dd 1 pcos

13
Nama :Mutiara Putri Camelia NIM :2013730157 10. Bagaimana diagnosis diferensial I? A. Definisi Sindroma ovarium polikistik merupakan serangkaian gejala yang dihubungkan dengan hiperandrogenisme dan anovulasi kronik yang berhubungan dengan kelainan endokrin dan metabolik pada wanita tanpa adanya penyakit primer pada kelenjar hipofise atau adrenal yang mendasari. Anovulasi kronik terjadi akibat kelainan sekresi gonadotropin sebagai akibat dari kelainan sentral dimana terjadi peningkatan frekuensi dan amplitudo pulsasi GnRH dengan akibat terjadi peningkatan kadar LH serum dan peningkatan rasio LH/ FSH serta androgen. Hiperandrogenisme secara klinis dapat ditandai dengan hirsutisme, timbulnya jerawat (akne), alopesia akibat androgen dan naiknya konsentrasi serum androgen khususnya testosteron dan androstenedion. Sedangkan kelainan metabolik berhubungan dengan timbulnya keadaan hiperandrogenisme dan anovulasi kronik. b. Etiologi Etiologi SOPK/PCOS tidak diketahui secara pasti,namun diperkirakan sangat dipengaruhi oleh genetic. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka 50% wanita dalam keluarga tersebut akan menderita PCOS.

Upload: mutiara-putri-camelia

Post on 08-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Polycystic ovarium syndrome

