ees dry syrup

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertusis (whooping cough) adalah infeksi saluran pernafasan yang ditandai dengan batuk keras yang tidak terkontrol yang menyebabkan kesulitan bernafas dan dapat menimbulkan suara batuk rejan sewaktu menarik nafas. Pertusis disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Bordetella pertussis adalah suatu bakteri ovoid kokobasil, Gram negatif, dan bisa didapatkan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring penderita pertusis, yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou. Masa inkubasi Bordetella pertusis adalah 6-2 hari (rata-rata 7 hari). Sedangkan perjalanan penyakit terjadi antara 6-8 minggu. Pada awalnya gejalanya seperti flu biasa, namun biasanya lendir yang dihasilkan biasanya sangat berlebihan. Ada 3 stadium Bordetella pertussis, antara lain : 1) Stadium kataral (1-2 minggu), menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan atas yaitu rhinorrhea dengan lendir cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius. 2) Stadium paroksimal atau spasmodik (2-4 minggu), frekuensi derajat batuk bertambah 5- 10 kali pengulangan batuk kuat, selama ekspirasi diikuti 1

Upload: jimmy-bayu-wibowo

Post on 05-Jan-2016

159 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ini buan sembarang pertimbanganwoww banget pokoknyasembuh dehahhahaha

TRANSCRIPT

Page 1: EES Dry Syrup

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertusis (whooping cough) adalah infeksi saluran pernafasan yang ditandai

dengan batuk keras yang tidak terkontrol yang menyebabkan kesulitan bernafas dan dapat

menimbulkan suara batuk rejan sewaktu menarik nafas. Pertusis disebabkan oleh infeksi

bakteri Bordetella pertussis. Bordetella pertussis adalah suatu bakteri ovoid kokobasil,

Gram negatif, dan bisa didapatkan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring

penderita pertusis, yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou. Masa

inkubasi Bordetella pertusis adalah 6-2 hari (rata-rata 7 hari). Sedangkan perjalanan

penyakit terjadi antara 6-8 minggu. Pada awalnya gejalanya seperti flu biasa, namun

biasanya lendir yang dihasilkan biasanya sangat berlebihan.

Ada 3 stadium Bordetella pertussis, antara lain : 1) Stadium kataral (1-2

minggu), menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan atas yaitu rhinorrhea dengan

lendir cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan

intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius. 2) Stadium

paroksimal atau spasmodik (2-4 minggu), frekuensi derajat batuk bertambah 5-10 kali

pengulangan batuk kuat, selama ekspirasi diikuti usaha insprasi masif yang mendadak

sehingga menimbulkan bunyi melengking (whoop) oleh karena udara yang dihisap

melalui glotis yang menyempit. Muka memerah, mata menonjol, lidah menjulur,

lakrimasi, salivasi, petekia di wajah, muntah sesudah batuk paroksimal, penurunan berat

badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stres emosional dan aktivitas fisik. Kadang-

kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.

3) Stadium konvalesens (1-2 minggu), whoop mulai berangsur-angsur menurun dan

hilang 2-3 minggu kemudian, tetapi pada beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal

kembali. Episode ini akan berulang-ulang selama beberapa bulan.

Bordetella pertussis dapat disebarkan melalui kontak udara atau melalui barang-

barang yang telah terkontaminasi bakteri ini. Ketika sang penderita bersin atau batuk,

maka ribuan bakteri akan tersebar ke lingkungan sekitar. Itulah mengapa penyakit ini 1

Page 2: EES Dry Syrup

sangat menular. Bagian dari tubuh yang diserang oleh bakteri ini adalah selaput lendir

dari saluran nafas. Saluran nafas kemudian menjadi meradang dan bengkak, hal ini juga

berakibat pada bertambahnya produksi dari lendir yang sangat berlebihan. Karena lendir

yang dihasilnya jauh melebihi yang biasanya ditambah dengan pembengkakan, membuat

saluran nafas kita menjadi sempit. Inilah yang membuat tubuh merespon batuk dengan

tujuan agar sumbatan ini dapat dikeluarkan.

Oleh karena itu, kami sebagai bagian dari R&D (Research & Development) ingin

menyusun rancangan formulasi, manufaktur sediaan, evaluasi dan rancangan kemasan

sediaan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan atas Bordetella pertussis, yaitu

pertusis / batuk rejan (whooping cough) dengan bahan aktif antibakteri berspektrum luas.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah cara menyusun dan melaksanakan rancangan formula, manufaktur

sediaan, evaluasi, dan rancangan kemasan sediaan untuk pengobatan infeksi saluran

pernafasan atas Bordetella pertussis (berspektrum luas)?

1.3. Tujuan

Menyusun dan melaksanakan rancangan formula, manufaktur sediaan, evaluasi dan

rancangan kemasan sediaan sirup kering untuk pertusis yang memenuhi persyaratan mutu

(quality), aman (safety), efektif (effective), stabil (stability), dan dapat diterima

(acceptable)

1.4. Manfaat

Memahami kerangka konseptual pembuatan sediaan untuk pengobatan infeksi

saluran pernafasan atas Bordetella pertussis (berspektrum luas)

Mengetahui dan mampu melaksanakan pembuatan sediaan cairan bentuk antara

(sirup kering) yang memenuhi persyaratan mutu, aman, efektif, stabil dan dapat

diterima

Mengetahui dan mampu melaksanakan evaluasi sediaan cairan bentuk antara

(sirup kering) yang memenuhi persyaratan mutu, aman, efektif, stabil dan dapat

diterima

2

Page 3: EES Dry Syrup

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Pertusis (Martindale’s 37th edition, p.199)

Pertusis atau whooping cough disebabkan oleh infeksi dari patogen saluran

pernafasan Bordetella pertussis, bakteri aerob Gram negatif. Spesies lain yang terkait

adalah Bordetella parapertussis, yang menyebabkan penyakit yang mirip namun

umumnya penyakitnya lebih ringan. Pertusis sangat infeksius dan paling sering terjadi

pada anak-anak, tetapi mungkin lebih umum terjadi pada orang dewasa. Kejadian pertusis

sudah banyak menurun karena adanya imunisasi aktif pada anak-anak dan pencegahan

yang efektif dengan uptake yang mencukupi dari vaksin.

