publik summary

15
PUBLIK SUMMARY Towards Sustainable Forest Management Towards Sustainable Forest Management For Our Future Generations For Our Future Generations Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari PT. Intracawood Manufacturing Sesayap-Sekatak, Kalimantan Timur Kantor Pusat : Jln. Terusan Lembang D 51-53, Jakarta Pusat 10310 Telepon : (021) 3905751, 3148505 Faximile : (021) 3908469, 3908470 e-mail : [email protected] Kantor Tarakan : Jln. Yos Yudarso Rt. III No. 36-37, Tarakan 77113, Kalimantan Timur Telepon : (0551) 22908, 22909, 22910 Faximile : (0551) 21656 e-mail : [email protected] Pabrik : Juata – Tarakan Barat, Tarakan 77111, Kalimantan Timur Telepon : (0551) 22908, 22909, 22910 Faximile : (0551) 24357, 34206 e-mail : [email protected]

Upload: duongthien

Post on 31-Dec-2016

260 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PUBLIK SUMMARY

Towards Sustainable Forest ManagementTowards Sustainable Forest Management

For Our Future GenerationsFor Our Future Generations

Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari PT. Intracawood Manufacturing

Sesayap-Sekatak, Kalimantan Timur Kantor Pusat : Jln. Terusan Lembang D 51-53, Jakarta Pusat 10310 Telepon : (021) 3905751, 3148505 Faximile : (021) 3908469, 3908470 e-mail : [email protected] Kantor Tarakan : Jln. Yos Yudarso Rt. III No. 36-37, Tarakan 77113, Kalimantan Timur Telepon : (0551) 22908, 22909, 22910 Faximile : (0551) 21656 e-mail : [email protected] Pabrik : Juata – Tarakan Barat, Tarakan 77111, Kalimantan Timur Telepon : (0551) 22908, 22909, 22910 Faximile : (0551) 24357, 34206 e-mail : [email protected]

Informasi Umum

PT. Intracawood Manufacturing adalah perusahaan patungan. Mulai dirintis didirikan pada tahun 1988, antara BUMN PT. Inhutani I (25%) dengan perusahaan swasta grup Cipta Cakra Murdaya (CCM) yang diwakili oleh BERCA (25%) dan ALLTRAK ’78 (50%). Spiritnya adalah agar kayu bulat produksi PT. Inhutani I dapat diolah di dalam negeri dalam rangka meningkatkan nilai tambah, lapangan kerja dan kesempatan berusaha, pendapatan dan devisa Negara serta mendorong pembangunan daerah dan wilayah Kawasan Timur Indonesia pada umumnya, Kalimanmtan Timur bagian utara pada khususnya. Dengan demikian maka tujuan pembentukan perusahaan ini adalah : (a) untuk membangun industri pengolahan kayu terpadu berbasis plywood, dan (b) mengelola sebagian areal kerja HPH PT. Inhutani I secara lestari.

Susunan pengurus perusahaan adalah sebagai berikut

DEWAN KOMISARIS Presiden Komisaris Ir. Soebagjo Hadisepoetro Wakil Presiden Komisaris Tn. Murdaya Widyawimarta Komisaris Ny. Siti Harmini Kumara Komisaris Drs. Kirana Wijaya,SE,Akt

DEWAN DIREKSI Presiden Direktur Ny. Dra. Siti Hartati Murdaya Wakil Presiden Direktur Ir. Agus Hendrosusanto Direktur Ir. Totok Lestiyo Direktur Ir. Suparno Chief Operation Oficer Ir. Subiyakto Widjaya

OPERASIONAL LAPANGAN General Manager Ir. Mulia Adijaya, MM Pengelolaan Hutan Lestari

Drs. Hendra, Ak

Kelola Produksi dan Lingkungan

Teguh Dwi Subagyo, S.Hut

Kelola Sosial Ir. Adang Hendra Sumpena Pengelolaan Hutan-Bengalun

Ir. Jama’

Pengelolaan Hutan-Sekatak

Ir. Khaerudin

Visi : Menuju perusahaan yang unggul dalam mengelola hutan secara lestari dan berkelanjutan.

Misi :

• Mengelola sumber daya hutan dengan tetap memperhatikan prinsip - prinsip pengelolaan hutan lestari dan tetap menjaga keseimbangan fungsi produksi, fungsi lingkungan dan fungsi sosial.

• Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat. • Mengembangkan riset kehutanan dan pemanfaatan hutan secara lebih luas. • Memberikan kontribusi positif bagi pembangunan kehutanan regional dan nasional. • Mensupplai kebutuhan bahan baku industri dalam rangka mendapatkan nilai tambah yang lebih

besar melalui pengolahan terpadu yang efisien dan hemat dalam penggunaan bahan baku. • Memperoleh pengakuan pengelolaan hutan lestari secara nasional (LEI) dan Internasional (FSC).

Areal Kerja Sumber Daya Hutan Sesuai dengan SK. Menteri Kehutanan Nomor : SK.335/Menhut-II/2004, tanggal 31 Agustus 2004 areal kerja IUPHHK PT. Intracawood Mfg adalah : 195.110 ha, terdiri atas : hutan produksi terbatas seluas 48.319 ha (25%); hutan produksi seluas 138.441 ha (71%), High Conservation Value Forest (HCVF) seluas 8.350 ha (4%), sebagian besar merupakan hutan hujan tropika basah yang didominasi oleh jenis Dipterocarpa. Lokasi areal kerja tersebut, masuk daerah aliran sungai (DAS) Sesayap dan Sekatak dan berdasarkan administrasi pengelolaan hutan termasuk dalam wilayah UPTD Tarakan, UPTD Malinau dan Dinas Kehutanan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau di Kabupaten Bulungan dan Malinau, Kalimantan Timur. Industri plywood terletak di Kota Tarakan. Kondisi penutupan areal kerja IUPHHK seluas + 195.110 ha tersebut, sesuai dengan fungsi hutannya adalah sebagai berikut :

