asuhan keperawatan anak dengan hiv.docx

37
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia- Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahkan mahasiswa dan pembaca dalam mempelajari materi yang kami sampaikan. Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada ibu Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns selaku dosen Keperawatan Anak, yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap

Upload: putralampung

Post on 29-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak. Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahkan mahasiswa dan pembaca dalam mempelajari materi yang kami sampaikan.Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada ibu Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns selaku dosen Keperawatan Anak, yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency

Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa

homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah

termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan

kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik,

karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen

infeksius.

AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada

tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin

lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada

anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat

4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di

Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV

terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.

Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih

dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun

juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia

dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara

terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang

pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.

(WHO 1999)

B. TUJUAN

1. Mengetahui dan mempelajari tentang AIDS

2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang menderita AIDS.

BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

1. Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan

kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu /

keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan)

oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan

virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan

AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel

darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel T

penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub

kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak

materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui

proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )

2. AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh

infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,

dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,

penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah

lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN 2002 )

3. AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam

respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan

berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan

malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)

B. ETIOLOGI

Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:

Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi

Pemakaian obat oleh ibunya

Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena

Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

( DEPKES 1997 )

C. PATOFISIOLOGI

Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber

kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus

memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga

menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau

parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain

menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering

terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang

sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi

lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar

antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak

kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS

Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4

stadium :

1. Stadium HIV

Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika

antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV

kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window

period )

2. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )

Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan

adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.

3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe

Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent

generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan

4. Stadium AIDS

Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit

infeksi sekunder

CARA PENULARAN

HIV menular dengan beberapa cara yaitu :

1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS

Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air

mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada

dalam cairan tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro

pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.

2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS

Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan

menyebar keseluruh tubuh

3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.

Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau

mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.

4. Alat-alat untuk menoreh kulit

Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.

5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian

Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit

HIV.

(CORWIN 2001)

D. Manifestasi Klinis

Gejala mayor :

Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan

Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus

Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).

Gejala minor

Batuk kronis selama 1 bulan

Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican

Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap

Munculnya herpes zosters berulang

Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh

( DEPKES 1997

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian infeksi oportunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial,

atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang

kritis.

2. Terapi AZT (Azitomidin)

Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik

transcriptase.

3. Terapi antiviral baru

Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau

memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina,

ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.

4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron

5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat

replikasi HIV.

6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah

perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan

cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.

7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,

hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini

juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika

anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal

sekitar usia 9 –17 tahun.

Keluhan utama dapat berupa :

Demam dan diare yang berkepanjangan

Tachipnae

Batuk

Sesak nafas

Hipoksia

Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :

Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik

Diare lebih dan satu bulan

Demam lebih dan satu bulan

Mulut dan faring dijumpai bercak putih

Limfadenopati yang menyeluruh

Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )

Batuk yang menetap ( > 1 bulan )

Dermatitis yang mnyeluruh

Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV

/ AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat

dimungkinkan :

Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat

Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )

Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan

Adanya penularan pada proses melahirkan

Terjadinya kontak darah dan bayi.

Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI

Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )

Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :

Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual

Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti

Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena

Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang

Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril

Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :

Gagal tumbuh

Berat badan menurun

Anemia

Panas berulang

Limpadenopati

Hepatosplenomegali

Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau

protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti adanya

kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru,

encelofati dll

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Mata

Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina

Retinitis sitomegalovirus

Khoroiditis toksoplasma

Perivaskulitis pada retina

Infeksi pada tepi kelopak mata.

Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak

Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple

2. Pemeriksaan Mulut

Adanya stomatitis gangrenosa

Peridontitis

Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru

dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )

3. Pemeriksaan Telinga

Adanya otitis media

Adanya nyeri

Kehilangan pendengaran

4. Sistem pernafasan

Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum

Sesak nafas

Tachipnea

Hipoksia

Nyeri dada

Nafas pendek waktu istirahat

Gagal nafas

5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan

Berat badan menurun

Anoreksia

Nyeri pada saat menelan

Kesulitan menelan

Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut

Faringitis

Kandidiasis esofagus

Kandidiasis mulut

Selaput lendir kering

Hepatomegali

Mual dan muntah

Kolitis akibat dan diare kronis

Pembesaran limfa

6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular

Suhu tubuh meningkat

Nadi cepat, tekanan darah meningkat

Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV

7. Pemeriksaan Sistem Integumen

Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )

Haemorargie

Herpes zoster

Nyeri panas serta malaise

Aczematoid gingrenosum

Skabies

8. Pemeriksaan sistem perkemihan

Didapatkan air seni yang berkurang

Annuria

Proteinuria

Adanya pembesaran kelenjar parotis

Limfadenopati

9. Pemeriksaan Sistem Neurologi

Adanya sakit kepala

Somnolen

Sukar berkonsentrasi

Perubahan perilaku

Nyeri otot

Kejang-kejang

Encelopati

Gangguan psikomotor

Penururnan kesadaran

Delirium

Meningitis

Keterlambatan perkembangan

10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal

Nyeri persendian

Letih, gangguan gerak

Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia,

leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS

normal 1000-2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi

HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks,

Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV

atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.

Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 ( dengan

polymerase chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan

pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV ).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS

antara lain :

1. Resiko infeksi

2. Kurang nutrisi

3. Kurangnya volume cairan

4. Gangguan intregitas kulit

5. Perubahan atau gangguan membran mukosa

6. Ketidakefektifan koping keluarga

7. Kurangnya pengetahuan keluarga

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi

Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya

penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.

o Tujuan :

Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak

o Rencana tindakan keperawatan

1. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan

kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau letargi )

2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi,

penyakit kronis lain

3. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator

terjadinya infeksi

4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya

neutropenia

5. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara

umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai

penularan

6. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum

dan sesudah memasuki ruangan pasien

7. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral, antijamur,

8. Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution

2. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )

Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri

o Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi

o Rencana tindakan keperawatan :

1. Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari

2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit

3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

4. Rencanakan makanan enternal dan parenteral

3. Kurangnya Volume Cairan

Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi

oportunitis saluran pencernaan ( diare )

o Tujuan :

Volume cairan tubuh dapat terpenuhi

o Kriteria hasil :

a. Asupan dan keluaran seimbang

b. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal

c. Nadi perifer teraba

d. Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik

e. Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam

o Rencana tindakan keperawatan

1. Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi

2. Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja

3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh

4. Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam

5. Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan

6. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan

4. Gangguan intregitas kulit

Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan ( kontak yang

berulang dengan feces yang bersifat asam )

o Tujuan :

Tidak terjadi gangguan intregitas kulit

o Kriteria hasil :

Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih

o Rencana tindakan keperawatan :

1. Ganti popok dan celana anak apabila basah

2. Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar

3. Gunakan salep atau lotion

5. Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut

Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak

dari jamur dan infeksi herpes

o Tujuan :

Tidak terjadi gangguan mukosa mulut

o Kriteria hasil

a mukosa mulut lembab

b tidak ada lesi

c kebersihan mulut cukup

d anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut

o Rencana Tindakan Keperawatan

1. Kaji membran mukosa

2. Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter

3. Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam

4. Gunakan sikat gigi yang lembut

5. Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut

6. Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama

pengobatan

7. Gunakan antiseptik oral

8. Check up gigi secara teratur

6. Ketidakefektifan Koping Keluarga

Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun dan progresif

o Tujuan :

Koping keluarga efektif

o Kriteria hasil :

a Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut

b Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat

c Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan

dukungan sosial

o Rencana tindakan keperawatan

1. Konseling keluarga

2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan

3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan

mengidentifikasi dukungan sosial

4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak

5. Monitor interaksi orang tua dan anak

6. Monitor tingkah laku orang

7. Kurang pengetahuan

Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan anak yang

kompleks dirumah

o Tujuan :

Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan,

pencegahan dan perawatan

o Kriteria hasil :

a Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit

dan kebutuhan home care

b Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat

c Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan

mengetahui bagaimana HIV menular

o Rencana Tindakan keperawatan

1. Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care

2. Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis

3. Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus

4. Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya

5. Anjurkan cara hidup normal pada anak

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV/AIDS

KASUS:

