perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id partisipasi ...... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM USAHA
PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang)
Disusun Oleh :SHINTA YUNIDA NINGRUM
D0108102
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi
Ilmu Administrasi Negara
JURUSAN ILMU ADMINISTRASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
” Sebab sungguh, bersama kesukaran ada keringanan. Sungguh, bersama
kesukaran ada keringanan. Karena itu, selesai (tugasmu), teruslah rajin
bekerja. Kepada Tuhanmu tujukan permohonan ”
(QS. Alam Nasyrah 94:5-8)
“ ... bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negrimu) dan bertawakallah kepada Allah, supaya
kamu beruntung ”
(QS. Ali’Imran: 200)
“ Keluhan sebanyak apapun, tidak akan bisa mengubah situasi ”
(Merry Riana)
“ Setiap impian akan terwujud apabila ada kerja keras, doa dan kesabaran”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Ibu dan Bapak atas segala kasih sayang, kesabaran, nasehat dan doa
yang telah beliau berikan kepada penulis
Adikku tersayang Tunjung Sugandiko
Pratama Suwandono yang senantiasa memberikan motivasi dan
doa’nya
Sahabat-sahabatku Devitha, Etik, Lutfi, Sanggra, Janti, dan
Apringgra yang senantiasa memberikan bantuan dan motivasi
Almamaterku UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PROGRAM USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN
KELUARGA SEJAHTERA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF DI
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG) ”
Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Sonhaji, M.Si selaku pembimbing, atas bimbingannya, arahan, dan
motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
2. Ibu AW Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA selaku Pembimbing Akademik, terima
kasih atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
4. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan
pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.
5. Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh pegawai di lingkungan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan dan segenap pegawai UPTD Keluarga Berencana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Pemberdayaan Perempuan di Kecamatan Bringin yang telah memberikan
bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi kelancaran
skripsi ini.
7. Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma, Dahlia, dan Nurul Hikmah yang telah
memberikan bantuan dan informasi yang penulis butuhkan demi kelancaran
skripsi ini.
8. Teman-teman Program Studi Ilmu Administrasi Negara angkatan 2008
Universitas Sebelas Maret.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan
skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini sangat
penulis harapkan. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Desember 2012
Shinta Yunida Ningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN......................................................................................... xi
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
ABSTRACT..................................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 12
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 12
1. Partisipasi Masyarakat............................................................ 12
2. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS)................................................................................. 28
3. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat
melalui Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. ........................... 34
B.Kerangka Pemikiran ..................................................................... 40
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 42
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 42
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Sumber Data ................................................................................ 43
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44
E. Metode Penarikan Sampel........................................................... 46
F. Validitas Data .............................................................................. 47
G. Teknik Analisis Data. .................................................................. 48
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI DAN HASIL PENELITIAN...................... 50
A.Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................... 50
B.Hasil Penelitian. ........................................................................... 57
1. Partisipasi Masyarakat dalam Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).............................. 57
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Partisipasi Masyarakat
Dalam Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS)................................................................. 89
BAB V. PENUTUP........................................................................................ 91
A. Kesimpulan.................................................................................. 91
B. Saran. ........................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................... 97
LAMPIRAN ................................................................................................... 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2009-2011…………….. 1
Tabel 1.2 : Tahapan Keluarga Sejahtera pada Kelompok UPPKS di
Kabupaten Semarang tahun 2011........................................ 4
Tabel 1.3 : Rata-rata Jumlah Kelompok UPPKS Kabupaten
Semarang (2009-2011) …………………………………... 6
Tabel 1.4 : Kelompok UPPKS Unggulan di Kecamatan Bringin
Tahun 2012………………….......................................... 7
Tabel 2.1 : Makna Partisipasi Masyarakat dalam
Pengertian Pembangunan………………………….……... 14
Tabel 2.2 : Tipologi Partisipasi Publik berdasarkan Jenis Partisipasi
dan Tingkat Keterwakilan................................................... 20
Tabel 2.3 : Tipologi Partisipasi…………………………….................. 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Gambar 2.1 : Jenjang Tingkat Partisipasi................................................. 19
Gambar 2.2 : Delapan Tangga Partisipasi…............................................ 20
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran…....................................................... 41
Gambar 3.1 : Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif..... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Shinta Yunida Ningrum. D0108102. Partisipasi Masyarakat Dalam ProgramUsaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (Studi DeskriptifKualitatif di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang). Skripsi. JurusanIlmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UniversitasSebelas Maret. Surakarta. 2012. 99 halaman.
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanankeluarga. Pelaksanaan UPPKS membutuhkan keterlibatan masyarakat dalammencapai tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam UPPKS diKecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Partisipasi masyarakat dalampenelitian ini dilihat dari empat tahapan yaitu partisipasi dalam perencanaan,pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yangdigunakan meliputi kata-kata dan tindakan serta sumber tertulis. Metodepenarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi/ pengamatan dandokumentasi. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data/ sumber.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalamUPPKS dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi secara langsungadalah pada tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil. Partisipasitidak langsung adalah pada tahapan pemantauan dan evaluasi. Faktor pendorongyang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam UPPKS adalah kemudahanakses informasi, kesempatan untuk mengelola modal, serta pembinaan dariberbagai pihak yang mampu menumbuhkan semangat kebersamaan dankewirausahaan anggota. Faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam UPPKSadalah keterbatasan modal usaha, tingkat pendidikan rendah yang dimiliki olehsebagian besar anggota kelompok mengakibatkan partisipasi masyarakat menjadikurang efektif pada manajemen administrasi dan kelompok belum melakukanpergantian pengurus sehingga partisipasi para anggota dalam kelembagaanmenjadi kurang merata.Kata Kunci : Partisipasi masyarakat, UPPKS, Kesejahteraan Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
Shinta Yunida Ningrum. D0108102. Community Participation in the FamilyWelfare Program (Program Usaha Peningkatan Pendapatan KeluargaSejahtera –UPPKS-) ( A Qualitative Descriptive Study in Bringin Sub-district, Semarang Regency). Thesis. Department of Administrative Science.Faculty of Social and Political Sciences. Universitas Sebelas Maret.Surakarta. 2012. 99 pages.
The Family Welfare Program (known as Usaha Peningkatan PendapatanKeluarga Sejahtera -UPPKS-) is one of the Indonesian program to enhance familywelfare and stability. Family welfare will lead to community welfare as the maingoal of UPPKS and therefore its requires the community involvement. Thepurpose of the research is to explore the level of community participation in theprogram of UPPKS in Bringin Sub-District, Semarang Regency. The level ofparticipation i.e. planning, implementation, monitoring and evaluation, andutilization of the results.
This research is a descriptive qualitative research type. Data sourcesincluded primary words and actions as well as written sources. The samplingmethod used is purposive sampling. Techniques of data collection performed areinterview, observation and documentation. The validity of the data is done usingthe technique of triangulation of data resource. The data was analyzed usinginteractive model of data analysis.
The results of this study indicate that community participation in theUPPKS program was found both directly and indirectly. The direct involvementand the participation of the community was found in the stages of planning,implementation and utilization of the results. The indirect participation was in thestage of monitoring and evaluation. The push factors of community participationin the UPPKS program include the easy access to information, opportunities formanaging capital, as well as the development of the various parties are able tofoster a spirit of togetherness and entrepreneurial members. The factors inhibitingthe community participation in the UPPKS program are limited capital, low leveleducation of most members of the group that also causing less effective publicparticipation in the management of the administration, as well as the late turn outof the board that also closing less participation of the members.
Keywords: Community participation, UPPKS, The Welfare of Society
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu hal yang
sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia, tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan. Secara nasional jumlah penduduk miskin yang masih hidup
dibawah garis kemiskinan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1Jumlah Penduduk Miskin IndonesiaTahun 2009-2011
No TahunJumlah
Penduduk(dalam juta jiwa)
Persentase(%)
1 2009 32,53 14,152 2010 31,02 13,333 2011 30,02 12,49
(Sumber: www.setkab.go.id)
Pada tabel 1.1 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah penduduk
miskin pada tahun 2009 dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada
tahun 2010 berkurang sebanyak 1,51 juta orang atau sekitar 0,82%, dan pada
tahun berikutnya jumlah penduduk miskin di Indonesia juga mengalami
penurunan yaitu ± 1 juta jiwa atau sekitar 0,84%. Agar penurunan angka
kemiskinan semakin signifikan, upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
perlu diwujudkan melalui pembangunan di seluruh aspek kehidupan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Dalam menanggapi hal tersebut, dibutuhkan adanya
kebijakan yang berpihak kepada rakyat agar masalah kemiskinan tidak semakin
meningkat dan berkelanjutan. Penduduk sebagai modal dasar dan faktor
dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan
berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan
pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal
antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan yang berakibat pada rendahnya kesejahteraan masyarakat.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat menjadi bagian penting
dalam pembangunan nasional yaitu dalam pembangunan keluarga.
Bertambahnya jumlah keluarga dengan tingkat kehidupan yang lebih baik akan
memperkuat ketahanan keluarga dimana keluarga sebagai unit sosial terkecil
dalam masyarakat memegang peranan yang penting sebagai aset bangsa. Hal
tersebut sesuai dengan UU No 52 Tahun 2009 Pasal 47 (Ayat 1 dan 2),
kebijakan pembangunan keluarga ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, dimana
kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat
melaksanakan fungsi keluarga secara optimal. Keluarga bukan hanya sekedar
menjadi sasaran pembangunan, tetapi merupakan subyek (pelaku) bagi
pembangunan serta memperkaya pembangunan bangsa dan negara.
Pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pemberdayaan masyarakat,
karena pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat utama serta dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu
keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis (Mardikanto,
2010).
Dalam rangka mewujudkan pembangunan keluarga yang berkelanjutan,
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan berperan serta
dalam mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diwujudkan
dalam program pemberdayaan ekonomi keluarga. Pada awalnya program ini
dikenal dengan program Income Generating Activities (kegiatan peningkatan
pendapatan) dan kemudian disempurnakan menjadi program pemberdayaan
ekonomi keluarga melalui Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS). Dalam program ini, Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan bertanggung jawab dalam hal pendampingan di dalam
perencanaan usaha sampai dengan pemantauan atau evaluasi.
Upaya pemberdayaan keluarga pada dasarnya merupakan upaya untuk
mendorong dan memacu keluarga-keluarga untuk meningkatkan ketahanan
keluarga menjadi keluarga yang berpotensi, mandiri dan produktif sebagai
dasar mewujudkan keluarga yang berkualitas serta dapat hidup dengan layak
dan sejahtera. Pemberdayaan keluarga dibidang ekonomi dilaksanakan melalui
penumbuhan minat serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha
sebagai suatu proses belajar dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga
melalui wadah kelompok usaha ekonomi produktif yaitu kelompok usaha
peningkatan pendapatan keluarga (UPPKS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
UPPKS merupakan bagian dari peningkatan kualitas karena pada
dasarnya grand design pembangunan kependudukan mengacu kepada tiga pilar
yaitu pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas
(www.padangekspres.co.id). Pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
kelompok UPPKS sebagai sarana peningkatan kualitas dilaksanakan di seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia agar tercapai pemerataan kesejahteraan di seluruh
wilayah Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai salah satu kabupaten yang
melaksanakan pemberdayaan ekonomi keluarga berusaha untuk terus
mengembangkan program tersebut, dikarenakan masih tingginya jumlah
Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang tergabung dalam
kelompok UPPKS di kabupaten Semarang. Tingginya Keluarga Pra-Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I dapat dilihat melalui data dibawah ini :
Tabel 1.2Tahapan Keluarga Sejahtera pada Kelompok UPPKS di
Kabupaten Semarang Tahun 2011
No KecamatanJumlahKelom-
pok
Anggota Tahapan Keluarga Sejahtera
L PKPS KS I KS II KS III
L P L P L P L P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131 GETASAN 171 0 4576 0 2043 0 1397 0 723 0 4132 TENGARAN 58 8 1157 0 523 0 389 8 245 0 03 SUSUKAN 24 0 434 0 205 0 123 0 76 0 304 SURUH 38 0 697 0 337 0 182 0 108 0 705 PABELAN 81 0 2243 0 939 0 658 0 412 0 2346 TUNTANG 103 0 1217 0 554 0 353 0 203 0 1077 BANYUBIRU 52 0 1274 0 513 0 305 0 456 0 08 JAMBU 18 0 345 0 146 0 112 0 54 0 339 SUMOWONO 113 20 3136 5 1364 5 885 5 568 5 31910 AMBARAWA 74 1 2461 0 1185 1 1119 0 157 0 011 BAWEN 65 0 1170 0 577 0 355 0 167 0 7112 BRINGIN 127 0 3004 0 1395 0 932 0 422 0 255
Bersambung…
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Lanjutan…1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1313 BERGAS 86 0 1972 0 888 0 612 0 302 0 17014 PRINGAPUS 24 0 315 0 129 0 92 0 55 0 3915 BANCAK 70 0 1244 0 509 0 547 0 188 0 016 KALIWUNGU 274 0 5037 0 2174 0 1551 0 812 0 50017 UNGARAN BRT 64 0 981 0 474 0 307 0 193 0 718 UNGARAN TMR 54 0 710 0 350 0 215 0 142 0 319 BANDUNGAN 76 0 2728 0 2223 0 419 0 86 0 0
JUMLAH 1577 29 34701 5 16523 6 10559 13 5369 5 2356(Sumber: Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Semarang)*Keterangan:L : Laki-lakiP : Perempuan
Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah Keluarga
Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan jumlah Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III yang
tergabung dalam kelompok UPPKS, sehingga melalui upaya pemberdayaan
keluarga di bidang ekonomi, diharapkan Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga
Sejahtera I dapat memanfaatkan peluang usaha yang ada dalam rangka
pembelajaran usaha ekonomi produktif agar dapat meningkatkan penghasilan
mereka dan kesejahteraan mereka pun dapat ikut meningkat serta dapat setara
dengan keluarga lainnya.
Program usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)
telah dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh kecamatan yang berada di
wilayah Kabupaten Semarang dan sebagian besar mengalami pertambahan
jumlah kelompok pada setiap tahunnya. Namun, terdapat beberapa kecamatan
yang mengalami penurunan jumlah kelompok dari tahun 2009 sampai dengan
2011 yaitu Kecamatan Susukan, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan
Ambarawa. Berbeda halnya dengan ketiga kecamatan tersebut, jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kelompok UPPKS di Kecamatan Bringin mengalami peningkatan pada Tahun
2009 dan jumlahnya tetap pada tahun 2010, selain itu jumlah anggotanya pun
selalu mengalami kenaikan pada setiap tahunnya yaitu Tahun 2009 sebanyak
1311 anggota, kemudian pada Tahun 2010 mengalami penambahan anggota
sebanyak 338 anggota dan pada Tahun 2011 juga mengalami penambahan
anggota dari tahun sebelumnya sebanyak 1314 anggota. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini:
Tabel 1.3Rata-rata Jumlah Kelompok UPPKS Kabupaten Semarang
(2009-2011)
(Sumber : Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan KabupatenSemarang)
Kelompok-kelompok UPPKS yang berada di Kecamatan Bringin
umumnya mengalami kendala pada pemanfaatan teknologi yang belum
No KecamatanJumlah Kelompok
UPPKSJumlah AnggotaUPPKS (Jiwa)
Rata-rata JumlahAnggota
2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 20111 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 GETASAN 166 166 166 7155 6201 6201 43 37 372 TENGARAN 106 107 107 4071 4071 2463 38 38 233 SUSUKAN 209 163 163 4784 3780 3780 23 23 234 SURUH 65 71 71 2587 2551 2620 54 36 375 PABELAN 78 78 78 1827 1827 3163 23 23 416 TUNTANG 105 105 105 2825 2449 3275 27 23 317 BANYUBIRU 28 42 43 1046 1297 1335 37 31 318 JAMBU 18 18 18 250 250 382 14 14 219 SUMOWONO 136 59 67 4174 4174 4254 31 71 63
10 AMBARAWA 77 70 70 4225 2462 2445 55 35 3511 BAWEN 9 65 65 294 1302 1308 33 20 2012 BRINGIN 59 88 88 1311 1649 2963 22 19 3413 BERGAS 81 83 83 1660 2239 2239 20 27 27
14UNGARANBRT
24 58 58 337 1249 126314 22 22
15UNGARANTMR
54 54 54 1826 1826 182634 34 34
16 PRINGAPUS 11 22 25 187 321 356 17 15 1417 BANCAK 73 73 73 1679 1701 1715 23 23 2318 KALIWUNGU 262 262 262 6177 6117 617 23 23 219 BANDUNGAN 80 80 84 4588 4588 4588 33 57 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
optimal, masih rendahnya kualitas produksi serta keterbatasan modal. Oleh
karena itu, studi kasus dalam penelitian akan difokuskan pada Kelompok
UPPKS Wijaya Kusuma di Desa Sendang, Kelompok UPPKS Dahlia di Desa
Gogodalem, serta Kelompok UPPKS Nurul Hikmah di Desa Sambirejo. Hal
tersebut dikarenakan bahwa ketiga kelompok tersebut mampu
merepresentasikan keadaan kelompok-kelompok UPPKS yang berada di
Kecamatan Bringin. Ketiga kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 1.4 di
bawah ini:
Tabel 1.4Kelompok UPPKS Unggulan di Kecamatan Bringin Tahun 2012
NoNama
Kelompok
NamaKetua
Kelompok
JumlahKelompok
StrataKelompok
Jenis Usaha Jenis Produk
1WijayaKusuma
Niniek SriLestari, ST
14 MandiriPerdagangan/Industri
AnekaOlahan JamurTiram
2 Dahlia Suwarni 10 BerkembangPerdagangan/Industri
Kasur,bantal,guling
3NurulHikmah
Isti Fadah 13 BerkembangPerdagangan/Industri
Anekakeripik
(Sumber: Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Semarang)
Berdasarkan data pada tabel 1.4, ketiga kelompok UPPKS lebih
memusatkan jenis usahanya pada sektor perdagangan karena lebih banyak
mendatangkan keuntungan sehingga keuntungan tersebut dapat digunakan
untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Pada umumnya bantuan
modal yang diterima oleh kelompok UPPKS berasal dari Asosiasi Kelompok
UPPKS (AKU) dalam bentuk dana bergulir, sehingga diharapkan Kelompok
UPPKS mampu memacu anggotanya agar dapat mandiri dalam memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kebutuhan hidupnya dengan cara aktif dalam menjalankan jenis usaha yang
dipilih.