Eritromisin menjadi antibacterial of choice, tetapi makrolida yang lebih baru,

clarithromycin dan azithromycin, memiliki efikasi yang mirip dan juga direkomendasikan

untuk pengobatan pertusis. Setelah infeksi terjadi, terapi menggunakan antibakteri

dipertimbangkan untuk membuat pasien menjadi non-infeksius dengan mengeliminasi

bakteri Bordetella pertussis pada nasofaring. Pengobatan dengan antibakteri tidak

mungkin mempengaruhi perjalanan klinis pertusis karena diagnosis untuk pertusis sulit

dilakukan hingga mencapai tahap paroksimal, dimana saat itu bakteri sudah merusak

saluran pernafasan dan melepaskan toksinnya.

2.2. Pemilihan Bahan Aktif

1. Eritromisin Etil Suksinat

Efek utama (Martindale 37th edition, p.295)

Antibakteri golongan makrolida spektrum luas yang melawan bakteri

Gram positif dan Gram negatif

Aksi bakteriostatik banyak pada bakteri Gram positif dan Gram negatif

Eritromisin terikat secara reversibel pada ribosom sub unit 50S

Inhibisi sintesis protein, inhibisi pertumbuhan sel bakteri

Efek samping

Mual, muntah, dan diare pada beberapa pasien (BNF 66, p.373)

3

Page 4: EES Dry Syrup

Reaksi alergi yang mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia,

eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan (Ganiswara, p.676)

Indikasi (BNF 66, p.374-375)

Pengobatan infeksi pada pasien resisten terhadap penisilin

Infeksi oral

Enteritis Campylobacter, sifilis, infeksi saluran pernafasan, infeksi

kulit, prostatitis kronik

Profilaksis diphtheria, pertusis

Acne vulgaris dan rosacea

Kontraindikasi (Martindale 36th edition, p.251)

Pasien dengan riwayat alergi terhadap eritromisin, pasien dengan

gangguan fungsi hati (Martindale 28th edition, p.1159)

Pasien yang menjalani perbaikan fungsi hepar (BNF 66, p.375)

Pasien yang menjalani perbaikan fungsi ginjal, dosis maksiumum 1,5 g

per hari (BNF 66, p.375)

Spesifikasi lain (Martindale 37th edition, p.296)

Konsentrasi plasma puncak umumnya terjadi antara 1 sampai 4 jam

setelah pemberian

Eritromisin terdistribusi secara luas melalui jaringan dan cairan tubuh

Tidak menembus batas otak-darah dan konsentrasinya di cairan otak

(CSF) rendah

Eritromisin menembus plasenta, terdistribusi pada ASI

2. Azithromycin

Efek utama (Martindale 37th edition, p.224)

Aktivitas lebih besar terhadap bakteri Gram negatif dibandingkan

eritromisin

Antibakteri golongan makrolida spektrum luas (broad spectrum)

Bakteriostatik pada bakteri Gram positif dan Gram negatif

Mempunyai aktivitas melawan protozoa, mycobacteria oportunistik,

Chlamydia trachomatis

4

Page 5: EES Dry Syrup

Efek samping (BNF 66, p.373)

Anoreksia, flatulen, pusing, sakit kepala, malaise, arthralgia, gangguan

pada indra perasa dan penglihatan, gastritis

Nyeri dada, edema, gangguan tidur, fotosensitivitas, gagal ginjal akut

Indikasi (BNF 66, p.373)

Infeksi saluran pernafasan, otitis media, infeksi kulit dan jaringan

halus, penyakit lyme

Infeksi Chlamydia genital, uretritis non-gonokokal, gonorrhea

Profilaksis infeksi Streptococcus

Kontraindikasi (BNF 66, p.373)

Ibu hamil dan menyusui

Penyakit hepar parah

Spesifikasi lain (Martindale 37th edition, p.225)

Azitromisin yang diberikan secara oral diabsorbsi dengan baik dan

bioavailabilitasnya 40%

Konsentrasi plasma puncak terjadi 2-3 jam setelah pemberian oral

Azitromisin terdistribusi dalam jaringan. Kadar dalam jaringan lebih

besar daripada kadar di dalam darah

Menembus plasenta

Sekitar 6% dari dosis oral diekskresikan melalui urin

3. Cotrimoxazole

Efek utama (Martindale’s 37th edition, p.281)

Mempengaruhi pada jalur metabolik folat

Aksi bakterisidal dimana kedua komponen (sulfamethoxazole dan

trimethoprim) umumnya bakteriostatik

Efek optimum melawan kebanyakan organisme adalah rasio 1 bagian

trimethoprim dengan 20 bagian sulfamethoxazole

Efek samping (BNF 66, p.382)

Mual, muntah, diare, dan hiperkalemia

5

Page 6: EES Dry Syrup

Kulit kemeraha, stomatitis, anoreksia, kerusakan hepar, pankreatitis,

myokarditis

Batuk, nafas pendek, depresi, tinitus, vertigo

Halusinasi, hipoglikemia, kelainan pada darah

Indikasi (BNF 66, p.382)

Profilaksis dan pengobatan pneumonia yang disebabkan Pneumocystis

jirovecii

Nokardiasis, toksoplasmosis

Bronkitis kronik, infeksi saluran kemih

Pengobatan otitis media akut pada anak

Kontraindikasi (BNF 66, p.383)

Porphyria akut, penyakit hepar parah, ibu hamil dan menyusui

Spesifikasi lain (Martindale’s 37th edition, p.281)

Ketika cotrimoxazole diberikan secara oral, konsentrasi plasma dari

trimethoprim dan sulfamethoxazole umumnya sekitar rasio optimal

1:20

Rasio kedua obat biasanya lebih rendah pada jaringan

Pada urin, rasio bervariasi dari 1:1 sampai 1:5, tergantung pH

2.3. Alasan Pemilihan Bahan Aktif

Berdasarkan data-data yang telah disebutkan di atas, maka bahan aktif yang dipilih untuk

pembuatan sediaan lotion obat jerawat yang mengandung calamin adalah Eritromisin

etil suksinat. Alasannya :

a. Merupakan drug of choice untuk infeksi kuman Bordetella pertussis, penyebab batuk

rejan / pertusis (Martindale 31st edition, p.137)

b. Dibandingkan dengan cotrimoxazole, efek samping pada eritromisin jarang terjadi

