crs legina ikbal
DESCRIPTION
CRS Legina IkbalTRANSCRIPT
1
I. RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari pasien Tn. M dan alloanamnese dengan istri
pasien yaitu Ny. D. Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.
A. Identitas Penderita
Nama : Tn. M
Usia : 35 tahun,
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu Jambi
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : RT.06 Penyengat, Ma. Tembesi
RM : 053039
I. Identitas dari Alloanamnesis :
Nama : Tn. Adam
Umur : 40 tahun
Alamat : Jl Jambi Suak Kandis KM 62 Kumpe, Jambi
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SD
Hubungan dengan pasien : Adik Kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab dengan pasien
Kesan pemeriksa terhadap keterangan yang diberikan : Dapat dipercaya
B. Keluhan Utama
2
Pasien sulit tidur sejak 8 bulan yang lalu.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 8 bulan yang lalu, pasien mengeluh sulit untuk masuk tidur, keluhan ini
dirasakannya setiap malam. Pasien membutuhkan waktu yang lama, sekitar
kurang lebih 2 jam untuk bisa tertidur, setelah tertidur pasien mudah untuk
terbangun. Hampir setiap malam pasien hanya tidur sekitar 2-3 jam dan
terbangun sebelum waktu fajar dan tidak dapat tidur lagi.
Sejak 8 bulan yang lalu, selain sulit tidur, pasien juga mengeluh sering
mengalami sakit kepala terutama dibagian kepala belakang dan tengkuk.
Selain itu, pasien juga mengeluh badan terasa pegal-pegal dan mudah merasa
lelah. Pasien sering merasa pikiran menjadi kacau dan tidak tenang. Pasien
bekerja sebagai tukang bengkel, ia membuka usaha bengkel kecil-kecilan
dirumahnya. Pasien memiliki istri dengan dua orang anak. Istri pasien tidak
bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien mengeluh bahwa
pendapatan yang ia dapatkan, masih kurang untuk menghidupi istri dan kedua
anaknya, meskipun ia telah bekerja keras dan berusaha, namun tetap saja
pendapatannya masih sedikit. Pasien merasa ini merupakan beban bagi
dirinya.
Terkadang pasien merasa marah dan kecewa kepada diri sendiri,
mengapa ia tidak juga dapat memberikan hasil yang baik bagi keluarganya
meskipun telah bekerja keras. Pasien juga mengaku sering membanding-
bandingkan penghasilan yang didapatkannya dengan penghasilan teman-
teman dan tetangganya. Ia bahkan mengaku pernah marah kepada sang
pencipta kenapa hidup ini terlalu tidak adil bagi dirinya dan keluarganya.
Kenapa ia dan keluarganya selalu kekurangan sedangkan orang lain
disekitarnya selalu berkecukupan.
Enam bulan yang lalu, pasien sering merasa nyeri pada perut,
3
terkadang disertai mual dan muntah. Keluhan nyeri kepala yang dialami
sebelumnya juga tidak menghilang, bahkan hampir setiap hari pasien
mengeluh sakit kepala. Dengan keluhan tersebut pasien pernah dirawat
dirumah sakit RSUD Raden Mattaher selama 4 hari dengan diagonis
Dispepsia. Setelah keluar dari rumah sakit, keluhan nyeri perut dan nyeri
kepala tetap sering dialami oleh pasien bahkan disertai dengan gangguan tidur
yang memperberat nyeri kepala yang dialami oleh pasien.
Dalam tiga bulan terkahir, pasien beberapa kali berobat ke praktek
dokter spesialis syaraf dan diagnosis dengan dispepsia dan tension type
headache. Setelah diberikan obat, pasien merasa sakitnya sedikit berkurang,
namun setelah obatnya habis, keluhan-keluhan tersebut muncul kembali.
Pasien sudah berobat ke dokter spesialis saraf sebanyak 3 kali. Dalam
pengobatannya, pasien mengaku sempat putus asa, ia mengaku benar-benar
marah kepada sang pencipta karena diberikan hidup yang penuh dengan
cobaan. Ia kecewa karena hidupnya selalu dalam kekurangan dan sekarang
diberikan sakit yang tidak kunjung sembuh. Ia mengaku merasa tidak punya
harapan dan terlintas niat untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri agar
penderitaan sakit yang ia rasakan berakhir.
Sejak dua bulan yang lalu, pasien memutuskan untuk menutup
sementara bengkelnya, pasien tidak bekerja karena ia merasa sakitnya tak
kunjung sembuh dan bertambah parah. Ia mengeluh, nyeri kepala yang
dialami nya semakin berat dan terkadang disertai dengan nyeri perut, mual
dan muntah. Selain itu, gangguan tidur yang dialaminya juga semakin
memberat, pasien mengeluh bahwa beberapa hari dalam satu minggu ia
bahkan tidak bisa tidur sama sekali. Hal ini menyebabkan ia merasa lemas,
letih, lesu, turun nafsu makan, mudah terkejut, mudah tersinggung dan tidak
bersemangat untuk bekerja ataupun melakukan aktifitas lainnya.
Satu bulan yang lalu, pasien kembali berobat ke dokter spesialis saraf,
namun setelah pengobatan terkahir, keluhan tersebut tidak juga menghilang,
4
bahkan gangguan tidur dan nyeri kepala yang dialaminya semakin memberat.
Pada tanggal 4 Desember 2015, pasien ini dikonsulkan oleh dokter spesialis
saraf ke poli jiwa.
D. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lain
1. Gangguan Mental atau Emosi
Riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya tidak ada
2. Gangguan Psikosomatis
Terdapat riwayat nyeri perut, nyeri kepala serta sakit di bagian belakang
kepala tengkuk, hilangnya kekuatan dan kemampuan.
