refrat polip nasal

26
5/10/2018 RefratPolipNasal-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 1/26 BAB I PENDAHULUAN Polip nasal merupakan massa udematous yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat di dalam rongga hidung dan berasal dari pembengkaan mukosa hidung atau sinus. Prevalensi yang pasti dari polip nasal belum ada datanya, oleh karena studi epidemiologi yang dilakukan dan hasilnya bergantung pada populasi studi serta metodenya. Etiologi dan patogenesis dari polip nasal belum diketahui secara pasti. Sampai saat ini, polip nasal masih banyak menimbulkan perbedaan pendapat. Dengan  patogenesis dan etiologi yang masih belum ada kesesuaian, maka sangatlah penting untuk dapat mengenali gejala dan tanda polip nasal untuk mendapatkan diagnosis dan  pengelolaan yang tepat. BAB II

Upload: andikaramadhani

Post on 09-Jul-2015

616 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 1/26

BAB IPENDAHULUAN

Polip nasal merupakan massa udematous yang lunak berwarna putih atau

keabu-abuan yang terdapat di dalam rongga hidung dan berasal dari pembengkaan

mukosa hidung atau sinus. Prevalensi yang pasti dari polip nasal belum ada datanya,

oleh karena studi epidemiologi yang dilakukan dan hasilnya bergantung pada populasi

studi serta metodenya.

Etiologi dan patogenesis dari polip nasal belum diketahui secara pasti.

Sampai saat ini, polip nasal masih banyak menimbulkan perbedaan pendapat. Dengan

 patogenesis dan etiologi yang masih belum ada kesesuaian, maka sangatlah penting

untuk dapat mengenali gejala dan tanda polip nasal untuk mendapatkan diagnosis dan

 pengelolaan yang tepat.

BAB II

Page 2: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 2/26

Anatomi, Embriologi, Histologi& Fisiologi Hidung

EMBRIOLOGI

 Wajah

Pada akhir minggu ke-4, mulai tampak tonjol-tonjol wajah yang terutama

dibentuk oleh mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan terutama dibentuk oleh

 pasangan lengkung faring pertama. Tonjol maksila dapat dikenali di sebelah lateral

stomodeum dan tonjol mandibular di sebelah kaudal stomodeum. Di sisi kanan dan

kiri prominensia frontonasalis, muncul penebalan-penebalan setempat dari ectoderm

  permukaan, yaitu plakoda nasal(olfaktorius), di bawah pengaruh induksi bagian

ventral otak depan.

Selama minggu ke-5, plakoda-plakoda hidung tersebut mengalami invaginasi

membentuk lubang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini membentuk suatu rigi

  jaringan yang mengelilingi masing-masing lobang dan membentuk, tonjol hidung.

Tonjol-tonjol yang berada di tepi luar lubang adalah tonjol hidung lateral; dan yang

 berada di tepi dalam adalah tonjol hidung medial.

Selama dua minggu selanjutnya, tonjol maksila terus bertambah besar ukurannya.

Serentak dengan itu, tonjol ini tumbuh ke arah medial, sehingga mendesak tonjol

hidung medial ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah antara tonjol hidung medial

dan tonjol maksila hilang, dan keduanya bersatu. Oleh karena itu, bibir atas dibentuk 

oleh kedua tonjol hidung medial dan kedua tonjol maksila itu. Tonjol hidung lateral

tidak ikut dalam pembentukan bibir atas. Bibir bawah dan rahang bawah dibentuk dari

tonjol mandibular yang menyatu di garis tengah.

Mula-mula, tonjol maksila dan tonjol hidung lateral terpisah oleh sebuah alur 

yang dalam, alur nasolacrimal. Ekstoderm di lantai alur ini membentuk sebuah tali

epitel padat yang melepaskan diri dari ectoderm di bawahnya. Setelah terjadi

kanalisasi, tali ini membentuk ductus nasolacrimalis; ujung atasnya melebar untuk 

membentuk saccus lacrimaslis. Setelah lepasnya tali tersebut, tonjol maksila dan

tonjol hidung lateral saling menyatu. Ductus lacrimalis kemudian berjalan dari tepi

Page 3: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 3/26

medial mata menuju ke meatus inferior rongga hidung. Tonjolan maksila kemudian

membesar sehingga membentuk pipi dan maksila.

Hidung terbentuk dari tonjol-tonjol wajah kelima; tonjol frontal membentuk 

  jembatannya; gabungan tonjol-tonjol hidung medial membentuk lengkung cuping

dan ujung hidung; dan tonjol hidung lateral membentuk sisi-sisinya(alae).

Segmen Antarmaksila

Akibat pertumbuhan tonjol-tonjol maksila ke medial, kedua tonjol hidung

medial tidak hanya bersatu pada permukaan, tetapi bersatu pula pada tingkat yang

lebih dalam. Bangunan yang dibentuk oleh penyatuan keuda tonjol ini dikenal sebagai

segmen antarmaksila. Segmen ini terdiri dari (a) sebuah unsur bibir, yang membentuk 

filtrum bibir atas; (b) sebuah unsur rahang atas, yang membawa empat gigi seri; dan

(c) sebuah unsur langit-langit mulut (palatum), membentuk palatum primer yang

terbentuk segitiga. Di sebelah kranial, segmen antarmaksila bersambung dengan

 bagian rostral septum nasi, yang dibentuk oleh prominensia frontalis.

