perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan lama
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA
SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATEN II KARANGAYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Mustiqa Febriniata G.0009143
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral
Kombinasi dengan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar
Mustiqa Febriniata, NIM: G.0009143, Tahun: 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Rabu, tanggal 10 Oktober 2012
Pembimbing Utama Nama : Widardo, Drs., M. Sc. NIP : 19631216 199003 1 002 (.....................................) Pembimbing Pendamping Nama : Ratih Puspita Febrinasari, dr., M. Sc. NIP : 19810208 200604 2 003 (.....................................) Penguji Utama Nama : Suhanantyo, drg., M. Si. Med., PGK NIP : 19510606 198601 1 001 (.....................................) Penguji Pendamping Nama : Margono, dr., MKK NIP : 19540915 198601 1 001 (.....................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 10 Oktober 2012
Mustiqa Febriniata NIM. G.0009143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Mustiqa Febriniata, G0009143, 2012. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi dengan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Kontrasepsi oral kombinasi merupakan kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron. Hormon tersebut dapat mempengaruhi tekanan darah karena faktor lama penggunaan kontrasepsi, Body Mass Index (BMI), dan usia akseptor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan tekanan darah pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar, dengan jumlah sampel sebanyak 49 orang diambil dengan teknik purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data melalui kuesioner, wawancara, pengukuran antropometri, dan pengukuran langsung tekanan darah. Data variabel lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi, tekanan darah (sistol dan diastol), usia, dan body mass index (BMI) dianalisis menggunakan uji normalitas Kormogorof-Smirnov dan uji regresi linier sederhana dengan program SPSS 16 for Windows. Hasil Penelitian: Hasil uji statistik regresi linier sederhana menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara antara lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan tekanan darah, baik sistol (p = 0,004) maupun diastol (p = 0,012). Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan tekanan darah pada wanita usia subur. Kata kunci: Lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi, Tekanan Darah, Usia,
Body mass index
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Mustiqa Febriniata, G0009143, 2012. The Correlation between the Using Duration of Combined Oral Contraception and Blood Pressure Levels among Fertile Women in the Work Area Health Center Jaten II Karanganyar. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Background: Combined oral contraception is one of contraception methods that contains estrogen and progesterone. Both of that hormones have an effect on blood pressure levels because of the using duration of combined oral contraception, Body Mass Index (BMI), and acceptor age. The purpose of this research is to analyze the correlation between the using duration of combined oral contraception and blood pressure levels among fertile women in Jaten area, Karanganyar. Methods: This research used observational cross sectional analytic approach method. The population were fertile women who use combined oral contraception. The total sample were 48 patients who appropriate with inclusion and exclusion criterias. The data were collected by kuesioner, interview, anthropometry measurement, and blood pressure direct measurement. Those variables such as the using duration of combined oral contraception, blood pressure levels (systolic and diastolic), age, and body mass index (BMI) were analyzed using Kolmogorof-Smirnov’s test of normality and linear regression analysis using SPSS 16 for Windows. Results: The result of simple statistic test using linear regression showed the correlation significancy between the using duration of combined oral contraception and blood pressure levels, both systolic (p=0,004) and diastolic (p=0,012). Conclusion: There is a correlation between the using duration of combined oral contraception and blood pressure levels among fertile women. Keywords: The using duration of combined oral contraception, Blood Pressure,
Age, Body mass index
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi dengan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Widardo, M. Sc., selaku pembimbing utama yang telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ratih Puspita Febrinasari, dr., M. Sc., selaku pembimbing pendamping yang telah memberi bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Suhanantyo, drg., M. Si. Med. PGK, selaku penguji utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Margono, dr., MKK, selaku anggota penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Pihak Puskesmas Jaten II Karanganyar yang telah membantu penelitian penulis di wilayah kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar.
8. Ibu-Ibu Kader Posyandu Desa Ngringo, Jaten, dan Sroyo yang telah membantu pengumpulan data skripsi.
9. Seluruh keluarga (Bapak, Ibu, Ferdian Adhi P, Apriniata Andip A, dan lain-lain) yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat (Farida NK, Qonita SJ, Rizka FA, Aldila AN, Nita P, Nurrini SY, Rizky AP, Dahniar E, Riani DH, Gina RI, mbak Dessy TP, dan lain-lain) yang telah memberikan inspirasi dan tambahan pengetahuan.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis yakin bahwa tulisan ini belum sempurna dan masih perlu banyak
perbaikan, oleh karena itu saran, pendapat, koreksi dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi dapat bermanfaat.