3. Kondisi Medik
Enam bulan yang lalu pasien pernah dirawat di RSUD Raden Mattaher
Jambi selama 4 hari dengan diagnosis dispepsia. Tiga bulan yang lalu pasien
juga berobat ke dokter spesialis saraf dengan diagnosis dispepsia degan
tension type headache.
4. Gangguan Neurologi
Riwayat demam, trauma kepala, kejang dan kehilangan kesadaran tidak
ada.
E. Riwayat Keluarga
Struktur keluarga yang tinggal serumah dengan pasien sebelum pasien
menikah
No Nama L/
P
Usia Hubungan Sifat
1.
2.
3.
4.
Tn. D
Ny. E
R
M
L
P
L
P
73 th
65 th
48 th
45 th
Ayah kandung
Ibu kandung
Kakak kandung
Kakak kandung
Tegas, disiplin
Penyabar, penyayang
Pemarah
Penyayang
5
5.
6.
7.
8.
9.
E
A
A
U
M
L
P
L
L
L
43 th
41 th
39 th
37 th
35 th
Kakak kandung
Kakak kandung
Kakak kandung
Kakak kandung
Pasien
Pendiam, penyabar
Pemarah
Tegas, mudah tersinggung
Pendiam, tegas
Pendiam, mudah tersinggung
Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini
No Nama L/P Usia Hubungan Sifat
1.
2.
3.
4.
Tn.M
Ny. D
Y
I
L
P
L
P
35 th
30 th
9 th
5 th
Pasien
Istri pasien
Anak pasien
Anak pasien
Pendiam dan mudah tersinggung
Penyayang, penyabar dan tegas
Periang
Periang
Pasien adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Pasien dibesarkan dalam
lingkungan sosiokultural melayu jambi dengan kondisi status ekonomi yang cukup
dan menerapkan nilai-nilai agama dengan baik. Ayah pasien dulu bekerja sebagai
petani sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga.
Ayah sifatnya keras, tegas dan disiplin, sedangkan ibu pasien memiliki sifat
sabar dan penyayang. Ibu lebih dominan dalam mendidik anak-anaknya. Hubungan
ayah dan ibu harmonis, hubungan pasien dengan saudara-saudaranya harmonis.
Pasien lebih dekat dengan ibu karena ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah bekerja sebagai petani dan buruh tani dan mencari uang tambahan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun demikian, ayah tetap memperhatikan anak-
anaknya.
Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Pasien saat ini tinggal
bersama istri dan kedua anaknya. Istri pasien memiliki sifat yang penyayang, sabar
namun tegas. Pasien merupakan orang yang pendiam, jika ada masalah pasien jarang
sekali menceritakan kepada istrinya.
6
F. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir setelah dikandung selama 9 bulan, lahir spontan dibantu oleh
bidan desa dan tidak ada penyulit dalam proses kehamilan atau persalinan.
Pasien lahir dengan berat badan cukup dan tidak memiliki kelainan fisik.
2. Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )
a. Kebiasaan makan dan minum
Tidak diketahui dengan pasti oleh pasien. Sepengetahuan pasien, ibunya
jarang memberikan ASI dikarenakan kesibukan ibunya mengurus anak-
anaknya yang lain dan karena jarak pasien dengan kakak-kakaknya yang
cukup dekat.
b. Perkembangan awal
Sepengetahuan pasien, secara umum kesehatan pasien baik, pertumbuhan
dan perkembangan tampak normal seperti anak lainnya.
c. Toilet training
Tidak diketahui bagaimana toilet traning diajarkan oleh ibunya.
d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku
Tidak ada.
e. Kepribadian dan temperamen
Pasien termasuk anak yang pendiam dan tidak rewel.
3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak
seusianya. Pasien merupakan anak yang pendiam dan agak pemalu tetapi
pasien masih memiliki banyak teman dan bisa bergaul dengan teman
sebayanya di lingkungan sekitar rumahnya.
Pasien mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, pasien pertama
sekali pergi sekolah bersama dengan kakak-kakaknya dan tidak diantar
7
oleh ibu. Pulang sendiri dari sekolah terkadang bersama kakaknya dan
teman-teman tetangga sebelah rumahnya. Tidak ada tanda-tanda
kecemasan pada hari-hari pertama masuk sekolah ataupun pada hari-hari
berikutnya. Prestasi akademik pasien biasa saja, tidak pernah tinggal kelas
dan tidak pernah ada masalah selama sekolah baik dengan guru maupun
dengan teman-temannya.
4. Masa kanak-kanak akhir (pre-pubertas hingga remaja)
a. Hubungan sosial
Pasien merupakan anak yang pendiam dan agak pemalu tetapi pasien
masih memiliki banyak teman dan bisa bergaul dengan teman
sebayanya di lingkungan sekitar rumahnya. Pasien tidak pernah
bermasalah dalam menjalin hubungan pertemanan dan lebih sering
menjadi pengikut dalam permainan dengan teman-temannya.
b. Riwayat sekolah
Pasien mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, prestasi akademik
pasien biasa saja, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah ada
masalah selama sekolah baik dengan guru maupun dengan teman-
teman.
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Sesuai dengan anak seusianya
d. Masalah emosi dan fisik masa remaja
Pasien mempunyai sifat kurang percaya diri dan pemalu dengan orang
yang baru dikenalnya.
e. Riwayat Psikoseksual
i. Ketertarikan awal pada lawan jenis
Pasien mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis sekitar umur
15 tahun.
ii. Pasien mengetahui masalah seksual dari teman-temannya.
iii.Kegiatan seksual pranikah tidak ada.
