fraktur nasal sederhana

Upload: dini-mayrisdayani

Post on 14-Apr-2018

336 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    1/17

    1

    FRAKTUR NASAL

    I. DefinisiFraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya

    disebabkan benturan keras. Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan terhalangnya jalan

    pernafasan dan deformitas pada hidung. Jenis dan kerusakan yang timbul tergantung pada

    kekuatan, arah dan mekanismenya.1

    Fraktur os nasal merupakan kasus trauma terbanyak pada wajah dan merupakan kasus

    fraktur ketiga terbanyak di seluruh tulang penyusun tubuh manusia.2

    Kejadian fraktur nasal

    sekitar 39%-45% dari seluruh fraktur maksilofasial yang ditangani oleh dokter telinga hidung

    dan tenggorokkan (THT) dan dokter bedah plastik.3

    Di Amerika Serikat, kejadian fraktur os

    nasal rata-rata 51.200 per tahun.Fraktur os nasal banyak terjadi pada usia 15-40 tahun dan tiga

    kali lebih banyak terjadi pada laki-laki.2

    Penyebab fraktur nasal adalah kekerasan (42,65%),

    kecelakaan lalu lintas (35,29%), pekerjaan (13,24%) dan terjatuh saat olahraga (8,82%).4

    II. Anatomi HidungHidung terdiri atas nasus eksternus (hidung luar) dan kavum nasi (rongga hidung).

    5

    Hidung luar terdiri atas dorsum nasi yang terdiri dari pangkal hidung sampai puncak hidung, ala

    nasi, kolumela dan lubang hidung (nares). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang

    rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk

    melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang hidung terdiri dari:6

    Tulang hidung (os nasal) Prosesus frontalis os maxilla Prosesus nasalis os frontal

    Kerangka tulang rawan terdiri dari lima pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah

    hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis superior,, sepasang kartilago lateralis inferior

    (kartilago alas mayor) dan tepi anterior kartilago septum.

    5

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    2/17

    2

    Gambar 1: Anatomi hidung7,8

    Septum nasal merupakan penyangga utama dari hidung. Bagian anterior adalah berupa

    tulang rawan dan agak kaku. Bagian posterior kaku dan keras mirip tulang. Tulang rawan dari

    septum-joint merupakan membran fleksibel di sisi kaudalanterior. Dibelakang ini, tulang rawanseptal biasanya berada pada celah cekungan pada maksila, suatu area yang sering mengalami

    kerusakan. Tulang rawan septum berartikulasi dengan tulang septum. Tulang septum meliputi

    lempeng perpendikular dari etmoid posterior dan tulang vomer inferior.6

    Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang dipisahkan

    oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kiri dan kanan. Pintu atau lubang

    masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares

    posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Bagian dari kavum nasi

    yang letaknya sesuai dengan ala nasi tepat dibelakang nares anterior, disebut vestibulum.

    Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut

    panjang yang disebut vibrise.9

    Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan

    superior. Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut

    meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan

    superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral

    rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus

    medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius

    terdapat muara sinus frontal, sinus maksilla, dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    3/17

    3

    yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid

    posterior dan sfenoid.9

    Gambar 2. Anatomi rongga hidung8

    Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:10

    1. Arteri Etmoidalis anterior2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika3. Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari arteri

    karotis eksterna.

    Gambar 3. Sistem Vaskularisasi Hidung6

    Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri maksilaris interna,

    diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    4/17

    4

    sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung

    posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri

    fasialis.9

    Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina,

    arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut pleksus

    kiesselbach (littles area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisialis dan mudah cedera oleh

    truma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.8

    Vena-vena hidung mempunyai nama yang

    sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung

    bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.10

    III. Mekanisme cederaMurray melaporkan bahwa kebanyakan deviasi akibat fraktur nasal meliputi juga fraktur

    pada kartilago septum nasal. Fraktur nasal lateral merupakan yang paling sering dijumpai pada

