tp dry eyesyndr

31
TINJAUAN PUSTAKA DRY EYE SYNDROME PENDAHULUAN Dry eyes atau mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hiangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non- goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penamhaban keratinasi. Air mata disekresikan dari duktus lakrimalis dan diabsorbsi di kanalis lakrimalis. Film air yang terdiri dari 3 lapisan mata berfungsi sebagai pelembab, pelumas serta melindungi mata dari debu dan irritant yang bisa mengiritasi mata. Disekreksikan pada setiap kerdipan mata, ia didistribusikan ke seluruh bola mata agar tetap membuatkan permukaan bola mata lembab dan licin. Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, persentase insidenisa nya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensi sindrom mata

Upload: yani-pukari-sweet

Post on 05-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA

DRY EYE SYNDROME

PENDAHULUAN

Dry eyes atau mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai

dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Banyak diantara penyebab

sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat

perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak

stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel

konjungtiva, pembentukan filamen, hiangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal

sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penamhaban keratinasi.

Air mata disekresikan dari duktus lakrimalis dan diabsorbsi di kanalis lakrimalis. Film

air yang terdiri dari 3 lapisan mata berfungsi sebagai pelembab, pelumas serta melindungi

mata dari debu dan irritant yang bisa mengiritasi mata. Disekreksikan pada setiap kerdipan

mata, ia didistribusikan ke seluruh bola mata agar tetap membuatkan permukaan bola mata

lembab dan licin.

Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, persentase

insidenisa nya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya lebih dari 40

tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensi sindrom mata kering lebih banyak

terjadi pada ras Hispanik dan Asia dibandingkan dengan ras kaukasius

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir

(benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu

menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit

menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri pada pemeriksaan mata adalah

tampilan yangnyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah

terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukus

kental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior.

Padakonjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan

hiperemik.

Sindroma mata kering atau dry eye syndrome merupakan satu penyakit yang tidak

merbahaya dengan catatan sekiranya ditangani dengan segera. Namun apabila penyakit ini

lambat diobati, pelbagai komplikasi bisa terjadi dan bisa mneyebabkan terjadinya kebutaan

pada penderita.

ANATOMI

Sistem Lakrimal

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur

pembentuk cairan air mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata.

Kanalikuli, saccus lacrimalis, dan ductus nasolacrimalis merupakan komponen ekskresi

sistem ini yang mengalirkan secret kedalam hidung. Bagian sekresi terdiri dari:

Glandula lakrimal

Duktus lakrimal

Glandula lakrimal terdiri dari 2 bagian:

o bagian atas yang lebih besar letaknya di fossa lakrimal os frontalis

o bagian bawah yang terletak di bawah konjungitva fornix superior bagian

temporal

Selain itu, glandula lakrimalis aksesori, glandula Krause dan Wolfring yang terletak

di dalam substansia propria di konjungtiva palpebra turut berperan dalam mengsekresikan

komponen aquos air mata. Kelenjar Krause dan Wolfring identic dengan kelenjar utama

namun tidak mempunyai system saluran. Bagian ekskresi terdiri dari:

Pungtum lakrimal superior dan inferior

Kanalikuli lakrimal superior dan inferior

Sakus lakrimal

Duktus nasolakrimal

Meatus inferior

Sistem Sekresi Air Mata

Volume terbesar air mata di hasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak difossa

glandulae lacrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang berbentuk kenari ini di

bagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus

palpebra yang lebih kecil, masing-masing dengan system duktulusnya yang bermuara ke

forniks temporal superior.

Gambar 1: anatomis kelenjar lakrimal

Kelenjar lakrimal aksesorius, meskipun hanya se-persepuluh dari masa kelenjar

utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan wolfring identik dengan

kelenjar utama, tetapi tidak mempunyai ductulus. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam

konjungtiva, terutama di forniks superior. Sel-sel goblet uniseluler yang juga tersebar di

konjungtiva, mengsekresi glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea

maibom dan zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar moll adalah

modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film air mata.

