ekrtrasi vakum

38
EKSTRAKSI VAKUM 1. KONSEP MEDIS A. Pengertian Ekstraksi vakum adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum merupakan suatu persalina buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. B. Indikasi

Upload: fitrah-jelita

Post on 06-Sep-2015

235 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sistem reproduksi

TRANSCRIPT

EKSTRAKSI VAKUM1. KONSEP MEDISA. PengertianEkstraksi vakum adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum merupakan suatu persalina buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya.Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.B. Indikasi1) Ibu : Memperpendek kala II ( misalnya : Penyakit jantung kompensata, Penyakit paru-paru fibrotik ), Waktu : kala II yang memanjang.2) Janin : Gawat janin (masih kontroversi)

C. Kontra Indikasi1) Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong)2) Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul)3) Ibu : ruptur uteri membakat, ibu tak boleh mengejan.4) Janin : letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, preterm, kepala menyusul.D. Syarat1) Pembukaan 10 cm atau hampir lengkap minimal 7 cm.2) Kepala tidak teraba (0/5) atau teraba 1/5 pada palpasi abdominal3) Pada pemeriksaan vagina, diameter terbesar kepala berada lebih rendah darispina insiadika dan kepala bayi merenggangkan perineum4) Tidak ada disproporsi kepala panggul5) Konsistensi kepala normal6.Ketuban sudah pecah atau dipecahkanE. PrognosisPrognosis perdarahan intrakranial neonatus bergantung pada lokasi dan luasnya perdarahan, cepatnya diagnosa, dan pertolongan. Pada perdarahan epidural yang hebat (berat), sering menimbulkan peninggian tekanan intrakranial dan tedensi terjadinya hemiasi unkals. Keadaan dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera. Pada penderita yang tidak meninggal, Govaert dkk7 mendapatkan spastik hemiplegia. Perdarahan ini jarang dijumpai atau hanya 2% dari seluruh kasus perdarahan intrakranial pada neonatus. Perdarahan subdural dengan laserasi tentorium dan falk serebri umumnya berprognosis buruk. Karena perdarahan yang hebat (massive bleeding of vein Gallon) sering menimbulkan peninggian tekanan intrakranial dan kompresi batang otak bila tidak mendapat pertolongan segera, biasanya meninggal dalam beberapa jam setelah lahir. Hanigan dkk., menjumpai kasus yang hidup dengan palpsi serebral spastik, retardasi mental, dan gangguan visual. Prognosis perdarahan subdural hemisfer serebri relatif baik, hampir 90% bayi hidup tanpa skuele neurologis. Pada yang hidup dapat disertai hemiplegia spastik dan hidrosefalus17. Prognosis perdarahan subaraknoid tanpa komplikasi umumnya baik7,8,12. Hidrosefalus merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai dan 35--50% dapat menjadi normal13,21,23. Leijon dkk26 mendapatkan bayi-bayi yang lahir dengan ekstraksi vakum lebih sering mengalami gangguan neurologis dibandingkan dengan lahir spontan. Belnnow (1977)28 menyebutkan bahwa 43% dari 38 anak usia 14 bulan yang lahir secara ekstraksi vakum menderita Disfungsi Minimal Otak (DM0). DM0 ini lebih banyak didapatkan pada anak yang dilahirkan secara ekstraksi vakum dibandingkan dngan anak lahir spontan.F. PatofisiologiAdanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.Pada penggunaan ekstraksi vakum, terjadi kompresi negatif pada kepala bayi di daerah fronto oksipital dan mengakibatkan pemanjangan diameter fronto oksipital dari kepala bayi. Akibatnya, terjadi renggangan yang berlebihan dengan tendensi laserasi tentorium atau falks serebri dan rupturnya vena Galen, sinus strait, sinus sagitalis inferior, dan sobeknya ateri - vena meningia media dan vena superfisial serebri serta rupturnya bridging veins di subaraknoid. Rupturnya/sobeknya salah satu pembuluh darah ini akan mengakibatkan perdarahan intracranial. Perdarahan intrakranial sering terjadi apabila lamanya teraksi lebih dari 10 menit 12 dan frekuensi lepasnya cup ekstraktor sebanyak lima kali atau lebih.Berdasarkan lokasi pengumpulan darah atau ruptur/sobeknya pembuluh darah, perdarahaan intrakranial dapat dibagi atas perdarahan epidural, subdural, dan perdarahan subaraknoid. Perdarahan epidural terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau vena meningia media di antara tulang kepala dan durameter. Pengumpulan darah di dalam ruangan durameter disebut hematoma epidural. Perdarahan ini sering berlokasi di daerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural biasanya disertai fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak bergantung pada luas dan banyaknya perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-tanda gangguan fungsi otak. Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah lahir akan tampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti iritabel, menangis melengking (cephalic cry), ubun-ubun tegang dan menonjol, deviasi mata, sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda herniasi unkal seperti dilatasi pupil homolateral.Perdarahan subdural dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya vena galen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering di infratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa posterior dan menyebabkan kompresi batang otak (brain stemp) Kadang-kadang, perdarahan ini dapat meluas ke permukaan superior atau posterior dari serebelum. Perdarahan subdural dengan laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis inferior. Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium. Perdarahan ini kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi perdarahan di dalam fisura serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum. Rupturnya vena superfisial serebri (bridging vein), mengakibatkan perdarahan subdural pada permukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan biasanya diikuti perdarahan subaraknoid.Perdarahan subaraknoid merupakan perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnya vena-vena dalam rongga araknoid (bridging veins), rupturnya pembuluh darah kecil di daerah leptomeningen, atau perluasan perdarahan. Timbunan darah biasanya berkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi posterior. Hal yang ditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid oleh darah dan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial. G. Penatalaksanaan1. Persiapan Alat1) Mangkok ( cup )mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat :a. Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarikb. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubungc. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction )d. Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan atau udara.2) Rantai PenghubungRantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga pemegang.3) Pipa PenghubungTerbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol.4) BotolMerupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll). Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :a. Saluran manometerb. Saluran menuju ke mangkukc. Saluran menuju ke pompa penghisap5) Pompa penghisapDapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik

2. Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum1) Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar vulva ditutup dengan kain steril2) Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.3) Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -0,2 kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan tekanan negative yang bertahap ini supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik4) Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.5) Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.6) Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan dengan cara menarik pemegang sesuia dengan sumbu panggul. Ibujari dan jari telunjuk serta jari tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikan ( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan negative dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

H. Pemeriksaan Diagnostik

I. KomplikasiPada Ibu :a) Perdarahan b) Infeksi jalan lahirc) Trauma jalan lahirPada anak :a) Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepalab) Cephal hematomac) Subgaleal hematomad) Perdarahan intrakraniale) Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retinaf) Fraktura klavikulag) Distosia bahuh) Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VIIi) Erb paralysaj) Kematian janinDiagnosa1) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan kala IImemanjang2) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan distressjanin ringan3) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan PEB4) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II denganincoordinate uterus contraction5) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan vitiumcordis tingkat 16) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan anemia7) Ibu G. P.. hamil 37 42 minggu I/T/H impartu kala II dengan asmabronkiale

2. KONSEP KEPERAWATANA. Pengkajian1. Aktivitas /istirahata. Klien melaporkan adanya kelelahanb. Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasic. Adanya letargi2. SirkulasiTekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.3. Integritas Egoa. Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang dialami.b. Klien kelihatan gelisahc. Klien kelihatan putus asa4. Eliminasia. Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, dosertai tekanan intra abdomen dan tekanan uterus.b. Dapat mengalami rabas vekal saat mengedanc. Distensi kandung kemih5. Nyeri atau ketidak nyamanana. Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.b. Timbul amnesia diantara kontraksic. Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia control.6. PernapasanTerjadi peningkatan pernafasan.7. Seksualitasa. Cairan amnion keluarb. Pembukaan belum penuh/penuhc. Janin tidak maju8. Pemeriksaan Fisika) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhub) Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan.c) Seksualitas : adanya laserasi servik uteri dan vaginaPada janin/bayi ; DJJ sebelum forsep dipasang. DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang. Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema. Perdarahan intrakranial Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala. Paralisis facialB. Diagnosa keperawatan1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) brehubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis persalinan3. Resiko tinggih trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama4. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomy6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

C. Rencana Asuhan Keperawatan1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan. Tujuan : Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan. Kriteria hasil : TTV stabil, Pengisian kapiler cepat, Sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individualINTERVENSIRASIONAL

MandiriTinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg)

Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.

Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.

Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis. Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.

Perhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir. Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30%-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal, bila ada. Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan pengisian.

Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.

Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatklan aliran balik vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar.

Pertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien.Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian di mana sensorium berubah dan atau intervensi pembedahan diperluka

Pantau masukan dan haluaran; perhatikan berat jenis urin.Bermanfaat dalam memperkirakan luas/ signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/ sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar.

Kaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Hematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir

Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal. Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.

Pantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan plasenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.

KolaborasiMulai infus 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.

Berikan darah lengkap atau produk darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Membantu menentukan beratnya masalah dan efek dari terapi.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi: oksitosin, metilergononovin maleat, prostaglandin F2. Magnesium sulfat (MgSO4) Heparin Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap lokhia) Natrium bikarbonat. Antibiotik bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin diperlukan untuk infeksi disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.

Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb dan Ht Kadar pH serum Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT. Pasang kateter urinarius indwelling. Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb. Pada syok lama, hipoksia jaringan dan asidosis dapat terjadi sebagai respon terhadap metabolisme anaerobik.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis persalinan Kriteria hasil : klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakanINTERVENSIRASIONAL

Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksisentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan dukungan untuk tenaga dan dorongan serta dapat membantu mempertahankan penurunan nyeri

Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterusmendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal

Informasikan klien awitan kontraksiklien dapat tidur dan atau mengalami amnesia parsial diantara kontraksi ini dapat merusak kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat kontraksi mulai dan dapat berdampak negative pada kontrolnya

Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan tidak petugas yang tidak dibutuhkanlingkungan yang aman menimbulkan, memberi kesempatan optimal untuk istirahat dan relaksasi diantara kontraksi

Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan sederhanamendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.

3. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada deselarasi.INTERVENSIRASIONAL

Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic dan frekuensi dasar. Periksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan doptone. Jumlahkan selama 10 menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit. Lanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan diantaranya dan setelah kontraksiMendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan, bradikardia dan takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia, asidosis, atau sepsis

Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersediatekanan istirahat lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mm Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos.

Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau sindrom vena kava.Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikkan klien keposisi rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plansenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.

Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang.kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilos.

Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.Menentukan pembaringan janin, posisi , dan presentasi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.

Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial.Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipari atau kurang dari 2 cm/jam untuk multipara, dapat menandakan CPD atau malposisi.

Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi kening,kening dan dagu.Presentasi ini meningkatkan risiko CPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvis (11 cm pada kening atau presentasi wajah, 13 cm pada presentasi dagu.

4. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihanKriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi persalinan.

INTERVENSIRASIONAL

Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbalmengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas yang berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak negative terhadap hasil persalinan.

Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan kepada klien bahwa ia tidak akan ditinggal sendirianrasa takut dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.

Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasimembantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri dalam korteks serebral, menigkatkan rasa control.

Pantau DJJ dan tekanan darah ibuansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan endrokrin, dengan kelebihan pelepasan epineprin dan nonepineprin, meningkatkan tekanan darah dan nadi

Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.meningkatkan intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan masalah klien tentang kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu meningkatkan epineprin, dapat menghambat aktivitas miometrium. Stres yang berlebihan menguras glukosa sehinggah pembentukan ATP menurun untuk digunakan dalam kontraksi

Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah tinggi pada penerimaan ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan tepat saat klien rileks )stress mengaktifkan system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan ekskresi kalium, kehilanhkan kalium dapat menurunkan aktivitas miometrik.

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses Persalinan dan menambah lamanya persalinan, dimana terjadi ketidakseimbangan epineprin dan nonepineprin yang dapat meningkatkan disfunsi pola pole persalinan.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahatINTERVENSIRASIONAL

Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama persalinan dan jenis kelaminpersalinan dan kelahiran lama akan sulit khususnya jika terjadi malam hari peningkatan tingkat kelelahan

Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat.organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan lingkungan yang tenangmembantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan ransang, jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat memperpanjang proses perbaikan pasca partum

Berikan obat-obatan misalnya analgesik.mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.

