crs benda asing nasal fitri dan kartika
DESCRIPTION
afdsaTRANSCRIPT
Case Report Session
BENDA ASING PADA HIDUNG
Oleh:
Fitri Zahara 0910312090
Kartika Mega Rahman 1010312037
Pembimbing:
dr. Dolly Irfandy Sp. THT-KL
BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2015
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Benda Asing di Hidung
Benda asing sebagai penyebab sumbatan hidung hampir selalu ditemukan pada anak-
anak. Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak
adanya gejala yang langsung ditemukan dan dapat bertahan untuk waktu yang lama. Benda
asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh,
yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda asing yang masuk ke dalam
saluran cerna dan pernapasan anak-anak, sepertiga di antaranya tersangkut di saluran napas.1,2
2.2 Epidemiologi Benda Asing di Hidung
Benda asing di hidung merupakan suatu kegawatdaruratan telinga hidung dan
tenggorok dimana merupakan kompetensi dokter umum secara tuntas dalam
penatalaksanaannya. Meskipun frekuensi tersering terlihat pada anak, dapat juga pada
dewasa, terutama pada orang dewasa yang memilki keterbelakangan mental atau kelainan
jiwa. Ketertarikan anak dalam mengeksplorasi tubuh membuat anak lebih mudah untuk
meletakkan benda asing ke dalam rongga hidung. Benda asing di hidung dianggap mudah,
tapi sebenarnya berpotensi untuk morbiditas akibat kerusakan mukosa, dan bahkan kematian,
jika terlepas ke dalam saluran napas.3
Benda asing di hidung lebih banyak kejadiannya dibandingkan dengan benda asing di
telinga. Lokasi benda asing di hidung biasanya di dasar kavum nasi, di bawah konka inferior,
atau di meatus media. Benda asing unilateral tersering di sisi kanan sekitar dua kali di
banding kiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh kecenderungan individu yang dominan
menggunakan tangan kanan dalam hal beraktivitas.3
Beberapa penelitian telah menunjukkan prevalensi keajdian benda asing di hidung
lebih banyak terjadi pada laki-laki (58%) dibandingkan dengan perempuan. Angka kejadian
kasus benda asing di hidung banyak terjadi pada laki-laki dengan sosioekonomi yang rendah.
Insiden tertinggi kejadian benda asing di hidung pada anak adalah usia 2-5 tahun. 3 Penelitian
lain mengatakan kejadian tertinggi benda asing di hidung banyak pada usia 2 sampai 8 tahun.
Benda asing di hidung pada ada mulai ditemukan pada anak usia 9 bulan, dimana pada usia
tersebut anak mulai menjepit atau menggenggam benda disekitarnya khususnya benda yang
berukuran kecil.3 Benda asing yang lazim ditemukan pada anak adalah manik-manik,
kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong, kacang buncis, batu dan kacang tanah.1
2
2.3. Klasifikasi Benda Asing di Hidung
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal dari luar
tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan
yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari
benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang)
dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain.2
Gambar 2.1. Lokasi benda asing di hidung
Benda asing dapat diklasifikasikan sebagai organik atau anorganik. Bahan anorganik
biasanya plastik atau logam. Contoh umum termasuk manik-manik dan bagian-bagian kecil
dari mainan. Bahan-bahan ini sering tanpa gejala dan dapat ditemukan secara kebetulan
didalam rongga hidung. Benda asing organik, termasuk makanan, karet, kayu, dan spons,
cenderung lebih mengiritasi mukosa hidung dan dapat mengunculkan gejala yang lebih cepat.