Surakarta, 10 Oktober 2012
Mustiqa Febriniata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5
1. Kontrasepsi Hormonal .................................................................... 5
2. Kontrasepsi Oral Kombinasi ........................................................... 9
3. Tekanan Darah ................................................................................ 16
4. Status Gizi ....................................................................................... 19
5. Obesitas ........................................................................................... 24
6. Hubungan Kontrasepsi Hormonal Kombinasi (Estrogen dan
Progesteron) dengan Tekanan Darah ............................................... 27
B. Kerangka Berpikir .............................................................................. 29
C. Hipotesis ............................................................................................ 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 31
A. Jenis Penelitian............................................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 31
C. Subjek Penelitian........................................................................... 31
D. Teknik Sampling .......................................................................... 32
E. Rancangan Penelitian .................................................................... 34
F. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 34
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 34
H. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 36
I. Cara Kerja .................................................................................... 36
J. Teknik Analisis Data ..................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 38
A. Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 38
B. Karakteristik Responden .................................................................. 38
C. Analisis Hubungan Antarvariabel .................................................... 42
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 44
A. Karakteristik Responden dan Variabel Luar Penelitian ................... 44
B. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi dengan
Tekanan Darah ................................................................................. 45
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 47
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 49
A. Simpulan .......................................................................................... 49
B. Saran................................................................................................. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rata-Rata Parameter Farmakokinetik Pil Levonorgestrel dan Etinil
Estradiol dalam Plasma ..................................................................... 11
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah ................................................................... 18
Tabel 2.3 Kriteria Body Mass Index (BMI) menurut WHO, 2000 ....................... 24
Tabel 2.4 Kriteria Body Mass Index (BMI) pada orang Asia Pasifik menurut
WHO ..................................................................................................... 25
Tabel 4.1 Distribusi Usia Responden ................................................................... 39
Tabel 4.2 Distribusi Status Gizi Berdasarkan Body Mass Index (BMI) ............... 40
Tabel 4.3 Distribusi Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi ................. 40
Tabel 4.4 Distribusi Tekanan Darah..................................................................... 41
Tabel 4.5 Hasil Uji Distribusi Normal Kolmogorov-Smirnov ............................. 42
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Regresi Linier Sederhana........................................ 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 30
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Surat Keterangan dari Puskesmas Jaten II Karanganyar
Lampiran 3. Informed Consent
Lampiran 4. Kuesioner Panduan Wawancara Terstruktur
Lampiran 5. Uji Normalitas
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Penelitian
Lampiran 7. Foto Kegiatan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kependudukan merupakan bagian dari pembangunan nasional
sehingga diperlukan perhatian khusus dalam pengaturan kependudukan
(Atmarita dan Fallah, 2004). Strategi pemerintah dalam mengatur
kependudukan adalah melalui program Keluarga Bencana (KB) yaitu dengan
menurunkan tingkat fertilitas dengan penggunaan kontrasepsi. Saat ini tersedia
beragam metode KB atau alat kontrasepsi yang meliputi suntik, IUD, pil,
implan, kontap, dan kondom (BKKBN, 2012). Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991 hingga 2007 pola
penggunaan kontrasepsi di Indonesia didominasi oleh kontrasepsi hormonal
dan bersifat jangka pendek (Puspitasari dan Winarni, 2011).
Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
menunjukkan bahwa prevalensi akseptor KB hormonal masih lebih tinggi
dibandingkan dengan akseptor KB non hormonal. Di Jawa Tengah pencapaian
peserta KB aktif wanita hingga bulan Desember 2011 telah mencapai
5.108.046 akseptor, dengan klasifikasi metode kontrasepsi menggunakan non
hormonal dan hormonal. Akseptor pengguna metode kontrasepsi non
hormonal mencapai 727.598 akseptor atau 14,24 % yang terdiri dari IUD
439.687 atau sebesar 8,60 %, Media Operatif Wanita (MOW) sebanyak
287.911 atau sebesar 5,64 % dari total KB aktif wanita. Kemudian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menggunakan metode kontrasepsi hormonal mencapai 4.380.448 akseptor atau
85,76 % yang terdiri dari implan sebanyak 519.973 atau 10,18%, suntikan
sebanyak 3.017.353 atau 59,07%, dan sisanya pengguna kontrasepsi pil
sebanyak 843.122 atau 16,51% dari total peserta KB aktif wanita (BKKBN,
2012).
Prevalensi peserta KB aktif wanita hingga bulan Desember 2011 di
Kabupaten Karanganyar mencapai 130.132 akseptor, dengan pengguna KB
non hormonal sebesar 30.613 atau 23,52% dan KB hormonal sebesar 99.519
atau sebesar 76,48% dari total KB aktif wanita di Kabupaten Karanganyar.
Akseptor pengguna metode kontrasepsi non hormonal terdiri dari IUD 16.489
atau sebesar 12,67%, Media Operatif Wanita (MOW) sebanyak 14.124 atau
sebesar 10,85% dari total KB aktif di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan
yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal terdiri dari implan sebanyak
9.421 atau 7,24%, suntikan sebanyak 81.948 atau 62,98%, dan sisanya
pengguna kontrasepsi pil sebanyak 8.150 atau 6,26% dari total peserta KB
aktif di Kabupaten Karanganyar (BKKBN, 2012).
Data tersebut menunjukkan bahwa kontrasepsi hormonal lebih banyak
dipilih dibandingkan dengan kontrasepsi non hormonal. Masyarakat lebih
memilih kontrasepsi hormonal dengan alasan penggunaan yang lebih efektif
(Hartanto, 2004). Namun di sisi lain, penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah hingga menyebabkan
hipertensi. Efek hormon maupun risiko ini berhubungan dengan ras, riwayat
keluarga, kegemukan, usia, makanan, rokok, dan lama pemakaian kontrasepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(Herman, 1996; Sanif, 2009). Kontrasepsi hormonal kombinasi memiliki
kandungan hormon estrogen dan progesteron. Tekanan darah dan berat badan
yang meningkat merupakan efek samping dari penggunaan kontrasepsi
hormonal kombinasi (Zieman et al., 2010). Kontrasepsi kombinasi masih
menjadi pilihan wanita usia subur karena efek terhadap peningkatan berat
badan lebih kecil dibandingkan dengan non kombinasi. Namun efek samping
peningkatan tekanan darah perlu perhatian khusus karena bila berlangsung
dalam waktu yang lama akan mengakibatkan hipertensi (Zieman et al., 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
dengan tekanan darah pada wanita usia subur. Penelitian ini diharapkan dapat
mengurangi peningkatan tekanan darah dan prevalensi kejadian hipertensi
pada akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi wanita usia subur dalam memilih metode kontrasepsi.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
dengan tekanan darah pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas
Jaten II Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
dengan tekanan darah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi oral
kombinasi dengan tekanan darah pada wanita usia subur di wilayah
kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar.
