daftar pustak1.docx
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
DAFTAR PUSTAKA
1. Hawari, H. Dadang,dr. Pendekatan holistic pada gangguan jiwa SKIZOFRENIA. Edisi 2.
Cetakan I. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.
2. Berrnheim, Kayla F., Lewine, Richard R.J., Beale, Caroline T.
3. U.S. National Institute of Mental Health
4. The Caring Family; Living with Chronic Mental Illness. Canada. 1982.
5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 8th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia 2000. p.471-503.
6. Lambert, Timothy JR & David J Castle. Pharmacological approaches to the management
of schizophreni.
http://www.mja.com.au/public/issues/178_09_050503/lam10582_fm.html
7. Maslim, Rusdi, dr, SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Edisi ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma
Jaya. Jakarta 2001. hal 14-15.
8. Thornton, John F, M.B., F.R.C.P.(C). Et all. Schizophrenia : The Medications.
http://www.mentalhealth.com/book/p42-sc3. html-- .Clarke Institute of Psychiatry.
Department of Psychiatry. University of Toronto.
9. Schizophrenia - Patient UK.htm.
10. US Surgeon General .
Obat bekerja pada (1) mesocortical DA system dan (2) mesolimbic DA system, dan
menunjukkan kerja antipsikotik dan sedatif. Efek ekstrapiramidal disebabkan karena inhibisi
reseptor D2 dari (4) the nigrostriatal system. Inhibisi sekresi seperti prolaktin disebabkan
karena blokade DA dalam hypothalamus dan hypophysis system(3). Sebagai tambahan, ada
kerja inhibisi dari reseptor histamine pusat dan serotonin. Lebih dari itu, efek samping dari
inhibisi muskarinik perifer dan reseptor alpha 1 juga dihasilkan.
Hipotesis Dopamin
Beberapa bukti menunjukkan bahwa aktivitas dopaminergik yang berlebihan berperan
terhadap adanya gangguan.
1. Kebanyakan anpsikotik memblok reseptor D2 postsinaps di system saraf pusat,
terutama system mesolimbik-frontal.
2. Pada orang skizofren yang telah meninggal ditemukan memiliki perbedaan
kepadatan reseptor dopamine antara yang menggunakan antipsikotik dan yang
tidak menggunakan antipsikotik, di mana orang skizofren yang menggunakan
antipsikotik mempunyai reseptor dopamine yang lebih rendah.
3. PET juga menunjukkan peningkatan kepadatan reseptor dopamine pada orang
yang skizofren disbanding dengan orang nonskizofren.
Hipotesis dopamine masih jauh dari lengkap. Bila kelainan dari fisiologis dopamine memang
jelas bertanggung jawab terhadap patogenesis dari skizofren, obat antipsikotik akan lebih
berguna dalam pengobatan pasien—tetapi dalam kenyataannya sekarang hanya efektif
sebagian untuk kebanyakan pasien dan tidak efektif untuk beberapa pasien.
Faktanya beberapa antipsikotik atipikal mempunyai efek yang lebih rendah pada reseptor D2
tetapi efektif untuk kasus skizofren. Keadaan ini membuat perhatian berubah kepada reseptor
dopamine lain dan reseptor non dopamine, terutama subtype serotonin yang dapat
memberikan perlindungan terhadap toksisitas ekstrapiramidal yang ditimbulkan antagonis
D2.
Secara umum MOA dari antipsikotik yaitu memblok reseptor post sinaptik dopamine.
Semua antipsikotik, kecuali haloperidol, memblok reseptor D1 dan D2 post sinaps.
Antipsikotik yang lebih baru, mungkin lebih memblok D1 dan D2 post sinaps pada daerah
tegmentum bagian ventral (A-10) sehingga menghindari reaksi tipe EPS yang merupakan
cerminan dari pemblokkan dari daerah nigrostriatal (A-9).