TRANSCRIPT

Nama:Mutiara Putri CameliaNIM:201373015710. Bagaimana diagnosis diferensial I?A. DefinisiSindroma ovarium polikistik merupakan serangkaian gejala yang dihubungkan dengan hiperandrogenisme dan anovulasi kronik yang berhubungan dengan kelainan endokrin dan metabolik pada wanita tanpa adanya penyakit primer pada kelenjar hipofise atau adrenal yang mendasari. Anovulasi kronik terjadi akibat kelainan sekresi gonadotropin sebagai akibat dari kelainan sentral dimana terjadi peningkatan frekuensi dan amplitudo pulsasi GnRH dengan akibat terjadi peningkatan kadar LH serum dan peningkatan rasio LH/ FSH serta androgen. Hiperandrogenisme secara klinis dapat ditandai dengan hirsutisme, timbulnya jerawat (akne), alopesia akibat androgen dan naiknya konsentrasi serum androgen khususnya testosteron dan androstenedion. Sedangkan kelainan metabolik berhubungan dengan timbulnya keadaan hiperandrogenisme dan anovulasi kronik.b. EtiologiEtiologi SOPK/PCOS tidak diketahui secara pasti,namun diperkirakan sangat dipengaruhi oleh genetic. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka 50% wanita dalam keluarga tersebut akan menderita PCOS.c. Faktor resikoFaktor resiko utama terjadinya PCOS adalah riwayat PCOS dalam keluarga. Diperkirakan terdapat kombinasi genetic dalam kejadian PCOS. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka kemungkinan terjadinya PCOS adalah 50%. PCOS dapat diturunkan dari pihak bapak atau ibu kepada anaknya. Riwayat keluarga dengan Diabetes diperkirakan juga akan meningkatkan resiko terjadinya PCOS oleh karena ada hubungan yang sangat kuat antara kejadian diabetes dan PCOS. d.PatofisiologiPatofisiologi dari SOPK sangat komplek, dan walaupun faktor-faktor yang menginisiasinya belumlah sepenuhnya dimengerti, karakteristik gangguan endokrin dari SOPK sekali terjadi maka akan berlangsung terus menerus. Temuan utama adalah peningkatan tonik dari kadar LH serum dan FSH yang rendah atau normal. Selain itu dijumpai pula peningkatan kadar androgen. Kelainan metabolik berupa hiperinsulinemia dan resistensi insulin ikut berperan dalam timbulnya SOPK.A. Kelainan neuroendokrinLH yang meningkat pada pasien SOPK akan dapat meningkatkan jumlah dan frekuensi respon dari Gonadotropin-releasing hormone (Gn-RH) dari hipotalamus. GnRH merupakan stimulan utama untuk menghasilkan sekresi gonadotropin dan menstimulasi sel-sel teka interna folikel untuk memproduksi androstenedion, yang dikonversi di perifer, utamanya di dalam jaringan lemak, menjadi estron (E1), dan testoteron dalam jumlah yang lebih sedikit meningkat, berlawanan dengan pasien-pasien dengan hipertekosis. Kadar estradiol (E2) tetap normal atau sedikit dibawah normal, yang menyebabkan peningkatan rasio E1/E2. Peningkatan kadar E1, dan pada beberapa pasien akan meningkatkan sekresi dari inhibin-F suatu peptida nonsterois yang dihasilkan oleh sel-sel granulosa, akan menghambat sekresi FSH. Peningkatan rasio LH/FSH merupakan temuan yang khas pada ovarium polikistik. Peningkatan estrogen yang bersirkulasi tampaknya akan meningkatkan sekresi dari Luteinizing hormone relasing factor (LHRF) dan mempertinggi sensitifitas sel-sel hipofisis yang memproduksi LH terhadap LHRF. Produksi estrogen ovarium pada pasien polikistik ovarium secara nyata berkurang dari jaringan ovarium, mungkin karena inaktivasi dari sistem aromatese FSH dependent pada sel-sel granulosa. Sintesis estrogen intrafolikel, dan peningkatan rasio LH/FSH akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan folikel pada stadium midantral, terjadi anovulasi, dan ovarium yang sklerokistik. Sejumlah kelainan akan menyebabkan hiperestronemia dan perubahan sekresi gonadotropin secara potensial berperan dalam inisiasi atau terjadinya polikistik ovarium yang terus- menerus.B. HiperandrogenismeKelebihan androgen adrenalSalah satu studi menunjukkan bahwa wanita dengan SOPK terjadi peningkatan yang bermakna dari aktivitas 11b-hidroksisteroid dehidrogenase, yang merupakan enzim yang memetabolisme kortisol menjadi kortison. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar clearence kortisol dan, menurunkan feedback negatif dari sekresi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan secara sekunder meningkatkan sekresi androgen adrenal. Pada studi ini wanita yang obes menunjukkan peningkatan aktivitas 11b-hidroksisteroid dehidrogenase, tetapi tidak sesuai dengan derajat yang terlihat pada wanita dengan SOPK. Ini kemungkinan adanya pengaruh hiperinsulinemia yang dapat meningkatkan aktivitas enzim ini yang mengarahkan terjadinya hiperandrogen adrenal.Pengaruh androgen yang berlebihan serta mekanisme kerjanya sebagai berikut :a. SentralPeningkatan kadar androgen dalam darah terutama akan mengganggu gonadostat di hipotalamus dan akan menekan GnRH. Akibatnya adalah terganggunya perkembangan seksual, dan terjadinya penekanan langsung terhadap gonadotropin baik pada tingkat hipotalamus maupun hipofisis. Dalam hal ini LH lebih jelas dipengaruhi daripada FSH. Ini berarti bahwa peningkatan androgen yang beredar dalam darah mengganggu keserasian poros hipotalamus-hipofisis-ovarium.b. PeriferTerjadi gangguan pada tingkat ovarium dan folikel. Terjadi pemutusan androgen dalam sel-sel perifolikuler, sehingga folikel ovarium menjadi resisten terhadap rangsangan gonadotropin. Belum jelas adanya hambatan pada reseptor gonadotropin maunpun penjenuhan dengan androgen. Tetapi yang jelas ialah kadar androgen lokal yang tinggi akan menyebabkan perkembangan folikel ovarium yang resistem.Peningkatan androgen adrenal dapat menyebabkan hiperestronemia karena akan memanjangkan fase folikuler dan memendekkan fase luteal dan konsekuensinya terjadi peningkatan rasio LH/FSH. Peristiwa ini yang menerangkan kerapnya infertilitas dan ketidakteraturan haid pada wanita dengan hiperandrogen. Terapi deksametason dapat mengoreksi rasio LH/FSH yang abnormal pada beberapa pasien dengan polikistik ovarium, yang dapat menyebabkan terjadinya ovulasi lagi. Walaupun beberapa penelitian percaya bahwa pada pasien-pasien polikistik ovarium, abnormalitas adrenal adalah gangguan yang primer, penelitian lain telah menyimpulkan bahwa itu adalah sekunder dari kelainan hormonal.Pada pihak lain, hiperandrogen endogen akan menebalkan tunika albuginea ovarium. Juga ternyata bahwa pemberian androgen eksogen yang berlebihan dapat menebalkan kapsul ovarium. Selanjutnya keadaan tersebut akan mengganggu pelepasan folikel dan pecahannya bintik ovulasi. Ini merupakan bentuk lain dari androgen dalam mengganggu mekanisme ovulasi. Secara klinis dengan menekan kadar androgen yang tinggi akan menyebabkan folikel ovarium menjadi lebih peka terhadap gonadotropin endogen dan eksogen.C. Obesitas, hiperinsulinemia dan resistensi insulinObesitas berhubungan dengan masalah kesehatan pada umumnya dan kelainan ginekologi secara khusus, meliputi siklus menstrusasi yang ireguler, amenorea, dan perdarahan uterus disfungsional. Salah satu penelitian menemukan bahwa pada perempaun remaja yang gemuk meningkatkan serum androgen dan kadar LH dan rasio E1 dan E2 yang terbalik. Namun hal ini bersifat reversibel dengan menurunnya berat badan.Kadar androgen meningkat pada wanita gemuk. Baik tingkat produksi androgen maupun tingkat clearance-nya meningkat. Penurunan Sex hormone binding globulin (SHBG) berhubungan dengan obesitas yang meningkatkan kadar clearance androgen. Tingkat kelebihan berat badan berkorelasi dengan derajat aromatisasi ekstraglanduler dari androgen menjadi estrogen. Meningkatnya kadar androgen, tingginya rasio E2:E1, dan rendahnya kadar SHBG membuat keadaan biokimiawi kepada keadaan SOPK. Lebih dari 50% pasien SOPK merupakan pasien gemuk. Pada banyak wanita SOPK, pengurangan dari berat badan dapat menurunkan kadar androgen, menghilangkan hirsutism, dan bahkan mengembalikan ovulasi.Obesitas, ketika dikaitkan dengan SOPK, mempunyai berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin, dan tes toleransi glukosa yang abnormal. Resistesi insulin dan hiperinsulinemia ditentukan terjadi pada wanita SOPK, baik yang gemuk maupun tidak gemuk. Insulin menstimulasi sekresi androgen dari stroma ovarium, hal ini disebabkan karena insulin merupakan famili insulin lainnya dari insulin growth factor 1 (IGF-1). IGF-1 dapat meningkatkan produksi sel teka ovarium menghasilkan androgen. Disebabkan karena reseptor untuk insulin dan IGF-1 serupa, sehingga pada percobaan secara in vitro insulin dapat meningkatkan produksi androgen pada sel teka dan stroma. Hiperinsulinemia juga secara potensial menyebabkan peningkatan kadar androgen yang bersirkulasi (dan dengan konversi di perifer, estron) pada pasien-pasien SOPK. Hasil dari hiperandogenisme ini pada gilirannya akan meningkatkan resistensi insulin.Ketidaknormalan lipoprotein secara umum terdapat pada SOPK meliputi meningkatnya kolesterol, trigliserida, dan low density lipoprotein (LDL), dan rendahnya kadar high density lipoprotein dan apoporetin. Berdasarkan salah satu penelitian, ciri yang paling penting dari peningkatan lipid ialah menurunnya kadar HDL.Penemuan lain yang muncul pada wanita dengan SOPK meliputi gangguan fibronolisis yang ditunjukkan oleh meningkatnya kadar inhibitor aktivator plasminoge, meningkatnya insidensi hipertensi terjadi pada 40% perimenopaus, prevalensi yang besar dari aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler, dan resiko infark myokard .

