med error (makalah fix)

25
BAB 1 TINJAUAN OBAT 1.1. Monografi Klorfeniraminmaleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 16 H 19 ClN 2 .C 4 H 4 O 4 , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul 390,87. Klorfeniraminmaleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, mempunyai kelarutan mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan benzene. (Farmakope IV, 1995) 1.2. Golongan Obat Bebas Terbatas P.No 1 Awas! Obat Keras Baca aturan

Upload: hafiz-ansari

Post on 19-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Medication error Chlorpheniramine maleas

TRANSCRIPT

Page 1: Med Error (Makalah Fix)

BAB 1

TINJAUAN OBAT

1.1. Monografi

Klorfeniraminmaleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari

100,5% C16H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat

molekul 390,87. Klorfeniraminmaleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, mempunyai

kelarutan mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam eter dan

benzene. (Farmakope IV, 1995)

1.2. Golongan

Obat Bebas Terbatas

1.3. Komposisi

Tiap tablet mengandung:  Chlorpheniraminemaleat 4 mg

Page 1

P.No 1

Awas! Obat Keras

Baca aturan memakainya

Page 2: Med Error (Makalah Fix)

1.4. Farmakologi

Chlorpheniraminmaleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu

antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam

penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri.

Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun

influenza lebih ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat

beristirahat.

CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping

dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM

sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia.

CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan

bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas

dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan

Terapi edisi IV(FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan

bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.

Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan

gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat. Efek

samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu

bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu,

pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan.

Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan

efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang

menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.

1.5. Farmakokinetika

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul

15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 generasi

I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa derivatepiperizin

seperti meklizindnhidroksizin memiliki masa kerja yang lebih panjang, seperti juga umumnya

antihistamin generasi II. Difenhidramin yang diberikan secara oral akan mencapai kadar

maksimal dalam darah setelah kira-kira 2 jam, dan menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam

Page 2

Page 3: Med Error (Makalah Fix)

berikutnya, kemudian dieliminasi dengan masa paruh kira-kira 4 jam. Kadar tertinggi

terdapat pada paru-paru sedangkan pada, limpa, ginjal, otak, otot dan kulit kadarnya lebih

rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan

ginjal. Tripenelamin mengalami hidroksilasi dan konjugasi, sedangkan klorsiklizin dan

siklizin merupakan prodrug, dan metabolit aktif hasil karboksilasi adalah cetirizine,

sedangkan fexofenadine merupakan metabolit aktif hasil karboksilasiterfenadin. AH1

dieksresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

1.6. Indikasi

AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah

atau mengobati mabuk perjalanan.

1.7. Kontraindikasi

Serangan asama akut, bayi premature

1.8. Dosis

-Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.

-Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.

-Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.

1.9. Efek Samping

Sedasi, gangguan gastrointestinal, efek muskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus,

eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi alergi, kelainan darah.

1.10. Peringatan dan Perhatian

Jangan mengemudi kendaraan bermotor/mengoperasikan mesin. Glaukoma sudut

sempit, hamil, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokalpada korteks serebri. sensisitifas

silang.

Page 3

Page 4: Med Error (Makalah Fix)

1.11. Interaksi

Alcohol Meningkatkan efek sedasi saat antihistamin diberikan bersamaan dengan alcohol.

Analgesic Efek sedasi mungkin meningkat saat antihistamin sedative diberikan dengan analgesic opioid.

Antidepresan Meningkatkan efek antimuskarinik dan sedasi saat antihistamine diberikan bersamaan MAOI atautrisiklik.

Ansiolitikdanhipnotik Meningkatkan efek sedative saat antihistamin diberikan bersamaan ansiolitik dan hipnotik.

Betahistin Antihistamin secara teoritis melawan efek betahistin .