2. Specific Dopamine Receptors
D1 & D5 D2a D2b D3 & D4Efek pada siklik AMP
Increases Decreases Increases phosphoinositide turnover
? Decreased
Agonis
DopamineWeak D1, Moderate D4
Moderate Moderate Potent
ApomorphineWeak D1, Moderate D4
Potent Potent Potent
Antagonis
Phenothiazines Weak Potent PotentPotent D3, Moderate D4
Thioxanthenes Potent Potent Potent -
Butyrophenones Weak Potent Potent Weak
Clozapine Weak Weak WeakWeak D3, Potent D4
D-1 Receptors
- Meningkatkan aktivitas adenilat siklase.
- Memodulasi intensitas dari gangguan gerakan.
- Padat di daerah korteks prefrontal di ganglia basal dan jaringan mesolimbik.
D-2 Receptors
- Independen atau menurunkan aktivitas adenilat siklase.
- Aktivitas antipsikotik yang berhubungan dengan D-2.
- Berhubungan langsung dengan penyakit Parkinson.
Aksis I :F31.2 Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik
Aksis II :
Aksis III: Tidak ada
Aksis IV:
Aksis V :
Menurut PPDGJ-III, skizofrenia termasuk dalam gangguan mental psikotik dengan
kode F20-29. Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
Pedoman diagnostik untuk skizofrenia yaitu :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
(a) ”thought echo”, ”thought insertion” dan ”thought broadcasting”
(b) delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity dan
delusion perception.
(c) halusinasi auditorik
(d) waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas :
(e) halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus.
(f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tedak relevan, atau neologisme.
(g) perilaku katatonik
(h) gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara jarang dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.
Gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal);
harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
DD/ Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
Axis II : BDD
Axis III : Tidak ada kelainan
Axis IV : Primary support group
Lingkungan sosial
Psikososial
Pendidikan
Ekonomi
Akses pelayanan
Axis V : GAF scale saat pemeriksaan : 60-51 (beberapa gejala sedang dan
hendaya sedang)
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
VIII. FORMULASI PSIKODINAMIKA
IX. RENCANA TERAPI MENYELURUH
Psikofarmaka : Haloperidol 2x2 mg
THF 2x2 mg
Psikoterapi
Psikoterapi individual : supportif, memberikan wawasan tentang
penyakit.
Psikoterapi kelompok : terapi supportif dan menurunkan isolasi sosial.
Konseling keluarga : edukasi keluarga, support keluarga menghadapi
masalah os.
X. PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah
sebagai berikut :
1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi, yaitu :
a. “Thought echo”, “thought insertion atau withdrawal”, dan
“thought broadcasting”.
b. Delusion of control, delusion of influence, atau “passivity”;
persepsi delusional.
c. Suara halusinasi.
d. Waham menetap jenis lain.
e. Halusinasi yang menetap.
f. Interpolasi inkoherensi/pembicaraan tidak relevan/ neologisme.
g. Perilaku katatonik.
h. Gejala-gejala “negatif”: apatis, pembicaraan terhenti, respons
emosional menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial,
menurunnya kinerja sosial.
i. Perubahan konsisten dan bermakna dlm mutu keseluruhan
beberapa aspek perilaku perorangan hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, berdiam diri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
- Satu gejala amat jelas (biasanya dua atau lebih) dari kelompok
gejala (A) – (D), atau
- Paling sedikit dua gejala dari kelompok (E) – (H),
- Yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan
atau lebih.
2. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol.
Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum :
a. Waham kejaran, rujukan, “exalted birth”, misi khusus,
perubahan tubuh, atau kecemburuan;
b.Suara-suara halusinasi yang mengancam/memberi perintah, atau
berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa;
c.Halusinasi pembauan/pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain- lain perasaan tubuh; halusinasi visual jarang.
3. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata.