Penutupan Hutan

Hutan Virgin Bekas Tebangan Non Hutan

Jumlah

Luas Luas Luas Luas

Sungsi Hutan

Ha % Ha % Ha % Ha % Hutan Produksi Terbatas

28.010 14 20.309 10 0 0 48.319 25

Hutan Produksi 4.583 2 128.662 66 5.196 3 138.441 71

HCVF 1.057 1 7.076 4 217 0 8.350 4 Jumlah 33.650 17 155.047 80 5.413 3 195.110 100

Keterangan : angka luasan (ha) merupakan perhitungan planimetris di atas peta Potensi dan Persediaan Hutan Potensi rata - rata untuk jenis kayu komersial Hutan Produksi adalah 93.53 M3/ha pada areal Virgin Forest dan 70.45 M3/ha pada areal bekas tebangan (LOA). Potensi rata-rata untuk jenis kayu komersial Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah 53.05 M3/ha pada areal Virgin Forest dan 35.55 M3/ha pada areal bekas tebangan (LOA), dengan komposisi jenis dominan Meranti Merah, Meranti Kuning, Meranti Putih, Keruing, Kapur dan Kempas. Untuk rata-rata jumlah batang/ha (N/ha) anakan sampai tiang dari pengamatan RKT 1999 sampai dengan 2001 dan RKL I sampai dengan RKL III, sebagai berikut, anakan : 8.657, pancang : 1.565 dan tiang : 1.090. Tanah dan Iklim Jenis sebagian besar komplek Latosol dan Litosol (96%) dan sebagian kecil berupa Podsolik Merah Kuning (4%) dengan tipe iklim Tipe A menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1952). Variasi curah hujan relatif kecil, hampir merata sepanjang tahun, sehingga sangat mengganggu operasi kegiatan penebangan, dan kegiatan lapangan lainnya. Fauna Jenis fauna penting yang dijumpai di areal hutan adalah : oriental pied-hornbill (Anthracoceros albiraotris), owa-owa (Hylobates muelleri), helmeted hornbill/rangkong (Buceros vigil), kangkareng/ enggang

(Anthroceros convexus), slow loris/kukang (Nyticebus coucang), pelanduk (Tragulus napu), kijang (Muntiacus muntjak), dan rusa/payau (Cervus unicolor). Flora Jenis flora yang dilindungi yang terdapat di areal hutan antara lain : Manggeris (Koompasia excelsa), Durian hutan (Durio spp), Elai (Durio kutejensis), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Tengkawang (Shorea pinanga). Pengelolaan Hutan Persiapan/perencanaan. Untuk mengetahui potensi sumberdaya hutan yang ada dilakukan inventarisasi. Teknik atau metode sampling yang digunakan umumnya adalah line sampling untuk mengetahui potensi tegakan dan line plot sampling untuk fauna, sedangkan untuk Petak Ukur Permanen (PUP) dilakukan sensus untuk mengetahui perkembangan riapnya. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, untuk memonitor dan mengendalikan kegiatan tersebut terhadap kualitas lingkungan di pandu dalam Dokumen Studi Evaluasi Lingkungan (SEL). SEL disetujui oleh komisi PUSAT AMDAL DEPHUT Nomor: 4301/ DJ- VI/ PA/1993 Tanggal: 29 Desember 1993. Sedangkan untuk panduan pemantauan dan pengelolaan disusun dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).RKL dan RPL disetujui Komisi PUSAT AMDAL DEPHUT Nomor: 125/ DJ- VI/ AMDAL/ 94 Tanggal : 14 September 1994 Sistem Silvikultur/Pengaturan Hasil. Pengelolaan hutan dilaksanakan dengan Sistem Silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Sesuai dengan SK Menteri Kehutanan Nomor SK. 335/Menhut-II/2004 jangka waktu pengelolaan yang diberikan kepada PT. Intracawood Manufacturing berlaku sampai dengan tahun 2049, terhitung tahun 2004 berlaku selama 45 tahun atau 9 rencana pengelolaan lima tahunan, dengan etat luas sebesar : 3,972 ha/tahun, dan etat volume (AAC/Annual Allowable Cut) ditetapkan sebesar : 145,760 m3/tahun. AAC tersebut ditetapkan oleh Departemen Kehutanan yang diadasarkan atas hasil inventarisasi potensi tegakan di unit manajemen denagn basis penghitungan luasan areal efektif tebang. Selain itu pemerintah juga telah menetapkan kuota tebangan untuk suatu wilayah/propinsi yang disesuaikan dengan potensi wilayah tersebut yang kemudian didistribusikan ke masing-masing unit manajemen sesuai dengan kemampuan riil. Sampai saat ini data-data dari Petak Ukur Permanen belum sepenuhnya menjadi dasr untuk pertimbangan penetapan AAC Sampai akhir daur luas efektif tebangan diperhitungkan akan meliputi areal seluas : 180,235 ha dengan volume sebesar : 6,484,051 m3. Pemanenan Hutan. Dalam melaksanakan kegiatan pemanenan hutan, PT. Intracawood Mfg menerapkan sistem pembalakan secara benar dan terkendali (proper and controlled logging), atau yang lazim disebut sebagai Reduced Impact Logging (RIL). Dalam pemanenan hutan ini dilakukan seleksi terhadap pohon yang akan dipanen berdasarkan kriteria : jenis, diameter, kualitas pohon, tapak tempat pohon berada dan kebiasaan/adat masyarakat setempat. Pelaksanaan pemanenan hutan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat-alat konvensional seperti buldozer CAT D7 G untuk penyaradan, CAT D8 H, CAT D7 G, CAT D6, excavator, motor grader dan dump truck untuk pembuatan jalan.Kegiatan pemanenan hutan juga didukung dengan adanya kegiatan perencanaan yang baik dengan mengunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan perangkat lunak lainnya sehingga petak blok dan petak tebangan sangat akurat. Peta penyebaran pohon dibuat dan merupakan panduan dalam operasi pemanenan hutan. Untuk dapat melaksanakan RIL sesuai dengan kondisi areal PT. Intracawood Mfg, sampai saat ini masih terus dilakukan pengembangan, dan pelatihan sistem inventarisasi hutan yang dapat menghasilkan peta topografi skala besar yang akurat. Dengan memiliki Peta Blok Tebangan (1/35 luas areal) dan Petak Tebangan yang akurat (geo-coorrected) dan pengawasan penebangan yang ketat oleh pengawas blok tebangan (foreman) pelaksanaan penebangan dapat dilakukan dengan konsisten dan konsekwen serta hanya dilakukan dalam Blok dan Petak Tebangan yang disyahkan, hal ini menjamin bahwa pemanenan yang dilaksanakan oleh PT. Intracawood Mfg sangat memperhatikan kelestarian sumber daya hutan. Dengan melaksanakan penebangan secara benar dan terkendali berarti menjaga kondisi tegakan hutan untuk daur berikutnya. Selain melakukan kegiatan pembinaan hutan juga sangat penting dilakukan perlindungan dan pengamanan hutan untuk menghindari terjadinya tebang ulang (relogging) dan illegal logging. Sejak beroperasi tahun 1990 sampai dengan tahun 2005, selama 16 (enam belas) tahun, total luas penebangan PT. Intracawood Mfg adalah : 55.212 ha dengan total volume sebesar : 2.085.321 m3 atau rata-rata sama dengan : 3.450,75 ha/th atau : 130.970,37 m3/th, atau hanya : 37,76 m3/ha.

