proposal penelitian tesis ikbal 2011

64
1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah konsep yang multidimensional, yang mengaju pada serangkaian karateristik dan segenap aspek kehidupan baik aspek hukum, aspek politik, aspek ekonomi maupun aspek sosial. Pembagunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional (menurut Todaro dalam Bryant and White (1987:3-4), dalam tesis Perencanaan Pembangunan Parsitipatif program Desa Mandiri di Kabupaten Gorontalo Victor F. Nanlessy 2006:1). Salah satu kegiatan yang penting dalam usaha pembangunan adalah perencanaan. Menurut Kunarjo (2002:14) perencanaan adalah merupakan penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang

Upload: ciechugay-tarigan

Post on 23-Jul-2015

127 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

1

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan sebuah konsep yang multidimensional,

yang mengaju pada serangkaian karateristik dan segenap aspek kehidupan

baik aspek hukum, aspek politik, aspek ekonomi maupun aspek sosial.

Pembagunan adalah proses multidimensi yang mencakup perubahan-

perubahan penting dalam struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga

nasional (menurut Todaro dalam Bryant and White (1987:3-4), dalam tesis

Perencanaan Pembangunan Parsitipatif program Desa Mandiri di Kabupaten

Gorontalo Victor F. Nanlessy 2006:1).

Salah satu kegiatan yang penting dalam usaha pembangunan adalah

perencanaan. Menurut Kunarjo (2002:14) perencanaan adalah merupakan

penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan

datang dan diarahkan pada tujuan tertentu. Definisi ini menunjukan bahwa

perencanaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : (1) berhubungan

dengan masa depan, (2) menyusun seperangkat program kegiatan secara

sistematis, dan (3) dirancang untuk mencapai tujuan tertentu (Victor Nanlessy

2006:1).

Page 2: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

2

Perencanaan diperlukan karena kebutuhan pembangunan, melalui

perencanaan dapat dirumuskan kegiatan pembangunan secara efisien dan

efektif, dan dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.

Menurut Conyers dan Hills 1994 dalam bukunya Haryanto dan

Sahmuddin 2008:57, mendefinisikan perencanaan sebagai “suatu proses

yang berkesinambungan”, yang mencakup “keputusan-keputusan atau

pilihan-pilihan atas berbagai alternative penggunaan sumberdaya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa akan datang. Jadi definisi

tersebut mengedepankan 4 unsur dasar perencanaan, yaitu : (1) pemilihan,

“merencanakan berarti memilih”, (2) sumberdaya, perencanaan merupakan

alat pengalokasian sumberdaya, (3) tujuan, perencanaan merupakan alat

untuk mencapai tujuan, dan (4) waktu, perencanaan mengacu ke masa

depan.

Dengan demikian perencanaan selain merupakan kebutuhan

pembangunan tapi perencanaan merupakan suatu konsep yang harus

dilakukan/dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis untuk

mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu secara efesian dan efektif.

Menurut Raharjo Adisasmita 2011:2, mengatakan bahwa Manajemen

Pemerintah yang efektif dan efisein dimaksudkan sebagai manajemen yang

mampu menyelesaikan tugas pekerjaan kepemerintahan secara cepat

Page 3: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

3

(dalam kurun waktu singkat), ringkas dan tidak berbelit-belit, berkinerja

(berprestasi) tinggi, tidak mengalami pemborosan atau pemborosan waktu

maupun dana dan daya, serta menghasilkan pelayanan yang berkualitas. Hal

tersebut dapat dikatakan sebagai berdayaguna dan berhasil guna.

Manajemen Perencanaan yang efektif diartikan mampu mencapai hasil

sesuai sasaran yang telah ditetapkan, yang diukur dengan cara

mambandingkan antara realisasi yang dicapai dengan target yang

direncanakan. Sedangkan Manajemen Perencanaan yang efisien berarti

segala kegiatan yang menggunakan berbagai input yang menghasilakn

output dengan biaya yang minim atau tidak terjadi pemborosan.

Sehingga dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Manajemen

Perencaan harus berbasis kinerja serta berbasis transparansi dan

akuntabilitas dimana semua tindakan dan kegiatan yang dilakukan harus

terbuka dan diketahui oleh semua masyarakat secara individu ataupun

kelompok/golongan yang berhak menanyakan mengenai hal-hal yang

dianggap tidak jelas ataupun mengkritisi hal-hal yang dianggap tidak benar.

Selama ini perencanaan pembangunan yang digunakan bertumpu

pada paradigma kalsik (trickle down efek) atau efek tetesan kebawah yang

merupakan mekanisme pembangunan yang instruktif dan bersifat top down.

Masyarakat sekedar sebagai objek dan suplemen pembangunan (Adisasmita

2005:23). Dengan demikian program pembangunan menjadi tidak aspiratif

Page 4: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

4

terhadap masalah, potensi dan kebutuhan masyarakat sebagai penerima

program pemerintah.

Pada saat ini paradigma pembangunan telah mengalami suatu

perubahan yang signifikan, dari pembangunan yang bertumpu pada Negara

menjadi paradigma pembangunan yang bertumpu pada masyarakat atau

yang dikenal dengan istilah pembangunan masyarakat (community

development). Menurut Amin (2005:196), model perencanaan yang dinilai

sesuai dengan kondisi saat ini adalah model perencanaan yang melibatkan

sebanyak mungkin unsur/peran masyarakat. Model perencanaan tersebut

adalah model perencanaan partisipatif.

Menurut Cohen dan Uphoff (1977:26) partisipasi masyarakat dalam

perencanaan pembangunan adalah bagaimana masyarakat diajak untuk

mendefinisikan apa kebutuhan/masalah mereka, bagaimana cara yang tepat

untuk memecahkan masalah/memenuhi kebutuhan mereka, memikirkan

bagaimana proses penyelesaian masalah tersebut dilakukan dan

merundingkan bagaimana penyelesaian masalah/pemenuhan kebutuhan

tersebut dinilai keberhasilannya.

Tentu saja, setiap individu, kelompok bahkan masyarakat dalam suatu

komunitas tidak akan mencapai tingkat partisipasi yang sama, tetapi yang

bisa menjadi indikator penilaian adalah sejauhmana masyarakat ikut

menghadiri, ikut memberi saran, ikut mempengaruhi keputusan dan ikut

merekomendasikan rencana pembangunan sesuai kemampuannya.

Page 5: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

5

Dalam perencanaan pembangunaan saat ini yang mencakup segala

aspek kehidupan yang didalamnya perencanaan pembangunan di bidang

hukum. Salah satu unsur penting penting yang saat ini mendapat perhatian

pemerintah dalam pembangunan di bidang hukum salah satunya adalah

Pembentukan Desa Sadar Hukum dalam mewujudkan masyarakat yang

sadar hukum.

Kesadaran hukum masyarakat merupakan prasyarat untuk tercapainya

perwujudan dan pengamalan Negara hukum, sebagaimana tertuang dan

tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945. Oleh karena itu, Indonesia sebagai Negara hukum yang demokratis,

kesadaran hukum masyarakat diharapkan mampu menjaga dinamika

pemerintahan, dinamika pembangunan dan dinamika lainnya untuk

kepentingan nasional.

Seharusnya, kesadaran hukum masyarakat selalu diupayakan dan

dibudayakan dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan keadaan dan

kondisi serta kebutuhan dan kepentingan pemerintah. Hal ini merupakan

upaya pemerintah untuk menyukseskan program-program yang diarahkan

untuk kepentingan masyarakat sendiri.