    fraktur nasal. Fraktur nasal lateral akan menyebabkan penekanan pada hidung ipsilateral yang

    biasanya meliputi setengah tulang hidung bagian bawah, prosesus nasomaksilaris dan bagian tepi

    piriformis.11

    Trauma nasal yang dihasilkan dari suatu pukulan bervariasi tergantung pada :12

    1. Usia pasien yang sangat berpengaruh pada fleksibilitas jaringan dalam meredamenergi dari pukulan

    2. Besarnya tenaga pukulan, arah pukulan dimana akan menentukan bagian nasal yangrusak. Kondisi dari obyek yang menyebabkan trauma nasal dan trauma jaringan

    lunak yang umum terjadi meliputi: laserasi, ekimosis, hematom di luar dan di dalam

    rongga hidung. Trauma pada kerangka hidung meliputi fraktur (putusnya hubungan,

    lebih sering pada usia lanjut), dislokasi (pada anak-anak), dan fraktur dislokasi.

    Trauma dislokasi dapat mengenai artikulasi kerangka hidung luar atau pada septum

    nasi.

    3. Waktu kejadianTrauma lain yang sering dihubungkan dengan fraktur nasal adalah fraktur frontalis,

    ethmoid dan tulang lakrimalis, fraktur nasoorbital ethmoid; fraktur dinding orbita; fraktur lamina

    kribriformis; fraktur sinus frontalis dan fraktur maksila Le Fort I, II, dan III.11

    Terdapat beberapa

    jenis fraktur nasal antara lain :12

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    5/17

    5

    1. Fraktur lateralAdalah kasus yang paling sering terjadi, dimana fraktur hanya terjadi pada salah

    satu sisi saja, kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu parah.

    Gambar 4. Fraktur lateral12

    2. Fraktur bilateralMerupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering terjadi selain fraktur

    lateral, biasanya disertai dislokasi septum nasal atau terputusnya tulang nasal dengan

    tulang maksilaris.

    Gambar 5. Fraktur bilateral12

    3. Frakturdirect frontalYaitu fraktur os nasal dan os frontal sehingga menyebabkan desakan dan

    pelebaran pada dorsum nasalis. Pada fraktur jenis ini pasien akan terganggu suaranya.

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    6/17

    6

    Gambar 6. Frakturdirectfrontal12

    4. FrakturcomminutedAdalah fraktur kompleks yang terdiri dari beberapa fragmen. Fraktur ini akan

    menimbulkan deformitas dari hidung yang tampak jelas.

    Gambar 7. Frakturcomminuted, 1: tulang hidung, 2: frontal dan 3 septum nasi12

    IV. Klasifikasi fraktur nasalTerdapat berbagai klasifikasi mengenai fraktur nasal yang telah dibuat, yaitu

    Menurut Stranc dan Roberston, arah asal trauma akan mempengaruhi beratnyakerusakan pada tulang hidung dan septum. Klasifikasi ini hanya berdasarkan

    pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan radiologis.11

    o Tipe I: fraktur ini menyebabkan terjadinya avulsi kartilago lateral atas, dislokasiposterior septum dan ala nasal.

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    7/17

    7

    o Tipe II : fraktur ini menyebabkan deviasi dorsum nasi dan juga menyebabkantulang hidung menjadi datar.

    o Tipe III: fraktur pada tulang hidung dan juga menyebabkan kerusakan pada matadan struktur intrakranial.