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma dinilai sukses dalam budidaya jamur
tiram dan secara bertahap kelompok ini telah berkembang dan sudah
mempunyai koperasi. Pada Bulan Februari 2011, kelompok ini meraih Juara
Teladan I dalam Lomba UPPKS Tingkat Kabupaten Semarang dan Juara
Teladan III Tingkat Provinsi Jawa Tengah (pelitaonline.com). Sehingga
kelompok ini dapat dijadikan sebagai kelompok percontohan bagi kelompok
UPPKS lainnya di Kabupaten Semarang.
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma terbentuk karena adanya
keprihatinan para petani padi dan tanaman sawah yang mengalami gagal panen
yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Semarang akibat serangan hama
tikus. Selain itu, dibentuknya Kelompok UPPKS yang beranggotakan 14 orang
ini juga ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup serta kemandirian keluarga
dan masyarakat.
Dengan adanya perkembangan usaha, maka kemudian dibentuklah
koperasi serba usaha milik Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma. Koperasi serba
usaha tersebut terbentuk pada bulan Januari 2011 yang dihadiri oleh Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Semarang. Dalam melaksanakan
kegiatannya, adapun modal usaha berasal dari pinjaman modal yang diberikan
oleh AKU (Asosiasi Kelompok UPPKS) sebesar Rp5 juta untuk pengadaan
outlet jamur crispy sebanyak dua unit. Selain mendapatkan bantuan pinjaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
modal dari Asosiasi Kelompok UPPKS, pemerintah melalui BKKBN
Kabupaten Semarang juga memberikan bantuan Alat Teknologi Tepat Guna
(ATTG) berupa Kompor Gas yang diharapkan dapat menunjang
pengembangan usaha sehingga pendapatan dan kesejahteraan kelompok dapat
ditingkatkan.
Kelompok Nurul Hikmah merupakan kelompok UPPKS yang bergerak
pada jenis usaha perdagangan dengan hasil produksi berupa aneka keripik,
seperti keripik pisang, keripik singkong, dan lain-lain. Kelompok tersebut
merupakan salah satu kelompok unggulan karena sudah memiliki struktur
keanggotaan yang jelas dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang.
Kelompok Dahlia yang terletak di Desa Gogodalem bergerak pada jenis
usaha perdagangan dengan hasil produksi berupa kasur, bantal dan guling.
Produk tersebut dipilih karena bahan baku pembuatan bantal, kasur dan guling
banyak tersedia di Desa Sambirejo. Modal usaha dalam proses produksi
didapatkan dari Badan KB dan PP Kabupaten Semarang serta dari iuran para
anggota. Kelompok UPPKS dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang ini
telah mampu memasarkan produknya sampai ke luar daerah Kecamatan
Bringin, sehingga keuntungan yang didapatkan pun dapat ikut mensejahterakan
para anggotanya.
Kelompok-kelompok UPPKS dalam menjalankan kegiatannya
membutuhkan keterlibatan masyarakat sehingga menghasilkan peningkatan
pendapatan sebagai syarat tercapainya peningkatan kesejahteraan. Keterlibatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
masyarakat tersebut diwujudkan melalui partisipasi masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan kelompok UPPKS. Sehubungan dengan hal tersebut maka
peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana partisipasi masyarakat di
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang dalam program usaha peningkatan
pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS), mengingat bahwa dengan adanya
UPPKS dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan
pendapatan keluarga sejahtera Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dan pendorong
partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam program usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera di Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang.
2. Sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Penelitian ini memberi masukan dan memperluas cakrawala pandang bagi
ilmu pengetahuan mengenai partisipasi masyarakat dalam program usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera.
2. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis,
pembaca serta pihak-pihak yang terkait dalam masalah penelitian tentang
partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Partisipasi masyarakat
Mardikanto (2010: 72) menjelaskan bahwa pada kegiatan
pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan perwujudan dari
kesadaran dan kepedulian serta tanggungjawab masyarakat terhadap
pentingnya pembangunan yang betujuan untuk memperbaiki mutu hidup
mereka. Artinya melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-benar
menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh (aparat) pemerintah sendiri, tetapi juga
menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya.
Istilah partisipasi dan partisipatoris menurut Mikkelsen (dalam
Rukminto Adi, 2008: 106-107) adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatuproyek (pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam prosespengambilan keputusan (participation is the voluntary contribution bypeople in projects, but without their taking part in decision-making).
b. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih pekadalam rangka menerima dan merespons berbagai proyekpembangunan (participation is the sensitization of people to increasetheir receptivy and ability to respons to development project).
c. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orangataupun kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif danmempunyai otonomi untuk melakukan hal itu (participation is anactive process, meaning that the person or group in question takesinitiative and assets the autonomy to do so).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d. Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokaldan pihak penyelenggara proyek dalam rangka persiapan,pengimplementasian, pemantauan dan pengevaluasian staf agar dapatmemperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosialproyek terhadap masyarakat (participation is the fostering of adialogue between the local people and the project or programmepreparation, implementation, monitoring and evaluation staff in orderto obtain information on the local context and on social impact).
e. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalamperubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat (participation isthe voluntary involvement of people in self-determined change).
f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunanlingkungan, kehidupan dan diri mereka sendiri (participation isinvolvement in people’s development of themselves, their lives, theirenvironment).
Dari definisi yang telah dijelaskan oleh Mikkelsen tersebut,
Rukminto Adi (2008: 111) memberikan kesimpulan sebagai berikut:
“Partisipasi masyarakat adalah adanya keikutsertaan ataupunketerlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah,pengidentifikasian potensi yang ada di masyarakat, pemilihan danpengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah,pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga keterlibatanmasyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi”.
Slamet (1993:32) menjelaskan bahwa makna partisipasi masyaakat
dalam pengertian pembangunan adalah partisipasi masyarakat sebagai
rumusan akhir atau tujuan, partisipasi masyarakat sebagai proses yang
pasif dan partisipasi masyarakat sebagai proses yang aktif. Hal tersebut
sesuai dengan tabel 2.3 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 2.1Makna Partisipasi Masyarakat dalam Pengertian Pembangunan
PartisipasiMasyarakat
SebagaiPerbaikan Kesejahteraan Perbaikan Hubungan Sosial
1 2 3
Rumusanakhir atau tujuan
Pembagian output materiil danpembangunan
Penerimaan keuntungan darihubungan sosial yang lebih baik
(misalnya kesempatan yangsama tidak adanya diskriminasi)
Proses yang pasifSumbangan terhadap produksi(misalnya bekerja,menanam
modal, menabung)
Sumbangan bagi hubungansosial yang lebih baik (misalnyamenjadi warga negara yang baik)
Proses yang aktifPartisipasi di dalam menentukan
mengalokasikan faktor-faktorproduksi
Partisipasi di dalam memutuskanpenentuan nilai-nilai dan tentang
pem-bagian keuntungan(Sumber : Slamet, 1993:32)
Dalam Australian Journal of Public Administration (Vol. 61, No.
1, 14-29 : 2002) dengan judul Mapping Public Participation in Policy
Choice, Bhisop mengungkapkan:
“Participation is the expectation that citizens have a voice in policychoices. Such participation takes many forms, from communitymeetings to citizen advisory committees, administrative law and,more recently, the idea of citizens as customers. Whatever theform, though, the idea of participation rests always on a sharing ofpower between the governed and the government.”
Menurut pendapat Bhisop di atas, partisipasi merupakan harapan
bagi warga negara untuk menyampaikan suaranya dalam kebijakan yang
memiliki banyak bentuk. Apapun bentuknya, gagasan mengenai
partisipasi selalu bertumpu pada pembagian kekuasaan antara yang
diperintah dengan yang memerintah.
Menurut Dusseldorp (dalam Slamet, 1993:10-21), klasifikasi
partisipasi didasarkan pada sembilan dasar yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada derajat kesukarelaan
Terdiri dari partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa,
partisipasi disebut sebagai partisipasi bebas apabila seorang individu
melibatkan dirinya secara sukarela di dalam suatu kegiatan tertentu.
Partisipasi bebas dibagi menjadi 2 (dua) sub kategori, yaitu partisipasi
spontan dan partisipasi terbujuk. Partisipasi spontan terjadi apabila
seorang individu mulai berpartisipasi berdasarkan pada keyakinan
tanpa dipengaruhi melalui penyuluhan atau ajakan oleh lembaga-
lembaga atau oleh orang lain. Sedangkan partisipasi terbujuk terjadi
bila seseorang individu mulai berpartisipasi setelah diyakinkan
melalui program penyuluhan atau oleh pengaruh lain sehingga
berpartisipasi secara suakrela di dalam aktivitas kelompok tertentu.
Partisipasi terpaksa dapat terjadi dalam berbagai cara yaitu partisipasi
terpaksa oleh hukum dan partisipasi terpaksa karena keadaan sosial
ekonomi.
b. Penggolongan partisipasi berdasarkan cara keterlibatan
Dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu partisipasi langsung dan
partisipasi tidak langsung. Partisipasi langsung terjadi apabila orang
itu menampilkan kegiatan tertentu di dalam proses partisipasi.
Sedangkan partisipasi tidak langsung terjadi bila seseorang
mendelegasikan hak partisipasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada keterlibatan di dalam
berbagai tahap dalam proses pembangunan terencana
Terdapat 6 (enam) langkah menurut penggolongan ini, yaitu
perumusan tujuan, penelitian, persiapan rencana, penerimaan rencana,
pelaksanaan, dan penilaian. Apabila seseorang baik secara langsung
maupun tidak langsung terlibat didalam seluruh 6 (enam) tahap dari
proses pembangunan terencana maka disebut sebagai partisipasi
lengkap. Sedangkan apabila seseorang baik secara langsung maupun
tidak langsung tidak terlibat dalam seluruh 6 (enam) tahap tersebut
maka disebut sebagai partisipasi sebagian.
d. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada tingkatan organisasi
Penggolongan ini dibagi menjadi partisipasi yang terorganisasi
dan partisipasi yang tidak terorganisasi. Partisipasi yang terorganisasi
terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja
dikembangkan atau sedang dalam proses penyiapan. Partisipasi yang
tidak terorganisasi terjadi apabila orang-orang berpartisipasi hanya
dalam tempo jarang yang umumnya karena keadaan darurat.
e. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada intensitas dan frekuensi
kegiatan
Partisipasi intensif terjadi apabila terdapat frekuensi aktivitas
partisipasi yang tinggi. Partisipasi ekstensif terjadi bila pertemuan-
pertemuan diselenggarakan secara tidak teratur dan kegiatan-kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
atau kejadian-kejadian yang membutuhkan partisipasi dalam interval
waktu yang panjang.
f. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada liputan kegiatan
Partisipasi tak terbatas yaitu apabila seluruh kekuatan yang
mempengaruhi komunitas tertentu dapat diawasi oleh dan dijadikan
sasaran kegiatan yang membutuhkan partisipasi anggota komunitas
tersebut. Partisipasi terbatas terjadi apabila hanya sebagian kegiatan
sosial, politik, administratif dan lingkungan fisik yang dapat
dipengaruhi melalui kegiatan partisipatif.
g. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada efektifitas
Partisipasi ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu partisipasi
efektif dan partisipasi tidak efektif. Partisipasi efektif yaitu kegiatan-
kegiatan partisipatif yang telah mewujudkan seluruh tujuan yang
mengusahakan partisipasi. Sedangkan partisipasi tidak efektif terjadi
apabila tidak satupun atau sejumlah kecil saja dari tujuan-tujuan
aktivitas partisipatif yang dicanangkan terwujud.
h. Penggolongan partisipasi berdasarkan pada siapa yang terlibat
Orang-orang yang dapat berpartisipasi dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) Anggota masyarakat setempat
2) Pegawai pemerintah
3) Orang-orang luar
4) Wakil-wakil masyarakat yang terpilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
i. Pengelompokkan berdasarkan pada gaya partisipasi
Terdapat 3 (tiga) model praktek organisasi masyarakat, dimana
setiap model memiliki perbedaan tujuan-tujuan yang dikejar dan
perbedaan dalam gaya partisipasi.
1) Pembangunan lokalitas, tujuan utama partisipasi adalah
melibatkan orang-orang di dalam pembangunan mereka sendiri
dan dengan cara ini menumbuhkan energi sosial yang dapat
mengarah pada kegiatan menolong diri sendiri.
2) Perencanaan sosial, tujuan utama dari melibatkan orang-orang
adalah untuk mencocokkan kebutuhan yang dirasakan dan
membuat program lebih efektif.
3) Aksi sosial (social action), tujuan utama dari tipe partisipasi ini
adalah memindahkan hubungan-hubungan kekuasaan dan
pencapaian terhadap sumber-sumber.
Wilcox (dalam Mardikanto, 2010: 99-100), membedakan level
partisipasi masyarakat menjadi lima jenis yaitu:
a. Pemberian informasi;
b. Konsultasi (Consultation), yaitu menawarkan pendapat, sebagai
pendengar yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak
terlibat dalam implementasi dan gagasan tersebut;
c. Pembuatan keputusan bersama (Deciding together), dalam arti
memberikan dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
serta mengembangkan peluang yang diperlukan guna
pengambilan keputusan;
d. Melakukan tindakan bersama (Acting together), dalam arti tidak
sekadar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat
dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya;
e. Memberikan dukungan (Supporting independent community)
dimana kelompok-kelompok lokal menawarkan pendanaan,
nasehat dan dukungan lain untuk mengembangkan agenda
kegiatan.
Pernyataan Wilcox (dalam Mardikanto, 2010) tersebut secara rinci
dapat dilihat dalam gambar 2.4 di bawah ini:
Gambar 2.1Jenjang Tingkat Partisipasi
(Sumber : Wilcox dalam Mardikanto, 2010: 99)
Supporting
Acting together
Deciding together
Consultation
Information
substansial
Participation
Deg
ree
of
cont
rol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Arstein (dalam Dwiyanto, 2006:189) menjelaskan bahwa di dalam
partisipasi terdapat tiga tingkatan yaitu kontrol oleh warga Negara,
pendelegasian wewenang, kemitraan, konsesi, konsultasi, pemberian
informasi, terapi dan manipulasi. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
2.5 di bawah ini:
Gambar 2.2Delapan Tangga Partisipasi
(Sumber : Arstein dalam Dwiyanto, 2006: 189)
Mengenai bentuk partisipasi, Moynihan (dalam Dwiyanto,
2006:188) membagi partisipasi menjadi tiga jenis yaitu partisipasi palsu,
parsial, dan penuh. Hal tersebut sesuai dengan tabel 2.4 di bawah ini:
Tabel 2.2Tipologi Partisipasi Publik Berdasarkan Jenis Partisipasi dan Tingkat
Keterwakilan
JenisPartisipasi
Tingkat KeterwakilanSempit Luas
1 2 3
Palsu
Keputusan: kurang transparan, dibuatoleh pejabat public
Keputusan: dibuat oleh pejabatpublik
Partisipasi: simbolik, hanya segelintirorang yang terlibat
Partisipasi: simbolik, meskipunmelibatkan berbagai kelompok yang
ada dalam masyarakatBersambung…
1. Kontrol oleh warga Negara Masyarakat punyakewenangan penuh/partisipasi penuh
2. Pendelegasian wewenang3. kemitraan4. konsesi Partisipasi simbolik5. konsultasi6. pemberian informasi7. terapi Tidak ada partisipasi8. manipulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Lanjutan…1 2 3
Parsial
Keputusan: dibuat oleh sekelompokelit pemerintah dengan
mempertimbangkan masukan darikelompok kepentingan yang terbatas
Keputusan: dibuat oleh pejabatpemerintah dengan pengaruh yang
sangat sedikit dari partisipasimasyarakat
Partisipasi: hanya melibatkankelompok kepentingan yang
memiliki pengaruh, sedang-kansebagian besar masyara-kat tidak
mempunyai ke-sempatan sama sekali
Partisipasi: melibatkan berbagaikelompok kepentingan namun
peluang berpartisipasi disediakandalam sesi yang sangat terbatas
Penuh
Keputusan: dibuat oleh pejabatpemerintah dan kelompokkepentingan yang terpilih
Keputusan: dibuat oleh pejabatpemerintah dengan pengaruh yang
sangat kuat dari partisipasimasyarakat
Partisipasi: melibatkan kelompokkepentingan yang mempunyai
pengaruh, namun sebagian besarwarga Negara tetap kurang memiliki
kesempatan
Partisipasi: masyarakat luas terlibatdiskusi yang cukup intensif dengan
pemerintah
(Sumber: Moynihan dalam Dwiyanto, 2006:188)
Berbeda halnya dengan Moynihan (dalam Dwiyanto, 2006),
Mardikanto (2010: 102-103) membagi partisipasi ke dalam tujuh bentuk.