(Martindale 31st edition, p.204 ; Farmakologi dan Terapi, p.676)

c. Spektrum antimokroba luas (Martindale 31st edition, P.206)

d. Eritromisin yang diberikan pada fase permulaan, dapat memperlunak gejala-gejala

pertusis dan masa menularnya (dari ± 4 minggu) bisa dipersingkat (Obat-Obat

Penting edisi IV, p.662)

6

Page 7: EES Dry Syrup

e. Pada eritromisin efek terapi dipengaruhi dosis (Martindale 31st edition, P.206)

f. Reaksinya stabil dalam asam lambung dan dilepas sebagai eritromisin aktif

g. Cepat diabsorbsi dan efeknya sedikit berkurang dengan adanya makanan dibanding

eritromisin stearat atau bentuk basenya (Martindale 34th edition, p.210)

h. Dapat diberikan per oral dan memiliki potensi yang besar

2.4. Karakteristik Fisiko-Kimia Bahan Aktif

No Karakteristik Eritromisin Etil SuksinatFisika Kimia

Organoleptis Bentuk : Serbuk hablur

Warna : Putih atau sedikit kuning

Bau : Tidak berbau

Rasa : Hampir tidak berasa

Higroskopisitas : Higroskopis

(The Pharmaceutical Codex 12th edition)

pH Pro Suspensione Orale :

7,00-9,00 (Farmakope Indonesia IV, p.360) pH suspensi dalam air 1% b/v :

6,0-8,5(The Pharmaceutical Codex 12th edition)

pKa = 8,7 (The Pharmaceutical Codex 12th

edition)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam

air, mudah larut dalam etanol, aseton,

kloroform, macrogol 400 dan dalam

metanol ; larut dalam eter

(The Pharmaceutical Codex 12th edition)

Stabilitas : Stabil dalam buffer Na daripada

K ; stabil dalam dapar sitrat dan fosfat

daripada asetat

Habitat kristal : Kristalin

(Martindale 31st edition, p.204) Khusus suspensi t dalam buffer 0,1 M

Na sitrat (pH 7,0; 25º) selama 33 hari

Berat molekul = 862,1(The Pharmaceutical Codex 12th edition)

Degradasi ditingkatkan oleh Al3+, Fe3+,

Cu2+ sedangkan stabilitas ditingkatkan

dengan penambahan Co2+, Zn2+, Pb2+, Ni2+

(The Pharmaceutical Codex 12th edition)

Stabil dalam bentuk padat

7

Page 8: EES Dry Syrup

2.5. Pemilihan Bahan Tambahan

1) Dinatrium Hidrogen Fosfat / Na2HPO4.12H2O (HPE 6th edition, p.656-657)

- Pemerian : kristal transparan atau tidak berwarna, merupakan efloresens kuat

- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah larut dalam air

panas ; praktis tidak larut dalam etanol (95%)

- Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk

dan kering

- Fungsi : sebagai dapar (buffering agent) dengan mempertahankan pH sediaan

2) Natrium Dihidrogen Fosfat / NaH2PO4.2H2O (HPE 6th edition, p.659-660)

- Pemerian : kristal putih atau tidak berwarna, sedikit deliquescent, tidak

berbau

- Kelarutan : larut dalam 1 bagian air ; sedikit larut dalam etanol (95%)

- Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk

dan kering

- Fungsi : sebagai dapar (buffering agent) dengan mempertahankan pH sediaan

3) Carboxymethylcellulose Sodium (CMC Na) (FI IV, p.175)

- Pemerian : serbuk atau granul ; putih sampai krem ; higroskopik

- Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk suspensi koloidal ; tidak

larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

- Fungsi : sebagai peningkat viskositas sediaan atau pengental (thickening

agent) dalam sediaan

4) Tween 80 (Farmakope Indonesia IV, p.687)

- Pemerian : cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga

coklat muda ; bau khas lemah ; rasa pahit dan hangat

8

Page 9: EES Dry Syrup

- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis

tidak berwarna ; larut dalam etanol, dalam etil asetat ; tidak larut dalam

minyak mineral

- Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup rapat

- Fungsi : sebagai pembasah (wetting agent) untuk bahan aktif (eritromisin etil

suksinat)

5) Nipagin (Metil Paraben) (Farmakope Indonesia IV, p.551)

- Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih ; tidak

berbau atau berbau khas lemah ; mempunyai sedikit rasa terbakar

- Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon

tetraklorida ; mudah larut dalam etanol dan dalam eter

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

- Fungsi : sebagai zat pengawet (preservatives) dalam sediaan

6) Sukrosa (Farmakope Indonesia IV, p.762)

- Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna ; massa hablur atau berbentuk

kubus, atau serbuk hablur putih ; tidak berbau ; rasa manis, stabil di udara.

Larutannya netral terhadap lakmus

- Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air

mendidih, sukar larut dalam etanol ; tidak larut dalam kloroform dan eter

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

- Fungsi : sebagai pemanis (sweetening agent) dalam sediaan

7) Apple Green FCF

- Pemerian : serbuk berwarna hijau tua. Dalam larutan air berwarna hijau muda

- Kelarutan : larut dalam 17 bagian air, dalam 15 bagian gliserin, dalam 15

bagian propilenglikol, dalam 0,2 bagian etanol 95%, dan dalam 7 bagian

etanol 70%

- Fungsi : sebagai pewarna (coloring agent) dalam sediaan

9

Page 10: EES Dry Syrup

8) Mix Fruit Flavor

- Pemerian : serbuk berwarna putih kekuningan, bau dan rasa mix fruit

- Fungsi : sebagai flavoring agent dalam sediaan

9) Etanol 70% (Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth edition, p.17)

- Pemerian : cairan mudah menguap yang jernih, tidak berwarna, mobil,

dengan bau karakteristik lemah dan rasa terbakar

- Kelarutan : dapat campur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan

peningkatan suhu dan kontraksi volume)

- Fungsi : sebagai pembentuk granul dalam sediaan

10) Aqua purificata (Farmakope Indonesia IV, p.112)

- Air Murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,

perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang

sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak

mengandung zat tambahan lain. pH antara 5,0 dan 7,0

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

- Fungsi : sebagai pelarut dan pembawa (vehicle) dalam sediaan setelah

direkonstitusi

2.6. Pemilihan Bentuk Sediaan

Jenis sediaan yang akan dibuat adalah sediaan cair bentuk antara berupa sirup kering.