Sekresi kelenjar air mata di picu oleh emosi dan iritasi fisik dan menyebabkan air

mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra (epifora). Kelenjar lakrimal aseksorius di

kenal sebagai “pensekresi dasar”. Sekret yang di hasilkan normalnya cukup untuk

memelihara kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea

meskipun banyak air mata dari kelenjar kornea.

Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, saccus lacrimal dan duktus

nasolacrimalis. Setiap kali berkedip, palpebra menutup mulai dari lateral, menyebarkan air

mata secara merata diatas kornea dan menyalurkannya kedalam sistem ekskresi pada aspek

medial palpebra. Pada kondisi normal air mata dihasilkan dengan air mata yang kira-kira

sesuai dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian hanya sedikit yang sampai ke

sistem ekskresi. Jika sudah memenuhi saccus konjungtivalis, air mata akan memasuki puncta

sebagian karena sedotan kapiler.

Dengan menutup mata, bagian khusus orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula

akan mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan dengan itu palpebra di tarik ke arah

krista lacrimalis posterior dan traksi fascia yang mengelilingi saccus lacrimalis yang

berakibat memendeknya kanalikulus yang menimbulkan tekanan negative ke dalam saccus.

Kerja pompa dinamik ini menarik air mata kedalam saccus, yang kemudian berjalan melalui

ductus nasolacrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan kedalam meatus

inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis saccus cenderung

menghambataliran balik udara dan air mata.

Air Mata

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutupi epitel kornea dan

konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah:

Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidak-

teraturan minimal di permukaan epital

Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut

Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek

antimikroba

Menyediakan kornea sebagai substansi nutrient yang di perlukan.

Lapisan Air Mata

Air mata atau film air mata terdiri dari 3 lapisan yaitu;

a. Lapisan superficial

Merupakan film lipid monomolekuler yang berasal dari kelenjar meibom. Di duga

lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk sawa kedap air saat palpebra di

tutup.

b. Lapisan akueosa

Merupakan lapisan di tengah yang di hasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan

minor; mengandung substansi larut-air (garam dan protein)

c. Lapisan musinosa

Lapisan ini terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel korneadan konjungtiva.

Membrane sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanyarelative hidrofobik.

Permukaan yang demikian tidak dapat di basahi olehlarutan air saja. Musin di

absorpsi sebagian pada membrane sel epitel korneadan oleh mikrovili di tambatkan

pada sel-sel epitel permukaan. Inimenghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi

lapisan akueosa untuk menyebarsecara merata ke bagian yang di basahi dengan cara

menurunkan teganganpermukaan

Gambar 2: lapisan konstituens film air mata

Komposisi Air Mata

Volume air mata yang paling normal di perkirakan 7 µL di setiap mata. Albumin

mencakup 60% dari protein total air mata dan sisanya globulin dan lisozim yang berjumlah

sama banyak. Terdapat immunoglobulin igA, igG dan igE. Yang paling banyak adalah igA.

Pada keadaan alergi tertentu seperti pada konjungtivitis vernal, konsentrasi igE dalam cairan

air mata meningkat. Lisozim air mata menyusun 21-25% protein total yang bekerja secara

sinergis dengan gamma-globulin dan faktor antibakteri non-lisozim lain membentuk

pertahanan penting terhadap infeksi. K+, Na+ dan Cl- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di

air mata daripada plasma.

Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0,04 mg/dL).

Perubahan kadar dalam darah sebanding dengan perubahan kadar glukosa dan urea dalam air

mata. pH rata-rata air mata adalah 7.35, meskipun ada variasi normal yangbesar (5.20-8.35).

Dalam keadaan normal air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L.