Pada konsideran menimbang dalam Undang-Undang Nomor : 10

Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

menyatakan bahwa pembentukan perundang-undangan merupakan salah

satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional yang dapat

Page 6: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

6

diwujudkan dengan didukung oleh metode, cara yang pasti, baku, dan

standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan

perundang-undangan. Hal ini sangat penting mengingat arah kebijakan

hukum kita menegaskan tentang perlunya kesadaran hukum dan kepatuhan

hukum masyarakat dalam rangka supremasi hukum dan tegaknya Negara

hukum.

Membangun kesadaran hukum masyarakat adalah sebuah usaha

yang harus terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah

satu usahanya adalah pembentukan Desa Sadar Hukum.Desa/Kelurahan

Sadar Hukum adalah sebuah desa atau kelurahan yang dibina secara

swakarsa dan swadaya dari dan oleh masyarakat sendiri untuk meningkatkan

kesadaran hukum warganya. Penghargaan Desa/Kelurahan Sadar

Hukum merupakan wujud apresiasi pemerintah dalam hal ini Kementerian

Hukum dan HAM, melalui BPHN dan Tugas Pokok dan Fungsi Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di seluruh Indonesia, dan juga

adanya kerjasama antar instansi (SKPD Provinsi, Kota/Kabupaten) dalam

membina masyarakat, karena masyarakat di desa/kelurahan tersebut telah

mampu menjaga tingkat kesadaran hukumnya dengan mentaati berbagai

norma dan aturan hukum dari berbagai peraturan perundang undangan dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari hari serta didukung

dengan program/kegiatan dari Instansi/SKPD terkait. Dengan ditetapkannya

Page 7: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

7

sebuah Desa/Kelurahan sebagai Desa/Kelurahan Sadar Hukum maka

diharapkan masyarakat di Desa/Kelurahan tersebut mampu menjaga

kredibilitasnya sebagai masyarakat yang sadar, taat dan cerdas hukum, serta

menjadi contoh dan tauladan bagi masyarakat di Desa/Kelurahan sekitarnya,

sehingga secara bertahap semua Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

Kelompok Sadar Hukum dan Desa Sadar Hukum menjadi indikator

kesadaran hukum masyarakat yang ditetapkan oleh Bappenas, Sampai pada

triwulan pertama tahun 2011, Indonesia baru memiliki 2838 Kelompok Sadar

Hukum dan 969 Desa Sadar Hukum, atau baru sekitar 1 persen dari jumlah

desa di seluruh Indonesia (artikel/data internet, bahan laporan Kepala Pusat

Penyuluhan Hukum BPHN). Tentu angka ini akan terus bertambah

mengingat program pembinaan kelompok kadarkum dan desa sadar hukum

terus digalakkan oleh Pusat Penyuluhan Hukum Badan Pembinaan Hukum

Nasional, melalui kantor wilayah-kantor wilayah Kementerian Hukum dan

HAM di seluruh Indonesia dan didukung dengan perencanaan program

kegiatan dari Instansi/SKPD baik Provinsi/Kota/Kabupaten.

Desa Sadar Hukum telah menjadi tolok ukur kesadaran hukum

masyarakat. Dalam rencana strategi Kementerian Hukum dan HAM RI tahun

2010-2014 program pemberdayaan masyarakat untuk sadar hukum

dilaksanakan melalui serangkaian kebijakan dan kegiatan prioritas, antara

lain seluruh Desa di Indonesia menjadi Desa Sadar Hukum dan HAM. Salah

Page 8: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

8

satu unit yang melakukan pembinaan kesadaran hukum masyarakat adalah

Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Pusat Penyuluhan Hukum.

Selain itu pula bahwa Pembentukan Desa Sadar Hukum ini

sebagaimana diketahui bahwa dengan dicanangkannya Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAk Asasi Manusia Sebagai Kantor Pelayanan

Hukum dan Hak Asasi Manusi atau disebut dengan LAW AND HUMAN

RIGHT CENTER, yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor : 14 Tahun

2008 Kerbukaan Informasi Publik dan Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM

RI Nomor : M.HH.03.03-14 Tahun 2010 Tanggal 11 November 2010 Tentang

Kementerian Hukum dan HAM sebagai LAW AND HUMAN RIGHT CENTER

dan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian Hukum dan HAM.

Dengan demikian untuk mewujudkan terlaksananya program tersebut

diatas memang telah tercantum dalam RENSTRA Kementerian Hukum dan

HAM RI, akan tetapi dalam hal ini perlu perencanaan strategik dan didukung

dengan bantuan kerjasama instansi/SKPD baik itu di Tingkat Provinsi,

Kabupaten/Kota yang terkait dalam rangka pencapaian sasaran program

Pembentukan Desa Sadar Hukum.

Cikal bakal berdirinya desa sadar hukum adalah adanya kelompok-

kelompok keluarga sadar hukum (kadarkum) di desa tersebut. Kelompok

keluarga sadar hukum (kadarkum) adalah kelompok yang beranggotakan

Page 9: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

9

lebih kurang 25 warga desa yang secara rutin setiap bulan bertemu untuk

membahas permasalahan hukum yang mereka alami melalui temu sadar

hukum, sosialisasi peraturan perundang-undangan, ceramah, diskusi dan

simulasi. Kelompok-kelompok ini dibina oleh perangkat desa bekerjasama

dengan penyuluh hukum dari kantor wilayah kementerian hukum dan Ham

setempat serta Instansi/SKPD yang terkait.

Pembentukan Desa Sadar Hukum diawali dengan penetapan suatu

desa/kelurahan yang telah memiliki kelompok kadarkum sebagai Desa

Binaan. Desa/Kelurahan Binaan terus dibina oleh Kanwil Kementerian

Hukum dan HAM beserta Pemerintah Daerah setempat untuk menjadi Desa

Sadar Hukum. Gubernur menetapkan Desa /Kelurahan Binaan menjadi

Desa/Kelurahan sadar Hukum setelah mempertimbangkan usul

Bupati/Walikota dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM. Desa/Kelurahan Sadar Hukum oleh Kantor Wilayah dengan

persetujuan Gubernur, diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk

memperoleh penghargaan Anubhawa Sasana Desa/Anubhawa Sasana

Kelurahan.

Desa Sadar Hukum merupakan wujud nyata dari kesadaran hukum

masyarakat karena memenuhi kriteria-kriteria kesadaran hukum sebuah desa

dan telah menjalani proses panjang dari pembentukan kelompok kadarkum,

Page 10: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

10

desa binaan hingga akhirnya memperoleh penghargaan Anubhawa Sasana

desa/Kelurahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

proposal ini adalah :

1. Bagaimanakah peranan Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Maluku dalam hal ini Bidang Pelayanan Hukum pada Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM melakukan pembentukan Desa Sadar

Hukum ?

2. Bagaimanakah Proses Perencanaan Pembentukan Desa Sadar

Hukum yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Maluku ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan Bidang Pelayanan pada Divisi Pelayanan

Hukum dan HAM dalam membentuk Desa Sadar Hukum.

2. Untuk menganalis Proses Perencanaan Pembentukan Desa Sadar

Hukum oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Maluku.

Page 11: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

11

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan mampu/dapat memberikan kontribusi dan

manfaat dalam rangka pembangunan hukum dalam hal :

1. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Maluku dan Pemerintah Daerah utama Pemerintah Kota

Ambon secara bersama dan bekerjasama serta berkoordinasi dengan

Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Ambon@@##

dalam upaya pelaksanaan perencanaan pembentukan Desa sadar

Hukum di Kota Ambon.

