. Buku III tentang Hukum Perwakafan

C. Pengertian Perkawinan Menurut :

1. Pengertian Perkawinan Menurut Fiqh

Dalam buku fiqh ditemui dua kata untuk perkawinan atau

pernikahan, yakni al-nikah/الكاح dan al-ziwaj/الضواج. Secara harfiah,

al-nikah berarti al-wath’u/ الىط , al-dhdammu/الن dan al-

46

Baharudin ahmad, hukum perkawinan di Indonesia (Nusa Litera Inspirasi, 2019) Cet I,

hlm 49 47 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, …hlm 46

Page 58: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

41

jam’u/ الجوع.48

kata al-wath’u berasal dari kata wath’a – yath’u –

wath’an ( وط –ىط -وط ), artinya berjalan diatas, melalui, memijak,

menginjak, memasuki, menaiki, menggauli, dan bersetubuh atau

bersenggama.49

Sedangkan Amir Syarifuddin mengartikan kata

nikah adalah “bergabung” (ضن), “hubungan kelamin” (وط) dan juga

berarti “akad” (عقذ)50

.

Kata al-dhammu, yang terambil dari akar kata dhamma-

yadhammu- dhamman ( ضوا -ىن -ضن ), secara harfiah berarti

mengumpulkan, memegang, menggenggam, menyatukan,

menggabungkan, menyadarkan, merangkul, memeluk, dan

menjumlahkan.51

Selain kata al-nikah dipergunakan juga kata al-zawaj/al-

ziwaj. Terambil dari akar kata zaja- yazaju- zaujan ( -ضاجى -صاج

yang secara harfiah berarti menghasut, menabuh benih (صوج

perselisihan, dan mengadu domba. Namun, yang dimaksud dengan

al-zawaj/al-ziwaj di sini ialah al-tajwiz yang terambil dari kata

zawwaja-yuzawwiju- tazwijzan ( تضوىجا -ىضوج -صوج ) dalam bentuk

timbangan “fa‟ala – yufa‟ilu – taf‟ilan ( تفعىل -ىفعل -فعل ) yang secara

48 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005), hlm. 43 49 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Qamus Arab - Indonesia, (Yogyakarta :

Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984) hlm. 1671-1672 50

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam..hlm 36. 51 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Qamus…hlm 887

Page 59: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

42

harfiah mengawinkan, mencampuri, menemani, mempergauli,

menyertai dan memperistri.52

Menurut bahasa nikah berarti penggabungan dan

percampuran. Sedangkan, menurut istilah syariat nikah berarti akad

antar laki-laki dengan wali perempuan yang karenanya hubungan

badan menjadi halal. Nikah berarti akad dalam arti yang

sebenarnya dan berarti hubungan badan dalam arti majazi

(metafora). Demikian berdasarkan firman allah berikut ini,

كحى ه ي بار ى أهاحيفا

“karena itu kawinilah mereka dengan seizing tuan mereka”

(al-nisa;25).

Ada juga yang mengartikan nikah secara bahasa, berarti

menghubungkan atau mengumpulkan antara dua hal, juga disebut

dengan akad atau ikatan. Adapun nikah secara istilah adalah akad

yang diungkapkan dengan lafadz inkah(menikah) atau tazwij

(kawin) secara umum53

.

Menurut sebagian ulama hanafiah, “ nikah adalah akad

yang memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk

bersenang-senang secara sadar (sengaja) bagi seorang wanita

dengan seorang pria, terutama guna mendapatkan kenikmatan

biologis”. Sedangkan menurut sebagian Mazhab Maliki, nikah

adalah sebuah ungkapan (sebuah) atau title bagi suatu akad yang

52

Summa, Hukum Keluarga Islam..hlm 43 53

Shalih Bin Gahanim As-Sadlan, “Penerjemah : Nurul Mukhlisin”, Intisari Fiqih

Islam,(Surabaya:Pustaka La Raiba Amanta (ELBA) 2007), hlm 184

Page 60: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

43

dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan (seksual)

semata-mata. Mazhab syafi‟iah nikah dirumuskan dengan “akad

yang menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh dengan

menggunakan redaksi (lafal). Sedangkan ulama Hanabilah

mendefinisikan nikah tangan “akad yang dilakukan dengan

menggunakan kata inkah atau tajwiz guna mendapatkan

kesenangan (bersenang).54

Para ulama merinci makna lafal nikah

ada empat macam. Pertama, nikah diartikan akad dalam arti yang

sebenarnya dan diartikan percampuran suami istri dalam arti

kiasan. Kedua, sebaliknya nikah diartikan percampuran suami istri

dalam arti sebenarnya dan akad berarti kiasan. Ketiga, nikah lafal

musytarak (mempunyai dua makna yang sama). Keempat, nikah

diartikan adh-dhamn (bergabung secara mutlak) dan al-ikhtilat

(percampuran). Makna percampuran bagian dari adh-dhamn

(bergabung) karena adh-dhamn meliputi gabungan fisik satu

dengan fisik yang lain dan gabungan ucapan satu dengan ucapan,

yang lain yang pertama gabungan dalam bersenggama dan kedua

gabungan dalam akad.55

54 Sefti Triliya, Pembatasan Usia Perkawinan Ditinjau Dari Undang-Undang

Perlindungan Anak (UUPA) Dan Maqashid Syariah, Skripsi Institute Agama Islam Negeri

(IAIN) Curup (2019), hlm 19 55

Abdul Aziz Muhammad Azzam&Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm 38

Page 61: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

44

2. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan

Undang-undang pasal 1 nomor 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.56

Dalam undang-undang ini

ditemukan prinsip atau azas-azas mengenai perkawinan dari segala

sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang telah disesuaikan

dengan perkembangan dan tuntunan zaman. Azas-azas atau prinsip-

prinsip yang tercantum dalam undang-undang ini adalah sebagai

berikut :

a. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan

melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan

kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan

spiritual dan material.

b. Dalam undang-undang ini dinyatakan, bahnwa suatu

perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayannya.

c. Undang-undang ini menganut azas monogami. Hanya apabila

dikehendaki oleh yang bersangkutan karena hukum dan agama

56

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan

Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Citra Umbara, 2007), hal 2

Page 62: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

45

dari yang berangkutan mengizinkan seorang suami dapat

beristri lebih dari seorang.

d. Undang-undang ini menganut prinsip, bahwa calon suami istri

itu harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan

perkawinan.

e. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga

yang bahagia kekal dan sejahtera, maka undang-undnag ini

menganut prinsip untuk mempersukar terjadinya perceraian

f. Hak dan kedudkan istri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun

pergaulan masyarakat.

