daftar pustak1.docx

21
DAFTAR PUSTAKA 1. Hawari, H. Dadang,dr. Pendekatan holistic pada gangguan jiwa SKIZOFRENIA. Edisi 2. Cetakan I. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. 2. Berrnheim, Kayla F., Lewine, Richard R.J., Beale, Caroline T. 3. U.S. National Institute of Mental Health 4. The Caring Family; Living with Chronic Mental Illness. Canada. 1982. 5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8 th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia 2000. p.471-503. 6. Lambert, Timothy JR & David J Castle. Pharmacological approaches to the management of schizophreni. http://www.mja.com.au/public/issues/178_09_050503/lam10582_f m.html 7. Maslim, Rusdi, dr, SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. Jakarta 2001. hal 14-15. 8. Thornton, John F, M.B., F.R.C.P.(C). Et all. Schizophrenia : The Medications. http://www.mentalhealth.com/book/p42- sc3. html-- .Clarke Institute of Psychiatry. Department of Psychiatry. University of Toronto. 9. Schizophrenia - Patient UK.htm. 10. US Surgeon General .

Upload: reisya-gina

Post on 18-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR PUSTAK1.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Hawari, H. Dadang,dr. Pendekatan holistic pada gangguan jiwa SKIZOFRENIA. Edisi 2.

Cetakan I. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.

2. Berrnheim, Kayla F., Lewine, Richard R.J., Beale, Caroline T.

3. U.S. National Institute of Mental Health

4. The Caring Family; Living with Chronic Mental Illness. Canada. 1982.

5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of

Psychiatry. 8th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia 2000. p.471-503.

6. Lambert, Timothy JR & David J Castle. Pharmacological approaches to the management

of schizophreni.

http://www.mja.com.au/public/issues/178_09_050503/lam10582_fm.html

7. Maslim, Rusdi, dr, SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

(Psychotropic Medication). Edisi ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma

Jaya. Jakarta 2001. hal 14-15.

8. Thornton, John F, M.B., F.R.C.P.(C). Et all. Schizophrenia : The Medications.

http://www.mentalhealth.com/book/p42-sc3. html-- .Clarke Institute of Psychiatry.

Department of Psychiatry. University of Toronto.

9. Schizophrenia - Patient UK.htm.

10. US Surgeon General .

Page 2: DAFTAR PUSTAK1.docx

Obat bekerja pada (1) mesocortical DA system dan  (2) mesolimbic DA system, dan

menunjukkan kerja antipsikotik dan sedatif. Efek ekstrapiramidal disebabkan karena inhibisi

reseptor D2 dari (4) the nigrostriatal system. Inhibisi sekresi seperti prolaktin disebabkan

karena blokade DA dalam hypothalamus dan hypophysis system(3). Sebagai tambahan, ada

kerja inhibisi dari reseptor histamine pusat dan serotonin. Lebih dari itu, efek samping dari

inhibisi muskarinik perifer dan reseptor alpha 1 juga dihasilkan.

Hipotesis Dopamin

Beberapa bukti menunjukkan bahwa aktivitas dopaminergik yang berlebihan berperan

terhadap adanya gangguan.

1. Kebanyakan anpsikotik memblok reseptor D2 postsinaps di system saraf pusat,

terutama system mesolimbik-frontal.

2. Pada orang skizofren yang telah meninggal ditemukan memiliki perbedaan

kepadatan reseptor dopamine antara yang menggunakan antipsikotik dan yang

tidak menggunakan antipsikotik, di mana orang skizofren yang menggunakan

antipsikotik mempunyai reseptor dopamine yang lebih rendah.

3. PET juga menunjukkan peningkatan kepadatan reseptor dopamine pada orang

yang skizofren disbanding dengan orang nonskizofren.

Hipotesis dopamine masih jauh dari lengkap. Bila kelainan dari fisiologis dopamine memang

jelas bertanggung jawab terhadap patogenesis dari skizofren, obat antipsikotik akan lebih

Page 3: DAFTAR PUSTAK1.docx

berguna dalam pengobatan pasien—tetapi dalam kenyataannya sekarang hanya efektif

sebagian untuk kebanyakan pasien dan tidak efektif untuk beberapa pasien.

Faktanya beberapa antipsikotik atipikal mempunyai efek yang lebih rendah pada reseptor D2

tetapi efektif untuk kasus skizofren. Keadaan ini membuat perhatian berubah kepada reseptor

dopamine lain dan reseptor non dopamine, terutama subtype serotonin yang dapat

memberikan perlindungan terhadap toksisitas ekstrapiramidal yang ditimbulkan antagonis

D2.