2. Menjadi bahan masukan bagi Kementerian Hukum dan HAM

khususnya Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Maluku untuk

memperbaiki dan merencanakan program kegiatan Pembentukan

Desa Sadar Hukum di tahun-tahun mendatang yang didukung oleh

semua pihak yang berkepentingan, sumber daya baik sarana dan

prasarana serta anggaran yang memadai.

3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam rangka

pengembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan

dengan proses perencanaan pembangunan hukum khususnya

perencanaan pembentukan Desa sadar Hukum yang merupakan

tugas pokok dan fungsi penulis sebagai pegawai pada Kanwil

Kementerian Hukum dan HAM Maluku.

Page 12: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pembangunan

Konsep perencanaan sebenarnya sangat kompleks menurut para

pakar berbeda-beda mendefinisikan pengertian perencanaan, sehingga

belum ada pengertian/definisi yang pasti dan memuaskan mengenai

perencanaan itu sendiri. Menurut Tjokroamidjojo (1987:24) mendefinisikan

perencanaan sebagai suatu usaha yang berkenaan dengan suatu system

pemecahan masalah. Sedangkan menurut Kunarjo (2002:14) mendefinisikan

perencanaan sebagai suatu penyiapan seperangkat keputusan untuk

dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada tujuan

tertentu. Dengan demikian perencanaan mempunyai unsur-unsur antara lain

yaitu : (1) berhubungan dengan hari depan, (2) menyusun seperangkat

kegiatan secara sistematik, (3) dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu menurut Kunarto (1996:80) mengemukakan bahwa

perencanaan adalah suatu peyerapan seperangkat keputusan untuk

dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada tujuan

tertentu.

Menurut Conyers & Hills (1994) Haryanto & Sahmuddin 2008:57,

mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan,

yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan atas berbagai

Page 13: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

13

alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

pada masa yang akan dating, yaitu :

1. Pemilihan, “merencanakan berarti memilih”, perencanaan merupakan

proses memilih diantara berbagai kegiatan yang diinginkan dan tidak

semua kegiatan yang diinginkan dilaksanakan dan dicapai dalam

waktu yang bersamaan.

2. Sumber daya, perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber

daya, sumber daya menunjukan sesuatu yang dianggap berguna

dalam pencapaian suatu tujuan tertentu, sumber daya mencakup

sumber daya manusia, sumbaer daya alam, sumber daya keuangan

dan modal.

3. Tujuan, perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Konsep

perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan muncul berkenaan

dengan sifat dan proses penetapan tujuan.

4. Waktu, perencanaan mengacu ke masa depan. Salah satu unsure

penting dalam perencanaan adalah waktu, jadi waktu berkitan dengan

masa depan.

Munculnya perencanaan sebagai akibat dari perkembangan system

perencanaan dunia, sehingga menurut pendapat Sarwoto (1986:40)

mengemukakan manfaat perencanaan antara lain adalah : (a) perencanaan

penting karena didalamnya digariskan pula bahwa apa yang harus dilakukan

agar tujua-tujuan tersebut tercapai, (b) perencanaan merupakan bentuk

Page 14: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

14

petunjuk jalan bagi seluruh anggota organisasi yang ikut serta dalam

pelaksanaan perencanaan itu, (c) perencanaan bukan suatu karya yang

sekaligus saja tetapi suatu proses yang terus menerus, maka setiap

perencanaan diharapkan dapat memberikan perhatian yang terus menerus

untuk menunjukkan dan mempertinggi praktek dan berbagai cara para

anggota organisasi, (d) prencanaan merupakan alat pengendali untuk

mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan , dan (e) perencanaan yang

baik menjamin penggunaan sumber-sumber yang tersedia baik itu sumber

daya alam ataupun sumber daya manusia yang dipergunakan dan atau

dimanfaatkan secara efektif dan efisien serta dapat menghindari pemborosan

yang tidak perlu.

Disamping itu diperlukan perencanaan yang bersifat strategis sebagai

langkah dalam mengatasi persoalan atau yang dihadapi. Rahardjo

Adisasmita (2011:68), perencanaan strategic merupakan proses secara

sistematis yang berkelanjutan dari pembuatan keputusan yang memiliki

resiko, dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif,

mengorganisasi secara sistematis usaha-usaha melaksanakan keputusan

tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang terorganisasi dan

sistematis.

Perencanaan strategik merupakan integrasi antara keahlian

sumberdaya manusia dan sumbardaya lainnya agar mampu menjawab

Page 15: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

15

tuntutan perkembangan lingkungan strategik, nasional dan global serta tetap

berada dalam tatanan system manajeme perencanaan nasional.

Bila dikaitkan dengan perencanaan pembangunan, maka terdapat

beberapa unsur penting yang harus ada dalam perencanaan pembangunan

yaitu : adanya kebijaksanaan atau strategic dasar rencana pembangunan,

adanya kerangka rencana, prakiraan sumber-sumber daya untuk

pembangunan, dan kerangka kebijakan yang konsisten.

Model perencanaan pembangunan ;pada masa lalu, dimana peran

pemerintah pusat sangat dominan dalam menentukan arah dan sasaran

pembangunan nasional sehingga pemerintah daerah kurang menjalankan

aspirasi masyarakat didaerahnya. Namun dengan adanya perubahan baik

pada tingkat nasional sebagai akibat pelaksanaan otonomi daerah, maka

konsep perannya pun mengalami perubahan. Konsekuensinya adalah

perubahan pada strategis sistem dan pengendalian pembangunan.

Dengan adanya perubahan tersebut maka sistem perencanaan

pembangunan dilakukan pada masing-masing lingkup baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah yang harus dilakukan secara independen melalui

suatu mekanisme tertentu untuk mencapai kebijakan secara efektif, efisien,

akuntabel, transparan dan legitimatif.

##Secara umum dapat dijelaskan system perencanaan yang dilkukan

oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sampai

pada masing-masing tingkatan didaerah baik itu Kanwil Kemenkum HAM di

Page 16: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

16

Daerah Provinsi maupun Unit Pelaksana Teknis di tingkat Kabupaten/Kota

khususnya perencanaan pembangunan hukum, pada dasarnya mengacu

pada pedoman Rencana Strategi pembangunan hukum dan program

pembangunan yang berkeadilan (Indra J. Piliang, 2010:13) dari Kementerian

Hukum dan HAM RI. Sehingga Kantor Wilayah dan Unit Pelaksanaan Teknis

yang terdapat di Provinsi, Kabupaten/Kota hanya menyusun rencana

program/kegiatan yang dibutuhkan dalam rencana kerja tersebut. Setelah itu

dilanjutkan dengan kegiatan rapat kerja yang dilaksanakan oleh Kantor

Wilayah dalam menyusun dan memuat rencana kerja apa saja yang memang

diperlukan dan dibutuhkan, menyusun rencana kegiatan

anggaran/pembiayaan tahunan baik Kantor Wilayah maupun Unit Pelaksana

Tekins (UPT) yang seluruhnya akan dirangkum menjadi satu rencana kerja

Kantor Wilayah.

Dari seluruh rencana kegiatan yang sudah disusun menjadi satu

rencana kegiatan Kantor Wilayah, kemudian rencana kegiatan tersebut akan

dibahas di Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta. Kemudian dari hasil

akhir dari pembahasan mengenai rencana kerja dari semua unsur yang

merupakan bagian dari Kementerian hukum dan HAM RI yang disebut

dengan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Hukum dan HAM RI.

Menurut Kunarjo, (2002:76), bahwa dalam perencanaan dapat dibagi

menjadi kelompok yang satu sama lain berkaitan, kelompok perencanaan

tersebut adalah : (a) Perencanaan Makro, (b) Perencanaan Sektoral, (c)

Page 17: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

17

Perencanaan Regional, dan (d) Perencanaan Mikro atau Proyek namun

sekarang ini sudah berganti sebutan dengan kegiatan.