Ketujuh bentuk partisipasi tersebut adalah partisipasi pasif atau
manipulatif, partisipasi informatif, partisipasi konsultatif, partisipasi
intensif, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, serta partisipasi
mobilization (mandiri). Bentuk-bentuk partisipasi beserta karakteristiknya
adalah sebagai berikut:
Tabel. 2.3Tipologi Partisipasi
No Tipologi Karakteristik1 2 3
1.PartisipasiPasif atau
Manipulatif
Masyarakat diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tanpa memperhatikan
tanggapan masyarakat Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar
kelompok sasaranBersambung…
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Lanjutan…1 2 3
2.PartisipasiInformatif
Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi
proses penelitian Akurasi hasil penelitiann tidak dibahas bersama masyarakat
3.PartisipasiKonsultatif
Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi Orang luar mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya Tidak ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama Para professional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan Masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti
4.Partisipasi
Insentif
Masyarakat memberikan jasanya untuk memperoleh imbalan berupainsentif/upah
Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimenyang dilakukan
Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatansetelah insentif dihentikan
5.PartisipasiFungsional
Masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan
utama yang disepakati Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara
bertahap menunjukkan kemandiriannya
6.PartisipasiInteraktif
Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan danpembentukan atau penguatan kelembagaan
Cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari keragamanperspektif dalam proses belajar yang teratur dan sistemastis
Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan)keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhanproses kegiatan
7.Partisipasi
Mobilization(mandiri)
Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhioleh pihak luar) untuk mengubah system atau nilai-nilai yang merekamiliki
Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untukmendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang diperlukan
Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang adadan atau digunakan
(Sumber: Mardikanto, 2010: 102-103)
Slamet (1993: 23-28) mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga)
tahapan dalam partisipasi yaitu:
a. Partisipasi dalam perencanaan
Keterlibatan seseorang dalam perencanaan pembangunan
sekaligus membawa dalam proses pembentukan keputusan, mencakup
empat tingkatan. Tingkatan yang pertama adalah mendefinisikan
situasi yang menghendaki adanya keputusan. Kedua, memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
alternatif yang cocok untuk dipilih sesuai dengan kondisi dan situasi.
Ketiga, menentukan cara terbaik agar keputusan yang telah dibuat
dapat dilaksanakan. Dengan demikian dalam tahapan ketiga ini
merupakan jabaran rencana, operasionalisasi rencana, serta
mengevaluasi akibat apa saja yang timbul sebagai akibat dari pilihan
keputusan itu.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, pengukuran bertitik tolak pada sejauh
mana masyarakat secara nyata terlibat dalam aktifitas-aktifitas riil
yang merupakan perwujudan program-program yang telah digariskan
di dalam kegiatan-kegiatan fisik.
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
Pada tahap pemanfaatan adalah partisipasi masyarakat di dalam
fase penggunaan atau pemanfaatan hasil-hasil kegiatan pembangunan.
Tahapan partisipasi yang diungkapkan oleh Slamet (1993) tersebut
memiliki kesamaan dengan tahapan kegiatan partisipasi dari Mardikanto
(2010:95-97), yaitu:
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Yaitu menumbuhkan partisipasi masyarakat melalui forum
yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di
dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program
pembangunan di wilayah lokal (setempat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Yaitu pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga
kerja dan uang tunai yang sepadan dengan manfaat yang akan
diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.
c. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan
Yaitu partisipasi dilakukan agar tujuan kegiatan dapat dicapai
seperti yang diharapkan, dan juga diperlukan untuk memperoleh
umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul
dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan.
d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan
Tujuan dari partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan
adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak, dengan
memanfaatkan hasil maka akan merangsang kemauan dan
kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap
program pembangunan yang akan datang.
Sedangkan untuk mengukur tingkatan partisipasi, menurut Stuart
Chapin (dalam Y. Slamet: 1933: 82) ada tiga ukuran partisipasi yaitu:
kehadiran, keanggotaan di dalam kepengurusan, dukungan-dukungan
yang diberikan.
Menurut Slamet dalam Mardikanto (2010: 105-109), untuk
menumbuhkan partisipasi menjadi sebuah tindakan, diperlukan adanya 3
(tiga) prasyarat penting yang menyangkut kemauan, kemampuan dan
kesempatan untuk berpartisipasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a. Kesempatan
Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi dipengaruhi oleh:
1) Kemauan politik dari penguasa atau pemerintah untuk melibatkan
masyarakat dalam pembangunan
2) Kesempatan untuk memperoleh informasi
3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya
4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat
guna
5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan
menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang
harus dilaksanakan
6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu
menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta
memelihara partisipasi masyarakat.
b. Kemampuan
Bahwa dengan adanya kesempatan-kesempatan yang
disediakan atau ditumbuhkan untuk menggerakkan partisipasi
masyarakat, akan tidak banyak berarti jika masyarakatnya tidak
memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Kemampuan yang
dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dengan baik adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-
kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang
untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).
2) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang
dimiliki.
3) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi denagn
menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang
tersedia secara optimal.
c. Kemauan
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya
motif intrinsik (berasal dari dalam diri sendiri) maupun ekstrinsik
(muncul karena adanya rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak
luar). Agar kemauan berpartisipasi dapat tumbuh dan berkembang,
maka diperlukan adanya:
1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat
pembangunan.
2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada
umumnya.
3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat
puas diri.
4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan
tercapainya tujuan pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk
memperbaiki mutu hidupnya.
Suatu kegiatan pembangunan tidak dapat berjalan sesuai dengan
apa yang diharapkan tanpa adanya keterlibatan dan dukungan dari
masyarakat. Keberhasilan dari usaha-usaha pembangunan yang
menyangkut kepentingan masyarakat tersebut, tergantung pada kesediaan
masyarakat untuk secara bersama-sama terlibat dalam seluruh proses
pembangunan. Pembangunan tersebut tidak jarang menemui hambatan,
kurang bermanfaat, bahkan mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan
oleh adanya kekurangtahuan masyarakat akan manfaat yang dihasilkan
dari setiap kegiatan pembangunan yang ada. Adanya kekurangtahuan
tersebut menyebabkan sebagian dari masyarakat menjadi acuh tak acuh
pada setiap kegiatan pembangunan sehingga mereka pun tidak mau ikut
berpartisipasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk
menggugah dan membangkitkan masyarakat untuk merasa ikut memiliki,
melestarikan dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan terlebih lagi
ikut berpartisipasi dalam proses pelaksanaannya.
Dalam penelitian ini partisipasi yang akan dibahas adalah
partisipasi dalam bidang pembangunan, lebih tepatnya adalah partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan program usaha peningkatan pendapatan keluarga
sejahtera. Partisipasi masyarakat dilihat melalui berbagai tahapan yaitu
partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan
kegiatan, partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi serta partisipasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dalam pemanfaatan hasil. Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk
partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera, peneliti menggunakan pendapat dari Dusseldrop
(dalam Slamet, 1993: 10-21) yang menggolongkan partisipasi
berdasarkan cara keterlibatannya. Penggolongan partisipasi berdasarkan
cara keterlibatannya tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung.
2. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS)
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) adalah wadah pemberdayaan keluarga dibidang usaha dan
tenaga terampil yang anggotanya terdiri dari Keluarga Pra Sejahtera,
Keluarga Sejahtera I, dan Keluarga Sejahtera II ke atas, yang diutamakan
ibu-ibu/wanita yang berstatus pasangan usia subur (PUS) dalam
mendukung pelembagaan dan pembudayaan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (BKKBN, 2008: 9).
Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) adalah sekumpulan keluarga yang saling berinteraksi terdiri
dari berbagai tahapan keluarga mulai dari Keluarga Pra Sejahtera sampai
dengan Keluarga Sejahtera III Plus serta melakukan berbagai kegiatan
usaha ekonomi produktif (BKKBN, 2007: 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan UPPKS adalah
sebagai berikut :
a. Meminimalkan upaya-upaya memberikan bantuan gratis (charity),
dan lebih menekankan pada prinsip-prinsip pemberdayaan melalui
pendidikan dan pembelajaran berwirausaha dengan mengusahakan
perguliran modal yang cepat, mudah, aman dan tidak berbelit-belit
dengan melibatkan sistem lembaga keuangan mikro.
b. Menegakkan dan meningkatkan martabat keluarga miskin, dengan
mempermudah akses terhadap sumber modal, manajemen, teknologi,
informasi usaha. Hal tersebut akan memberikan stimuli dan motivasi
keluarga untuk berwira usaha seperti melatih mengenali
kebutuhanmodal dan belajar disiplin untuk mengembalikan pinjaman
dengan tepat waktu.
c. Pendekatan melalui kelompok, kelompok merupakan shelter
pelindung bagi anggotanya dalam rangka mengatasi hal-hal yang
bersifat resiko. Selain itu kelompok merupakan wadah pembelajaran
guna pengembangan dan pencapaian diri (aktualisasi diri) dalam
meningkatkan kapasitas usaha dan merupakan penyaluran modal
usaha mikro dari berbagai sumber (BKKBN, 2007:6).
UPPKS bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian
keluarga serta masyarakat melalui pemberdayaan keluarga di bidang
ekonomi dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(BKKBN, 2008: 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam menyelenggarakan usaha ekonomi produktif, kelompok
kegiatan UPPKS harus berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Adanya kepengurusan
b. Terlaksananya pertemuan rutin
c. Melakukan usaha ekonomi produktif
d. Mempunyai administrasi keuangan/pencatatan
e. Anggota ibu-ibu/wanita
f. Berkelompok
g. Tanggungjawab renteng
h. Proses belajar usaha/tenaga terampil (BKKBN, 2008:4)
Proses UPPKS terdiri dari tahapan persiapan dan pelaksanaan.
Dalam tahap persiapan, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Pendataan keluarga, dilakukan oleh PLKB dan institusi masyarakat
seperti PPKBD, Sub PPKBD dan PKK. Data keluarga tersebut
menghasilkan potret keluarga menurut tahapan kesejahteraan
keluarga.
b. Pertemuan/sarasehan, hal yang penting dalam tahap sarasehan adalah
masyarakat dapat merumuskan dan menetapkan sasaran keluarga
miskin oleh mereka sendiri.
Sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari :
a. Penumbuhan dan pengembangan kelompok
Seluruh rangkaian kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga
dilaksanakan melalui kelompok UPPKS. Penumbuhan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pengembangan kelompok dilakukan PKB/PLKB berdasarkan hasil
pendataan keluarga di daerah masing-masing serta pedoman maupun
petunjuk berbagai kebijakan tingkat pusat dan provinsi.
b. Pembinaan pengelolaan usaha
Pembinaan pengelolaan usaha merupakan rangkaian proses
mulai dari SDM, kemitraan, jaringan usaha, produksi, permodalan
dan pemasaran yang satu sama lain terkait dalam proses tersebut.
Pembinaan secara khusus dilakukan oleh tingkat pusat dan provinsi,
yang kemudian dijabarkan oleh BKKBN kabupaten/kota. Rangkaian
kegiatan pembinaan dan pengembangan usaha Kelompok UPPKS,
terdiri dari:
1) Peningkatan sumber daya manusia
Tujuannya adalah mendorong anggota kelompok dapat
mengetahui informasi usaha dan mampu mengakses berbagai
sumber daya ekonomi serta permodalan, manajemen usaha,
teknologi dan pemasaran.
2) Pengembangan kemitraan
Bimbingan anggota kelompok UPPKS dalam pengembangan
kerjasama yang saling menguntungkan, membutuhkan, dan
ketergantungan para pihak terkait. Pengembangan kemitraan dapat
mencakup aspek sumber daya manusia, produksi, permodalan,
manajemen usaha, penerapan teknologi tepat guna dan pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3) Pengembangan jejaring usaha
Meningkatkan posisi tawar dan akses anggota kelompok UPPKS
dengan berbagai pihak (institusi dan perorangan) yang dapat
mendukung pengembangan usaha dari tingkat lokal ke regional,
nasional hingga internasional.
4) Pembinaan produksi
Memfasilitasi anggota kelompok UPPKS dalam proses
peningkatan teknis produksi agar dapat menghasilkan produk
sesuai standar dan sesuai permintaan pasar.
5) Pembinaan permodalan dan lembaga keuangan mikro
Memfasilitasi anggota kelompok UPPKS dalam memperoleh,
memanfaatkan, mengelola dan mengembangkan modal melalui
sistem keuangan mikro daerah.
6) Pembinaan pemasaran
Memfasilitasi anggota kelompok UPPKS agar mampu
memperluas pangsa dan jangkauan pemasaran dan memenuhi
permintaan konsumen.
c. Pengembangan dan pembinaan tenaga terampil
Keluarga yang tidak memiliki minat dan kemampuan menjadi
pengusaha mikro akan diarahkan menjadi tenaga terampil melalui
pelatihan keterampilan sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang
dimiliki. Upaya yang dilaksanakan dalam pengembangan dan
pembinaan tenaga terampil meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1) Peningkatan jaringan kemitraan, bertujuan untuk memperluas
akses keluarga kepada lembaga peningkatan keterampilan sesuai
dengan tuntutan dan peluang pasar kerja. Selain itu, kemitraan
juga bertujuan untuk menggalang kerjasama dengan institusi
terkait dalam pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga yang sudah
terampil.
2) Penyediaan modal pelatihan keterampilan, bertujuan untuk
membantu keluarga dalam memperoleh skim kredit yang sesuai
untuk membiyai proses pelatihan keterampilan yang dibutuhkan.
d. Pengembangan kelompok-kelompok sosial dengan muatan ekonomi
Upaya ini dimaksudkan untuk mengisi kelompok-kelompok
kegiatan sosial yang ada dengan sentuhan dan muatan usaha ekonomi.
e. Pemetaan Kelompok UPPKS
Kelompok UPPKS dibagi atas beberapa kualifikasi yang terdiri
dari:
1) Kelompok UPPKS Dasar, yaitu kelompok UPPKS dengan
kriteria: pengurus kelompok belum lengkap,pembukuan
sederhana, pertemuan kelompok bulanan belum intensif, usaha
sebatas simpan pinjam, dan belum memperoleh pinjaman kredit
komersial.
2) Kelompok UPPKS Berkembang, yaitu Kelompok UPPKS dengan
kriteria: pengurus kelompok lengkap (ketua, sekretaris,
bendahara), pembukuan lengkap, pertemuan intensif, melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berbagai jenis usaha, modal dari anggota dan dari sumber
komersial.
3) Kelompok UPPKS Mandiri, yaitu Kelompok UPPKS dengan
kriteria: pengurus kelompok lengkap, pembukuan lengkap,
pertemuan mingguan, melakukan berbagai jenis usaha
menggunakan Alat Teknologi Tepat Guna (ATTG), serta modal
pinjaman komersial (BKKBN, 2007:12-18).
3. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat melalui
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Suharto (2009:71) menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial tidak
merujuk pada suatu kondisi yang tetap. Suharto lebih lanjut menjelaskan
bahwa kondisi sejahtera dari seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat disesuaikan dengan sudut pandang yang dipakai. Jadi,
misalnya orang kaya yang kebutuhan materiilnya terpenuhi itulah yang
disebut orang yang sejahtera. Akan tetapi orang miskin yang segala
kebutuhannya tidak terpenuhi seringkali dianggap lebih bahagia atau
sejahtera karena tidak memiliki masalah yang pelik seperti yang dialami
oleh orang kaya.
Rukminto Adi (2008:44) memberikan penjelasan mengenai
kesejahteraan sosial bahwa:
“Kesejahteran sosial dalam artian yang sangat luas mencakupberbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kehidupan yang lebih baik. taraf kehidupan yang lebih baik initidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikutmemperhatikan aspek sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual.”
Kesejahteraan sosial sebagai suatu tindakan atau kehidupan
masyarakat dapat dilihat dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1:
“Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhanmaterial, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layakdan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakanfungsi sosialnya.”
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebutkan bahwa:
“Sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera apabila keluargatersebut dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampumemenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yangserasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluargadengan masyarakat dan lingkungan.”
James Midgley (dalam Suharto, 2009) mendefinisikan
kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi 3 (tiga)
syarat utama yaitu:
a. Setiap orang belum tentu memiliki kemampuan management yangbaik terhadap masalah sosial yang dihadapi. Kaya atau miskin pastiakan menghadapi masalah tetapi memiliki kemampuan yang berbedadalam menghadapi masalah tersebut. Kesejahteraannya tergantungkepada kemampuannya dalam menghadapi dan menyelesaikan setiapmasalah.
b. Setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secarakeseluruhan memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhantersebut tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga menyangkutkeamanan, kesehatan, pendidikan, keharmonisan dalam pergaulan dankebutuhan non ekonominya.
c. Untuk merealisasikan setiap potensi yang ada dari anggotamasyarakat perlu ada langkah memaksimalkan peluang-peluangsosial.Pemerintah dapat memperbesar peluang tersebut dengan menciptakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sistem sosial yang mendukung bagi warganya untuk memperoleh apayang yang diinginkan.
