case vini hiv.docx

23
CASE REPORT AIDS/HIV DENGAN ANEMIA Vini Aulia Putri 1 Alex Barus 2 1 Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Alamat: Jl. Perkasa,Gg, Pratama, Pekanbaru, E-mail: Viniauliaputri @ gmail .com 2 Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau Abstrak Pendahuluan: Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Laporan kasus: Perempuan E, 26 tahun, masuk RSUD AA dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS. demam intermitten. Demam meningkat pada malam hari. Pada sore hari pasien mengeluh menggigil, mual dan berkeringat. Mual (+) muntah (+), muntah bercampur makanan, tidak bercampur darah, muntah 5 kali sehari sebanyak setengah gelas aqua. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada kepala bagian depan. Badan terasa pegal- pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan lemah. Pasien juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada. Buang air kecil sedikit dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak lancar, warna kuning kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit (-). Riwayat berpergian keluar kota (-),pasien sering membeli makanan diluar. Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016Page 1

Upload: vini

Post on 07-Jul-2016

236 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: case vini HIV.docx

CASE REPORT

AIDS/HIV DENGAN ANEMIA

Vini Aulia Putri1 Alex Barus2

1Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,Alamat: Jl. Perkasa,Gg, Pratama, Pekanbaru, E-mail: Viniauliaputri @ gmail .com 2Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau

AbstrakPendahuluan: Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.Laporan kasus: Perempuan E, 26 tahun, masuk RSUD AA dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS. demam intermitten. Demam meningkat pada malam hari. Pada sore hari pasien mengeluh menggigil, mual dan berkeringat. Mual (+) muntah (+), muntah bercampur makanan, tidak bercampur darah, muntah 5 kali sehari sebanyak setengah gelas aqua. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada kepala bagian depan. Badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan lemah. Pasien juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada. Buang air kecil sedikit dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak lancar, warna kuning kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit (-). Riwayat berpergian keluar kota (-),pasien sering membeli makanan diluar.

Pada pemeriksaan status generalis ditemukan pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 38,40C. pada pemeriksaan fisik mata, telinga, hidung dan leher tidak ditemukan adanya kelainan. Pada lidah didapatkan lidah kotor (+). Pada thoraks paru dan jantung ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb, leukosit, hematokrit, dan trombosit dalam batas normal. Pada pemeriksaan Anti Salmonela IgM didapatkan Anti Salmonella IgM Reaktif skor 4. Dengue : IgG (-), IgM (-)

Kesimpulan: Pasien didiagnosis demam tifoid. Penatalakanaan yang diberikan pada pasien ini adalah bed rest,diet rendah serat, IVFD Ringer Laktat 20 tpm, Paracetamol 3 x 500 mg, Inj Ondansentron 2 x 4 mg, Ciprofloxacin 2 x 200 mg per hari

Key words : Demam tifoid

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 1

Page 2: case vini HIV.docx

CASE REPORT

PENDAHULUAN

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini

berkembang secara pandemik. Obat dan vaksin untuk mengatasi masalah ini belum

ditemukan, kerugian yang ditimbulkan tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di

bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi (Depkes RI 2010).

Berdasarkan catatan kasus United Nations Programme on HIV/AIDS

(UNAIDS) tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV didunia sampai akhir tahun

2010 terdapat 34 juta orang, dua pertiganya tinggal di Afrika kawasan Selatan Sahara,

di kawasan itu kasus infeksi baru mencapai 70 %, di Afrika Selatan 5,6 juta orang

terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS

sekitar 840 ribu, di Jerman secara akumulasi ada 73 ribu orang, kawasan Asia Pasifik

merupakan urutan kedua terbesar di dunia setelah Afrika Selatan dimana terdapat 5

juta penderita HIV/AIDS.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31

Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29

Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.

Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan

29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal

tahun 2000 estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 –

130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan

India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan

infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus

yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini

akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.

Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,

namun penyakit ini benar-benar belum bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan

melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 2

Page 3: case vini HIV.docx

CASE REPORT

darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan

vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan

intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,

antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak

lainnya dengan cairan-cairan tubuh (Depkes RI 2006).

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut pada saluran cerna

dengan karakteristik demam yang berlangsung lama yaitu lebih dari tujuh hari.

Demam tifoid juga disebut dengan Typus Abdominalis, Typhoid Fever, atau Enteric

Fever.1

Epidemiologi

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Didaerah

endemic penyebaran tifoid terjadi melalui air yang tercemar oleh S.typi sedangkan

pada daerah nonendemik penularan terjadi melalui makanan yang tercemar oleh

karier.1

Insidens demam tifoid bervariasi tiap daerah terkait dengan sanitasi

lingkungan. Didaerah jawa barat 157 kasus per 100.000 penduduk sedangkan

didaerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk.