Palatum Sekunder

Meskipun palatum primer berasal dari segmen antarmaksila. Bagian utama

  palatum tetap, dibentuk oleh dua pertumbuhan keluar dari tonjol maksila yang

menyerupai tameng. Kedua tonjolan ini, yaitu lempeng palatine, tampak dalam

 perkembangan minggu ke-6 dan mengarah miring ke bawah pada sisi kanan dan kiri

lidah. Akan tetapi, dalam minggu ke-7, lempeng-lempeng palatine ini bergerak naik 

hingga mencapai kedudukan horizontal di atas lidah dan saling bersatu satu sama lain,

sehingga membentuk palatum sekunder.

Di sebelah anterior, lempeng-lempeng palatine ini bersatu dengan palatum

 primer yang berbentuk segitiga, dan foramen incisivum dapat dianggap sebagai tanda

  batas di tengah-tengah antara palatum primer dan sekunder. Bersamaan dengan

menyatunya lempeng palatum tersebut, septum nasi tumbuh ke bawah dan bersatu

dengan permukaan atas palatum mulut yang baru terbentuk.

Rongga Hidung

Selama minggu ke-6, lubang hidung makin bertambah dalam, sebagian karena

tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan sebagian lagi karena

lubang ini menembus ke dalam mesenkim di bawahnya. Mula-mula, membrana

Page 4: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 4/26

oronasalis memisahkan kedua lubang hidung tadi dari rongga mulut primitive, melalui

foramina yang baru terbentuk, yakni koana primitive. Koana ini terletak di sisi kanan

dan kiri garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Kelak, dengan

terbentuknya palatum sekunder dan berkembangnya rongga-rongga hidung primitive

lebih lanjut, koana tetap terletak pada peralihan antara rongga hidung dan faring.

Sinus-sinus udara paranasalis berkembang sebagai diverticula dinding lateral

hidung dan meluas ke dalam tulang maksila, tulang ethmoid frontalis, dan tulang

sfenoid. Sinus-sinus ini mencapai luas maksimumnya pada masa pubertas dan dengan

demikian ikut membentuk bentuk wajah yang tetap.

ANATOMI

Hidung Luar

Menonjol pada garis tengah di antara pipi dengan bibir atas; struktur hidung

luar dapat dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas, kubah tulang, yang tak dapat

digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan; dan

yang paling bawah adalah lobules hidung yang mudah digerakkan. Belahan bawah

aperture piriformis hanya kerangka tulangnya saja, memisahkan hidung luar dengan

hidung dalam. Di sebelah superior, struktur tulang hidung luar berupa prosesus

maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh

 prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian lamina perpendikularis tulang

etmoidalis. Spina nasalis anterior merupakan bagian dari prosesus maksilaris medial

embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap sebagai bagian dari

hidung luar. Bagian berikutnya, yaitu kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan,

dibentuk oleh kartilago lateralis superior yang saling berfungsi di garis tengah serta

  berfusi pula dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawah

hidung luar atau lobulus hidung, dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis

inferior. Lobulus menutup vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh

kolumela, di lateral oleh ala nasi, dan anterosuperior oleh ujung hidung. Mobilitas

lobulus hidung penting untuk ekspresi wajah, gerakan mengendus, dan bersin. Otot

ekspresi wajah yang terletak subkutan di atas tulang hidung, pipi anterior, dan bibir 

atas menjamin mobilitas lobulus. Jaringan ikat subkutan dan kulit juga ikut

menyokong hidung luar. Jaringan lunak di antara hidung luar dan dalam dibatasi di

sebelah inferior oleh krista piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum

nasi, dan tepi bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior sebagai batas

Page 5: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 5/26

superior dan lateral. Struktur tersempit dari seluruh saluran pernapasan atas adalah

apa yang disebut sebagai limen nasi atau os internum oleh ahli anatomi, atau sebagai

katup hidung oleh Mink oleh ahli faal. Istilah “katup” dianggap tepat karena struktur 

ini bergerak bersama, dan ikut mengatur pernapasan.

Hidung Dalam

Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di

 posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi merupakan

struktur tulang di gasi tengah, secara anatomi membagi organ menjadi dua hidung.

Selanjutnya, pada dinding lateral hidung terdapat pula konka dengan rongga udara

yang tak teratur di antaranya – meatus superior, media dan inferior. Sementara

kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongga udara,

struktur jaringan lunak yang menutupi hidung dalam cenderung bervariasi tebalnya,

 juga mengubah resistensi, dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi

dan ekspirasi. Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti

mukosa, perubahan badan vascular yang dapat mengembang pada konka dan septum

atas, dan dari krusta dan deposit atau sekret mukosa.

Duktus nasolakrimalis bermuara pada meatus inferior di bagian anterior.

Hiatus semilunaris dari meatus media merupakan muara sinus frontalis, etmoidalis

anterior dan sinus maksilaris. Sel-sel sinus etmoidalis posterior bermuara pada meatus

superior, sedangkan sinus sfenoidalis bermuara pada resesus sfenoetmoidalis.