8
5. Masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja dikebun karet dan sawit sebagai buruh tani.
Pasien juga pernah bekerja sebagai tukang bengkel di bengkel
temannya dan sekarang pasien membuka bengkel kecil-kecilan
dirumahnya.
c.Riwayat perkawinan dan relasi
Pasien kenal dengan istrinya yang sekarang sekitar usia 24 tahun,
kemudian menikah pada usia 26 tahun. Setelah menikah, pasien
tinggal ditempat mertua yang tinggalnya masih satu kampung dengan
keluarga pasien. Sekarang pasien bersama istri dan anaknya
mengontrak rumah dan membuka bengkel di daerah Penyengat Kec.
Ma. Tembesi. Hubungan pasien dengan istri dan anak-anaknya
harmonis.
c. Aktifitas sosial
Pasien merupakan orang yang pendiam, ia kurang berkomunikasi
dengan orang-orang disekitar rumahnya. Namun pasien cukup sering
mengikuti kegiatan-kegiatan dilingkungannya. Hubungan pasien
dengan tetangga dan teman-temannya baik.
d. Latar belakang agama
Kehidupan beragama pasien cukup baik, dalam kehidupannya
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan taat beribadah. Setelah sakit,
pasien sering meninggalkan ibadahnya.
e. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah memiliki masalah hukum dan tidak mempunyai
pengalaman militer.
9
f. Riwayat seksual
Selama perkawinan kegiatan seksual dengan istri berlangsung normal.
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 4 Desember 2015 di poliklinik psikiatri
RSJ Jambi.
A. Gambaran Umum
1. Penampilan
Pasien berpenampilan sesuai usianya, kondisi fisik tampak sehat,
perawakan sedang, berpakaian cukup rapi, kebersihan diri baik, roman
muka tampak depresif. Pasien berjalan memasuki ruang pemeriksaan
dengan lesu.
2. Perilaku terhadap pemeriksa
Ramah, kooperatif dan kontak mata dengan pemeriksa cukup. Pasien
mau menjawab pertanyaan pemeriksa dan mengungkapkan
keluhannya dengan baik.
3. Karakteristik bicara
Pasien berbicara spontan dengan suara yang jelas, semua pertanyaan
dijawab dengan kemampuan berbahasa cukup. Kadang pasien tampak
tidak fokus dan lamban dalam menjawab pertanyaan sehingga
beberapa pertanyaan harus diulang oleh pemeriksa.
4. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien sering meremas-remas jari-jari dan
menggerakkan tangannya. Kadang duduk bersandar di kursi, kadang
duduk dengan posisi badan menopang ke meja pemeriksa. Pasien
tampak sedikit gelisah.
B. Mood dan Afek
1. Mood : cemas dan sedih akan penyakitnya yang tidak
sembuh- sembuh (mood depresi)
10
2. Afek : afek terbatas atau menyempit
3. Kesesuaian afek : sesuai
C. Persepsi
1. Ilusi : tidak ada
2. Halusinasi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
D. Pikiran
1. Bentuk pikiran : realistik
2. Arus pikiran : koheren
3. Isi pikiran : Dalam Batas Normal
E. Sensorium dan Kognisi
1. Kesadaran : kompos mentis
2. Orientasi
-Tempat : baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang
berada di Poliklinik Psikiatri RSJ Jambi
- Waktu : baik, pasien mengetahui hari dan tanggal saat
pemeriksaan
- Orang : baik, pasien dapat mengenal istrinya dokter yang
memeriksa
3. Memori
- Jangka panjang : baik, karena pasien dapat mengingat pengalaman
masa kecilnya
- Jangka sedang : baik, pasien dapat mengingat kejadian beberapa bulan
ke belakang, termasuk dapat menceritakan riwayat
penyakitnya.
- Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat kejadian sehari
sebelumnya, apa yang dilakukannya pada pagi hari
11
sebelum datang ke rumah sakit.
- Jangka segera : baik, pasien dapat menjelaskan pertanyaan yang
sebelumnya ditanyakan oleh pemeriksa.
4. Konsentrasi dan perhatian : cukup, pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan baik, namun ada beberapa
pertanyaan yang harus diulang kembali
oleh pemeriksa karena pasien kurang
menyimak.
5. Membaca dan menulis : baik
6. Berpikir abstrak : baik
7. Informasi dan intelegensia : sesuai dengan tingkat pendidikan
8. Impulsivitas : terkontrol
F. Penilaian : baik
G. Wawasan terhadap penyakit : tilikan derajat 6, pasien mengetahui
penyakitnya, penyebabnya dan pasien memiliki motivasi untuk mencapai
perbaikan dan kesembuhan.
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tenang, tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Gizi : cukup
Tekanan darah : 120/90 mmhg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kulit : turgor baik
12
Kepala : tidak ada deformitas
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
bulat, isokor, refleks cahaya +/+ normal
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba
Toraks : bentuk dan pergerakan simetris
Jantung : bunyi jantung murni, regular, murmur (-)
Pulmo : sonor, VBS kanan = kiri
Abdomen : datar, lembut, bising usus (+)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Dalam batas normal
B. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium : tidak ada dilakukannya pemeriksaan
laboratorium
EKG : Tidak ada dilakukkannya pemeriksaan EKG
HDRS : 44 (depresi berat)
HARS : 15 (kecemasan ringan)
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA (BELUM DIKERJAKAN)
Telah diperiksa seorang perempuan, 52 tahun, suku Sunda, beragama
Islam, pendidikan terakhir SD tidak tamat, ibu rumah tangga, anak kelima dari
delapan bersaudara, menikah dua kali, datang ke Poli Psikiatri RSHS dengan
keluhan utama jantung berdebar-debar dan sulit tidur yang dirasakan terutama
sejak dua tahun yang lalu pada saat mengetahui suaminya menikah lagi dan
semakin berat setelah pasien bertemu dengan mantan suaminya yang datang
dengan tujuan menjenguk anak dan cucunya yang baru lahir. Kondisi ini
semakin sering dialami pasien bahkan hampir setiap hari walaupun dirinya
sedang tidak beraktifitas apapun. Bila serangan datang, jantung pasien
13
langsung berdebar-debar sangat kuat, kadang disertai sesak nafas, nafas terasa
berat, timbul cemas, gelisah, ulu hati terasa perih dan penuh, tangan
gemetaran, berkeringat, dan sakit kepala hal itu membuat pasien takut sendiri
dirumah. Pasien takut kalau pada saat serangan datang tidak ada yang
menolong dan timbul ketakutan akan kematian dan pada saat serangan datang.
