error in persona

Upload: nicolas-dimas

Post on 19-Jul-2015

155 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Surat Dakwaan Tidak Bisa Diterima Error in Persona Majelis Hakim Yang Mulia, Disini nampaknya telah terjadi kesalahpahaman mengenai pengalamatan dakwaan yang dibuat Jaksa Penuntut Umum. Didalam Surat Dakwaannya Jaksa Penuntut Umum secara percaya diri menetapkan Roy Notonegoro sebagai Terdakwa tanpa mempertimbangkan ilmu-ilmu disiplin yang lainnya dalam penentuan Terdakwa . Padahal jika Jaksa Penuntut Umum memperdalam lagi detail-detail pada kasus ini, Roy Notonegoro bukanlah pelaku yang sebenarnya, yang dengan kata lain telah terjadi error in persona pada dakwaan Jaksa

Penuntut Umum. Hal ini dapat kita lihat pada kenyataan yang terjadi sebenarnya, bahwa Angga Baskoro selaku Kepala Bagian Keuangan memutuskan untuk menyetujui untuk menggelapkan dana berupa cek tersebut atas dasar usulan Roy Notonegoro. Roy Notonegoro mengatakan bahwa dana itu akan digunakan untuk biaya pengobatan anaknya yang sedang sakit leukemia yang tentunya

membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Roy Notonegoro pada kedudukan ini hanya berkedudukan sebagi pemantik untuk melakukan penggelapan dana tersebut, sebaliknya Angga Baskoro lah yang berposisi sebagai eksekutor atau

keputusan finalnya. Dari sedikit uraian diatas Pengambilan keputusan oleh Angga Baskoro inilah yang menyebabkan terjadinya dan titik awal bermulanya proses penggelapan uang ini. Ada baiknya jika kita melihat hal ini dengan sudut pandang dari ilmu-ilmu disiplin yang lain. Bahwa untuk menentukan suatu hal lebih baik jika ilmu itu dilihat secara inter-disipliner dengan demikan hasilnya bisa memuat berbagai macam sudut pandang. Dalam ilmu psikologis sendiri, pengambilan keputusan dipelajari secara intens dan mendalam agar nantinya dalam mengambil keputusan manusia bisa mempelajarinya, dan juga kelak keputusan yang diambil bisa lebih baik lagi. Menurut Ralp C. Davis keputusan adalah pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Adakalanya keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana. James A. F Stoner mengatakan bahwa keputusan adala pemilihan di antara alternative-alternatif. Lain halnya lagi dengan Prayudi Atmosudirjo yang mengatakan bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternative. Koontz, Harold menyebutkan bahwa keputusan merupakan pilihan yang telah diambil

untuk diterapkan pada situasi tertentu. Dari berbagai macam pendapat ahli-ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternative dari beberapa alternative yang diterapkan pada situasi tertentu. Jika demikian maka pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan dari berbagai alternative secara sistematis untuk ditindak lanjuti sebagai cara untuk pemcahan masalah, walaupun seringkali pemilihan tersebut adalah alternative yang buruk yang menimbulkan akibat yang tidak baik (M. Iqbal Hasan 2002 : 10). Membuat atau mengambil keputusan tidak dapat dihindari, karena secara tegas tidak membuat keputusan sama saja dengan membuat keputusan. Setiap inividu dalam organisasi harus selalu membuat atau mengambil keputusan, oleh karena itu membuat keputusan bukan hanya wewenang dari para manajer dan kalangan atas perusahaan. Secara tidak langsung pengambilan keputusan adalah bagian tersendiri dari perencanaan di samping bagian dari kehidupan sehari-hari. Adapun dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang tergantung juga dari permasalahannya. George R. Terry menyebutkan apa-apa saja yang menjadi dasar sebuah pengambilan keputusan, yaitu : 1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang mendasarkan kepada intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh oleh ajakan atau kata-kata orang lain. 2. Pengalaman Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaaat bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesainnya 3. Fakta Pengambilan keputusan berdasarkan fakata dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. 4. Wewenang Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.

