cidera kepala.docx

6
Cidera kepala Pengertian Cidera kepal adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan erubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi sikm fungsi tingkah laku dan emosional Patosiologi Trauma kranioserebal menyebabkan cidera pada kulit kepala, tengkorak dan jaringan otak, ini bisa sendiri atau secara bersama – sama. Beberaoa keadaan yang dapat mempengaruhi luasnnya cidera pada kepala yaitu : a! lokasi dari tempat benturan langsung, b! kecepatan dan energi yang dipindahkan, c! daerah permukaan energi yang dipindakan d! keadaan kepala pada saat benturan. Bentuk cidera sangat ber"ariasi dari luka pada kulit kepala yang kecil hingga kontusio dan fraktur terbuka dengan kerusakan berat pada otak. #ekanisme cidera Cidera kepala dapat diakibatkan oleh tiga ripe kekuatan yaitu : a! perubahan bentuk tengkorak kepala, b! percepatan dan perlambatan, dimana tengkorak kepala bergerak lebih cepat dari pada masa otak dan mengakibatkan perubahan tekanan, c! pergerakan kepala yang menyebabkan rotasi dan distorsi dari jaringan otak. $ekuatan ini dapat menyebabkan kompresi, ketegangan dan kerusakan pada jaringan otak. Pada saat suatu objek bergerak membentur kepala dengan cukup kuat, dapat mengakibatkan fraktur tengkorak. %raktur tersebut dapat & tidak dapat menekan jaringan otak. $ontusio adalah cidera kepala ringan atau sedang sampai dengan berat, dimana terjadi edema dan perdarahan. Coup adalah perdarahan dan edema langsung diba'ah tempat trauma sebagai akibat dari percepatan. Ccountracoup adalah adanya dua letak luka yang berla'anan dari letak trauma, disebabkan oleh percepatan – perlambatan atau trauma perputaran. (espon terhadap cidera (espon terhadap cidera meliputi : $erusakan jaringan. $ontusio akibat benturan daat menciderai sel – sel saraf dan serabut – serabut yang dapat menyebabkan perdarahan kecil yang mana akan merusak jaringan yang berdekatan. )dema serebral. )dema terjadi akibat beberpa daerah dari oak tidak adekuat perfusi jaringannya, sehingga timbul hiperkapnia yang mengakibatkan asidosis lokal dan "asodilatasi pembuluh darah. Tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa lebih lanjut dapat mengakibatkan peningkatan edema dari serebral, sehingga akan menyebabkan peningkatan ekanan intrakranial dan akhirnya bisa mengakibatkan herniasi otak dan kematian.

Upload: ismi-yulia-andini

Post on 04-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Cidera kepala Pengertian Cidera kepal adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan erubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisikm fungsi tingkah laku dan emosionalPatofisiologiTrauma kranioserebal menyebabkan cidera pada kulit kepala, tengkorak dan jaringan otak, ini bisa sendiri atau secara bersama sama. Beberaoa keadaan yang dapat mempengaruhi luasnnya cidera pada kepala yaitu : (a) lokasi dari tempat benturan langsung, (b) kecepatan dan energi yang dipindahkan, (c) daerah permukaan energi yang dipindakan (d) keadaan kepala pada saat benturan. Bentuk cidera sangat bervariasi dari luka pada kulit kepala yang kecil hingga kontusio dan fraktur terbuka dengan kerusakan berat pada otak.Mekanisme cidera Cidera kepala dapat diakibatkan oleh tiga ripe kekuatan yaitu : (a) perubahan bentuk tengkorak kepala, (b) percepatan dan perlambatan, dimana tengkorak kepala bergerak lebih cepat dari pada masa otak dan mengakibatkan perubahan tekanan, (c) pergerakan kepala yang menyebabkan rotasi dan distorsi dari jaringan otak. Kekuatan ini dapat menyebabkan kompresi, ketegangan dan kerusakan pada jaringan otak.Pada saat suatu objek bergerak membentur kepala dengan cukup kuat, dapat mengakibatkan fraktur tengkorak. Fraktur tersebut dapat / tidak dapat menekan jaringan otak. Kontusio adalah cidera kepala ringan atau sedang sampai dengan berat, dimana terjadi edema dan perdarahan. Coup adalah perdarahan dan edema langsung dibawah