Jadi menurut pendapat dari James Midgley (dalam Suharto, 2009)
di atas syarat utama dari kesejahteraan sosial adalah ketika masalah sosial
dapat dimenej, ketika kebutuhan terpenuhi, dan ketika peluang-peluang
terbuka secara maksimal. Ketika ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi
maka individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat dikatakan
sejahtera.
BKKBN menggolongkan kesejahteraan keluarga ke dalam 5 (lima)
golongan yaitu keluarga pra-sejahtera, keluarga sejahtera tahap I,
keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan keluarga
sejahtera tahap III Plus. Dalam Buku Pengelolaan Bantuan Modal
UPPKS, yang dimaksud dengan keluarga pra-sejahtera, keluarga sejahtera
tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, dan
keluarga sejahtera tahap III Plus adalah sebagai berikut:
a. Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal seperti kebutuhan
akan ibadah, pangan, sandang, papan dan kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera I merupakan keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan psikologisnya, seperti kebutuhan akan
pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan
tempat tinggal dan transportasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Keluarga sejahtera II merupakan keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan psikologinya, seperti
dalam satu tahun anggota keluarga menerima satu stel pakaian baru
dan kebutuhan akan pendidikan.
d. Keluarga sejahtera III merupakan keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis serta kebutuhan
pengembangan (Developmental Needs). Kebutuhan pengembangan
tersebut meliputi tabungan dalam bentuk uang maupun barang,
adanya interaksi keluarga, keikutsertaan dalam kegiatan masyarakat,
serta keluarga mendapatkan berita dari surat kabar/radio/TV/majalah.
e. Keluarga sejahtera III Plus merupakan keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan psikologis, kebutuhan
pengembangan (Developmental Needs) serta kebutuhan aktualisasi
diri (self esteem). Kebutuhan aktualisasi diri seperti aktif sebagai
pengurus dalam organisasi kemasyarakatan dan memberikan
sumbangan materiil secara teratur.
Jadi berdasarkan penggolongan keluarga sejahtera dari BKKBN
tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan tidak hanya diukur dari
kondisi materiil yang dimiliki oleh sebuah keluarga, melainkan dilihat
dari tepenuhinya kebutuhan dasar, terpenuhinya kebutuhan psikologis,
terpenuhinya kebutuhan pengembangan (Developmental Needs), serta
kebutuhan aktualisasi diri (self esteem).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dalam Buku Pedoman tentang Usaha, Permodalan dan
Pemasaran UPPKS dijelaskan bahwa:
“Pemberdayaan keluarga pada dasarnya merupakan suatu prosesatau kegiatan agar keluarga mampu melakukan kegiatan ekonomi(bekerja/berusaha) yang merupakan salah satu unsur darikesejahteraan keluarga.”Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan peran keluarga agar dapat melaksanakan
fungsi ekonomi secara optimal. Upaya pemberdayaan keluarga pada
hakekatnya merupakan upaya mendorong dan memacu keluarga-keluarga
untuk meningkatkan ketahanan keluarga menjadi keluarga yang
berpotensi, mandiri dan produktif sebagai dasar mewujudkan keluarga
berkualitas. Pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui penumbuhan
minat serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha sebagai
suatu proses belajar dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga
melalui wadah kelompok usaha ekonomi produktif yaitu Kelompok
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (BKKBN, 2007: 10).
Usaha ekonomi Produktif adalah kegiatan usaha dalam
memproduksi barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan dalam
meningkatkan pendapatan keluarga. Kegiatan ekonomi produktif tersebut
mencakup bidang pertanian, industri rumah tangga, perdagangan dan jasa.
Kegiatan kelompok keluarga ekonomi produktif UPPKS dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan usaha produktif
keluarga (BKKBN, 2008:9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dalam Buku Pedoman tentang Usaha, Permodalan dan
Pemasaran UPPKS dijelaskan bahwa UPPKS dalam peningkatan
kesejahteraan melalui upaya pemberdayaan keluarga adalah suatu hal
yang tidak dapat ditawar lagi. Hal tersebut dikarenakan bahwa
pemberdayaan merupakan jalan terobosan yang akan mempercepat
transformasi kegiatan sosial non ekonomi menjadi suatu usaha ekonomi.
Pada prinsipnya pemberdayaan ekonomi keluarga merupakan upaya
untuk mendinamisasikan faktor-faktor penting yang ada pada keluarga
untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan keluarga.
Penumbuhan dan peningkatan kemampuan keluarga tersebut dimulai dari
aspek mengenali masalah, kebutuhan, aspirasi dan menghargai potensi
yang dimiliki serta mempercayai tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu UPPKS dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi keluarga membutuhkan
adanya keterlibatan masyarakat untuk melaksanakan seluruh kegiatan
UPPKS. Hal tersebut dikarenakan bahwa pemberdayaan ekonomi
keluarga merupakan salah satu unsur kesejahteraan keluarga sehingga
keterlibatan masyarakat dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan
dimana kesejahteraan masyarakat yang tadinya rendah menjadi
meningkat karena adanya program UPPKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Kerangka Pemikiran
Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu hal yang
sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia karena masih banyak penduduk
Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan sehingga tingkat
kesejahteraannya pun rendah. Sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan, pemerintah membuat kebijakan mengenai
pembangunan keluarga yang tertuang dalam UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan sasaran dari
peningkatan kesejahteraan yaitu melalui Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
yang dilaksanakan melalui wadah Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS). Kemudian UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
disempurnakan menjadi UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Seluruh kegiatan pembangunan membutuhkan keterlibatan masyarakat
di dalamnya, karena sasaran dari pembangunan adalah masyarakat maka
dibutuhkan keikutsertaan/keterlibatan masyarakat didalam setiap proses
pembangunan. Program usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera
(UPPKS) juga membutuhkan adanya keterlibatan masyarakat di dalam setiap
kegiatannya agar kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat. Partisipasi
masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu partisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil.
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.3Kerangka pemikiran
Tingkat KesejahteraanMasyarakat Rendah
PartisipasiMasyarakat: Perencanaan Pelaksanaan Pemantauan
dan evaluasi Pemanfaatan
hasil
Program Usaha PeningkatanPendapatan Keluarga
Sejahtera
FaktorPendorong/Penghambat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk
memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Peneliti
mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan pada indikator-indikator yang
dijadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti (Slamet,2006:7).
Dalam penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Semua data-data yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah diteliti
(Moleong,2006:11).
Satori dan Komariah, 2009:28 mengungkapkan bahwa
“Penelitian kualitatif bersifat deskriptif merupakan deskripsi suatuobjek, fenomena, atau setting social dalam suatu tulisan yang bersifatnaratif. Dalam menuangkan tulisan, laporan penelitian kualitatif berisikutipan-kutipan dari data/fakta yang diungkapkan di lapangan untukmemberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukunganterhadap apa yang disajikan”.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk memaparkan,
menafsirkan, menggambarkan dan menganalisis partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan ekonomi keluarga pada kelompok usaha peningkatan
pendapatan keluarga sejahtera di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada 3 (tiga) Kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang terletak di 3
(tiga) desa yang terletak di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Ketiga
Kelompok UPPKS tersebut meliputi Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma di
Desa Sendang, Kelompok UPPKS Dahlia di Desa Gogodalem, dan
Kelompok UPPKS Nurul Hikmah Desa Sambirejo. Penulis memilih lokasi
penelitian tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Ketiga tempat tersebut telah lama berdiri dan masih bertahan sampai saat
ini sehingga dinilai cukup memadai sebagai sumber data, informasi dan
segala penjelasan yang dibutuhkan terkait penelitian ini.
2. Kelompok Wijaya Kusuma yang terletak di Desa Sendang merupakan
Kelompok UPPKS Mandiri yang diunggulkan di Kabupaten Semarang
sehingga dijadikan contoh bagi kelompok lainnya untuk mengembangkan
diri.
3. Adanya izin dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian di
daerah-daerah tersebut.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2006:157), “sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan sepeti dokumen dan lain-lain”. Menurut
Lofland dan Lofland dalam Moleong (2006:157), sumber data dibagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kedalam kata-kata dan tindakan (sumber data utama) dan sumber data tertulis
(sumber data sekunder).
1. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman atau pengambilan foto.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar, dan bertanya.
2. Sumber tertulis
Sumber tertulis merupakan data sekunder dalam penelitian. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung di lapangan.
Sumber data sekunder ini berupa dokumen-dokumen yang dapat
berbentuk teks, tabel statistik, buku peraturan, dan lain-lain. Peneliti
menyalin atau mencatat data yang tersedia. Adapun yang menjadi sumber
data sekunder ini meliputi dokumen-dokumen, arsip, buku, laporan dan
lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber tertulis
yaitu buku dan literatur tentang pemberdayaan ekonomi keluarga.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui 3 (tiga) cara yaitu :
1. Wawancara (Interview)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh 2 (dua) pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2006:186).
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara tidak terstruktur
atau disebut wawancara mendalam. Slamet (2006:101) menyatakan
bahwa “ wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti
tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat dan formal
sehingga diperoleh informasi yang jelas, wawancara dilakukan dengan
pihak-pihak terkait dan tahu tentang informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada informan”.
2. Observasi/pengamatan
Menurut Satori dan Komariah, 2009:105, Observasi adalah
pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi
secara langsung yaitu peneliti melalukan pengamatan langsung terhadap
objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan
maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian tentang partisipasi
masyarakat dalam pemberdayaan ekonomi keluarga pada kelompok usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera di Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Moleong (2006:216-217) mendefinisikan
dokumen sebagai bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti. Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), biografi, peraturan dan kebijakan. Sehingga dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa dokumen adalah catatan kejadian yang
sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya
bentuk (Satori dan Komariah, 2009:147-148).
Dalam penelitian ini, teknis dokumentasi yang dilakukan adalah
dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip,
buku-buku, laporan-laporan, serta dokumen yang berhubungan dengan
masalah dan tujuan penelitian.
E. Metode Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Satori dan Komariah (2009:47-48) menyatakan bahwa:
”Purposive sampling yaitu menentukan subjek/objek sesuai dengantujuan. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel denganmenggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topikpenelitian, peneliti memilih subjek/objek sebagai unit analisis. Penelitimemilih unit analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya danmenganggap bahwa unit analisis tersebut representatif”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Informan yang dianggap tepat adalah orang-orang yang mengetahui
permasalahan dan informasi secara mendalam mengenai partisipasi
masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera
di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang adalah:
a. Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Semarang
b. Kepala UPT Badan KB dan PP Kecamatan Bringin
c. Ketua Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma Desa Sendang
d. Ketua Kelompok UPPKS Dahlia Desa Gogodalem
e. Ketua Kelompok UPPKS Nurul Hikmah Desa Sambirejo
F. Validitas Data
Validitas data menunjukkan sejauh mana kualitas data dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, untuk mendapatkan validitas data
dalam penelitian ini tehnik yang digunakan adalah trianggulasi. Trianggulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2006:330).
Terdapat 3 (tiga) jenis trianggulasi yaitu trianggulasi
data/sumber/informan, trianggulasi teknik pengumpulan data, dan
trianggulasi waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi
sumber/data dalam memeriksa keabsahan data. Triangulasi sumber
merupakan cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dari sumber beragam yang masih terkait satu sama lain (Satori dan Komariah,
2009:170). Menurut Patton dalam Moleong (2006:330-331), trianggulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Peneliti memanfaatkan jenis sumber data
yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa
memperoleh informasi dari narasumber (manusia) yang berbeda-beda
posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga informasi dari
narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber
yang lain. Cara trianggulasi sumber yang lain dapat dilakukan dengan
menggali informasi dari sumber yang berupa dokumen dan arsip yang
memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Dengan
demikian, data bisa teruji kemantapan dan kebenarannya.
G. Teknik Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif. Menurut Miles dan Huberman (2007:17-20), analisis model
interaktif yaitu data yang terkumpul akan dianalisa melalui tiga tahapan
yaitu:
1. Reduksi dataReduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatianpada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yangmuncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukansecara terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatifberlangsung. Dengan reduksi data inilah, data kualitatif dapat dapatdisederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara yaitu melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
2. Penyajian dataPenyajian data-data yang diolah dalam bentuk tabel, matriks, grafik,jaringan, bagan dan teks naratif didesain secara sistematis sehinggamemudahkan pembaca untuk memahaminya. Penyajian data-data yangmemberikan informasi ini dapat digunakan untuk menganalisa tentangsesuatu yang terjadi dan menarik kesimpulan guna meneruskan langkahdalam melakukan analisis.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasiPenarikan kesimpulan dilakukan setelah semua data berhasildikumpulkan. Setelah menganalisis data-data tersebut kemudian dicaripola-pola, tema, ketentuan, penjelasan dan kesamaan-kesamaan yangmuncul.
Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi
sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesuadah
pengumpulan data dalam waktu yang sejajar, untuk membangun wawasan
umum yang disebut “analisis”. Tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan
pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. Untuk lebih
jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat dilihat pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1.Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
(Sumber: Miles dan Huberman, 2007:20)
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Kesimpulan-kesimpulan:penarikan/verifikasi
Reduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kelompok UPPKS di Kecamatan Bringin.
Kelompok UPPKS difokuskan pada Kelompok UPPKS Nurul Hikmah,
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma dan Kelompok UPPKS Dahlia. Gambaran
dari ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelompok UPPKS Nurul Hikmah
Kelompok UPPKS Nurul Hikmah terletak di Desa Sambirejo,
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Kelompok ini mulai terbentuk
pada tahun 2009 dengan jenis usaha yaitu usaha eceran. Kelompok ini
merupakan kumpulan berbagai macam orang yang memiliki usaha yang
berbeda-beda, seperti keripik singkong, keripik pisang, keripik tempe dan
lain-lain. Kelompok UPPKS Nurul Hikmah terbentuk karena kurangnya
modal yang dimiliki oleh anggota untuk mengembangkan usaha yang
mereka miliki. Melalui Kelompok UPPKS, mereka bersama-sama untuk
mendapatkan modal kemudian dikelola secara bersama-sama di dalam satu
kelompok. Susunan kepengurusan Kelompok Nurul Hikmah adalah
sebagai berikut:
a. Ketua : Isti Fadah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Sekretaris : Arisa Dewi
c. Bendahara : Dewi Asmanah
d. Seksi Pemasaran : Dewi Misrawati
e. Anggota :
1) Siti Alfiah
2) Siti Mas’udahSumarah
3) Sarinah
4) Yulianti
5) Khasanah
6) Hariyati
7) Srianti
8) Siti Badriyah
2. Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma berdiri pada tanggal 26 April
2009. Pada awalnya nama kelompok ini adalah Kelompok Usaha Rakyat,
kemudian kelompok melakukan koordinasi bersama dinas terkait yaitu
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Semarang untuk membentuk Kelompok UPPKS. Kelompok ini terbentuk
karena selama 2 tahun berturut-turut Desa Sendang, Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang mengalami gagal panen kemudian dicari solusi lain
tetapi tetap di bidang pertanian. Di Desa Sendang banyak terdapat lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tidur yang kurang produktif kemudian digunakanlah lahan tersebut untuk
mengembangkan budidaya jamur tiram.
Kelompok ini tidak hanya menjual jamur segar tapi juga
mengolahnya menjadi keripik jamur tiram dengan berbagai varian rasa dan
telah dipasarkan sampai ke luar kota. Selain jamur tiram, kelompok ini
juga memiliki produk inovasi yang berasal dari bahan yang mudah
didapatkan dan bernilai ekonomis tinggi yaitu keripik bonggol pisang.
Jadi Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma memiliki produk unggulan
untuk makanan olahan jamur tiram, kemudian juga telah mengembangkan
produk inovasi yaitu keripik bonggol pisang. Secara keseluruhan
kelompok ini menyediakan bibit jamur tiram, beglog/media tanam jamur
tiram, pelatihan budidayanya, pengolahan jamur segar menjadi makanan
olahan, serta kelompok ini telah memiliki cafe house yang menghidangkan
menu-menu dari jamur tiram seperti sate jamur, pepes jamur, garang asem
jamur dan lain-lain.
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma merupakan salah satu Kelompok
UPPKS Mandiri di Kabupaten Semarang. Adanya semangat kebersamaan
dan semangat kewirausahaan membuat kelompok ini menjadi teladan di
Kabupaten Semarang dan pada Tahun 2011 berhasil menjadi juara ketiga
pada perlombaan Kelompok UPPKS di Propinsi Jawa Tengah.