Dari keempat kelompok perencanaan diatas saling berkiatan satu

sama lain, oleh karena itu untuk mencapai suatu hasil yang maksimal perlu

dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya. Bila dikaitkan dengan hubungan

antara Kementerian Hukum dan HAM RI di Jakarta dengan Kantor Wilayah

Kementerian HUkum dan HAM di Proninsi maupun Unit Pelaksanaan Teknis

yang terdapat di Kabupaten/Kota maka koordinasi antara perencanaan

makro dan perencanaan mikro (Proyek/Kegiatan sebutannya sekarang ini)

disebut koordinasi vertical.

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian HUkum dan HAM RI dalam

Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan pengawasan,

(b) pembinaan dibidang hukum dan hak asasi manusia, (c) penegakkan

hukum dibidang pemasyarakatan, keimigrasian, administrasi hukum umum

dan hak kekayaan intelektual, (d) perlindungan, pemajuan, pemenuhan,

penegakan dan pengharmonisasian hak asasi manusia, (e) pelayanan

hukum, (f) pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum,

penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia, (g) pelaksanaan

kebijakan dan pembinaan teknis di bidang administrasi di lingkungan Kantor

Wilayah.

Page 18: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

18

Dalam pelaksanaan tugasnya Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

merupakan instansi vertical Kementerian Hukum dan HAM yang

berkedudukan di Provinsi yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada Menteri Hukum dan HAM RI. Sehingga dengan demikian Kantor

Wilayah dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah.

Sedangkan Kepala Kantor Wilayah dalam pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh antara lain : (a) Divisi Administrasi, Divisi Pemasyarakatan, (c)

Divisi Keimigrasian, dan (d) Divisi Pelayanan Hukum dan HAM. Dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Kepala Kantor Wilayah

berpedoman, mematuhi dan mengikuti petunjuk pelaksanaan pada Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 yang

kemudian diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-

09.PR.07.10 Tahun 2007 dan dilakukan perubahan kedua dengan Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.MH-10.OT.01.01 Tahun 2009

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI.

Sehubungan dengan hal tersebut, demikian halnya dengan Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Maluku yang

merupakan instansi vertical dari Kementerian HUkum dan HAM RI yang

berkedudukan di Provinsi yang berada di bawah dan bertanggungjawab

kepada Menteri Hukum dan HAM RI, Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Provinsi Maluku dipimpin oleh Kepala Kantor Wilayah. Dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Page 19: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

19

Hukum dan HAM Provinsi Maluku dibantu oleh Kepala Divisi Administrasi

yang mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Maluku dalam

melaksanakan pembinaan administrasi dan pelaksanaan teknis di wilayah

Provinsi Maluku berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala Divisi Pemasyarakatan mempunyai tugas membantu Kepala

Kantor Wilayah Provinsi Maluku dalam melaksanakan sebagaian tugas

Kantor Wilayah Provinsi Maluku di bidang pemasyarakatan berdasarkan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

Kepala Divisi Keimigrasian mempuyai tugas membantu Kepala Kantor

Wilayah Provinsi Maluku dalam melaksanakan sebagian tugas di bidang

keimigrasian berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Imigrasi. Dan Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan Hak Asasi

Manusia mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Wilayah Provinsi

Malukudalam melaksanakan sebagian tugas Kepala Kantor Wilayah Maluku

di bidang pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusiaberdasarkan Kebijakan

teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal dan atau Kepala Badan terkait.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah diatas maka

dalam hal perencanaan program pembangunan hukum yang berkeadilandi

provinsi Maluku, diawali dengan pembuatan rancangan usulan program

kegiatan yang harus dibuat oleh Divisi Administarasi, Divisi Pemasyarakatan,

Divisi Imigrasi dan Divisi Pelayanan Hukum dan HAM serta rancangan usulan

program kegiatan oleh Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan, Balai

Page 20: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

20

Pemasyarakatan, Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara serta Kantor

Cabang Rumah Tahanan yang terdapat di Kabupaten dan Kota di Provinsi

Maluku.

Dalam pelaksanaannya digambarkan bahwa mekanisme perencanaan

program kegiatan pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Provinsi Maluku beserta Unit Pelaksana Teknis yang terdapat baik di Provinsi

maupun Kabupaten/Kota dimulai dari usulan perencanaan program kegiatan

dari setiap Divisi dan Unit Pelaksana Teknis yang disampaikan kepada

Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Bidang Penyusunan Program dan

Laporan yang bertanggung jawab atas perencanaan program kegiatan

dengan pengawasan dari Kepala Divisi Administrasi sebagai koordinator

perencanaan program. Selanjutnya usulan perencanaan program kegiatan

tersebut akan dilaksanakan dengan kegiatan Rapat Koordinasi (RAKOR)

yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Maluku. Dalam Rakor tersebut setiap Kepala Divisi dan Kepala Unit

Pelaksanaan Teknis yang berada di bawah wewenang Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Maluku memaparkan visi dan misi serta

menyampaikan usulan perencanaan program kegiatan. Kemudian Rakor

dilanjutkan dengan keputusan hasil usulan program kegiatan dan disahkan

oleh Kepala Kantor Wilayah Provinsi Maluku.

Kegiatan belum selesai pada tahap pengasahan Kepala Kantor

Wilayah saja, tetapi Hasil Usulan tersebut akan dibawa ke Kementerian

Page 21: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

21

Hukum dan HAM RI di Jakarta dan dilanjutkan dengan Musrembang

Kementerian Hukum dan HAM RI yang stiap Provinsi diwakili oleh Kepala

Kantor Wilayah, Kepala Divisi Administrasi, Kepala Bidang Penyusunan

Program dan Laporan, Kepala Sub Bidang Keuangan dan Perlengkapan dan

Staf Bidang Penyusunan Program Laporan dan Staf Sub Bidang Keuangan.

Hail dari pembahasan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam RKA-KL

Kementerian Hukum dan HAM RI dan disesuiakan dengan usulan program

kegiatan dan besar anggaran yang dimintakan oleh maing-masing Kantor

Wilayah. Selain itu juga usulan program kegiatan harus disesuaikan dengan

Rencana Strategi (RENSTRA) Kementerian HUkum dan HAM RI yang harus

diikuti pula oleh setiap Kantor Wilayah, dengan tujuan adanya keterpaduan

dan sinergitas setiap program kegiatan pembangunan dibidang hukum dan

hak asasi manusia yang berhasil guna dan berdaya guna.

Untuk itu, sesungguhnya program perencanaan kegiatan perencanaan

pembentukan desa sadar hukum merupakan program kegiatan yang

sesungguhnya merupakan kegiatan yang masuk dalam program

perencanaan kegiatan yang terdapat dalam Renstra Kementerian Hukum dan

HAM RI. Perencanaan pembantukan desa sadar hukum merupakan program

kegiatan dari Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Bidang Pelayanan HUkum

Kantor Wilayah Kementerian HUkum dan Ham Maluku.

Perencanaan pembentukan desa sadar hukum dalam pelaksanaanya

didukung oleh beberapa kegiatan yang merupakan bagian tupoksi dari

Page 22: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

22

Bidang Pelayanan Hukum dan HAM Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang

mana program kegiatannya terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukan guna terlaksananya pembantukan desa

sadar hukum di Provinsi Maluku.

B. Pembentukan Desa Sadar Hukum

Saat ini, pada tataran masyarakat akar rumput di pedesaan, ada 957

desa yang sudah membangun diri mereka untuk menjadi desa sadar hukum.

Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM RI beserta Pemerintah

Daerah setempat memberikan apresiasi dengan Anugerah Anubawa Sasana

Desa yang diberikan kepada desa-desa sadar hukum tersebut.

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RepubIik

Indonesia Nomor : M.01-PR.08.10 Tahun 2006 Tentang Pola Penyuluhan

Hukum, Desa atau Kelurahan Sadar Hukum adalah desa atau kelurahan

yang telah dibina atau karena swakarsa dan swadaya, memenuhi criteria

sebagai desa sadar hukum atau kelurahan sadar hukum.

Pembentukan Desa Sadar Hukum diawali dengan penetapan suatu

desa/kelurahan yang telah memiliki kelompok kadarkum sebagai Desa

Binaan. Desa/Kelurahan Binaan terus dibina oleh Kanwil Kemeneterian

hukum dan Hak Asasi Manusia/Pemerintah Daerah setempat untuk menjadi

Desa Sadar Hukum. Gubernur menetapkan Desa /Kelurahan Binaan menjadi

Desa/Kelurahan sadar Hukum setelah mempertimbangkan usul

Page 23: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

23

Bupati/Walikota dan Kanwil Kemkumham. Desa/Kelurahan Sadar Hukum

oleh Kanwil dengan persetujuan Gubernur.

Menurut Liestiarini Wulandari, Kepala Bidang Pembudayaan Pusat

Penyuluhan Hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional (07/03) tujuan dari

pembentukan desa sadar hukum (DSH), “tujuannya ialah untuk memberikan

kesempatan yang merata ke seluruh wilayah Indonesia melalui

Desa/Kelurahan agar sadar akan hukum, terkait hak dan kewajibannya”.

Ada beberapa kriteria agar sebuah desa/kelurahan untuk diresmikan

menjadi DSH, “seperti (a) pelunasan kewajiban membayar PBB mencapai 90

% atau lebih, (b) tidak adanya perkawinan di bawah usia berdasarkan

ketentuan dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, (c) angka

kriminalitas rendah, (d) rendahnya kasus narkoba, (d) tingginya kesadaran

masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan dan (e)

beberapa kriteria lain yang ditetapkan Daerah.

Dari perspektif modal pembangunan, keberadaan kelompok kadarkum

dan desa sadar hukum bisa menjadi modal sosial dalam pembangunan.

Fukuyama mendefinisikan modal sosial secara sederhana yakni eksistensi

dari serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal tertentu yang

dibagikan di antara anggota-anggota dari kelompok yang membuat

kerjasama di antara mereka. Modal sosial timbul karena kepercayaan di

antara masyarakat tersebut. (Fukuyama 1997). Masyarakat yang memiliki

Page 24: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

24

modal sosial yang tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, guyub,

merasa aman untuk berbicara dan mengatasi perbedaaan-perbedaan di

antara mereka.

Modal sosial dapat diartikan sebagai hasil dari relasi yang intim dan

konsisten di antara masyarakat. Elemen utama social

capital mencakup norms, reciprocity, trust, dan network. Keempat elemen

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kerjasama untuk

mencapai hasil yang diinginkan yang mampu mengakomodasi kepentingan

individu yang melakukan kerjasama maupun kelompok secara kolektif.

Menurut World Bank (1998) social capital tidaklah sesederhana hanya

sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat,

tetapi juga merupakan perekat dan penguat yang menyatukan mereka secara

bersama-sama. Social capital meliputi shared values dan rules bagi perilaku

sosial yang terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar

personal, trust dan common sense tentang tanggung jawab terhadap

masyarakat, semua hal tersebut menjadikan masyarakat lebih dari sekedar

kumpulan individu individu.

Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya

kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas

kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara

semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila

Page 25: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

25

berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Kemampuan

komunitas atau kelompok – kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan

kepercayaan baik di antara anggota – anggotanya maupun dengan pihak luar

merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan

kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut ‘modal sosial’. Jika warga

masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan

kepada nilai – nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling

curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan

– ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa

diminimalkan.

Modal dasar dari Desa Sadar Hukum adalah Komunitas Kelompok

Kadarkum. Di dalam komunitas kadarkum ini, nilai-nilai seperti gotong-

royong, kepercayaan, kohesifitas, altruisme, jaringan dan kolaborasi sosial

diartikulasi di setiap pertemuannya, baik melalui metode simulasi, temu sadar

hukum atau diskusi. Modal sosial bersifat bottom-up, seperti halnya

komunitas kadarkum yang merupakan upaya swadaya dari masyarakat untuk

menjadikan diri mereka sadar hukum.

Melihat Desa Sadar Hukum dari perspektif Modal Sosial, kiranya

keberadaan desa ini dapat dimanfaatkan oleh banyak stake holder

pembangunan. Misalnya, BNN dalam rangka pencegahan narkoba dan

pemberdayaan masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan kelompok

Page 26: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

26

kadarkum serta desa sadar hukum ini. BNN bisa mensinergikan program-

programnya di daerah rawan narkoba (red district) untuk dibentuk kelompok

kadarkum yang pada gilirannya daerah tersebut bisa menjadi desa sadar

hukum. (kris dalam desa sadar hukum sebagai modal sosial dalam

pembangunan).

Membangun kesadaran hukum masyarakat adalah sebuah usaha

yang harus terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah

ssatu usahanya adalah pembentukan Desa Sadar Hukum.Desa/Kelurahan.

Penghargaan Desa/Kelurahan Sadar Hukum merupakan wujud apresiasi

pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM melalui BPHN

kepada masyarakat, karena masyarakat di desa/kelurahan telah mampu

menjaga tingkat kesadaran hukumnya dengan mentaati berbagai norma dan

aturan hukum dari berbagai peraturan perundang undangan dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari hari. Dengan

ditetapkannya sebuah Desa/Kelurahan sebagai Desa/Kelurahan Sadar

Hukum maka diharapkan masyarakat di Desa/Kelurahan tersebut mampu

menjaga kredibilitasnya sebagai masyarakat yang sadar, taat dan cerdas

hukum, serta menjadi contoh dan tauladan bagi masyarakat di

Desa/Kelurahan sekitarnya, sehingga secara bertahap semua

Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

Page 27: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

27

Cikal bakal berdirinya desa sadar hukum adalah adanya kelompok-

kelompok keluarga sadar hukum (kadarkum) di desa/kelurahan. Kelompok

keluarga sadar hukum (kadarkum) adalah kelompok yang beranggotakan

lebih kurang 25 warga desa yang secara rutin setiap bulan bertemu untuk

membahas permasalahan hukum yang mereka alami melalui temu sadar

hukum, sosialisasi peraturan perundang-undangan, ceramah, diskusi dan

simulasi. Kelompok-kelompok ini dibina oleh perangkat desa bekerjasama

dengan penyuluh hukum dari kantor wilayah kementerian hukum dan Ham

setempat

Penyuluhan hukum merupakan program kegitan yang dilaksanakan

oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka

mewujudkan kesadaran hukum masyarakat kearah yang lebih baik dan

menggerakkan, membina setiap anggota masyarakat dalam suatu

desa/kelurahan untuk menjadi desa/kelurahan binaan hukum yang pada akhir

proses pembinaan desa/kelurahan tersebut menjadi desa/kelurahan sadar

hukum.