Ujung-ujung saraf olfaktorius menempati daerah kecil pada bagian medial dan

lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung. Deformitas struktur 

demikian pula penebalan atau edema mukosa berlebihan dapat mencegah aliran udara

Page 6: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 6/26

untuk mencapai daerah olfaktorius, dan, dengan demikian dapat sangat mengganggu

 penghiduan.

Bagian tulang dari septum terdiri dari kartilago septum (kuadrangularis) di

sebelah anterior, lamina perpendikularis tulang etmoidalis di sebelah atas, vomer, dan

rostrum sphenoid di posterior dan suatu krista di sebelah bawah, terdiri dari krista

maksial dan krista palatina. Krista dan tonjolan yang terkadang perlu diangkat, tidak 

  jarang ditemukan. Pembengkokan septum yang dapat terjadi karena faktor-faktor 

 pertumbuhan ataupun trauma dapat sedemikian hebatnya sehingga mengganggu aliran

udara dan perlu dikoreksi secara bedah. Konka di dekatnya unumnya dapat

mengkompensasi kelainan septum (bila tidak terlalu berat), dengan memperbesar 

ukurannya pada sisi yang konkaf dan mengecil pada sisi lainnya, sedemikian rupa

agar dapat mempertahankan lebar rongga udara yang optimum. Jadi, meskipun

septum nasi bengkok, aliran udara masih ada dan masih normal. Daerah jaringan

erektil pada kedua sisi septum berfungsi mengatur ketebalan dalam berbagai kondisi

atmosfer yang berbeda.

Page 7: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 7/26

HISTOLOGI

Hidung merupakan bangunan berongga terbagi oleh suatu sekat di bagian

tengah menjadi rongga hidung kanan dan kiri. Maing-masing rongga di bagian depan

 berhubungan keluar melalui nares anterior (nostril) dan bagian belakang berhubungan

 bagian atas faring, yaitu nasofaring melalui nares posterior. Masing-masing rongga

hidung disusun oleh dinding kaku terdiri atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali

nares anterior yang dindingnya disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta tulang rawan,

dan bentuknya dapat berubah-ubah karena adanya gerakan otot.

Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian

lebih lebar yang terletak tepat di belakang nares anterior, dan bagian respirasi yaitu

 bagian selebihnya.

Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar 

sebasea besar, yang meluas ke bagian depan vestibulum nasi tempat terdapatnya

 beberapa kelnjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut dengan rambutnya

yang kaku dan kasar. Rambut tersebut berfungsi menapis benda-benda kasar yang

terdapat di dalam udara inspirasi. Di bagian yang lebih ke dalam dari vestibulum nasi,

epitel berlapis gepeng itu tidak memiliki lapisan tanduk lagi dan epitel jenis ini pada

 bagian respirasi rongga hidung beralih menjadi epitel bertingkat silindris bersilia,

Page 8: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 8/26

 bersel goblet yang disebut sebagai “epitel respirasi”. Selain sel bersilia dan sel goblet

terdapat sel basal yang dianggap merupakan sel induk yang dapat berkembang

menjadi sel jenis lain. Lapisan epitel yang terletak di atas lamina basal dan ditopang

oleh lamina propria yang mengandung sejumlah kelenjar tubuloalveolar bercabang.

Kelenjar-kelenjar tersebut adalah kelenjar mukosa dan serosa dengan sebagian di

antaranya memiliki alveoli campuran, mirip kelenjar liur kecil. Lamina propria

mengandung pula sekelompok kecil jaringan limfatik, terutama di bagian belakang

dekat nasofaring, dan sel-sel mononuklir (fagositik) acapkali menyebuki jaringan itu.

Lapisan terdalam lamina bersatu dengan periosteum atau perikondrium dari tulang

atau tulang rawan dinding rongga hidung, menyusun suatu mukoperiosteum atau

mukoperikondrium.

Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah alpukat, terbagi

dua oleh sekat (septum mediana) dan dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan

tulang yang dilapisi oleh mukosa. Bangunan ini adalah konka nasalis superior,

medius, dan inferior (konka = kerang atau “turbinate bones”. Konka nasalis inferior 

merupakan yang terbesar dan dilapisi oleh lapisan mukosa yang lebih tebal. Walaupun

lamina propria mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh

darah biasanya dengan anastomosis arteriovenosa, namun pada konka nasalis

(terutama konka nasalis inferior) terdapat pleksus vena yang besar, berdinding tipis,

terletak dangkal di permukaan disebut jaringan kavernosa atau jaringan erektil. Selang

waktu 30 sampai 60 menit, jaringan kavernosa (“swell bodies”) di satu sisi rongga

hidung secara otomatis akan melebar penuh terisi darah, sehingga akan membatasi

aliran udara di sisi tersebut dan melindungi epitel respirasi dari kekeringan.