Berdasarkan data karakteristik fisika kimia bahan yang telah disebutkan tadi, maka

bentuk sediaan yang cocok dan acceptable adalah sediaan sirup kering eritromisin etil

suksinat.

Alasan pemilihan :

t1/2 stabilitas dalam buffer 0,1 M Na sitrat hanya 33 hari atau dapat dikatakan

bahan obat tidak stabil

Pada suhu rendah (dalam refrigerator) tidak kehilangan aktivitasnya selama 1-2

minggu

Stabil dalam bentuk kering

10

Page 11: EES Dry Syrup

Bentuk sirup kering adalah sediaan padat / campuran zat padat yang harus dilarutkan

dalam pelarut sebelum diberikan per oral dan disebut “untuk larutan oral” atau

campuran padat yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang

sesuai sebelum digunakan dan disebut “untuk suspensi oral” (Farmakope Indonesia IV)

2.7. Persyaratan Mutu Sediaan

Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan

dari Farmakope Indonesia IV / USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi

Departemen Kesehatan RI.

Aman (safety), diartikan sebagai bermanfaat secara fisiologis dan psikologis, tanpa efek

samping yang merugikan atau dengan efek samping yang telah dikendalikan sehingga

tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi.

Bahan farmasi merupakan bahan kimia yang mempunyai karakteristik fisika-kimia yang

terkait langsung dengan efek / khasiat, setiap perubahan karakteristik fisika-kimia akan

mampu menyebabkan perubahan efek farmakologis dan atau psikologis.

Berdasarkan Martindale’s 31th edition, kadar aman bahan aktif yang digunakan adalah :

Eritromisin : untuk anak-anak 30-50 mg/kg BB

Efektif (effectivity), diartikan sebagai jumlah partikel aktif yang mampu mencapai

tempat kerja (site of action / reseptor) dan mampu melakukan aksi terbesar dan selama

waktu yang diperhitungkan (onset of action-duration of action). Jumlah bahan aktif

dikehendaki relatif kecil tetapi dengan hasil kerja optimal. Jumlah tersebut harus

diartikan sebagai dosis pemakaian sekali pakai, sehari pakai, dan selama jangka waktu

pengobatan (1 kuur). Sediaan harus dibuat dengan dosis sekecil mungkin, dapat

memberikan efek terapi yang diinginkan dengan efek samping seminimal mungkin (USP

XXII, p.324)

Dapat diterima (acceptable), diartikan sebagai prediksi pemenuhan persepsi psikologis

konsumen / pemakai. Sediaan memiliki penampilan luar / kemasan yang menarik,

memiliki nilai estetis sehingga menimbulkan rasa senang dan nyaman bagi konsumennya.

Bentuk sediaan juga harus meyakinkan sisi psikologis pengguna. Organoleptis sediaan

11

Page 12: EES Dry Syrup

dapat diterima oleh pengguna, dengan dapat ditambahkan pewarna dan yang lain

sehingga nyaman untuk dikonsumsi.

Stabil (Stability), diartikan bahwa sediaan tetap mempunyai efek farmakologik-fisiologik

sebagaimana awal pembuatan / yang dicantumkan dalam label atau brosur.

Diperhitungkan dari stabilitas fisika, stabilitas kimia, stabilitas farmakologi, stabilitas

mikrobiologi, dan stabilitas toksikologi.

Stabilitas Fisika, sediaan tidak boleh mengalami perubahan fisika, penampilan,

homogenitas, dari pembuatan sampai ke tangan pasien. Tidak boleh ada perubahan

viskositas, berat jenis, selama proses pembuatan, penyimpanan, distribusi, sampai ke

tangan pengguna.

Berat jenis sediaan > berat jenis air

Tidak terjadi pengendapan

Tidak terjadi perubahan warna

Viskositas sediaan < viskositas gliserin pa

Stabilitas Kimia, secara kimia antar komponen tidak saling berinteraksi, yang dapat

menimbulkan perubahan potensi, warna, dan bentuk sediaan. Setiap bahan aktif

mempunyai sifat kimia yang tetap dan kadar / potensi yang sesuai dengan label / etiket,

dalam batas yang telah ditentukan.

Stabilitas Mikrobiologi (Lachman, p.468)

Tidak terjadi peruraian akibat pertumbuhan mikroba

Stabilitas / konsistensi terhadap pertumbuhan mikroba tergantung pada spesifikasi

sediaan yang diinginkan (steril / non-steril)

Mikroorganisme yang tidak boleh ada dalam sediaan oral likuida antara lain

Salmonella sp, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Serratia marcescens,

Staphylococcus aureus, Candida sp, Bacterium antranum, P.multhophilia..

Stabilitas Toksikologi (USP XXII p.1703)

Tidak boleh menjadi bahan yang meracuni jaringan lokal dan tidak boleh menunjukkan

adanya gejala peningkatan toksisitas.

12

Page 13: EES Dry Syrup

Stabilitas Farmakologi (USP XXII p.1703)

Selama penyimpanan tidak terjadi perubahan efek terapeutik yang menyimpang dari

tujuan pengobatan yang direncanakan.