Diagnosa dari penderita ini adalah Skizofrenia Paranoid dengan dasar
adanya gejala skizofrenia, seperti:
Gangguan isi pikiran berupa :
Waham kejar
Waham kebesaran
Waham dosa
Waham paranoia
Preokupasi agama
Gangguan persepsi berupa :
Halusinasi dengar
Halusinasi lihat
Halusinasi cium
Halusinasi rasa
Pada pasien ini juga timbul gejala skizofrenia pertama kali pada tahun
2004. Penderita pernah dirawat di RS Ciamis dan RSHS sebelum ini,
pulang dalam perbaikan, namun tidak pernah kontrol.
Walaupun terdapat beberapa gejala skizofrenia hebefrenik seperti
onset usia,gangguan, halusinasi dan waham tetapi tidak dapat
didiagnosa sebagai SR Hebefrenik. Ini karena pada SR hebefrenik
gejala halusinasi dan waham tidak menonjol.
B. TERAPI
Psikofarmaka
Karena penderita ini mengalami suatu eksaserbasi akut, dan
didominasi oleh gejala positif, maka pilihan obat yang tepat adalah
haloperidol yang mempunyai potensi antipsikotik tinggi dengan dosis
yang rendah 2. Haloperidol adalah anti-psikosis typikal dari golongan
Butyrophenone yang bekerja menghambat reseptor dopamin di
mesolimbik 3. Selain itu, pasien wanita dan penderita SR paranoid didapat
lebih responsik dengan Haloperidol 4. Pemberian haloperidol ini seringkali
menyebabkan efek samping parkinsonism (pada penderita ini, dapat
dilihat adanya tremor pada kedua tangan), oleh karena itu juga diberikan
antikolinergik, yaitu triheksifenidil (THF). Selain itu penderita ini juga
diberikan chlorpromazine, antipsikotik dengan potensi sedatif yang tinggi
2.
Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita Skizofrenia baru
dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka di atas
sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemehamam diri sudah baik. Psikoterapi diberikan
dengan catatan bahwa penderita masih tetap dapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi suportif : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk
memberikan dorongan ,semangat dan motivasi agar penderita
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam
menghadapi hidup ini kendur dan menurun
Psikoterapi Kelompok : memusatkan pada rencana, masalah dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terbukti efektif untuk
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa kesatuan dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
Gunakan kelompok supportif bukan interpretatif.
Psikoterapi keluarga : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk
memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya .Dengan
psikoterapi ini diharapkan keluarga dapat memahami gangguan
jiwa Skizofrenia dan dapat membantu mempercepatkan proses
penyebuhan penderita.
Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk
memperkuat struktur kepribadian, mamatangkan kepribadian,
memperkuat ego, meningkatkan citra diri, memulihkan kepercayaan diri,
yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan
bermanfaat 5.
Prognosis:
Prognosis pada pasien ini tergantung dari
1. Usia.
Usia pasien pada saat terjadinya onset ± 23 tahun. Semakin muda umur seseorang maka
prognosis semakin buruk.
2. Faktor pencetusnya.
Pada pasien ini faktor pencetusnya adalah kehilangan kerja dan rasa bersalah serta
membebankan keluarganya dan ditolak cinta. Secara objektif dapat dikatakan bahwa hal ini
merupakan suatu stressor berat sehingga prognosisnya buruk.
3. Kecerdasan.
Kecerdasan seseorang menentukan prognosis dari penyakitnya. Pada pasien ini
kecerdasannya cukup baik sehingga prognosisnya baik.
4. Kepribadian.
Pasien ini mempunyai kepribadian yang tertutup sehingga prognosisnya cenderung ke arah
buruk.
5. Progresivitas penyakit.
Perjalanan penyakit penting untuk menentukan prognosis.
6. Terapi.
Dengan terapi yang adekuat : tepat obat, dosis, dan cara pemberiannya maka prognosis
penyakit baik.
7. Support System.
Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam membantu dalam proses penyembuhan
pasien. Adanya dukungan dan support dari keluarga dan lingkungan akan memberikan
pengaruh positif kepada pasien dalam menghadapi penyakit serta dalam menjalankan fungsi
sosialnya.
