d1 skenario 5 blok 30

25
Cristovani Cesar 102010329 Demar Berkam 102010400 Frisca Charlen 102011037 Epifania Fitriana Adna 102011107 Jimmy 102011163 Maria Alvina Cahya S. 102011228 Lisa Puspitasari 102011330 Heribertus Edo Tigit 102011350 Nurshawina Kamaludin 102011429 Hukum dan Etika Kedokteran pada Kasus Euthanasia

Upload: luphpink

Post on 07-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: D1 Skenario 5 Blok 30

Cristovani Cesar 102010329Demar Berkam 102010400Frisca Charlen 102011037Epifania Fitriana Adna 102011107Jimmy 102011163Maria Alvina Cahya S. 102011228Lisa Puspitasari 102011330Heribertus Edo Tigit 102011350Nurshawina Kamaludin 102011429

Hukum dan Etika Kedokteranpada Kasus Euthanasia

Page 2: D1 Skenario 5 Blok 30

Seorang pasien berumur 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma

kolon yang telah terminal. Pasien masih cukup sadar, berpendidikan cukup

tinggi. Ia memahami benar posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan

ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya

menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam tampak

sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang

penderitaannya saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter apabila dia

mendekati ajalnya agar menerima terapi yang minimal saja (tanpa antibiotika,

tanpa peralatan ICU, dan lain-lain), dan ia ingin mati dengan tenang dan wajar.

Namun, ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa sakit

bila memang dibutuhkan.

Kasus

Page 3: D1 Skenario 5 Blok 30

-

Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui

Rumusan Masalah

Seorang pria berusia 62 tahun menderita ca colon stadium

terminal menolak perawatan intensif

Identifikasi Istilah & Rumusan Masalah

Page 4: D1 Skenario 5 Blok 30

Carcinoma colon stadium terminal

Page 5: D1 Skenario 5 Blok 30

Pasien 62 tahun dengan ca colon terminal menolak

perawatan intensif

Bioetik kedokteran

Inform consent

Rekam medis

Aspek dan Dampak hukum

Prosedur tindakan medis

Mind Map

Page 6: D1 Skenario 5 Blok 30

Pasien 62 tahun menderita ca colon stadium terminal

diberi terapi minimal atas permintaan pasien, setelah

mempertimbangkan dari sisi hukum dan medis.

Hipotesis

Page 7: D1 Skenario 5 Blok 30

TTV

suhu 38,5o C, pernafasan : Kussmaul 24x/menit, TD : 90/50mmHg , HR : 110x/menit reguler

Inspeksi

luka pd telapak kaki kiri 5x3cm, pus (+), darah (+), nyeri (-), warna merah kehitaman.

Palpasi

nyeri (-) pada plantar pedis sinistra

Auskultasi

kor murmur (-), gallop (-), pulmo ronki (-)

Pemeriksaan Neurologis

GCS 8, rangsangan meningeal (-), Babinski sign (-),tanda lateralisasi (-)

Tingkat Kesadaran : somnolen

Pemeriksaan Fisik

Page 8: D1 Skenario 5 Blok 30

Etika ? Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

2 teori etika : teori deontologi dan teleologi.Deontologi ------ baik-buruknya suatu perbuatan dilihat dari perbuatannya sendiri. Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi, dan budaya

teleologi ------ menilai baik-buruk tindakan dengan melihat hasilnya atau akibatnya sedangakan teleologi lebih ke arah penalaran dan pembenaran kepada azas manfaat.

Bioetik kedokteran

Page 9: D1 Skenario 5 Blok 30

` Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) yakni:

Beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbutan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya.

Non-malaficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien.

Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

Autonomy, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak-hak ototnomi pasien *the right to self determination).

Bioetik kedokteran

Page 10: D1 Skenario 5 Blok 30

Autonomy. Prinsip autonomi mengakui hak-hak individu untuk menentukan nasib sendiri. ini berakar pada masyarakat hormat untuk kemampuan individu untuk membuat keputusan tentang hal-hal pribadi.Autonomi telah menjadi lebih penting sebagai nilai-nilai sosial telah bergeser untuk mendefinisikan kualitas medis dalam Menghormati otonomi adalah dasar informed consent dan petunjuk terlebih dahulu

Beneficence. Beneficence merupakan tindakan dokter yang mengutamakan kebaikan kepada pasien dibandingkan kepentingan sendiri.

KAIDAH DASAR BIOETIK

Page 11: D1 Skenario 5 Blok 30

Non maleficence adalah suatu tindakan dokter yang tidak mencelakakan atau memperburuk keadaan pasien. Banyak menganggap bahwa harus menjadi pertimbangan utama atau primer bahwa lebih penting untuk tidak membahayakan pasien, daripada berbuat baik kepada mereka.

Justice. Justice yaitu prinsip moral yang memetingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan sumber daya (disrtributive justce)

KAIDAH DASAR BIOETIK

Page 12: D1 Skenario 5 Blok 30

Pembuatan keputusan etik terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen, Siegler, dan Winslade mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang esensial dalam pelayanan klinik, yaitu:

Medical indicationPatient preferences Quality of lifeContextual features

Etika klinik

Page 13: D1 Skenario 5 Blok 30

Medical indication. Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya, terutama menggunakan kadiah beneficence dan non-maleficence.

Patient preferences . Yang harus diperhatikan adalah nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy.

Quality of life. Merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu, memperbaiki, menjaga, atau meningkatkan kualitas hidup insani.

Contextual features . Dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya, dan faktor hukum

Page 14: D1 Skenario 5 Blok 30

Pengertian = Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemeikiran tentang apa yang akan dan yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.

Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu:- Threshold elements- Informatif elements.- Consent Elements.

Inform consent

Page 15: D1 Skenario 5 Blok 30

Threshold elements. pemberian consent oleh seseorang yang kompeten mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan (medis).

Informatif elements. Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan udnderstanding (pemahaman). Pengertian ‘berdasarkan pemahaman yang adekuat’ membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa agar pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.

Consent Elements. Elemen ini juga terdiri dari dua bagian, yaitu voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan).Kesukarelaan mengharuskan tidak adanya tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan.

Page 16: D1 Skenario 5 Blok 30

Definisi menurut Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 : Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

Rekam medis berisi data yang dapat dikelompokkan menjadi 4 komponen, yaitu : Identifikasi Sosial, Medikal, Finansial : misalnya asuransi

Setidaknya terdapat 3 isu hukuman utama yang berkaitan dengan rekam medis, yaitu(1) Komplikasi, Pemeliharaan dan retensi Rekam Medis/ Rekam Kesehatan,(2) Penggunaan dan pengungkapan informasi kesehatan (3) Penggunaan catatan pasien dan informasi kesehatan dalam proses peradilan. Selain

itu juga terdapat isu hukum di bidang kepemilikan, perlindungan dan komputerisasi.

REKAM MEDIS

Page 17: D1 Skenario 5 Blok 30

Berikut adalah acuan secara umum untuk menentukan bentuk ini rekam kesehatan:

Rekam medis hendaknya disususn secara sistematik Hanya orang-orang tertentu yang ditunjuk oleh kebijakan rumahsakit Kebijakan rumah sakit dan atu peraturan internal staf medis hendaknya

mendpesifikasi siapa yang berhak menerima dan menulus perintah verbal dokter dan tata caranya.

Masukan pada rekam medis hendaknya dicatat, Penulisan semua masukan harus tertra secara jelas.

Singkatan dan simbol sebaiknya hanya digunakan dalam rekam medis Masukan rekam medis permanen. Untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam rekam medis, hendaknya

digunakan tata cara sebagaimana diatur dalam Permenkes no 749a tahun 1989.

Bila pasien ingin merubah isi rekam medisnya, perubahan hendaknya dibuat sebagai addendum.

Petugas rumah sakit harus mengembangkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kebijakan dan prosedurnya

Page 18: D1 Skenario 5 Blok 30

Euthanasia

• Euthanasia : dr kata Yunani Euthanathos. Eu = baik. Tanpa penderitaan; sedang tanathos = mati.

• Penggolongan Euthanasia– Euthanasia aktif– Euthanasia pasif

Page 19: D1 Skenario 5 Blok 30

Penggolongan Euthanasia• Euthanasia aktif

Euthanasia aktif adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh dokter atau tenaga kesehatan untuk mencabut atau mengakhiri hidup sang pasien,

misalnya dengan memberikan obat-obat yang mematikan. • Euthanasia pasif

Euthanasia pasif dilakukan pada kondisi dimana seorang pasien secara tegas menolak untuk menerima perawatan medis. Ia membuat sebuah “codicil”, yaitu pernyataan yang tertulis. Pada dasarnya eutanasia pasif adalah euthanasia yang dilakukan atas permintaan sang pasien itu sendiri.

misalnya dengan tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam bernapas, menolak untuk melakukan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, dan sebagainya. Tindakan yang dilakukan tidak membuat pasien langsung mati setelah diberhentikan asupan medisnya, tetapi secara perlahan-lahan.

Page 20: D1 Skenario 5 Blok 30

Carsinoma colon atau kanker usus besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu).

Tujuan pengobatan kanker ada dua, yaitu kuratif dan paliatif. Pengobatan kuratif merupakan upaya yang ditujukan untuk mencapai kesembuhan penyakit kanker. Sementara pengobatan paliatif ditujukan pada penderita kanker yang sudah tidak memungkinkan kembali dicapainya kesembuhan.

Prosedur Tindakan Medis

Page 21: D1 Skenario 5 Blok 30

Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai  berikut:

1.      Pembedahan (Operasi). Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui

lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.

2.      Penyinaran (Radioterapi).Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.

3.      KemotherapyChemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus 

Rencana Prosedur Terapi

Page 22: D1 Skenario 5 Blok 30

Secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di Indonesia hanya dikenal satu bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau korban itu sendiri (voluntary euthanasia).

Pasal 344 KUHP. Yang menyatakan : “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara palinglama dua belas tahun”.

Pasal 340 KUHP menyatakan, “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dulu merampas nyawa oranglain diancam, karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjaraseumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.”

DAMPAK HUKUM.

Page 23: D1 Skenario 5 Blok 30

Pasal 356 (3) KUHP “Penganiayaan yang dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa dan kesehatan untuk dimakan atau diminum”.

Pasal 304 KUHP dinyatakan, “Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”

Pasal 306 (2) KUHP dinyatakan, “Jika mengakibatkan kematian, perbuatan tersebut dikenakan pidana penjara maksimal sembilan tahun”

Page 24: D1 Skenario 5 Blok 30

Berdasarkan kasus, pasien meminta untuk diberikan terapi minimal saja dan dia ingin mati dengan tenang dan wajar. Prinsip etika yang diperlihatkan disini adalah otonomi pasien. Keadaan pasien cukup sadar dan seharusnya bisa diberikan terapi yang tepat untuk meminimalisasikan penderitaannnya. Namun hak pasien untuk memberikan persetujuan atau menolak suatu tindakan medis terhadapnya.

Kesimpulan

Page 25: D1 Skenario 5 Blok 30

TERIMA KASIH

SEKIAN