ch6 summary

5
MAKROEKONOMI CH. 6: UNEMPLOYMENT Konsep Umum Pengangguran Definisi pengangguran secara umum adalah bagian dari labor force yang tidak bekerja untuk beberapa lama dan umumnya, orang yang masuk dalam golongan ini merupakan mereka yang sedang berupaya menemukan pekerjaan. Skema diatas memperlihatkan bahwa pengangguran mencakup orang yang semula bekerja tetapi berhenti (job separation) dan juga orang yang semula menganggur dan sedang berupaya menemukan pekerjaan (job finding). Dalam jangka panjang, jumlah pengangguran (steady state level of unemployment/natural rate of unemployment) dapat dihitung dengan rumus U L = s s + f yang didapat dengan proses: Asumsikan dalam sebuah perekonomian, labor force terdiri dari orang yang menganggur (U) dan orang yang bekerja (E) sehingga dapat dinyatakan bahwa: L=E+ U …( 1 ) Dalam kondisi steady state, tercapai keadaan dimana: fU=sE …( 2 ) Kemudian, substitusikan (1) ke (2) didapat bahwa: fU=s ( LU )…( 3 ) Bagi kedua sisi dengan L sehingga didapat: f U L =s ( 1U L ) …( 4 ) 1 Dwi Indahayu | Asistensi

Upload: nina-ginting

Post on 29-Nov-2014

106 views

Category:

Marketing


1 download

DESCRIPTION

The summary of marketing chapter 6

TRANSCRIPT

Page 1: Ch6 summary

MAKROEKONOMI CH. 6:

Konsep Umum Pengangguran

Definisi pengangguran secara umum adalah bagian dari labor force yang tidak bekerja untuk

beberapa lama dan umumnya, orang yang masuk dalam golongan ini merupakan mereka yang

sedang berupaya menemukan pekerjaan. Skema diatas memperlihatkan bahwa pengangguran

mencakup orang yang semula bekerja tetapi berhenti (job separation) dan juga orang yang semula

menganggur dan sedang berupaya menemukan pekerjaan (job finding).

Dalam jangka panjang, jumlah pengangguran (steady state level of unemployment/natural rate of

unemployment) dapat dihitung dengan rumus

UL

= ss+ f yang didapat dengan proses:

Asumsikan dalam sebuah perekonomian, labor force terdiri dari orang yang menganggur (U) dan

orang yang bekerja (E) sehingga dapat dinyatakan bahwa:

L=E+U…(1 )

Dalam kondisi steady state, tercapai keadaan dimana:

fU=sE…(2 )

Kemudian, substitusikan (1) ke (2) didapat bahwa:

fU=s (L−U )…(3 )

Bagi kedua sisi dengan L sehingga didapat:

fUL

=s(1−UL )…(4 )

Re-arrange persamaan (4) dan kita akan mendapatkan rumus perhitungan pengangguran, yaitu:

UL

= ss+ f

1 Dwi Indahayu |

Page 2: Ch6 summary

MAKROEKONOMI CH. 6:

Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan tingkat natural rate of

unemployment, melihat dari rumus diatas adalah dengan menurunkan tingkat job separation atau

menaikkan tingkat job finding. Namun, keduanya tidak instan sehingga menyebabkan dalam jangka

panjang akan selalu ada pengangguran, selain disebabkan oleh passion orang terhadap pekerjaan

yang tidak dapat dipaksakan.

Konsep Frictional Unemployment

Istilah pengangguran friksional bermakna mereka yang menganggur sementara waktu, mostly akibat

job matching. Dengan asumsi bahwa semua worker mempunyai tingkat kemauan kerja serta

kemampuan kerja yang sama, saat terjadi job separation, worker tersebut akan membutuhkan waktu

dalam mencari pekerjaan yang baru. Namun, terdapat masalah yang tidak dapat dihindari. Pertama,

pekerjaan satu dan lainnya mempunyai requirement yang berbeda-beda. Kedua, terdapat imperfect

information dan ketiga, terdapat hambatan berupa geographic mobility dari worker (misalnya tempat

tes di Jakarta sementara worker tersebut tinggal di Kalimantan). Ketiga faktor ini dapat menyebabkan

proses pencarian pekerjaan menjadi kian susah dan membuat tingkat job finding rendah. Inilah

kemudian yang mendorong terciptanya pengangguran friksional.

Penyebab pengangguran friksional diantaranya:

1. Sectoral shift, yang bermakna perubahan demand atas tenaga kerja antara industri atau

daerah. Contohnya adalah penemuan komputer akan mengurangi demand tenaga kerja

untuk industri mesin ketik, dan mendorong kenaikan demand bagi industri elektronik.

2. Tempat kerja asal worker mengalami kebangkrutan.

3. Worker mengalami pemecatan akibat performance kerja yang buruk.

4. Terpaksa menganggur karena skill mereka tidak lagi dibutuhkan.

Untuk mengatasi pengangguran friksional, terdapat beberapa solusi.

Pemerintah menciptakan unemployment insurance. Ini adalah program yang dibuat di

berbagai negara maju dimana mereka yang menganggur diberikan tunjangan hidup sampai

mereka menemukan pekerjaan. Namun, dipandang bahwa program ini sebenarnya buruk

karena menciptakan disinsentif untuk mencari pekerjaan akibat mereka menganggur pun

akan tetap mendapatkan uang dari pemerintah.