3. Pengertian Perkawinan Menurut Kompilasi Hukum Islam

Perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau mitsaqoon ghalidzan, untuk mentaati

peintah allah dan melaksanakan nya merupakan ibadah.57

Pasal 4

BAB II Kompilasi Hukum Islam perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1)

undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.58

57

Khairul Mufti Rambe, Psikologi Keluarga Islam (Medan: Al-Hayat, 2007), hlm 4 58

Kompilasi Hukum Islam, (Permata Press) …hlm 2

Page 63: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

46

D. Tujuan Perkawinan Menurut Fiqh Dan Undang-Undang

Tujuan perkawinan menurut fiqh, adalah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.59

Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Abdul Rohman Ghazali,

tujuan perkawinan adalah :60

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan

menumpahkan kasih sayang

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima

hak serta kewajiban dan untuk memperoleh harta kekayaan yang

halal

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang

tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang

Sedangkan menurut khairuddin nasution dalam bukunya

hukum perkawinan, mengemukakan bahwa tujuan dari perkawinan

ada lima, yaitu:

1. Memperoleh ketenangan hidup yang penuh cinta dan

kasih sayang (sakinah, mawaddah, wa rahmah), sebagai

tujuan pokok dan utama.

2. Tujuan reproduksi (penerusan generasi)

59

Ghazali, Fiqh Munakahat…hal 22 60 Ibid, hal 22

Page 64: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

47

3. Pemenuhan kebutuhan biologis (seks)

4. Menjaga kehormatan

5. Ibadah61

Sedangkan menurut undang-undang, UUP No.1 tahun 1974 tidak

mengatur secara khusus tujuan perkawinan, hanya digabungkan dengan

perkawinan, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 yang berbunyi :” perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 3 tentang tujuan perkawinan

yaitu yang berbunyi : “perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah”. Tujuan perkawinan yang diatur

dalam pasal 3 Kompilasi Hukum Islam ini selaras dengan ayat 21 dari surah al-

Rum.62

E. Syarat Dan Rukun Perkawinan Menurut Fiqh Dan Undang-Undang

Rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau

tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam

rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu dan

takbiratul ikhram untuk sholat. Atau adanya calon pengantin laki-laki atau

perempuan dalam perkawinan.

61

Khairuddin Nasution, Hukum Perkawinan Dilengkapi Perbandingan Uu Negara

Muslim Kontemporer, (Yogyakarta : Academica & Tazzafa, 2005), Jilid 1, hlm 38 62

Baharuddin Ahmad, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Nusa Litera Inspirasi, 2019)

Cet 1 hal 30

Page 65: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

48

Syarat merupakan yang menentukan sah atau tidaknya suatu

pekerjaan atau ibadah, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian

pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk sholat atau menurut islam calon

mempelai laik-laki atau perempuan beragama islam.

Rukun-rukunnya yaitu :

1. Mempelai laki-laki

2. Mempelai perempuan

3. Wali

4. Dua orang saksi

5. Sighat ijab kabul63

.

Adapun syarat-syarat perkawinan bagi calon pengantin pria:

1. Calon suami beragama Islam

2. Orangnya diketahui dan tertentu

3. Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon

istri

4. Calon mempelai laki-laki kenal pada calon isteri serta tahu

betul calon istrinya halal baginya.

5. Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan

perkawinan itu

6. Tidak sedang melakukan ihram

7. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon

istri

63 Slamet Abidin, Fiqh Munakahat (Bandung : Pustaka Setia, 1999) hlm, 68

Page 66: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

49

8. Tidak sedang mempunyai istri empat

Syarat-syarat perkawinan bagi calon pengantin perempuan:

1. Perempuan

2. Beragama Islam

3. Wanita itu tentu orangnya

4. Halal bagi calon suami

5. Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak

dalam massa iddah

6. Tidak dipaksa

7. Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah

Wali nikah, syaratnya :

1. Laki-laki

2. Dewasa

3. Mempunyai hak perwalian

4. Tidak terdapat halangan perwaliannya

Saksi nikah, syaratnya :

1. Minimal dua orang laki-laki

2. Hadir dalam ijab qabul

3. Dapat mengerti maksud akad

4. Islam

Page 67: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

50

5. dewasa64

Ijab qabul syaratnya :

1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria

3. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata nikah atau

tajwiz

4. Antara ijab dan qabul bersambungan

5. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

6. Orang yang berkait dengan ijab qabul tidak sedang dalam haji/umrah

7. Majelis ijab qabul harus dihadiri minimum empat orang yaitu, mempelai

laki-laki atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya dan dua

orang saksi.65

Sedangkan, dalam undang-undang perkawinan yang diatur dalam pasal 6

BAB II tentang syarat-syarat perkawinan sebagai berikut:

1. Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua

3. Dalam hal seorang dari kedua orang tua meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin yang di

64 Sefti Triliya, Pembatasan Usia Perkawinan Ditinjau Dari Undang-Undang

Perlindungan Anak (UUPA) Dan Maqashid Syariah, Skripsi Institute Agama Islam Negeri

(IAIN) Curup (2019), hlm 22 65

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003),

hlm 72

Page 68: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

51

maksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih

hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal tidak mampu menyatakan

kehendaknya maka izin diperoleh dari wali orang yang memelihara

atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan

lurus keaatas salama mereka masih hidup dan dalam keadaan

menyatakan kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang dimaksud dalam

ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara

mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah

tempat tinggal orang yang akan mekangsungkan perkawinan atas

permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu

mendengarorang-orang tersebut yang dalam ayat (2), (3) dan (4) dalam

pasal ini.

6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku

sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu

dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.66

66

Undang-Undang Perkawinan & Administrasi Kependudukan,Kewarganegaraan

(Permata Press, 2015) hlm 4

Page 69: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

52

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Ketentuan Perundang-

Undangan Di Indonesia

Batas usia perkawinan menurut Undang-Undang perkawinan

Nomor 1 tahun 1974 yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yang

kemudian telah disepakati untuk dipatuhi, dan bagi yang melanggarnya

akan mendapatkan sanksi. Aturan perundang-undangan tersebut di kemas

dalam peraturan Kompilasi Hukum Islam (sumber hukum islam yang

menjadi hukum positif) dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan.

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

menentukan bahwa penentuan batas usia 19 tahun bagi pria dan 16 tahun

bagi wanita untuk dapat melangsungkan perkawinan adalah didasarkan

kepada kematangan jasmani, kematangan rohani atau kejiwaan. Sehingga

diharapkan bahwa seorang pria dan wanita pada batas usia tersebut telah

mampu memahami konsekuensi dilangsungkannya perkawinan dan

mempunyai tanggung jawab untuk dapat membina keluarga yang bahagia,

sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh undang-undang perkawinan.