e.Gejala Klinis Gangguan menstruasi dan infertilitasPenderita SOPK sering datang dengan keluhan gangguan menstruasi dapat berupa oligomenorea, amenorea dan infertilitas. Hal ini disebabkan oleh adanya anovulasi kronik dan hiperandrogenemia.

HirsutismeKeadaan dengan pertumbuhan rambut yang berlebihan pada kulit ditempat yang biasa, seperti kepala dan ekstremitas. Keadaan ini terjadi akibat pembentukkan androgen yang berlebihan akibat kerusakan enzim 3 betahidroksisteroid dehidrogenase.Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hirsutisme dapat menggunakan metode seperti gambar dibawah ini. Skor Ferriman-galwey menilai tingkat hirsutisme sesuai tingkat hirsutisme dan dinilai berdasarkan penjumlahan angka dari 1 sampai 4. dikatakan hirsutisme jika skornya lebih dari 6. ObesitasWanita dengan berat badan yang berlebihan, 4-5 kali lebih sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Wanita yang gemuk menunjukkan aktivitas kelenjar suprarenal yang berlebihan, peningkatan produksi testosteron, androstenedion serta peningkatan rasio estron/estradion 2,5. Selain itu dikemukakan pula penurunan kadae SHBG serum. Androgen merupakan hormon yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan estrogen. Enzim yang diperlukan untuk mengubah androgen menjadi estrogen adalah aromatase. Jaringan yang dimiliki kemampuan untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen adalah sel-sel granulosa dan jaringan lemak.Perubahan androstenedion menjadi E1 terjadi terutama di jaringan lemak, dan tingkat perubahan ini berhubungan dengan jumlah jaringan lemak. Pengurangan berat badan pada wanita gemuk berhubungan dengan pengurangan kadar androgen dan estrogen terutama estron serum. Hiperestronemia dan hiperinsulinemia adalah 2 hal yang berhubungan dengan kegemukan yang berperan dalam patogenesis ovarium polikistik.