2.8. Uji Stabilitas Sediaan

1) Organoleptis

Prinsipnya adalah mengamati rasa, bau, warna, dan bentuk dari sediaan

Sebelum rekonstitusi

Bentuk : serbuk kering

Warna : hijau muda

Bau : mix fruit

Rasa : mix fruit, manis

Setelah rekonstitusi

Bentuk : suspensi

Warna : hijau muda

Bau : mix fruit

Rasa : mix fruit, manis, sedikit pahit

2) pH sediaan

Alat : pHmeter (Merk : SCHOTT Instruments Lab 850)

Prinsip : mengukur besarnya pH sediaan

Cara kerja :

- Elektroda gelas dicuci dengan aquadest, lalu keringkan dengan tisu

- Celupkan elektroda ke larutan buffer standar (pH 4.0 dan 7.0)

- Amati dan catat pH standar

- Elektroda dibilas dengan sediaan

- Isi beaker glass dengan sediaan secukupnya sampai elektroda tercelupkan

- Baca pH. Angka yang muncul dicatat

pH yang diharapkan : 7,00 ± 0,05

13

Page 14: EES Dry Syrup

3) Berat jenis sediaan

Alat : Piknometer (10 ml, 20oC)

Prinsip : menghitung berat jenis sediaan sejumlah volume tertentu sehingga dapat

dihitung berat jenisnya

Bahan : aquadest dan sediaan uji

Cara kerja :

- Timbang piknometer kosong pada timbangan analitik

- Isi piknometer dengan sediaan sampai penuh, kemudian timbang juga dengan

timbangan analitik

- Berat jenis sediaan dihitung dengan rumus : ρ = (m2-m1) / Vpikno

Dengan ρ = berat jenis sediaan (g/ml) ; m1 = berat piknometer dengan sediaan

(g) ; m2 = berat piknometer dengan sediaan (g) ; Vpikno = volume piknometer

(ml)

Berat jenis yang diharapkan : > 1 g/ml

4) Viskositas sediaan

Alat : Viskometer (Merk : Rion Viscotester VT-04F)

Viskositas : > 100 cPs

5) Sifat alir sediaan

Alat : Viskometer Cup and Bob / Stormer (Merk : Thomas Scientific, USA)

Prinsip : mengamati besarnya hambatan yang dialami oleh Bob yang berputar

dalam cairan dalam Cup

Cara kerja :

a) Menentukan nilai tetapan Kv

Letakkan viskometer pada posisi yang benar

Isilah mantel dengan aquadest secukupnya

Masukkan gliserin p.a. ke dalam Cup sampai batas tanda

Naikkan posisi Cup beserta penyangganya sampai Bob tercelup ke

seluruh permukaannya

14

Page 15: EES Dry Syrup

Siapkan stopwatch ; pasang beban, lepaskan rem dan lakukan

pengamatan waktu yang diperlukan untuk menempuh 100 putaran

Tambahkan beban dan lakukan pengamatan dengan cara yang

sama

Lakukan penambahan beban berikutnya dan diamati sampai

diperoleh 8 titik pengamatan

Hitung rpm-nya dan tentukan kurva dari harga viskositas gliserin

p.a. yang diketahui

b) Menentukan sifat alir sediaan

Lakukan cara yang sama dengan cara kerja di atas, dengan susunan

yang berbeda dan dilanjutkan dengan mengurangi beban yang

diberikan secara bertahap dan diamati pada berat beban yang sama

mulai dari beban kedua yang paling berat yang digunakan sampai

beban yang paling ringan yang digunakan

Dengan menggunakan harga Kv yang diperoleh pada percobaan

sebelumnya, dihitung viskositas sediaan

Rumus yang dipakai :

rpm = (60/t) x 100

Kv = (η x W) / rpm, η diumpamakan gliserin p.a. = 1100 cps

Kv yang dipakai adalah data dari Praktikum Farmasi Fisika II = 889,76

Sifat alir yang diharapkan : Non-Newtonian (pseudoplastik)

6) Ukuran partikel

Alat : Mikroskop cahaya (Spesifikasi : Mikroskop NOVA 742, 99017420002)

Prinsip : mengukur besarnya diameter dari partikel-partikel yang ada dalam

suspensi, apakah partikel tersebut ukurannya seragam dan tersebar secara

homogen

Ukuran partikel yang diharapkan : > 1 μm

7) Laju sedimentasi

15

Page 16: EES Dry Syrup

Alat : Gelas ukur Iwaki Pyrex 50 ml

Prinsip : mengukur besarnya laju sedimentasi dari sediaan lotion obat jerawat

yang dilakukan dengan menuang 50 ml sediaan ke dalam gelas ukur, kemudian

dikocok beberapa kali, setelah itu sediaan di dalam gelas ukur didiamkan, dan

diamati dalam beberapa interval waktu (1 jam, 1 hari, 2 hari, dst)

8) Volume Sedimentasi

Alat : Gelas ukur Iwaki Pyrex 50 ml

Cara kerja :

Tuang sediaan suspensi ke dalam gelas ukur sampai volume 50 ml

Catat volume atau tinggi suspensi sebagai awal (Vo), kemudian diamkan

semalam

Ukur tinggi atau volume sedimen yang terbentuk, bandingkan dengan

volume awal suspensi

Volume sedimentasi yang diharapkan : F 1

9) Waktu rekonstitusi

Alat : Botol yang telah dikalibrasi dan stopwatch

Cara kerja :

Timbang sirup kering sejumlah tertentu untuk direkonstitusi sampai

volume 60 ml

Masukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi 60 ml

Tambahkan air sampai tanda 60 ml, lalu dikocok sampai homogen

Ukur waktu mulai air dituangkan sampai terjadi suspensi homogen dengan

menggunakan stopwatch

Waktu rekonstitusi yang diharapkan : 15 detik

10) Kandungan air (Moisture content)

Alat : Moisture content balance (Spesifikasi : MB-45 OHAUS)

Cara kerja :

16

Page 17: EES Dry Syrup

Timbang sirup kering sebanyak ± 5 g, masukkan ke dalam moisture

content balance

Biarkan sirup kering dalam moisture content balance selama waktu yang

ditunjukkan oleh alat

Dicatat kandungan airnya setelah selesai

Kandungan air yang diharapkan : 1%-5%

2.9. Dosis Bahan Aktif

Dosis bahan aktif menurut beberapa pustaka :