D. ImplementasiDx 1Mandiri Meninjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (mis: laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amniotic, atau retensi janin mati selama lebih dari 5 mgg) Mengkaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut; menyimpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. Mengkaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua tepat di atas simfisis pubis. Memperhatikan hipotensi atau takikardi, pelambatan pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir. Memantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal, bila ada. Melakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal. Mempertahankan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien. Memantau masukan dan haluaran; memperhatikan berat jenis urin. Mengkaji terhadap nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Memberikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal. Memantau klien dengan akreta plasenta (penetrasi sedikit dari miometrium dengan jaringan plasenta), HKK, atau abrupsio plasenta terhadap tanda-tanda KID.Kolaborasi Memulai infus 1 atau 2 I.V. dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau melalui jalur vena sentral. Memberikan darah lengkap atau produk darah (missal: plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Memberikan obat-obatan sesuai indikasi:a. oksitosin, metilergononovin maleat, prostaglandin F2.b. Magnesium sulfat (MgSO4)c. Heparind. Terapi antibiotic (berdasarkan pada kultur dan sensitivitas terhadap lokhia)e. Natrium bikarbonat. Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :a. Hb dan Htb. Kadar pH serumc. Trombosit, FDP, fibrinogen, dan APTT.d. Pasang kateter urinarius indwelling.Dx 2 Mengkaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi Memantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus Menginformasikan klien awitan kontraksi Memberikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan tidak petugas yang tidak dibutuhkan Meninjau ulang/memberikan instruksi dalam teknik pernafasan sederhanaDx3 Mengkaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic dan frekuensi dasar. Memeriksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan doptone. Menjumlahkan selama 10 menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit. Melanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan diantaranya dan setelah kontraksi Memperhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia Mengidentifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau sindrom vena kava. Memperhatikan frekuensi kontraksi uterus. Memberi tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang. Mengkaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan satura cranial). meninjau ulang hasil ultrasonografi. Memantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial. Menyiapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi kening,kening dan dagu.Dx4 Mengkaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal Memberi dukungan professional intrapartu kuntinu, menginformasikan kepada klien bahwa ia tidak akan ditinggal sendirian Menganjurkan teknik pernapasan dan relaksasi Memantau DJJ dan tekanan darah ibu Mengevaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan. Memantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah tinggi pada penerimaan ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan tepat saat klien rileks ) Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.Dx 5 Mengkaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Mencatat lama persalinan dan jenis kelamin Mengkaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat. mengorganisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Menganjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan, memberikan lingkungan yang tenang Memberikan obat-obatan misalnya analgesik.

E. Evaluasi1. Klien menunjukan perubahan keseimbangan cairan dibuktikan oleh TTV stabil, Pengisian kapiler cepat, Sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual2. Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang dibuktikan oleh klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan3. Tidak terjadi trauma fetal, di buktikan dengan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada deselarasi.4. Ibu dapat menurunkan stress emosional, ketakutan dan defresi akibat dari disfungsi persalinan yang dihadapi di tandai dengan klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi persalinan. Infeksi akibat tindakan persalinan dapat dihindari dengan kriteria hasil menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial kateter normal5. Gangguan pola tidur dapat diatasi dengan kriteria hasil melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat

DAFTAR PUSTAKA

Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUIAzzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGCAnonim.2012. http://asuhankeperawatan.blogspot.com (diakses tanggal 18 februari 2013)Anonim.2012. www.scribd.cm (diakses tanggal 18 februari 2013)

Penyimpangan KDM Ekstraksi Vakum

(Kemampuan mengejan, gawat janin, kala II memanjang, penyakit jantung, dll)Dilakukan ekstraksi vakum

Resiko tinggi trauma fetal Terjadi laserasi Persalinan yang lama

Perdarahan Nyeri Kehilangan Vaskular Gangguan rasa nyaman Kekurangan volume cairan AnsietasGangguan pola tidur