Hal ini membuat pasien merasa khawatir dan ketakutan akan
penyakitnya sehingga pasien menceritakan kondisinya ini kepada
keluarganya, tetangga dan saudara-saudaranya. Menurut mereka, pasien
menderita kurang darah karena perdarahan yang dulu dan disarankan minum
vitamin. Walaupun sudah sering minum vitamin, pasien merasa tidak ada
perubahan. Karena kondisi penyakit pasien yang sering kambuh, pasien
sampai dibawa oleh anaknya ke UGD RS Ujung Berung dan setelah dilakukan
pemeriksaan tidak ditemukan adanya gangguan pada jantung pasien.
Lima bulan yang lalu, pada saat pasien pulang dari rumah anaknya di
Ujung Berung ke rumahnya di Pangalengan, tanpa sebab yang jelas timbul
keluhan jantung berdebar-debar, sesak, keringat dingin, dan timbul ketakutan
akan kematian apalagi pada saat serangan tersebut pasien hanya tinggal
bertiga dengan cucunya yang berumur 7 tahun dan 15 tahun sedangkan
suaminya pergi bekerja sebagai supir angkot sehingga membuat ketakutan
pasien semakin hebat. Pasien juga merasa takut bila mendengar dan menonton
berita tentang kejahatan dan kecelakaan di televisi. Kondisi ini semakin sering
pasien alami bahkan setiap hari walaupun dirinya sedang tidak beraktifitas
apapun. Hal ini membuat pasien merasa khawatir dan takut mati karena
penyakitnya ini. Pasien juga sering berpikiran buruk tentang hal-hal yang
sebenarnya tidak terjadi, misalnya jika bepergian dengan menggunakan motor
pasien takut mengalami kecelakaan dan mati. Karena keluhan tersebut, suami
dan anak-anak pasien merasa khawatir sehingga pasien beberapa kali berobat
ke dokter umum yang berbeda namun tidak ada perubahan dan pasien masih
sering mengalami keluhan tersebut. Keluarga juga membawa pasien ke
14
pengobatan alternatif, disana pasien diberikan obat herbal disertai doa-doa
tetapi keluhan tersebut masih saja sering muncul.
Dua hari sebelum pasien datang ke UGD RSHS, pasien mendengar
kalau keponakannya mengalami keguguran. Mendengar hal itu jantung pasien
langsung berdebar-debar sangat kuat, kepala pusing, keringat dingin, takut
mati, mual dan dada terasa sangat sesak, keluarga langsung membawa pasien
ke puskesmas terdekat dan karena dokter puskesmas merasa tidak sanggup,
pasien langsung dirujuk ke RS. Al Ihsan. Dari UGD RS Al-Ihsan, pasien
dirujuk kembali ke RSHS. Di UGD RSHS pasien kemudian dilakukan
pemeriksaan EKG, foto thorak, pemeriksaan darah dan diobservasi selama 6
jam tetapi tidak ada kelainan kemudian pasien dikonsul ke Poli Psikiatri.
Pasien adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Pasien dibesarkan
dalam lingkungan sosiokultural Sunda dengan kondisi status ekonomi yang
cukup dan menerapkan nilai-nilai agama dengan baik. Dalam cara pengasuhan
anak, ayah dan ibunya sering bertentangan. Ayahnya seorang yang keras dan
sering marah, bila salah pasien langsung dimarahi sedangkan ibunya
penyayang dan penyabar.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan dengan
roman wajah cemas, sering meremas jari-jari tangannya, kadang duduk
bersandar di kursi dan kadang duduk dengan posisi badan menopang ke meja
pemeriksa. Mood pasien cemas dan takut akan penyakitnya yang tidak
sembuh-sembuh. Terdapat preokupasi tentang penyakitnya dan kekhawatiran
akan kematian karena penyakitnya yang tidak jelas dan tidak sembuh-sembuh.
Pasien juga menyadari dirinya mengalami gangguan jiwa tetapi menyalahkan
karena hal lain, faktor eksternal atau faktor organik. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan telapak tangan yang basah dan tremor.
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
15
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda dan gejala yang secara klinis
bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya dalam
berbagai fungsi pekerjaan dan psikososial. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah
menderita penyakit yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari
pemeriksaan fisik dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental organik
dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita
seperti waham dan halusinasi sehingga tidak digolongkan ke dalam gangguan
psikotik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada pasien ini
ditemukan gejala utama jantung berdebar-debar dan sulit tidur, dan bila tidur,
sering terbangun serta sulit tidur lagi. Kadang terbangun karena mimpi-mimpi
buruk. Pasien ini menunjukkan kecemasan sebagai gejala utama yang
berlangsung hampir setiap hari selama beberapa bulan yang tidak terbatas
pada situasi khusus tertentu saja (bersifat free floating atau mengambang).1,2
Gejala-gejala tersebut mencakup kecemasan dirinya akan terkena sakit
jantung, sakit kepala, gelisah, sulit konsentrasi, mudah lelah, mudah
tersinggung dan marah. Ditemukan pula perasaan cemas yang tiba-tiba
muncul disertai palpitasi, sesak nafas sampai sulit bernafas, keringat dingin
dan mual, khawatir yang menetap bahwa serangan panik itu merupakan
serangan jantung dan preokupasi fisiknya lemah akibat serangan itu sehingga
tidak mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan fisik (kondisi medis umum)
maupun penyalahgunaan zat yang dapat menyebabkan gangguan cemas.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka untuk diagnosis aksis I sesuai
dengan PPDGJ III pada pasien ini adalah Gangguan Cemas Menyeluruh
16
komorbiditas dengan Gangguan Panik.3
Berdasarkan riwayat premorbid, hubungan interpersonal dan cara
pasien menghadapi masalahnya, pasien sering menggunakan mental
mekanisme represi dan rasionalisasi.