    Menurut Harrison, fraktur nasi dibagi menjadi 3 berdasarkan beratnya dan jugapenatalaksanaannya:

    13

    o Kelas I: pada keadaan ini terdjadi fraktur depres hidung tanpa melibatkan septumnasi.

    o Kelas II: fraktur yang terjadi menyebabkan fraktur komunitiva,sehingga deviasisemakin jelas. Khasnya pada fraktur ini akan tampak gambaran seperti huruf C.

    o Kelas III: fraktur ini disebut juga fraktur naso orbito etmoidalis (NOE) Menurut Hwang, fraktiur nasal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:4

    o Tipe I : fraktur sederhana tanpa deviasio Tipe II: fraktur sederhana dengan deviasi

    IIA : unilateral IIAs:unilateral dengan fraktur septum nasi IIB: bilateral IIBs: bilateral dengan fraktur septum nasi

    o Tipe III: Frakturcommunited Menurut Michael, fraktur nasal dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya dan

    kerusakan pada septum nasi14

    o Tipe I: fraktur sederhana tanpa deviasi, jika terjadi fraktur unilateral atau bilateraltanpa menyebabkan pergeseran pada garis tengah

    o Tipe II: fraktur sederhana dengan deviasi, jika terjadi fraktur unilateral ataubilateral dan menyebabkan pergeseran pada garis tengah

    o Tipe III: frakturcommunited, jika terjadi fraktur bilateral yang menyebabkanseptum tidak lurus tetapi tidak menyebabkan pergeseran garis tengah

    o Tipe IV: deviasi tulang hidung dan fraktur septum nasi , jika terjadi frakturbilateral yang menyebabkan septum tidak lurus dan menyebabkan pergeseran

    garis tengah dan juga terjadi fraktur septum nasi ataupun dislokasi septum nasi.

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    8/17

    8

    o Tipe V: fraktur kompleks nasal dan septum nasi, jika terjadi fraktur dan jugamenyebabkan laserasi pada jaringan sertasaddle nose.

    Menurut Samuel, yang memodifikasi klasifikasi fraktur nasal yang telah dibuat olehMurray, fraktur nasal dapat diklasifikasikan menjadi:

    15

    o Tipe I: cedera jaringan lunak sekitar hidungo Tipe IIa: fraktur sederhana unilateral tanpa deviasio Tipe IIb: fraktur sederhana bilateral dengan deviasio Tipe III: fraktur sederhana disertai deviasio Tipe IV: frakturcommunitedtertutupo Tipe V: frakturcommunitedterbuka atau termasuk fratur tipe II-IV tetapi disertai

    dengan kebocoran cairan serebrospinal, hematom septum nasi, obstruksi jalan

    nafas, deviasi berat dan termasuk fraktur Naso-orbito-etmoidalis.

    V. Diagnosis1. Anamnesis

    Rentang waktu antara trauma menentukan arah dan besarnya kekuatan dari

    benturan sangatlah penting untuk penatalaksanaan pasien. Sebagai contoh, trauma dari

    arah frontal bisa menekan dorsum nasal, dan menyebabkan fraktur nasal. Pada

    kebanyakan pasien yang mengalami trauma akibat olahraga, trauma nasal yang terjadi

    berulang dan terus menerus, dan deformitas hidung akan menyebabkan sulit menilai

    antara trauma lama dan trauma baru sehingga akan mempengaruhi terapi yang diberikan.

    Informasi mengenai keluhan hidung sebelumnya dan bentuk hidung sebelumnya juga

    sangat berguna. Keluhan utama yang sering dijumpai adalah epistaksis, deformitas

    hidung, obstruksi hidung, anosmia dan ekimosis.1,11,15,16

    2. Pemeriksaan fisik1,11,15,16Kebanyakan fraktur nasal adalah pelengkap trauma seperti trauma akibat

    dihantam atau terdorong. Pukulan substansial yang mengenai daerah wajah bagian tengah

    akan mengakibatkan trauma pada tulang belakang dan oleh karena itu dokter harus

    mempunyai pertimbangan klinis dalam melakukan tindakan tanpa mengesampingkan

    trauma tulang belakang. Sepanjang penilaian awal dokter harus menjamin bahwa jalan

    napas pasien aman dan ventilasi terbuka dengan sewajarnya. Fraktur nasal sering

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    9/17

    9

    dihubungkan dengan trauma pada kepala dan leher yang bisa mempengaruhi patennya

    trakea.