Capillaary Fatality Rate (CFR) demam tifoid pada tahun 1996 sebesar 1,08 %

dari seluruh kematian di Indonesia. 2

Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri golongan Salmonella spp seperti

Salmonella typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C.dengan marfologi

batang gram negatif tanpa spora yang mampu bertahan hidup pada suhu 15-410C dan

mati pada suhu 560C, keadaan kering serta dengan antiseptik.4

Patofisiologi

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 3

Page 4: case vini HIV.docx

CASE REPORT

Bakteri S.typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang

sudah tercemar oleh feses atau urin orang yang terinfeksi bakteri S.typhi. Cara

penyebaran dari S.thypi dapat melalui muntahan, urin dan kotoran dari penderita yang

dibawa oleh lalat yang kemudian mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran

maupun buah-buahan segar. Pada saluran cerna, sebagian kuman mati akibat asam

lambung (HCL) dan sebagian lagi dapat bertahan yang selanjutnya akanberkembang

biak.Apabila respon imunitas humoral pada mukosa usus buruk, maka kuman akan

menembus epitel sampai ke lamina propria dan akan terus berkembang biak.

Kemudian makrofag akan memfagosit bakteri tersebut serta membawanya ke plak

peyeri ileum distal kemudian ke kelenjer getah bening mesenterika. Kuman yang

terdapat dalam makrofag tersebut akan masuk ke sirkulasi melalui duktus torasikus

yang mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatis. Kemudian akan

menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama ke hati dan limpa

melalui kepiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu. Bakteri dapat mencapai empedu

dan dapat larut disana. Melalui empedu yang terinfektif maka akan terjadi invasi

kedalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat daripada invasi tahap pertama

sehingga muncul tanda-tanda dan gejala klinik infeksi sistemik.2

Diagnosis

Gejala klinis yang dpaat muncul pada minggu pertama yaitu keluhan dan

gejala berupa infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri

otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,

batuk, epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang

meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore

hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa

demam, bradikardia relative (peningkatan suhu 10C tanpa disertai peningkatan denyut

nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah

serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa

somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada

orang Indonesia. 2

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 4

Page 5: case vini HIV.docx

CASE REPORT

Pada pemerikasaan laboratorium ditemukan kadar hemoglobin menurun

dikarena perdarahan tersembunyi pada intra abdomen pada diakhir minggu ke 3-4.

Hitung leukosit sering rendah (leucopenia) tetapi dapat pula normal atau menigkat.

Jumlah trombosit normal atau menurum (trombositopenia), laju endap darah

meningkat.2

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan adalah Uji Widal. Pada uji

Widal terjadi reaksi aglutinas antara antigen kuman S.Typhi dengan antibodi pada

serum penderita tersangka demam tifoid yang disebut aglutinin. Aglutinin O (dari

tubuh kuman), agglutinin H (flagella kuman). Semakin tinggi titer maka semakin

besar kemungkinan terinfeksi kuman. Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada

minggu pertama demam dan mencapai puncak pada minggu ke empat, dan tetap

tinggi selama beberapa minggu. 2

Pemeriksaan penunjang lain yang sering dilakukan dalam mendukung

diagnosis demam tifoid yaitu uji tubex. Uji ini merupakan semi kuantitatif kolometrik

yang cepatb dan mudah dikerjakan. Uji ini berguna untuk mendeteksi antibody anti-

S.typhi 09 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti 09

yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida

S.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetic latex. Respon imun terhadap antigen

O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti O9 dapat dilakukan lebih dini

yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder.2

Tabel Interpretasi hasil uji Tubex

Skor Interpretasi< 2 Negatif Tidak menunjuk infeksi tifoid aktif3 Borderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi

pengujian, apabila masih meragukan lakukan pengulangan beberapa hari kemudian

4-5 Positif Menunjukkan infeksi tifoid aktif> 6 Positif indikasi kuat infeksi tifoid

Gold standard pada pemeriksaan demam tifoid adalah dengan biakan empedu.