Pada aksis III tidak ada diagnosis.
Pada aksis IV ditemukan adanya stresor psikososial yaitu
perselingkuhan suami yang kedua dan adanya riwayat konflik dengan mantan
suami pertamanya yang pernah melakukan KDRT dan
Untuk aksis V dilakukan penilaian kemampuan penyesuaian diri
dengan menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF). GAF
untuk penilaian saat ini adalah 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas sedang).
Sedangkan untuk skala GAF tertinggi dalam 1 tahun terakhir adalah 70 – 61
(beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik)
VI. DIANOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
komorbiditas dengan Gangguan Panik (F41.0)
DD : Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi (F41.2)
komorbiditas dengan Gangguan Panik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Banyak menggunakan mental mekanisme represi dan
rasionalisasi
Aksis III : Tidak ada diagnosis
AksisIV : Masalah hubungan dengan pasangan
Aksis V : GAF Scale 1 tahun terakhir 70 – 61 (beberapa gejala ringan &
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik)
GAF Scale saat pemeriksaan 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas
17
sedang)
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan
2. Psikologis :
- Adanya gejala cemas yang dirasakan pasien hampir setiap hari
- Preokupasi terhadap penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh
- Merasa dirinya menderita sakit jantung
- Adanya gejala depresi
3. Psikososial :
Masalah hubungan dengan pasangan
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Faktor-faktor yang meringankan :
- Mempunyai motivasi yang kuat untuk sembuh
- Kooperatif dengan program terapi dan minum obat teratur
- Faktor pencetus jelas
- Tilikan cukup baik
- Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga
Faktor-faktor yang memberatkan :
- Adanya gejala depresi
- Riwayat perselingkuhan suami yang kedua dan hubungan dengan
mantan suami yang buruk.
18
IX. FORMULASI PSIKODINAMIKA
Masalah utama pasien saat ini adalah perselingkuhan suaminya dan
setelah ketahuan berselingkuh, suaminya memilih wanita itu kemudian pergi
meninggalkan pasien beserta anak-anaknya. (F.presipitasi)
Pada fase oral, saat pasien dalam kehamilan ibunya dan setelah lahir,
pasien mempunyai 5 orang kakak (3 diantaranya balita yang harus
diperhatikan oleh ibu pasien), keadaan ini mungkin menyebabkan orangtua
pasien kurang menyadari memberikan perhatian yang kurang pada pasien
sehingga kwalitas pembentukan hubungan ibu dan anak tidak optimal karena
pasien harus berbagi perhatian dengan saudara-saudaranya yang banyak. Pada
fase ini, pasien mungkin gagal mengembangkan sikap percaya. Pusat
kesenangan bayi pada zona oral, bayi akan merasa nyaman jika segala
kebutuhannya terpenuhi. Kegagalan pada fase ini menyebabkan Basic Trust
pada pasien tidak terbentuk dengan baik menyebabkan timbulnya sikap
pendiam dan mudah putus asa. Erikson menegaskan bahwa kepercayaan tidak
tergantung pada jumlah makanan yang diberikan atau dengan ditunjukkannya
rasa cinta, tetapi lebih pada kualitas hubungan maternal.(F. predisposisi) 1,2
Saat umur 10 tahun, ayah pasien dipindahtugaskan kedaerah lain
sehingga keluarganya ikut pindah kesana kecuali pasien yang diminta tinggal
bersama dengan kakak pertamanya yang sudah menikah agar dapat membantu
kakaknya yang baru saja melahirkan. Pasien hanya menurut dan tidak
membatah walaupun sebenarnya pasien keberatan, namun pasien tidak
mengungkapkan hal tersebut karena takut membuat orangtuanya kecewa
(Mm.represi).
19
Umur 12 tahun, pasien kembali bersama dengan orangtuanya. Hal itu
membuat pasien senang karena merasa lebih nyaman dan juga bisa bermain
lagi dengan teman-temannya. (Mm. Rasionalisasi)
Dalam pernikahannya yang pertama walaupun kebutuhan pasien
terpenuhi, namun pasien merasa kecewa karena suami berselingkuh, menikah
lagi serta meninggalkan pasien. Sama halnya dengan pernikahan yang kedua,,
suami yang kedua berselingkuh juga dan meninggalkan pasien. Pasien sering
memendam kekecewaan atas sikap suaminya dan berusaha menerima kembali
suaminya setelah suaminya meninggalkan pasien beserta anak-anak mereka
(Mm. Represi, Mm. Rasionalisasi).
Setelah perselingkuhan suaminya dan suaminya lebih memilih wanita
lain kemudian pergi meninggalkan pasien beserta anak-anaknya, pasien sering
mengeluh cemas, jantung berdebar-debar, sulit tidur dan kadang disertai
sesak sesak.(Fc. presipitasi). Pasien merasa ketakutan dengan kondisinya saat
ini karena merasa dirinya telah terkena sakit jantung. (Mm. Rasionalisasi)
Pasien kemudian sering mendapat serangan panik dan muncul perasaan takut
yang berulang ia akan meninggal dunia.