1.12. Penyimpanan

Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

 

Page 4

Page 5: Med Error (Makalah Fix)

BAB 2

MEDICATION ERROR

2.1 Latar belakang

Medicationerrordidefinisikan setiap peristiwa yang dapat menyebabkan

ataupun menimbulkan apakah obat layak digunakan atau

membahayakan pada pasien dalam kendali profesional meliputi

perawat,pasien atau konsumen.Kejadian-kejadian tersebut berkaitan

dengan praktik profesional,produk perawatan kesehatan,prosedur,dan

sistem termasuk resep diantarnya: komunikasi saat memesan, label

produk,kemasan,tata nama,peracikan,pengeluaran,dustribusi,tata

usaha,pendidikan,pemantauan dan penggunaan Dari definisi di atas terlihat

bahwa medicationerror tidak saja hanya menyangkut kesalahan peresepan, tetapi juga

termasuk prosedur pemberian obat yang tidak jelas yang mengakibatkan kelirunya

penggunaan obat di pihak pasien(US Pharmacopoeia).

Selain dari definisi di atas beberapa definisi yang kami dapat dari berbagai literatur

tentang Medication error dianataranya sebagai berikut :

 Medicationerror adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian

obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.

Kerugian yang dialami pasien bisa bermacam-macam mulai dari kerugian dalam hal

biaya bahkan sampai menyebabkan kematian

(Menurut Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004)

Medicationerror adalah kesalahan pengobatan didefinisikan sebagai pemberian

obat yang tidak sesuai dengan (1) perintah dokter, (2) spesifikasi atau (3) standart

profesional. Sebuah kesalahan pengobatan yang signifikan yang menyebabkan

ketidaknyamanan penduduk atau membahayakan kesehatan atau keselamatan.

(Remingtonpage 2302)

Dalam hal penulisan resep terdapat titik-titik yang rawan yang harus dipahami baik

oleh penulis resep (prescriber) maupun pembaca resep(dispenser). Resep harus ditulis

dengan jelas dan lengkap untuk menghindari adanya salah persepsi diantara keduanya dalam

mengartikan sebuah resep. Menurut Michelle R. Colien kegagalan komunikasi dan salah

interpretasi antara prescriber dengan dispenser merupakan salah satu faktor penyebab

Page 5

Page 6: Med Error (Makalah Fix)

timbulnya kesalahan medikasi (medicationerror) yang bisa berakibat fatal bagi penderita.

(Cohen, 1999)

Menurut JAMA 5 Juli 1995, kesalahan pengobatan (medicationerror) dapat terjadi Dalam

prose prescribing (39%), transcribing (12%),dispensing (11%) dan administering (38%),

adapun pengertian dari masing-masing tersebut adalah :

  Prescribing

Kesalahan dalam proses prescribing merupakan kesalahan yang terjadi dalam

penulisan resep obat oleh dokter seperti; dokter salah menulis jumlah atau dosis obat yang

tepat untukpasien, tidak jelasnya tulisan dalam resep, keliru dalam menuliskan nama obat

atau tidak jelasnya instruksi yang diberikan dalam resep.

  Transcribing

Kesalahan dalam proses transcribing merupakan kesalahan yang terjadi dalam

menterjemahkan resep obat di apotek. Misalnya, resep yang keliru dibaca/diterjemahkan

sehingga otomatis salah juga obat yang diberikan kepada pasien. Bisa juga karena secara

sengaja instruksi yang diberikan dalam resep tidak dikerjakan  atau secara tidak sengaja ada

instruksi dalam resep yang terlewatkan sehingga tidak dikerjakan.

  Dispensing

Kesalahan dalam proses dispensing merupakan kesalahan yang terjadi dalam

peracikan atau pengambilan obat di apotek. Misalnya, obat salah diambil karena adanya

kemiripan nama atau kemiripan kemasan, bisa juga karena salah memberi label obat sehingga

aturan pemakaian obat atau cara pemakaian obat menjadi tidak sesuai lagi atau mengambil

obat yang sudah kadaluarsa.