Secara umum MOA dari antipsikotik yaitu memblok reseptor post sinaptik dopamine.

Semua antipsikotik, kecuali haloperidol, memblok reseptor D1 dan D2 post sinaps.

Antipsikotik yang lebih baru, mungkin lebih memblok D1 dan D2 post sinaps pada daerah

tegmentum bagian ventral (A-10) sehingga menghindari reaksi tipe EPS yang merupakan

cerminan dari pemblokkan dari daerah nigrostriatal (A-9).

2. Specific Dopamine Receptors

  D1 & D5 D2a D2b D3 & D4Efek pada siklik AMP

Increases Decreases Increases phosphoinositide turnover

? Decreased

Agonis

DopamineWeak D1, Moderate D4

Moderate Moderate Potent

ApomorphineWeak D1, Moderate D4

Potent Potent Potent

Antagonis

Phenothiazines Weak Potent PotentPotent D3, Moderate D4

Thioxanthenes Potent Potent Potent -

Butyrophenones Weak Potent Potent Weak

Clozapine Weak Weak WeakWeak D3, Potent D4

D-1 Receptors

- Meningkatkan aktivitas adenilat siklase.

- Memodulasi intensitas dari gangguan gerakan.

- Padat di daerah korteks prefrontal di ganglia basal dan jaringan mesolimbik.

D-2 Receptors

Page 4: DAFTAR PUSTAK1.docx

- Independen atau menurunkan aktivitas adenilat siklase.

- Aktivitas antipsikotik yang berhubungan dengan D-2.

- Berhubungan langsung dengan penyakit Parkinson.

Aksis I :F31.2 Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik

F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik

Aksis II :

Aksis III: Tidak ada

Aksis IV:

Aksis V :

Menurut PPDGJ-III, skizofrenia termasuk dalam gangguan mental psikotik dengan

kode F20-29. Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab dan

perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan

intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat

berkembang kemudian.

Pedoman diagnostik untuk skizofrenia yaitu :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

(a) ”thought echo”, ”thought insertion” dan ”thought broadcasting”

(b) delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity dan

delusion perception.

(c) halusinasi auditorik

(d) waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

(e) halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

Page 5: DAFTAR PUSTAK1.docx

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu

atau berbulan-bulan terus menerus.

(f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tedak relevan, atau neologisme.

(g) perilaku katatonik

(h) gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara jarang dan respon

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.

Gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodormal);

harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut

dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.

VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL

Axis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

DD/ Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)

Axis II : BDD

Axis III : Tidak ada kelainan

Axis IV : Primary support group

Lingkungan sosial

Psikososial

Pendidikan

Ekonomi

Akses pelayanan

Axis V : GAF scale saat pemeriksaan : 60-51 (beberapa gejala sedang dan

hendaya sedang)

VII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Page 6: DAFTAR PUSTAK1.docx

VIII. FORMULASI PSIKODINAMIKA

IX. RENCANA TERAPI MENYELURUH

Psikofarmaka : Haloperidol 2x2 mg

THF 2x2 mg

Psikoterapi

Psikoterapi individual : supportif, memberikan wawasan tentang

penyakit.

Psikoterapi kelompok : terapi supportif dan menurunkan isolasi sosial.

Konseling keluarga : edukasi keluarga, support keluarga menghadapi

masalah os.

X. PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah

sebagai berikut :

1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi, yaitu :

a. “Thought echo”, “thought insertion atau withdrawal”, dan

“thought broadcasting”.

b. Delusion of control, delusion of influence, atau “passivity”;

persepsi delusional.

c. Suara halusinasi.

d. Waham menetap jenis lain.

e. Halusinasi yang menetap.

f. Interpolasi inkoherensi/pembicaraan tidak relevan/ neologisme.

g. Perilaku katatonik.

h. Gejala-gejala “negatif”: apatis, pembicaraan terhenti, respons

emosional menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial,

menurunnya kinerja sosial.

i. Perubahan konsisten dan bermakna dlm mutu keseluruhan

beberapa aspek perilaku perorangan hilangnya minat, tak

bertujuan, sikap malas, berdiam diri (self-absorbed attitude), dan

Page 7: DAFTAR PUSTAK1.docx

penarikan diri secara sosial.

- Satu gejala amat jelas (biasanya dua atau lebih) dari kelompok

gejala (A) – (D), atau

- Paling sedikit dua gejala dari kelompok (E) – (H),

- Yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan

atau lebih.

2. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol.

Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum :

a. Waham kejaran, rujukan, “exalted birth”, misi khusus,

perubahan tubuh, atau kecemburuan;

b.Suara-suara halusinasi yang mengancam/memberi perintah, atau

berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa;

c.Halusinasi pembauan/pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain- lain perasaan tubuh; halusinasi visual jarang.

3. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata.

Diagnosa dari penderita ini adalah Skizofrenia Paranoid dengan dasar

adanya gejala skizofrenia, seperti:

Gangguan isi pikiran berupa :

Waham kejar

Waham kebesaran

Waham dosa

Waham paranoia

Preokupasi agama

Gangguan persepsi berupa :

Halusinasi dengar

Halusinasi lihat

Halusinasi cium

Halusinasi rasa

Pada pasien ini juga timbul gejala skizofrenia pertama kali pada tahun

2004. Penderita pernah dirawat di RS Ciamis dan RSHS sebelum ini,

pulang dalam perbaikan, namun tidak pernah kontrol.

Walaupun terdapat beberapa gejala skizofrenia hebefrenik seperti

Page 8: DAFTAR PUSTAK1.docx

onset usia,gangguan, halusinasi dan waham tetapi tidak dapat

didiagnosa sebagai SR Hebefrenik. Ini karena pada SR hebefrenik

gejala halusinasi dan waham tidak menonjol.

B. TERAPI

Psikofarmaka

Karena penderita ini mengalami suatu eksaserbasi akut, dan

didominasi oleh gejala positif, maka pilihan obat yang tepat adalah

haloperidol yang mempunyai potensi antipsikotik tinggi dengan dosis

yang rendah 2. Haloperidol adalah anti-psikosis typikal dari golongan

Butyrophenone yang bekerja menghambat reseptor dopamin di

mesolimbik 3. Selain itu, pasien wanita dan penderita SR paranoid didapat

lebih responsik dengan Haloperidol 4. Pemberian haloperidol ini seringkali

menyebabkan efek samping parkinsonism (pada penderita ini, dapat

dilihat adanya tremor pada kedua tangan), oleh karena itu juga diberikan

antikolinergik, yaitu triheksifenidil (THF). Selain itu penderita ini juga

diberikan chlorpromazine, antipsikotik dengan potensi sedatif yang tinggi

2.

Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita Skizofrenia baru

dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas

sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah

kembali pulih dan pemehamam diri sudah baik. Psikoterapi diberikan

dengan catatan bahwa penderita masih tetap dapat terapi psikofarmaka.

Psikoterapi suportif : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk

memberikan dorongan ,semangat dan motivasi agar penderita

tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam

menghadapi hidup ini kendur dan menurun

Psikoterapi Kelompok : memusatkan pada rencana, masalah dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Terbukti efektif untuk

menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa kesatuan dan

Page 9: DAFTAR PUSTAK1.docx

meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.

Gunakan kelompok supportif bukan interpretatif.

Psikoterapi keluarga : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk

memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya .Dengan

psikoterapi ini diharapkan keluarga dapat memahami gangguan

jiwa Skizofrenia dan dapat membantu mempercepatkan proses

penyebuhan penderita.

Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk

memperkuat struktur kepribadian, mamatangkan kepribadian,

memperkuat ego, meningkatkan citra diri, memulihkan kepercayaan diri,

yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan

bermanfaat 5.

Prognosis:

Prognosis pada pasien ini tergantung dari

1. Usia.

Usia pasien pada saat terjadinya onset ± 23 tahun. Semakin muda umur seseorang maka

prognosis semakin buruk.

2. Faktor pencetusnya.

Pada pasien ini faktor pencetusnya adalah kehilangan kerja dan rasa bersalah serta

membebankan keluarganya dan ditolak cinta. Secara objektif dapat dikatakan bahwa hal ini

merupakan suatu stressor berat sehingga prognosisnya buruk.

3. Kecerdasan.

Kecerdasan seseorang menentukan prognosis dari penyakitnya. Pada pasien ini

kecerdasannya cukup baik sehingga prognosisnya baik.

4. Kepribadian.

Pasien ini mempunyai kepribadian yang tertutup sehingga prognosisnya cenderung ke arah

buruk.

5. Progresivitas penyakit.

Perjalanan penyakit penting untuk menentukan prognosis.

6. Terapi.

Dengan terapi yang adekuat : tepat obat, dosis, dan cara pemberiannya maka prognosis

penyakit baik.