b. Mengetahui gambaran tekanan darah rata-rata pada pengguna
kontrasepsi oral kombinasi pada wanita usia subur di wilayah kerja
Puskesmas Jaten II Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai hubungan
kontrasepsi oral kombinasi dengan tekanan darah pada wanita usia subur.
2. Manfaat praktis
a. Membantu wanita usia subur dalam memilih metode kontrasepsi
yang sesuai dan dapat membantu dalam menangani efek samping
yang ditimbulkan akibat penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
khususnya efek peningkatan tekanan darah dan peningkatan berat
badan.
b. Membantu institusi kesehatan khususnya di bidang pelayanan
keluarga berencana dalam mengurangi prevalensi hipertensi akibat
penggunaan kontrasepsi oral kombinasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kontrasepsi Hormonal
a. Definisi
Kontrasepsi kombinasi merupakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormon estrogen dan progesteron. Kontrasepsi kombinasi
memiliki empat metode dalam penggunaannya yaitu oral, suntik,
patch, dan cincin vagina. Sedangkan pada kontrasepsi hormonal non
kombinasi yang hanya mengandung progesteron (progesterone only)
terdapat tiga metode dalam penggunaannya yaitu oral, suntik, dan
susuk (implan) (Zieman et al., 2010).
b. Jenis dan Cara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
1) Kontrasepsi oral (pil)
Terdapat 4 tipe kontrasepsi oral yaitu pil tipe kombinasi, pil
tipe sekuensial, tipe mini pil, dan pil pascasenggama (morning
after pill) (Albar, 2009).
a) Pil tipe kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai
saat ini dianggap paling efektif (Albar, 2009). Terdiri dari 21-
22 pil yang setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin
dosis kecil, untuk penggunaan 1 siklus. Pil mulai ditelan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hari haid pertama (atau hari kelima) tiap hari satu pil terus-
menerus selama 21 hari dan disusul dengan istirahat selama 7
hari atau 7 pil kosong tanpa hormon (memory pill) (Wiegratz
dan Thaler, 2011).
Akibat turunnya kadar progestin dalam darah maka
pada hari istirahat kedua sampai kelima umumnya terjadi
perdarahan yang merupakan perdarahan putus obat (withdrawal
bleeding). Setelah istirahat dilanjutkan siklus berikutnya seperti
siklus sebelumnya (Tjay dan Rahardja, 2007a).
Jenis pil kombinasi ada tiga, yaitu:
(1) Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam
dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
(2) Bifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam
dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
(3) Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam
tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b) Pil tipe sekuensial
Pil hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari,
disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progestin
untuk 5-7 hari. Pil sekuensial memiliki efektivitas sedikit lebih
rendah dari pil kombinasi dan penggunaannya hanya
dianjurkan pada kasus tertentu (Albar, 2009).
c) Mini Pil
Mini pil hanya berisi progestin dengan dosis kecil,
mulai diminum pada hari haid pertama secara terus-menerus
tanpa istirahat. Efek utamanya adalah terhadap lendir servik
dan endometrium sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi
(Albar, 2009; Tjay dan Rahardja, 2007a).
d) Pil pascasenggama (morning after pill)
Berisi dietilstilbestrol (DES) 50 mg atau etinil-estradiol
(EE) 0,5 sampai 2 mg sehari dalam kurang waktu 72 jam pasca
senggama selama 4-5 hari berturut-turut (Albar, 2009).
2) KB Suntik
a) Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntik yang mengandung progestin terdapat
dua jenis, yaitu:
(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera)
Depo Provera adalah 6-alfa-medroksiprogesteron
yang digunakan untuk kontrasepsi parenteral, mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
efek progestin yang kuat dan sangat efektif (Albar, 2009).
Berisi MPA (medroksiprogesteron asetat) 150 mg dalam
bentuk depo (lepas lambat). Penyuntikan 3 bulan sekali
secara intramuskular, diberikan pada hari kelima pada masa
haid. Cara kerjanya berdasarkan penghambatan pelepasan
LH, perintangan ovulasi, dan pengentalan lendir servik
(Tjay dan Rahardja, 2007a). Penggunaan selama satu tahun
akan menyebabkan peningkatan berat badan sebesar 2,5 kg
dan akan meningkat sebesar 7,5 kg setelah lima tahun
(Zieman et al., 2010).
(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
Depo Noristerat mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular (Gupta et al., 2008; Nash, 2008).
b) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo
medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM.
3) Susuk KB (Norplant atau Implant)
Tersedia 3 macam susuk KB terdiri dari 1 batang, 2 batang,
dan 6 batang. Susuk KB dimasukkan di bawah kulit pada lengan
bagian atas (Albar, 2009). Satu implant nonbiodegredable yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
berisi 68 mg etonogestrel selama 3 tahun (Implanon). Enam
implant yang total berisi 6 x 36 mg levonorgestrel, digunakan
selama 5 tahun (Norplant). Norplant-2 terdiri dari 2 batang yang
seluruhnya mengandung 140 mg levonorgestrel dan lebih konstan
dalam melepaskan kandungan hormonnya.