tempat trauma sebagai akibat dari percepatan. Ccountracoup adalah adanya dua letak luka yang berlawanan dari letak trauma, disebabkan oleh percepatan perlambatan atau trauma perputaran.Respon terhadap cidera Respon terhadap cidera meliputi :Kerusakan jaringan. Kontusio akibat benturan daat menciderai sel sel saraf dan serabut serabut yang dapat menyebabkan perdarahan kecil yang mana akan merusak jaringan yang berdekatan.Edema serebral. Edema terjadi akibat beberpa daerah dari oak tidak adekuat perfusi jaringannya, sehingga timbul hiperkapnia yang mengakibatkan asidosis lokal dan vasodilatasi pembuluh darah. Tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa lebih lanjut dapat mengakibatkan peningkatan edema dari serebral, sehingga akan menyebabkan peningkatan ekanan intrakranial dan akhirnya bisa mengakibatkan herniasi otak dan kematian.Perdarahan dan hematome. Kerusakan pada jaringan dapat menyebabkan perdarahan dan hematoma. Keduanya dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Respon lain adalah iskemik. Infark dan nekrosis jaringan otak, serta kerusakan terhadap saraf kranial dan struktur lainnya.Tipe cidera kepala Tipe dari cidera kepala dapat meliputi :1. Fraktur tengkorakFraktur kepala dapat melukai jaringan pembuluh darah dan saraf saraf dari otak, merobek dura mater yang mengakibatkan perembesan cairan serebrospinal, dimana dapat membuka suatu jalan untuk terjadinya infeksi inrakranial. Adapun macam macam dari fraktur tengkorak adalah :a. Linear fraktur. Adalah retak biasa pada hubungan tulang dan tidak merubah hubungan dari kedua fragmen.b. Comminuted fraktur. Adalah patah tulang dengan multiple fragmen dengan fraktur yang multilinear.c. Depressed fraktur. Fragmen tulang melekuk ke dalam. 2. Cidera serebral Cidera serebra dapat meliputi :a. Komosio serebri. Adalah suatu kerusakan sementara fungsi neurologi yang disebabkan oleh benturan pada kepala. Biasanya tidak merusak struktur tetapi menyebabkan hilangnya ingatan sebelum dan sesudah cidera, lesu, mual dan muntah. Biasanya dapat kembali pada fungsi yang normal. Setelah komosio akan timbul sindroma berupa sakit kepala, pusing, ketidakmampuan untuk konsentrasi beberapa minggu setelah kejadian.b. Kontusio serebri. Benturan dapat menyebabkan perubahan dari struktur dari permukaan otak yang mengakibatkan perdarahan dan kematian jaringan dengan / tanpa ada edema. Kontusio dapat berupa coup atau contracoup injury. Defisit neurologi serius dapat terjadi. Gejala gejala tergantung pada luasnya kerusakan. c. Hematoma epidural. Adalah perdarahan yang menuju keruang antara tengkorak dan duramater. Kondisi ini terjadi karena laserasi dari arteri meningea media. Gambaran klinik klasik yang terlihat berupa : hilangnya kesadaran dengan diikuti periode flaccid, tingkat kesadaran dengan cepat menurun menuju confusion sampai dengan koma. Jika tidak ditangani akan menyebabkan kematian.d. Hematoma subdural. Adalah perdarahan arteri atau vena duramater dan arachnoid. Hematoma subdural akut dapat timbul dalam waktu 48 jam, dengan gejala gejala berupa sakit kepala, mengantuk, agitasi, bingung dan dilatasi dan fiksasi pupil ipsilateral. Untuk hematoma subakut subdural gejala gejalanya sama dengan yang akut, terapi berkembang lebih lambat yaitu 2 Hari sampai 2 minggu. Hematoma subdural kronik akibat trauma kecil dapat berkembang lebih lama lagi.e. Hematoma intracerebral. Adalah perdarahan yang menuju ke jaringan serebral. Biasanya terjadi akibat cidera langsung dan sering didapat pada lobus frontal atau temporal. Gejala gejalanya meliputi : sakit kepala, menurunnya kesadaran, hemiplegia kontralateral dan dilatasi pupil ipsilateral.f. Hematoma subarachnoid. Hematoma yang terjadi akibat trauma, meskipun pembentukan hematoma jarang. Tanda dangejala gejalanya meliputi : kaku kuduk, sakit kepala, menurunnya tingkat kesadaran, hemiparesis dan ipsilateral dilatasi pupil.Penyebab Penyebab