  Administering

Kesalahan dalam proses  administering berkaitan dengan hal-hal yang bersifat

administrasi pada saat obat diberikan atau diserahkan kepada pasien. Misalnya, karena keliru

dalam membaca nama pasien atau tidak teliti dalam memeriksa identitas pasien maka obat

yang diberikan/diserahkan juga menjadi salah. Bisa juga karena salah dalam menuliskan

instruksi pemakaian obat kepada pasien atau salah memberi penjelasan secara lisan kepada

pasien sehingga pasien pun akhirnya salah dalam menggunakan obat tersebut

Page 6

Page 7: Med Error (Makalah Fix)

2.2 Bentuk-bentuk medication error

Disadari ataupun tidak, medication error sebenarnya sering dan banyak terjadi di

sekeliling kita, mulai di lingkungan puskesmas, rumah sakit, apotek hingga pelayanan-

pelayanan kesehatan lainnya. Resep –resep tertentu jika ditelaah lebih lanjut akan terlihat

seperti adanya dosis yang tidak tepat, cara pemberian keliru, dan lama pemberian yang tidak

sesuai. Dalam pengertian diatas (Prescribing, Transcribin, Dispensing, Administering)

disebutkan bahwa sebenarnya medication error secara umum dapat terjadi karena beberapa

hal. Namun dari bentuk-bentuk medication error kita dapat mencegah ataupun merubah

sistem saat pelayanan farmasi yang bertujuan agar tidak merugaikan pasien dan mengurangi

terjadinya medication error,misalnya seperti beberapa penerapan sistem human error disini

dimaksudkan untuk meminimalisasi terjadinya medication error. Tetapi kita juga bisa

menggunakan cara lain dengan dari bentuk-bentuk medication error kemudian menelaah dari

permasalahn dan mencari solusi , dimana bentuk-bentuk medication error seperti yang

terdapat dibawah ini :

Menurut American Hospital Association, medicationerror antara lain dapat terjadi

pada situasi berikut:

a) Informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi tentang riwayat alergi dan

penggunaan obat sebelumnya.

b) Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau menggunakan obat,

frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika timbul efek samping.

c) Miskomunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi farmasis yang keliru dalam membaca

resep dokter, kesalahan membaca nama obat yang relatif mirip dengan obat lainnya,

kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis hingga singkatan peresepan yang tidak

jelas (q.d atau q.i.d/QD);

d) Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca keliru oleh pasien; dan

e) Faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ruang obat yang tidak terang, hingga suasana

tempat kerja yang tidak nyaman yang dapat mengakibatkan timbulnya medicationerror

(American Hospital Association)

Page 7

Page 8: Med Error (Makalah Fix)

Tabel 1.Bentuk-bentuk medicationerror 

Tabel 2.Taksonomi & kategorisasi Medication error

Page 8

Page 9: Med Error (Makalah Fix)

Menurut National Coordinating Council for MedicationerrorReportingand Prevention (NCC

MERP)

2.3 MedicationError Obat Chlorpheniraminemaleat

A. Medication ErrorAdministering

Melalui gambaran pada tabel 2 maka kesalahan yang terjadi di salah satu komponen

dapat saja secara berantai menimbulkan kesalahan lain di komponen-komponen

selanjutnya.Pada obat Chlorpheniraminemaleat yang menjadi medication error adalah

proses Administering(tahap pemberian obat kepada pasien). Kesalahan dalam

proses  administering berkaitan dengan hal-hal yang bersifat administrasi pada saat obat

diberikan atau diserahkan kepada pasien seperti salah maupun kurang memberi penjelasan

secara lisan kepada pasien sehingga pasien pun akhirnya salah dalam menggunakan obat

tersebut dengan mengindikasikan untuk penggunaan yang lain. Dimana hal ini ditunjukkan

dengan masyarakat yang lebih mengenal Chlorpheniraminimaleat sebagai obat tidur

dibanding dengan efek antihistamin sendiri.Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun

campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk rasa kantuk yang

ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat. Pada kasus tertentu, misalnya pada

keadaan stres, dalam perjalanan, atau adanya hal-hal kecil yang mengganggu tidur, maka

CTM dapat digunakan sebagai obat tidur. Tetapi ini dibatasi untuk dua atau tiga hari saja.