Perkawinan bukan hanya semata-mata ikatan lahir akan tetapi juga

merupakan ikatan batin suami istri dalam suatu persekutuan hidup yang

bahagia dan kekal. Usia perkawinan juga terkait dengan kematangan usia

Page 70: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

53

suami istri, dalam batas usia tersebut dapat terselenggara dengan baik, di

dalam membina kesejahteraan keluarga, dan didalam pergaulan

kemasyarakatan mereka.67

Landasan penentuan umur dalam perkawinan

dapat dikatakan semata-mata didasarkan pada kematangan jasmani

seseorang atau fungsi biologis seseorang. Masalah penentuan usia dalam

UU perkawinan maupun dalam kompilasi, memang bersifat ijtihadiyah,

sebagai usaha pembaruan pemikiran fikih yang di rumuskan ulama

terdahulu. Namun demikian apabila dilacak referensi syar‟i nya

mempunyai landasan kuat. Misalnya, isyarat allah dalam surah An-nisa

(9):9:

وليخش ٱلزيي لى تشكىا هي خلفهن فا خافىا عليهن فليتقىا ٱلل يت ضع رس

وليقىلىا قىل سذيذا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah

mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar”

Ayat tersebut memberikan petunjuk (dalalah) bersifat umum, tidak

secara langsung menunjukkan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh

pasangan usia muda dibwah ketentuan yang diatur dalam UU No.1 tahun

1974 akan menghasilkan keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya.

Akan tetapi, berdasarkan pengamatan berbagai pihak, rendahnya usia

kawin lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan dengan misi

67

Fitria Olivia, Batasan Umur Dalam Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul

Page 71: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

54

dan tujuan perkawinan, yaitu terwujudnya ketentraman dalam rumah

tangga berdasarkan kasih sayang. Tujuan tersebut akan sulit terwujud,

apabila masing-masing mempelai belum masak jiwa dan raganya.

Kematangan dan integritas pribadi yang stabil akan sangat berpengaruh

didalam menyelesaikan setiap problem yang muncul dalam menghadapi

lika-liku dan badai rumah tangga68

.

Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang menyatakan bahwa

“perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

(Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam

belas) tahun.69

Ketentuan batas usia kawin yang terdapat dalam buku

Kompilasi Hukum Islam pasal 15 ayat (1) didasarkan pertimbangan

kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh

dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan

dalam pasal 7 ayat Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yakni calon suami

sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya

berumur 16 tahun.70

Untuk tujuan perkawinan dapat diwujudkan secara

baik tanpa berakhir dengan perceraian serta mendapatkan keturunan, untuk

itu perlu adanya pencegahan perkawinan antara calon suami atau calon

istri yang masih di bawah umur.

68 H. Ahmad Rofiq,Hukum Perdata Islam Diindonesia (Jakarta :Rajawali Pers,2013) hlm

60 69

Undang-Undang Perkawinan & Administrasi Kependudukan,Kewarganegaraan

(Permata Press, 2015) hlm 5 70 Kompilasi hukum islam, (permata press, cet 1) hlm 5

Page 72: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

55

Aturan batas usia perkawinan yang terdapat dalam Undang-

Undang perkawinan Bab II tentang syarat perkawinan. Dalam pasal 6 ayat

(2) yang berbunyi : “untuk melangsungkan perkawinan seorang yang

belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin dari

kedua orang tua.71

Dari penjelasan ini dapat diartikan bahwa pada usia

dalam ketetetapan pasal 7 ayat (1) dipandang belum dewasa dan masih

dibawah umur. Usia calon mempelai laki-laki yang telah mencapai umur

19 (Sembilan belas) tahun dan calon mempelai berumur 16 (enam belas)

tahun tidak bertentangan dengan maksud pasal 6 ayat (2), seperti yang

terdapat dalam pasal 7 ayat (2) dan (3) menyatakan : ayat (2) dalam hal

penyimpangan ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada

pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak

laki-laki maupun wanita. ayat (3) ketentuan-ketentuan mengenai keadaan

seseorang atau keadaan kedua orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3)

dan (4) undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi

tersebut dengan tidak mengurangi yang di maksud pasal 6 ayat (6). Jika

perkawinan tersebut tetap dilangsungkan tanpa adanya dispensasi dari

pengadilan, maka perkawinan tersebut dapat di cegah atau dibatalkan.

Dalam pasal 13 undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

menentukan bahwa perkawinan dapat di cegah apabila ada pihak-pihak

yang dapat memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Perkawinan tersebut juga dianggap tidak sah atau dianggap tidak pernah

71 Op Cit , hal 4

Page 73: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

56

ada karna tidak memenuhi syarat-syarat, maka perkawinan tersebut dapat

dibatalkan.72

Dari hasil wawancara dengan bapak Muhammad sahid selaku

Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari diperoleh informasi bahwa ”bagi pasangan yang akan

melangsungkan pernikahan tetapi usia nya belum mencapai ketentuan

undang-undang atau hukum positif dan tidak memenuhi N5 (izin orang tua

bagi catin yang berusia dibawah 21 tahun) serta tidak membawa surat

dispensasi atau permohonan izin menikah dari pengadilan, maka pihak

KUA memberi surat penolakan. Dan dengan adanya batas usia tersebut

kepala KUA merasa sangat setuju karna dapat meminimalisirkan

terjadinya nikah muda atau nikah dibawah umur. Dan setelah

diberlakukan nya Undang-Undang nomor 16 tahun 2019 yang merupakan

perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 terdapat perubahan

bagi pasangan yang akan melangsungkan perkawinan, yang biasanya

pihak KUA menerima banyak dari pasangan yang masih dibawah umur

yang pihak perempuan yang hanya berusia 16 tahun kemudian pihak laki-

laki 19 tahun, namun setelah adanya perubahan undang-undang tersebut

hanya sedikit pasangan calon pengantin yang masih berusia dibawah 19

tahun yang mendaftar di KUA muara tembesi tersebut”.73

Kemudian, diperoleh lagi informasi dari pak Abdul Rahman selaku

Penghulu di kantor urusan agama kecamatan muara tembesi kabupaten

Batanghari ia mengatakan “dengan adanya pembaharuan undang-undang

ini kami pihak KUA merasa sangat terbantu dengan berkurangnya

pendaftar calon pengantin yang umur nya masih belia, yang pada

umumnya mereka seharusnya menikmati masa mudanya dengan

72 Fitria Olivia, Batasan Umur Dalam Perkawinan Berdasarkan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul

73

Wawancara Dengan Bapak Muhammad Sahid Selaku Kepala Kantor Urusan Agama

Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

Page 74: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

57

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sebab jika mereka memilih

melanjutkan pendidikan maka berkurang pula angka pernikahan dibawah

umur yang masih sering terjadi”.74

Adanya sedikit perbedaan melakukan bimbingan terhadap

pasangan calon pengantin yang mendapatkan surat dispensasi nikah dari

pengadilan atau belum cukup umur dengan pasangan calon pengantin yang

memang umurnya sudah matang untuk menikah, terlebih lagi dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan dalam