1. Martindale 28th edition, p.1198

Dosis sebagai Erythromycin base :

Untuk dewasa 250 mg tiap 6 jam ; untuk infeksi keras 2-4 g sehari

Untuk anak-anak 30-50 mg/kg BB

2. BNF 54, p.299

Dosis sebagai Erythromycin base :

Untuk dewasa dan anak-anak di atas 8 tahun 250-500 mg tiap 6 jam

Neonatal 12,5 mg/kg BB tiap 6 jam

Anak-anak 1 bulan-2 tahun 125 mg tiap 6 jam

Anak-anak 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam

3. AHFS Drug Information 2008, p.233

Erythromycin Ethylsuccinate :

Dewasa 1 g sehari dalam beberapa dosis

Anak-anak 40-50 mg/kg BB sehari dalam beberapa dosis (maksimum 2 g sehari)

4. Remington 19th p 1305

Dose (base equivalent) :

Untuk infeksi bakteri 400 mg tiap 6 jam

Untuk amebiasis usus 400 mg tiap 6 jam

5. Martindale 31st edition, p.206

17

Page 18: EES Dry Syrup

o Usual oral dose : 1-2 g sehari dalam 2-4 dosis terbagi

o Untuk anak-anak : 30-50 mg/kg BB sehari

o Untuk umur 2-8 tahun : 1 g sehari dalam dosis terbagi

o Untuk bayi dan anak sampai umur 2 tahun : 500 mg sehari dalam dosis terbagi

6. Obat-Obat Penting edisi VI, p.662

Sampai 500 mg selama 7 hari untuk batuk rejan

Dosis oral 2-4 g sampai 200-500 mg saat perut kosong

Anak-anak 20-40 mg/kg BB per hari selama maksimal 7 hari

7. Farmakologi dan Terapi

o Anak-anak : 30-50 mg/kg BB

o Dewasa : 250 mg/kg BB tiap 6 jam ; 500 mg/kg tiap 12 jam

18

Page 19: EES Dry Syrup

1.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Whooping Cough)

Ciri-Ciri: - Bakteri gram negative - Aerob - Coccobacillus - Prevalensi banyak pada anak-

anak atau yang tidak di vaksin

Antibiotik

Erythromycin ethyl succinate Azithromycin Cotrimoxazole

Azithromycin

Gejala

Batuk terus-menerus

Demam Batuk kering disertai tarikan nafas seperti

sesak nafas

Gejala awal

seperti flu

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

BAB IV

METODE PENELTIAN

19

Bakteri gram negatif (Bordetella pertusis)

Erythromycin ethyl succinate

Cotrimoxazole

Keuntungan : 1. Efek samping yang berat

jarang terjadi 2. Antimikroba Broad

Spectrum Gram (+) dan Gram (-). Efek terbesar pada bakteri Gram negatif

3. Tidak dirusak oleh asam lambung

Kekurangan : 1. Pemberian oral sering

menimbulkan gangguan GI tract seperti gangguan Abdominal, diare, mual dan muntah.

2. Dapat menimbulkan agranulositosis.

Keuntungan : 1. Sebagai First line untuk infeksi saluran

pernafasan atas. 2. Antimikroba Broad Spectrum Gram (+)

dan Gram (-) 3. Kadar dalam jaringan lebih tinggi

dibanding Erythromycin 4. Efek samping rendah

Kerugian : 1. Gangguan GI tract 2. Sakit kepala, mengantuk, dan

gangguan indera perasa mungkin terjadi

3. Tidak diberikan pada penderita gangguan fungsi hati.

4. Absorbsinya terganggu bila diberikan bersamaan dengan makanan

Keuntungan : 1. Antibiotik Broad Spectrum

Gram (+) dan Gram (-) 2. menjadi pilihan jika resisten

terhadap golongan microlide Kerugian :

1. Dapat menyebabkan gangguan kulit

2. Gangguan GI tract 3. Tidak boleh digunakan untuk

bayi di bawah 6 minggu karena resiko tinggi dari kernicterus dari komponen sulfonamida

Azithromycin

Erythromycin ethyl succinate

Page 20: EES Dry Syrup

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1 ALAT DAN BAHAN

A) Alat

- Botol 60 ml

- Beaker glass

- Corong kaca

- Batang pengaduk

- Mortir dan stamper

- Saringan/ayakan 20&40 mesh

- pH meter

- Timbangan analitik

- Piknometer

- Viskotester

- Gelas ukur

- Viskometer stormer

B. Bahan

- Erythromycin ethyl succinate

- CMC-Na

- Nipagin

- Tween 80

- Na2HPO4.12H2O

- NaH2PO4.H2O

- Sukrosa

- Green Tea flavor

- Etanol 70%

20

Page 21: EES Dry Syrup

4.2 KERANGKA OPERASIONAL

21

Page 22: EES Dry Syrup

22

Page 23: EES Dry Syrup

4.3 FORMULA AWAL

R/ Erythromycin ethyl succinate 4,68%

CMC-Na 1%

Nipagin 0,18%

Tween 80 0,1%

Na2HPO4.12H2O 2,47%

NaH2PO4.H2O 1,74%

Sukrosa 60%

Mix fruit flavor 0,001%

Etanol 70% q.s

m.f.la.dry suspension 60 ml

4.4 PERHITUNGAN DAPAR

Perhitungan dapar (Fosfat-Fosfat pH 7,00)

(pKa = 7,20 ; pH= 7,00 ; β = 0,1)

pH = pKa + log

7,00 =7,20 + log

log = - 0,20

= 0,631 [A]

pH = 7,00

pH =-log [H3O+]

23

1

2

5

6

Page 24: EES Dry Syrup

7,00 =-log [H3O+]

[H3O+] = 10-7

pKa = 7,20

pKa = -log[Ka]

7,20 = -log[Ka]

[Ka] = 6,310 x 10-8

β = 0,1

β = 2,303 x

0,1 = 2,303 x

C = 0,1831 g/L

4.5 PENYUSUNAN FORMULA AKHIR SEDIAAN

No Nama BahanKadar

(%)

Jumlah tiap

takaran

terkecil

(5 ml)