Menurut Mulyana W. Kusumah, dkk. (1998:70) penyuluhan hukum

adalah serangkaian kegiatan penyebarluasan informasi kepada seluruh

warga masyarakat tentang hukum yang berlaku, dan membina kesadaran

hukum masyarakat. Hukum memiliki banyak fungsi, salah satu dari fungsi

hukum adalah a tool of social atau alat rekayasa social. Sehubungan dengan

fungsi ini, maka proses sosialisasi peraturan perundang-undangan yang

Page 28: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

28

menjadi bagian penting dalam proses pemebetukan desa/kelurahan sadar

hukum diupayakan agar peraturan-perturan tersebut benar-benar efektif

diberlakukan.

Menurut Achmad Ali (1998:195) tujuan sosialisasi antara lain adalah :

1. Agar warga masyarakat mengetahui kehadiran suatu undang-undang atau

peraturan;

2. Agar warga masyarakat dapat mengetahui isi suatu undang-undang;

3. Agar warga masyarakat dapat menyesuaikan diri atau pola piker dan

tingka laku dengan tujuan yang dikehendaki oleh Undang-Undang atau

peraturan hukum tersebut.

Pengaruh sosialisasi dan komunikasi sangat besar pengaruhnya

dalam rangka penegakkan hukum serta dalam rangka pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum. Menurut Sajtipto Rahardjo (1982:91) Efektifitas

dari sosialisasi dan komunikasi hukum adalah :

1. Makin banyak saluran untuk pembeitahuan keputusan, makin besar

dampaknya;

2. Informasi mengenai ketentuan tentang kepatuhan terhadap suatu

keputusan akan mendatangkan dampak lebih besar daripada diskusi

secara umum mengenai suatu kasus;

3. Pemberitaan tentang reaksi negative dengan segera, cenderung untuk

menaikkan ketidakpatuhan.

Page 29: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

29

Meskipun dinyatakan bahwa setiap orang dianggap mengetahui

hukum, akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Oleh karena itu dalam

rangka pembentukan desa/kelurahan sadar hukum ini Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM mengemban tugas yang sangat berat yakni

harus selalu melakukan penyebarluasan pengetahuan hukum kepada setiap

anggota masyarakat baik itu di wilayah Provinsi, Kabupaten dan kota agar

jumlah anggota masyarakat di setiap desa/kelurahan bertambah

pengetahuan hukum. Dengan bertambahnya setiap anggota masyarakat

yang mengetahui hukum maka diharapkan kita semua dapat lebih sadar akan

manfaat hukum dalam kehidupan benegara dan bermasyarakat.

Selanjutnya pembangunan di Negara kita yang merupakan

pembangunan di segala bidang, didasarkan pada asas pembangunan

nasional, salah satu diantaranya adalah asas kesadaran hukum. Setiap

warga Negara Indonesia haarus selalu sadar dan taat kepada hukum, dan

Negara berkewajiban untuk menegakkan dan menjamin kepastian hukum.

Menurut Soerjono Soekanto (1982:72) salah satu persyaratan agar

hukum dapat berfungsi dengan baik adalah adanya kepatuhan hukum yaitu

jika setiap orang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Kepatuhan

terhadap ketentuan-ketentuan hukum menunjukkan efektifitas keberlakuan

hukum ditengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, jika kaidah hukum

Page 30: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

30

dipatuhi atau digunakan maka hukum itu mampu mempunyai pengaruh positif

yang biasa disebut efektifitas hukum menurut Rusli Effendy, dkk (1991:76).

Lebih lanjut Scholten (Chairuddin, 1991:104) mengatakan bahwa

kesadaran hukum itu tidak lain adalah suatu kesadaran yang ada dalam

kehidupan manusia untuk selalu patuh dan taat kepada hukum. Menurut

Liaca Marzuki (1995:96) fungsi kesadaran hukum rakyat berkaitan dengan

kepatuhan hukum, sekalipun kepatuhan hukum belum tentu mencerminkan

kesadaran hukum para anggota masyarakat. Kepatuhan hkum yang

didasarkan kepada pemaksaan, niscaya tidak dapat lahir dari sikap batiniah

yang memancarkan nilai kesadaran hukum.

Kiranya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum yang menjadi bagian penting dalam

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang dilaksanakan dengan

berbagai program kegiatan temu sadar hukum, sosialisasi peraturan

perundang-undangan, ceramah penyuluhan hukum, diskusi dan simulasi

adalah bagian penting dalam pembangunan hukum. Oleh karena itu

perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan program kegiatan tersebut

diatas dilakukan dengan lebih merata dan menjangkau seluruh

lapisan/golongan masyarakat yang lebih luas, melalui berbagai pola

penyuluhan hukum dengan mengusahakan tetap adanya koordinasi, integrasi

dan sinkronisasi antar instansi Menurut Mulyana W Kusumah, dkk, 1998:7-8).

Page 31: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

31

(Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan PEMDA Provinsi,

Kabupaten dan Kota).

Upaya untuk mewujudkan kesadaran hukum masyarakat merupakan

keadaan yang tidak mudah karena sangat berkaitan dengan pelbagai

kehidupan, meskipun kesadaran hukum itu dapat dibentuk. Menurut Mustafa

Abdullah dan Soerjono Soekanto (1982:213) bahwa kesadaran hukum dapat

dibentuk melalui program-program pendidikan tertentu, yang memberikan

suatu bimbingan kearah kemampuan untuk dapat memberikan penilain

kepada hukum, bahkan hukum dapat pula dijadikan sarana untuk itu.

Menurut Satjipto Raharjo (1983) membuat analisis bagaimana

sebenarnya budaya hukum yanga berlaku dalam masyarakat Indonesia. Hal

yang tidak dapat diabaikan adalah peranan orang-orang atau anggota

masyarakat yang menjadi sasaran pengaturan hukum itu. Hukum yang

dijalankan dalam masyarakat banyak ditentukan oleh sikap, pandangan serta

nilai-nilai yang hidup dan dihayati dan dianut oleh masyarakat.

Membangun kesadaran hukum masyarakat adalah sebuah usaha

yang harus terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Salah

satu usahanya adalah pembentukan Desa Sadar Hukum.Desa/Kelurahan

Sadar Hukum. Berdasarkan data Badan Pembinaan HUkum Nasional

sampai dengan tahun 2010 jumlah desa sadar hukum sebanyak 734 desa

Page 32: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

32

atau hanya satu persen dari jumlah desa di seluruh Indonesia. Sedangkan

jumlah kelompok Kadarkum sebagai cikal bakal desa sadar hukum adalah

2022. Desa Sadar Hukum telah menjadi tolok ukur kesadaran hukum

masyarakat. Dalam rencana strategi Kementerian Hukum dan HAM RI tahun

2010-2014 program pemberdayaan masyarakat untuk sadar hukum

dilaksanakan melalui serangkaian kebijakan dan kegiatan prioritas, antara

lain seluruh Desa di Indonesia menjadi Desa Sadar Hukum dan HAM. Salah

satu unit yang melakukan pembinaan kesadaran hukum masyarakat adalah

Badan Pembinaan Hukum Nasional melalui Pusat Penyuluhan Hukum, yang

kemudian kebijakan dan kegiatan prioritas menjadikan desa/kelurahan

menjadi sadar hukum diteruskan ke Kantor Wilayah kmenterian Hukum dan

Hak Asasi manusia Maluku yang secara terprogram menjalankan program

kegiatan pembentukan desa/kelurahan sadar hukum.