Susunan kepengurusan Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a. Ketua : Niniek Sri Lestari, ST
b. Sekretaris : Hamsiyah
c. Bendahara : Sukarsi
d. Seksi Organisasi : Sumiyati
e. Seksi Penelitian dan pengembangan : Turmiyati
f. Seksi Pemasaran : Siti Kasanah
g. Seksi Usaha : Poniyem
h. Seksi Hubungan masyarakat : Waliyah
i. Seksi Umum : Maryam
j. Anggota :
1) Emi
2) Suliyem
3) Sulasi
4) Yulianto
5) Idam
3. Kelompok UPPKS Dahlia
Kelompok UPPKS Dahlia terbentuk pada tahun 2010 dengan
anggota sejumlah 10 orang. Terbentuknya kelompok ini didasari oleh
adanya ibu-ibu yang tidak bekerja di Desa Gogodalem yang ingin
meningkatan kesejahteraan mereka. Kemudian Ibu Suwarni berinisiatif
untuk mengajak ibu-ibu tersebut untuk membentuk Kelompok UPPKS.
Jenis usaha yang dipilih adalah usaha perdagangan/industri dengan produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
unggulan yaitu bantal, kasur dan guling. Usaha tersebut dipilih karena
bahan baku pembuatannya tersedia di tempat mereka. Susunan
kepengurusan kelompok UPPKS Dahlia adalah sebagai berikut:
a. Ketua : Suwarni
b. Sekretaris : Sri Haryanti
c. Bendahara : Sholikhah
d. Anggota :
1) Juwariah
2) Kotim
3) Sriyantini
4) Sripah
5) Robiah
6) Saodah
7) Nur Hidayah
Sejak tahun 1976 melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) telah melakukan kegiatan yang khusus ditujukan untuk
keluarga akseptor KB agar mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih
baik. Pada awalnya program ini disebut community incetive project (CIP).
Kemudian pada tahun 1979, program tersebut mengalami perkembangan yaitu
dilaksanakan melalui pendekatan kelompok yang dikenal dengan nama
income generating atau kegiatan Peningkatan Pendapatan Keluarga (P2K).
P2K kemudian diganti dengan nama Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Akseptor (UPPKA). Program tersebut merupakan integrasi dari program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
keluarga berencana yang dioperasionalkan melalui kelompok KB dalam
rangka pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS). Pada awal tahun 1990, UPPKA diubah menjadi Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Diubahnya UPPKA
menjadi UPPKS, membuat cakupan sasaran yang tadinya hanya terbatas pada
akseptor KB, kini melibatkan Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber-
KB, Keluarga Pra Sejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera I (KS I), dan keluarga
sejahtera lain yang berminat untuk ikut bergabung dalam kelompok UPPKS.
UPPKS merupakan wadah pemberdayaan keluarga di bidang usaha dan tenaga
terampil yang anggotanya terdiri dari keluarga pra sejahtera, keluarga
sejahtera I dan keluarga sejahtera II ke atas, diutamakan ibu-ibu/wanita yang
berstatus pasangan usia subur (PUS) dalam mendukung pelembagaan dan
pembudayaan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
UPPKS diharapkan mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang
kemudian akan memperbaiki kesejahteraan, baik dari keluarga peserta KB
yang bersangkutan maupun dari seluruh anggota kelompoknya. Dengan
peningkatan kesejahteraan tersebut, diharapkan kesertaan dan kesinambungan
ber-KB secara tidak langsung dapat ditingkatkan.
Dalam Buku Pengelolaan Bantuan Modal UPPKS disebutkan bahwa
tujuan dari UPPKS adalah untuk meningkatkan kegiatan usaha ekonomi
produktif dan keterampilan terutama untuk keluarga akseptor KB yang
tergabung dalam kegiatan Kelompok UPPKS. Selain itu, tujuan lain dari
UPPKS adalah tercapainya peningkatan jumlah modal usaha dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pengembangan usaha kegiatan kelompok UPPKS, peningkatan jumlah
kelompok UPPKS yang memperoleh modal usaha, peningkatan jumlah
anggota kelompok UPPKS yang berusaha, peningkatan kualitas usaha
kegiatan kelompok UPPKS, peningkatan kesejahteraan keluarga khususnya
keluarga Pra Sejahtera, serta peningkatan kesejahteraan ber-KB baik kuantitas
maupun kualitas melalui forum pembinaan kelompok UPPKS
Dalam Buku Pengelolaan Bantuan Modal UPPKS juga disebutkan
bahwa penyelenggaraan usaha ekonomi produktif dalam kelompok kegiatan
UPPKS harus mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Adanya kepengurusan
b. Terlaksananya pertemuan rutin
c. Melakukan usaha ekonomi produktif
d. Mempunyai administrasi keuangan/pencatatan
e. Anggota mayoritas ibu-ibu/wanita
f. Berkelompok
g. Tanggungjawab renteng
h. Proses belajar usaha /tenaga terampil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Partisipasi Masyarakat dalam Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
Dalam bab ini akan dibahas mengenai partisipasi masyarakat dalam
pogram usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS). Program
UPPKS bertujuan untuk memberdayakan keluarga-keluarga agar dapat
meningkatkan ketahanan keluarga menjadi keluarga yang berpotensi, mandiri
dan produktif sebagai dasar mewujudkan keluarga berkualitas. Pemberdayaan
keluarga yang dilaksanakan melalui program usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera, pemberdayaan ditekankan pada pembangunan ekonomi
yang dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Tujuan dari
pemberdayaan ekonomi keluarga adalah untuk memberdayakan keluarga
dengan usaha ekonomi produktif sebagai upaya peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga melalui Kelompok UPPKS. Hal tersebut sesuai dengan
penuturan Bapak Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan
Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten Semarang di bawah ini:
“Jadi kan pemberdayaan ekonomi keluarga itu kan pemberdayaan padamasyarakat, jadi untuk konsep pemberdayaan masyarakat khususnya diKB dan PP itu bukan untuk umum saja, itu kita meningkatkankelembagaan yang ada di masyarakat guna meningkatkan kesejahteraankeluarga yang ada melalui kelompok UPPKS.” (Wawancara 28 Juni2012)
Senada dengan pendapat tersebut, pendapat yang sama juga diungkapkan
oleh Ibu Isti Fadah selaku Ketua Kelompok UPPKS Nurul Hikmah di bawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
“… Untuk mensejahterakan kehidupan, yang tadinya nggak punyamodal jadi punya modal, untungnya itu untuk kesejahteraan.”(Wawancara 11 Juli 2012)
Salah satu upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi keluarga
adalah dengan membangun usaha. Sehingga agar lebih mempermudah
jalannya usaha skala mikro ini, harus dibentuk suatu kelompok. Kelompok
perlu dibentuk karena kelompok merupakan sarana untuk mempermudah
pelaksanaan kegiatan usaha ekonomi produktif, selain itu juga dengan
terkumpulnya orang-orang di dalam sebuah kelompok maka dapat
mempermudah berbagai pihak untuk melakukan pembinaan terhadap usaha
ataupun pengembangan tenaga kerja terampil dan inovatif sehingga usaha
yang dikembangkan menjadi berdaya saing.
Badan KB dan PP Kabupaten Semarang melalui Petugas Pelaksana
Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) yang tersebar di 19 Kecamatan selalu
berusaha untuk mengajak masyarakat di daerah binaannya masing-masing,
baik yang telah memiliki usaha maupun belum memiliki usaha dan
berkeinginan untuk memiliki usaha agar dapat ikut bergabung dalam
Kelompok UPPKS. Hal tersebut sesuai dengan wawancara Bapak Erius
Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan KB dan PP
Kabupaten Semarang di bawah ini:
“… kita mengusahakan semua yang ada di masyarakat itu masuk dalamsuatu kelompok. Jadi seandainya, di tempat panjenengan adasekelompok usaha masyarakat, lha di situ membentuk satu kelompok lhaitu bisa dinamakan kelompok usaha peningkatan pendapatan keluargasejahtera.” (Wawancara 28 Juni 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sehubungan dengan tujuan dari UPPKS adalah untuk meningkatkan
pendapatan keluarga dan meningkatkan kesejahteraan keluarga maka
mayoritas anggotanya adalah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I.
hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ali Mas’at, S.sos
selaku Kepala UPT Badan KB dan PP Kecamatan Bringin di bawah ini:
“…Untuk meningkatkan pendapatan keluarga pra sejahtera menjadikeluarga sejahtera 1… Jadi yang pra menjadi sejahtera 1, yang sejahtera1 menjadi sejahtera 2, jadi bertahap” (Wawancara 11 Juli 2012)
Akan tetapi, untuk saat ini anggota Kelompok UPPKS tidak hanya
terbatas pada Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I saja melainkan
dapat pula dari kalangan keluarga yang memiliki tahapan kesejahteraan yang
lebih baik dan anggota masyarakat yang memiliki minat dalam pengembangan
usaha kelompok.
Kelompok UPPKS memegang peranan yang sangat penting dalam
pemberdayaan ekonomi keluarga karena merupakan tempat pembinaan dan
pengembangan keluarga, khususnya dalam pengembangan fungsi ekonomi
keluarga. Selain itu Kelompok UPPKS berfungsi sebagai tempat untuk
mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif. Kewirausahaan mempunyai
kaitan erat dengan usaha dan kegiatan UPPKS. Hal tersebut dikarenakan
bahwa sikap dan perilaku kewirausahaan sangat menentukan keberhasilan
pengelolaan usaha Kelompok UPPKS dalam melakukan kegiatan ekonomi
produktif. Kegiatan ekonomi produktif ini dapat dijalankan perorangan atau
melalui kelompok. Apabila dijalankan melalui kelompok maka setiap anggota
ikut serta mengambil bagian dan ikut bertanggung jawab atas semua kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
ekonomi produktif yang dilakukan. Anggota kelompok dapat menjalankan
atau beberapa anggota dapat menggabungkan usahanya, sehingga membentuk
kelompok usaha yang kecil atau sub usaha kelompok. Adapun usaha yang
dimaksudkan bukan terbatas pada usaha ekonomi produktif di bidang
perdagangan/industri barang-barang hasil produksi manusia, tapi juga dapat
berupa jasa maupun simpan pinjam. Hal tersebut sesuai dengan wawancara
yang diungkapkan oleh Bapak Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang
Kesejahteraan Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten Semarang di bawah ini:
“Di UPPKS itu sebetulnya tidak harus usaha yang berbentuk barang, jadiUPPKS itu sifatnya umum, apapun usahanya dan mereka itu membentuksuatu kelompok yang di dalam KB dan PP itu disebut UPPKS itu tidakada masalah, karena di UPPKS tidak harus yang produksi barang, jasapun bisa jadi nggak masalah.” (Wawancara 28 Juni 2012)
Untuk lebih memahami pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
Kelompok UPPKS, masyarakat diberikan kemudahan dalam hal akses
informasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Erius Supriyantoro
selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten
Semarang di bawah ini:
“Kalau untuk masyarakat itu kita membuka peluang apapun yangditanyakan masyarakat kita menjawab selama itu menjadi tugas pokokBadan KB dan PP itu.” (Wawancara 28 Juni 2012)
Berkaitan dengan hal tersebut, Ibu Isti Fadah selaku Ketua Kelompok
UPPKS Nurul Hikmah menyatakan bahwa:
“Informasi kan dari KB, tiap bulan itu kan ada pertemuan. Nanti taksampaikan ke anggota” (Wawancara 11 Juli 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Jadi, seluruh informasi yang didapatkan berasal dari Badan KB dan PP,
dimana setiap bulannya ada pertemuan antara ketua Kelompok UPPKS
dengan PPLKB dari Kecamatan, informasi yang didapatkan tersebut kemudian
disampaikan pada para anggota saat pertemuan rutin anggota kelompok
berlangsung.
Dalam program UPPKS, Badan KB dan PP Kabupaten Semarang
bertugas dalam memberikan pembinaan kepada seluruh pengurus dan anggota
Kelompok UPPKS. Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
anggota sesuai dengan bidang usahanya, dan mendorong minat usaha anggota
bagi kemajuan usaha kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu
suwarni selaku Ketua Kelompok UPPKS Dahlia di bawah ini:
“…memberikan pembinaan-pembinaan kalau ada rapat rutin, nantipetugas ada yang datang ke rumah, atau datang ke rapat rutin anggotaseperti itu” (Wawancara 13 Juli 2012)
Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan Ibu Isti Fadah selaku Ketua
Kelompok UPPKS Nurul Hikmah di bawah ini:
“Badan KB dan PP itu juga melakukan pembinaan, baik organisasinyayang di bina, permodalannya juga jadi kita juga bisa mematuhi aturanpinjam meminjamnya supaya bayar angsuran juga bisa tepat waktu.Selain itu dalam hal administrasi dan pembukuan kita juga dibantu olehpetugas PPLKB” (Wawancara 11 Juli 2012)
Bapak Ali Mas’at, S.sos selaku Kepala UPT Badan KB dan PP
Kecamatan Bringin juga meyatakan bahwa:
“… Jadi sudah menjadi tugas bagi PPLKB maupun petugas yang ada diKabupaten untuk ikut terlibat, kaitannya dalam hal memberikanpembinaan bagi para anggota kelompok UPPKS” (Wawancara 11 Juli2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari pernyataan-pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
dalam program UPPKS, Badan KB dan PP Kabupaten Semarang melalui
PPLKB yang ada di setiap kecamatan khususnya Kecamatan Bringin ini
bertugas dalam memberikan pembinaan kepada seluruh pengurus maupun
anggota-anggota kelompok UPPKS. Pada umumnya pembinaan dilakukan
dengan mengadakan kunjungan ke rumah pengurus maupun anggota atau
kunjungan pada saat rapat rutin anggota diadakan.
Adapun materi pembinaan yang diberikan adalah pembinaan organisasi,
pembinaan permodalan, pembinaan usaha ekonomi produktif, pembinaan
administrasi dan pembukuan, pembinaan pemasaran, serta pembinaan
kesertaan ber-KB. Dalam pembinaan organisasi, PPLKB membimbing
pengurus kelompok UPPKS agar memberikan dorongan kepada anggota
kelompok UPPKS agar mereka:
a. Mempunyai rasa memiliki terhadap kelompoknya.
b. Mengikuti kegiatan kelompok secara aktif.
c. Mematuhi kesepakatan yang berlaku dalam kelompok.
Dalam pembinaan permodalan, anggota diberi bimbingan agar:
a. Menggunakan modal pinjaman untuk kegiatan usaha.
b. Mematuhi aturan pinjam meminjam.
c. Rajin berhemat dan menabung untuk memupuk modal dan
mengembangkan usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Selain itu PPLKB juga memberikan pembinaan usaha ekonomi produktif
yang bertujuan agar para anggotanya rajin dalam mengelola usaha, memilih
usaha yang sesuai dengan keterampilan atau kemampuannya dan sumber
bahan baku yang ada, memilih jenis usaha dengan memperhatikan kebutuhan
pembeli serta selalu berusaha untuk meningkatkan mutu hasil usahanya.
Pembinaan pemasaran juga perlu dilakukan agar anggota kelompok rajin
mencari, memanfaatkan dan bila memungkinkan menciptakan peluang pasar.
PPLKB selain melakukan pembinaan yang berkaitan dengan kegiatan
UPPKS, juga melalukan pembinaan dalam hal kesertaan ber-KB. Karena tugas
dari PPLKB juga mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam ber-KB.
Pembinaan kesertaan ber-KB pada kelompok UPPKS dimaksudkan untuk
membina anggota kelompok UPPKS yang belum ber-KB agar menjadi peserta
KB dengan menggunakan salah satu jenis alat/obat kontrasepsi apa saja.
Setelah menjadi peserta KB, anggota kelompok UPPKS dibimbing lebih lanjut
agar beralih menggunakan alat kontrasepsi mantap dan menjadi KB lestari.
Kemudian secara bertahap, anggota juga dibimbing agar datang sendiri ke
tempat-tempat pelayanan KB.
Selain dari Badan KB dan PP Kabupaten Semarang, pihak-pihak lain
juga ada yang ikut terlibat dalam pembinaan kelompok UPPKS. Hal tersebut
dikarenakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok UPPKS
adalah kegiatan ekonomi produktif yang dapat meningkatkan pembangunan
ekonomi di Kabupaten Semarang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Bapak Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan
KB dan PP Kabupaten Semarang di bawah ini:
“Semua SKPD terlibat dan juga pihak-pihak swasta yang terkait dalambidang ekonomi, seperti perbankan tadi dan juga perusahaan-perusahaanyang besar seperti Pertamina terus Telkom… Dalam hal modal,pembinaan juga, peningkatan SDM itu mereka juga ikut berperan”(Wawancara 28 Juni 2012)
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang bertanggungjawab dalam kegiatan-kegiatan
peningkatan kesejahteraan masyarakat juga memiliki keterlibatan hanya dalam
hal pembinaan usaha. Hal tersebut dikarenakan pemberdayaan ekonomi
keluarga merupakan program dari BKKBN pusat dan di daerah khususnya
untuk Kabupaten Semarang yang bertanggungjawab dalam program tersebut
adalah Badan KB dan PP Kabupaten Semarang. Selain itu BUMN sepeti PT
Telkom dan Pertamina juga memberikan pembinaan usaha maupun bantuan
modal pada kelompok UPPKS yang ingin mengembangkan usahanya.