Page 10: DAFTAR PUSTAK1.docx

7. Support System.

Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam membantu dalam proses penyembuhan

pasien. Adanya dukungan dan support dari keluarga dan lingkungan akan memberikan

pengaruh positif kepada pasien dalam menghadapi penyakit serta dalam menjalankan fungsi

sosialnya.

Menurut Kaplan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis :

Baik Buruk

Tua

Faktor presipitasi yang jelas

Onset akut

Premorbid baik

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Support sistem yang baik

Gejala positif

Muda

Tidak ada faktor presipitasi

Onsetnya insidious

Riwayat pekerjaan, seksual, sosial, buruk

premorbidnya

Tingkah laku autistik, menarik diri

Singel, bercerai atau janda

Riwayat keluarga skizofernia

Support sistem yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Relapse banyak

Riwayat menyerang

Hanya 10-20% pasien yang memiliki hasil baik, lebih dari 50 % persen pasien

digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan yang berulang, eksaserbasi

gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.

Rentang angka pemulihan pasien di literature adalah 10-60 persen, perkiraan yang

beralasan adalah bahwa 20 sampai 30 persen pasien skizofernia dapat menjalani kehidupan

agak normal. Kira-kira 20-30 persen dari pasien terus mengalami gejala yang sedang, dan 40

sampai 60 persen dari pasien terus terganggu secara bermakna oleh gangguannya selama

hidupnya.

DATA PASIEN

Nama lengkap : Ny. S

Jenis kelamin : Wanita

Umur : 62 tahun

Page 11: DAFTAR PUSTAK1.docx

Status marital : Menikah

Alamat : Cihampelas, Bandung

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Suku bangsa : Sunda

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Masuk Rumah Sakit : 11 Maret 2009

KELUHAN UTAMA

Sulit tidur

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 1 bulan yang lalu penderita merasa sulit tidur (pasien baru tertidur setelah jam

12 malam, sering mengalami mimpi buruk, terbangun dini hari dan sulit tidur kembali).

Pasien sering mendengar suara berisik dari luar rumah dan bisikan-bisikan di telinga seorang

laki-laki yang menyuruh penderita untuk tidak tidur sehingga pasien tidak dapat tidur. Pasien

juga merasa bahwa suami pasien berselingkuh.

Pasien merasa dibicarakan oleh tetangga-tetangga sehingga kurang percaya diri dan

tidak lagi berkumpul dengan tetangga lainnya. Pasien mengaku sedih dan putus asa tetapi

tidak ada keinginan bunuh diri. Pasien saat ini merasa kecewa kepada suaminya karena

pasien sering dipukul karena tidak mau tidur.

Nafsu makan pasien berkurang tetapi berat badan tidak bertambah atau berkurang.

BAB & BAK lancar. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, panas badan, kejang dan tidak

pernah jatuh dengan kepala membentur sesuatu.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sejak 6 bulan yang lalu, pasien sering mendengar di telinganya ada suara laki-laki

yang tidak dikenal untuk menyuruh membunuh orang disekitarnya tetapi tidak dilakukan.

Pasien merasa dibicarakan oleh tetangga-tetangga. Pasien juga sering marah-marah di rumah

tetapi bukan atas keinginan pasien sendiri. Pasien juga dapat mengetahui pikiran orang lain

dan dapat menyembuhkan orang lain.

Kemudian pasien dibawa ke poli klinik jiwa RS TNI AU Dr.Salamun dan diberikan

obat untuk keluhannya tetapi setelah sampai dirumah, obat tersebut di buang dan pasien tidak

kontrol lagi.

Page 12: DAFTAR PUSTAK1.docx

RIWAYAT PENYAKIT SERUPA DALAM KELUARGA

Tidak ada keluhan penyakit jiwa keluarga penderita

Riwayat Hidup Penderita

Pasien menikah saat berusia 18 tahun. Pasien mengaku bahagia dan tidak ada kesulitan

ekonomi. Pasien memiliki 2 anak yang sudah menikah dan hidup terpisah.

1. Masa dikandung dan sekitar persalinan : Tidak diketahui

2. Masa Bayi : Tidak diketahui

3. Masa Prasekolah : Tidak diketahui

4. Masa sekolah dan pubertas : Tidak diketahui

5. Masa Pubertas : Tidak diketahui

Kepribadian sebelum sakit

Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, pemalu dan tertutup

Pasien sering cepat tersinggung dan mudah marah

Hubungan sosial dengan tetangga dan keluarga cukup baik. Penderita suka

berkumpul dengan tetangga.