X. RENCANA TERAPI MENYELURUH
1. Farmakologi : Fluoksetin 20 mg 1-0-0
Alprazolam 0,5mg 1/2-0-1/2
2. Non farmakologi : Psikoterapi suportif individu
Terapi kognitif perilaku
XI. PEMBAHASAN
Pada pasien ini diberikan gabungan farmakoterapi dan psikoterapi.1,2,5
Obat utama yang dipertimbangkan untuk pengobatan Gangguan Cemas
Menyeluruh adalah Benzodiazepin (BZD), Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI), buspiron, dan venlafaksin. Meskipun pemberian obat
20
kadangkala mencapai 6 hingga 12 bulan, beberapa bukti menunjukkan bahwa
pengobatan harus diberikan dalam jangka panjang bahkan sampai seumur
hidup. BZD telah lama menjadi obat pilihan untuk Gangguan Cemas
Menyeluruh. Pengobatan biasanya berlangsung selama 2 hingga 6 minggu,
diikuti dengan 1 hingga 2 minggu untuk menurunkan dosisnya sebelum
dihentikan. 1,6
Benzodiazepin dapat digunakan bersama-sama dengan SSRI untuk
mengatasi gangguan cemas, kemudian benzodiazepin mulai di-tapering off
saat manfaat terapetik SSRI telah muncul. Pada dasarnya, semua SSRI efektif
untuk gangguan cemas.1,6,7 Pasien ini diberikan fluoksetin 20 mg dosis sekali
sehari pada pagi hari untuk menghindari efek insomnia yang justru merupakan
salah satu keluhan pasien ini. Sedangkan efek samping pada sistem
gastrointestinal diantisipasi dengan mengkonsumsinya setelah makan.
Psikoterapi yang efektif dalam penatalaksanaan Gangguan Cemas
Menyeluruh maupun Gangguan Panik adalah cognitive behaviour therapy,
tujuannya untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pemikiran
menyimpang dan perilaku disfungsional, melalui proses ini untuk
meringankan penderitaan dan hendaya yang ditimbulkan oleh gangguan
cemas ini. 1,2,5,7-9
CBT adalah suatu model terapi kognitif, yang intinya adalah
kerjasama antara terapis dan pasien untuk mencari penyelesaian masalah.
Terapi ini dilaksanakan dengan waktu yang singkat (15-25 pertemuan),
terstruktur dan terarah. Pasien bisa belajar untuk mengatasi masalah sendiri di
kemudian hari. Terapi ini difokuskan pada masalah saat ini dan juga pada
pencegahan relaps.7,9
Tujuan CBT ini mengubah keyakinan tersebut untuk mengurangi
respon yang bermasalah dan meningkatkan respon yang fungsional. CBT
dapat diberikan dengan model A-B-C-D. Pada model ini:
21
“A” adalah Activating Event (kejadian yang mencetuskan terbentuknya
keyakinan atau kepercayaan yang salah). Pada pasien ini adalah
perselingkuhan suaminya dan suaminya lebih memilih wanita lain kemudian
pergi meninggalkan pasien beserta anak-anaknya
“B” adalah Beliefs (keyakinan atau kepercayaan seseorang berdasarkan
kejadian yang mencetuskan. Bukan kejadiaan itu sendiri yang menghasilkan
gangguan perasaan, tetapi interpretasi dan keyakinan atau kepercayaan pasien
tersebut tentang kejadiaan itu). Adanya activating event membuat pasien
berkeyakinan bahwa dirinya menderita sakit jantung
“C” adalah Consequence (konsekuensi emosional dari kejadian tersebut).
Konsekuensi emosional pada pasien ini adalah pasien merasa jantungnya
berdebar-debar, sakit kepala, gelisah, sulit tidur, merasa lemah, kadang malas
beraktivitas, berpikiran buruk tentang hal-hal yang tidak terjadi.
“D” adalah Dispute (penggoyahan terhadap keyakinan yang tidak rasional,
tidak realistik, tidak tepat dan tidak benar kemudian menggantinya dengan
keyakinan yang rasional, realistik, tepat dan benar). Pasien diajarkan untuk
mengenali respon emosi dan perilaku yang timbul akibat pikiran tersebut dan
menilai bukti-bukti yang mendukung atau menyangkal pikirannya tersebut.
Selanjutnya pasien diminta untuk mencari penjelasan alternatif untuk
pikirannya tersebut dan diajarkan mengenai berbagai tipe kesalahan pemikiran
yang umum. Pasien kemudian diminta untuk membentuk pikiran baru
berdasarkan bukti-bukti yang ada.9
Pasien juga diberikan psikoterapi suportif individu. Tahap awal dari
psikoterapi suportif individu meliputi menentukan tujuan dan menetapkan
pengaturan terapi. Terapis bekerjasama dengan pasien untuk menetapkan
tujuan pengobatan, yang biasanya fokus pada pengentasan gejala dan
membangun hubungan terapeutik.1
Pada psikoterapi ini, terapis juga menjelaskan proses pengobatan atau
cara kerja pengobatan, memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
22
mengenai penyakitnya, membantu pasien mengembangkan pemahaman
mereka terhadap masalahnya sehingga dapat menemukan solusi dari
permasalahan mereka daripada mengatakan pada pasien apa yang harus
mereka lakukan, membantu mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi,
mengurangi pertahanan yang maladaptif dan memperkuat pertahanan yang
adaptif, modifikasi harapan pasien yang tidak mungkin tercapai.2,10
X. FOLLOW UP
- Tanggal 22 Maret 2013
S : Pasien merasa ada perbaikan, mulai dapat beraktivitas mengerjakan
tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga namun masih merasa cemas
dan takut bila mendengar berita tentang kejahatan, seolah-olah hal itu
akan menimpanya. Keluhan jantungnya berdebar-debar sudah
berkurang.
Hari ini pasien diantar ke RS oleh anak pertamanya.
O : Penampilan : seorang wanita, sesuai usia, penampilan cukup rapi, roman
wajah biasa.