Jumlah tiap

kemasan

(60 ml)

Jumlah

dalam skala

lab (150ml)

Jumlah

dalam skala

besar (10 L)

1 Erythromycin

ethyl succinate4,68

0,234g+5% =

0,2457g

2,808g+5%=

2,9484g

7,02g+5%=

7,371g

468g+5%=

491,4g

2 CMC-Na 1 0,05g 0,6g 1,5g 100g

3 Nipagin 0,18 0,009g 0,108g 0,27g 18g

4 Tween 80 0,1 0,005g 0,06g 0,15g 10g

4 NaH2PO4 . 2H2O 1,74 0,087g 1,044g 2,61g 174g

24

3

4

Page 25: EES Dry Syrup

5 Na2HPO4.12H2O 2,47 0,1235g 1,482g 3,705g 247g

6 Sukrosa 60 3g 36g 90g 6000g

7 Apple green 0,001 q.s q.s q.s q.s

8 Mix fruit flavor q.s q.s q.s q.s q.s

9 Etanol 70% qs q.s q.s q.s q.s

4.6 CARA PEMBUATAN SKALA LABORATORIUM

A. 10% Formula:

1. Timbang CMC-Na 150 mg di timbangan digital, gerus ad halus

2. Timbang nipagin 27 mg di timbangan analitik, gerus ad halus

3. (1) + (2) dicampur ad homogen

4. Timbang sukrosa 15 g, gerus di lumpang panas, diayak dengan mesh 40, hasil

pengayakan ditimbang 9 gram

5. (3) + (4) dicampur ad homogen

6. Timbang NaH2PO4 . 2H2O 263 mg, gerus ad halus

7. Timbang Na2HPO4.12H2O 381 mg, gerus ad halus

8. (6) + (7) dicampur ad homogen

9. (5) + (8) dicampur ad homogen

10. Timbang apple green 0,15mg

11. (9) + (10) dicampur ad homogen

12. Tara kaca arloji, timbang tween 80 15 mg di timbangan analitik

13. Timbang erythromycin ethyl succinate 737 mg

14. (12) + (13) dicampur ad homogen

15. (13) + (14) dicampur ad homogen

16. Cek pH sediaan (pH 7,00)

- Bila pH < 7,00, ditambah Na2HPO4.12H2O

- Bila pH > 7,00, ditambah NaH2PO4 . 2H2O

B. 90% Formula

1. Timbang CMC-Na 1,35 g di timbangan analitik, gerus ad halus25

Page 26: EES Dry Syrup

2. Timbang nipagin 243 mg di timbangan analitik, gerus ad halus

3. (1) + (2) dicampur ad homogen

4. Timbang sukrosa ±100g, digerus di lumpang panas, diayak dengan mesh 40, hasil

ayakan ditimbang 81g

5. (3) + (4) dicampur ad homogen

6. Timbang NaH2PO4 . 2H2O 2,363g, gerus ad halus

7. Timbang Na2HPO4.12H2O 3,429g, gerus ad halus

8. (6) + (7) dicampur ad homogen

9. (7) + (8) dicampur ad homogen

10. Timbang apple green 1,35mg

11. (9) + (10) dicampur ad homogen

12. Ukur etanol 70% q.s

13. Tambahkan etanol 70% sedikit demi sedikit ke campuran (12) ad terbentuk massa

granul yang cukup kenyal

14. Sisa etanol diukur, sehingga diketahui volume etanol yang dipakai

15. Dibuat granul dengan mesh 20 (massa granul ditekan-tekan di atas pengayak)

16. Dikeringkan di oven pada suhu 500C selama 15 menit

17. Dibuat granul dengan mesh 40 (massa granul ditekan searah)

18. Tara kaca arloji, timbang tween 80 135 mg

19. Timbang erythromycin ethyl succinate 6,634 gram

20. (18) + (19) dicampur ad homogen

21. (19) + (20) dicampur ad homogen

22. Tambahkan flavor mix fruit q.s, campur ad homogen, lalu timbang

23. Ambil 40%, masukkan dalam botol, beri label dan brosur

24. 60% digunakan untuk evaluasi sediaan.

26

Page 27: EES Dry Syrup

BAB V

HASIL ANALSIS DAN PENELTIAN

a) Organoleptis Sebelum rekonstitusi

Bentuk : serbukWarna : hijau pucatBau : mix fruitRasa : mix fruit, manis, agak pahit

Setelah rekonstitusi Bentuk : suspensi Warna : hijau mudaBau : mix fruitRasa : mix fruit, pahit, agak manis

27

Page 28: EES Dry Syrup

b) Kandungan air : 1,42% Waktu : 10 menitBobot serbuk : 5,003 gram

c) Uji Berat jenis sediaan Berat piknometer + sediaan = 23,54 gramBerat piknometer kosong = 12,11 gramBerat sediaan = 11,43 gramVolume piknometer = 10 mL

Berat jenis sediaan = 11,43 gram / 10 mL= 1,143 g/mL

d) Uji Viskositas

28

Page 29: EES Dry Syrup

Alat : Viscotester VT-04F Rion Viskositas : 27 dPa.s = 270 mPa.s

e) Uji pH

Alat : pHmeter (Merk : SCHOTT Instruments Lab 850)

Prinsip : mengukur besarnya pH sediaan

pH sediaan = 7,01

f) Uji waktu rekonstitusi

Alat : Botol yang telah dikalibrasi dan stopwatch

Waktu rekonstitusi yang diharapkan : 15 detik

waktu rekonstitusi sediaan = 12 detik

g) Uji Sifat alir sediaan

Berat beban (g)t 100 putaran

(detik)rpm = 60/t x 100

Viskositas = Kv x W/rpm (cps)

55 108 55,56 880,79

65 91 65,93 877,21

75 78 76,92 867,55

85 65 92,31 819,30

105 49 122,45 762,96

115 43 139,53 733,34

125 38 157,89 704,41

115 45 133,33 767,44

105 50 120 778,54

85 66 90,91 831,92

75 79 75,95 878,63

65 92 65,22 886,76

55 109 55,05 888,95

29

Page 30: EES Dry Syrup

Harga Kv rata-rata (dari praktikum Famasi Fisika II) = 889,76

Dari data di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah berat beban, maka viskositasnya akan semakin kecil. Semakin besar harga rpm, maka viskositasnya semakin kecil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sediaan dry syrup suspension yang kami buat memiliki sifat alir Non-Newtonian, yaitu Pseudoplastik.