    Fraktur nasal ditandai dengan laserasi pada hidung, epistaksis akibat robeknya

    membran mukosa. Jaringan lunak hidung akan nampak ekimosis dan udem yang terjadi

    dalam waktu singkat beberapa jam setelah trauma dan cenderung nampak di bawah

    tulang hidung dan kemudian menyebar ke kelopak mata atas dan bawah. Deformitas

    hidung seperti deviasi septum atau depresi dorsum nasal yang sangat khas, deformitas

    yang terjadi sebelum trauma sering menyebabkan kekeliruan pada trauma baru.

    Pemeriksaan yang teliti pada septum nasal sangatlah penting untuk menentukan

    antara deviasi septum dan hematom septum nasi, yang merupakan indikasi absolut untuk

    drainase bedah segera. Sangatlah penting untuk memastikan diagnosa pasien dengan

    fraktur, terutama yang meliputi tulang ethmoid. Fraktur tulang ethmoid biasanya terjadi

    pada pasien dengan fraktur nasal fragmental berat dengan tulang piramid hidung telah

    terdorong ke belakang ke dalam labirin ethmoid, disertai remuk dan melebar,

    menghasilkan telekantus, sering dengan rusaknya ligamen kantus medial, apparatus

    lakrimalis dan lamina kribriformis, yang menyebabkan rinore cerebrospinalis. Jika pada

    pemeriksaan ditemukan adanya kebocoran cairan serebrospinal yang terlihat seperti

    rinore, emfisema subkutan yang ditandai dengan adanya krepitasi, perubahan status

    mental, maloklusi dan adanya keterbatasan pergerakan bola mata, maka pasien harus

    segera dirujuk.

    Gambar 8. Pemeriksaan krepitasi hidung17

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    10/17

    10

    Pada pemeriksaan fisis dengan palpasi ditemukan krepitasi akibat emfisema

    sukutan, teraba lekukan tulang hidung dan tulang menjadi irregular. Pada pasien dengan

    hematom septi nampak area berwarna putih mengkilat atau ungu yang nampak berubah-

    ubah pada satu atau kedua sisi septum nasal. Keterlambatan dalam mengidentifikasi dan

    penanganan akan menyebabkan deformitas bentuk pelana, yang membutuhkan

    penanganan bedah segera.

    Gambar 9.Hematom septum nasi dan penatalaksanaannya16

    Pemeriksaan dalam harus didukung dengan pencahayaan, anestesi, dan semprot

    hidung vasokonstriktor. Solusio kokain 5% atau 10% merupakan pilihan yang paling

    tepata, karena kokain tersebut dapat bekerja sebagai analgesic dan juga vasokonstriktor.

    Alternative lain sebagai analgesi adalah dengan lidokain (Xylocain), bupivakain

    (Marcaine) dan pantokain (Opticain) spray. Vasokonstriktor yang bisa digunakan seperti

    Oksimetazolin (Afrin) dan feniefrin hodroklorida (Neo-Synephrine) sebagai anti

    perdarahan dan juga untuk mengurangi edema. Beberapa laporan mengatakan bahwa

    penggunaan oksimetazolin atau fenilefrin dan lidokain topical 4% memiliki efektivitas

    yang sama dengan kokain. Spekulum hidung dan lampu kepala akan memperluas

    lapangan pandang.

    Pada pemeriksaan dalam akan nampak bekuan darah dan/atau deformitas septum

    nasal. Jika pada pemeriksaan tampak ada bekuan darah, maka bekuan darah tersebut

    harus segera dikeluarkan dengan menggunakan normal salin hangat untuk irigasi dan

    juga dengansuction.