Dana bantuan modal usaha kelompok UPPKS berasal dari berbagai
sumber antara lain dari BKKBN pusat, BKKBN propinsi, APBD propinsi,
APBD Kabupaten/Kota dan sumber-sumber lain sesuai dengan kesepakatan
bersama. Bapak Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan
Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten Semarang menyatakan bahwa:
“Bisa memperoleh pinjaman dari bank… Anggaran ini kita juga dapatdari APBD yang berasal dari bea cukai tembakau sebesar ± 7-8 Juta perKelompok UPPKS tergantung kemampuan anggaran daerah.”(Wawancara 28 Juni 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa modal usaha untuk Kelompok
UPPKS di Kabupaten Semarang berasal dari APBD yang dananya berasal dari
bea cukai tembakau sebesar ± Rp 7.000.000,00 – Rp 8.000.000,00 per
kelompok. Kelompok UPPKS juga bisa memperoleh pinjaman dari Bank,
dimana syarat kredit sekarang lebih dipermudah akan tetapi bunga pinjaman
yang dibebankan kepada anggota kelompok UPPKS selaku peminjam akan
terasa berat dikarenakan mayoritas anggotanya adalah Keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I yang memiliki penghasilan sedikit. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok UPPKS Wijaya
Kusuma di bawah ini:
“Modalnya itu ada yang swadaya, kalau yang namanya organisasi kanmemang iuran, diputar semampunya terus ada juga fasilitas dari KUR,dari BUMN… Banyak nggih untuk fasilitas permodalan tapi terus terangsaja kami harus hati-hati untuk mengakses permodalan tersebut karenakita khawatir, bukan khawatir lhah tapi kita lebih baik ee apa namanyaantisipasi jangan sampai kita salah menggunakan modal… Kalau tidakdikasih gambaran tidak dikendalikan itu kan akan merasa bingung bisamengakses modal yang besar tapi kan belum tentu sesuai dengan usahayang dilakukan terakhir-terakhir nanti salah perhitungan di belakanghari… yang harus kita tingkatkan itu pemberdayaannya, bukanpermodalannya, nanti kalau untuk permodalan nanti otomatis ngikutin”(Wawancara 11 Juli 2012)
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma yang merupakan salah satu
Kelompok UPPKS yang sudah mandiri dan menjadi teladan di Kabupaten
Semarang ini cenderung lebih selektif dalam memanfaatkan berbagai fasilitas
permodalan yang diberikan oleh bank maupun lembaga-lembaga keuangan
lainnya. Apabila tidak dilakukan perhitungan secara rinci akan mengakibatkan
kelompok salah dalam hal menggunakan modal dan modal yang besar dari
bank maupun lembaga lainnya tersebut belum tentu sesuai dengan usaha yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dikembangkan oleh kelompok. Selain itu, bunga pinjaman dari bank maupun
lembaga-lembaga keuangan lainnya cenderung tinggi sehingga hal tersebut
dapat menambah beban anggota di kemudian hari. Kelompok yang telah
mandiri ini juga menambahkan bahwa, di dalam kelompoknya yang
tingkatkan bukan pada permodalannya melainkan pada pemberdayaan anggota
yang ada dalam kelompok tersebut. Sehingga kelompok ini pun dapat mandiri
tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah maupun pinjaman dari bank
maupun lembaga keuangan lainnya.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok
UPPKS Wijaya Kusuma di atas, modal usaha kelompok UPPKS juga berasal
dari swadaya anggota kelompok UPPKS. Pernyataan tersebut didukung juga
oleh pernyataan dari Ibu Isti Fadah selaku Ketua Kelompok UPPKS Nurul
Hikmah di bawah ini:
“… dari simpanan sukarela… Jadi tiap satu pertemuan itu Rp 1.000,00nanti juga bisa dikembangkan, nanti juga bisa dikelola lagi selain danayang dari pemerintah” (Wawancara 11 Juli 2012)
Ibu Suwarni selaku Ketua Kelompok UPPKS Dahlia juga menyatakan
bahwa:
“Modalnya dari badan KB dan PP, swadaya dari uang anggota jugaada… kelompok ini sudah dapat dua kali, yang pertama Rp 7.000.000,00kemudian Rp 5.000.000,00 karena lancar dalam membayar angsuran”(Wawancara 13 Juli 2012)
Dari kedua pernyataan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
mengembangkan usahanya, kelompok UPPKS juga menggunakan modal dari
swadaya para anggota hal tersebut dikarenakan dana atau modal usaha yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
diberikan oleh Badan KB dan PP jumlahnya terbatas. Swadaya dari anggota
tersebut berupa simpanan sukarela yang dikumpulkan oleh para anggota pada
saat rapat rutin.
Kelompok UPPKS Dahlia yang terbentuk pada tahun 2010 telah
mendapatkan bantuan modal sebesar Rp 7.000.000,00 dan Rp 5.000.000,00.
Kelompok UPPKS ini bergerak dalam usaha perdagangan barang yaitu
produksi bantal, kasur dan guling. Dana tersebut kemudian dibagikan kepada
setiap anggota karena masing-masing anggota memiliki tugas dan kewajiban
masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu Suwarni
selaku Ketua Kelompok UPPKS Dahlia di bawah ini:
“Dibagi begitu, menurut kemampuan mengangsurnya. kan gini nanti 10orang itu tugasnya beda-beda , ada yang mencari bahan baku, ada yangmenjahit ronsongan bantal, guling, dan kasur kemudian ada juga yangmemasukkan kapuk, ya macam-macam lah, kurang lebih seperti itu.”(Wawancara 13 Juli 2012)
Pembagian bantuan modal kepada anggota tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Ibu Isti Fadah selaku Ketua Kelompok UPPKS Nurul Hikmah
di bawah ini:
“Dapet Rp 7,5 juta dengan bunga 0, 5 % dalam jangka 1 tahun…Langsung dibagi ke peminjam,anggotanya itu. Kemarin 7,5 juta di bagike 10 orang… anggotanya lebih dari 10 orang, tapi kebetulan kemarinyang pinjem itu 10 orang gitu, kan kemarin bantuannya cuma segitu, neksedikit kan malah tanggung nggak cukup untuk seluruh anggota, lhabesok kalau dapet lagi baru gentian… Nanti untuk temannya yang belumpinjam” (Wawancara 11 Juli 2012)
Sehubungan dengan hal tersebut, Bapak Ali Mas’at, S.sos selaku Kepala
UPT Badan KB dan PP Kecamatan Bringin juga menyatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
“…Iya, kemarin untuk Kelompok Nurul Hikmah ini mendapat bantuanmodal, dapat dari bea cukai… Pinjamnya nanti bergulir, Yang dapatpinjaman nanti kan mengembalikan, lha nanti gantian yang lain”(Wawancara 11 Juli 2012)
Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, Kelompok UPPKS Nurul
Hikmah pernah mendapatkan bantuan modal yang berasal dari bea cukai
sebesar RP 7.500.000,00 dengan bunga 0,5 % dalam jangka waktu 1 tahun.
Bantuan modal tersebut kemudian dibagikan kepada 10 anggota, karena
dengan dana sebesar itu, tidak mampu untuk mencakup seluruh anggota yang
jumlahnya lebih dari 10 orang. Bantuan modal tersebut dibagikan ke anggota
karena Kelompok UPPKS Nurul Hikmah yang merupakan kumpulan dari
orang-orang dengan usaha berbeda-beda namun dalam jenis yang sama yaitu
aneka keripik. Kemudian, nantinya pinjaman yang telah diangsur tersebut
digulirkan kepada anggota kelompok lain yang belum mendapatkan bantuan
modal.
Mengenai dana bergulir yang diberikan kepada Kelompok UPPKS,
Bapak Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan
KB dan PP Kabupaten Semarang menyatakan bahwa:
“… Kalau dana bergulir itu anggarannya dari asosiasi, bantuan dariasosiasi (bansos) itu ada, terus dari PNM itu ada, itu dari perusahaanperbankan itu ada. Jadi nanti itu bergulir itu intinya sama, semuaperbankan itu sama. Jadi setelah kita lunas bisa pinjam lagi dengancatatan mereka angsuran itu baik-baik, lancar gitu. Dengan mngajukanproposal lagi dapat berapa.” (Wawancara 28 Juni 2012)
Dana bergulir yang diberikan kepada Kelompok UPPKS menurut Bapak
Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan KB
dan PP Kabupaten Semarang dapat juga berasal dari bantuan asosiasi (Bansos)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
yaitu Asosiasi Kelompok UPPKS Kabupaten Semarang, selain itu dana juga
berasal dari Permodalan Nasional Madani (PNM). Kelompok UPPKS yang
telah mendapatkan pinjaman juga dapat meminjam lagi apabila pada pinjaman
sebelumnya angsuran berjalan dengan lancar tanpa adanya tunggakan.
Agar dapat mengembangkan usaha Kelompok UPPKS maka dibutuhkan
adanya pembinaan kemitraan. Pembinaan kemitraan adalah upaya untuk
membimbing anggota kelompok dalam mengembangkan kerjasama yang
didasarkan atas kesukarelaan, saling menguntungkan dan saling memperkuat
dengan tujuan meningkatkan produktifitas dan kualitas usaha bagi kedua belah
pihak. Aspek-aspek yang dapat dimitrakan dengan pihak lain adalah kemitraan
dalam penyediaan modal, kemitraan dalam manajemen usaha, kemitraan
dalam pengelolaan teknologi, kemitraan dalam pemasaran, kemitraan dalam
produksi, kemitraan dalam pengembangan sumber daya manusia. Bapak Erius
Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan KB dan PP
Kabupaten Semarang menyatakan bahwa:
“Gunung Kelir dalam pemasaran, itu kerjasama kita dengan pihak lain,pihak swasta dan untuk permodalan pun kita juga ada kerjasama denganpihak lain, seperti dengan Bank Mandiri, Bank BNI juga, terus dariasosiasi yang ada di propinsi Asosiasi Kelompok Usaha, jadi kita tetapmencarikan solusi, jalan keluar bagaimana merekapun ikutmemberdayakan masyarakat.” (Wawancara 28 Juni 2012)
Menurut pernyataan di atas, kemitraan yang dilakukan oleh Badan KB
dan PP Kabupaten Semarang ditekankan pada pembinaan kemitraan dalam hal
pemasaran dan permodalan. Badan KB dan PP Kabupaten Semarang berusaha
untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain yang ada di wilayahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
untuk ikut serta dalam memasarkan produk-produk unggulan milik Kelompok
UPPKS maupun menjalin kerjasama untuk memberikan bantuan modal
kepada Kelompok UPPKS yang ada di Kabupaten Semarang.
Pada dasarnya setiap Kelompok UPPKS yang ada di Kecamatan Bringin
memiliki kapasitas organisasi yang berbeda-beda. Kemampuan setiap
kelompok berbeda-beda sesuai dengan pemetaan Kelompok UPPKS yaitu
Kelompok UPPKS Dasar, Kelompok UPPKS Berkembang, dan Kelompok
UPPKS Mandiri. Salah satu Kelompok UPPKS Mandiri yang ada di
Kecamatan Bringin adalah Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma dengan produk
unggulan aneka jamur tiram. Kelompok ini telah memiliki pengurus kelompok
yang lengkap.
Setiap orang yang memegang jabatan dalam kelompok memiliki tugas
dan fungsi masing-masing sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok UPPKS
Wijaya Kusuma di bawah ini:
“Ya kalau kita namanya organisasi gitu kan pada intinya semua memilikitugas dan tanggung jawab, meskipun berbeda tapi kan sama-sama untukmeningkatkan potensi organisasi kan ngoten… kita di sini itu kan suatukelompok yang sebetulnya maksud dan tujuannya sama tapi kan nantikan orang denga kapasitas yang berbeda lha itu. Misalkan memilikikemampuan yang memang pintar di bidang humas misalnya otomatiskan yang entengan di bidang itu kita jadikan seksi humas. Mungkinpengalaman organisasi kita jadikan seksi kegiatan atau seksi organisasi.Tapi pada intinya kita saling belajar kok. Jadi ndak harus pakem gitunggak.” (Wawancara 11 Juli 2012)
Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa meskipun
memiliki tugas dan tanggungjawab yang berbeda-beda, baik pengurus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
anggota memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan potensi organisasi.
Sehingga dengan tercapainya tujuan dari organisasi, tujuan dari adanya
pemberdayaan ekonomi keluargapun akan dengan mudah dicapai karena
adanya kesadaran setiap orang untuk terus meningkatkan potensinya masing-
masing.
Partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera (UPPKS) dapat dilihat melalui tahapan-tahapan dari proses
pemberdayaan ekonomi keluarga itu sendiri. Tahapan awal dari partisipasi
masyarakat dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam perencanaan.
Dalam tahapan perencanaan ini dapat diketahui bagaimana masyarakat
memberikan kontribusinya dalam tahap perencanaan dari proses terbentuknya
kelompok sampai dengan perumusan prosedur-prosedur yang harus diikuti
oleh setiap anggota. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas pemberdayaan ekonomi
keluarga dapat dilihat dalam tahapan partisipasi dalam pelaksanaan.
Selanjutnya tahapan yang ketiga dari partisipasi adalah partisipasi dalam
pemantauan dan evaluasi dan yang terakhir adalah partisipasi dalam
pemanfaatan hasil dari pemberdayaan ekonomi keluarga.
a. Partisipasi dalam Perencanaan
Pada tahap persiapan, untuk proses terjadinya pemberdayaan ekonomi
keluarga yang memiliki keterkaitan dengan penanggulangan kemiskinan
adalah dilakukannya pendataan keluarga dan pertemuan/sarasehan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Erius Supriyantoro
selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten
Semarang di bawah ini:
“… Mulanya kita melakukan pendataan, nanti di data jumlah pendudukyang masuk dalam tahapan keluarga pra sejahtera berapa, keluargasejahtera I berapa dan seterusnya begitu. Kemudian dilakukan pertemuanatau sarasehan untuk membahas hasil pendataan tadi untuk menentukanlangkah selanjutnya. Jadi di desa itu kita punya kader untukmenggerakkan program keluarga berencana seperti itu. Lha nanti dipertemuan juga bisa mengusulkan untuk membentuk KelompokUPPKS.” (Wawancara 28 Juni 2012)
Berdasarkan pernyataan di atas, awal mula proses program UPPKS
diawali dengan melakukan pendataan keluarga. Pendataan keluarga
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan tahapan
keluarga sejahtera. Sebagai tindak lanjut dari hasil pendataan keluarga,
masyarakat bersama petugas di tingkat desa melakukan kegiatan analisa data
dan menentukan langkah-langkah kegiatan selanjutnya untuk mengatasi
masalah program keluarga berencana nasional dan khususnya yang berkaitan
dengan kemiskinan. Pada pertemuan ini masyarakat diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi langsung dalam musyawarah. Hal tersebut sesuai dengan
Bapak Ali Mas’at, S.sos selaku Kepala UPT Badan KB dan PP Kecamatan
Bringin yang menyatakan bahwa:
“Kan ini masyarakat utamanya yang tergabung dalam PKK juga diajakuntuk bermusyawarah sehingga kalau misalnya ada apa-apa desa kan tauterus bisa dapat bantuan” (Wawancara 11 Juli 2012)
Dalam program UPPKS, kelompok perlu dibentuk karena kelompok
merupakan sarana untuk mempermudah melakukan kegiatan usaha ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
produktif, disamping itu juga akan mempermudah berbagai pihak untuk
melakukan pembinaan terhadap usaha. Cara melakukan pembentukan
kelompok adalah melalui inisiator atau pemrakarsa yang memiliki
pengetahuan, keinginan ataupun modal dasar dan memiliki apresiasi terhadap
kegiatan UPPKS dengan memprakarsa untuk melakukan pertemuan di
kalangan anggota masyarakat. Pembentukan kelompok yang dimulai dari
inisiator sesuai dengan pernyataan dari Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok
UPPKS Wijaya Kusuma di bawah ini:
“… Kebetulan 2 tahun berturut-turut nggak panen terus kami cari solusilain usaha pertanian, tetapi di bidang pertanian tapi yang alterrnatif yanglain karena di desa itu kan banyak lahan tidur, rumahnya besar-besar tapikan kurang produktif lha itu terus kita mengembangkan budidaya jamurtiram terus sampai sekarang ini… Jadi pada intinya dulu kan biasakumpulan petani gagal panen terus mengadakan usaha budidaya jamurtiram itu jadi UPPKS waktu itu langsung terbentuk dan usaha pertamakali adalah budidaya jamur tiram itu terus ada pengembangan-pengembangan semuanya” (Wawancara 11 Juli 2012)
Jadi, untuk Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma, pembentukan Kelompok
UPPKS dikarenakan di Desa Sendang mengalami gagal panen selama 2 tahun
berturut-turut. Kemudian Ibu Niniek selaku inisiator bersama-sama anggota
lainnya berusaha mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut,
karena dengan adanya gagal panen selama 2 tahun berturut-turut tersebut para
petani tidak mendapatkan penghasilan seperti biasanya. Akhirnya ditemukan
solusi untuk beralih mengembangkan budidaya jamur tiram. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan kaitannya dalam hal
pembentukan Kelompok UPPKS, masyarakat berpartisipasi langsung dengan
secara bersama-sama mencari jalan keluar dari masalah pertanian yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
mereka hadapi sampai akhirnya secara bersama-sama memcentuskan untuk
membentuk Kelompok UPPKS dan bentuk usaha yang mereka sepakati adalah
usaha perdagangan dengan produk unggulan yaitu aneka olahan jamur tiram.