Mengapa demikian? Karena efek ngantuk CTM cepat ditoleransi oleh tubuh. Artinya,

semakin lama kita gunakan CTM, semakin kurang kemanjurannya untuk menimbulkan

kantuk. Sebaliknya, semakin besar kemungkinan terjadinya efek samping. Rasa kantuk yang

ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut.

Penyebab medication error dalam CTM ini menurut (The American Hospital

Association) yang sudah dijelaskan diatas diantaranya terjadi karena Informasi obat tidak

tersedia (seperti kurangnya up-to-date peringatan). Sedangkan seharusnya Sedangkan

indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikat anhistamine pada

reseptor histamine, karena CTM adalah obat yang dijual Overthe Counter bisa dibeli tanpa

resep dokter, maka penggunaannya sulit diawasi. Kurangnya penjelasan dan pengetahuan dari

pasien tentang peringatan efek samping dari CTM ini dapat membahayakan pasien, jika

pasien yang alergi sedang berkendara setelah menggunakan CTM maka dapat mengakibatkan

kecelakaan dijalan. Dalam hal ini MedicationError yang terjadi dapat diakibatkan dari

Page 9

Page 10: Med Error (Makalah Fix)

petugas di apotek ataupun pasien itu sendiri, Padahal MedicationErrorseperti ini sangat dapat

dihindari.

B. Medication ErrorDispensing

Kesalahan dalam proses dispensing merupakan kesalahan yang terjadi dalam

peracikan atau pengambilan obat di apotek. Mediation error lainnya yang kami dapat kan dari

Chlorpheniramine Maleat mengenai LASA ,dari obat yang dipasaran yang banyak produk

obat yang mengkombinasikan nya dengan CTM, misal pada tabel dibawah ini banyak

produk yang memiliki nama depan produk yang sama namun memeliki bahan aktif yang

berbeda. Dari nama-nama produk obat dibawah ini sangat rentang mengalami kesalahan pada

saat pengambilan obat. Dikarenakan memiliki nama depan produk yang sama yaitu “Advil”,

padahal bahan aktif nya berbeda, indikasinya juga pasti berbeda. Kita ambil contoh dari obat

“Advil Allergy Sinus” yang memiliki komposisi bahan aktif Ibuprofen 200mg,

Pseudoephedrine HCL 30mg, dan Chlorpheniramine Maleate 2 mg. Berbeda komposisi

bahan aktifnya dan indikasinya dengan obat “Advil Cold & Sinus” yang berisi hanya

Ibuprofen 200mg, Pseudoephedrine HCL 30mg.

Produk Advil yang ada dipasaran

Page 10

Page 11: Med Error (Makalah Fix)

Jika terjadi medication error, dimana pasien yang seharusnya mendapatkan obat Advil

Cold & Sinus, Namun petugas apotek memberikan obat Advil Allergy Sinus. Maka Efek

ngantuk yang ditimbulkan dari Advil Allergy Sinus yang mengandung Chlorpheniramine

Maleat dapat terjadi pada pasien, Jika pasien tidak diberi informasi mengenai efek samping

ngantuknya dan pasien melakukan aktivitas seperti mengemudi atau lainnya, maka ini dapat

membahayakan nyawa pasien.

Produk LASA Advil

Page 11

Page 12: Med Error (Makalah Fix)

Produk LASA lainnya yang ada dipasaran

Page 12

Page 13: Med Error (Makalah Fix)

C. Medication ErrorPrescribing&Transcribing

Menurut JAMA 5 Juli 1995, kesalahan pengobatan (medicationerror) dapat terjadi

Dalam prose prescribing (39%), transcribing (12%),Dari contoh diatas Medication yang

dapat kita lihat sangat jelas dari tulisan dokter yang tidak jelas dapat berpotensi penerjemahan

resep obat yang salah sehinnga memungkinkan terjadinya medicatioon error.