5. Rasional Keputusannya yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Dari dasar-dasar pengambilan keputusan itu kemudian factor-faktor yang nantinya mempengaruhi keputusan juga ikut serta dalam hasil pengambilan keputusannya. Faktor-faktor itu antara lain adalah Posisi atau Kedudukan, masalah,, situasi, kondisi, tujuan, serta kepribadian dari pelaku pengambil keputusan ini. Dari kajian ilmu psikologis terdaoat juga jenis-jenis pengambilan keputusan, antara lain adalah : 1. Pengambilan keputusan terprogram 2. Pengambilan keputusan tidak terprogram 3. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti 4. Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko 5. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik batin Sebenarnya pembuatan keputusan jika kita lihat lagi secara mendalam terjadi sebagai reaksi terhadap ketidakcocokan antara keadaan saat ini dan keadaan

yang diinginkan. Keputusan dapat direncanakan maupun tidak direncanakan. Setiap pimpinan di dalam suatu organisasi pasti membuat keputusan yang dihadapkan pada kejadian yang insidentil dan tak terduga. Tak pelak dalam prosesnya, sebagai pimpinan mereka juga berhubungan dengan rekan-rekan kerja sebagai bentuk jejak pendapaat dari pembagian kerja masing-masing. Pembuatan keputusan juga merupakan kegiatan sehari-hari tanpa kita sadari. Pembuatan keputusan tidak semua bersifat aplikatif dan mudah dipahami, sehingga tetap saja melinatkan emosi dalam pembuatan keputusan dan sering kali suatu keputusan terasa kurang logis, berat sebelah, merugikan dan menimbulkan akibat yang fatal jika tidak dipertimbangkan secara matang. Dari uraian-uraian di atas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Angga Baskoro selaku Kapala Bagian Administrasi Keuangan terlalu menitikberatkan pada intuisi sebagai dasar keputusannya. Dimana keputusannya ini mudah dipengaruhi oleh orang ,bersifat subjektif dan insidentil, yaitu dalam hal ini alasan Roy Notonegoro menggelapkan dana cek guna membiayai anaknya yang sedang sakit. Angga Baskoro tidak mempertimbangkan dasar rasionalnya dalam membuat keputusan untuk lebih melihat secara logika dan transparan. Pengambilan keputusan ini juga dibuat dalam kondisi Angga pada posisi konflik batin, di satu sisi dia ingin membantu Roy Notonegoro namun disisi lain dia harus menaati

prosedur perusahaan. Tetapi, jika kita pahami lagi, Angga Baskoro secara eksplisit terkesan membantu Roy Notonegoro, padahal tidak. Hal ini dapat dilihat Angga Baskoro juga meminta bagian dan komisi sebagai suatu syarat agar ia menyetujui penggelapan dana cek tersebut. Disamping itu jika Jaksa Penuntut Umum lebih detail lagi mencermati kasus ini, pada kenyataannya bukan Roy Notonegoro sebagai pelaksana atau eksekutor dalam hal ini melainkan Angga Baskoro. Pernyataan Penasihat Hukum dapat kita lihat karena Angga Baskoro lah yang mencairkan dana ke Bank Bulaksumur. Bagian ini menjadi penting ketika hal ini menjadi perkembangan dari titik awal penggelapan dana cek yaitu pengambilan keputusan menyetujui oleh Angga Baskoro. Teringat kami akan teori Ekivalensi ( Conditio Sine Qua Non) dari Van Buri yang menyatakan setiap perbuatan adalah sebab dari akibat yang timbul. Dimana tiap syaratnya adalah suatu sebab, dan semua syarat mempunyai nilai yang sama, sebab jika satu syarat tidak ada, maka akibatnya akan lain pula. Di dalam perkara ini syarat untuk penggelapan dana uang adalah persetujuan atau pengambilan keputusan oleh Angga Baskoro, seandainya Angga Baskoro tidak menyetujui maka akibat yang muncul juga berbeda dengan akibat pada kasus ini. Disini hubungan kausal membentang kebelakang, tiap-tiap sebab sebenarnya merupakan akibat dari sebab yg terjadi sebelumnya.

Bahwa atas dasar uraian-uraian yang Penasihat Hukum sampaikan di atas, telah terjadi error in persona pada penetapan kepada siapa Dakwaan dialamatkan. Di sini terjadi kekeliruan orang yang semestinya didakwa adalah orang lain yaitu Angga baskoro selaku Kepala Bagian Administrasi Keuangan, karena dia adalah pelaku yang sebenarnya bukan Roy Notonegoro seperti yang ditujukan di dalam Surat Dakwaan. Dalam perkara seperti ini bukan pelaku tindak pidana yang sebenarnya yang diajukan dipersidangan, sehingga dakwaan itu mengandung cacat atau kekeliruan penuntutan terhadap orang yang tidak mempunyai hubungan hukum dan pertanggung jawaban dengan tindak pidana yang didakwakan (error in persona). Dengan menimbang hal-hal yang Penasihat Hukum sampaikan diatas maka sudah selayaknya Majelis Hakim Mulia memutuskan bahwa dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima.