crs iqbal
DESCRIPTION
jnlTRANSCRIPT
CASE REPORT STUDY
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS AURICULA SINISTRA
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian THT – KL
di RSUD Tugurejo Semarang
Disusun Oleh :
Iqbal Donarika Widagdo
H2A010026
Pembimbing :
dr. Sukamta Yudi P., Sp.THT – KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2015
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 4 tahun
Alamat : Abimanyu 2 / II Pedrikan Lor Semarang
Pekerjaan : belum bekerja
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 01 Juni 2015, pukul 11.30 WIB. Secara autoanamnesa
dan alloanamnesa di poli THT RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan utama : Keluar cairan telinga kiri
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan telinga kiri berwarna
kuning berlendir. Keluhan telinga dirasakan sejak ± 1 tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul. Keluhan timbul apabila pasien dalam
kondisi demam. Pasien juga sering mengalami batuk pilek. Pasien juga
mengeluh mengalami penurunan pendengaran dan telinga berdenging,
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan yang sama : Disangkal
Riwayat berobat : Diakui di puskesmas namun tidak
kunjung sembuh
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
1
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama : Disangkal
Riwayat Alergi dalam keluarga : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
4. Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita berobat di Poli THT RSUD TUGUREJO dengan menggunakan
biaya BPJS
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalisata
Kesadaran : Composmentis
Aktivitas : Aktif
Kooperativitas : Kooperatif
Status Gizi : Baik
Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Sekret
(-/-)
Tekanan Darah : - mmHg
Nafas : 20 x / menit
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,5 oC
Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : tidak dilakukan pemeriksaan
Limfe : tidak dilakukan pemeriksaan
Ektremitas : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status Lokalisata
2
a. Telinga
Telinga Dextra Sinistra
Preaurikula Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Retroaurikula Abses (-)
Nyeri ketok mastoid (-)
Abses (-)
Nyeri ketok mastoid (-)
Aurikula Nyeri tarik aurikula (-) Nyeri tarik aurikula (-)
Canalis Akustikus
Eksternus
AD AS
Mukosa hiperemis (-) (+)
Oedem (-) (-)
Discharge (-) (+) mukopurulen
Serumen (-) (-)
Granulasi (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
Membran Timpani AD AS
Warna Putih hiperemis
Reflek Cahaya (+) (-)
Bentuk Oval Intak Oval tak intak
Perforasi (-) (+) sentral
b. Hidung dan Sinus Paranasalis
Pemeriksaan Hidung Luar
3
Perforasi (+)
Hiperemis (+)
AD AS
Discharge (+) mukopurulen
Hipertrofi (+), Hiperemis (+)
Hipertrofi (+), Hiperemis (+)
Hidung Dextra Sinistra
Bentuk Simetris Simetris
Deformitas (-) (-)
Massa (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Pemeriksaan Sinus Paranasal
Sinus
EtmoidSinus Frontal Sinus maxilla
Dextra Sinistra Dextra Sinsistra
Hiperemis (-) (-) (-) (-) (-)
Nyeri
Tekan(-) (-) (-) (-) (-)
Nyeri
Ketuk(-) (-) (-) (-) (-)
Pemeriksaan Rinoskopi Anterior
Hidung Dextra Sinistra
Mukosa Hiperemis Hiperemis
Konka Hipertrofi Hipertrofi
Septum Dbn Dbn
Sekret (-) (-)
Massa (-) (-)
Epistaksis (-) (-)
c. Tenggorokan
1. Faring
Orofaring
4
T1 / T1, Hiperemis (-/-), Kripte melebar (-/-), Detritus (-/-) Hiperemis (-)
Granulasi (-), Hiperemis (-)
Palatum : Simetris, Hiperemis (-)
Arcus faring : Simetris, Hiperemis (-)
Uvula : ditengah, Hiperemis (-)
Mukosa : Granulasi (-), Hiperemis (-)
Post nasal drip : (-)
Tonsil
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Kripte melebar (-) (-)
Permukaan Rata Rata
Detritus (-) (-)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Massa (-) (-)
Nasofaring (Rinoskopi Posterior) : Tidak dilakukan.