Apabila Sistem Silvikultur TPTI selama ini didasarkan pada asumsi riap hutan hujan tropika Indonesia sebesar : 1 m3/ha/th, maka seharusnya PT. Intracawood Mfg. dapat melaksanakan pemanenan rata-rata : ± 180.000 m3/th. Namun dalam realitanya PT. Intracawood hanya memanen rata-rata sebesar : 130.970,37 m3/th. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa eksploitasi hutan/penebangan yang dilakukan PT. Intracawood Mfg. tidak eksploitatif-destruktif, tetapi sangat konservatif, tidak banyak merubah streuktur dan komposisi sumber daya hutan.. Berdasarkan hasil 5 (lima) kali pengukuran yang pengolahan datanya dibantu oleh Pusat Penilitian dan Pengembangan Dephut, Bogor dari plot PUP unit Sekatak diperoleh riap volume kotor sebesar 3,58 m3/ha/tahun. Hasil tersebut belum mempertimbangkan mortality yang terjadi di dalam tegakan, yang bila diperhitungan dapat menghasilkan riap yang lebih kecil dari pada perhitungan riap volume tersebut diatas. Untuk tahun 2006, sesuai dengan RKT 2006 yang sudah disayahkan Dinas Kehutanan dengan SK. Nomor : 522.110.1/01/Kpts/RKT/DK-VII/2005 tanggal 30 Desember 2005, PT. Intracawood memperoleh Target Tebangan, luas : 6.209 ha, dengan volume : 182.803 m3. Monitoring Dampak Pemanenan Hutan. Areal PT. Intracawood Mfg merupakan kawasan hutan hujan tropika basah, dengan topografi mulai dari datar sampai berbukit. Untuk meminimalkan dampak terhadap kualitas tanah, air dan tegakan tinggal maka PT. Intracawood Mfg selain menerapkan RIL, juga melakukan upaya-upaya penanaman tumbuhan merambat (cover crop) dalam rangka menghambat gerakan aliran permukaan, mencegah erosi, dan sedimentasi dalam badan sungai. Mengingat kondisi topografi dan beragamnya asosiasi tumbuhan yang ada, maka penataan kawasan merupakan hal utama dalam melaksanakan upaya konservasi. Selain menetapkan kawasan-kawasan konservasi seperti : kawasan lindung (lereng > 40%, sempadan sungai, dll ), kawasan plasma nutfah, kawasan ekologi unik, dan PUP, bekerjasama dengan dan dibantu oleh The Nature Conservancy (TNC), PT. Intracawood Mfg juga telah menetapkan sebuah kawasan hutan yang bernilai konservasi tinggi seluas : 8.350 ha, yang disebut High Conservation Value Forest (HCVF). HCVF (hutan bernilai konservasi tinggi) dimaksud merupakan representasi dari hutan hujan tropika dataran rendah yang memliki tingkat keaneka-ragaman hayati sangat tinggi yang masih utuh, ditetapkan sebagai kawasan yang mutlak dilindungi dan tidak boleh ada aktivitas pemanenan hutan. Selain HCVF, berdasarkan informasi dari masyarakat PT. Intracawood Mfg juga menetapkan tempat-tempat yang secara spesifik memiliki makna penting bagi masyarakat, seperti kuburan, dll. Selain itu berdasarkan kepentingan bersama, PT. Intracawood Mfg berinisiasi unuk mewujudkan batas desa, baik batas administratif maupun batas kesepakatan antar desa di masing-masing desa yang ada di dalam areal unit manajemen. Tumbuhan penting bagi masyarakat juga di identifikasi bersama untuk tidak dirusak atau terganggu sewaktu kegiatan pemanenan hutan. Pemantauan lingkungan dilakukan untuk mengetahui dampak terhadap kualitas fisik lingkungan. Tanah, analisa sifat fisik Tanah. Parameter yang dipantau untuk melihat perubahan kualitas tanah ialah sifat fisik tanah tekstur, struktur dan permeabilitas tanah. Hidrologi dan kualitas air, pemantauan laju sedimentasi. Kandungan muatan tersuspensi dari Sub Das sungai Rian berkisar antara 800–1.400 mg/l, kisaran debit suspensi (QS) yaitu 0.00007–0.00160 kg/s, kisaran debit sedimentasi 2.14–50.33 ton/th (pengamatan thn 2004). Pemantauan laju erosi, tingkat erosi pada hutan alam (VF) dengan metode bak ukur adalah 0.265 ton/ha/th. Pada hutan bekas tebangan (LOA) dengan metode bak ukur juga, besarnya erosi 0.303 ton/ ha/ th (pengamatan thn 2004). Pemantauan SPAS dan debit alir sungai, jumlah hari hujan 159 hari, dengan total

curah hujan : 2,627.00 mm, tinggi muka air (tma) rata-rata 1.54 m. Debit rata-rata sungai 4.22 (m3/dtk). (Lokasi Km 18, Sungai Bengalun, 2004). Uji kekeruhan dan kualitas air, suhu air sungai di areal kerja berkisar antara 24–28 ºC termasuk normal. Nilai kecerahan air berkisar antara 3–58 cm (pengamatan thn 2004). Pengelolaan Sosial Areal kerja PT. Intracawood Mfg termasuk dalam wilayah Kecamatan Sekatak dan Kecamatan Sesayap (Kabupaten Bulungan) serta Kecamatan Malinau, Kecamatan Malinau Barat dan Kecamatan Malinau Selatan (Kab. Malinau), yang secara keseluruhan terdapat : 36 desa, baik yang berada di dalam maupun di sekitar areal kerja. Saat ini dan di masa yang akan datang, pengelolaan sosial menjadi aspek pengelolaan hutan yang sangat penting. Selama orde baru, pengusahaan hutan ternyata tidak banyak memberikan manfaaat dan hasil kepada masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan. Tekanan sosial terhadap areal kerja cukup tinggi, hal ini antara lain disebabkan ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan yang masih sangat tinggi sehingga menuntut adanya pelaksanaan pengelolaan hutan oleh PT. Intracawood Mfg yang ramah sosial. Kondisi ini menjadi lebih komplek sesudah era reformasi, yang diikuti dengan proses demokratisasi yang dalam realitanya sering berupa kebebasan berbuat apa saja, terutama dalam mengajukan klaim dan atau tuntutan / gugatan dalam memperoleh manfaat dan hasil dari perusahaan. Eskalasi konflik sosial meningkat, inilah masalah utama yang umumnya harus dihadapi dan diselesaikan oleh perusahaan. Pelaksanaan program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) yang dilaksanakan mengarah kepada budidaya secara intensif (pertanian, perikanan, pertukangan, perdagangan) meskipun didasarkan pada hasil Studi Diagnostik, ternyata belum berhasil mengatasi konflik. Untuk mengatasi hal tersebut PT. Intracawood Mfg dengan bantuan (pribadi) Dr. Iwan Tjitrajaya, dari LP3AtE-UI mulai membangun komunikasi dengan masyarakat untuk mengetahui masalah yang sebenarnya. Selain

itu melakukan Survey Sosial untuk memperoleh data/informasi yang selengkap-lengkapnya, menempatkan para petugas pendamping yang di desa-desa, membentuk forum komunikasi, yang tujuan utamanya adalah menemukan mekanisme cara menyelesaikan konflik apabila ada. Setelah menempuh berbagai dialog dan pertemuan akhirnya disepakati beberapa bentuk kompensasi, bantuan dan upaya pemberdayaan antara masyarakat dan perusahaan. Untuk memudahkan dalam pendekatan pelaksanaan kelola sosial dan mengelola konflik sebaik-baiknya (mencegah, mengurangi dan menyelesaikan konflik) maka PT. Intracawood Mfg telah membagi wilayah ke dalam 4 (empat) kawasan kelola sosial. Kawasan Kelola Sosial pada dasarnya adalah wilayah desa (Administrasi Pemerintah) dan masyarakat (Komunitas) yang berada baik di dalam areal maupun yang berada di luar areal kerja PT. Intracawood Mfg. Dalam rangka menghormati kepentingan masyarakat lokal, masyarakat tetap dapat mengakses sumber daya hutan antara lain dapat memenuhi kebutuhan akan “papan” untuk kepentingan sendiri, berburu, memanfaatan hasil hutan non-kayu lainnya. Untuk dapat meningkatkan manfaat hutan kepada masyarakat, PT. Intracawood Mfg mengembangkan program Membangun Hutan Rakyat (MHR). Program ini mengenalkan jenis pohon pionir yang dahulu tidak memiliki nilai ekonomis yaitu Jabon (Antecephalus sp) untuk ditanam di areal jakau (kebun individu di dalam hutan) dan areal kosong di hutan dengan sistem bagi hasil. Diharapkan dari MHR ini nanti pendapatan masyarakat dapat meningkat dan akan dapat memasok bahan baku kayu bagi industri plywood sehingga kebutuhan akan kayu rimba alam dapat dikurangi. Industri PT. Intracawood manufacturing Industri pengelolaan kayu PT. Intracawood Mfg menghasilkan produk plywood, blockboard dan wood working, masing-masing dengan kapasitas output per tahun adalah 120.000 m3, 18.000 m3, dan 3.600 m3. 95% dari produk-produk tersebut di ekspor ke negara Jepang, Amerika, Korea, dan Eropa. PT. Intracawood Mfg telah mendapat sertifikat untuk berbagai prestasi, antara lain penghargaan Primaniyarta sebagai eksportir non migas, JAS untuk produk panel kayu, ISO 9000 versi 2000 sebagai prosedur dan standar industri dan penilaian industri dengan kinerja baik dari Lembaga Penilai Independen (LPI) kriteria Departemen Kehutanan. PT. Intracawood Mfg dan Pengelolaan Hutan Lestari PT. Intracawood Mfg (IWM) mempunyai komitmen tinggi yang kuat dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan alam produksi lestari (PHAPL). Proses sertifikasi PT. IWM dilakukan dengan program Joint Certification dengan Lembaga sertifikasi Smartwood (diakreditasi oleh FSC). Berdasarkan penilaian kinerja pengelolaan hutan secara sukarela, PT. Intracawood Manufacturing dinilai telah memenuhi prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan alam produksi lestari oleh badan sertifikasi yaitu PT. TUV International Indonesia yang menggunakan standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) dengan tingkat kelulusan PERUNGGU.