ETIOLOGI DRY EYE

DRY EYE SYNDROME

DEFISIENSI AQUEOUS PENGUAPAN

Salisbury Eye Evaluation study mendapati prevelensi dry eye syndrome di Asia

terutama pada pasien usia lanjut dan wanita. Di Amerika Serikat didapati 3.2 juta wanita

menderita dry eye syndrome berbanding seramai 1.6 juta pada lelaki. Ini berhubungan dengan

pengaruh hormone seksual, dimana melibatkan hormone androgen. Ia bersesuaian dengan

prevelensi dry eye syndrome meningkat sesuai penambahan usia dimana hormone androgen

semakin berkurang sesuai peningkatan usia. Pada wanita menapouse lebih ramai yang

menghidapi dry eye syndrome.5 Pada penelitian juga mendapati angka kejadian dry eye

syndrome meningkat pada wanita menaupose yang mengambil subtitusi hormone estrogen

dan testosterone sebanyak 6.67% berbanding wanita menapouse yang tidak mengambil

sebanrang terapi penggantian hormone.

DEFINISI DRY EYE

Definisi dry eyes menurut Subcommittee National Eye Institute/Industry Dry Eye

Workshop 2007 adalah dry eye syndrome merupakan sindroma mulfikator air mata dan

permukaan ocular yang menyebabkan penderita merasa tidak nyaman, gangguan penglihatan,

dan instabilitas air mata yang bisa menyebabkan kerosakkan pada permukaan bola mata. Ia

disertai dengan peningkatan osmolaritas air mata dan peradangan permukaan bola mata.

KLASIFIKASI DRY EYE

Pada tahun 1995, Subcommittee National Eye Institute/Industry Dry Eye Workshop

menyatakan bahawa dry eye syndrome adalah keratokonjungtivitis sika. Dan pada tahun

2007, Subcommittee National Eye Institute/Industry Dry Eye Workshop telah mengeluarkan

klasifikasi terbaru dry eye syndrome mengikut etiopatologisnya kepada klasifikasi utama

seperti di gambar 3.

Gambar 3: klasifikasi dry eye syndromes menurut Subcommittee National Eye

Institute/Industry Dry Eye Workshop 2007

i. Dry Eye Karena Defisiensi Aqueous

a. Sjorgen Syndrome Dry Eye

Kelainan ini berlaku dimana autoantibody menyerang glandular lakrimal dan sliva.

Kelenjar lakrimal dan saliva dipenuhi oleh T-cell yang teraktivasi lalu menyebabkan

acinar, kematian sel duktus dan berkurangnya sekresi air mata serta air liur.

b. Defisiensi Glandular Lakrimal

Defiesiensi glandular lakrimal terbahagi kepada 2 iatu primer dan sekunder;

Primer

o Berdasarkan umur: menurut penelotian, semakin meningkat usia,

semakin meningkat kalainan patologis kelenjar lakrimal seperti

hilangnya pembuluh darah paralakrimal, atrofi sel acinar, fibrosis

periduktal, dan fibrosis interasinar.

o Congenital alacrima: merupakan kelainan yang langka pada usia muda

pada penderita Addison’s disease, neurodegeneration central, dan

disfungsi autonomic.

o Familial dysautonomia: kelainan multisystem penyakit Riley Day

Syndrome dimana penderita mengalami kelainan dalam

mengekspresikan emosi dan perasaan yang menyebabkan tangisan.

Sekunder

Kelainan dalam sekresi air mata kerana infiltrasi sel radang pada kelenjar pada

penyakit seperti;

o sarcoidosis (sarcoid granulomata)

o lymphoma (sel lymphomatus)

o AIDS (T-cell

o Graft vs Host Disease (periduktus T-cell dan limfosit)

o ablasi glandular larimal

o denervasi saraf glandular lakrimal (melibatkan saraf parasimpatis)

c. Obstruksi Kelenjar Lakrimal

Obstruksi duktus lakrimal di pelpebra superior dan glandular lakrimal aksesorius

menyebabkan dry eye syndrome tipe defisiensi aqueous lalu bisa menyebabkan

konjungtivitis sikatriks. Beberapa kondisi spesifik obstruski kelenjar lakrimal adalah

seperti;

Trachoma

Pemphigoid sikatrik

Erytema multiformis

Luka bakar

d. Refleks Hiposekresi

Saraf sensoris yang mengawal sekresi glandular lakrimal dikawal oleh nervus

trigeminal (N.V). apabila mata dibuka, akan menyebabkan peningkatan reflex

sensoris dikarenakan terpaparnya permukaan ocular. Reflex hiposekresi melibatkan 2

cara iatu;

Penurunan reflex inducing sekresi glandular lakrimal.