Permukaan selaput lender (mukosa) tetap basah karena adanya sekret mukosa

dan serosa. Sekret tersebut juga melembabkan udara inspirasi. Darah di dalam sinus

venosus menghangatkan udara. Banyak darah di pembuluh darah permukaan mengalir 

kea rah anterior, berlawanan arah dengan udara inspirasi, keseluruhannya membentuk 

sistem arus berlawanan. Konka nasalis juga menyebabkan aliran udara berputar,

membantu kontak antara udara inspirasi dengan lapisan mukosa, sehingga benda-

 benda kecil mudah tertangkap dan gas-gas yang mencemar seperti ozon dan sulfur 

dioksida dapat diserap. Silia yang terdapat pada sel-sel bersilia, senantiasa mendorong

lapisan lender ke belakang kea rah nasofaring untuk selanjutnya ditelan atau

dibatukkan keluar.

Page 9: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 9/26

Alat Penghidu

Pada setiap puncak rongga hidung dan meluas ke bawah, di atas konka nasalis

superior serta di bagian sekat hidung di dekatnya, terdapat suatu daerah berwarna

coklat kekuningan (pada selaput lendir segar), berbeda dengan daerah respirasi lain

yang berwarna merah jambu. Daerah khusus ini mengandung reseptor penghidu,

disebut daerah olfaktoria atau mukosa olfaktoria.

Epitel olfaktoria adalah bertingkat silindris, tanpa sel goblet, dengan lamina

 basal yang tidak jelas. Epitel ini sangat tinggi, hampir 60 mikron, atau mikrometer 

tingginya. Epitel disusun oleh tiga jenis sel:

1. sel penyokong

2. sel basal

3. sel olfaktorius

Sel Sustentakular atau Sel Penyokong

Sel-sel ini berbentuk silindris, tinggi ramping dan relatif lebar di bagian

 puncaknya serta menyempit di bagian dasarnya. Inti sel lonjong, terletak di tengah

dan terletak lebih superficial dari inti sel sensorik. Di permukaan apikal sel terdapat

mikrovili langsing yang menonjol di dalam lapisan mukus. Di bagian apikal sel juga

terlihat “terminal web” yang tersusun dari bahan-bahan berbentuk filamen yang

 berhubungan dengan “junctional complex” di antara sel penyokong dan sel sensoris

yang berdekatan. Aparat Golgi kecil terletak superficial dari inti dengan butir-butir 

 pigmen mirip lipofuksin yang menyebabkan warna mukosa coklat kekuningan.

Sel Basal

Sel-sel ini berbentuk kerucut, kecil, dengan inti berbentuk lonjong; gelap dan

tonjolan sitoplasma bercabang, terletak di antara sel-sel penyokong di bagian dasar.

Sel-sel ini dianggap sebagai sel induk yang mampu berkembang menjadi sel

 penyokong.

Sel Sensorik atau Sel Olfaktoria

Sel-sel ini tersebar di antara sel-sel penyokong dan merupakan modifikasi sel

 bipolar dengan sebuah badan sel, sebuah dendrit yang menonjol ke permukaan dan

Page 10: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 10/26

sebuah akson yang masuk lebih dalam ke lamina propria. Inti sel bulat, terletak lebih

ke basal daripada inti sel penyokong. Dendrit-dendrit di bagian apikal langsing dan

  berjalan ke permukaan di antara sel-sel penyokong dan akan berakhir sebagai

 bangunan mirip bola kecil disebut Vesikula olfaktoria. Dari masing-masing vesikula

(gelembung) keluar enam sampai sepuluh helai rambut (silia) secara radier, disebut

Silia olfaktoria. Masing-masing rambut memiliki sebuah badan basal di dalam bagian

apikal sitoplasma vesikula. Silia-silia ini panjang dan tidak dapat bergerak (nonmotil),

  berfungsi sebagai unsur penerima rangsang yang sebenarnya. Bagian proksimal

(basal) tiap-tiap sel sensorik menyempit menjadi sebuah cabang langsing-silindris,

 berpenampang kurang lebih 1 mikrometer, berjalan sebagai akson ke dalam lamina

 propria di bawahnya. Di dalam lamina propria, serabut saraf olfaktoris atau akson

  bergabung menjadi suatu berkas fila olfaktoria yang kemudian berjalan ke atas

melalui saluran halus dari lamina kribrosa tulang etmoid masuk ke bulbus olfaktorius

di otak. Di dalam lamina propria juga terdapat pembuluh limf berhubungan dengan

ruang subaraknoid melalui kapiler-kapiler yang berjalan bersama dengan fila

olfaktoria.

Di dalam lamina propria terdapat kelenjar serosa tubuloasinosa bercabang

(kelenjar Bowman), yang mengeluarkan sekret berupa cairan yang dicurahkan ke

 permukaan melalui saluran sempit. Sekret kelenjar Bowman membasahi permukaan

epitel olfaktoris dan berperan melarutkan bahan-bahan berbau. Kelenjar ini bersekresi

terus menerus dan berfungsi untuk memperbarui lapisan cairan di permukaan yang

mencegah pengulangan rangsangan rambut-rambut olfaktoria oleh satu bau tunggal.

Trauma yang berulang karena infeksi atau sebab lain pada sel-sel sensorik seringkali

dapat mengakibatkan rusak atau hilangnya beberapa sel sensorik. Akibatnya pada usia

yang lebih lanjut daya penciuman berkurang dan epitel olfaktoris memperlihatkan

gambaran yang tidak khas.