4) Kontrasepsi Koyo (patch) dan Kontrasepsi Cincin Vagina
(ring)
Kontrasepsi koyo (koyo KB) dan cincin vagina
mengandung hormon estrogen dan progestin. Durasi peggunaan
kedua metode kontrasepsi ini sama yaitu digunakan selama 3
sampai 4 minggu kemudian dilepas. Pada minggu keempat
kontrasepsi tersebut tidak digunakan supaya menstruasi dapat
terjadi.
Koyo ditempelkan di kulit kemudian didiamkan selama 1
minggu, kemudian dilepas. Koyo pengganti ditempelkan pada area
kulit yang berbeda. Cincin vagina merupakan alat plastik kecil
yang ditempatkan dalam vagina selama 3 minggu. Pada minggu
keempat cincin dilepas. Cincin vagina yang baru diganti setiap
bulannya (CDC, 2011).
2. Kontrasepsi Oral Kombinasi
a. Farmakokinetik
Kontrasepsi oral kombinasi atau sering disebut pil KB yaitu
kontrasepsi yang mengandung hormon sintetik estrogen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
progesteron. Levonorgestrel (progesteron) dan Etinil Estradiol
(estrogen) merupakan dua hormon yang sering digunakan dalam
kontrasepsi ini. Farmakokinetik kedua hormon tersebut di dalam tubuh
adalah sebagai berikut:
1) Absorpsi
Levonorgestrel diabsorpsi secara cepat dan lengkap
(bioavailibilitas hingga 100%) secara oral. Etinil Estradiol juga
diabsorpsi secara cepat dan lengkap dalam saluran pencernaan,
namun bioavailibilitas berkurang menjadi 43% karena harus
melalui metabolisme di mukosa usus dan hepar terlebih dahulu.
Tabel 2.1 Rata-Rata Parameter Farmakokinetik Pil Levonorgestrel dan Etinil Estradiol dalam Plasma
Konsentrasi
maksimal
(Cmax)
Waktu untuk
mencapai
konsentrasi
maksimal (T max)
Waktu
paruh
(T½)
Levonorgestrel 6,0 ± 1,6 ng/mL 1,6 ± 0,6 jam 28,5 ± 8,7 jam
Etinil Estradiol 122,8 ±
39,5 pg/mL
1,8 ± 0,7 jam 17,5 ± 7,4 jam
(Lupin, 2011).
2) Distribusi
Volume distribusi Levonorgestrel dan Etinil Estradiol
sekitar 1,8L/kg dan 4,3L/kg. Levonorgestrel terikat pada protein
sekitar 97,5 sampai 99%, dimana ikatan utamanya adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Seks Hormon Binding Globulin (SHBG) dan yang lainnya diikat
oleh serum albumin. Sedangkan Etinil Estradiol berikatan dengan
serum albumin sekitar 95-97%. Etinil Estradiol tidak berikatan
dengan SHBG namun menginduksi sintesis SHBG sehingga
mengurangi klirens Levonorgestrel.
3) Metabolisme
Proses metabolisme Levonorgestrel dan Etinil Estradiol
berbeda. Levonorgestrel dapat terpakai langsung dan tidak melalui
metabolisme di dalam hepar. Sedangkan Etinil Estradiol melalui
metabolisme tingkat pertama di dalam hepar.
4) Ekskresi
Sekitar 45% Levonorgestrel dan hasil metabolismenya
diekskresikan melalui urin dan sekitar 32% diekskresikan melalui
feses. Ekskresi yang melalui feses sebagian besar berupa konjugasi
glukoronida. Sedangkan Etinil Estradiol diekskresikan melalui urin
dan feses sebagai konjugasi glukoronida dan sulfat. Selain itu, pada
ekskresi Etinil Estradiol terjadi sedikit resirkulasi enterohepatik
(Lupin, 2011).
b. Keadaan tunak
Keadaan tunak atau steady state concentration (Css)
merupakan suatu kondisi di mana laju pemberian obat sama dengan
laju eliminasi obat. Pada kondisi ini jumlah obat yang terkandung
dalam tubuh telah mencapai nilai yang konstan (Bauer dan Larry,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2001). Levonorgestrel mencapai kondisi tunak pada hari ke-19
sedangkan Etinil Estradiol mencapai kondisi tunak pada hari ke-6
(Wyeth Pharmaceuticals Company, 2010).
c. Cara kerja
1) Estrogen
Cara kerja Estrogen sintetik dalam tubuh yaitu:
menghalangi maturasi folikel dan ovarium dengan jalan menekan
Folikel Stimulating Hormon (FSH), mengurangi dosis progesteron
dengan berikatan pada reseptor progesterone, dan meminimalisasi
efek samping bercak perdarahan (spotting) dengan jalan
menstabilkan endometrium.