Penurunan reflex kerdipan kelopak mata.

Kerosakkan nervus facialis (N.VII) dimana kelopak mata tidak dapat ditutp

dengan sempurna.

ii. Dry Eye Karena Penguapan Air Mata

a. Disfungsi Kelenjar Meibom

2 kondisi disfungsi kelenjar Meibom adalah disfungsi glandular itu sendiri serta

blepharitis posterior yang merupakan antara penyebab utama kepada sindroma dry

eye. Disfungsi kelenjar ini metebabkan air mata kurannya lapisan lipid yang meliputi

bahagian superficial air mata.

b. Kelainan Pembukaan Pelpebra

Kelainan pembukaan pelpebra atau ketidakmampuan kelopak mata menutup

sempurna menyebabkan ada sebahagian permukaan bola mata yang terdedah kepada

udara sekitar yang menyebabkan berlakunya penguapan. Antara penyebab penutupan

palpebra tidak sempurna adalah pada keadaan;

Craniostenosis

Proptosis

Myopia yang tinggi

Exopthalmus

Fissure palpebra yang terlalu lebar

c. Penurunan Kerdipan Mata

Kerdipan mata yang lambat menyebabkan permukaan bola mata lebih lama terdedah

kepada udara luar lalu menyebabkan lebih banyak air mata yang terjadi penguapan.

Kelainan ini berlaku akibat;

berkurangnya dopamine di susbtansia nigra,

Parkinson disease

Reflex emosional pada pekerjaan yang memerlukan konsentrasi seperti sedang

melihat melalui mikroskop

d. Kelainan Permukaan Okular

Kelainan ini bisa menyebabkan permukaan ocular tidak dapat dilembabkan dengan

sempurna dan merata, pemecahan film air mata yang terlalu dini, hiperosmolaritas air

mata, dan mata kering seperti pada:

defisiensi vitamin A (kerosakkan asinar lakrimal)

penggunaan benzalkonium klorida (menyebabkan keratitis pungtata)

e. Penggunaan Lensa Lekap (Contact Lens)

Seringnya pengguna lensa lekap mengeluh mata kering dan tidak selesa dimana

sebuah survey di amerika Srikat dijalankan menunjukkan 50% pengguna kanta lekap

mengadu mengalami dry eye, 5 kali lebih sering dari pengguna kacamata biasa. Kanta

lekap mempunyai sifat yang lebih kering dari permukaan bola mata menyebabkan air

mata lebih mudah berlaku penguapan serta berlaku perubahan komposisi film air

mata.

f. Kelainan Permukaan Okular

Kelainan seperti konjungtivitis allergika menyebabkan film air mata tidak stabil lalu

lebih mudah untuk rosak .

Delphi Panel Report telah mengklasifikasikan dry eye syndrome mengikut tingkat keparahan

seperti yang ditunjukkan didalam gambar 4;

Gambar 4: Grading keparahan dry eye syndrome berdasarkan Delphi Panel Report

MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan dry eyes paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir

(benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mucus berlebihan, tidak mampu

menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit,dan sulit

menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri pada pemeriksaan mata adalah

tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slit lamp adalah

terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mucus

kental kekuning-kuningan kadang-kala terlihat dalam fornix conjungtiva inferior. Pada

konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan

hiperemik.

Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura inter-palpebra. Sel-sel

epitelkonjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan defek

padaepitel kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitis sicca

tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap filamen melekat pada epitel korneadan

ujung lain bergerak bebas. Pada pasien dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva

menunjukkan peningkatan jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang

terjadi pada sindrom sjorgen.