Hasil yang positif memastikan demam tifoid, tetapi hasil negatif bukan berarti tifoid

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 5

Page 6: case vini HIV.docx

CASE REPORT

dapat disingkirkan. Hasil biakan yang negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa

faktor seperti jumlah darah yang terlalu sedikit < 5 cc, darah tidak segera di

masukkan ke dalam media gall sehingga darah membeku dan bakteri terperangkap di

dalam bekuan, waktu pengambilan sampel yang masih dalam minggu pertama sakit,

sudah mendapat terapi antibiotik serta sudah mendapatkan vaksinisasi.5

Penatalaksanaan

Tatalaksana secara umum

Terapi suportif sangat penting dalam penatalaksanaan demam tifoid seperti

hidrasi intravena, antipiretik, dan nutrisi dan transfusi jika indikasi. > 90% pasien

dapat dirawat dirumah dengan antibiotic oral, perawatan yang cukup dan pemantauan

medis untuk komplikasi atau kegagalan terhadap respon obat. Pasien dengan muntah

yang persisten, diare hebat, dan distensi abdomen dilakukan perawatan dirumah sakit

dan diberi parenteral terapi.6

Trilogi penatalaksanaan demam tifoid yaitu:2

1. Istirahat dan perawatan

Tirah baring diperlukan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat masa

penyembuhan. Dalam hal ini diperhatikan kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus

dan pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan perlu dijaga.

2. Diet dan terapi penunjang

Terapi diet sangat diperlukan karena makanan yang kurang akan menurunkan

keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan

semakin lama.

Pada pasien diberikan diet bubur saring untuk menghindari komplikasi

perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Dapat juga diberikan nasi dengan lauk

pauk rendah selulosa.

3. Pemberian antimikroba

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 6

Page 7: case vini HIV.docx

CASE REPORT

Obat-obatan yang sering digunakan ialah:

1. Kloramfenikol masih menjadi Drug of Choice pada pasien demam tifoid. Dosis

untuk orang dewasa adalah 4 x 500 mg per hari oral atau intravena sampai 7 hari

bebas demam. Dengan pemberian kloramfenikol, rata-rata demam turun dalam

waktu 5 hari.

2. Tiamfenikol dosis dan efektifitasnya sama dengan kloramfenikol. Komplikasi

anemia pada pemberian tiamfenikol lebih jarang daripada kloramfenikol. Demam

turun rata-rata sealama 5-6 hari.

3. Kotrimoksazol (kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol). Dosis untuk

dewasa 2 x 2 tablet per hari, deberikan sampai 7 hari bebas demam. 1 tablet

mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol.

4. Ampisilin dan amoksisilin, efektifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan

kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah paseien demam tifoid

dengan leucopenia.

5. Dosisnya berkisar 50-150 mg/KgBB/hari, diberikan sampai 7 hari bebas demam.

Demam rata-rata turun setelah 7-9 hari pemberian obat.

6. Sefalosporin generasi ketiga seperti septriakson dan sefotaksim. Dosis yang

dianjurkan 3-4 gr dalam 100 cc dekstrosa.

7. Fluoroquinolon seperti siproflosaksin, levoflosaksin, oflosaksin, efektif diberikan

pada demam tifoid namun dosis dan lama pemberian belum diketahui pasti.

8. Terapi pada wanita hamil, kloramfenikol di trimester pertama tidak dianjurkan

karena dikhawatirkan dapat terjadi partus premature, kematian intrauterine.

Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester pertama karna bersifat tertogenik.

Obat yang dianjurkan ialah ampisilin, amoksisilin dan seftriakson.2

Treatment of uncomplicated typhoid fever

Optimal therapy Alternative effective drugsSusceptibilit

yAntibiotic Daily

dose mg/kg

Days Antibiotic Daily dose mg/k

Days

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 7

Page 8: case vini HIV.docx

CASE REPORT

g

Fully sensitive

Fluoroquinolone e.g ofloxacin or ciprofloxacin

15 5-7Chloramphenicol

amoxicillinTMP-SMX

50-7575-1008-40

14-211414

Multidrug resistance

Fluoroquinolon or cefixime

1515-20

5-77-14

Azithromycincefixime

8-1015-20

77-14

Quinolon resistance

Azithromycin or ceftriaxone

8-1075

710-14

cefixime 20 7-14

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu komplikasi intestinal berupa perdarahan

intestinal dan perforasi usus. Komplikasi ekstra intestinal yang dpat terjadi yaitu

komplikasi hematologi

(trombositopenia, peningkatan protrombin time, koagulasi intravascular disaminata),

hepatitis tifosa, penyakit tifosa, miolarditis dan manifestasi neuropsikiatrik.2

LAPORAN KASUS

Pasien Ny. E usia 26 tahun, masuk RSUD AA pada tanggal 12 maret 2016

Anamnesis

Keluhan utama

Mengeluhkan demam tinggi sejak 5 hari SMRS

Riwayat penyakit sekarang

Demam dirasakan naik turun dan tidak pernah mencapai suhu normal. Demam

dirasakan meningkat pada malam hari. Pada sore hari pasien mengeluh menggigil,

mual dan berkeringat. Mual disertai muntah, muntah bercampur makanan, tidak

bercampur darah, muntah terjadi lebih kurang 5 kali sehari sebanyak setengah gelas

aqua. Pasien juga mengeluh nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada

kepala bagian depan. Badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan

lemah. Pasien juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada.