Akne, seborrhoe, pembesaran klitoris , pengecilan payudara.Keadaan ini terjadi akibat pembentukan androgen yang berlebihan.f.DIAGNOSISMenurut kesepakatan National Institute of Health National Institute of Child Health and Human Development NIH-NICHD untuk mendiagnosa SOPK ditetapkan :Kriteria mayor : Anovulasi Hiperandrogenemia Tanda klinis hiperandrogenisme Penyebab lainnya dapat disingkirkanKriteria minor : Resistensi insulin Hirsutisme dan obesitas yang menetap Meningkatnya perbandingan rasio LH FSH Anovulasi intermiten yang berhubungan dengan hiperandrogenemia Bukti secara ultrasonografi terdapat ovarium polikistikLANGKAH DIAGNOSTIK Anamnesa: Anamnesa dipusatkan pada pola haid. Pertanyakan mengenai obat-obatan apa yang dikonsumsi. Adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol dan bagaimana pola makannya. Identifikasi keluarga dengan DM atau penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan fisik: Ditemukan adanya: Kebotakan, jerawat, klitoromegali,distribusi rambut tubuh, tanda resistensi insulin (obesitas, distribusi lemak sentripetal, akantosis nigrikan) Pemeriksaan bimanual Pemeriksaan laboratorium: -hCGuntuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan Kadar testosteron atau DHEAS (dehidroepiandrosteron sulfat) yang tinggi menunjukkan adanya hiperandrogenisme ovarium Prolaktinyang mempengaruhi siklus haid dan fertilitas PemeriksaanOGTT- oral glucosa tolerance testdankadar insulinuntuk menentukan adanya resistensi insulin.

g.EpidemiologiPenelitian tentang prevalensi SOPK masih terbatas. Di Amerika Serikat prevalensinya berkisar 4-6%, kepustakaan lain melaporkan bahwa prevalensinya berkisar 5-10%. Menurut Leventhal sindroma ini terjadi 1% 3 % dari semua wanita steril serta 3%-7% wanita yang mempunyai pengalaman ovarium polikistik. Menurut Suparman 15-25% wanita usia reproduksi akan mengalami siklus yang tidak berovulasi. Sebanyak 75% dari siklus yang tidak berovulasi itu berkembang menjadi anovulasi kronis dalam bentuk Ovarium polikistik (OPK). Telah ditemukan bahwa 80% dari kelainan ovarium polikistik ini secara klinis tampil sebagai Penyakit Ovarium polikistik (POPK). Pada 5-10% wanita usia reproduksi, Penyakit Ovarium polikistik ini akan bergejala lengkap sebagai Sindroma Ovarium polikistik (SOPK).Gejala hiperandrogen dengan oligo atau amenore muncul pada 1-4% wanita usia reproduktif. Meskipun USG rutin yang menskrining 257 wanita muda tidak mengeluhkan adanya gejala hiperandrogen namun didapatkan 22%-nya mempunyai polikistik ovarium. 1 dari wanita dengan ovarium normal mempunyai siklus menstruasi yang reguler, dan 75% wanita dengan ovarium polikistik mempunyai siklus ireguler (kebanyakan dari wanita ini tidak menunjukkan kelainan klinis dan bukti biokimia hiperandrogenisme).Prevalensi SOPK didapatkan dengan gejala klinis yang berbeda-beda. Dari 1079 kasus wanita dengan OPK (tinjauan literatur), Goldzieher dan Axelrod mendapatkan 47% wanita dengan gangguan menstruasi berupa amenorea dan sebanyak 16 % wanita siklus menstruasinya teratur. Conway dkk serta Franks mendapatkan 20% 25% wanita dengan gambaran ovarium polikistik (USG) mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Sedangkan peneliti lain mendapatkan sebanyak 30% (1741 kasus). Pada penelitian yang dilakukan oleh Balen mendapatkan 70% wanita dengan SOPK mengalami hirsutisme. Sedangkan obesitas didapatkan pada 35% 50% wanita dengan SOPK. Hirsutisme didapatkan lebih banyak pada wanita obese dengan SOPK (70% 73%) dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal (56% 58%). Sementara gangguan menstruasi lebih banyak dialami wanita obese dengan SOPK (28% 32%) dibandingkan wanita non-obese (12% 22%).h.Komplikasi Hipertensi Kolesterol tinggi Kecemasan dan depresi Sleep apnea(berhenti bernapas secara periodic selama tidur) Kanker endometrium (kanker yang disebabkan oleh penebalan lapisan Rahim) Serangan jantung Diabetes Kanker payudara

REFERENSIWinkjosastro, hanifa . Ilmu Kandungan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.2005Samsulhadi. Ovarium polikistik dan permasalahannya. Maj Obstet Ginekol 1999; 8:9-13http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/sindroma-ovarium-polikistik.htmlhttp://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/sindroma-ovarium-polikistik.html.