bimbingan pernikahan mereka hanya banyak diam dan banyak menjawab

pertanyaan dengan ragu. Dibanding dengan calon pasangan pengantin

yang memang sudah matang usia nya untuk menikah, mereka menjawab

pertanyaan dari salah satu penyuluh pernikahan di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dengan sigap dan tepat

tanpa ragu-ragu.

Seiring dengan kesetaraan gender, sehingga usia perkawinan tidak

ada lagi perbedaan antara usia laki-laki dan usia perempuan. Mengingat

perkawinan juga mempunyai akibat hukum antara suami dan istri yang

mengandung nilai-nilai agama dan moral. Dengan adanya perubahan

undang-undang nomor 1 tahun 1974 menjadi undang-undang nomor 16

tahun 2019 yang disah kan oleh presiden Joko Widodo pada tanggal 14

Oktober 2019 di Jakarta. Maka batasan usia perkawinan dinaikkan

usianya menjadi laki-laki berumur 19 tahun dan perempuan berumur 19

74

Wawancara Dengan Bapak Abdul Rahman Selaku Penghulu Di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

Page 75: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

58

tahun, agar nantinya dapat mengurangi praktek nikah muda yang masih

saja sering terjadi di Indonesia.

B. Batas Usia Minimal Perkawinan Menurut Persepektif Hukum Islam

Di dalam al-quran tidak menentukan batas usia menikah bagi pihak

yang akan melangsungkan pernikahan. Batasannya hanya diberikan

berdasarkan kualitas yang harus dinikahi oleh mereka sebagaimana dalam

surah an-Nisa‟ ayat 6 :

هن سشذا فادفعىا إليهن وابتلىا اليتاهى حتى إرا بلغىا الكاح فإى آستن ه

أهىالهن ا

“ Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin,

kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai

memelihara harta), maka serahkan kepada mereka harta-hartanya”.

Cukup umur yang dimaksud dalam ayat tersebut ialah setelah

keinginan untuk berumah tangga, dan siap menjadi suami dan

memimpin keluarga, hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika

dia belum mampu mengurus harta kekayaan.

Al-quran dan hadis mengakui bahwa kedewasaan sangat penting

dalam perkawinan. Usia dewasa dalam fiqh ditentukan dengan tanda-

tanda yang bersifat jasmani yaitu tanda-tanda baligh secara umum

antara lain, sempurnanya umur 15 (lima belas) tahun ihtilam (mimpi)

bagi pria dan haid pada wanita yang biasanya terjadi pada umur 9

Page 76: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

59

(sembilan) tahun.75

Pendapat Al-Ghazali yang sangat menekankan

pernikahan dilaksanakan ketika seorang calon suami istri harus baligh.

Ia tidak menentukan batas usia secara jelas akan tetapi hanya

memberikan batasan baligh yaitu ditandai dengan tumbuhnya bulu

ketiak yang merupakan bukti balighnya seseorang.76

Batas usia perkawinan tidak dibicarakan dalam kitab-kitab fikih,

bahkan kitab-kitab fikih memperbolehkan kawin antara laki-laki dan

perempuan yang masih kecil. Kebolehan tersebut karena tidak ada ayat

Al-Quran yang secara jelas dan terarah menyebutkan batas usia dan

tidak ada pula hadits Nabi yang secara langsung menyebutkan batas

usia, bahkan nabi sendiri mengawini Siti Aisyah pada saat umurnya

baru 6 tahun dan menggaulinya setelah berumur 9 tahun.77

Hukum islam tidak mengatur secara mutlak tentang batas umur

perkawinan. Tidak adanya ketentuan agama tentang batas umur

minimal dan maksimal untuk melangsungkan perkawinan diasumsikan

memberi kelonggaran bagi manusia untuk mengaturnya. Al-Quran

mengisyaratkan bahwa orang yang akan melangsungkan perkawinan

haruslah orang yang siap dan mampu, berdasarkan Firman Allah SWT

QS. An-nuur ayat 32 :

75

Salim Bin Samir Al Hadhramy, Safinah An Najah, (Surabaya : Dar Al‟abidin, tt), hlm

15 76

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, hlm 317 77 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, hlm 66

Page 77: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

60

لحيي هي عبادكن وإهائكن إى يكىىا فقشاء يغهن ٱللوى هكن وٱلص له وأكحىا ٱلي هي ف

سع علين و وٱلل

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka

miskin, allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan

allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui”.

Sahnya perkawinan menurut hukum islam tidak hanya ditentukan

oleh usia calon mempelai semata. Sahnya perkawinan terkait dengan

segenap rukun nikah yaitu calon mempelai laki-laki, calon mempelai

perempuan, dua orang saksi dan ijab qabul. Masing-masing rukun ini

mempunyai persyaratan tersendiri yang diatur secara rinci dalam fiqh

munakahat.

Berkaitan dengan batasan usia perkawinan, sesuai dengan kriteria

usia yang ada didalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 dan KHI yaitu

sekitar 19-21 tahun , hal ini ditetapkan karna tujuan terciptanya

kebaikan pada setiap calon pengantin agar mereka terhindar dari

kemudharatan , seperti kematian dini pasca melahirkan . karna hukum

islam menjaga agar nyawa manusia terpelihara dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Hj. Maria ulfa selaku

sekretaris Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi kabupaten

Batanghari, ia mengatakan “jika pasangan calon pengantin menikah

hanya berdasarkan syariat islam dalam arti kata nikah dibawah tangan

dan tidak tercatat di pengadilan atau di sebut juga dengan nikah

Page 78: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

61

illegal, hal ini tidak hanya berdampak kepada pasangan calon

pengantin saja tetapi apabila mereka telah memiliki anak hal tersebut

juga akan berdampak pada anak. Memang menikah secara hukum

islam apabila sudah baligh sah-sah saja akan tetapi pasangan tersebut

harus melakukan isbat nikah di pengadilan agar pernikahan mereka

diakui secara hukum.78

C. Manfaat Adanya Batas Usia Minimal Perkawinan

BKKBN (Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional)

melalui program generasi berencana (GEN-RE) mengajak remaja untuk

melakukam PUP. PUP adalah singkatan dari Pendewasaan Usia

Perkawinan, yaitu peningkatan usia pada perkawinan pertama dimana usia

minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Demi

menjaga kesehatan reproduksi, sarana dan prasarana kesehatan yang

memadai sangat dibutuhkan oleh remaja. Contohnya adalah media

promosi kesehatan terkait organ reproduksi untuk keperluan konseling dan

ruangan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan konseling atau

memeriksakan diri. PUP bertujuan untuk memberikan pengertian dan

pemahaman yang komprehensif kepada remaja agar menyadari dalam

membentuk keluarga harus disertai dengan perencanaan yang baik.