Buang air kecil tidak ada keluhan dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 8

Page 9: case vini HIV.docx

CASE REPORT

lancar, warna kuning kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-

bintik merah pada kulit tidak ada.

2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat penurun panas dari

warung, namun tidak ada perbaikan. Riwayat pasien berpergian keluar kota disangkal

oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Riwayat

darah tinggi, kencing manis, asma tidak ada

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga maupun tetangga yang mengalami keluhan yang sama

dengan pasien

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi

Pasien bekerja sebagai pegawai swasta dan sering membeli makanan diluar.

Riwayat merokok tidak ada, alkohol tidak ada.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan umum pasien ini ditemukan pasien tampak sakit sedang,

kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi

74x/menit, irama regular, napas 20x/menit, suhu 38,40C.

Pemeriksaan kepala dan leher : Wajah tidak pucat, Konjungtiva tidak anemis,

sclera tidak ikterik, pupil bulat, isokor dengan diameter 3/3 mm, reflek cahaya (+/+),

mata cekung (-), Lidah kotor (+), sianosis (-), gusi tidak ada perdarahan, faring tidak

hiperemis, KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O.

Pemeriksaan thorak paru

Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas simetris,

tidak ada bagian yang tertinggal,

Palpasi :Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru.

Auskultasi: Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-/-), wheezing (-/-).

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 9

Page 10: case vini HIV.docx

CASE REPORT

Pemeriksaan thorak jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi: ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas jantung kanan linea sternal dextra dan batas jantung kiri 2 jari medial

linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1 dan S2 reguller, gallop (-), murmur (-).

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)

Auskultasi:Bising usus (+) 9x/menit

Palpasi : Supel, massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, balotement ginjal (-)

Perkusi:Timpani, shifting dullness (-)

Extremitas

Ptekie (-), akral hangat, capillaryrefilling time < 2 detik, edema tidak ada,

turgor kulit normal, rumple leed (-)

Pemeriksaan penunjang

Hb : 13.4 gr/dl

Hematokrit :39 %

Leukosit : 8000/uL

Trombosit :334 x103 /uL

Anti Salmonela Igm : Reaktif skor 4

Dengue : IgG (-), IgM (-)

Resume

Perempuan, 26 tahun datang dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari

SMRS. demam intermitten. Demam meningkat pada malam hari. Pada sore hari

pasien mengeluh menggigil, mual dan berkeringat. Mual (+) muntah (+), muntah

bercampur makanan, tidak bercampur darah, muntah 5 kali sehari sebanyak setengah

gelas aqua. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada kepala bagian

depan. Badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan lemah. Pasien

juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada. Buang air kecil

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 10

Page 11: case vini HIV.docx

CASE REPORT

sedikit dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak lancar, warna kuning

kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit

(-). Riwayat berpergian keluar kota (-),pasien sering membeli makanan diluar.

Pada pemeriksaan status generalis ditemukan pasien tampak sakit sedang,

kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, suhu

38,40C. pada pemeriksaan fisik mata, telinga, hidung dan leher tidak ditemukan

adanya kelainan. Pada lidah didapatkan lidah kotor (+). Pada thoraks paru dan

jantung ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan dalam

batas normal. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb, leukosit, hematokrit, dan

trombosit dalam batas normal. Pada pemeriksaan Anti Salmonela IgM didapatkan

Anti Salmonella IgM Reaktif skor 4. Dengue : IgG (-), IgM (-)

Daftar masalah

Demam

Mual muntah

Penatalaksanaan

Non farmakologi

Bed rest

Diet rendah serat

Farmakologi

IVFD RL 20 tpm

Paracetamol 3 x 500 mg

Inj Ondansentron 2 x 4 mg

Ciprofloxacin 2 x 200 mg

FOLLOW UP

13 Februari 2016

S: pasien mengeluh demam, badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti

badan lemah, mual (-), muntah (-)