Menurut Kaplan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis :
Baik Buruk
Tua
Faktor presipitasi yang jelas
Onset akut
Premorbid baik
Gejala gangguan mood
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Support sistem yang baik
Gejala positif
Muda
Tidak ada faktor presipitasi
Onsetnya insidious
Riwayat pekerjaan, seksual, sosial, buruk
premorbidnya
Tingkah laku autistik, menarik diri
Singel, bercerai atau janda
Riwayat keluarga skizofernia
Support sistem yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Relapse banyak
Riwayat menyerang
Hanya 10-20% pasien yang memiliki hasil baik, lebih dari 50 % persen pasien
digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan yang berulang, eksaserbasi
gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.
Rentang angka pemulihan pasien di literature adalah 10-60 persen, perkiraan yang
beralasan adalah bahwa 20 sampai 30 persen pasien skizofernia dapat menjalani kehidupan
agak normal. Kira-kira 20-30 persen dari pasien terus mengalami gejala yang sedang, dan 40
sampai 60 persen dari pasien terus terganggu secara bermakna oleh gangguannya selama
hidupnya.
DATA PASIEN
Nama lengkap : Ny. S
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 62 tahun
Status marital : Menikah
Alamat : Cihampelas, Bandung
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk Rumah Sakit : 11 Maret 2009
KELUHAN UTAMA
Sulit tidur
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak 1 bulan yang lalu penderita merasa sulit tidur (pasien baru tertidur setelah jam
12 malam, sering mengalami mimpi buruk, terbangun dini hari dan sulit tidur kembali).
Pasien sering mendengar suara berisik dari luar rumah dan bisikan-bisikan di telinga seorang
laki-laki yang menyuruh penderita untuk tidak tidur sehingga pasien tidak dapat tidur. Pasien
juga merasa bahwa suami pasien berselingkuh.
Pasien merasa dibicarakan oleh tetangga-tetangga sehingga kurang percaya diri dan
tidak lagi berkumpul dengan tetangga lainnya. Pasien mengaku sedih dan putus asa tetapi
tidak ada keinginan bunuh diri. Pasien saat ini merasa kecewa kepada suaminya karena
pasien sering dipukul karena tidak mau tidur.
Nafsu makan pasien berkurang tetapi berat badan tidak bertambah atau berkurang.
BAB & BAK lancar. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, panas badan, kejang dan tidak
pernah jatuh dengan kepala membentur sesuatu.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sejak 6 bulan yang lalu, pasien sering mendengar di telinganya ada suara laki-laki
yang tidak dikenal untuk menyuruh membunuh orang disekitarnya tetapi tidak dilakukan.
Pasien merasa dibicarakan oleh tetangga-tetangga. Pasien juga sering marah-marah di rumah
tetapi bukan atas keinginan pasien sendiri. Pasien juga dapat mengetahui pikiran orang lain
dan dapat menyembuhkan orang lain.
Kemudian pasien dibawa ke poli klinik jiwa RS TNI AU Dr.Salamun dan diberikan
obat untuk keluhannya tetapi setelah sampai dirumah, obat tersebut di buang dan pasien tidak
kontrol lagi.
RIWAYAT PENYAKIT SERUPA DALAM KELUARGA
Tidak ada keluhan penyakit jiwa keluarga penderita
Riwayat Hidup Penderita
Pasien menikah saat berusia 18 tahun. Pasien mengaku bahagia dan tidak ada kesulitan
ekonomi. Pasien memiliki 2 anak yang sudah menikah dan hidup terpisah.
1. Masa dikandung dan sekitar persalinan : Tidak diketahui
2. Masa Bayi : Tidak diketahui
3. Masa Prasekolah : Tidak diketahui
4. Masa sekolah dan pubertas : Tidak diketahui
5. Masa Pubertas : Tidak diketahui
Kepribadian sebelum sakit
Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, pemalu dan tertutup
Pasien sering cepat tersinggung dan mudah marah
Hubungan sosial dengan tetangga dan keluarga cukup baik. Penderita suka
berkumpul dengan tetangga.