Banyak persiapan yang perlu dilakukan sebelum menikah agar pernikahan

impian untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sehat dapat diraih.

Perencanaan yang baik dapat meliputi berbagai kesiapan baik secara fisik,

mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi, serta menyepakati berapa

78

Wawancara Dengan Ibu Hj. Maria Ulfa Selaku Sekretaris Kantor Urusan Agama

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

Page 79: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

62

jumlah anak dan jarak kelahiran anak. Kesiapan tersebut sangat diperlukan

oleh individu dalam menjalankan perannya sebagai suami atau istri dalam

kehidupan rumah tangga.79

Bagi tumbuh kembang tubuh wanita, usia 16 tahun masih terlalu

dini untuk dihadapkan pada perkawinan. Meski memang umunya usia 16

tahun telah mengalami masa menstruasi atau siap untuk dibuahi, namun

pembuahan yang dilakukan pada usia terlalu dini memiliki resiko

kesehatan. Mulai dari risiko stunting saat anak tersebut lahir, hingga

ancaman kematian pada ibu dan anak. Hamil pada usia muda memiliki

resiko terhadap meningkatnya tekanan darah pada wanita. Tekanan darah

tinggi ini dapat mengarah pada pre-eklamsia, atau yang lebih dikenal

sebagai komplikasi kesehatan pada ibu dan anak. Tak hanya itu wanita

yang hamil diusia muda juga lebih rentang melahirkan bayi premature.

Bayi yang premature tentu lebih rentan terhadap berbagai gangguan

kesehatan seperti gangguan pernafasan, pencernaan, penglihatan, dan

kemampuan kognitif.

Secara psikologis wanita yang masih berusia dibawah 19 tahun

tentu tidak siap secara mental jika diharuskan menjadi ibu. Usia muda

adalah masa-masa di mana banyak orang senang mengekplorasi dan

mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Perkawinan pada usia dini pun

dapat merenggut hak-hak atas pendidikan yang pada gilirannya akan

79

Rima Wirenviona A.A. Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Airlangga University

Press,29 Juli 2020) hlm 44

Page 80: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

63

menghambat kesiapan anak terhadap dunia luar dan perkembangan

wawasannya80

.

Rendahnya usia perkawinan pada pasangan saat menikah berimbas

kepada ketidakharmonisan keluarga, seperti kekerasan dalam rumah

tangga yang pada umum menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga

adalah istri dan anak. Anak yang tumbuh dengan sering menyaksikan

kekerasan di dalam rumahnya berisiko terkena gangguan kejiwaan dari

yang ringan hingga berat seperti post traumatic stress disorder (PTSD).

Berdasarkan data hasil wawancara dengan ibu hj. Maria ulfa selaku

pegawai di Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari dapat dinyatakan bahwa “banyak diantara pasangan yang

menikah di bawah umur 19 tahun mengalami kegagalan dalam

membangun rumah tangga. Mereka mengajukan permohonan cerai ke

Pengadilan Agama baik itu cerai gugat maupun cerai talak dengan alasan

yang bermacam-macam, seperti sering bertengkar, perselingkuhan, tidak

bertanggungjawab dan lain sebagainya.”81

Dengan adanya batas usia minimal dalam perkawinan dapat

mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, rahmah. Manfaat adanya

batas usia perkawinan ini maka calon pengantin akan lebih matang dalam

membina rumah tangga, dapat meminimalisir angka perceraian,

disharmonisasi keluarga serta di harapkan dapat menurunkan laju

kelahiran dan resiko kematian ibu dan anak82

.

80 Https;//google.manfaat ditingkatkan batas usia menikah.com 81

Nizar Abdussalam, Batas Minimal Usia Kawin Perspektif Hakim Pengadilan Agama

Dan Dosen Psikologi UIN Malang, fakultas Syariah Uin Maulana Malik Ibrahim, hlm 90 82 Op-cit hlm 46

Page 81: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

64

Dari hasil wawancara dengan bapak Muhammad sahid selaku

kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari mengatakan “sebagai kepala kantor urusan agama tersebut

merasa sangat senang dengan adanya batas usia minimal perkawinan

undang-undang no.16 tahun 2019 yang mana usia untuk pihak laki-laki

dan perempuan sama yaitu 19 tahun. Ia mengatakan sebelum adanya

ketetapan undang-undang tersebut banyak sekali calon pengantin yang

mendaftar ke kua namun usia nya masih belum mencukupi, karna hal itu

sedikit membuat pihak KUA merasa sulit untuk menjelaskan kepada pihak

keluarga yang akan melaksanakan pernikahan akibat dari perkawinan

yang belum mencukupi atau usia yang tidak sesuai dengan ketentuan

undang-undang. Namun setelah diberlakukan undang-undang tersebut

seiring dengan diberikannya penjelasan kepada calon pengantin perihal

apa-apa saja yang dihadapi setelah menikah, sampai saat ini ada sedikit

kemajuan usia minimal perkwinan yang menikah yang mendaftar di KUA

muara tembesi”.83

Kemudian, dalam wawancara bersama pak abdul rahman selaku

penghulu di KUA muara tembesi juga menambahkan “ ada satu hal yang

merasakan perbedaan dari adanya perubahan Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974 menjadi Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019, yaitu umur.

Umur yang diizinkan menikah dalam peraturan undang-undang

sebelumnya yaitu perempuan berusia 16 tahun dan laki-laki 19 tahun,

saya merasakan adanya ketidakadilan pada pihak perempuan karna umur

yang di izinkan menikah sangatlah masih muda. Pada saat itu merupakan

masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa baik itu secara

psikis maupun sosial. Sehingga jika tetap dipaksakan pada umur tersebut

sangatlah banyak resiko yang akan di alami oleh anak seperti kekerasan

dalam rumah tangga atau melahirkan anaknya secara premature karna

alat reproduksi yang belum sempurna. Kemudian, dengan mulai

83

Wawancara Dengan Bapak Muhammad Sahid Selaku Kepala Kantor Urusan Agama

Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

Page 82: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

65

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 jo Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 hanya sedikit calon pengantin yang masih

dibawah umur yang nekat ingin menikah.84

Menurut humairah yang merupakan salah satu staff di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari,

“dengan adanya batas usia minimal perkawinan ini setidaknya dapat

mengurangi angka perkawinan di bawah umur atau yang mendapat

dispensasi dari pengadilan. serta menimbulkan kesadaran bagi calon

pengantin yang akan melangsungkan perkawinan bagaimana kehidupan

kedepannya jika mereka tetap melakukan perkawinan yang usia nya belum

mencukupi”.85

D. Data hasil penelitian

Adapun jumlah perkawinan yang di bawah umur yang

mendapatkan surat dispensasi dari pengadilan yang terjadi di Kantor

Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dari

Tahun 2016-2020 adalah sebagai berikut :

Tabel II

Jumlah Pasangan Calon Pengantin Yang Mendapatkan Dispensasi

Menikah

No Tahun Jumlah

pernikahan yang

dibawah umur

Jumlah

pernikahan yang

mendapat

dispensasi

1. 2016 7 7

2. 2017 10 9

3. 2018 10 8

4. 2019 13 13

5. 2020 5 5

Sumber Data : Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi

84 Wawancara Dengan Pak Abdul Rahman Selaku Penghulu Di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari 85

Wawancara Dengan Ibu Humairah Selaku Staff Kantor Urusan Agama Kecamatan

Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

Page 83: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

66

Laporan tahunan KUA Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari86

.

Dilihat dari data yang diatas jumlah perkawinan yang masih

dibawah umur pada tahun 2016 ada 7 pasangan dan yang mendapat

dispensasi dari pengadilan juga ada 7 pasangan. Jimlah perkawinan yang

mendapat dispensasi dari pengadilan meningkat pada tahun 2017 yaitu

menjadi 10 pasangan, namun yang mendapat dispensasi hanya 10

pasangan. Pada tahun 2018 jumlah perkawinan yang mendapat dispensasi

masih sama dengan tahun sebelumnya, hanya saja terdapat 2 pasangan

yang ditolak di KUA atau tidak mendapat dispensasi dari pengadilan

Agama. Untuk tahun selanjutnya jumlah perkawinan yang dibawah umur

kembali meningkat menjadi 13 pasangan calon pengantin. Namun setelah

diberlakukan nya perubahan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun

1974 menjadi undang-undang nomor 16 tahun 2019 yang disahkan oleh

Presiden Joko Widodo pada tanggal 14 Oktober 2019 dan mulai

diberlakukan setelah diundangkan Menkumham Tjahjo Kumolo pada

tanggal 15 oktober di Jakarta, jumlah pendaftar perkawinan pada tahun

2020 menurun menjadi hanya 5 calon pasangan pengantin.

Pandangan dalam melakukan praktik perkawinan yang tidak sesuai

dengan ketentuan undang-undang di Indonesia ini karena dalam sebagian

masyarakat yang tinggal di pedesaan patuh terhadap kiyai dan agama

sangat tinggi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya

86

Data hasil pencatatan nikah di KUA Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

tahun 2016-2020

Page 84: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

67

perkawinan yang tidak sesuai dengan ketentuan batas usia minimal

perkawinan atau menikah dibawah umur salah satunya adalah kemiskinan,

menyambung kekerabatan, menghindari zina dan lainnya. Sebagaimana

hasil wawancara peneliti dengan Aulia Rahman yang secara terang-

terangan menikahi istrinya karena ingin menyambung kekerabatan dan

mengikuti perintah orang tua disamping calon istri takut dipinag lebih dulu

oleh orang lain, sebagaimana penuturannya berikut ini87

:

“pada saat mengambil keputusan ada kekhawatiran dipinang orang

lain, karena pada saat itu saya dengar kabar bahwa yunita akan

dipinang oleh orang lain. Sehingga saya cepat mengambil keputusan

takut keduluan orang lain. Keesokan harinya saya langsung

kerumah nya dan langsung menikahinya, disamping itu saya dan

istri masih dalam lingkup keluarga, selain dari mengikuti keinginan

orang tua saya dan istri yunita pun juga menyetujuinya”

Informan aulia rahman menikahi istrinya yunita selain dari perjodohan

keluarga ia juga merasa takut jika yunita calon istrinya akan dipinang lebih dulu

dari orang lain.

Sama halnya apa yang disampaikan oleh pitri bahwa mengikuti arahan

orang tuanya dan sah secara agama walaupun ia sendiri pada saat itu berusia 15

tahun, sebagaimana yang dituturkannnya sebagai berikut88

:

“sebelum di resmikan ke KUA, saya menikah sirri terlebih dahulu kepada

kiyai karna menjaga dari kemaksiatan atau menghindari zina, saya nikah

tidak berpedoman pada undang-undang karna selain saya memnag urang

tau ketentuan usia menikah menurut undang-undang. Aturan pemerintah

tidak berlaku di desa, yang diikuti oleh msyarakat yang berada didesa

ialah kyai, jika mengikuti kata kyai tidak akan ada masalah rejeki lancar,

87 Wawancara Dengan Aulia Rahman, Pelaku Pernikahan Dibwah Umur, Pada Tanggal

24 Desember 2020, Pada Jam 07.48 Wib 88

Wawancara Dengan Pitri, Pelaku Pernikahan Dibawah Umur Pada Tanggal 26

Desember 2020, Pada Jam 09.10 Wib

Page 85: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

68

hidup tenang, tentram, dan lain-lain. Kalau ada keributan keecil dalam

rumah tangga itu sudah menjadi hal yang wajar, ujarnya.

Informan pitri yang dinikahi suaminya pada saat ia berumur 15 tahun

karena arahan dari orang tua nya serta untuk menghindari zina dari masyarakat

disekitarnya, maka suka atau tidak ia harus menikah, karena di pedesaan

masyarakat tidak mengetahui aturan pemerintah seperti undang-undang tentang

perkawinan, yang menjadi patokannya hanyalah seorang kyai yang begitu di

percaya di pedesaan tersebut.