Page 13

Page 14: Med Error (Makalah Fix)

BAB 3

PENYELESAIAN

3.1. Medication ErrorAdministering

Dari MedicationErroryang terjadi dalam kasus diatasMenurut National Coordinating

Council for MedicationerrorReportingand Prevention (NCC MERP) masuk kategori G yaitu

error terjadi dan mengakibatkan resiko. Kasus diatas dapat dihindari dengan cara Apoteker

memberikan informasi mengenai obat CTM tersebut, Namun sebelumnya Apoteker harus

menanyakan kepasien tentang penyakit apa yang pasien diderita sehingga Apoteker dapat

memberikan rekomendasi pengobatan kepada pasien. Apabila pasien mengalami stres

ataupun sulit tidur maka Apoteker dapat merekomendasikan obat sedatif atau hipnotik yang

tepat bagi pasien selain itu Apoteker juga dapat menanyakan penyebab pasien stres sehingga

dapat diatasi dengan cara terapi non farmakologi, misal pasien stres akibat pekerjaan yang

tidak ada liburnya, Mungkin apoteker dapat memberi saran kepada pasien untuk mengambil

cuti dan liburan sejenak untuk menyegarkan pikirannya kembali.

Mengenai efek samping CTM yang mengakibatkan ngantuk, jika digunakan pasien

alergi yang sedang berkendara maka dikhawatirkan akan menyebabkan sesuatu yang tidak

diinginkan saat mengemudi di jalan. Namun hal ini dapat dihindari dengan cara Apoteker

memberi tahu efek samping CTM yang menyebabkan kantuk pada pasien sehingga

disarankan pasien istirahat dan tidak berkendara dahulu. Apoteker juga dapat menyarankan

bagi pasien alergi yang ingin berkendara dapat menggunakan obat antihistamin generasi ke 2

atau 3 yang efek samping ngantuknya sedikit bahkan tidak ada.

Selain menyampaikan tentang efek samping obat, Apoteker juga harus memberikan

informasi semua tentang obat yang digunakan pasien baik aturan pakai, indikasi,

kontraindikasi, cara penyimpana dan sebagainya mengenai obat yang akan diberikan kepada

pasien.

3.2. Medication ErrorDispensing

Medication error LASA dapat dihindari dengan cara pemberian label LASA pada

produk obat selain itu Apoteker harus menggali informasi dari pasien mengenai keluhan yang

dirasakan pasien dan memberikan informasi terhadap pasien mengenai obat ini walupun obat

ini OTC karena obat ini sangat berpotensial terjadinya medication error.Solusi terhadap resep

Page 14

Page 15: Med Error (Makalah Fix)

yang tulisannya tidak jelas diharapakan dokter untuk menulis dengan jelas obat yang ingin

diresepkannya agar Apoteker bisa menterjemahkannya dengan benar.

C. Medication ErrorPrescribing&Transcribing

Dalam kesalahan ErrorPrescribing yang berarti kesalahan yang terjadi dalam

penulisan resep obat oleh dokter seperti; dokter salah menulis jumlah atau dosis obat yang

tepat untukpasien, tidak jelasnya tulisan dalam resep, keliru dalam menuliskan nama obat

atau tidak jelasnya instruksi yang diberikan dalam resep. Dalam penyelesaian nya sebaiknya

konfirmasi ke dokter lagi untuk memastikan bahwa resep yang ditulisakn sudah benar. Agar

tidak tidak terjadi medication error yang beruntun. Memastikan dengan menelaah resep

tersebut untuk kesesuaian tentang obat dalam resep yang tertuliskan berdasarkan kebutuhan

masing-masing pasien.

Selain itu juga terjadi Error Transcribing dimana dalam proses ini juga terjadi karena

menerjemahkan resep obat yang tersedia di apotek maupun di apotek rumah sakit.