Page 11: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 11/26

 

FISIOLOGI

Rongga hidung dilapisi oleh yang secara secara histologik dan funsional

dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat

  pada sebagian besar rongga hidung dan permukaanya dilapisi oleh epitel torak 

 berlapis semu bersilia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet. Pada bagian yang lebih

terkea aliran udara, mukosanya lebih kental dan kadang terjadi metaplasia menjadi

epitel skuamosa. Dalam keadaan normal, mukosa berwarna merah muda dan selalu

 basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut

lendir dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Palut lendir di rongga hidung

akan didorong ke arah nasofaring oleh silia dengan gerakan teratur. Di bawah epitel

Page 12: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 12/26

terdapat tunika propria yang banyak mengandung pembuluh darah, kelenjar mukosa

dan jaringan limfoid.

Mukosa sinus paranasal berhubungan langsung dengan mukosa rongga hidung

di daerah ostium. Mukosa sinus menyerupai mukosa rongga hidung, hanya lebih tipis

dan pembuluh darahnya juga lebih sedikit. Sel-sel goblet dan kelenjar juga lebih

sedikit dan terutama ditemukan di dekat ostium. Sekresi mukosa nasal merupakan

campuran dari komponen- komponen : sekresi kelenjar mukosa dan sel goblet,

transudasi dan eksudasi dari kapiler di dalam mukosa dan debris dari leukosit dan sel

epitel.

Fungsi hidung adalah untuk :

i. Sebagai jalan nafas

ii. Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan

udara yang masuk ke alveolus dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur 

suhu.

iii. Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri

dan dilakukan oleh rambut, silia, palut lendir (mucous blanket), dan lisosim.

iv. Indra penghidu

v. Resonansi suara

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.

vi. Proses berbicara

Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Pada pembentukan

konsonan nasal (m,n,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole

turun untuk aliran udara.

Page 13: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 13/26

vii. Refleks nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran

cerna, kardiovaskular dan pernafasan.

BAB III

Polip Nasal

Definisi

Polip nasal adalah suatu pseudotumor bersifat edematosa yang merupakan

  penonjolan keluar dari mukosa hidung atau sinus paranasalis, massa lunak,

 bertangkai, bulat, berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat di dalam rongga

hidung

Page 14: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 14/26

Sering kali berasal dari sinus dimana menonjol dari meatus ke rongga hidung.

Berdasarkan hasil pengamatan, polip nasal terletak di dinding lateral cavum nasi

terutama daerah meatus media. Paling banyak di sel-sel eithmoidalis. Dapat juga

 berasal dari mukosa di daerah antrum, yang keluar dari ostium sinus dan meluas ke

 belakang di daerah koana posterior (polip antrokoanal).

 

Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting pada

terjadinya polip, yaitu : 1. adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa

hidung dan sinus, 2. adanya gangguan keseimbangan vasomotor, 3. adanya

  peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung. Fenomena

Bernaoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan

mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan

terhisap oleh tekanan negatif ini sehingga mengakibatkan edema mukosa dan

 pembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal

dari area yang sempit di kompleks ostiomeatal (KOM) di meatus medius. Walaupun

demikian polip dapat timbul dari tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan

seringkali bilateral dan multipel. Polip yang berasal dari sinus maksila (antrum) dapat

keluar melalui ostium sinus maksila atau ostium asesoriusnya, masuk ke rongga

hidung dan berlanjut ke koana lalu membesar di nasofaring. Polip ini disebut polip

koana (polip antrokoana).

Patogenesis

Epitel mukosa hidung secara terus menerus terekspos lingkungan luar melalui

udara yang diinspirasi yang berpotensial menyebabkan kerusakan epitel dan infeksi.

Polip nasal terjadi karena adanya peradangan kronis pada membran mukosa

hidung dan sinus yang disebabkan oleh kerusakan epitel akibat paparan iritan, virus

atau bakteri. Banyak faktor yang berperan dalam pembentukan polip nasal. Kerusakan

epitel terlibat dalam patogenesis polip. Sel epitel dapat mengalami aktivasi dalam

respon terhadap alergen, polutan maupun agen infeksius. Sel akan mengeluarkan

 berbagai faktor yang berperan dalam respon inflamasi dan pemulihannya, antara lain

Page 15: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 15/26

neuropeptide-degrading enzyme, endothelin, nitric oxide, asam arakidonat, sitokin

inflamasi yang mempengaruhi sel inflamasi. Faktor-faktor tersebut akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, adhesi leukosit, sekresi

mukus, stimulasi fibroblas dan kolagen.

Beberapa faktor inflamasi telah dapat diisolasi dan dibuktikan dihasilkan pada

  polip nasal. Faktor-faktor tersebut meliputi endothelial vascular cell adhesion

molecule (VCAM)-1, nitric oxide synthese,   granulocyte-macrophage colony– 

 stimulating factor  (GM-CSF), eosinophil survival enhancing activity (ESEA), cys-

leukotrienes (Cys-LT) dan sitokin lainnya.

Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif yang kemungkinan

 berperan juga dalam terjadinya polip. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan

selular yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jaringan.Tubuh

menghasilkan endogenous oxidants sebagai respon dari bocornya elektron dari rantai

transport elektron, sel fagosit dan sistem endogenous enzyme (MAO, P450, dsb)

Epitel polip nasal terdapat hiperplasia sel goblet dan hipersekresi mukus yang

kemungkinan besar berperan dalam menimbulkan obstruksi nasal dan rinorrhea.

Sintesis mukus dan hiperplasia sel globet diduga terjadi karena peranan epidermal  growth factors (EGF).

Adanya proses peradangan kronis menyebabkan hiperplasia membran

mukosa rongga hidung, adanya cairan serous di celah-celah jaringan, tertimbun dan

menimbulkan edema, kemudian karena pengaruh gaya gravitasi. Akumulasi cairan

edema ini menyebabkan prolaps mukosa. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya

tangkai pada struktur stroma polip nasal dapat mempunyai vasodilatasi pembuluh

darah sedikit atau banyak, variasi kepadatan tipe sel yang berbeda, seperti eosinofil,

neutrofil, sel mast, plasma sel dan lain-lain. Eksudasi plasma mikrovaskular berperan

dalam perkembangan kronik edem pada polip nasal.

Gambaran histopatologi dari polip nasal bervariasi dari jaringan yang edem

dengan sedikit kelenjar sampai peningkatan kelenjar. Eosinofil dapat muncul,

menandakan komponen alergi. Hal ini menunjukkan adanya proses dinamis yang

nyata pada polip nasal yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti aliran udara,faktor lain yang dapat mempengarui epitel polip dan proses regenerasinya, perbedaan

Page 16: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 16/26

epitel dan ketebalannya, ukuran polip, infeksi dan alergi. Beberapa buku

menyebutkan alergi sebagai penyebab utama polip nasal. Hal ini dibuktikan dengan

adanya penimbunan eosinofil dalam jumlah besar dari jaringan polip atau dalam

sekret hidung. Polip hidung yang disebabkan oleh alergi seringkali dialami penderita

asma dan rinitis alergi .

Infeksi virus dan bakteri juga dikatakan sebagai salah satu penyebab dari

 polip nasal. Pada polip nasal yang disebabkan oleh infeksi ditemukan infiltrasi sel-sel

neutrofil, sedangkan sel eosinofil tidak ditemukan.

Menurut Ogawa dari hasil penelitiannya pada penderita polip hidung disertai

deviasi septum, polip lebih sering didapatkan pada rongga hidung dengan septum

yang cekung. Deviasi septum hidung akan menyebabkan aliran udara pada bagian

rongga hidung dengan septum yang cekung, akan lebih cepat dari bagian cembung di

rongga hidung sisi lain. Percepatan ini terjadi pada rongga hidung bagian atas dan

menimbulkan tekanan negatif. Tekanan negatif ini merupakan rangsangan bagi

mukosa hidung sehingga meradang dan terjadi edema

Pada intoleransi aspirin, terjadinya polip nasal disebabkan karena inhibisi

cyclooxygenase enzyme. Inhibisi tersebut menyebabkan pelepasan mediator radang,

yaitu cysteinyl leucotrienes.

Gejala dan Tanda

Timbulnya gejala biasanya pelan dan insidius, dapat juga tiba-tiba dan cepat

setelah infeksi akut. Sumbatan di hidung adalah gejala utama.dimana dirasakan

semakin hari semakin berat. Sering juga ada keluhan pilek lama yang tidak sembuh-sembuh, sengau, sakit kepala. Pada sumbatan yang hebat didapatkan gejala hiposmia

atau anosmia, rasa lendir di tenggorok.

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak adanya massa lunak,

  bertangkai, tidak nyeri jika ditekan, tidak mudah berdarah dan pada pemakaian

vasokontriktor (kapas efedrin 1%) tidak mengecil. Pada pemeriksaan rhinos kopi

  posterior bila ukurannya besar akan tampak massa berwarna putih keabu-abuan

mengkilat yang terlihat menggantung di nasofaring.

Page 17: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 17/26

Diagnosis

Pada anamnesis kasus polip keluhan utama biasanya ialah hidung tersumbat.

Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan semakin lama semakin berat. Pasien

sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus.

Gejala lain ialah gangguan penciuman (anosmia atau hiposmia). Gejala sekunder 

dapat terjadi bila sudah disertai kelainan organ didekatnya berupa : adanya post nasal

drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur,

gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.

Dengan pemeriksaan rinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat.

Polip yang massif sering sudah menyebabkan deformitas hidung luar. Kalau ada

fasilitas endoskopi untuk pemeriksaan hidung, polip yang masih sangat kecil dan

 belum keluar KOM dapat terlihat. Pemeriksaan penunjang berupa foto rongten polos

atau CT scan dibuat untuk mendeteksi adanya diindikasikan jika ada massa unilateral

 pada pasien usia lanjut, jika penampakan makroskopi menyerupai keganasan atau bila

 pada foto rongten ada gambaran erosi tulang.

Gambar dari suatu polip nasi yang tampak dengan endoskopi.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari polip nasi adalah :

a. Angiofibroma Nasofaring Juvenil

Page 18: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 18/26

Etiologi dari tumor ini belum diketahui. Menurut teori, jaringan asal tumor ini

mempunyai tempat perlekatan spesifik di dinding postero lateral atap rongga hidung.