Status psikiatrikus
Kesan umum : Tenang
Kesadaran : Komposmentis
Roman muka : Curiga
Kontak/rapport : + / adekuat
Orientasi
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Orang : Baik
Ingatan
Remote : Baik
Recent Past : Baik
Recent : Baik
Immediate retention &Recall : Baik
Perhatian : Baik
Persepsi
Ilusi : (-)
Halusinasi : Dengar (+)
Pikiran
Bentuk : Autistik
Jalan : Koheren
Isi : Waham curiga (+)
Wawasan penyakit : Kurang
Emosi : Sedih
Tingkah laku : Hipoaktif
Bicara : Pelan, Lambat/ relevan
Dekorum
Kebersihan : Baik
Sopan santun : Baik
Kooperatif : Baik
USULAN PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Axis I : DD/ Skizofrenia Paranoid dengan Episode Depresi Sedang dan Insomnia
Depresi Pasca-Skizofrenia dengan Insomnia
Episode Depresi Sedang dengan Gejala Psikotik dan Insomnia
Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (F23.1)
Axis II : Tidak ada
Axis III : Tidak ada kelainan
Axis IV : Primary support group (keluarga)
Lingkungan sosial
Psikososial
Axis V : GAF scale saat pemeriksaan : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
hendaya ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
PSIKODINAMIKA
RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : Haloperidol 2x2 mg
THF 2x2 mg
Psikoterapi
- Supportif memberikan wawasan tentang penyakit.
SKIZOFRENIA
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundemental dan kharakteristik dari
pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inapproproate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Pedoman Diagnostik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): (Sila rujuk PPDGJ III untuk
pedomannya)
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid adalah
sebagai berikut :
1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi, yaitu satu
gejala dari berikut ini yang sangat jelas :
a. “Thought echo”, “thought insertion atau withdrawal”, dan
“thought broadcasting”.
b. Delusion of control, delusion of influence, atau “passivity”;
delusional perception.
c. Halusinasi suara.
d. Waham menetap jenis lain.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
e. Halusinasi yang menetap.
f. Break atau Interpolasi inkoherensi/pembicaraan tidak relevan/
neologisme.
g. Perilaku katatonik.
h. Gejala-gejala “negatif”: apatis, pembicaraan terhenti, respons
emosional menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial,
menurunnya kinerja sosial.
i. Perubahan konsisten dan bermakna dlm mutu keseluruhan
beberapa aspek perilaku perorangan hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, berdiam diri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan
atau lebih.
2. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol.
a. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan ,dipengaruhi, tau passivity dan keyakinan dikejar-
kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
b. Suara-suara halusinasi yang mengancam/memberi perintah, atau
berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa;
c. Halusinasi pembauan/pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain- lain perasaan tubuh; halusinasi visual jarang.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata.
Diagnosa dari penderita ini adalah Skizofrenia Paranoid dengan dasar
adanya gejala skizofrenia, seperti:
Gangguan isi pikiran berupa :
Pada pasien ini ditemukan :
1) 'delusional perception'
Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat, dari anamnesa dapat ditemukan pernyataan
pasien : "Pasien juga mengatakan bahwa dia merasa diguna – guna dan apabila dia
diguna – guna, dia merasa sangat sakit (fisik)."
2) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatandan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain, dari anamnesa pasien dapat ditemukan penyataan pasien : "Selain itu,
pasien mengatakan bahwa dia bisa membaca fikiran orang lain."
Kerana pasien ini memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia maka pasien ini didiagnosa
sebagai pasien skizofrenia.
Untuk tambahan, pasien ini kami diagnosa sebagai penderita Skizofrenia Paranoid
kerana pasien ini telah memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia dan sebagai tambahan
mengalami halusinasi dan/atau waham harus menonjol iaitu suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa(laughing); dari
anamnesa dapat ditemukan pernyataan pasien : "ada beberapa orang (perempuan dan
lelaki) yang lebih hebat dan lebih tahu daripada dirinya yang memberitahunya
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan pasien mempercayainya."