DIAGNOSIS

Diagnosis dry eye syndrome adalah berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, gejala

klinis yang dirasakan, beberapa tes penunjang, mengikut ketersediaan dan keperluan. Gejala

klinis paling sering dikeluhkan pasien dry eye adalah;

Gatal

Mata seperti berpasir

Pengelihatan kadang kadang kabur.

Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan

Sukar menggerakkan kelopak mata

Mata tampak kering

Erosi kornea.

Untuk test diagnostic, ia dilakukan untuk prevensi komplikasi yang lebih jeleks serta

pada penderita yang mempunyai risiko tinggi. Beberapa test bisa dijalankan untuk membantu

diagnosis sindroma dry eye. Beberapa tes yang bisa dilakukan adalah seperti;

a. Tes Schimer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan strip

Schimer (kertas saring Whartman No. 41) ke dalam cul-de-sac konjungtivainferior

pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebral inferior. Bagian basah yang

terpapar diukur lima menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10

mm tanpa anestesi dianggap abnormal.

Gambar 5: gambaran test Schimer menggunakan Schimer’s strip

b. Tes Break up Time

Tes ini berguna untuk menilai stabilitas air mata dan komponen lipid dalam cairan air

mata, diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluorescin di konjungtivabulbi dan

meminta penderita untuk berkedip. Lapisan air mata kemudian diperiksa dengan

bantuan filter cobalt pada slitlamp, sementara penderita diminta tidak berkedip.

Selang waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapis fluorescin

kornea adalah break up time. Biasanya lebih dari 15 detik. Selang waktu akan

memendek pada mata dengan defisiensi lipid pada air mata.

c. Tes Ferning Mata

Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti komponen musin air mata, Dilakukan

dengan mengeringkan kerokan lapisan air mata di atas kaca objek bersih.

d. Sitologi

Impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjungtiva.

Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infranasal.

e. Pemulasan Flourescin

Dilakukan dengan secarik kertas kering fluoresin untuk melihat derajat basahnya air

mata dan melihat meniscus air mata. Fluoresin akan memulas daerah yang tidak

tertutup oleh epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang mongeringdari kornea

dan konjungtiva.

f. Pemulasan Rose Bengal

Rose Bengal lebih sensitive daripada fluoresin. Pewarna ini akan memulas semua sel

epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang mengering dari kornea

dankonjungtiva.

g. Pengujian Kadar Lisozim Air Mata

Air mata ditampung pada kertas Schimer dan diuji kadarnya dengan cara

spektrofotometri.

h. Osmolaritas air mata

Hiperosmolaritas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan

pemakai lensa kontak diduga sebagai akibat berkurangnya sensitifitas kornea.

Laporan-laporan penelitian menyebutkan bahwa hiperosmolaritas adalah tes yang

paling spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca, karena dapat ditemukan pada pasien

dengan tes Schirmer normal dan pemulasan Rose Bengal normal.

i. Laktoferin

Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar

lakrimalis. Untuk mengukur kuantitas komponen aquous dalam air mata dapat

dilakukantes Schirmer. Tes Schirmer merupakan indicator tidak langsung untuk

menilai produksi air mata. Berkurangnya komponen aquous dalam air mata

mengakibatkan airmata tidak stabil. Kestabilan air mata pada konjungtivitis

disebabkan kerusakan epitel permukaan bola mata sehingga mucus yang dihasilkan

tidak normal yang berakibat pada proses penguapan air mata. Salah satu pemeriksaan

untuk menilai stabilitas lapisan air mata adalah dengan pemeriksaan break up time

(BUT).

j. Slit lamp

Pada pemeriksaan dengan slit lamp didapatkan dilatasi pembuluh darah konjungtiva

dan injeksi perikornea. Ciri khas pada pemeriksaan ini adalah terputus atau tiadanya

meniscus air mata di tepian palpebral inferior. Benang- benang mucus kental

kekuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix konjungtiva inferior. Pada

konjungtiva bulbaris tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal,edema,

dan hiperemis.

Gambar 6: gambaran injeksi konjugtiva yang diffuse yang dilihat menggunakan slit lamp.