dari cidera kepala adalah : kecelakaan lalu lintas, jatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga dan luka pada persalinan.Manifestasi klinis Komosio serebri : (1) muntah tanpa nausea, (2) nyeri pada lokasi cidera, (3) mudah marah, (4) hilang energi, (5) pusing dan mata berkunang kunang, (6) orientasi terhadap waktu, tempat dan orang (7) tidak ada defisit neurologi, (8) tidak ada ketidaknormalan pupil, (9) ingatan sementara hilang,(10) scal tenderness.Kontusio serebri : (1) perubahan tingkat kesadaran, (2) lemah dan pralisis tungkai, (3) kesulitan berbicara, (4) hilangnya ingatan sebelum dan ada saat trauma, (5) sakit kepala, (6) leher kaku, (7) perubahan dalam penglihatan, (8) tidak berespon baik rangsang verbal dan nyeri, (9) demam diatas 37 derajat celcius, (10) peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi, (11) berkeringat banyak, (12) perubahan pupil ( konstriksi, midpoint, tidak berespon terhadap rangsangan cahaya), (13) muntah, (14) otorhea, (15) tanda Battles (ecchymosis pada daerah frontal), (16) flaccid paralisis atau paresis bilateral, (17) kelumpuhan sara kranial, (18) glasgow coma scale dibawah 7, (19) hemiparesis/paralisis, (20) posisi dekortikasi, (21) rhinorrhea, (22) aktifitas kejang, (23) dolls eyes.Hematoma epidural : (1) luka benturan / penetrasi pada lobus temporal, sinus dura atau dasar tengkorak, (2) hilangnya kesadaran dalam waku singkat mengikuti beberapa menit sampai beberapa jam periode flasia, kemudian secara progresif turun kesadarannya, (3) gangguan penglihatan, (4) sakit kepala, (5) lemah atau pralisis pada salah satu sisi, (6) perasaan mengantuk, ataksia, leher kaku yang menunjukkan adanya hematoma epidural fossa posterior, (7) tanda tanda pupil : dilatasi, tidak reaktifnya pupil dengan ptosis dari kelopak mata pada sisi yang sama dengan hematoma, (8) tekanan darah meningkat, denyut nadi menurun dengan aritma, pernapasan menurun dengan pola yang tidak teratur, (9) kontralateral hemiparesis / paralisis, (10) kontralateral aktifitas kejang jacksonian, (11) tanda brudzinkis positif (dengan hematoma fossa posterior).Hematoma subdural : akut / subakut (1) berubah ubah hilang kesadaran, (2) sakit kepala, (3) otot wajah melemah, (4) melemahnya tungkai pada salah satu sisi tubuh, (5) gangguan penglihatan, (6) kontralateral hemiparesis / paralisis, (7) tanda tanda babinsky positif, (8) tanda tanda pupil : dilatasi, pupil tidak bereaksi pada sisi lesi, (9) paresis otot otot ekstraokular, (10) tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial, (11) hiperaktif reflek tendon. Kronik (1) gangguan mental, (2) sakit kepala yang hilang timbul, (3) perubahan tingkah laku, (4) kelemahan yang hilang timbul pada salah satu tungkai pada sisi tubuh, (6) meningkat gangguan penglihatan, (7) ppenurunan tingkat kesadaran yang hilang timbul, (8) gangguan fungsi mental, (9) perubahan pola tidur, (10) demam ringan, (11) peningkatan tekanan intrakranial.Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan klien dengan cidera kepala meliputi :1. Non pembedahan Glukokortikoid ( dexamethazone ) untuk mengurangi edema Diuretic osmotic ( manitol ) diberikan melalui jarum dengan filter untuk mengeluarkan kristal kristal mikroskopis Diuretik loop ( misalnya furosemide ) untuk mengatasi peningkatan tekanan intrakranial Obat paralitik ( pancuronium ) digunakan jika klien dengan ventilasi mekanik untuk mengontrol kegelisahan atau agitasi yang dapat meningkatkan resiko peningkatan tekana intrakranial2. Pembedahan Kraniotomi diidikasikan untuk : Mengatasi subdural atau epidural hematoma Mengatasi peningkatan tekanan kranial yang tidak terkontrol Mengobati hidrosefalus.Pengkajian Riwayat keperaatan : riwayat medis dan pembedahan yang lalu, penyebab dari cidera, pemakaian obat obatan, alkohol, penggunaan alat alat pengaman, misalnya helm, sabuk pengaman. Pemeriksaan fisik : tingkat kesadaran, pupil, fungsi