Pikiran : Preokupasi terhadap penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh
dan merasa dirinya sakit jantung masih ada. Kekhawatiran
akan kematian karena penyakitnya masih ada.
TL : Pasien bisa duduk tenang.
Emosi : Mood cemas, afek sesuai.
D : Gangguan Cemas Menyeluruh komorbiditas dengan Gangguan Panik
T : Fluoxetin 20 mg 1-0-0
Alprazolam 0,5 mg 1/2-0-1/2
Psikoterapi suportif dan CBT.
CBT : Pasien ditantang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung atau
menyangkal pikiran negatifnya tentang dirinya yang menderita penyakit
jantung. Mengajak pasien segera menghentikan pikiran-pikiran negatif
23
yang muncul dan melawan dengan memikirkan hal yang sebaliknya.
Melakukan reframing berupa melakukan reevaluasi terhadap peristiwa
yang tidak menyenangkan, mengecewakan, yang tidak nyaman dan
seakan-akan tidak mampu ditanggulangi, kemudian mengajak pasien
melihat sisi positif dari hal itu.
- Tanggal 18 April 2013
S : Pasien menyampaikan kalau keluhan cemasnya berkurang, sudah dapat
tidur dengan nyeyak, jantung berdebar-debar sudah jarang walaupun
sesekali muncul tetapi sudah jauh berkurang dan muncul hanya sebentar
saja. pasien juga bisa melakukan pekerjaan rumah.
O : Penampilan : seorang wanita, sesuai usia, penampilan cukup rapi dan
roman wajah tampak biasa.
Pikiran : Preokupasi terhadap penyakitnya yang tidak sembuh-
sembuh dan kekhawatiran akan kematian karena
penyakitnya sudah berkurang.
Emosi : Mood : agak cemas, afek tampak biasa.
D : Gangguan Cemas Menyeluruh komorbiditas dengan Gangguan Panik
T : Fluoxetin 20 mg 1-0-0
Alprazolam 0-0-1/2
Psikoterapi suportif dan CBT :
Mengajak pasien segera menghentikan pikiran-pikiran negatif yang
muncul dan melawan dengan memikirkan hal yang sebaliknya.
Melakukan reframing berupa melakukan reevaluasi terhadap peristiwa
yang tidak menyenangkan, mengecewakan, yang tidak nyaman dan
seakan-akan tidak mampu ditanggulangi, kemudian mengajak pasien
melihat sisi positif dari hal itu.
- Tanggal 16 Mei 2013
24
S : Pasien menyampaikan kalau keluhan cemasnya berkurang, sudah dapat
tidur dengan nyeyak, perasaan jantung berdebar-debar sudah jarang
sekali timbul, pusing kadang masih ada.
O : Penampilan : seorang wanita, sesuai usia, penampilan cukup rapi dan
roman wajah tampak biasa.
Pikiran : masih memikirkan penyakitnya.
Emosi : Mood : agak cemas, afek tampak biasa.
D : Gangguan Cemas Menyeluruh komorbiditas dengan Gangguan Panik
T : Fluoxetin 20 mg 1-0-0
Alprazolam 0-0-1/2
Psikoterapi suportif dan CBT :
Pasien ditantang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung atau
menyangkal pikiran negatifnya tentang dirinya menderita sakit jantung.
Mengajak pasien segera menghentikan pikiran-pikiran negatif yang
muncul dan melawan dengan memikirkan hal yang sebaliknya.
- Tanggal 12 Juni 2013
S : Pasien tampak lebih cerah dan bersemangat. Keluhan cemasnya banyak
berkurang, kualitas tidur lebih baik dari sebelumnya dan jarang
terbangun tengah malam karena mimpi buruk. Keluhan jantung
berdebar-debar sudah hampir tidak pernah ada. Pasien menceritakan
usahanya untuk mencari kegiatan, sudah bisa tertawa bila menonton
film yang lucu. Sudah mau mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan.
O : Penampilan : seorang wanita, sesuai usia, penampilan cukup rapi dan
roman wajah tampak biasa.
Pikiran : Pikiran khawatir tentang kondisi anak-anaknya masih ada.
Emosi : Mood : kadang cemas
D : Gangguan Cemas Menyeluruh komorbiditas dengan Gangguan Panik
T : Fluoxetin 20 mg 1-0-0
25
Psikoterapi suportif dan CBT :
Pasien tetap diingatkan menghentikan pikiran-pikiran negatif yang
muncul dan melawan dengan memikirkan hal yang sebaliknya.
Lampiran 1. Cuplikan Autoanamnesa
Pemeriksaan dilakukan tanggal 4 Maret 2013 di poliklinik Psikiatri
T : Selamat pagi Bu, kenalkan saya dr.T.
J : Pagi dok. (Pasien menyambut uluran tangan pemeriksa)
T: Apa yang bisa saya bantu, ada keluhan apa bu?
J : Ini dok jantung saya berdebar-debar, sulit tidur juga.
T: Trus
J : Dada ini juga rasanya sesak, berat seperti ada yang nimpa sampai kalau nafas leher
rasanya tercekik sampai sulit nafas.
T : Selain itu apa lagi yag ibu rasakan dan keluhkan?
J: Ya...ulu hati saya juga rasanya perih dan penuh, tangan suka gemetaran dan
berkeringat, sakit kepala, gampang capek dok, padahal kadang tidak ada yang
dikerjakan.
T: Hmm.. kalau serangan datang apa yang ibu lakukan?
J : Saya hanya diam aja dok karena bila bergerak rasannya semakin kuat debaran
jantung saya dok
T : Sudah berapa lama hal ini ibu alami?
J : Semakin parah sejak 8 bulan ini dok.
T : Kalau boleh tahu apakah ibu ada masalah sebelum keluhan ini muncul.