Proses Sertifikasi PHPL PT Intracawood Mfg. 1. Proses Aplikasi. Proses sertifikasi PT Intracawood Manufacturing (IWM) merupakan proses sertifikasi

Bersama “Joint certification Protocol” yang pertama sejak lahirnya isu sertifikasi PHAPL di Indonesia, aplikasi permohonan sertifikasi ditujukan tidak kepada PT TUV Intrenational Indonesia, karena saat itu proses akreditasi untuk PT TUV masih belum selesai, PT IWM mengajukan applikasi langsung kepada Smartwood pada bulan Januari tahun 2000 .

2. Proses Penapisan Awal. Proses penapisan awal dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan PT IWM untuk melangkah ketahap penilaian lapangan. Pada saat proses penapisan PT IWM, proses akreditasi belum selesai, oleh karena itu proses penapisan dilakukan oleh tim evaluasi dari LEI langsung bersama dengan kegiatan ‘Scoping visit” oleh tim penilai dari Smatwood, pada tanggal 11-16 Maret 2000 . Tim Penapisan awal dari lembaga Ekolabel Indonesia :

1. Alan Purbawiyatna 2. Asep Sugih Sutana

Sementara tim dari Smartwood yaitu : 1. Scott Stanley (Aspek produksi) 2. Wibowo Djatmiko (Aspek Ekologi) 3. Dwi rahmad Muhtaman (Aspek Sosial) 4. Jeffrey Hayward (Team Leader) 5. Campbell O. Webb (Aspek Ekologi)

Dari hasil ”scoping visit”, tim memutuskan bahwa PT IWM dapat melanjutkan ke proses penilaian lapangan dengan beberapa rekomendasi yang akan dijadikan acuan bagi tim penilai lapangan dalam melakukan penilaian penuh terhadap unit manajemen hutan PT Intracawood Mfg. 3. Pra Penilaian Lapangan. Pada akhir tahun 2000 proses akreditasi Interim PT TUV Intrenational Indonesia oleh Lembaga Ekolabel Indonesia selesai dilakukan, Smartwood memilih PT TII untuk menjadi partner dalam melakukan sertifikasi bersama di PT Intracawood Mfg. Untuk memasuki tahapan proses penilaian lapangan, 30 hari menjelang dilaksanakannya penilaian kedua lembaga sertifikasi mengumumkan secara bersama kepada publik tentang proses sertifikasi PT Intracawood Manufacturing. Pengumuman kepada public tentang proses sertifikasi PHPL PT IWM dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

- Pengumuman melalui media massa nasional dan Lokal (Kaltim Post) pada tanggal 7 February 2001 - Pengumuman melalui email kepada para praktisi kehutanan, LSM dan pihak terkait lainnya pada tanggal

7 February 2001. Pengumuan kepada publik ini dilakukan secara bersama antara pihak PT TUV International Indonesia yang akan menggunakan standar LEI dan Smartwood yang akan menggunakan standar FSC. 4. Forum Konsultasi Daerah/Konsultasi dengan Publik. Sebagai salah satu persyaratan dalam dalam proses sertifikasi PHAPL yaitu adanya tahap pertemuan dengan pihak tarkait di daerah dilokasi dimana areal unit manajemen berada atau dikenal dengan Pertemuan dengan Forum Konsultasi Daerah atau konsultasi publik. Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang semua pihak dari kalangan institusi, pemerintah daerah, LSM, masyarakat adat, dll. Pertemuan dilakukan dengan mengambil lokasi di Samarinda Ibu kota propinsi Kalimantan Timur pada tanggal 12 Maret 2001 Masukan-masukan dari hasil kegiatan konsultasi publik ini kemudian dirangkum dan dijadikan acuan bagi tim penilaian lapangan untuk melakukan penilaian lapangan selain rekomendasi dari Panel Pakar 1. 5. Penilaian Lapangan. Proses penilaian lapangan bersama dilakukan oleh PT TUV International Indonesia yang akan menggunakan standar LEI sebagai acuan penilaian dan Smartwood yang akan menggunakan standar FSC sebagai acuan penilaian. Kegiatan penilaian lapangan bersama ini dilakukan pada tanggal 12-21 Maret 2001. Tim penilai lapangan untuk PT TUV terdiri dari : 1. Ir. Nawa Irianto (Lead Assessor/aspek produksi). 2. Ir. Suwandi Raharjo (Assessor Ekologi) 3. Ir. Ating Sobari (Assessor Sosial) 4. Ir. Sad Hasto (Fasilitator/ Assessor Ekologi) 5. Ir. Cecep Saepullah ( Aspek Produksi) Untuk tim penilai dari Smartwood terdiri dari: 1. Jim Jarvie (Lead Assessor/ Aspek Ekologi) 2. Jim Schweitheem (Assessor Produksi)

3. Scot Stanley (Produksi) 4. Aisyah Erawati Sileuw (assessor sosial) Penilaian lapangan yang dilakukan oleh Tim penilai lapangan PT TUV mengacu pada standar LEI 5000-1 tentang Sistem Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, Pedoman LEI 99-21tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian lapangan Sertifikasi PHAPL dan Pedoman LEI 99-22 sebagai acuan dalam penyusunan laporan hasil penilaian lapangan sertifikasi PHPAL. Ringkasan dari hasil penilaian lapangan terhadap pemenuhan kriteria dan indikator adalah sebagai berikut : Penilaian Aspek Produksi

Indikator Nilai (Skala Intensitas)

P1.1 Kepastian penggunaan lahan sebagai kawasan hutan Cukup

P1.2 Perencanaan dan implementasi penataan hutan menurut fungsi dan tipe hutan

Baik

P1.3 Besaran perubahan penutupan lahan hutan akibat perambahan dan alih fungsi kawasan hutan, kebakaran dan gangguan lainnya

Jelek

P1.4 Sistem manajemen kebakaran hutan

Cukup

P1.5 Pemilihan dan penerapan sistem silvikultur yang sesuai dengan ekosistem hutan setempat.