Informan Sahrul juga menyampaikan pendapatnya alasan mengapa ia

menikah pada umur yang belum mencapai ketentuan Undang-undang yang

berlaku, sebagaimana yang disampaikannya sebagai berikut :

“saya menikahi istri saya pada saat saya masih berumur 17 tahun dan

istri saya berumur 16 tahun. Pada saat itu saya menyadari bahwa umur saya

masih labil untuk menjalani suatu ikatan pernikahan, namun di karenakan

masyarakat yang berada disekeliling saya sering berfikir yang tidak-tidak jika

saya bertamu ke rumah pacar saya. Untuk menghindari fitnah tersebut saya

bertekad untuk menikahi istri saya walaupun saya tau menikah itu tidak seindah

yang dibayangkan, syukur Alhamdulillah rumah tangga kami baik-baik saja

hingga saat ini, bahkan saya dan istri saya melanjutkan kuliah strata satu di

kampus yang ada dikabupaten tempat saya tinggal.”

Saudara informan sahrul yang bertekad untuk menikahi istrinya pada saat

istrinya berusia 16 tahun untuk menghindari fitnah dari masyarakat yang berada

disekelilingnya, hingga saat ini rumah tanga mereka baik-baik saja, bahkan sahrul

dan istri nya saat ini sedang melanjutkan kuliah strata satu di kampus yang berada

di kabupatennya, dan mereka tidak melupakan tanggung jawab mereka sebagai

suami ataupun sebagai istri.

Page 86: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Batas usia minimal perkawinan menurut ketentuan perundang-

undangan nomor 1 tahun 1974 jo undang-undang nomor 16

tahun 2019 yang mana pada pasal 7 ayat (1) perkawinan hanya

diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak

wanita mencapai umur 16 tahun. Namun setelah adanya

perubahan dari undang-undang nomor 1 tahun 1974 menjadi

undang-undang nomor 16 tahun 2019 yang mana jika pihak

pria dan pihak wanita mencapai umur 19 tahun. Jika

perkawinan masih akan tetap dilangsumhkan maka pihak yang

akan melaksanakan perkawinan harus mendapatkan surat

dispensasi dari pengadilan dan izin dari orang tua. Adanya

pembatasan ini agar tidak terjadinya perkawinan dibawah umur

dan dapat menunjang program nasional BKKBN yaitu keluarga

berencana (KB).

2. Berdasarkan Batas usia minimal perkawinan menurut

perspektif hukum islam. Dalam hal ini hukum islam tidak

memiliki batasan usia untuk menikah, jika pria atau wanita

sudah mengalami baligh dan mampu untuk membina sebuah

Page 87: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

70

rumah tangga dan mampu memenuhi rukun dan syarat menikah

maka dibolehkan untuk menikah.

3. Dengan adanya batas usia minimal perkawinan yang di atur

dalam undang-undang nomor16 tahun 2019 yaitu usia untuk

pihak pria dan wanita harus mencapai 19 tahun, dapat

mengurangi angka perceraian yang terjadi serta mengurangi

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Dan dapat

terciptanya keluarga yang sakinahm mawaddah, dan rahmah.

B. Saran

Dengan selesai nya penyusunan skripsi ini, sesuai dengan

permasalahan yang masih saja terjadi terhadap masyarakat sekitar,

penulis memberikan saran :

1. Untuk melaksanakan perkawinan harus mengikuti ketentuan

hukum tidak hanya berpatokan kepada hukum islam saja. Agar

terciptanya keharmonisan dalam keluarga kelak.

2. Agar dalam melaksanakan sebuah perkawinan harus mencapai

umur yang tepat serta pemikiran yang benar-benar matang

untuk membangun rumah tangga

3. Agar bisa menjadi rujukan bagi instansi-instansi yang terakait

dalam melakukan dan memberikan dispensasi-dispensasi yang

berhubungan, ketentuan batas usia ini hendaklah dijadikan

sebagai patokan dalam setiap melangsungkan perkawinan,

terutama para hakim di pengadilan agama yang sering

Page 88: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

71

menangani kasus pernikahan dalam memberikan izin nikah

bagi yang masih dibawah umur.

Page 89: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

72

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan kitab

Abdul Aziz Muhammad Azzam&Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,

Fiqh Munakahat (Jakarta: Amzah) 2015.

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih

Dan Hukum Positif , Cetakan Pertama, Yogyakarta 2011.

Abdul Wahhab Khallaf, Kitab Ilmu Ushul Fiqh

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia , Jakarta :

Akademika Pressindo 1992.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Qamus Arab - Indonesia,

Yogyakarta : Pondok Pesantren Al-Munawwir 1984.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : PT. Rajagrafindo

Persada, 2003

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Qamus

Asywadie Syukur, Pengantar Dan Ushul Fikih, (Cet. 1) Surabaya:PT

Binailmu, 1990.

Baharudin ahmad, hukum perkawinan di Indonesia Nusa Litera

Inspirasi, 2019 cetakan 1.

Basic Jalil, Pengadilan Agama Di Indonesia, Jakarta : Kencana

Prenada Media Group 2006 , Cet. Ke I

Djazuli, Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, Dan Penerapan Hukum

Islam, (Edisi Revisi), Jakarta: KENCANA, 2005

Page 90: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

73

Ghazali, Fiqh Munakahat…

Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974, Cetakan Pertama, Jakarta : Hilco

Imam Abu „Abd Allah Muhammad Ibn Nashr Al-Marwazi, Ikhtilaf Al-

Ulama ;(Beirut:‟Alim Al Kutub, 1985), hlm 125, Lihat

Pula,Mustafa Al-Siba‟i, Perempuan Diantara Hukum Islam Dan

Perundang-Undangan

Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi , Tesis, Serta

Disertasi, Jambi : STAIN Press, 2015.

Khairul Mufti Rambe, Psikologi Keluarga Islam Medan: Al-Hayat, 2007

Khairuddin Nasution, Hukum Perkawinan Dilengkapi Perbandingan Uu

Negara Muslim Kontemporer, Yogyakarta : Academica &

Tazzafa, 2005, Jilid 1

K.H Ibrahim Hosen , Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan Pustaka

Firdaus, 2003.

Kompilasi Hukum Islam, Permata Press

Mohammad Atho Mudzar, letak gagasan reaktualisasi hukum islam

munawwir sjadzali Jakarta : pustaka panjimas, 1988.

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab

Musthafa al-siba‟I, perempuan diantara hukum islam dan perundang-

undangan, Jakarta : Bulan Bintang, 1977.

Page 91: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

74

Penjelasan UU No. 1/1974 Pasal 7 ayat (1)

Republik Indonesia,Undang-Undang Perkawinan & administrasi

kependudukan, kewarganegaraan Cetakan Permata Press:

Megah, 2005.