2) Progesteron
Cara kerja Progesteron sintetik dalam tubuh yaitu:
mencegah ovulasi, menyebabkan perubahan pada lendir servik
sehingga menjadi kurang banyak dan kental yang menyebabkan
sperma tidak dapat memasuki kavum uteri, menjadikan selaput
lendir rahim tipis dan atrofi sehingga implantasi tidak terjadi, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba (Zieman et al., 2010).
d. Kelebihan
Keuntungan penggunaan kontrasepsi pil kombinasi antara lain
(Saifudin, 2006):
1) Mempunyai efektivitas tinggi apabila digunakan setiap hari
2) Risiko terhadap gangguan kesehatan sangat kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Tidak mengganggu hubungan seksual
4) Siklus haid menjadi teratur
5) Tidak terjadi nyeri haid
6) Dapat digunakan dalam jangka panjang untuk mencegah
kehamilan
7) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
8) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
e. Efek samping
Penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi (estrogen dan
progesteron) akan menimbulkan efek samping dan komplikasi antara
lain (Depkes 1999; Gupta et al., 2008; Zieman et al., 2010):
1) Gangguan siklus haid
Adanya ketidakseimbangan hormon menyebabkan
endometrium mengalami perubahan histologi berupa degenerasi
atau atropi. Gangguan siklus haid antara lain: tidak mengalami haid
(amenore), bercak atau perdarahan berupa tetesan (spotting),
perdarahan diluar siklus haid (metroragia), perdarahan haid yang
lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (menoragia).
2) Hipertensi
Hormon estrogen menimbulkan efek terhadap pembuluh
darah berupa hipertrofi arteriol/vasokonstriksi. Selain itu estrogen
mempengaruhi sistem Renin Angiotensin-Aldosteron sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Brito et al., 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada akseptor
kontrasepsi kombinasi dapat diminimalisasi dengan cara sebagai
berikut:
a) Apabila akseptor adalah perokok, maka rokok harus
dihentikan.
b) Lakukan olahraga selama 20-30 menit setiap hari.
c) Apabila akseptor menderita overweight, maka berat badan
harus dikurangi.
d) Pengaturan diet pada garam.
e) Apabila akseptor sedang mengonsumsi obat antihipertensi,
maka obat tersebut harus dikonsumsi secara teratur.
f) Menghindari kondisi penyebab stres (Zieman et al., 2010).
3) Peningkatan nafsu makan
Progesteron (progestin) mempermudah perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak, merangsang nafsu makan, dan
menurunkan aktivitas fisik sehingga pemakaian kontrasepsi
hormonal menyebabkan berat badan meningkat.
4) Sakit kepala/Migrain
Efek hormon estrogen terhadap pembekuan darah otak
menyebabkan penyempitan dan hipertrofi arteriol.
5) Jerawat
Faktor yang menyebabkan jerawat adalah kandungan dari
18-nortestosteron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
6) Tromboemboli atau tromboflebitis
Estrogen menyebabkan peningkatan aktivitas faktor
pembekuan sehingga mengakibatkan tersumbatnya pembuluh
darah (thrombus).
7) Perubahan mood dan depresi
Hormon estrogen dan progesteron menyebabkan tubuh
kekurangan vitamin B6 secara absolut. Gejalanya berupa lesu dan
tidak bersemangat.
8) Mual dan muntah
Mual dan muntah terjadi pada bulan-bulan pertama
penggunaan kontrasepsi. Reaksi tubuh terhadap progesteron yang
mempengaruhi produksi asam lambung sehingga menimbulkan
mual.
f. Kontraindikasi kontrasepsi oral kombinasi
Menurut Albar (2009) tidak semua orang dapat menggunakan
kontrasepsi oral kombinasi. Kontraindikasi ini dapat dibedakan
menjadi:
1) Kontraindikasi mutlak, antara lain tumor-tumor yang dipengaruhi
estrogen, penyakit hepar yang aktif (akut maupun kronik),
mempunyai riwayat tromboflebitis, tromboemboli, dan kelainan
serebrovaskuler, diabetes melitus, kehamilan.
2) Kontraindikasi relatif antara lain depresi, migrain, mioma uteri,
hipertensi, oligomenorea, dan amenorea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Tekanan Darah
a. Definisi
Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah
terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall,
2008). Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah
jantung (cardiac output) dan resistensi vaskular perifer. Curah jantung
merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena
dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh
tonus otot polos pembuluh darah dan viskositas darah (Nafrialdi,
2007).
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kelainan dan suatu gejala dari
gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah (Tjay dan Rahardja,
2007b). Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya dan
berdasarkan tingginya tekanan darah.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi
esensial (primer) yaitu hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang
jelas dengan penyebab multifaktorial meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Selanjutnya adalah hipertensi sekunder yaitu hipertensi
yang penyebabnya diketahui dengan jelas. Termasuk dalam kelompok
ini antara lain hipertensi renal, hipertensi endokrin, hipertensi akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kelainan saraf pusat, hipertensi penyakit jantung, hipertensi diabetes
melitus, dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik.
Berdasarkan tingginya tekanan darah, klasifikasinya sebagai
berikut (Yogiantoro, 2006):
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi
Tingkat 1 140-159 atau 90-99
Tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100
Sumber: The Seventh Report of Joint National Committee JNC-VII
c. Faktor-faktor penyebab peningkatan tekanan darah
Hipertensi primer dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya usia, jenis kelamin, kelebihan berat badan atau obesitas,
aktivitas fisik, asupan garam, faktor emosional, dan faktor keturunan
atau genetik (Guyon dan Hall, 2008). Sedangkan hipertensi sekunder
disebabkan oleh etiologi yang jelas di antaranya penyakit ginjal,
jantung, diabetes melitus, dan gangguan sistem endokrin.