Cukup

P1.6 Terjaminnya Keberadaan dan macam-macam hasil hutan non kayu

Cukup

P2.1 Pengorganisasian kawasan yang menjamin kegiatan produksi yang berkelanjutan yang dituangkan dalam berbagai tingkat rencana dan diimplementasikan

Baik Sekali

P2.2 Penerapan pengamatan pertumbuhan tegakan dan hasilnya

Baik

P2.3 Produksi tahunan sesuai dengan kemampuan produktivitas hutan

Cukup

P2.4 Efisiensi pemanfaatan hutan

Jelek

P2.5 Kondisi tegakan tinggal

Baik Sekali

P2.6 Keabsahan sistem lacak balak dalam hutan Cukup P2.7 Prasarana pemungutan hasil hutan Baik

P2.8 Penerapan reduce impact logging Cukup P2.9 Pengaturan pemanfaatan hasil hutan bagi masyarakat Cukup

P3.1 Kesehatan perusahaan

Tida ada yang sesuai

P3.2 Peran bagi pembangunan ekonomi wilayah

Baik

P3.3 Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Baik

P3.4 Tersedianya tenaga profesional untuk perencanaan, perlindungan, produksi, pembinaan hutan dan manajemen bisnis

Baik Sekali

P3.5 Investasi dan reinvestasi untuk pengelolaan hutan

Baik sekali

P3.6 Peningkatan modal hutan Baik

Penilaian Aspek Ekologi

Indikator Nilai (Skala Intensitas)

E.1.1 Proporsi luas kawasan yang dilindungi yang berfungsi baik terhadap total kawasan yang seharusnya dilindungi, serta telah dikukuhkan dan/atau keberadaannya diakui pihak-pihak yang terkait

Cukup

E 1.2 Proporsi luas kawasan yang dilindungi yang berfungsi baik terhadap total kawasan yang seharusnya dilindungi dan sudah ditata batas di lapangan

Jelek

E.1.3 Intensitas gangguan terhadap kawasan dilindungi, termasuk dari bahaya kebakaran

Cukup

E.1.4 Kondisi keanekaragaman spesies flora dan/atau fauna di dalam kawasan yang dilindungi pada berbagai formasi/tipe hutan yang ditemukan dalam unit manajemen

Cukup

E.1.5 Intensitas kerusakan struktur hutan dan komposisi spesies tumbuhan

Baik

E.1.6 Intensitas dampak kegiatan kelola produksi terhadap tanah Cukup E.1.7 Intensitas dampak kegiatan kelola produksi terhadap air Baik

E.1.8 Efektivitas pengelolaan kerusakan struktur dan komposisi tegakan/hutan

Baik

E.1.9 Efektifitas teknik pengendalian dampak kegiatan kelola produksi terhadap tanah

Cukup

E.1.10 Efektifitas teknik pengendalian dampak kegiatan kelola produksi terhadap air

Cukup

E.1.11 Efektifitas penyuluhan mengenai pentingnya pelestarian ekosistem hutan sebagai system penyangga kehidupan, dampak efektifitas lewah panen terhadap ekosistem hutan, dan pentingnya pelestarian spesies endemik/ langka dilindungi

Jelek Sekali

E.2.1 Proporsi luas kawasan dilindungi yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan spesies endemik/langka/dilindungi atau ekosistem unik (kawasan khusus) serta telah dikukuhkan

Baik

E.2.2 Proporsi luas kawasan dilindungi yang tertata baik, diperuntukkan secara khusus bagi kepentingan sintasan spesies endemic/langka/dilindungi atau perlindungan ekosistem unik (kawasan khusus) dan sudah ditata batas di lapangan

Cukup

E.2.3 Intensitas gangguan terhadap spesies endemik/langka/dilindungi di dalam kawasan khusus

Baik

E.2.4 Kondisi spesies endemik/langka/dilindungi di dalam kawasan khusus

Baik

E.2.5 Intensitas dampak kegiatan kelola produksi terhadap tumbuhan endemik/langka/dilindungi dan habitatnya

Cukup

E.2.6 Intensitas dampak kegiatan kelola produksi terhadap satwa liar endemik/langka/dilindungi dan habitatnya

Baik

E.2.7 Pengamanan tumbuhan endemik/langka/dilindungi dan habitatnya Cukup E.2.8 Pengamanan satwa liar endemik/langka/dilindungi dan habitatnya Jelek

Penilaian Aspek Sosial

Indikator Nilai (Skala intensitas)

S1.1. Batas antara kawasan konsesi dengan batas kawasan komunitas setempat terdeliniasi secara jelas dan diperoleh melalui persetujuan oleh pihak yang terkait di dalamnya.

Jelek

S1.2 Akses dan kontrol penuh masyarakat secara lintas generasi terhadap kawasan hutan adat terjamin.

Jelek

S1.3. Akses pemanfaatan hasil hutan oleh komunitas secara lintas generasi di dalam kawasan konsesi terjamin.

Cukup

S1.4. Digunakannya tata cara atau mekanisme penyelesaian sengketa yang tepat terhadap pertentangan klaim atas hutan yang sama

Cukup

S2.1. Sumber-sumber ekonomi komunitas minimal tetap mampu mendukung kelangsungan hidup komunitas secara lintas generasi.