Laringofaring : Tidak dilakukan.
Laring (Laringoskopi Indirek) : Tidak dilakukan.
2. Kepala dan Leher
Kepala : Mesocephal
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe submandibula (-)
3. Gigi dan Mulut
Gigi dan Geligi : caries dentis (-)
Mulut : suara sengau (-)
Wajah : simetris, tanda radang (-)
5
Pipi : bengkak (-)
D. RESUME
Pasien An. A usia 4 tahun datang dengan keluhan keluar cairan telinga kiri
berwarna kuning berlendir. Keluhan telinga dirasakan sejak ± 1 tahun yang
lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul. Keluhan timbul apabila pasien dalam
kondisi demam. Pasien juga sering mengalami batuk pilek. Pasien juga
mengeluh mengalami penurunan pendengaran dan telinga berdenging.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Canalis Akustikus
Eksternus
AD AS
Mukosa hiperemis (-) (+)
Discharge (-) (+) mukopurulen
Membran Timpani
Warna Putih hiperemis
Reflek Cahaya (+) (-)
Bentuk Oval Intak Oval tak intak
Perforasi (-) (+) sentral
Hidung Dextra Sinistra
Mukosa Hiperemis Hiperemis
Konka Hipertrofi Hipertrofi
E. DIAGNOSIS BANDING
1) Otitis Media Supuratif Kronik Benigna AS
2) Otitis Media Supuratif Kronik Maligna AS
3) Otitis Media Akut AS stadium perforasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-Foto Mastoid
Uji Kultur Mikrobiologi
Uji Sensitivitas
6
G. DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronik Benigna AS
H. TERAPI
Ear toilet H2O2 3%
Amoxycilin syrup 3 x I cth
Rhinofed syrup 3 x I cth
Tarivid Ear Drop 2 x gtt II AS
I. EDUKASI
• Hindari mengorek telinga dan memasukan benda asing ke telinga
• Hindari telinga terkena air
• Minum obat teratur
• Hygenitas harus diperhatikan
J. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Qua ad sanam : Dubia ad malam
Qua ad fungsional : Dubia ad bonam
7
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK), dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) atau dalam keseharian disebut congek. Otitis media supuratif
kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul. Secret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Perjalanan penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis meia
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila kurang dari 2
bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi,
daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan jenis/ tipe
OMSK. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran
timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti
pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam bahwa
OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang
ireversibe. Perforasi marginal, terdapat pada pinggir membran timpani dengan
adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar
digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior
berhubungan dengan kolesteatom. Perforasi atik terjadi pada pars flasida,
berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
Klasifikasi
a. Berdasarkan letak perforasi di membran timpani, OMSK terbagi atas :
Perforasi sentral : perforasi terdapat di pars tensa (tengah) membran
timpani. Bisa antero-inferior, postero-inferior, dan postero-superior,
8
kadang-kadang sub total. Sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada
membran timpani.
Perforasi marginal: sebagian dari tepi perforasi langsung berhubungan
dengan anulus atau sulkus timpanikum. Referensi lain menuliskan
perforasi marginal merupakan perforasi pada pinggir membran timpani
dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi atik : perforasi yang terletak di pars flasida.
b. Berdasarkan jenis serangan, OMSK terbagi atas:
OMSK tipe benigna (= tipe mukosa = tipe jinak = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa, biasanya tidak mengenai
tulang.
Perforasi terletak di sentral (pars tensa)
Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya
Tidak terdapat kolesteatom
OMSK tipe maligna ( = tipe tulang = tipe ganas = tipe bahaya)
OMSK yang disertai dengan kolesteatom
Perforasi terletak di marginal atau atik
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada
OMSK tipe maligna
c. Berdasarkan aktivitas sekret, OMSK terbagi atas :
OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif.
OMSK tenang : OMSK dengan keadaan kavum timpani yang terlihat
basah atau kering.