Kacang polong, buncis, dan kacang-kacangan adalah yang paling sering dari benda asing di
hidung. Benda asing yang dicurigai ada di dalam hidung haruslah secepatnya di klasifikasikan
jenis benda organic atau anorganik, karena akan mempengaruhi penatalaksanaan dari setiap
jenis tersebut. 3,4
2.4. Diagnosis Benda Asing di Hidung
2.4.1. Anamnesis
Dalam satu penelitian, presentasi pasien datang lebih dari 48 jam setelah memasukkan
benda asing di hidung menyumbang 14% dari semua kasus. Anamnesis dengan pasien,
orangtua, dan pegasuh haruslah menyeluruh agar jelas dalam mengidentifikasi jenis benda
asing dan memudahkan dalam penatalksanaan nantinya.3
Secara klinis yang paling umum adalah penyumbatan hidung unilateral. Dokter harus
memikirkan diagnosis benda asing pada semua pasien dengan iritasi hidung, epistaksis,
bersin, mendengkur, sinusitis, stridor, mengi, atau demam. Beberapa penulis bahkan telah
3
melaporkan menemukan benda asing sebagai etiologi pasien dengan klinis tidak biasa, seperti
mudah marah, halitosis (bau napas yang tidak menyenangkan), atau bromhidrosis umum
(malodor tubuh). Untuk menghindari komplikasi dan pengobatan tertunda, dokter harus
mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk diagnosis ini.3
Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien datang dengan
usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral kavum nasi yang kronik,
nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin,
mendengkur, dan bernapas melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung
tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa
nyeri, demam, epistaksis, dan bersin. Benda asing, seperti karet busa, sangat cepat
menimbulkan sekret yang berbau busuk.2,3
2.4.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik utama, dan pasien yang kooperatif sangat
penting bagi keberhasilan pengeluaran benda asing. Orang tua dan paramedic mungkin
diperlukan untuk kenyamanan dan menenangkan seorang anak untuk pemeriksaan
menyeluruh.3
Visualisasi maksimal rongga hidung diperoleh dengan menggunakan lampu kepala.
Beberapa peneliti merekomendasikan posisi anak usia di bawah 5 tahun dalam posisi
berbaring terlentang dan anak yang lebih tua dalam posisi duduk untuk melihat benda asing
secara optimal. Spekulum hidung juga juga digunakan dalam membantu untuk melihat
rongga hidung dna mengidentifikasi jenis, bentuk, ukuran, dan lokasi dari benda asing.
Benda asing dapat ditemukan di setiap area rongga hidung, meskipun benda yang
paling diduga di bawah konka inferior atau di anterior konka. Kadang-kadang, bukti trauma
lokal mungkin ada, dengan eritema, edema, perdarahan, atau keduanya. Apabila benda asing
sudah terlalu lama di dalam rongga hidung, biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti
adanya discharge hidung dan bau busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi
mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.2,3
Selain pemeriksaan dari rongga hidung, diperlukan juga menilai komplikasi dari
benda asing di hidung seperti mencari tanda-tanda otitis media akut dengan otoskop, menilai
sinusitis, memeriksa kaku kuduk, dan auskultasi dada dan leher untuk wheezing atau stridor,
yang mungkin menjadi petunjuk dari aspirasi benda asing.3
2.4.3. Imaging
4
Luasnya pemeriksaan tergantung pada klinis pasien. Untuk sebagian kasus benda
asing di hidung, tidak ada indikasi imaging, kecuali benda asing dari logam atau benda kaku
dan sebagian besar benda asing yang dicurigai radiolusen. Ketika diagnosis lain dipikirkan
(misalnya, tumor, sinusitis) perlu CT-scan.3
Di sisi lain, jika kekhawatiran untuk benda asing yang teraspirasi, rontgen foto toraks
atau abdomen haruslah dilakukan. Aspirasi benda asing yang radiolusen dapat disimpulkan
dari terperangkapnya udara postobstruktif, dan benda asing yang tertelan akan terlihat
radiopak, karena benda asing dicerna.3
2.5. Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung
2.5.1. Persiapan sebelum melakukan Teknik
Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang berpengalaman
jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa tidaknya ekstraksi, harus
dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorok. Pengeluaran benda asing yang
dicoba berulang kali dapat mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi
memindahkan benda asing ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari
benda asing tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.3
Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak kooperatif.
Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba pada pasien ini.3
Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena dapat
menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih dalam. Oleh
karena itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk memaksimalkan kemungkinan
pengangkatan pada usaha pertama. Selain itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia
untuk menanggulangi kebutuhan oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi
aspirasi.3
Peralatan yang digunakan meliputi:3
- Lampu kepala
- Vasokonstriktor topical
- Spekulum hidung
- Bag-valve mask
- Forseps alligator
- Probe hooked
- Balon kateter
- Kuret
5
- Peralatan suction
Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak muncul
pada pasien selama pengangkatan. 6 Namun, vasokonstriksi farmakologis dari mukosa hidung
dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda asing di hidung. Anestesi dan
vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa
epinefrin) dan 0,5% phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik
mengeluarkan benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan
pilihan anestesinya yaitu lidokain.5 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari
1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus
epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar, gerakan
ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran pernafasan aman.3
Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian sedasi harus
dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Satu penelitian melaporkan tingkat keberhasilan
sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang rendah dengan penggunaan sedasi.
Penelitian lain berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda asing di hidung dan tidak
koperatif sebaiknya tidak di berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan
komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah pasien.2,3
Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung sebaiknya posisi
pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan kedua kaki pasien di jepit oleh
kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.5
Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode tergantung pada
jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan dokter dengan masing-
masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat, kebanyakan dokter lebih memilih
pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat
dengan instrumentasi langsung, pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang
disukai. Untuk benda asing yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan. 3
Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat kerusakan
mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat mengakibatkan
perpindahan benda asing ke posterior.3,6
Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain
berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan bentuk
benda asing tersebut.1
6
2.5.2. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung
Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat, benda
asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator. Benda asing
rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan
benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah ke posterior.3
Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat tetapi sulit
untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut kemudian ditarik ke
depan. Satu peneliti melaporkan menggunakan endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing
di hidung kemudian menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik
ini, disebut sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.3
Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi instrumentasi langsung
dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang benda asing untuk mencegah
perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.3
Kateter balon
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang tidak
mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan yaitu kateter
Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz Extractor Oto-Rhino
Foreign Body Remover (California) juga merupakan pilihan.3
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah sama.
Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly. Kemudian pasien
berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing di dalam rongga hidung,
lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter ( 2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada
anak-anak yang lebih besar). Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing
juga ikut tertarik.3 Teknik dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar
benda asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.4
Tekanan positif
Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat
dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan menghembuskan
nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang mengalami benda asing di hidung,
dapat ditiup mulut anak tersebut oleh orangtuanya kissing technique atau masker bag-
valve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk
mencegah esophageal insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat
7
menyebabkan komplikasi seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital. Tekanan
positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau
membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara paksa.
Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum dilaporkan.2,4
Tekanan Negatif (Suction)
Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana benda sulit
diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan pada pasien biasanya
yang bertekanan 100-140 mmHg.4
Lem atau Perekat
Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit diambil
dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil haruslah yang kering dan
terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar benda asing dihidung minimal.4
Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan tipis
ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel benda asing
selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung dapat dengan mudah
terluka oleh lem tempatnya.3
Instrumen yang dibuat sendiri
Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini dapat
dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena komplikasi pada teknik ini
dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.4
Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan
Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya apabila
riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis. Pemilihan alat atau
instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep alligator dapat digunakan
terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan memiliki sudut yang dapat ditarik keluar,
sedangkan hook, curretes, dan loop dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di
tarik keluar. Secara umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter
umum. Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke
dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau
massa.3,4
Tabel 2.1. Keuntungan dan kerugian dari teknik mengeluarkan benda asing 4
8
Teknik Keuntungan Kerugian
Tekanan
positif
Tidak menyebabkan trauma Risiko untuk terjadi
barotraumas
Tekanan
negative
Baik utuk benda asing yang bulat dan
berukuran keci di daerah anterior cavum
nasi. Mudah dilakukan.
Harus benda yang padat,
tidak bisa digunakan pada
benda asing dibagian
posterior
Menggunakan
perekat
Tidak menyebabkan trauma
Mudah dilakukan
Benda asing harus terlihat
Teknik
menggunakan
kateter
Baik digunakan pada benda asing di bagian
posterior
Ada kemungkinan trauma,
diperlukan teknik anestesi
Instrumen
pembedahan
- Benda asing dapat pindah ke
daerah posterior dan trauma.