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 11

Page 12: case vini HIV.docx

CASE REPORT

O: TD : 110/70 mmHg

Nadi : 74x/menit

Suhu : 37,3

RR : 20x/menit

Lidah kotor (+)

Nyeri tekan abdomen (-)

Ptekie : (-)

A: demam tifoid hari ke 6

P : IVFD RL 20 tpm

Paracetamol 3 x 500 mg

Inj Ondansentron 2 x 4 mg

Ciprofloxacin 2 x 200 mg per hari selama 6 hari

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis demam tifoid dapat dilakukan berdasarkan kriteria

Zulkarnaen maupun kriteria Kariman Muharman yang akan didapatkan dari

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun kriteria

Zulkarnaen yaitu: 1. Demam > 7 hari, tidak mendadak, suhu naik secara bertahap,

pernah mengalami keluhan delirium atau apatis disertai keluhan defekasi maupun

obstipasi. 2. Terdapat 2 atau lebih ditemukan: leukopenia, malaria (-), keluhan BAK

(-). 3. Terdapat 2 atau lebih gejala : kesadaran menurun, rangsangan meningeal (+),

perdarahan usus positif dan splenomegali. 4. Pada pemberian kloramfenikol, suhu

turun secara perlahan dalam 3-5 hari. Kriteria lain yang juga digunakan dalam

menegakkan diagnosis demam tifoid ialah kriteria Kariman Muharman yaitu: 1.

Demam > 5 hari, naik secara bertangga. 2. Fisik diagnostik ditemukan 2 dari : apatis,

obstipasi, epistaksis, kembung, mencret, splenomegali, bradikardi relatif, perdarahan

perianal, rangsangan meningeal (-). 3. Laboratorium: leukopenia, limfositosis relatif,

malaria (-) dan urin normal.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 12

Page 13: case vini HIV.docx

CASE REPORT

Diagnosis demam tifoid pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis ditemukan gejala

demam yang sudah berlangsung selama 5 hari, naik perlahan-lahan (tidak mendadak),

tinggi terutama pada malam hari, menggigil, tidak ada kejang (rangsangan

meningeal negatif), gejala gastrointestinal mual, muntah lebih kurang sebanyak 5 kali

sehari, rasa tidak nyaman pada perut dan BAB tidak lancar. Dari pemeriksaan fisik

ditemukan keasadaran komposmentis,nadi 74 kali per menit (bradikardi relatif), suhu

38,40C, lidah kotor, timpani pada perkusi abdomen. Dari pemeriksaan penunjang

didapatkan hasil tes uji tubex reaktif skor 4. Pada pasien ditemukan gejala berupa

infeksi akut yang terjadi pada pasien dengan demam tifoid pada minggu pertama

yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi

perasaan tidak enak diperut. Pasien mmengalami demam selama 5 hari, namun

diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, dan hasil pemeriksaan

penunjang yaitu anti Salmonella IgM Reaktif skor 4 yang menunjukkan infeksi tifoid

akut. Pemeriksaan uji Tubex ini dapat mendeteksi respon imun secara dini yaitu 4-5

hari. Penatalaksanaan pada pasien ini ialah terapi nonfarmakologi istirahat tirah

baring dan diet lunak dan terapi farmakologi dengan IVFD RL dosis maintenance 20

tetes/menit, pemberian antibiotik ciprofloxacin 2x200mg, namun menurut teori

kloramfenikol masih merupakan obat pilihan kecuali pada wanita hamil. Pada pasien

ini juga diberikan Inj Ondansentron 2 x 4 mg, obat ini diberikan untuk mengurangi

gejala mual yang dikeluhkan dan diberikan parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi

gejala demam. Edukasi yang diberikan ialah pasien dianjurkan untuk beristirahat,

tidak terlalu banyak beraktivitas untuk mencegah perdarahan pada usus serta

mengurangi makan yang berserat untuk sementara waktu.

Daftar Pustaka

1. Mansjoer, Arif dkk. Demam Tifoid. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi

Ketiga. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius FKUI. 2000.

2. Widodo D. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5.

Jilid ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006; 2797- 2805

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 13

Page 14: case vini HIV.docx

CASE REPORT

3. Demam Tifoid. [cited] Desember 22, 2010. Available from:

http://www.indoroyal.com

4. Jawets, Mellnich JL. Enterobactericeae. Dalam Mikrobiologi Kedokteran.. Edisi

ke-20. Jakarta : EGC. 1996;246

5. Prasetyo R. Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid pada Anak ;2008

6. World Health Organization. Background document. The diagnosis, treatment and preventionof typhoid fever. 2003

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 14

Page 15: case vini HIV.docx

CASE REPORT

Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 15