Status psikiatrikus

Kesan umum : Tenang

Kesadaran : Komposmentis

Roman muka : Curiga

Kontak/rapport : + / adekuat

Orientasi

Tempat : Baik

Waktu : Baik

Orang : Baik

Ingatan

Remote : Baik

Recent Past : Baik

Recent : Baik

Immediate retention &Recall : Baik

Page 13: DAFTAR PUSTAK1.docx

Perhatian : Baik

Persepsi

Ilusi : (-)

Halusinasi : Dengar (+)

Pikiran

Bentuk : Autistik

Jalan : Koheren

Isi : Waham curiga (+)

Wawasan penyakit : Kurang

Emosi : Sedih

Tingkah laku : Hipoaktif

Bicara : Pelan, Lambat/ relevan

Dekorum

Kebersihan : Baik

Sopan santun : Baik

Kooperatif : Baik

USULAN PEMERIKSAAN

DIAGNOSIS MULTIAXIAL

Axis I : DD/ Skizofrenia Paranoid dengan Episode Depresi Sedang dan Insomnia

Depresi Pasca-Skizofrenia dengan Insomnia

Episode Depresi Sedang dengan Gejala Psikotik dan Insomnia

Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (F23.1)

Axis II : Tidak ada

Axis III : Tidak ada kelainan

Axis IV : Primary support group (keluarga)

Lingkungan sosial

Psikososial

Axis V : GAF scale saat pemeriksaan : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,

hendaya ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Page 14: DAFTAR PUSTAK1.docx

PSIKODINAMIKA

RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Haloperidol 2x2 mg

THF 2x2 mg

Psikoterapi

- Supportif memberikan wawasan tentang penyakit.

SKIZOFRENIA

Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan

perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah

akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundemental dan kharakteristik dari

pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inapproproate) atau tumpul (blunted).

Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap

terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): (Sila rujuk PPDGJ III untuk

pedomannya)

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah

sebagai berikut :

1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi, yaitu satu

gejala dari berikut ini yang sangat jelas :

a. “Thought echo”, “thought insertion atau withdrawal”, dan

“thought broadcasting”.

b. Delusion of control, delusion of influence, atau “passivity”;

delusional perception.

c. Halusinasi suara.

d. Waham menetap jenis lain.

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada

Page 15: DAFTAR PUSTAK1.docx

secara jelas :

e. Halusinasi yang menetap.

f. Break atau Interpolasi inkoherensi/pembicaraan tidak relevan/

neologisme.

g. Perilaku katatonik.

h. Gejala-gejala “negatif”: apatis, pembicaraan terhenti, respons

emosional menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial,

menurunnya kinerja sosial.

i. Perubahan konsisten dan bermakna dlm mutu keseluruhan

beberapa aspek perilaku perorangan hilangnya minat, tak

bertujuan, sikap malas, berdiam diri (self-absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial.

Yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan

atau lebih.

2. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol.

a. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan ,dipengaruhi, tau passivity dan keyakinan dikejar-

kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

b. Suara-suara halusinasi yang mengancam/memberi perintah, atau

berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa;

c. Halusinasi pembauan/pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain- lain perasaan tubuh; halusinasi visual jarang.

- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata.

Diagnosa dari penderita ini adalah Skizofrenia Paranoid dengan dasar

adanya gejala skizofrenia, seperti:

Gangguan isi pikiran berupa :

Pada pasien ini ditemukan :

1) 'delusional perception'

Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,

biasanya bersifat mistik atau mukjizat, dari anamnesa dapat ditemukan pernyataan

Page 16: DAFTAR PUSTAK1.docx

pasien : "Pasien juga mengatakan bahwa dia merasa diguna – guna dan apabila dia

diguna – guna, dia merasa sangat sakit (fisik)."

2) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatandan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari

dunia lain, dari anamnesa pasien dapat ditemukan penyataan pasien : "Selain itu,

pasien mengatakan bahwa dia bisa membaca fikiran orang lain."

Kerana pasien ini memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia maka pasien ini didiagnosa

sebagai pasien skizofrenia.

Untuk tambahan, pasien ini kami diagnosa sebagai penderita Skizofrenia Paranoid

kerana pasien ini telah memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia dan sebagai tambahan

mengalami halusinasi dan/atau waham harus menonjol iaitu suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal

berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa(laughing); dari

anamnesa dapat ditemukan pernyataan pasien : "ada beberapa orang (perempuan dan

lelaki) yang lebih hebat dan lebih tahu daripada dirinya yang memberitahunya

bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan pasien mempercayainya."