J : Ada dok. Memang saya ada masalah.
T: masalah apa Bu?
J : Dulu dok, dengan mantan suami saya
T: Memang kenapa dengan mantan suami ibu?
J: Saya dulu sering mendapai KDRT setelah mantan suami saya berselingkuh,
kemudian kami bercerai. Trus kami ketemu lagi dok saat anak saya dari mantan
26
suami itu melahirkan.
T: lalu?
J :Saya jadi teringat akan semua perlakuannya pada saya apalagi saat itu dia datang
bersama istrinya dari perselngkuhannya yang dulu dok. Sejak itu saya rasa
penyakit saya jadi muncul sampai sekarang.
T : Selain masalah jantung berdebar-debar, tadi ibu bilang sulit tiduryah, sulit tidur
bagaimana ?
J Susah mau tidurnya dok. baru bisa tidur tengah malam.Kadang sering terbangun
T :Apakah ibu sering mimpi buruk?
J :Iya sering juga, kadang mimi yang menakutkan
T: Menakutkan seperti apa?
J : Kadang mau mimpi tentang kematian dok
T: Lalu, bagaimana hubungan seksual dengan suami?
J :Ya…tidak ada gairah dok, kadang saya menolak hubungan seksual dengan suami,
tapi kadang saya layani walaupun tidak bergairah karena kasihan suami.
T :Bagaimana dengan kegiatan sehari-hari?
J :Jadi malas dok, kadang rumah saya biarkan saja, tidak diberesin, masak juga
nggak. Sayanya juga jadi mudah tersinggung dan marah.
T: Untuk keluhan ibu tadi, pada waktu kapan saja timbulnya?
J : Setiap hari pasti terasa dok, walaupun saya tidak mengerjakan apa-apa.Bahkan
saya lagi istirahat, mau tidur juga bisa timbul. Dada ini yang terasa berat banget
dok, sesak, berdebar-debar. Kalau lagi kambuh saya sampai sulit bernafas.Saya
jadi takut dok. Saya ini kenapa?
T : Kenapa ibu takut?
J : Saya takut penyakit saya ini tidak sembuh-sembuh dok, sudah makan obat, sudah
berobat kemana-mana, ke dokter, ke alternatif, tapi tidak ada perubahan. Saya
takut jangan-jangan ini sakit jantung, saya takut mati karena penyakit ini.
T : Kenapa ibu takut mati?
J : Takut dok, kalau saya mati nanti siapa yang mengurus anak-anak?
27
T : Apakah ibu sering berpikiran buruk?
J : Iya dok, kalau mau bepergian sering takut, saya juga jadi takut menonton acara
berita di televisi, terutama yang tentang kekerasan, kecelakaan dan pembunuhan.
T :Selama ini apa yang dokter katakan tentang penyakit ibu ini?
J :Katanya tidak apa-apa. Tapi saya merasakan jantung saya sering berdebar sangat
kuat dok dan sekarang rasanya tambah parah, kalau kambuh dada ini sampai berat
sekali. Makanya saya sampai dibawa ke RS Al Ihsan dan kemudian ke RSHS dean
setelah diperiksa katanya tidak apa-apa dengan jantung saya dok.
T :Lalu dokter di UGD mengatakan ibu sakit apa?
J :Hasil EKG katanya bagus, laboratorium tidak ada kelainan, kata dokter hasilnya
tidak ada kelainan. Jadi saya disarankan kesini jadinya dok.
T: Kalau begitu kenapa ibu masih khawatir dan merasa sakit jantung?
J: Ya…begitu juga yang dokter di UGD bilang, tapi kenapa kok tidak sembuh-
sembuh kalau tidak ada apa-apa yah dok.
T :Bagaimana perasaan ibu saat ini?
J :Cemas dok, saya khawatir akan penyakit saya ini karena tidak sembuh-sembuh.
T : Apakah ibu merasa putus asa dengan keadaan ibu saat ini sampai ibu berpikir mau
mati saja?
J : Putus asa nggak juga dok. Saya mau sembuh, saya takut mati
T: Apakah ibu bisa mengendalikan rasa kecemasan atau kekhawatiran ibu itu?
J : Sudah saya coba dok, dengan menenangkan diri tapi tidak bisa, tetap saja saya
merasa cemas dan keluhan saya ini bisa timbul kapan saja.
( Pasien kemudian diberikan penjelasan mengenai penyakitnya)
28
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Pine DS. Anxiety disorders. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, Pedro R,
editor. Kaplan & Sadock's comprehensive textbook of psychiatry. Edisi
ke-9. Lippincott Williams & Wilkins; 2009. hlm1840-1844.
2. Nutt D, Argyropoulos S. Generalized anxiety disorder : diagnosis,
treatment and its relationship to other anxiety disorders. Edisi ke-3.
London: Taylor & Francis;2001.
3. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI ; 1993.
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders text revision. Edisi ke-4.Washington : American
Psychiatric Association; 2000.
5. Parker JN, Parker PM. Generalized anxiety disorder. San Diego: Icon
Group International Inc; 2004.
6. Stahl SM. Essential psychopharmacology neuroscientific basis and
practical application. Edisi ke-3. Cambridge: Cambridge University Press;
2008.
7. Griez EJL, Faravelli C,Nutt D, Zohar J. Anxiety disorders: an introduction
to clinical management and research. Chichester:John Wiley & Son Ltd.
2001.
8. Stein DJ, Hollander E. Text book of anxiety disorders. Washington: The
American Psyhiatric Publishing;2005.
9. Dugas MJ, Robichaud M. Cognitive behavioral treatment for generalized
anxiety disorder. New York:Taylor& Francis Group;2007.
29
10. Kaslow FW, Magnavita JJ.Comprehensive handbook of psychotherapy.
New York: John Wiley and Sons;2002. p 183-191.