Menurut Tjay dan Rahardja (2007b) ada beberapa faktor yang
dapat memicu peningkatkan tekanan darah secara reversibel, antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Asupan garam berlebih
Ion natrium mengakibatkan retensi air sehingga volume darah
bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh darah
meningkat.
2) Merokok
Nikotin dalam rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
meningkatkan tekanan darah.
3) Kontrasepsi estrogen
Kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen akan
mengakibatkan retensi garam dan air.
4) Stres
Ketegangan emosional dapat meningkatkan tekanan darah
sementara akibat dari pelepasan adrenalin dan noradrenalin
(hormon stres) yang bersifat vasokonstriktif.
5) Drop
Sejenis gula yang mengandung asam glizirinat yang dapat
menyebabkan retensi air.
d. Pengukuran tekanan darah
Menurut Gunawan (2005), dalam pengukuran tekanan darah
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada posisi duduk
ataupun berbaring. Namun yang penting, lengan tangan harus dapat
diletakkan dengan santai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan
angka yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring
meskipun selisihnya relatif kecil.
3) Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada
orang yang bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling
rendah. Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki atau
aktivitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi. Di
samping itu, juga tidak boleh merokok atau minum kopi karena
merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah
sedikit naik.
4) Pada pemeriksaan kesehatan, sebaiknya tekanan darah diukur 2
atau 3 kali berturut-turut, dan pada detakan yang terdengar tegas
pertama kali mulai dihitung. Jika hasilnya berbeda maka nilai yang
dipakai adalah nilai yang terendah.
5) Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang
mengembang harus melingkari 80% lengan dan mencakup dua
pertiga dari panjang lengan atas.
4. Status Gizi
a. Definisi
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Mary, 2000).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Status gizi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan
penggunaan makanan yang dapat diukur dengan ukuran-ukuran gizi
tertentu (Suhardjo et al., 2003).
b. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung (Supriasa, 2002).
1) Penilaian status gizi secara langsung dilakukan dengan empat cara,
yaitu:
a) Antropometri
Antropometri berkaitan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat
pada pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supriasa, 2002).
b) Klinis
Metode klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal
tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supriasa,
2002).
c) Biokimia
Penilaian dengan biokimia adalah dengan pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh seperti: urine, tinja, darah, hati
dan otot. Penilaian dengan cara ini lebih membantu untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supriasa, 2002).
d) Biofisik
Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur
jaringan (Supriasa, 2002).
2) Secara tidak langsung, penilaian status gizi dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
a) Survei konsumsi makanan
Merupakan suatu metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan
dan kekurangan zat gizi.
b) Statistik vital
Cara ini yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c) Faktor ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi.
Pengukuran etiologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
c. Metode Pengukuran
Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur status
gizi adalah Body Mass Index (BMI). Body Mass Index (BMI) atau
Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi
badan yang umumnya digunakan untuk menggolongkan seseorang ke
dalam kategori berat badan kurang, normal, berat badan lebih, dan
obesitas. Rumus atau cara menghitung BMI yaitu dengan rumus berat
badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat
(m2) (Sugondo, 2007).
1) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan
panjang tulang. Tinggi badan menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan usia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling banyak
digunakan. Rumus perhitungan BMI adalah sebagai berikut:
BMI =
Tabel 2.3 Kriteria Body Mass Index (BMI) menurut WHO, 2000
(Sugondo, 2007).
Klasifikasi BMI (kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Kisaran Normal 18,5 – 24,9
Berat badan lebih (overweight) > 25,0
1. Pre Obes 25,0 – 29,9
2. Obes kelas I 30,0 – 34,9
3. Obes kelas II 35,0 – 39,9
4. Obes kelas III ≥ 40
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 2.4 Kriteria Body Mass Index (BMI) pada orang Asia Pasifik menurut WHO (2000)
Klasifikasi BMI (kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) < 18,5
Berat badan normal 18,5-22,9
Berat badan lebih (overweight) ≥ 23,0
Risiko obesitas 23,0-24,9
Obesitas I 25,0-29,9
Obesitas II ≥ 30,0
(Sugondo, 2007).
Dari tabel klasifikasi BMI di atas, seseorang dikatakan obesitas apabila
nilai BMI >25,0. Apabila nilai BMI >30,0 maka perlu diwaspadai
karena memiliki risiko terkena penyakit degeneratif seperti hipertensi,
penyakit diabetes, jantung koroner, hati, dan kandung empedu
(Almatsier, 2001).
5. Obesitas
a. Definisi
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi
akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks
pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan
oleh beberapa faktor biologi yang spesifik. Obesitas terjadi bila besar
dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang (Sugondo,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas yaitu:
1) Asupan gizi
Asupan gizi yang berlebih dapat menimbulkan obesitas. Kelebihan
energi dalam tubuh diubah menjadi lemak dan ditimbun pada
tempat-tempat tertentu (Budiyanto, 2002).
2) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk pemakaian energi
dalam tubuh. Tubuh menyimpan kembali energi dalam bentuk
lemak pada seseorang yang kurang beraktivitas sehingga
menyebabkan kegemukan (Sherwood, 2001).
3) Sosial dan lingkungan
Pengaruh faktor sosial dan lingkungan sangat nyata yaitu dengan
adanya peningkatan prevalensi obesitas yang cepat di sebagian
besar negara maju dan meningkatnya makanan berenergi tinggi
yang mengandung lemak. Hal itu juga dibarengi dengan gaya
hidup yang tidak aktif (Guyton dan Hall, 2008).