Terlihat juga massa nodular di bahagian limbus inferior

Efek dry eye terhadap penurunan visus

Pasien yang menderita dry eye syndrome sering mengeluh photofobia, kesukaran

memandu kereta diwaktu malam, kesukaran membaca, serta kelelahan mata. Menurut

penelitian menggunakan Snellen Chart, penurunan visus ketika pasien menderita dry eye

syndrome adalah biasa. Ini disebabkan oleh tidak stabilnya ikatan molekul air mata yang

menyebabkan. Sebagai respons kompesasi, penderita akan mengedipkan matanya berulang-

ulang kali untuk mengstabilkan molekul air mata lalu visus kembali kepada seperti biasa.

Namun seringnya ikatan molekul air mata tadi akan pecah dan pandangan akan kembali

kabur. Menurut penelitian dari Jepang, visus pasien dry eye bisa menurun dari 20/40 kepada

20/60, lalu menyebabkan kesukaran memandu kenderaan pada waktu malam.

PENATALAKSANAAN

Menurut Subcommittee National Eye Institute/Industry Dry Eye Workshop 2007,

terdapat banyak cara dapat dilakukan untuk terapi dry eye syndrome seperti;

a. Pelumas Air Mata

b. Membaiki Retensi Air Mata

c. Stimulan Air Mata

d. Pengganti Air Mata Biologis

e. Terapi Anti-Inflamasi

f. Fatty Acid Essential

g. Management Lingkungan

a. Pelumas Air Mata

Karekteristik pelumas air mataadalah larutan hipotonik ataupun isotonic, larutan

buffer yang mengandungi elektrolit, surfaktan dan agen pengental. Dalam kandungan

pelumas air mata harusnya;

Bebas benzalkonium klorida (BAK)

BAK merupakan bahan yang paling sering dijumpai didalam pelumas yang bisa

dibeli dimana-mana toko. BAK sangat merbahaya kepada mata sekiranya digunakan

berlebihan kerana ia bisa menyebabkan kerosakkan epitel konjungtiva dan kornea,

serta bisa menyebabkan nekrosis epitel hingga ke lapisan-lapisan dibawahnya.

Bebas disodium (EDTA)

EDTA juga merupakan bahan yang sering ada didalam pelumas yang biasa dibeli di

toko. Penggunaan berlebihan bisa menyebabkan reaksi toksik kepada epitel

konjungtiva dan kornea.

Mengandungi elektrolit dan/atau ion

Kehadiran elektrolit dan ion didalam pelumas dibuktikan dapat membantu perbaikkan

kerosakkan permukaan bola mata akibat dry eye. Natrium dan bikarbonat merupakan

unsure paling penting dimana natrium bisa menjaga ketebalan kornea dan bikarbonat

pula membantu penyembuhan lapisan epitel kornea yang telah rosak. 2 pelumas yang

mempunyai kadar elektrolit seperti air mata sebenar adalah;

o TheraTear®

o BIONS Tears®

Mengandungi cairan hipo-osmotik

Penderita dry eye mempunyai hyperosmolaritas. Maka cairan pelumas harusnya

megandungi cairan hypo-osmotik agar mata bisa kembali kepada kelemabapan

normal. Contoh pelumas yang mempunyai cairan hypo-osmotik adalah;

o Hypotears® (230 mOsm/L)

o TheraTears® (181 mOsm/L)

Gambar 7: contoh kemasan pelumas air mata

Mengandungi agen pengental

Agen pengental diperlukan dalam air mata agar ia tetap stabil didalam bentuk

tertentu, sama seperti komposisi sebenar air mata iatu musin. Namun begitu, dengan

adanya agen pengental didalam pelumas air mata, ia akan menyebabkan pandangan

menjadi kabur, dimana semakin besar densitasnya semakin buram pandangan. Antara

agen pengental yang bisa digunakan adalah;

o Carboxymethyl cellulose

o Polyvinyl alcohol

o Polyethylene glycol

o Propylene glycol hydroxymethyl cellulose

o Hydroxypropyl cellulose

o Hyaluronic acid

b. Memperbaiki Retensi Air Mata

Terdapat 2 penatalaksaan pembaikkan retensi air mata dapat dilakukan adalah

dengan menggunakan punctal plugs yang bisa direabsorbsi atau non-reabsorbsi.