Meningkatkan kepastian akan income worker.

Konsep Wage Rigidity & Structural Unemployment

Wage rigidity merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambakan ketidakmampuan

wage untuk menyesuaikan labor supply dengan labor demand untuk mencapai equilibrium, yang

umumnya digambarkan dengan tingkat wage diatas equilibrium. Sebagai akibatnya, akan terjadi apa

yang dinamakan dengan job rationing. Istilah ini bermakna firms harus mempunyai kemampuan

dalam “membagi” sejumlah job yang ada kepada worker yang masih menganggur. Dipandang bahwa

wage rigidity dengan job rationing akan menciptakan structural unemployment yang mempunyai

2 Dwi Indahayu |

Page 3: Ch6 summary

MAKROEKONOMI CH. 6:

definisi pengangguran yang tercipta akibat total pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah

worker yang ada ditambah dengan fakta bahwa firms susah menurunkan wage.

Gambaran dari wage rigidity ditambah dengan job rationing adalah seperti grafik diatas, dimana

dampak akhirnya adalah tercapai excess labor supply.

Adapun penyebab dari wage rigidity, diantaranya:

1. Minimum wage laws

Adalah suatu situasi dimana pemerintah menetapkan tingkat upah minimum diatas tingkat

equilibrium sehingga menimbulkan dampak excess labor supply karena firms susah

menyerap labor tersebut akibat harus membayar tingkat upah yang tinggi.

Sisi positif dari minimum wage:

Dapat mengurangi tingkat kemiskinan karena menaikkan standar hidup dengan upah

yang tinggi.

Sisi negatif minimum wage:

Terlalu menguntungkan fresh-grad karena dengan least skill & experience mereka

memperoleh gaji yang lebih tinggi dari seharusnya.

Menambah tingkat unemployment akibat excess labor supply.

Poorly targeted, dimana pada akhirnya yang mendapat eksternalitas positif dari

kebijakan ini adalah worker yang berasal dari keluarga tidak miskin akibat asumsi

bahwa mereka yang dapat diterima kerja adalah yang mempunyai skill dan

berpendidikan dimana untuk mencapai hal tersebut mereka harus menempuh

pendidikan yang berkualitas dulu.

Akibat dari poorly targeted, solusi bagi menolong orang yang miskin adalah bukan

dengan minimum wage melainkan dengan tax credit.

2. Monopoly power of labor unions

Labor unions umumnya bernegosiasi dengan manajemen firm untuk meminta kenaikan gaji,

dimana tingkatnya selalu diatas equilibrium. Selain gaji, mereka umumnya meminta kenaikan

3 Dwi Indahayu |

Page 4: Ch6 summary

MAKROEKONOMI CH. 6:

working condition dan penurunan jam kerja. Sebagai akibatnya, firm menurunkan labor

demand karena biaya dari mempekerjakan tambahan worker relatif mahal. Hal ini kemudian

menciptakan konflik yang dapat dibagi menjadi:

Insider conflict, yaitu konflik yang terjadi antara labor union dengan mereka yang

telah bekerja di firm tetapi tidak tergabung dalam labor union.

Outsider conflict, yaitu konflik yang terjadi akibat mereka yang berencana mendaftar

di firm akan terkena ekstrenalitas negatif akibat firm sekarang mengurangi demand.

Sebagai akibatnya, mendorong terciptanya structural unemployment.

3. Efficiency wages

Tingkat upah efisiensi menerapkan sebuah teori yang menyatakan bahwa dengan firm

menerapkan higher wage, produktivitas yang lebih tinggi dapat dicapai sehingga akibatnya

apabila firm menetapkan wage yang rendah, produktivitas tinggi akan sulit dicapai. Beberapa

teori yang menjelaskan bagaimana tingkat upah mempengaruhi produktivitas labor

diantaranya:

Teori 1: Bagi negara miskin, upah sangat mempengaruhi nutrisi yang dikonsumsi

worker. Dengan demikian, upah harus diatas equilibrium untuk meningkatkan

kemampuan worker dalam mengonsumsi makanan bernutrisi sehingga produktivitas

lebih tinggi dapat tercapai.

Teori 2: Bagi negara maju, upah yang tinggi berperan untuk mengurangi labor turn

over. Dengan demikian, upah yang tinggi dibutuhkan karena bagi firm, biaya dari

menaikkan upah akan lebih rendah ketimbang firm harus mencari worker baru dan

mengadakan training dsb.

Teori 3: Secara rata-rata, kualitas dari tenaga kerja firm bergantung pada tingkat

upah. Sehingga firm harus menaikkan upah untuk mengurangi adverse selection,

meningkatkan kualitas rata-rata worker dan berujung pada kenaikan produktivitas.

Teori 4: Upah tinggi mendorong kenaikan usaha dari worker. Dipandang bahwa firm

harus menghindari moral hazard dari worker melalui pemberian insentif gaji yang

lebih tinggi sehingga worker akan merasa bersalah apabila tidak bekerja maksimal.

4 Dwi Indahayu |