h) Uji Distribusi partikel Alat : mikrokoskop optik

Spesifikasi alat : Nova 74299017420002Hasil kalibrasi skala okuler dengan menggunakan skala objektifStandar 1 skala objektif = 10 µm

10 Skala okuler = 5 skala objektif20 Skala okuler = 10 skala objektif70 Skala okuler = 35 skala objektif100 skala okuler = 50 skala objektif1 skala okuler = 0,5 skala objektif

= 5,0 µm

Ukuran partikel dengan skala okuler / µmHasil pengamatan 250 data

1 9,5 8 8,5 3,5 4 4,5 6 7,5 4,5 6,52 3,5 8 4,5 9 9 6 6 7,5 3,5 53 5 5 7 8 4,5 3 5,5 10 9 9,54 7,5 6 3,5 7 7 3,5 5,5 3,5 2,5 35 8 4,5 4,5 8,5 3 9,5 5 5,5 7 6,56 5,5 5 6 6,5 6,5 8 3 5,5 8,5 77 7 8,5 5 6 3,5 5,5 6 10 7,5 68 5 4,5 6 3,5 9,5 3 10 9,5 8,5 4,59 6,5 4,5 9 8,5 6,5 4,5 7,5 7,5 5,5 4

30

Page 31: EES Dry Syrup

10 6,5 6 8 8 7,5 4,5 4 7,5 8 5,511 4 4 3 4,5 7,5 4 9 6 10 6,512 8 2,5 4,5 7,5 9 4,5 7 4 6,5 613 4 4,5 10 9 5 3,5 9 7 3,5 614 6,5 7 5 10 9 9 9,5 7,5 8,5 315 9,5 5 7 4 4 7 5,5 9,5 5,5 716 5 4,5 7,5 5 8 5 2,5 7,5 6,5 3,517 9 8 9 6 8 4 5 7 4,5 518 5 8,5 3 6,5 6 8,5 5 7,5 6,5 3,519 8 7,5 3,5 6,5 4,5 7,5 6 3 9 420 4 6,5 7,5 5 7 4 8 6 2,5 921 5,5 3,5 9,5 4,5 9,5 3,5 10 7,5 9,5 922 4,5 8 7,5 6,5 4 7,5 2,5 5,5 7 5,523 7 6 6 9,5 9 7,5 3 6,5 5,5 9,524 7 6 7,5 5,5 6,5 4,5 5,5 9,5 9 4

25 4,5 8 8,5 3 7 6,5 10 3,5 3,5 4,5

Rentang Nilai tengah n nd nd2 nd3 nd4

2,5-4 3,25 49,0 159,3 517,6 1682,1 5466,8

4,1-5,6 4,85 57,0 276,5 1340,8 6502,8 31538,6

5,7-7,2 6,45 57,0 367,7 2371,3 15295,2 98653,8

7,3-8,8 8,05 48,0 386,4 3110,5 25039,7 201569,5

8,9-10,4 9,65 39,0 376,4 3631,8 35046,7 338200,2

TOTAL 250,0 1566,1 10972,0 83566,4 675428,8

Perhitungan Nilai Diameter Tengah :a. dln = 6,2664 μmb. dsn = 6,6248 μmc. dvn = 6,9400 μmd. dsl = 7,0059 μme. dvs = 7,6163 μmf. dwn = 8,0825 μm

31

Page 32: EES Dry Syrup

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari percobaan yang kami lakukan ini kami dapat menyimpulkan bahwa sediaan

dry syrup suspension ini sudah memenuhi spesifikasi yang telah kami rencanakan.

Dengan begitu kami bisa mengatakan bahwa sediaan ini telah layak untuk

diproduksi.

6.2 SARAN

Dalam menambahkan dapar sebaiknya jumlahnya tidak teralu banyak karena akan

mempengaruhi rasa menjadi asin.

Pada saat menambahkan etanol 70% untuk membuat granul, tambahkan sedikit

demi sedikit, bila terlau banyak maka granul akan terlalu basah, dan ketika

dikeringkan akan mencair (tidak terbentuk granul yang kering)

32

Page 33: EES Dry Syrup

DAFTAR PUSTAKA

AHFS 97 Drug Information

BNF 66. 2013. London : Pharmaceutical Press

Connors, Kenneth A., et al. Chemical Stability of Pharmaceuticals A Handbook of Pharmacist.

John Willey & Sons : New York.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV

Departement of Pharmaceutical Sciences of The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1973.

The Pharmaceutical Codex.

Edited by H. H. Lieberman, L. Lachman, and J. B. Schwartz. 1989. Pharmaceutical Dosage

Forms : Tablets, Volume II. New York : Marcel Dekker

Ganiswara. 1987. Farmakologi dan Terapi edisi keempat. Gaya Baru : Jakarta

Gennaro, A.R. 1995. Remington : The Science and Practice of Pharmacy Vol. II 19 th edition.

Mark Publishing Company : Pennsylvania.

Martin. 1959. Husa’s Pharmaceutical Dispensing 5th edition. Mark Publishing Dispensing :

Pennsylvania.

Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 28nd edition. 1999. London : Pharmaceutical Press

Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 34th edition. 2005. London : Pharmaceutical Press

Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 35th edition. 2006. London : Pharmaceutical Press

Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 36th edition. 2009. London : Pharmaceutical Press

Martindale : The Extra Pharmacopoeia, 37th edition. 2011. London : Pharmaceutical Press

33

Page 34: EES Dry Syrup

Rowe, Raymond C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth edition. London :

Pharmaceutical Press

Taketomo, Carol K, et al. 2001. Pediatric Dosage Handbook 8th edition. Lexi-Company Inc. :

Hudson.

USP XXII-NF XVII : The 1990 U.S. Pharmacopeia and The National Formulary

34