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    11/17

    11

    3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan radografi jarang dilakukan, karena foto plos memiliki sensitivitas

    dan spesifisitas yang rendah. Cedera tulang rawan tidak terdeteksi oleh radiografi, oleh

    karena itu tidak dianggap rutin dilakukan pemeriksaan foto polos hidung Tetapi, jika

    apada pemeriksaan ditemui adanya kebocoran cairan serebrospinal, gangguan pergerakan

    bola mata dan maloklusi, maka pemeriksaan CT-scan dianjurkan. CT-Scan menyediakan

    informasi terbaik mengenai sejauh mana cedera patah tulang di hidung dan wajah,

    khususnya digital Volume tomography (DVT). CTScan bisa melihat garis patah yang

    tidak nampak dengan foto polos.10

    Gambar 10. Foto polos fraktur hidung17

    VI. Terapi1,11,15,16Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan fraktur tulang hidung sebenarnya masih

    kontroversi. Edema yang terjadi setelah trauma membuat kesulitan dalam melakukan

    reduksi, sehingga edema harus berkurang untuk melakukan reduksi. Beberapa

    menyatakan bahwa edema akan berkurang setelah 3-5 hari. Tindakan konservatif yang

    dilakukan berupa meninggikan kepala dan memberikan kompres es pada bagian yang

    cedera. Tindakan definitif dimulai 5-12 hari setelah trauma, karena pada masa ini tulang

    nasal dapat dengan mudah dimanipulasi. Jika telah melebihi 12 hari, maka akan terbentuk

    fibrosis yang semakin mempersulit reduksi tertutup.

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    12/17

    12

    Jika fraktur dari tulang hidung saja, maka dapat dilakukan perbaikan dari raktur

    tersebut dengan anestesi lokal. Akan tetapi, pada anak-anak atau orang dewasa yang tidak

    kooperatif tindakan penanggulangan memerlukan anestesi umum. Anestesi lokal dapat

    dilakukan dengan pemasangan tampon lidokain 1-2 % yang dicampur dengan epinefrin

    1:1000%. Tampon kapas yang berisi obat analgesia lokal ini dipasang masing-masing 3

    buah, pada setiap lubang hidung. Tampon pertama diletakkan pada meatus superior tepat

    dibawah tulang hidung, tampon kedua diletakkan antara konka media dan septum dan

    bagian distal dari tampon tersebut terletak dekat foramen sfenopalatina, tampon ketiga

    ditempatkan antara konka inferior dan septum nasi. Ketiga tampon tersebut

    dipertahankan selama 10 menit. Kadang-kadang diperlukan penambahan penyemprotan

    oxymethaxolin spray beberapa kali, melalui rinoskopi anterior untuk memperoleh efek

    anestesi dan efek vasokonstriksi yang baik.

    Terdapat berbagai algoritma dalam penatalksanaan fraktur nasal tergantung dari

    klasifikasi yang digunakan.

    1. Algoritma yang dibuat oleh Michael et al:

    Gambar 11. Algoritma penatalaksanaan fraktur nasal14

    Fraktur tipe I,II,III Fraktur Tipe IV Fraktur Tipe V

    Dapat

    digerakkan

    Reduksi

    tertutup

    Fraktur

    inkomplit

    gagal

    Deviasi septu

    ringan-sedang

    Deviasi

    septum berat

    septorinoplasti

    Reduksi

    terbuka tulang

    dan septum

    Modifikasi reduksi

    terbuka dengan

    osteotomi

    Gagal/terdap

    at ilihan

    Deformitas (+),

    deviasi septum

    (+)

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    13/17

    13

    2. Algoritma yang dibuat oleh Samuel et al:

    Gambar 12. Algoritma penatalaksanaan fraktur hidung 215

    1. Teknik reduksi tertutup11Teknik reduksi tertutup merupakan tindakan manipulasi pada fraktur hidung dengan

    jari atau alat tanpa membuat insisi. Tindakan ini merupakan pilihan yang tepat pada kasus

    fraktur nasal sedrhana.