Instrumen
yang di buat
Instrumen dapat dibuat disesuaikan dengan
bentuk benda asing
Trauma, benda asing dapat
pindah ke daerah posterior
2.6. Komplikasi
Komplikasi utama dari teknik mengeluarkan benda asing dari hidung yaitu terjadi
aspirasi khususnya pada anak yang tidak koperatif saat penatalaksanaan. Selain itu
perdarahan merupakan komplikasi yang cukup sering juga dilaporkan pada pasien dengan
benda asing di hidung, meskipun bersifat minimal dan cukup dengan kompresi manual.3,4
Benda asing itu sendiri dapat menyebabkan iritasi pada pasien. Morbiditas terutama
disebabkan oleh hasil peradangan, kerusakan mukosa, dan perluasan ke struktur yang
berdekatan. Komplikasi yang dilaporkan adalah:3
- Aspirasi
- Sinusitis
- Otitis media akut
- Perforasi septum hidung
- Selulitis periorbital
- Meningitis
- Epiglotitis akut
9
- Difteri
- Tetanus
10
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Laura Esariani
MR : 898171
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 10 tahun
Alamat : Siberut Barat Daya, Mentawai.
Tanggal masuk : 10 Februari 2015
II. Anamnesis
Keluhan Utama: Keluar darah dari hidung sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang:
Keluar darah dari hidung sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya pasien tertembak senapan angin 4 hari SMRS, terkena daerah hidung kiri,
pasien tidak sadar dengan keluar darah dari hidung serta mulut.
Pasien dibawa ke RSUD Siberut ditatalaksana hingga perdarahan berhenti, kemudian
pasien sadar dan muntah, berisi cairan berwarna merah kehitaman frekuensi 1x,
sebanyak ± 200 cc.
Nyeri hidung kiri sejak 4 SMRS, nyeri disekitar luka tembak
Hidung kiri terasa tersumbat sejak 3 hari yang lalu
Keluar cairan dari hidung kiri saat 3 hari SMRS, warna bening, tidak kental, tidak
berbau.
Demam tidak ada, nyeri kepala tidak ada
Gangguan pendengaran tidak ada
Gangguan penglihatan tidak ada
Gangguan penciuman tidak ada
Pasien dirujuk ke RSUP M Djamil untuk pengangkatan benda asing.
Riwayat Penyakit Dahulu
pasien pernah menderita sesak nafas disertai wheezing, tonsillitis dan alergi terhadap
ikan asin
Riwayat penyakit keluarga
11
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah :
Nadi : 80x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,50C
Kulit : sawo matang, teraba hangat, sianosis tidak ada, pucat tidak
ada
Kelenjar getah bening : tidak ditemukan pembesaran
Kepala : bulat, simetris
Rambut : hitam, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Status lokalis THT:
1. Telinga
Telinga kanan Telinga kiri
Daun telinga
Linag telinga
Sekret
Membran timpani
Mastoid
Tanda paresis N VII
Kelainan kongenital (-)
Lapang
Tidak ada
Utuh, reflek cahaya (+)
Nyeri tekan (-)
Tidak ada
Kelainan kongenital (-)
Lapang
Tidak ada
Utuh, reflek cahaya (+)
Nyeri tekan (-)
Tidak ada
Tes garpu tala:
Rinne : kanan (+) kiri (+)
Weber : tidak ada lateralisasi
Schwabach : sama dengan pemeriksa
2. Hidung
bagian luar : udem di pangkal hidung sebelah kiri terlihat vulnus sclopetorum
12
bagian dalam
Hidung Kanan Hidung Kiri
Vestibulum nasi
Kavum nasi
Konka media
Konka inferior
Septum
Sekret
Massa
Tidak ada kelainan
Lapang
Eutrofi
Eutrofi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada kelainan
Sempit, hiperemis, tampak
pendorongan dinding
lateral
eutrofi
eutrofi, tampak
pendorongan dinding
lateral kavum nasi 1/3
lateral anterior
Ada,
Tidak ada
3. sinus paranasal
Kanan kiri
Choanae
Warna
Eustachius tuba
Lapang
Merah muda
Terbuka
Lapang
Merah muda
Terbuka
Adenoid : ada
Post nasal drip : tidak ada
Massa tumor : tidak ada
4. Orofaring dan Mulut
Arkus faring : simetris
Palatum : massa tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Dinding faring: tenang
Tonsil palatina: - T1 T1
- merah muda (ki/ka)