Dari anamnesis diperoleh adanya keluhan sumbatan pada hidung dan epistaksis

 berulang yang masif. Terjadi obstruksi hidung sehingga timbul rhinorhea kronis yang

diikuti gangguan penciuman. Oklusi pada tuba Eustachius akan menimbulkan ketulian

atau otalgia. Jika ada keluhan sefalgia menandakan adanya perluasan tumor ke

intrakranial.

Pada pemeriksaan fisik dengan rhinoskopi posterior terlihat adanya massa tumor 

yang konsistensinya kenyal, warna bervariasi dari abu-abu sampai merah muda,

diliputi oleh selaput lendir keunguan. Mukosa mengalami hipervaskularisasi dan tidak 

 jarang ditemukan ulserasi. Pada pemeriksaan penunjang radiologik konvensional akan

terlihat gambaran klasik disebut sebagai tanda Holman Miller yaitu pendorongan

 prosesus Pterigoideus ke belakang.

Pada pemeriksaan CT scan dengan zat kontras akan tampak perluasan tumor dan

destruksi tulang sekitarnya. Pemeriksaan arteriografi arteri karotis interna akan

memperlihatkan vaskularisasi tumor. Pemeriksaan PA tidak dilakukan karena

merupakan kontra indikasi karena bisa terjadi perdarahan. Angiofibroma NasofaringJuvenil banyak terjadi pada anak atau remaja laki-laki.

 b. Keganasan pada hidung 

Etiologi belum diketahui, diduga karena adanya zat-zat kimia seperti nikel, debu

kayu, formaldehid, kromium, dan lain-lain. Paling sering terjadi pada laki-laki. Gejala

klinis berupa obstruksi hidung, rhinorhea, epistaksis, diplopia, proptosis, gangguan

visus, penonjolan pada palatum, nyeri pada pipi, sakit kepala hebat dan dapat disertai

likuorhea. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan adanya pendesakan dari massa

tumor . Pemeriksaan PA didapatkan 85% tumor termasuk sel squamous berkeratin.

P engelolaan Penderita Polip Nasal

Prinsip pengelolaan polip adalah dengan operatif dan non operatif.

Pengelolaan polip nasal seharusnya berdasarkan faktor penyebabnya, tetapi

sayangnya penyebab polip nasal belum diketahui secara pasti. Karena penyebab yang

Page 19: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 19/26

mendasari terjadinya polip nasal adalah reaksi alergi, pengelolaanya adalah mengatasi

reaksi alergi yang terjadi. Polip yang masih kecil dapat diobati dengan konservatif.

1. Terapi Konservatif 

 

a. Kortikosteroid sistemik 

Merupakan terapi efektif sebagai terapi jangka pendek pada polip nasal.

Pasien yang responsif terhadap pengobatan kortikosteroid sistemik dapat diberikan

secara aman sebanyak 3-4 kali setahun, terutama untuk pasien yang tidak dapat

dilakukan operasi.

 b. Kortikosteroid spray

Dapat mengecilkan ukuran polip, tetapi relatif tidak efektif unutk polip yang

masif Kortikosteroid topikal, intranasal spray, mengecilkan ukuran polip dan sangat

efektif pada pemberian postoperatif untuk mencegah kekambuhan

c. Leukotrin inhibitor.

Menghambat pemecahan asam arakidonat oleh enzyme 5-lipoxygenase yang

akan menghasilkan leukotrin yang merupakan mediator inflamasi.

2. Terapi operatif 

Terapi operasi dilakukan pada kasus polip yang berulang atau polip yang sangat

 besar, sehingga tidak dapat diobati dengan terapi konservatif. Tindakan operasi yang

dapat dilakukan meliputi :

a. Polipektomi intranasal

 b. Antrostomi intranasal

c. Ethmoidektomi intranasal

Page 20: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 20/26

d. Ethmoidektomi ekstranasal

e. Caldwell-Luc (CWL)

f. Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF)

Terapi Bedah

Polip mukoid jinak pada hidung sering kali dihubungkan dengan alergi

hidung. Dapat terjadi pada anak-anak namun lebih ditemukan pada orang dewasa.

Karena menyumbat jalan napas, polip sering kali dirasakan sangat mengganggu.

Setelah lesi penyumbat diidentifikasi sebagai polip jinak, maka lesi tersebut dapat

diangkat. Pasien harus diperingatkan, bahwa polip dapat kembali kambuh bilamana

ada alergi, sehingga polip perlu berkali-kali diangkat selama hidup. Namun, dengan

memberi perhatian pada gangguan alergi mendasari, maka laju rekurensi cenderung

lebih lambat. Polip umumnya berasal dari penonjolan keluar dari mukosa yang

menutup sinus maksilaris atau etmoidalis. Pembesaran mukosa yang makin bertambah

tersebut, membentuk massa yang bundar, lunak, basah, basah, seringkali gelatinosa

dan terkadang seperti berdaging, atau terkadang berbentuk kantung yang terisi serum,