    Penggunaan analgesia lokal yang baik, dapat memberikan hasil yang sempurna pada

    tindakan reduksi fraktur nasal. Jika tindakan reduksi tidak sempurna maka fraktur nasal

    tetap saja pada posisi yang tidak normal. Tindakan reduksi ini dikerjakan 1-2 jam sesudah

    trauma, dimana pada waktu tersebut edema yang terjadi mungkin sangat sedikit. Namun

    demikian tindakan reduksi secara lokal masih dapat dilakukan sampai 14 hari sesudah

    trauma. Sesudah waktu tersebut, tindakan reduksi mungkin sulit dikerjakan karena sudah

    terjadi kalsifikasi sehingga harus dilakukan tindakan rinoplasti estetomi. Alat-alat yang

    dipakai pada tindakan reduksi adalah elevator tumpul yang lurus (Boies Nasal Fracture

    Elevator ), cunam Asch, cunam Walsham, spekulum hidung pendek dan panjang (killian)

    dan pinset bayonet

    Tipe I

    Tipe II

    Tipe III

    Tipe IV

    Tipe VCT scan axial/koronal 3mm

    Reduksi terbuka secepatnya

    Fiksasi interna

    Konsul bedah saraf jika diperlukan

    SeptorinoplastiOsteotomi

    External splinting

    Doyle splinting

    Graft luas

    Reduksi terbuka

    Manipulasi septumExternal splinting

    Doyle splinting

    Graft luas

    Reduksi tertutupManipulasi septumSplinting

    Kompres dingin 24 jam

    Kompres hangat 7 hari

    Tidak terdapat fraktur,kompres dingin 24 jam, follow up

    se erti biasa

    < 4 jam

    Waktu

    > 4 jam

    Tipe IIa-III

    Tipe IV

    Kompres dingin

    Elevasi

    Nilai ulang edema

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    14/17

    14

    Gambar 13. Cunam Asch (kiri), Cunam Walsham (tengah)

    dan Elevator Boies (kanan)14

    Deformitas hidung yang minimal akibat fraktur, dapat direposisi dengan tindakan

    yang sederhana. Reposisi dilakukan dengan bantuan cunam walsham. Pada penggunaan

    cunam walsham ini, satu sisinya dimasukkan ke dalam kavum nasi sedangkan sisi lain di

    luar hidung di atas kulit yang di proteksi dengan selang karet. Tindakan manipulasi

    dilakukan dengan control palpasi jari. Jika deviasi piramid hidung karena dislokasi tulang

    hidung, cunam Asch digunakan dengan cara memasukkan masing masing sisi (blade)

    ke dalam kedua rongga hidung sambil menekan septum dengan kedua sisi forsep.

    Sesudah fraktur nasal dikembalikan pada keadaan semula dilakukan pemasangan tampon

    didalam rongga hidung. Tampon yang dipasang dapat ditambah dengan antibiotika.

    Perdarahan yang timbul selama tindakan akan berhenti, sesudah pemasangan tampon

    pada kedua rongga hidung. Fiksasi luar (gips) dilakukan dengan menggunakan beberapa

    lapis gips yang dibentuk seperti huruf T dan dipertahankan hingga 1014 hari.

    Gambar 14. Penggunaan elevator Boies dan pemsangan nasal splint18

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    15/17

    15

    2. Teknik reduksi terbuka11Teknik reduksi terbuka diindikasikan untuk :

    Ketika operasi telah ditunda selama lebih dari 3 minggu setelah trauma. Fraktur nasal berat yang meluas sampai ethmoid. Reduksi terbuka juga dapat dilakukan pada kasus dimana teknik manipulasi

    reduksi tertutup telah dilakukan dan gagal.

    Pada teknik reduksi terbuka harus dilakukan insisi pada interkartilago. Gunting

    Knapp disisipkan di antara insisi interkartilago dan lapisan kulit beserta jaringan

    subkutan yang terpisah dari permukaan luar dari kartilago lateral atas, dengan melalui

    kombinasi antara gerakan memperluas dan memotong.