Dalam menjalankan program kegiatan pembentukan desa/kelurahan

sadar hukum Kantor Wilayah Kementerian HUkum dan Hak Asasi Manusia

Maluku tetap mengacu pada petunjuk teknis dari Badan pembinaan Hukum

Nasional Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Disamping itu

menurut keterangan dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian HUkum dan

Ham Maluku yang menjabat pada periode Tahun 2010 mengatakan bahwa

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku menargetkan

sejumlah desa sadar hukum dan mengerti tentang masalah HAM. Lebih

Page 33: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

33

lanjut disampaikanm bahwa untuk sementara, sudah 5 desa dan 1 kelurahan

yang telah dijadikan sasaran desa sadar hukum di Kota Ambon meliputi desa

Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, kelurahan Waehaong Kecamatan

Nusaniwe, Desa Batumerah Kecamatan Sirimau, Desa Waiheru Kecamatan

Baguala, Desa Leihari Kecamatan Leitmur dan Hunuth/Durian Patah,

kecamatan Baguala," kata Kakanwil Depkum HAM Maluku, Chris Leihitu.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Maluku

mengeharapkan dari puluhan ribu desa/keluraha di Maluku ini, ada yang

betul-betul menjadi andalan sebagai desa sadar hukum, dimana

masyarakatnya taat membayar pajak, mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku, tidak membuat pelanggaran dan benar-benar

memahami yang namanya hak asasi manusia.

Pembentukan desa sadar hukum sudah menjadi tugas pokok dan tanggung

jawab Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku pada Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM di bidang pelayanan hukum.

Proses pembentukannya diawali Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM dan Ketua Pengadilan Negeri dan bekerjasama dengan Pemerintah

Daerah setempat untuk dibina, kemudian diajukan ke Gubernur untuk

memperoleh keputusan dan nantinya diresmikan.

"Tapi tentunya dalam menjalankan program pembentukan desa sadar hukum

ini tidak semudah membalik telapak dan kita akan dorong terus karena sudah

menjadi salah satu tugas pokok Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Page 34: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

34

HAM Maluku katanya. Selain tiga lokasi kecamatan di Pulau Ambon, Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku secara bertahap akan

melancarkan program pembinaan desa sadar hukum di kabupaten lain di

Pulau Buru, Pulau Seram, Maluku Tenggara dan Kota Tual sampai ke

Maluku Barat Daya (MBD).

C. Kerangka Pemikiran

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan

Kanwil Kemenkumham dalam hal ini Bidang Pelayanan Hukum pada Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM melakukan pembentukan Desa Sadar Hukum

dan menganalisa proses Perencanaan Pembentukan Desa/Kelurahan Sadar

Hukum di Kota Ambon, dimana Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Maluku memilki program kegiatan yang dalam penyusunan program

kegiatan perencanaan pembungunan dibidang hukum harus berkoordinasi

dengan Divisi Administrasi, Divisi Pemasyarakatan, Divisi Keimigrasian, dan

Divisi Pelayanan Hukum dan HAM serta Unit Pelaksana Teknis di wilayah

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Maluku dalam penyusun program kegiatan.

Dalam hal ini, unsur koordinasi merupakan suatu proses yang sangat

dibutuhkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan secara idealnya

dilakukan.

Page 35: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

35

Berdasarkan kenyataan bahwa dalam proses penyusunan

perencanaan program kegiatan sebagaimana yang telah diuraikan pada latar

belakang penelitian bahwa proses pengusulan dan sampai pada penyusunan

program kegiatan, kewenangan Kantor Wilayah dalam proses penyusunan

hanya pada pengusulan program kegiatan yang harus disesuiakan dengan

kondisi geografis wilayah dan disesuaikan dan dipadukan dengan Rencana

Strategis Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Program

kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan desa/kelurahan desa sadar

hukum, pelaksanaannya dilaksanakan oleh Divisi Pelayanan Hukum dan

HAM bidang Pelayanan Hukum. Untuk mendukung terlaksananya

pembentukan desa/kelurahan sadar hukum terdapat program kegiatan yang

menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan dan di program secara

berkesinambungan yaitu : kegiatan ceramah penyuluhan hukum terpadu,

kegiatan temu sadar hukum, kegiatan inventarisasi desa/kelurahan binaan

atau desa/kelurahan sadar hukum, sosialisasi peraturan perundang-

undangan, diskusi dan simulasi sehingga menghasilkan masyarakat yang

sadar hukum meskipun diakui bahwa untuk membangun kesadaran hukum

masyarakat tidak mudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu

diperlukan perencanaan program kegiatan yang terencana dan terarah serta

didukung dengan sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya tujuan

yang dikehendaki.

Page 36: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

36

Sedangkan untuk proses pembentukan desa sadar hukum itu harus di

dasarkan dan mengikuti petunjuk pelaksanaan dari : Peraturan Menteri

Hukum dan HAM RI Nomor : M-01.PR.07.10 Tahun 2005 yang kemudian

diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-

09.PR.07.10 Tahun 2007 dan dilakukan perubahan kedua dengan Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.MH-10.OT.01.01 Tahun 2009

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI,

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-PR.07.10 Tahun 2005

tentang Organisasi Tata Kerja Kanwil Kemenkum HAM Maluku, Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI No. M.01-PR.08.10 Tahun 2007 Tentang Pola

Penyuluhan , Peraturan Kepala BPHN No. PHN.HN.03.05-73 Thn 2008

Tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan

Desa/Kelurahan Sadar Hukum, Laporan-laporan Kegiatan Penyuluhan

Hukum/Temu Sadar Hukum, Inventarisasi Desa/Kelurahan Binaan atau

Desa/Kelurahan Sadar Hukum, Penetapan Walikota Ambon tentang

Pembinaan Desa/Kelurahan Binaan.

Bila dilihat dari pengalaman peneliti bahwa dalam penyusunan

program kegiatan khususnya pada bidang pelayanan hukum Divisi pelayanan

hukum dan HAM, itu terasa masih terdapat keterbatasan dalam penyusunan

dan pengusulan program kegiatan yang menunjang perencanaan

terbentuknya desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon serta kurangnya

Page 37: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

37

koordinasi yang berkesinambungan sehingga bila dikaji lebih lanjut, maka

masih terdapat program-program kegiatan yang menjadi program prioritas

dalam mendukung terbentuknya desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon

tidak berjalan dengan dukungan program kegiatan yang tersedia dalam

APBN, kurangnya sarana dan prasarana, volume kegiatan yang sedikit,

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang kurang, kurangnya

koordinai dengan PEMDA Provinsi, Kabupaten dan Kota serta ketersediaan

anggaran atau alokasi keuangan yang belum optimal dalam mendukung

terbentuknya desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon..

Situasi ini mengakibatkan terhambatnya perencanaan pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum yang dilaksanakan oleh Bidang pelayanan

Hukum Divisi Pelayanan Hukum dan HAM pada Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku. Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian ini dapat

dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

Page 38: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

38

Perencanaan Pembentukan Desa/Kelurahan Sadar Hukum di Kota Ambon

Peranan Kantor Wilayah Faktor Penghambat Proses Pembentukan

1. Tugas Pokok dan Fungsi 1. Kurangnya Program 1. Tugas pokok dan Kantor Wilayah Kegiatan fungsi bidang

2. Program Kegiatan sesuai dengan 2. Jumlah Personil Kurang pelayanan hukumRENSTRA 3. Kurang SDM 2. Pola Penyuluhan

3. Menyelaraskan dan mengikuti 4. Kurangnya anggaran HukumPetunjuk dan Bimbingan 5. Kurangnya Koordinasi 3. Pembentukan dan Kementerian Hukum dan HAM RI dengan Pihak PEMDA Pembinaan KADAR KUM