Sedangkan proses pembentukan Kelompok UPPKS Nurul Hikmah
adalah sebagai berikut:
“Itu, kan kemarin usaha-usaha kecil itu mereka dah punya usaha, tetapikan tidak punya modal begitu sehingga membuat satu kepengurusan,kemudian mengajukan pinjaman ke kabupaten, ke AKU, AsosiasiKelompok UPPKS” (Wawancara 11 Juli 2012)
Berdasarkan pernyataan dari Ibu Isti Fadah selaku Ketua Kelompok
UPPKS Nurul Hikmah, Kelompoknya terbentuk karena adanya kesepakatan
dari orang-orang yang telah memiliki usaha-usaha kecil. Terbentuknya
kelompok didasari oleh kurangnya modal yang dimiliki untuk
mengembangkan usaha sehingga kemudian mereka membuat satu
kepengurusan Kelompok UPPKS dan mengajukan pinjaman kepada Asosiasi
Kelompok UPPKS (AKU).
Dalam hal ini partisipasi langsung masyarakat pada saat memutuskan
untuk membentuk Kelompok UPPKS Nurul Hikmah sangat nampak. Hal
tersebut dikarenakan setiap orang mengambil peran dalam pengambilan
keputusan untuk membentuk Kelompok UPPKS. Selain itu, bentuk partisipasi
yang diwujudkan dalam pembentukan kelompok berupa partisipasi bebas,
karena masyarakat melibatkan dirinya secara sukarela untuk pengambilan
keputusan tanpa adanya paksaan dari pihak tertentu. Dengan bergabungnya
kelompok dari orang-orang yang memiliki usaha tersebut ke dalam Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
UPPKS, rencana untuk mendapatkan modal usaha pun dapat direncanakan
dengan membuat proposal permohonan modal usaha ke Asosiasi Kelompok
UPPKS.
Berikut ini proses pembentukan Kelompok UPPKS Dahlia sesuai dengan
pernyataan Ibu Suwarni selaku Ketua Kelompok UPPKS Dahlia:
“… Membentuk pengurus, kan ini banyak ibu-ibu yang tidak bekerjaterus saya mengajak ibu-ibu yang tidak bekerja ini untuk ikut dalamKelompok UPPKS, aku sebagai ketuanya… Saya sendiri yang memberiide itu, soalnya kapuk itu bahan bakunya dulu di sini kapuk itu dijual dikebun, kan nilai jualnya kan sedikit kan tapi kalau dibuat kasur kannilainya bertambah soalnya kan ada tenaga yang membersihkan kapukada yang mengisi di kasur terus menambahkan, sehingga harganyamenjadi tinggi jadi kan ibu-ibu pengangguran mempunyai tambahanpenghasilan yang lumayan… Masyarakat tambah senang soalnya kanmemberdayakan, jadi tambah penghasilan” (Wawancara 13 Juli 2012)
Keikutsertaan masyarakat untuk membentuk Kelompok UPPKS Dahlia
dilakukan secara sukarela tanpa adanya paksaan baik dari Ibu Suwarni
maupun dari pihak lainnya. Keikutsertaan mereka didasari karena adanya
keterbatasan ekonomi. Ibu-ibu yang ikut serta dalam kelompok pada
umumnya tidak memiliki pekerjaan sehingga untuk membantu suami mereka
dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga, mereka memutuskan untuk ikut
dalam Kelompok UPPKS.
Mengenai bentuk usaha dan jenis usaha yang dipilih adalah usaha
perdagangan dengan produk unggulan yaitu kasur, bantal dan guling. Sesuai
dengan kesepakatan dari anggota-anggota kelompok, usaha bantal, kasur dan
guling dipilih sebagai produk unggulan karena bahan bakunya sangat mudah
didapatkan. Selain itu, Ketua Kelompok UPPKS Dahlia menguasai proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pembuatan bantal, kasur dan guling yang kemudian mengajarkan keterampilan
yang beliau miliki kepada anggota-anggota lainnya. Sehingga harga jual pun
menjadi meningkat apabila bahan baku yang tersedia dioalh menjadi barang
jadi.
Dalam penyelenggaraan pembentukan Kelompok UPPKS, pembentukan
dapat dilakukan dengan bantuan dari petugas PLKB/PKB ataupun Kader KB
yang berada di daerahnya masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Bapak Erius Supriyantoro selaku Staff Bidang Kesejahteraan
Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten Semarang di bawah ini:
“Ya itu tergantung mereka kalau memang mereka itu dengan mandirimelalui PKK atau melalui petugas yang ada di situ pertemuan atau apaitu mengundang kita, biasanya petugas lapangan, itu di fasilitasi olehmereka atau mungkin mereka berdiri sendiri setelah itu laporan kekelurahan dan teman-teman lapangan, teman-teman PLKB jadi kitatergantung dari mereka.” (28 Juni 2012)
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan
Kelompok UPPKS, masyarakat diberikan kebebasan untuk membentuk sendiri
kelompoknya. Sehingga masyarakat diberikan ruang untuk berpartisipasi
dalam pembentukan kelompok dan pemilihan bentuk dan jenis usaha.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, pengukuran bertitik tolak pada sejauh mana
masyarakat secara nyata terlibat dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan
perwujudan program-program yang telah digariskan di dalam kegiatan-
kegiatan fisik. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan juga dapat diartikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan
uang tunai yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-
masing warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan
pemberdayaan ekonomi keluarga melalui Kelompok UPPKS, yang perlu
dilakukan oleh kelompok adalah pertemuan anggota, mendorong peran serta
anggota kelompok serta pengembangan kelompok.
Pertemuan rutin anggota kelompok dilakukan minimal satu bulan sekali
dengan dihadiri oleh Petugas PLKB/PKB dan petugas lapangan lain yang
terkait. Dengan adanya pertemuan rutin, dapat dibahas berbagai kegiatan
kelompok, masalah yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta gagasan-
gagasan untuk mengembangkan usaha. Pertemuan rutin dapat juga
dimanfaatkan untuk memberikan pembekalan sebagai tambahan pengetahuan
pengurus dan anggota kelompok. Dalam pertemuan rutin ini, setiap anggota
yang tergabung dapat memberikan partisipasinya untuk memberikan gagasan-
gagasan yang dimilikinya demi kelangsungan dan kemajuan kelompoknya
masing-masing. Mengenai pertemuan rutin anggota, Ibu Isti Fadah selaku
Ketua Kelompok UPPKS Nurul Hikmah menyatakan bahwa:
“Rapat rutinnya itu melalui pengajian, malam selasa, satu bulan sekali…Iya aktif, tapi di masjid, beberapa orang tadi…” (Wawancara 11 Juli2012)
Menurut penuturan dari Ibu Isti Fadah, Kelompok UPPKS Nurul
Hikmah melakukan pertemuan rutin setiap satu bulan sekali. Seluruh anggota
yang tergabung, rutin melakukan pertemuan yang diadakan di masjid
bersamaan dengan pengajian. Hal tersebut dilakukan untuk menarik minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
seluruh anggota untuk berpartisipasi langsung dalam pertemuan rutin dan
terbukti bahwa dengan dilakukannya pengajian bersamaan dengan pertemuan
rutin anggota, seluruh anggota selalu hadir dalam setiap pertemuan yang
diselenggarakan.
Senada dengan Kelompok UPPKS Nurul Hikmah, pertemuan rutin
Kelompok Wijaya Kusuma juga diadakan satu bulan sekali, akan tetapi
pertemuan juga sering dilakukan setiap saat apabila ada hal-hal mendesak
yang harus dibicarakan secara bersama-sama. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Ibu Niniek di bawah ini:
“Pertemuan rutin anggota itu pasti, terus supaya tidak monoton kita adaevent-event, kadang kan ada lomba, ikut, pameran ikut, atau ada eventapa ikut, pelatihan, pentas seni, ya apa saja supaya tidak monoton. Teruskita juga ada sering kali diundang untuk dinas itu untuk mengisimisalnya jadi kita sebagai narasumber, terus ini juga ada studi banding,kerja praktek anak-anak, ya apa saja itu ada… Ya satu bulan sekali, tapikan ya sering tiba-tiba ada apa kita juga tiba-tiba pertemuan, kangampang di desa itu getok tular, parani gitu saja langsung datang… Iyasemuanya ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan, yabiasanya mereka punya kelebihan masing-masing nggih…” (Wawancara11 Juli 2012)
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma tidak hanya melakukan pertemuan
rutin saja, akan tetapi agar lebih variatif dan anggota kelompok tidak jenuh,
kelompok ini juga mengadakan event-event seperti pelatihan, pameran dan
lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk menumbuhkan semangat
kebersamaan serta kewirausahaan bagi anggota sehingga dapat mendorong
munculnya partisipasi seluruh anggota dalam setiap kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Berbeda halnya dengan Kelompok UPPKS Nurul Hikmah dan
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma yang seluruh anggotanya dapat berkumpul
dalam pertemuan rutin. Pada pertemuan rutin yang diadakan oleh Kelompok
UPPKS Dahlia hanya ada beberapa anggota kelompok yang dapat
berpartisipasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu Suwarni selaku
Ketua Kelompok UPPKS Dahlia di bawah ini:
“Pertemuan rutin nggih wonten, satu bulan sekali… Ya kadang 8 kadang7, kalau full gitu kadang-kadang, jaranglah… yang dibahas ya modalnya,kan ini belum musim kapuk tapi og sudah habis hasil produksinya tugimana caranya biar tidak menolak pembeli, berarti kekurangan modal…Ya cuma kecewa, berhenti dulu” (Wawancara 13 Juli 2012)
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota
dalam pertemuan rutin masih kurang dan perlu ditingkatkan. Kurangnya
partisipasi anggota Kelompok UPPKS Dahlia juga terlihat dari sikap para
anggota pada saat menemui hambatan dalam proses produksi. Kurangnya
modal dan bahan baku yang belum memasuki musim mengakibatkan
terhentinya proses produksi. Dalam menghadapi kendala seperti ini, anggota
memutuskan berhenti terlebih dahulu tanpa mencari solusi untuk memenuhi
permintaan dari pasar akan kebutuhan bantal, kasur dan guling.
“… Pemasaran itu pembeli sudah datang sendiri, tapi yang lain sayatitipkan di toko gitu… Dititipin mbak barang-barangnya, ke kecamatanlain atau ke Salatiga biasanya mbak” (Wawancara 13 Juli 2012)
Dengan terhentinya proses produksi dan pasokan barang, maka hal ini
dapat memberikan pengaruh yang negatif pada pelanggan yang telah ada
padahal pemasaran produk-produk dari kelompok ini telah sampai ke luar
kota. Calon pembeli yang sudah menjadi pelanggan tetap pada kelompok ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
cenderung akan berpaling pada produk yang lain. Hal tersebut terjadi karena
kelangsungan dan keberhasilan usaha sangat bergantung kepada seberapa
besar produk dan pelayanan yang diberikan oleh kelompok dapat memuaskan
pelanggan.
Dalam hal proses produksi, Kelompok UPPKS Nurul Hikmah tidak
menemui kendala apapun. Hal tersebut dikarenakan bahan baku untuk
membuat aneka keripik sangat mudah didapatkan didaerahnya. Kendala yang
dihadapi oleh kelompok ini terletak pada pemasaran usaha. Mengenai kendala
yang dialami oleh Kelompok UPPKS Nurul Hikmah disampaikan oleh Ibu Isti
Fadah di bawah ini:
“… Kalau di sini kan bahannya banyak mbak, kan misalnya keripikpisang, di sini kan pisang banyak mbak, terus singkong banyak, ndakkalau soal bahannya, nggak ada, paling pemasarannya… Untukpengepakan itu plastik, sablon gitu belum bagus. Cuma plastik biasa,jadi pemasarannya cuma lokal” (Wawancara 11 Juli 2012)
Dari pernyataan di atas, Kelompok UPPKS Nurul Hikmah menemukan
kendala dalam hal pemasaran. Kendala tersebut terdapat pada pengepakan
yang masih memakai plastik biasa sehingga kurang dapat menarik minat
konsumen. Hal itulah yang mengakibatkan pemasaran usaha Kelompok
UPPKS Nurul Hikmah hanya ada di lokal kecamatan saja. Selain itu, yang
membuat pemasaran hanya di lokal kecamatan saja dikarenakan setiap
anggota menjual sendiri hasil usahanya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Ibu Isti Fadah selaku Ketua Kelompok UPPKS Nurul Hikmah dibawah ini:
“… Kalau itu dijual sendiri, di sini itu cuma menjadi tempat koordinatorbegitu mbak, mencari bantuannya itu, pinjamannya itu, tapi kalau untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
penjualnya itu sendiri, karena ini kan aneka usaha, bukan satu usaha, jadiini macam-macam usaha” (Wawancara 11 Juli 2012)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Kelompok
UPPKS Nurul Hikmah di atas, dapat diketahui bahwa untuk memasarkan
usaha, anggota kelompok menjual sendiri hasil usaha yang mereka buat.
Kelompok menjadi tempat untuk berkoordinasi apabila menemui hambatan-
hambatan yang nantinya akan dicarikan jalan keluar secara bersama-sama,
kemudian dalam hal permodalan juga melalui kelompok. Hal tersebut
dikarenakan Kelompok UPPKS Nurul Hikmah bukan hanya terdiri dari satu
jenis usaha, melainkan terdiri dari berbagai macam usaha.
Dalam proses pelaksanaan produksi, partisipasi anggota Kelompok
UPPKS Wijaya Kusuma dilakukan dari tahap awal mulai dari pelatihan
budidaya, pembuatan media tanam, penumbuhan sampai pengolahan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok UPPKS
Wijaya Kusuma di bawah ini:
“Terus kita juga ada pelatihan budidayanya untuk seluruh anggota. Jadikita berusaha untuk memanage semua dari hulu sampai hilir, jadi darikita produksi dari awal pembuatan media tanam, beglog itu kemudianpenumbuhannya itu para petani jamur tiram atau kita sebut plasmakemudian kita juga diversifikasi usaha jadi bukan hanya setelah kitapanen petik itu dalam bentuk segar saja tapi kita juga mengolah menjadimakanan olahan keripik itu tadi, terus kita juga ada cafe housenya, jadimenu-menu dari jamur tiram, sate jamur, ada pepes jamur, garang asemjamur dan lain-lain.” (Wawancara 11 Juli 2012)
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma berusaha untuk mengelola sendiri
kelompoknya dari proses pelatihan budidaya, proses pembuatan media tanam,
proses penumbuhan sampai pada pengolahan. Hal tersebut dilakukakan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
bersama-sama oleh seluruh anggota kelompok. Masing-masing proses
memiliki penanggung jawab masing-masing, akan tetapi dalam
pelaksanaannya antar anggota saling mambantu. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma di
bawah ini:
“Produksi di apa pembuatan beglog ada, bagian produksi makananolahan ada, bagian packing ada, pemasarannya ada, itu sebagaipenanggung jawabnya maksudnya tapi nanti kalau di dalam prakteknyadi lapangan kita saling membantu. Misalnya ada yang kualahan dalamproduksi beglognya, ya kita bantu di sana, pas di produksi makananolahan buat keripik-keripik dan lain-lain kita juga saling bantu, cumananti kalau ada apa-apa kan nanti penanggung jawabnya yang memangahlinya orang tersebut. Pada intinya kan ini begitu ya nggak terlaluidealis sekali tapi kita yang mengutamakan di lapangan ya kebersamaandan semangat untuk menumbuhkembangkan semangat kewirausahaankarena kalau kita nggak ada semangat untuk itu kan biasanya kita kanakan ketergantungan… untuk mengembangkan usaha kita itu ada inovasiproduk… Kita saling bergandeng tangan dengan anggota yang lain, tapiterkadang juga ada anggota yang antik, tergantung kita saja yangmenghadapinya, pokoknya ya komunikatif juga lhah jangan sampai adamiss communication” (Wawancara 11 Juli 2012)
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma dalam pelaksanaan usaha lebih
menekankan pada kebersamaan dan semangat kewirausahaan, sehingga semua
anggota harus ikut terlibat dalam setiap proses kegiatan UPPKS. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindarkan anggota dari sikap ketergantungan kepada
anggota lainnya.
Dalam hal pemasaran, karena kebersamaan yang dimiliki oleh seluruh
anggota dan adanya semangat kewirausahaan, Kelompok UPPKS Wijaya
Kusuma telah mampu memasarkan produknya sampai ke Propinsi. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Ali Mas’at, S.sos selaku Kepala
UPT Badan KB dan PP Kecamatan Bringin di bawah ini:
“… Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma itu yang mandiri… KelompokUPPKS Wijaya Kusuma sudah menembus ke Jawa Tengah”(Wawancara 11 Juli 2012)
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma memasarkan produknya ke luar
daerah karena jamur kurang diminati oleh masyarakat yang tinggal di desa.