Retno Listyarti, “Mengakhiri Perkawinan Anak,” Kompas, Sabtu, 22

Desember 2018

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi : Syariah Press, 2012.

Shalih Bin Gahanim As-Sadlan, “Penerjemah : Nurul Mukhlisin”,

Intisari Fiqih Islam,(Surabaya:Pustaka La Raiba Amanta

(ELBA) 2007.

Slamet Abidin, Fiqh Munakahat Bandung : Pustaka Setia, 1999

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang

Perkawinan, (Yogyakarta:Liberty,1999),

Summa, Hukum Keluarga Islam..

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D, Bandung :

Alfabeta, 2012.

Undang-Undang Perkawinan & Administrasi

Kependudukan,Kewarganegaraan Permata Press, 2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam Bandung: Citra

Umbara, 2007.

B. Peraturan

Page 92: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

75

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Kompilasi Hukum Islam

C. Skripsi, jurnal dan lain-lainnya

Dengan Lahirnya UU. No. 7 /1989 ini menjadikan status PA Sejajar

dengan Peradilan-Peradilan lainnya. Tokoh-tokoh agama yang

kritis menilai Undang-Undang ini sebagai refleksi Syariah.

Fahrudi, Batas Usia Kawin Dalam Undang-Undang Perkawinan No.1

Tahun 1974: Studi Sosiologi Max Weber, Tesis Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel, 2019.

Fitria Olivia, Batasan Umur Dalam Perkawinan Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974, Jurnal Fakultas Hukum

Universitas Esa Unggul

Kharisma, Implementasi Batas Usia Minimal Dalam Perkawinan,

Bandar Lampung,Universitas Lampung, 2017.

Nizar Abdussalam, Batas Minimal Usia Kawin Perspektif Hakim

Pengadilan Agama Dan Dosen Psikologi UIN Malang, fakultas

Syariah Uin Maulana Malik Ibrahim

Sefti Triliya, Pembatasan Usia Perkawinan Ditinjau Dari Undang-

Undang Perlindungan Anak (UUPA) Dan Maqashid Syariah,

Skripsi Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Curup 2019.

D. Wawancara dan website

Page 93: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

76

Abdul Rahman Selaku Penghulu Di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Muara Tembesi Kabupaten Batanghari, 18 November 2020,

jam 09.00-09.30 Wib

Aulia Rahman Selaku Pelaku Perkawinan Dibawah Umur Di Salah

Satu Desa Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari, 21 November 2020 Jam 08.00-8.30

Hj. Maria Ulfa Selaku Sekretaris Kantor Urusan Agama Kecamatan

Muara Tembesi Kabupaten Batanghari, wawancara pribadi, 20

november 2020, jam 10.00-11.00 Wib

Humairah Selaku Salah Satu Staff Di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari, 20

November 2020, jam 13.00-13.30 Wib

Https;//google.manfaat ditingkatkan batas usia menikah.com

Di akses pada tanggal 28 november 2020

Muhammad Sahid Selaku Kepala Kantor Urusan Agama sekaligus

Penghulu di Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari, 18 November 2020 jam 09.00-09.50 wib

Pitri Selaku Perkawinan Dibawah Umur Di Salah Satu Desa

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari, 21

November 2020 pada Jam 09.00-9.30

Page 94: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Wawancara Dengan Bapak Abdul Rahman Selaku Penghulu Di

Kantor Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari (18 November 2020)

Page 95: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

78

Wawancara dengan kepala KUA Kecamatan Muara Tembesi

Kabupaten Batanghari Muhammad Sahid S.H,.M.H Kecamatan Muara

Tembesi Kabupaten Batanghari (18 November 2020)

Wawancara dengan hj. Maria Ulfa selaku Sekretaris Kantor Urusan

Agama Kecamatan Muara Temesi Kabupaten Batanghari

(20 November 2020)

Page 96: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

79

Wawancara Dengan Ibu Humairah Salah Satu Staff Di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari

(20 November 2020)

Bimbingan Penyuluhan Sebelum Perkawinan Yang Dilakukan Oleh Staff Kantor

Urusan Agama Kecamatan Muara Tembesi (27 November 2020)

Foto bersama kepala KUA dan pegawai KUA

Page 97: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

80

DAFTAR PERTANYAAN

A. Daftar Pertanyaan Kepada Kepala KUA, Penghulu Dan Pegawai KUA

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap ketentuan undang-undang

yang mengatur tentang batas usia minimal perkawinan ?

2. Bagaimana pendapat bapak/ibu dengan pandangan masyarakat dengan

adanya ketentuan batas usia minimal perkawinan?

3. Apa saja keuntungan dengan adanya ketentuan batas usia perkawinan?

4. Apakah masih ada paangan calon pengantin yang mendaftar yang harus

mendapat surat dispensasi dahulu dari Pengadilan?

5. Apakah ada manfaat dengan di adakannya batas usia minimal

perkawinan?

6. Apa alasan yang menyebabkan terjadinya perkawinan dibawah umur

pada masyarakat pedesaan?

Page 98: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

81

Tabel. III

DAFTAR INFORMAN

No Nama Jabatan

1. Muhammad Sahid Kepala KUA

2. Hj. Maria Ulfa Sekretaris KUA

3. Humairah Staff KUA

4. Abdul Rahman Penghulu

5. Aulia Rahman Pelaku perkawinan dibawah umur

6. Pitri Pelaku perkawinan dibawah umur

7. Sahrul Pelaku perkawinan dibawah umur

Page 99: BATAS USIA MINIMAL PERKAWINAN MENURUT HUKUM POSITIF …

82

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Rina Iswanti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Rengas IX, 15 Sep 1999

Alamat Sekarang : Jl. H.Zuhdi Simpang Sungai Duren ,Mendalo

RT.06

No. Telp/Hp : 085839701531

Nama Ayah : Riduan Ismail

Nama Ibu : Herlina

B. Riwayat Pendidikan

1. SD/MI, Tahun Lulus : SD 119/1 Rengas IX, 2010

2. SMP/MTS, Tahun Lulus : SMPN 18 Batanghari, 2014

3. SMA/MA, Tahun Lulus : MAN 4 Batanghari, 2017

C. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun 2017-2018

2. Anggota Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun 2018-2019

3. Anggota Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Tahun 2019-2020

4. Anggota Himpunan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Tahun

2018-2019

5. Anggota Himpunan Mahasiswa HIMBARI Tahun 2018-2019

6. Anggota Himpunan Mahasiswa HIMBARI Tahun 2019-2020