- kripti tidak melebar (ki/ka)
- detritus tidak ada (ki/ka)
13
- perlengketan dengan pilar tidak ada (ki/ka)
Peritonsil : tidak ditemukan kelainan
Massa tumor : tidak ada
Gigi : caries tidak ada
Lidah : dalam batas normal
5. Laring dan hipofaring
Epiglotis : tenang
Aritenoid : tenang
Pita suara palsu (plika ventrikularis) : merah muda, edema (-), massa (-)
Pita suara (plika vocalis) : merah muda, gerakan adduksi saat bersuara dan
abduksi saat bernafas, massa (-)
Subglotis : jumlah 1
Trakea : berada ditengah
Sinus piriformis: tidak ada sekret
Massa tumor : tidak ada
IV. Diagnosis
Vulnus Sclopetorum nasal + corpus alienum et kavum nasi sinistra
V. Pemeriksaan Penunjang
Cek Hb, Ht, leukosit, trombosit, PT/APTT
VI. Tatalaksana
Medikamentosa : injeksi ceftriaxon 2x50 mg
Injeksi Dexametason 3x½ ampul
Tindakan bedah : rencana pro eksplorasi
Follow Up 11 Februari 2015
S/ Demam tidak ada
Hidung tersumbat masih dirasakan
Nyeri pada hidung ada
O/ Status lokalis THT
ADS : Liang telinga lapang / lapang, MT : Utuh / utuh, RC : + / +
14
Hidung : Tampak vulnus sclopectorum KND lapang, KNS sempit, tampak pendorongan
dinding lateral
Tenggorok : arcus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, tenang, dinding posterior
faring tenang.
15
BAB 4
DIKSUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 10 tahun di bangsal THT RSUP Dr. M
Djamil Padang sejak tanggal 10 Februari 2015 dengan diagnosis Vulnus Sclopetorum Nasal
+ corpus alienum et kavum nasi sinistra.
Menurut literatur, biasanya pasien datang dengan usia anak-anak, hidung terasa tersumbat
unilateral, sekret unilateral kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang
jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan bernapas melalui
mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan
kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan bersin.
Dengan hasil pemeriksaan fisik terdapat bukti trauma lokal, dengan eritema, edema,
perdarahan, atau keduanya, inflamasi mukosa hidung yang unilateral dan dapat terjadi
ulserasi. discharge hidung dan bau busuk.
Diagnosa ini ditegakkan dari anamnesa berupa Keluar darah dari hidung dan mulut ,
hidung tersumbat, nyeri hidung, keluar cairan dari hidung setelah tertembak senapan angin
sejak 4 hari yang lalu karena tertembak senapan angin. sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Hasil pemeriksaan fisik berupa kavum nasi sempit, hiperemis, tampak pendorongan
dinding kavum nasi 1/3 dinding lateral anterior.
Menurut literatur, tatalaksana pada kasus benda asing di hidung dengan pengambilan
benda asing di hidung . serta pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi. Pada pasien ini
diberi terapi ceftriakson dan deksametason serta direncanakan pro eksplorasi,
16
DAFTAR PUSTAKA
1. A., Peter Higler. Penyakit Hidung. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC. 1997. Hal. 238-239.
2. H., Mariana Junizaf. Benda asing di Saluran Napas. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2007.
Hal 259, 262.
3. Fischer JI. 2013. Nasal Foreign Body, http//emedicine.medscape.com/article/763767-
overview. Diakses 12 Februari 2015, 14:00
4. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body. The Ear, Nose, and Throat. Virginia. Am Fam
Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.
5. Davies PH, Benge JR. Foreign Body. The Nose and Ear: A Review Techniques for
Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg Med; 17. 2000. Pg. 91-94.
6. Carrie S. Pediatric ENT Nasal Foreign Body, Epistaxis, and Nasal Trauma. United
Kingdom: Springer. 2007. Pg. 285-289
7. Johnson JT, Rosen CA. Baileys Head & Neck Surgery Otolaryngology Part 1, 5 th
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2014. Pg. 1402-1406
17