4) Faktor Psikologi
Faktor emosional atau perasaan dapat mempengaruhi seseorang
dalam mengonsumsi makanan. Depresi yang menyebabkan
tekanan psikologi dapat mengubah kepribadian seseorang sehingga
orang tersebut menjadikan makanan sebagai pelariannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5) Faktor lain
a) Konsumsi alkohol
b) Obat-obatan
Beberapa obat yang mempunyai efek samping menaikkan berat
badan antara lain:
(1) Kontrasepsi hormonal (steroid) dapat menyebabkan
penambahan berat badan pada orang tertentu. Pengaruh ini
terutama disebabkan progesteron dalam kontrasepsi
tersebut.
(2) Obat-obat lain, misalnya antidepresan trisiklik, insulin,
sulfonilurea, β-adrenergik, fenotiazin, asam valproat,
siproheptadin, neuroleptik (Guyton dan Hall, 2008).
c. Pencegahan obesitas
Menurut Sugiharti (2002), berat badan yang berlebih dapat
dicegah dengan beberapa cara. Untuk mencegah obesitas perlu
ditekankan:
1) Motivasi yang kuat dari individu sendiri akan pentingnya tubuh
yang ideal untuk kesehatannya. Data statistik menunjukkan bahwa
semakin gemuk seseorang maka kemungkinan menderita penyakit
degeneratif dan kematian juga meningkat.
2) Diet dengan pengaturan kalori atau pengaturan jumlah makanan
yang masuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) Latihan dengan peningkatan aktivitas fisik selama diet agar terjadi
pengurangan kalori.
4) Pemberian obat penekan nafsu makan dalam jangka waktu dan
kasus tertentu. Apabila berat badan yang dikehendaki sudah
dicapai obat dikurangi secara bertahap.
6. Hubungan Kontrasepsi Hormonal Kombinasi (Estrogen dan
Progesteron) dengan Tekanan Darah
Hormon merupakan bagian dari sistem endokrin yang berupa
senyawa kimia yang terkandung dalam darah dengan kadar sangat rendah.
Hormon-hormon diangkut melalui darah ke dalam jaringan spesifik yang
disebut jaringan sasaran. Meskipun konsentrasinya rendah, hormon
menimbulkan efek metabolik dan biokimia yang nyata pada jaringan
sasaran (Schteingart, 2006).
Status gizi dan penggunaan kontrasepsi hormonal memiliki peran
penting pada kondisi tekanan darah seseorang. Hubungan antara status gizi
berlebih (underweight dan obesitas) dengan peningkatan tekanan darah
dapat dijelaskan sebagai perubahan proses fisiologis yang terjadi pada
tubuh, yaitu resistensi insulin dan hiperinsulinemia; aktivasi sistem saraf
simpatik dan sistem renin-angiotensin; serta perubahan organ ginjal.
Peningkatan insulin plasma yang terjadi akan berperan pada faktor
natriuretik dan menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium ginjal
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Krummel, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kontrasepsi kombinasi yang mengandung campuran hormon
estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi kondisi tekanan darah
seseorang. Kontrasepsi steroid yang mengandung estrogen akan
menimbulkan efek terhadap pembuluh darah berupa hipertrofi
arteriol/vasokonstriksi. Selain itu estrogen mempengaruhi sistem Renin
Angiotensin-Aldosteron sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit (Brito et al., 2011). Lama penggunaan estrogen juga berpengaruh
terhadap terjadinya tekanan darah tinggi (Sanif, 2009). Tekanan darah
dapat meningkat sebesar 5 hingga 10 mmHg. Tekanan darah tinggi atau
hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama merupakan faktor
risiko penyakit kardiovaskuler (Rosenfeld, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kontrasepsi Oral Kombinasi (estrogen dan progesteron)
BMI (Status Gizi)
Progesteron (Progestin)
1) Aktivitas fisik 2) Asupan garam 3) Faktor emosional 4) Faktor genetik
1.Retensi cairan 2.Hipertrofi arteriol 3.Ketidakseimbangan ciaran
dan elektrolit akibat gangguan sistem Renin Angiotensin-Aldosteron
1.Mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak
2.Merangsang nafsu makan 3.Menurunkan aktivitas
fisik
Estrogen
Tekanan darah
Peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan
Peningkatan berat badan
a. Genetik b.Asupan gizi c. Aktivitas
fisik d.Sosial dan
lingkungan e. Psikologi
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti : Mempengaruhi, diteliti : Mempengaruhi, tidak diteliti
Lama penggunaan kontrasepsi
Usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
C. Hipotesis
Ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan
tekanan darah pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Jaten II
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode
cross sectional. Cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari
hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen),
observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang
sama (Riyanto, 2011).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jaten II
Karanganyar pada bulan April-Agustus 2012.
C. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah Wanita Usia Subur (WUS) pengguna
kontrasepsi kombinasi dengan metode oral. Populasi sumber pada penelitian
ini adalah wanita berusia 20-50 tahun yang masih menggunakan kontrasepsi
oral kombinasi dan tercatat hingga Juni 2012 di wilayah kerja Puskesmas
Jaten II Karanganyar.