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT
terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan
sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui
jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometric
nada murni, audiometric tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA
(brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif
dengan pemeriksaan audiometric nada murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa
foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari secret telinga.
9
Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada
OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK
tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang
karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan
merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada
OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
10
Terapi OMSK
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama dan harus berulang-
ulang. Terapi terdiri dari terapi konservatif, medikamentosa hingga tindakan
operatif bergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi.
OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Bila secret keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa
H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang maka terapi dilanjutkan
dengan tetes telinga yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid. Untuk
menghindari efek ototoksik antibiotic, penggunaannya dianjurkan tidak secara
terus menerus lebih dari 1 minggu atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah
tenang. Antibiotik oral diberikan dari golongan ampisilin atau eritromisin. Bila
dicurigai bakteri penyebab resisten terhadap ampisilin, maka dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah:
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2. Pemberian antibiotika : topikal antibiotik ( antimikroba) ataupun sistemik.
Bubuk telinga yang digunakan seperti:
a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine
b. Terramycin.
c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg
11
Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif
yang dikombinasi dengan pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah3 :
a. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.
Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus,
B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
b. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya :
Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan
Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
c. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid
Pemberian antibiotik sistemik Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu
dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan
pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada
penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan
pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin
banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon.
Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya
bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh
antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam. Terapi antibiotik
sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah :
o Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin
o P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
o P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin
o Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
o E. coli : Ampisilin atau sefalosforin
o S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin,
aminoglikosida
o Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
o B. fragilis : Klindamisin
12
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat
derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat
diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16
tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan
seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara
parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum
pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek
bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat
diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada
OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam
selama 2-4 minggu.
OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Pedoman umum
pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut.
Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik
yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan
kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya
13
komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media
akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe
benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut
dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
14
Mastoiditis Akut
MASTOIDITIS
Definisi
Merupakan Infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan sel – sel
mastoid, yang merupakan kelanjutan dari proses Otitis media akut supuratif yang
tidak teratasi
Etiologi
Kuman penyebab :
S. Pneumonie
S. Aureus
H.Influenza.
Patofisiologi
Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut
dapat menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran
sekret melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan
sekret di antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel –
sel mastoid.
Diagnosis
1. Anamnesis
Nyeri dan rasa penuh di belakang telinga
Otorea terus menerus selama lebih dari 6 minggu
Febris / Subfebris
Pendengaran berkurang
2. Pemeriksaan fisik:
15
Daun telinga terdorong kedepan lateral bawah, sulkus retroaurikuler
menghilang (infiltrat/Abses Retroaurikula).
Nyeri tekanan pada planum mastoid
Pada otoskopi tampak :
o Dinding belakang atas MAE menurun (“Sagging”)
o Perforasi membran timpani
o Reservoir sign
o Sekret mukopurulen
3. Pemeriksaan tambahan :
Pada X foto mastoid Schuller tampak kerusakan sel – sel mastoid (Rongga
Empiema)
Komplikasi
Abses subperiosteal (retroaurikula)
Paresis/paralisis syaraf fasialis
Labirintitis
Komplikasi intrakranial : Abses perisinus. Abses ekstra dural, Meningitis,
Abses otak.
Terapi
Operasi : Mastoidektomi simpel.
Antibiotik : ampisillin/amoksillin i.v atau oral 4 x 500 – 1000 mg di berikan
selama 7 – 10 hari. Untuk yang alergi terhadap ampisillin / amoksillin dapat di
berikan Eritromisin dengan dosis 3 – 4 x 500 mg, selama 7 – 10 hari.
Analgesik / Antipiretik : Parasetamol / Asetosal / Metampiror bila diperlukan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams Boies Higler, BOIES Buku AjarPenyakit THT edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta, 1997.
2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Ditjen Binfar & Alkes, Jakarta, 2007.
3. Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001
4. Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala LeherEdisi ke 6 Cetakan ke 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990.
17