Penyelesaiannya karena tulisan dokter mungkin berbeda-beda dan mungkin sulit dibaca hal

yang dapat dilakukan adalah ketelitian untuk pembacaan resep. Penerimaan resep seharusnya

langsung diterima oleh Apoteker. Dengan ini bisa juga mnelaa resep dengan kessesuaian

antara resep yang tertulis dengan dokter spesialis, terkadang memang lebih mudah apabila

dalam suatu apotek terdapat praktek bersama dengan dokter sehingga dapat memastikan

karena telah terbiasa oleh penulisan dokter yang mungkin rawan salah dalam pembacaan oleh

pharmacist. Sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam proses menerjemahkan resep dan

mencegah resep tida dikerjakan.

Page 15

Page 16: Med Error (Makalah Fix)

BAB 4

PENUTUP

KESIMPULAN

Medication error sebenarnya dapat terjadi di mana saja,kapan saja dan dapat

menimpa siapa saja. Namun juga perlu diperhatikan dampak yang akan terjadi juga dapat

memeberikan resiko yang sebenarnya dapat kita cegah. Medication error juga dapat terjadi

melalui proses saat peresepan ,dengan dimulai dari  penulisan resep, pembacaan resep oleh

apotek, penyerahan obat, hingga penggunaan obat oleh pasien.Kesalahan –kesalahan dapat

terjadi karena hal yang bermacam-macam seperti yang dijelaskan di atass. Seperti contoh

pada kasus Administering pemberian obat CTM yang seharusnya diindikasikan untuk

antihistamin, tetapi pada penerapan nya di masyarakat menggunakan sebagai obat tidur.

Sebenarnya pada situasi seperti ini dapat diminimalisir bahakan dikurangi untuk menjamin

efek terapi pada pasien salah satunya memberikan konseling tentang manfaat atau fungsi

sebenarnya tentang obat yang akan dikonsumsi. Dengan demikian peran pharmacist di apotek

maupun dirumah sakit sangatlah penting. Terlebih jika pasien datang ke Apotek dengan

membeli obat CTM secara langsung,peran pharmacist adalah menanyakan untuk apakah

sebenarnya pembelian obat tersebut. Dan selain itu juga merubah mainsetpada masyarakat

ataupun pasien tentang obat CTM yang diketahui sebagai obat tidur,yang sebenarnya dapat

dicegah dengan pemantauan efektifitas penggunaan (InterupsiPemakaian).

Proses terjadinya kesalahan dalam pelayanan pun tidak hanya meliputi Administering

tetapi juga dalam kasus di atasa disebutkan Dispensing merupakan kesalahan yang terjadi

dalam peracikan atau pengambilan obat di apotek maupun di apotek rumah sakit. Pada

makalah kami menerangkan tentang LASA (Look Alike Sound Alike) . Di pasaran banyak

sekali obat yang dikombinasi dengan CTM dimana obat-obat tersebut sangat rentan

mengalami kesalahan dalam proses pengambilan oba, yaitu memiliki produk yang sama

tetapi bahan aktifnya berbeda yang telah dijelasakan di atas. Oleh karena itu disebuah apotek

itu sendiri harus menerapkan misalnya seperti sistem label LASA pada produk obat tertentu

dan juga Apoteker juga harus memberikan informasi tentang obat CTM ini walapun obat

tersebut merupakan OTC. Karena obat ini sangat berpotensial terjadinya medication error

yang dapat merugikan pada pasien.

Page 16

Page 17: Med Error (Makalah Fix)

SARAN

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan

dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya

pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan

makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik

saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin 

Page 17

Page 18: Med Error (Makalah Fix)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, Edisi IV 1995

Departemen Farmakologi dan Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Farmakologi dan

Terapi , edisi V 2011

Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004)

Remington The Science and Practice Of Pharmacy,21th edition page 2302

Lissa C. Owens, PharmD, Department of Health and Human Services Public Health Service

Food and Drug Administration Center for Drug Evaluation and Research Office of

Surveillance and Epidemiology Office of Medication Error Prevention and Risk

Management,September 14, 2011

Page 18