Punctual plug ini dimasukkan ke dalam kanalikulus lakrimal agar air mata bisa

mengalir dengan sempurna. Indikasi pemakaian adalah pada pasien dry eye dengan

gejala, tes Schirmer menunjukkan hasil kurang 5mm dalam 5 minit serta terdapat

bukti bahawa ada kerosaakan permukaan bola mata pada tes menggunakan pewarnaan

seperti fluorescence.

Gambar 8: punctual plug yang dimsaukkan ke dalam kanalikulus lakrimalis

c. Stimulan Air Mata

Beberapa agen farmakologis bisa menjadi stimulant kepada air mata agar

mensekreksikan aquoes atau mucus atau kedua-duanya. Menurut percubaan klinis,

diquafosol eye drop menunjukkan hasil yang efektif pada pengobatan dry eye

syndrome. Bagi agen lain masih didalam penelitian.

d. Pengganti Air Mata Biologis

Pengganti air mata biologis digunakan dengan mengambil dari badan sendiri

melalui 2 sumber iatu serum dan saliva. Penggantian menggunakan saliva dilakukan

dengan implantasi kelenjar saliva submandibular. Namun begitu, kelenjar saliva akan

menyebabkan sekresi saliva yang banyak lalu bisa menyebabkan edema kornea. Maka

transplantasi ini hanya dilakukan pada pasien yang benar-benar mengalami defisiensi

air mata dimana hasil tes Schirmer 1mm atau kurang.

e. Terapi Anti-Inflamasi

Kurangnya sekresi air mata mungkin disebabkan reaksi inflammasi dimana

sel inflammasi menyebabkan retensi di saluran air mata. Antara anti-inflammasi yang

bisa digunakan adalah;

Kortikosteroid

Siklosporin

Tetrasiklin

f. Fatty Acid Essential

Fatty acid essential tidak disintesis oleh vertebra seperti manusia melainkan

didapatkan melalui pemakanan. Pengambilan essential fatty acid yang dilakukan

penelitian mampu mempercepatkan penyembuhan iritasi ocular adalah;

Omega-3 (minyak ikan kod)

Omega-6

g. Managemen Lingkungan

Factor lingkungan seperti terpaparnya kepada cahaya matahari yang lama,

berada didalam ruangan AC lama, harus dihindarkan agar air mata tidak mudah

terjadi penguapan. Sekiranya pekerjaan memerlukan melihat cahaya seperti

menggunakan mikroskop, gunakan mikroskop dengan menurunkan sedikit tinggi

mata memandang untuk mengurangkan pembukaan kelopak mata. Pastikan mata

berehat seketika sekurangnya 5 menet bagi setiap 30 menet bekerja. Udara yang

terlalu sejuk juga bisamneyebabkan mata kering. Bagi yang tinggal di daerah salju,

pakai goggle ketika keluar dari rumah dan menggunakan penutup mata ketika tidur.

Menurut International Task Force Guidelines for Dry Eye, berikut adalah

rekomendasi penatalaksanaan berdasarkan tingkat keparahan dry eye syndrome seperti

gambar 9.

Gambar 9: rekomendasi penatalaksanaan dry eye syndrome berdasarkan International Task

Force Guidelines for Dry Eye

PROGNOSIS

Secara umu, prognosis dry eye syndrome baik sekiranya penatalaksaan cepat. Namun

keterlambatan pengobatan bisa menyebabkan berlakunya komplikasi-komplikasi pada

struktur permukaan bola mata yang bisa menyebabkan berlakunya penurunan visus lalu

kebutaan.

KOMPLIKASI

Pada awaln perjalanan mata kering, penglihatan sedikit terganggu.