4. Program-program Kegiatan dalam Pembentukan

desa/kelurahan Sadar hukum

5. laporan kegiatan Penyuluhan

Hukum Kegiatan Temu sadar Hukum, Kegiatan

iventarisasi Desa/kelurahan Binaan

TERBENTUKNYA DESA/KELURAHAN SADAR HUKUM DI KOTA AMBON

B. METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Wilayah Kementerian hukum dan

Hak Asasi Manusia Maluku dan penelitian dilaksanakan 5 Desa dan 1

Kelurahan di Kota Ambon. Untuk lebih focus terhadap penelitian maka yang

menjadi lokasi penelitian yaitu Desa Batumerah Kecamatan Sirimau dan

Kelurahan Waihaong Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon yang menjadi

Page 39: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

39

sasaran penelitian berdasarkan Penetapan Walikota Ambon tentang

pembinaan pada desa dan kelurahan tersebut. Waktu penelitian

dilaksanakan selama 3 bulan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah bidang Pelayanan Hukum Divisi

Pelayanan Hukum dan HAM di bawah Kantor Wilayahn Kementerian Hukum

dan HAM Maluku antara lain :

1. Kepala Kantor Wilayah

2. Kadiv Yankum HAM

3. Kepala Bidang Pelayanan Hukum

4. Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

5. Staf Sub Bidang Penyuluhan dan Bantuan Hukum

Sedangkan untuk wilayah Kota Ambon sendiri penelitiannya antara

lain yaitu :

1. Bagian Hukum PEMDA Kota Ambon

2. Kantor Camat Nusaniwe, Kantor Camat Sirimau, Kantor Camat

Baguala, Kantor Camat Leitimur Selatan, dan Kecamatan teluk Ambon

di Kota Ambon

3. Kepalam Desa, Tokoh Masyarakat dan anggota masyarakat Desa

Latuhalat, Kelurahan Waihaong, Desa Batumerah, Desa Waiheru,

Desa Leihari, dan Desa Hunuth/Durian Pata di Kota Ambon.

Page 40: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

40

Sehingga seluruh responden diharapkan dapat mewakili populasi

penelitian.

3. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam studi ini adalah dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Kuesioner yaitu responden menjawab sejumlah pertanyaan yang

telah dipersiapkan, disusun secara sistematis yang tujukan kepada

para pejabat dan pegawai dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Maluku, Pemda Kota Ambon, Para Camat dan

masyarakat.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan baik

melalui wawancara berstruktur maupun wawancara bebas, secara

langsung kepada responden dengan menggunakan daftar

pertanyaan dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan melalui

pengamatan langsung terhadap objek kegiatan perencanaan

pembentukan desa/kelurahan sadar hukum di Kota Ambon.

d. Dokumen yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan catatan kejadian yang sudah lampau yang

dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan dan karya bentuk yang

Page 41: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

41

brekaitan langsung dengan perencanaan pembentukan

desa/kelurahan sadar hukum.

e. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dari dokumen-dokumen

mengenai peranan dan proses pembentukan desa sadar hukum di

Kota Ambon.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif diskriptif yaitu

pengumpulan data dengan menjelaskan, menguraikan, dan

menggambarkan situasi sesuai dengan permasalahan yang erat

kaitannya dengan penelitian ini, sehingga dapat jawaban dan

kesimpulan mengenai perencanaan pembentukan desa/kelurahan sadar

hukum di Kota Ambon.

Page 42: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

42

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, M 2005 Membangun Desa Partisipatif, Universitas Hasanuddin Makassar.

Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama: Jakarta

Agustinus Tangkemanda, 2006, Efektifitas Penyuluhan Hukum Dalam Mewujudkan Masyarakat Sadar Hukum di Kecamatan Baruga Kota Kendari, UNHAS Makassar.

Amien, A. M, 2003b Kemandirian Lokal, Perspektif Sains Baru Terhadap Organisasi, Pembangunan dan Pendidikan, Makassar: Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin.

Armansyah, 2004, Koordinasi Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Dompu NTB, UNHAS Makassar.

Bryan Coralie dan White Louise, 1987, Managemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, LP3S, Jakarta.

Chairuddin, 1991, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika: Jakarta.

Christian Leihitu, 2010, Desa Sadar Hukum Diharapkan Mengerti Masalah HAM, Antara Ambon.

Cohen, J. M. and Uphoff, N. T. 1977, Rural Development Participatory. Cornell University, Itacha.

Conyer dan Hills, 1994, Perencanaan Yang Berkesinambungan.

Fukuyama, 1997, Desa Sadar Hukum Sebagai Modal Sosial Dalam Pembangunan, BPHN, Jakarta.

Haryanto dan Sahmuddin, 2008, Perencanaan dan Penganggaran Daerah Pendekatan Kinerja, Badan Penerbit UNDIP Semarang.

Indra J Pilliang, 2010, Refleksi Akhir Tahun Kementerian Hukum Dan HAM, Membudayakan Hukum dan HAM, Majalah Hukum, Jakarta.

Kunarjo, A., 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, UI-Press Jakarta.

Page 43: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

43

Kunarto, 1996. Sejarah perencanaan Pembagunan Suatu Tinjauan Singkat., Jakarta Prisma Edisi 25.

Leony Anggraeny, 2005 Perencanaan Partisipatif di Kabupaten Maros (Studi Kasus Pada Pemusyarawatan Tudang Sipulung di Kecamatan Turikale), UNHAS Makassar

Liaca MArzuki, 1995, Siri, Bagian Kesadaran Hukum Rakyat Bugis Makassar (sebuah Telaah Filsafat Hukum). Penerbit Hasanuddin University Press: Makassar.

Liestiarini Wulandari, 2010, Pembentukan DSH Sebagai Tolak Ukur Tingkat Kesadaran Hukum di Masyarakat, BPHNTV Jakarta.

Mulyana W Kusumah, dkk., 1998. Konsep dan Pola Penyuluhan Hukum., Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta.

Rahardjo Adisasmita, 2011, Manajemen Pemerintah Daerah. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rusli Effendi, dkk, 1991, Teori Hukum. Hasanuddin University Press, Ujung Pandang.

Sarwoto, 1986, Dasar-dasar Managemen, Penerbit Ghalia Jakarta.

Satjipto Raharjo, 1982, Ilmu Hukum, Alumni Bandung.

, 1983, Budaya Hukum dalam Permasalahan Hukum di Indonesia, Seminar Budaya Hukum Nasional Ke Empat, Bina Cipta, Bandung.

Soerjono Seokanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Rajawali, Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1987, Perencanaan Pembangunan, PT. Gunung Agung, Jakarta.

Victor F. Nanlessy, 2006, Perencanaan Pembangunan Partisipatif Program Desa Mandiri Di Kabupaten Gorontalo (Studi Kasus Di Desa Toyidito Kecamatan Polubala), UNHAS Makassar.

Dokumen Perundang-undangan

Page 44: Proposal Penelitian Tesis Ikbal 2011

44

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor : 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi Tata Kerja Kanwil Kemenkum HAM Maluku.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.01-PR.08.10 Tahun 2007 Tentang Pola Penyuluhan.

Peraturan Kepala BPHN No. PHN.HN.03.05-73 Thn 2008 Tentang Pembentukan dan Pembinaan Keluarga Sadar Hukum dan Desa/Kelurahan Sadar Hukum.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M-09.PR.07.10 Tahun 2007 dan dilakukan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.MH-10.OT.01.01 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH-01.PR.01.01 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Tahun 2010-2014.

http://www. kemenkumhamri.go.id

http://www. bphn.go.id

http://www.kemenhukhammaluku.go.id

BPHNTV, Kementerian Hukum dan HAM RI.

POTRET DESA SADAR HUKUM, Metro TV , Sabtu 27 Nopember 2010.