Baaik

S2.2. Adanya pengakuan dan kompensasi formal terhadap penggunaan pengetahuan tradisional masyarakat adat di dalam sistem pengelolaan hutan yang diterapkan Unit Manajemen

Tidak relevant

S2.3. Komunitas mampu mengakses kesempatan kerja dan berusaha secara terbuka

Cukup

S2.4. Modal domestik berkembang Cukup

S2.5. Peninjauan berkala terhadap tingkat kesejahteraan karyawan Baik

S3.1. Terjaminnya hak-hak asasi manusia Baik

S3.2. Minimalisasi dampak Unit Manajemen pada integrasi sosial dan kultural

Cukup

S3.3. Promosi pemberdayaan komunitas dan karyawan Baik

S4.1. Minimalisasi dampak kegiatan pada kesehatan masyarakat setempat.

Cukup

S4.2. Kerjasama dengan otoritas kesehatan Baik

S5.1. Keberadaan pelaksanaan kesepakatan kerja bersama Cukup

S5.2. Pelaksanaan UMR Baik

S5.3. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan Cukup Seluruh hasil penilaian berikut dokumen-dokumen pendukungnya diserahkan kepada Tim Panel Pakar II untuk dievaluasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan sertifikasi. 6. Proses Evaluasi dan Keputusan Sertifikasi oleh Panel Pakar II Tahap selanjutnya dari proses sertifikasi ini yaitu tahap evaluasi dan pengambilan keputusan sertifikasi. Tahap ini dilakukan oleh Tim Panel Pakar II, tim ini bernggotakan minimal 6 orang, terdiri dari tim panel pakar I yang melakukan tahap penapisan awal dan beberapa tambahan panel pakar dari aspek produksi, ekologi dan sosial berikut pakar dari utusan daerah dimana unit manajemen berada. Susunan tim terdiri dari :

- Ir. Bahruni (aspek produksi) - Dr. Ir. Yosef Ruslim (aspek Produksi) - Dr. Ir. Machmud Thohari (aspek Ekologi)

- Dr. Ir. Sigit Hardwinarto (aspek Ekologi) - Ir. Imam Kuncoro, MSc (Aspek Sosial) - Dr. Ir. Pudji Muljono (Aspek Sosial)

Tim Panel Pakar bekerja setelah menelaah laporan hasil penilaian lapangan dan presentasi dari tim penilai lapangan. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Mei -2 Juni 2001 berlokasi di Bogor. Hasil evaluasi dengan menggunakan sistem AHP diperoleh hasil sebagai berikut: Evaluasi Kinerja Aspek Produksi PT. Intracawood Manufacturing 2001.

No Keterangan Nilai 1 Nilai total maksimum 1,0000

2 Nilai total minimum 0,180

3 Nilai standar (nilai minimal kelulusan) 0,544

4 Nilai aktual 0,544 Evaluasi Kinerja Aspek Ekologi PT. Intracawood Manufactuirng 2001.

No Keterangan Nilai 1 Nilai total maksimum 1,0000

2 Nilai total minimum 0,117

3 Nilai standar (nilai minimal kelulusan) 0,325

4 Nilai aktual 0,418 Evaluasi Kinerja Aspek Sosial PT Intracawood Manufactuirng 2001

No Keterangan Nilai 1 Nilai total maksimum 1,000

2 Nilai total minimum 0,099

3 Nilai standar (nilai minimal kelulusan) 0,33

4 Nilai aktual 0,343

Dari penilaian ketiga aspek yaitu aspek produksi, aspek ekologi dan aspek sosial, maka pencapaian kinerja PHAPL PT. Intracawood Mfg adalah penilaian kinerja secara total dari ketiga aspek tersebut. Dengan proses AHP diperoleh penilaian kinerja secara total adalah seperti tertera pada tabel di bawah ini. Tabel Nilai hasil evaluasi kinerja PHAPL secara total PT. Intracawood Manufactuirng

No Keterangan Nilai 1 Nilai total maksimum 1,0000 2 Nilai total minimum 0,135 3 Nilai Total standar (baku) 0,4146 4 Nilai Total aktual 0,4384 5 Bobot Perbandingan Produksi : Ekologi : Sosial 0,4 : 0,2 : 0,4

Adapun tingkat kelulusan sertifikasi kinerja PHAPL untuk PT. SBK adalah sebagai berikut : - Emas (Gold) : Di atas 0,805 - Perak (Silver) : 0,610 – 0,805 - Perunggu (Bronze) : 0,415 – 0,609 - Tembaga (Copper) : 0,275 – 0,414 - Seng (Zinc) : 0,135 – 0,274 Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi Panel pakar Ii terhadap semua dokumen yang tersedia, hasil peninjauan lapangan oleh tim penilai lapangan serta penjelasan dari unit manajemen PT Intracawood Manufacturing diperoleh nilai total standar = 0,4146 dan nilai total actual = 0,4384 maka dengan demikian PT Intracawood Manufacturing Propinsi Kalimantan Timur dengan luas 147.600 ha dinyatakan LULUS Sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari berdasarkan Standar LEI 5000-1 dengan peringkat Perunggu. Tim panel pakar juga mengeluarkan beberapa rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan oleh unit manajemen PT SBK, yang hasil perbaikannya akan dinilai oleh tim penilikan . Penerbitan Sertifikat PHAPL Meskipun status kelulusan sudah keluar dari tim Panel Pakar II, namun dikarenakan proses sertifikasi ini dilakukan dengan menggunakan konsep sertifikasi bersama sesuai dengan aturan yang dinyatakan dalam dokumen “Joint Certification Protocol”, PT TUV International belum boleh menerbitkan sertifikat sampai keputusan sertifikasi dari Smartwood keluar. Akhirnya sesuai dengan rekomendasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia Sertifikat PHAPL untuk PT Intracawood Manufacturing diterbitkan pada tanggal 24 Februari 2006 dengan nomor sertifikat 824 111 05001 setelah sebelumnya dilakukan audit verifikasi tahunan oleh PT TII. Sertifikat ini akan berlaku sampai dengan tanggal 23 Februari 2011. Penilikan (Surveillance) Pertama Penilikan pertama dilakukan pada tanggal 07-12 Oktober 2002 untuk memastikan bahwa kinerja unit manajemen hutan PT Sari Bumi Kusuma masih tetap memenuhi kriteria dan indikator LEI, meskipun sertifikat belum diterbitkan. Penilikan tahunan ini seharusnya dilakukan di bulan Juni 2002, namun atas permohonan dari manajemen PT SBK untuk alasan internal, kegiatan ini mundur beberapa bulan dari jadwal seharusnya, Tim surveillance terdiri dari :