neurologi, merembesnya cairan serebrospinal, perdarahan pada hidung, telinga, fraktur kepala, status pernapasan, sakit kepala, muntah. Amnesia, afasia, disfasia. Perkembangan dan psikososial : usia, kepribadian, gaya hidup, peranan dalam keluarga, reaksi emosional keluarga terhadap cidera, strategi koping keluarga yang biasa dilakukan. Pengetahuan klien dan keluarga : tingkat pengetahuan, pemahaman mengenai kondisi, pengobatan, prognosa, tujuan yang diharapkan Pemeriksaan diagnostik : foto x-ray tengkorak kepala, echo-encefalogram, brain scan dan CAT scan.Diagnosa keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial2. Pola bernapas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, perubahan dalam tingkat kesadaran3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, perubahan tingkat kesadaran4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intrakranial, perubahan tingkat kesadaran5. Resiko cidera berhubungan dengan kejang, perubahan tingkat kesadaran6. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas ranium7. Berlebihan volume cairan berhubungan dengan terapi steroid, SIADH8. Kurang volume cairan berhubungan dengan terapi diuretik, pembatasan cairan, diabetes insipidus, menurunnya pemasukan cairan9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan defisit fungsi motorik sensorik, menurunnya kesadaran10. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan kehilangan dan bersedih11. Takut berhubungan dengan keadaan mendatang yang tidak menentu12. Kurang pengetahuan mengenai terapi, prognosa dan tujuan yang diharapkanPerencanaan 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranialTujuan Klien akan memperlihatkan perfusi jaringan serebral secara adekuatTindakan Kaji tingkat kesadaran klien, tingkah laku, fungsi sensorik dan motorik ( simetris, pergerakan spontan / dengan perintah / dengan rangsang nyeri ), tanda tanda pupil ( simetris, ukuran, reaksi terhadap cahaya ) setiap 1 2 jam Monitor tanda tanda vital setiap 15 menit sampai dengan 1 jam sekali atau sesuai kebutuhan Monitor gas darah arteri untuk ketidaknormalan asam basa dan menurunnya saturasi oksigen, dimana hiperkapnia akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serebral, yang akan meningkatkan edema serebral Hiperventilasi sebelum suction, batasi suction selama 10 15 detik untuk kadar karbon dioksida, meningkatkan oksigenisasi Jika menggunakan alat untuk memonitor tekanan intrakranial, maka tekanan intrakranial setiap 15 menit sampai 1 jam sekali sesuai kebutuhan Pertahankan aliran darah balik dari otak dengan meninggikan bagian atas tempat tidur dan mempertahankan sikap kepala dan leher Monitor pemasukan dan pengeluaran, elektrolit, berat jenis urin sebagaimana instruksi untuk menetapkan kemungkinan adanya ketidakseimbangan cairan yang mana dapat menyebabkan edema serebral Batasi pemberian cairan ( biasanya 1400 cc / 24 jam ) untuk mencegah edema Instruksikan klien untuk menghindari aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan intratoraks atau intraabdomen, misalnya latihan isometrik, fleksi panggul, batuk, meniup melalui hidung Kaji tingkat kenyamanan klien ( misalnya sakit kepala, tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial ) Berikan obat obatan sebagaimana instruksi ( misalnya pelunak feses, antiemetik, analgesik ) evaluasi hasilnya Berikan steroid sebagaimana instruksi untuk mencegah edema serebral Organisir tindakan keperawatan untuk memberikan waktu istirahat klien secara optimal Lakukan teknik aseptik dan antiseptik secara optimal untuk tindakan penggantian selang dan balutan Laporkan ke dokter segera jika ada tanda tanda perubahan vital atau status neurologiKriteria evaluasiKlien Tekanan intrakranial 0 15 mmHg Tekanan perfusi serebral lebih besar dari 50 mmHg Mempertahankan status neurologi 2. Pola bernapas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, perubahan dalam tingkat kesadaran