Hal itu dikarenakan masyarakat di desa masih menganggap bahwa jamur
beracun dan adanya anggapan bahwa lebih baik membeli produk lain seperti
daging daripada uang yang mereka miliki digunakan untuk membeli jamur
yang mahal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Niniek selaku Ketua
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma di bawah ini:
“… Pemasaran kita kan ini di desa, untuk biaya produksi itu lebih murahdan juga kalau pemasaran kita di kota, karena jamur tiram itu termasuke, termasuk apa ya namanya budidaya yang bersifat kelasnya menengahke atas… Rata-rata yang punya selera penggemarnya itu kalangan etnisdan memang orang-orang yang tahu akan nilai gizi dan juga memilikipotensi daya beli. Kalau di desa kan mungkin kesannya gini, jamur kanmudah di dapat, eee mungkin di kebun atau dimana gitu, masihberpikiran kalau jamur itu mendhemi, atau beracun atau bahkanmungkin, daripada mahal-mahal buat beli jamur mendingan buat belidaging, kalau image di desa kan seperti itu, kalau di kota kan biasanyakan sudah kembali ke alam, lebih mengutamakan yang sifatnya organic,dan ya itu tadi tetap memang kalau kita sasaran pemasarannya di kota…Biasanya memang permintaan itu banyak. Kalau beglognya itu yabiasanya petani-petani di sekitar yang biasanya masih terjangkau gitu.Kalau jamur segar, jamur olahan itu rata-rata di kota, ya meskipun kanankiri mungkin beli itu biasanya untuk oleh-oleh aja atau untuk specialmoment lhah. Jadi untuk konsumsi sendiri itu jarang” (Wawancara 11Juli 2012)
Menurut Ibu Niniek, biaya produksi apabila dibandingkan antara desa
dengan kota memang lebih murah biaya produksi di desa. Akan tetapi, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
hal pemasaran masyarakat desa kurang berminat dengan jamur sehingga untuk
hasil olahan jamur tiram dipasarkan di kota. Sedangkan untuk media tanam
atau beglog pada umumnya permintaan berasal dari petani-petani sekitar Desa
Sendang.
Dalam hal pemasaran, Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma memasarkan
produknya ke beberapa pusat oleh-oleh di luar kota. Namun dalam
memasarkan produknya tersebut, stok yang dititipkan di pusat oleh-oleh hanya
terbatas. Hal tersebut untuk menghindari adanya return, sehingga
meminimalisir kerugian yang akan dialami oleh kelompok. Dalam hal ini,
partisipasi anggota untuk mengelola dan mengembangkan strategi pemasaran
sangat dibutuhkan. Sehingga dari partisipasi seluruh anggota Kelompok
UPPKS Wijaya Kusuma dapat membuat usaha yang dijalani oleh kelompok
dapat bertahan dan semakin berkembang. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma
di bawah ini:
“Kita ada beberapa, tertentu aja tidak semua karena memang di sampingstok terbatas kan kita harus dalam strategi marketing kita juga harus bisamembidik pangsa pasar… Daripada nanti banyak yang return karenakita kurang berhitung kan lebih baik kan langsung gitu. Apalagi kannamanya apabila suatu usaha yang basicnya pemberdayaan itu kita untukprofit taking itu pinter-pinternya kita untuk me-manage karena kalau dilokal pemberdayaan itu sifatnya berfikir bagaimana suatu usaha itu bisabertahan dan berkembang jadi eee beda dengan kalau misalnya untukkepentingan sendiri” (Wawancara 11 Juli 2012)
Meskipun Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma merupakan Kelompok
UPPKS yang telah mandiri, kelompok ini juga mengalami hambatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Hambatan tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Niniek selaku
Ketua Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma di bawah ini:
“Kadang ada acara-acara mendadak, terus terang kan kalau ada acara-acara perangkat desa itu nggak mau tau, harusnya kan perangkat desamisalnya kita jadi istilah yang punya desa, atau yang diwakili nggihseneng, malah mendukung, kalau ini kan malah takut nek dijaluki sangu,padahal kita nggak pernah minta kayak gitu, kita mandiri ini”(Wawancara 11 Juli 2012)
Kurangnya dukungan dari aparatur desa dalam hal pelaksanaan kegiatan
seperti perlombaan maupun pameran-pameran tingkat kabupaten maupun
propinsi menjadi salah satu hambatan bagi kelompok.
c. Partisipasi dalam Pemantauan dan Evaluasi
Pada tahapan pemantauan dan evaluasi, partisipasi dilakukan secara
tidak langsung karena pemantauan dan evaluasi kelompok UPPKS dilakukan
oleh Badan KB dan PP Kabupaten Semarang. Pemantauan pelaksanaan
kegiatan UPPKS oleh para pengelola dapat dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung. Pemantauan langsung akan terlaksana dengan
mengadakan temu muka dengan para pengurus maupun para anggota. Temu
muka terlaksana antara lain dalam pertemuan pembinaan rutin yang diadakan
oleh kelompok. Dalam hal ini kunjungan rumah juga akan memberikan
kontribusi yang kongkrit terhadap kelancaran jalannya usaha. Sedangkan
pemantauan tidak langsung merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan
secara berkala dengan mempelajari laporan yang telah disepakati bersama
stakeholder, para pengelola, dan pelaku kegiatan. Kemudian dari informasi
yang diperoleh melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi tersebut akan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
berguna sebagai masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Kegiatan pemantauan dapat dilakukan oleh pengelola atau pengurus
kelompok secara berjenjang, para mitra kerja Badan KB dan PP Kabupaten
Semarang, petugas KB di lapangan maupun para pemangku kepentingan.
Pelaksanaan pematauan dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau secara
terpadu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Erius Supriyantoro
selaku Staff Bidang Kesejahteraan Keluarga Badan KB dan PP Kabupaten
Semarang di bawah ini:
“Ya, untuk pengawasan dalam pelaksanaan operasional dari kita, dariInspektorat itu dalam hal keuangan, kalau pelaksanaan lapangan yaseperti petugas lapangan. Jadi bagaimana mereka bisa berhasil atau tidakhanya tergantung petugas Badan KB dan PP yang ada di lapangan. Jadikita monitor melalui teman-teman yang ada di lapangan.” (Wawancara28 Juni 2012)
Melalui petugas Badan KB dan PP Kabupaten Semarang yang ada di
lapangan, dalam hal ini adalah PPLKB, kegiatan pemantauan dilakukan untuk
kemudian diberikan evaluasi kepada kelompok agar dapat memperbaiki
kelompoknya masing-masing. Sehingga keberhasilan dari Kelompok UPPKS
juga tergantung dari Badan KB dan PP Kabupaten Semarang. Hal tersebut
dikarenakan dengan adanya pemantauan oleh petugas lapangan, maka
kekurangan-kekurangan dari kelompok dapat diketahui melalui evaluasi dari
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sehingga kelompok dapat
mengembangkan dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala aspek
pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran-sasaran
yang dituju sudah dapat tercapai. Kegiatan evaluasi ini dilakukan secara terus
menerus, tanpa harus menunggu selesainya hasil akhir. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa apabila evaluasi hanya dilakukan pada akhir
kegiatan, maka kekurangan-kekurangan maupun kesalahan-kesalahan pada
proses pelaksanaan kegiatan akan semakin berat untuk diperbaiki. Oleh karena
itu melalui evaluasi rutin atau berkala, maka kekurangan-kekurangan kecil
selama pelaksanaan kegiataan akan lebih mudah dipecahkan dan tidak akan
mengganggu kelancaran tahapan kegiatan berikutnya.
d. Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil
Partisipasi masyarakat di dalam pemanfaatan hasil adalah partisipasi
masyarakat di dalam fase penggunaan atau pemanfaatan hasil-hasil dari
kegiatan UPPKS. Tujuan dari pemanfaatan hasil program UPPKS adalah
untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Ibu Isti Fadah di bawah ini:
“Manfaatnya nggih tambah penghasilan, tambah keuntungan, misalnyabatinya Rp 30.000,00. Kemarin kan singkong di jual glondongan,bertruk-truk ke Tuntang untuk buat kerupuk, itu harganya paling berapa,kan daripada singkong di jual gitu kan mending diolah, harganya lebihmurah seperti itu” (Wawancara 11 Juli 2012)
Dengan adanya pemberdayaan ekonomi keluarga, penghasilan keluarga
menjadi meningkat dan keuntungan yang duterima juga bertambah. Hal
tersebut dialami oleh para anggota Kelompok UPPKS Nurul Hikmah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
misalnya dalam harga jual singkong. Dulunya singkong langsung dijual ke
tengkulak, melalui pembinaan kelompok singkong akhirnya diolah menjadi
keripik dan harga jualnya menjadi meningkat sehingga keuntungan yang
didapat juga ikut bertambah.
Senada dengan pernyataan di atas, Ibu Suwarni juga menyatakan bahwa
“Manfaatnya ya bisa menambah penghasilan gitu mbak”. Dengan adanya
program UPPKS, banyak manfaat yang diterima oleh para anggota. Salah satu
manfaat yang dirasakan oleh para anggota kelompok adalah bertambahnya
penghasilan yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Selain manfaat dari segi pendapatan manfaat lain juga dirasakan oleh
Kelompok UPPKS Wijaya Kusuma yaitu lebih terbukanya masyarakat yang
tidak tergabung dalam kelompok dalam menerima perubahan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Ibu Niniek selaku Ketua Kelompok UPPKS Wijaya
Kusuma di bawah ini:
“Manfaatnya banyak banget, manfaatnya ya terutama mungkin SDMnyayang tadinya mungkin kuper, introfet, jadi nggak. Kalau di Desamisalnya l ada perubahan itu biasanya membuat tembok tinggi gitu, tapisekarang sudah ada UPPKS, sudah ada kegiatannya nyata hasilnya maunggak mau kan mereka juga nyengkuyung juga mengembangkan tanpadisadari mereka bisa welcome” (Wawancara 11 Juli 2012)
Dengan adanya manfaat nyata dari pemberdayan ekonomi keluarga
maka akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu
berpartisipasi dalam setiap program pemberdayaan ekonomi keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
a. Faktor Pendorong
Faktor pendorong partisipasi antara lain adalah sebagai berikut:
1) Adanya kesempatan masyarakat untuk memperoleh informasi
seluas-luasnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pemberdayaan ekonomi keluarga.
2) Masyarakat diberikan kesempatan untuk mengatur sendiri modal
yang mereka dapatkan tanpa adanya campur tangan dari
pemerintah.
3) Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing di bidangnya
sehingga dapat membantu anggota lainnya yang memiliki
kemampuan terbatas.
4) Adanya pembinaan dari berbagai pihak yang mampu
menumbuhkan semangat kebersamaan dan kewirausahaan para
anggota.
b. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat terciptanya partisipasi adalah sebagai
berikut:
1) Keterbatasan modal usaha, seperti yang dialami oleh Kelompok
UPPKS Dahlia mengakibatkan terhentinya proses produksi.
Sehingga kelangsungan hidup sebuah kelompok akan terganggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2) Tingkat pendidikan rendah yang dimiliki oleh sebagian besar
anggota kelompok mengakibatkan kurang efektifnya partisipasi
masyarakat dalam hal manajemen administrasi. Hal tersebut
dikarenakan dalam manajemen administrasi yang cenderung rumit,
anggota dengan pendidikan yang rendah dan hanya bisa membaca
dan menulis kurang dapat berkontribusi dalam manajemen.
3) Kelompok belum melakukan pergantian pengurus sehingga
partisipasi para anggota dalam kelembagaan menjadi kurang
merata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam dalam program usaha
peningkatan pendapatan keluarga sejahtera di Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang dilakukan secara langsung oleh masyarakat yang terlibat dalam
Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).
Partisipasi masyarakat dilakukan secara langsung pada tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan pemanfaatan. Akan tetapi partisipasi masyarakat dalam
tahapan pemantauan dan evaluasi dilakukan secara tidak langsung.
Partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera berdasarkan masing-masing tahapan yang telah
dilaksanakan, yakni:
1. Partisipasi dalam Perencanaan
Partisipasi dalam perencanaan pada ketiga kelompok tergolong ke
dalam partisipasi langsung yang diwujudkan melalui keikutsertaan seluruh
anggota dalam proses pembentukan Kelompok UPPKS. Masyarakat
diberikan kebebasan untuk membentuk sendiri kelompoknya tanpa adanya
campur tangan pihak manapun. sehingga pemberian ruang untuk
berpartisipasi dalam tahapan perencanaan sangat terbuka bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Partisipasi dalam Pelaksanaan
Masyarakat secara nyata terlibat dalam aktivitas-aktivitas riil yang
merupakan perwujudan dari program-program kegiatan-kegiatan fisik
yang telah ditentukan dan disepakati kelompok. Partisipasi ketiga
kelompok UPPKS dalam pelaksanaan dilakukan secara langsung, hal
tersebut nampak pada diadakannya rapat rutin selama satu bulan sekali,
masyarakat terlibat langsung dengan cara memberikan gagasan-gagasan
yang dimilikinya demi kelangsungan dan kemajuan kelompoknya masing-
masing. Selain itu masyarakat juga terlibat langsung dalam proses
produksi sampai dengan pemasaran
3. Partisipasi dalam Pemantauan dan Evaluasi
Partisipasi kelompok UPPKS dalam tahapan pemantauan dan
evaluasi dilakukan secara tidak langsung karena kegiatan pemantauan dan
evaluasi dilakukan oleh petugas dari Badan KB dan PP Kabupaten
Semarang yaitu PPLKB yang ada di setiap kecamatan. Oleh karena itu,
partisipasi masyarakat dalam tahap ini masih kurang karena masyarakat
tidak ikut serta dalam pemantauan dan evaluasi. Kegiatan pemantauan
dilakukan untuk kemudian diberikan evaluasi kepada kelompok agar dapat
memperbaiki kelompoknya masing-masing. Selain itu, Badan KB dan PP
Kabupaten Semarang juga melakukan evaluasi yang berupa kegiatan
penilaian terhadap segala aspek pelaksanaan program agar dapat diketahui
secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Kegiatan evaluasi dilakukan secara terus menerus, tanpa harus menunggu
selesainya hasil akhir. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa
apabila evaluasi hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kekurangan-
kekurangan maupun kesalahan-kesalahan pada proses pelaksanaan
kegiatan akan semakin berat untuk diperbaiki.
4. Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil
Dengan adanya pemberdayaan ekonomi keluarga, penghasilan keluarga
menjadi meningkat dan keuntungan yang diterima juga bertambah.
Sehingga masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalan memanfaatkan
hasil dari pemberdayaan ekonomi keluarga. Manfaat nyata yang diterima
seluruh anggota akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat
untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pemberdayaan ekonomi
keluarga.
Terdapat hal-hal yang mendorong dan menghambat partisipasi
masyarakat dalam program usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera
yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Pendorong Partisipasi Masyarakat
a. Adanya kesempatan masyarakat untuk memperoleh informasi seluas-
luasnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemberdayaan
ekonomi keluarga.
b. Masyarakat diberikan kesempatan untuk mengatur sendiri modal yang
mereka dapatkan tanpa adanya campur tangan dari pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
c. Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing di bidangnya
sehingga dapat membantu anggota lainnya yang memiliki kemampuan
terbatas.
d. Adanya pembinaan dari berbagai pihak yang mampu menumbuhkan
semangat kebersamaan dan kewirausahaan para anggota.
2. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat
a. Keterbatasan modal usaha, seperti yang dialami oleh Kelompok
UPPKS Dahlia mengakibatkan terhentinya proses produksi. Sehingga
kelangsungan hidup sebuah kelompok akan terganggu.
b. Tingkat pendidikan rendah yang dimiliki oleh sebagian besar anggota
kelompok mengakibatkan kurang efektifnya partisipasi masyarakat
dalam hal manajemen administrasi. Hal tersebut dikarenakan dalam
manajemen administrasi yang cenderung rumit, anggota dengan
pendidikan yang rendah dan hanya bisa membaca dan menulis kurang
dapat berkontribusi dalam manajemen.
c. Kelompok belum melakukan pergantian pengurus sehingga partisipasi
para anggota dalam kelembagaan menjadi kurang merata.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka ada beberapa saran
mengenai partisipasi masyarakat dalam program usaha peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) di Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang antara lain:
1. Perlu diadakan pendampingan, pelatihan, orientasi, magang maupun studi
banding yang dilakukan secara intensif agar kemampuan SDM dalam
manajemen usaha menjadi meningkat.
2. Apabila usaha berkembang dengan pesat, maka untuk menjaga
kesinambungan pasokan/supply Kelompok UPPKS harus mencari sumber-
sumber pendanaan lain. Tambahan dalam bentuk pinjaman/bantuan modal
yang bersifat kemitraan. Dalam hal ini partisipasi para anggota perlu
diwujudkan karena kurangnya pasokan akan mengacaukan harga pasar
apalagi sampai terjadi putusnya pasokan yang tentunya akan
mengecewakan pelanggan dan dapat mengancam kelangsungan usaha
yang dijalankan oleh Kelompok UPPKS.
3. Tidak hanya partisipasi anggota kelompok yang dituntut dalam menjaga
kelangsungan dan pengembangan usaha kelompok, partisipasi dari
aparatur desa dalam memberikan dukungan kepada Kelompok UPPKS
sangat dibutuhkan, karena dengan adanya dukungan dari aparatur desa
terkait dapat memacu masyarakat lain untuk ikut serta membentuk
Kelompok UPPKS.
4. Angsuran pengembalian pinjaman harus tepat waktu agar tidak menjadi
beban bagi anggota yang meminjam maupun yang akan menerima
pinjaman berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
5. Anggota kelompok lebih meningkatkan partisipasinya dalam hal
pemasaran produk.