  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    16/17

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Batniji RK, Perkins SW. Post traumatic nasal deformity and nasal fracture management.uicentskimeetingorgdatapapers2pdf.(diakses tanggal 27 juni 2013)

    2. Perkins SW, Dayan SH. Management of nasal trauma. Aesthetic Plastic Surgery.20023. Naik SM, Naik SS. A study of external nasal splint used in nasal fractures and rhinoplasties.

    Clinical rhinology: An international journal. 2001; 4(1).

    4. Sinha V, Chayya VA, Patel R, Barot DA, Modi N, Maniyar H, et al. Nasal bone fracturereduction.http://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose

    fracture/nasal_fracture.htm. (diakses tanggal 27 juni 2013)

    5. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokterana; editor, Wijaya C; alih bahasa,Tambayong J. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.1997,152-54.

    6. Moore KL, Agur AM, Dalley AF. Essential clinical anatomy. 4th edition.2000. 690-93.7. Smith O. Rhinoplasty. http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-

    aesthetics/ (diakses tanggal 27 juni 2013)

    8. Netter FH. Interactive atlas of human anatomy.1995.9. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Hidung. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung

    tenggorokkan kepala leher; editor, Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Balai penerbit

    FKUI.2001.88-90.

    10.Higler PA. Hidung: anatomi dan fisiologi terapan. Dalam : Boies buku ajar penyakit THT.Adams GL, Boies LR, Higler PA; editor, efendi H, alih bahasa, Wijaya C; Edisi 6. Jakarta:

    Penerbit buku edokteran EGC. 1997.180-81

    11.Arden RL, Mathog RH. Nasal fracture. famona.tripod.com/ent/cummings/cumm042.pdf.(diakses tanggal 27 juni 2013)

    12.Rubinstein B, Strong B. Management of nasal fracture.Arch Fam Med. 2000;9:738-42.13.Thiagarajan B, Ulaganathan V. Fracture nasal bones. Otolaryngology online journal. 2013; 3.14.

    Ondik MP, Lipinski L, Dezfoli S, Fedok FG. The treatment of nasal fracture: a changingparadigm. Arch Facial Plast Surg. 2009;11(5):296-302

    15.Kelley BP, Downey CR, Stal S. Evaluation and reduction of nasal trauma.. Seminars inplastic surgery. 2010; 24(4). 339-46.

    16.Kucik CJ, Clenney T, Phelan J. Management of acute nasal fracture. Am Fam Physician2004;70:1315-20

    http://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://droakleysmithrhinoplasty.com/?page_id=1671&/nasal-aesthetics/http://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htmhttp://www.waent.org/archives/2010/Vol3-2/20100720-nose%20fracture/nasal_fracture.htm
  • 7/29/2019 Fraktur Nasal Sederhana

    17/17

    17

    17.Nasal fracture. https://www2.aofoundation.org. (diakses tanggal 27 juni 2013)18.Treating a broken nose. http://www.primary-surgery.org/ps/vol2/html/sect0187.html.

    (diakses tanggal 27 juni 2013.

    https://www2.aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hng7BARydDRwN3QwMDA08zTzdvvxBjIwN_I_2CbEdFADiM_QM!/?segment=Midface&bone=CMF&classification=92-Nasal%2FNOE%2C%20Nasal%20bone&teaserTitle=&showPage=diagnosis&contentUrl=/srg/92/01-Diagnosis/nasal.jsphttp://www.primary-surgery.org/ps/vol2/html/sect0187.htmlhttp://www.primary-surgery.org/ps/vol2/html/sect0187.htmlhttps://www2.aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hng7BARydDRwN3QwMDA08zTzdvvxBjIwN_I_2CbEdFADiM_QM!/?segment=Midface&bone=CMF&classification=92-Nasal%2FNOE%2C%20Nasal%20bone&teaserTitle=&showPage=diagnosis&contentUrl=/srg/92/01-Diagnosis/nasal.jsp