1. Ir. Bahruni (Panel Pakar Aspek Sosial) 2. Ir. Sad Hasto (assessor Ekologi) 3. Ir. Ating Sobari(assessor Sosial)

Kegiatan penilikan bertujuan untuk: 1. Memperbaharui data dan informasi serta isue mengenai PT. IWM setelah unit manajemen dinyatakan lulus selama

satu tahun dan mengevaluasi apakah perubahan-perubahan setelah proses penilaian lapangan tahun lalu masih relevan dan tidak akan mempengaruhi keputusan sertifikasi yang telah dibuat atau ada perbaikan-perbaikan yang dibuat sehingga kinerjanya meningkat..

2. Melakukan verifikasi terhadap beberapa kasus terkini seperti kasus ilegal logging, kasus mogok buruh dan kasus Muhammad Opu

3. Memverifikasi indikator kunci dari rekomendasi Panel Pakar II yang tertuang dalam laporan evaluasi oleh Panel Pakar II.

Dari Hasil Penilikan Tahun 2002 ini, Kinerja Unit Manajemen PT. IWM masih belum memperlihatkan perubahan yang memadai bagi tercapainya kinerja PHAPL yang lebih baik.

Penilikan (Surveillance) kedua Penilikan pertama dilakukan pada tanggal 20-24 Juni 2005 untuk memastikan bahwa kinerja unit manajemen hutan PT Intracawood Manufactuirng masih tetap memenuhi kriteria dan indikator LEI, hasil penilikan ini akan dijadikan pedoman kembali untuk menrbitkan sertifikat, setelah program JCP berakhir dan PT TUV diperbolehkan untuk menerbitkan sertifikat oleh LEI. Penilikan tahunan ini seharusnya dilakukan di tahun 2003, namun atas permohonan dari manajemen PT IWH untuk alasan internal, kegiatan ini mundur 2 tahun dari jadwal seharusnya.. Tim surveillance terdiri dari :

1. Ir. Cecep Saepullah (Assessor Aspek produksi) 2. Dr. Ir. Machmud Thohari (Assessor Aspek Ekologi) 3. Ir. Ating Sobari(Assessor Aspek Sosial)

Tujuan dilakukannya penilikan atau surveillance terhadap PT. IWM tersebut adalah :

1. Memperbaharui data dan informasi serta isue mengenai PT. IWM setelah unit manajemen dinyatakan lulus pada Tahun 2001 dan mengevaluasi apakah perubahan-perubahan setelah proses penilaian lapangan pada Tahun 2001 dan Surveillance pada Tahun 2002 masih relevan dan tidak akan mempengaruhi keputusan sertifikasi yang telah dibuat atau ada perbaikan-perbaikan yang dibuat sehingga kinerjanya meningkat.

2. Melakukan verifikasi lapangan kembali sehubungan berubahnya hak pengelolaan areal hutan dengan diterbitkannya SK IUPHHK kepada PT. IWM No. 335/ Menhut-II/2004 tanggal 31 Agustus 2004.

3. Memverifikasi indikator kunci dari rekomendasi Panel Pakar II dan hasil surveillance tahun 2002 Dari Hasil Penilikan Tahun 2005 ini, Kinerja Unit Manajemen PT. IWM Mengalami peningkatan nilai kinerja seperti yang dijabarkan pada tabel berikut ini. Dari hasil input data dalam AHP diperoleh kinerja PHAPL untuk semua aspek seperti di bawah ini :

Aspek Produksi Ekologi Sosial Bobot 0.400 0.200 0.400 Standar 0.544 0.325 0.330 Aktual 0.600 0.421 0.390 Minimum 0.180 0.117 0.099

Dari hasil perkalian antara nilai aktual dan bobot setiap aspek, maka hasil nilai kinerja secara umum adalah sebagai berikut :

Hasil PP II Hasil Penilikan Peningkatan

Kinerja

Total Standar

0.415 0.415 0.000 Total Aktual 0.438 0.480 0.042 Total Minimum 0.135 0.135 0.000 Selang bawah 0.140 0.140 0.000 Selang atas 0.195 0.195 0.000

Dengan nilai aktual sebesar 0.480 di atas nilai standar sebesar 0.438, maka unit manajemen masih memenuhi standard kelulusan dengan Peringkat Perunggu pada range nilai 0.415– 0.609. Berikut ini adalah range nilai kinerja untuk masing-masing kelas atau peringkat kelulusan : 1. Emas : di atas 0.805 ( > 0.805)

2. Perak : 0.610 – 0.805 3. Perunggu : 0.415 – 0.609 4. Tembaga : 0.275 – 0.414 5. Seng : 0.135 – 0.274 Berdasarkan hasil penilikan ini dan mempertimbangkan kinerja pengelolaan hutan yang terus meningkat, maka kemudian PT TUV International Indonesia menerbitkan sertifikat Pengelolaan Hutan Alam produksi lestari untuk PT Intracawood Manufacturing.