Denganmemburuknya keadaan, ketidak-nyamanan sangat terganggu. Pada kasus lanjut, dapat

timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perporasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri

sekunder dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea yang sangat menurunkan

penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.

KESIMPULAN

Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai

dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka kejadian Dry Eye

Syndrome cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Pasien dengan mata kering

paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir (benda asing). Gejala umum

lainnyaadalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi

terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. Padakebanyakan

pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata adalah tampilan yang nyata-nyata

normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya

meniskus air mata di tepian palpebra inferior.

Terdapat banyak cara terapi yang bisa didapatkan sekarang. Air mata buatan adalah

terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur.

Bantuan tambahan diperoleh dengan memakai pelembab, kacamata pelembab bilik, atau

goggle. Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata

kering baik. Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi.

Kadang-kadangterjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada

kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-

komplikasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dabiel V. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riodan-Eva. Anatomi dan embriologi mata.

Ophthalmologi Umum. Widya Medika. 2002: 14; 1-30.

2. Sidarta Ilyas. Anatomi dam fisiologi mata. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2010: 3; 1-12.

3. Gary N. Foulks, Michael A. Lemp, James V. Jester, John Sutphin Jr, Juan Murube,

Gary D. Novack. 2007 Report of the International Dry Eye WorkShop (DEWS). The

Ocular Surface. April 2007: 5 (2); 65-204.

4. Lemp MA. Report of the National Eye Institute/Industry Workshop on clinical trials

in dry eyes. CLAO Journal. 1995: 2; 221-32.

5. Schein OD, Munoz B, Tielsch JM, et al. Prevalence of dry eye among the elderly.

America Journal Ophthalmology 1997: 124; 723-8.

6. Schaumberg DA, Buring JE, Sullivan DA, Dana MR. Hormone replacement therapy

and dry eye syndrome. Journal of America Medical Association. 2001: 2114-9.

7. Sullivan BD, Evans JE, Dana MR, Sullivan DA. Influence of aging on the polar and

neutral lipid profiles in human meibomian gland secretions. Archeive Ophthalmology.

2006: 124; 1286-92.

8. Michael A. Lemp. Advances in Understanding and Managing Dry Eye Disease.

Department of Ophthalmology, Georgetown University School of Medicine,

Washington DC. American Journal of Ophthalmology. September 2008: 5 (16); 350-

6.

9. Forster, H. Walter. Medical management of keratoconjunctivitis sicca. International

Ophthalmology Clinics. 1961: 25-8.

10. M. A. Nanavaty, A. R. Vasavada and P. D. Gupta. Dry Eye Syndrome. Iladevi

Cataract and IOL Research Centre, Gurukul. Asian Journal of Experiment and

Science. 2006: 20; 63-80.

11. Behrens A, Doyle JJ, Stern L, et al. Dysfunctional tear syndrome: A Delphi approach

to treatment recommendations. Cornea 2006: 25; 900-7.

12. Ubels J, McCartney M, Lantz W, et al. Effects of preservative-free artificial tear

solutions on corneal epithelial structure and function. Archieve Ophthalmology. 1995:

113; 371-8.

13. Gilbard JP, Rossi SR, Heyda KG. Ophthalmic solutions, the ocular surface, and a

unique therapeutic artificial tear formulation. America Journal of Ophthalmolology.

1989: 107; 348-55.

14. Baxter SA, Laibson PR. Punctal plugs in the management of dry eyes. Ocular

Surface. 2004: 2; 255-65.

15. Bernal DL, Ubels JL. Artificial tear composition and promotion of recovery of the

damaged corneal epithelium. Cornea. 1993: 12; 115.

16. Geerling G, Sieg P, Bastian GO, Laqua H. Transplantation of the autologous

submandibular gland for most severe cases of keratoconjunctivitis sicca.

Ophthalmology. 1998: 105; 327-35.

17. Seedor JA, Lamberts D, Bergmann RB, Perry HD. Filamentary keratitis associated

with diphenhydramine hydrochloride (Benadryl). Amerca Journal of Ophthalmology.

1986: 101; 376-7.