yang melekat pada suatu pedikel sempit yang semakin lama semakin panjang,

menjulur mulai dari sinus, melalui ostium, sampai ke rongga hidung. Polip umumnya

 berwarna kekuningan atau biru keabuan, namun kadang-kadang menjadi merah akibat

iritasi lokal atau infeksi sekunder. Namun apa yang tampaknya seperti polip, tidak 

selalu polip. Bila polip hanya ditemukan pada satu sisi, maka perlu dipertimbangkan

suatu infeksi unilateral setempat pada hidung atau sinus atau bahkan benda asing

dalam hidung. Pada anak balita dan usia sekolah, mukovisidosis dengan perubahan-

 perubahan pada hidung harus diikutkan dalam diagnosis banding. Polip hidung, yaitu

suatu pseudomotor, harus dibedakan dari neoplasma jinak ataupun ganas; meskipun

 jarang, tumor-tumor ini jangan terluputkan. Ahli bedah yang menggunakan pengait

hidung untuk mengangkat suatu angiofibroma juvenil dari nasofaring yang tampaknya

seperti polip, dapat mencetuskan suatu perdarahan hebat. Lesi yang paling sulit

dibedakan dengan polip hidung jinak sejati adalah daerah-daerah degenerasi polipoid

 pada mukosa, paling sering ditemukan pada bagian anterior konka inferior dan media

yang membengkak. Diferensiasi dan identifikasi dipermudah dengan menggunakan

semprot hidung dekongestan, seperti larutan efedrin 1 persen atau Neo-Synephrine

0,25 persen. Yang lebih baik adalah larutan kokain 4 persen, karena selain bekerja

sebagai dekongestan, juga mempunyai efek anestesi. Selanjutnya gunakan suatu

Page 21: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 21/26

 penyedot hidung, tidak hanya untuk menyedot sekret guna mempermudah inspeksi,

namun juga digunakan untuk palpasi lesi jaringan lunak. Meskipun dapat sedikit

 bergerak, mukosa polipoid mempunyai perlekatan sesil pada konka dengan tulang

yang relatif keras pada pusatnya, sedangkan polip sejati dapat bergerak bebas pada

 pedikelnya.

Sebelum polipektomi hidung dilakukan, perlu diberikan premedikasi dan

anestesi topical memadai. Kawat pengait kemudian dilingkarkan pada tangkai polip

tanpa perlu diikatkan erat-erat, kemudian polip dengan tangkai dan dasar pedikel

seluruhnya ditarik bersamaan. Infeksi sinus akibat tangkai polip yang menyumbat

ostium, biasanya mereda lebih cepat setelah polipektomi. Jika polip kembali kambuh

dan disertai sinusitis rekurens, mungkin terdapat indikasi koreksi bedah terhadap

 penyakit sinus.

Konka yang hipertrofi mungkin memerlukan kauterisasi, bedah beku

(cryosurgery), atau reseksi parsial guna menciptakan jalan napas yang memadai.

Pembedahan demikian harus secara konservatif guna mencegah rhinitis atrofik.

Komplikasi Operasi

Komplikasi yang terbanyak meliputi :

o SSP – Kerusakan LCS , meningitis, perdarahan intrakranial, abses

otak, hernisasi otak 

o Mata - Kebutaan, trauma nervus opticus, orbital hematoma, trauma otot-otot

mata bisa menyebabkan diplopia, trauma yang mengenai duktus lakrimalis

dapat menyebabkan epiphora

o Pembuluh darah – trauma pada pembuluh darah dapat

menyebabkan perdarahan.

o Kematian

Page 22: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 22/26

BAB IVKESIMPULAN

1. Polip nasal adalah suatu pseudotumor yang merupakan penonjolan dari mukosa

hidung atau sinus paranasalis yang terdorong karena adanya gaya berat.

2. Etiologi polip nasal belum diketahui secara pasti. Diduga karena adanya reaksi

alergi, infeksi, deviasi septum hidung, intoleransi aspirin, perubahan polisakarida,

dan ketidakseimbangan vasomotor.

3. Diagnosis polip nasal berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan

 pemeriksaan penunjang.

4. Pengelolaan penderita polip nasal dengan cara operatif (polipektomi) atau

dengan non operatif (kortikosteroid).

Page 23: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 23/26

5. Diagnosis dan penanganan yang tepat sangat diperlukan agar penderita

tidak jatuh ke dalam penyulit yang lebih berat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip hidung. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2000: 96- 98.

2. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC, !

997: 173-94

3. Leeson Paparo, Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC 1996 : 400 – 403

4. Sadler, T.W. Langman’s Medical Embryology. Edisi 7. Jakarta : EGC, 2000

Page 24: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 24/26

REFRAT

POLIP NASAL

Pembimbing:dr. Sudjarwadi, Sp.THT

Penyusun:

Yosephine Simanungkalit 06 - 177

Ranis Sherafica 06 – 178

Annisa Affiani Hartono 06 - 179

Page 25: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 25/26

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Kepaniteraan Klinik Dasar THT

Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi

Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing

Page 26: Refrat Polip Nasal

5/10/2018 Refrat Polip Nasal - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refrat-polip-nasal 26/26

Dr. Sudjarwadi, Sp. THT