Adapun kriteria populasi adalah sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Akseptor kontrasepsi oral kombinasi (estrogen dan progesteron)
berusia 20-50 tahun. Usia tersebut masih dalam kategori usia subur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dimana masih mengalami proses reproduksi dalam tubuhnya (Supriasa,
2002).
b. Akseptor telah menggunakan kontrasepsi oral kombinasi (estrogen dan
progesteron) selama minimal satu bulan.
c. Tidak menderita hipertensi sebelum menggunakan kontrasepsi.
d. Tidak sedang mengonsumsi obat antihipertensi.
e. Tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden
b. Memiliki riwayat hipertensi
c. Memiliki riwayat penyakit jantung
d. Memiliki gangguan psikologi
D. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive sampling, yaitu peralihan subyek berdasarkan ciri-
ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi
(Taufiqurrohman, 2003).
Untuk menentukan jumlah sampel minimal yang akan digunakan
dalam penelitian cross sectional, digunakan rumus sebagai berikut:
( )( ) ( ) qpzNd
Nqpzn
..1.
...2
2/12
22/1
a
a
-+-=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dimana:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
zα = Nilai distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada
tingkat kemaknaan α. Misalnya 1,96 untuk α = 0,05
p = Perkiraan paparan pada populasi. WUS pengguna
kontrasepsi oral kombinasi sebesar 0,13
q = 1-p
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan
yang diinginkan, biasanya 0,05 atau 0,001
(Sastrasmoro dan Sudigdo, 2002).
Bila diketahui data wanita usia subur pengguna kontrasepsi oral
kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Jaten II Karanganyar pada bulan
Juni 2012 berjumlah 678 orang, maka didapatkan jumlah sampel minimal
adalah sebagai berikut:
= 40,874152
= 41 orang
Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 49 orang,
dimana jumlah tersebut dapat digunakan karena telah memenuhi kriteria
jumlah sampel minimal.
( )( ) ( ) ( )13,01.13,0.96,11678.1,0
678.13,01.13,0.96,122
2
-+--
=n
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Lama penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
2. Variabel terikat : Tekanan darah
3. Variabel luar : BMI, usia, aktivitas fisik, asupan garam, faktor
emosional, faktor genetik
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Lama Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi
Kontrasepsi dalam bentuk pil yang mengandung hormon estrogen (Etinil
Estradiol) 0,03 mg dan progesteron (Levonorgestrel) 0,15 mg. Kontrasepsi
Wanita Usia Subur 20-50 tahun dengan normotensi (data rekam medik)
Analisis data
Menggunakan Kontrasepsi Oral Kombinasi (estrogen dan
progesteron)
Pengukuran antropometri
Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik
Lama Penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
tersebut telah digunakan dalam jangka waktu minimal satu bulan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan check list kuesioner. Skala
pengukuran variabel ini adalah rasio.
2. Variabel terikat: Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan tanda vital tubuh untuk mengetahui kondisi
jantung dan vaskuler perifer. Data diperoleh dari check list rekam medik
sebelum penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dan diukur pada saat
pengambilan data. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop. Hasil yang didapatkan adalah tekanan
sistolik yaitu bunyi denyut pertama setelah pompa dilepaskan perlahan dan
diastolik yaitu bunyi denyut terakhir. Keduanya didengarkan melalui
stetoskop yang diletakkan pada arteri brakialis. Skala pengukuran variabel
ini adalah rasio. Kategori tekanan darah berdasarkan JNC VII tahun 2003
(Yogiantoro, 2006) adalah:
a. Normal (<120 dan <80 mmHg)
b. Prehipertensi (120-139 atau 80-89 mmHg)
c. Hipertensi (≥140 atau ≥90 mmHg)
3. Variabel Luar
a. Status gizi merupakan status kesehatan tubuh yang salah satu
pengukurannya dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) atau
indeks massa tubuh (IMT) yaitu dengan rumus:
(BNF, 2000).
Berat badan (kg)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Alat pengukuran yang digunakan adalah antropometri dengan
menggunakan timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan. Skala
pengukuran variabel BMI adalah rasio.
b. Usia
Usia diukur untuk mengetahui sebaran data wanita pengguna
kontrasepsi oral kombinasi. Skala pengukuran variabel usia adalah
rasio.
H. Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Checklist berisi data wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
kombinasi.
2. Timbangan untuk mengukur berat badan.
3. Microtoise untuk mengukur tinggi badan.
4. Sphygmomanometer dan stetoskop untuk mengukur tekanan darah.
5. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner)
6. Lembar persetujuan menjadi sampel (inform consent).
I. Cara Kerja
1. Penelitian pendahuluan
a. Peneliti membawa surat ijin penelitian dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk melakukan penelitian di
Puskesmas Jaten II Karanganyar.
b. Meminta data jumlah akseptor kontrasepsi oral kombinasi yang
tercatat hingga bulan Juni 2012 di Puskesmas Jaten II Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Penelitian sesungguhnya
a. Meminta data Kohort puskesmas tentang akseptor kontrasepsi oral
kombinasi beserta data riwayat pemeriksaan tekanan darah kemudian
mencatatnya dalam checklist.
b. Menghitung BMI berdasarkan hasil pengukuran antropometri
kemudian menentukan status gizinya.
c. Melakukan pengukuran tekanan darah pada akseptor kemudian
mencatat hasilnya.
d. Melakukan analisis data.
J. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik
menggunakan uji regresi linier sederhana dengan batas kemaknaan 5%. Data
diolah dengan program Statistical Product and Service Sollution (SPSS) versi
16 for Windows.