Hari kamis TGL 12 September 2009 sekitar jam 10.30 WIB ibu Diah membawa anaknya

yang bernama Gunawan ke RS dengan alasan keadaan anaknya semakin hari tamabah, parah

berat badannya menurun, nafsu makannya berkurang, kurus, demam secara terus menerus,

diare,mual, muntah, kulitnya merah-merah dan luka yang tidak sembuh-sembuh. Dari data

pemeriksaan Rumah Sakit, anak tersebut dikatakan terkena HIV/AIDS. Data ini didukung dari

tanda-tanda : anoreksia, feses cair, lesi kulit, luka sukar sembuh,

A. PENGKAJIAN

ANALISA KASUS

N

O

DATA PENYEBAB MASALAH

1 DS:

demam secara terus

menerus

kulitnya merah-merah

luka yang tidak

sembuh-sembuh

DO:

lesi kulit

luka sukar sembuh

sistem imun menurun sehingga

Tubuh mudah terserang infeksi

dr luar (virus, bakteri, jamur,

parasit), maka jika terjadi luka

sukar untuk sembuh

Resiko terjadinya infeksi

2 DS:

berat badannya

menurun

terjadi gangguan pada

gastrointestinal dan

kesulitan menelan sehingga

nafsumakan berkurang

Nutrisi kurang dan kebutuhan

tubuh

nafsu makannya

berkurang

kurus

mual

muntah

DO:

anoreksia

serta mual, muntah

3 DS:

diare

DO:

feses cair

terjadi infeksi pada

gastrointestinal bisa

menimbulkan diare

Kurangnya volume cairan tubuh

4 DS:

kulitnya merah-merah

luka yang tidak

sembuh-sembuh

DO:

lesi kulit

luka sukar sembuh

system imun tubuh

melemah menyebabkan

tubuh tidak mampu untuk

beradaptasi

Gangguan integritas kulit

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

N

O

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Resiko terjadinya

infeksi pada anak

dengan HIV /AIDS

berhubungan dengan

adanya penurunan

system imun tubuh

Tujuan : Bebas dari

infeksi oportuniskit

Kriteria Hasil :

Mencapai masa

penyembuhan luka

/ lesi

Tidak demam dan

bebas dari

pengeluaran /

sekresi purulen

dan tanda-tanda

lain dari infeksi.

Pertahankan teknik septik dan antiseptik (cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan)

Pantau tanda-tanda vital

Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan, perhatikan batuk spasmedik kering pada inspirasi dalam

Periksa adanya luka / lakuasi infasif, dan tanda-tanda inflamasi.

Gunakan sarung tangan dan shout selama kontak langsung yang akresi / sekresi

Pantau studi laboratorium, JDL dan periksa kultur / sensivitas lesi, darah, urine dan spuntum

Berikan antibiotik, entijamun / agen

Mengurangi resiko

kontaminasi silang

Memberikan informasi

data dasar upeneana,

tindakan

Kongesti / distres

pernafasan dapat

mengidentifikasikan

perkembangan PCP

Candidiasis oral, ks,

herpes CMU dan

Cyptococcus adalah

penyakit umum dan

memberi pengaruh

pada membran kulit,

perawatan infulsi

aktual dapat

mencegah supsis

Mencegah penularan

Mengidentifikasi

proses infeksi dan

untuk menentukan

metode perawatan

Menghambat proses

infeksi

antimikroba.

N

O

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2 Nutrisi kurang dan

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

anoreksia

Tujuan : Kebutuhan

nutrisi pada anak

terpenuhi

Kriteria Hasil :

Terlihat adanya

pertumbuhan BB

anak

Nila-nilai

laboratorium

dalam batas

normal

Bebas dari tanda

malnutrisis / gagal

untuk tumbuh

(GUT)

untuk mengetahui

cara pemberian

makan dan

kebutuhan khusus

untuk anak.

Kaji BB dasar

Observasi koordinasi

menghisap dan

refleks menelan

Insfeksi rongga

mulut

Anjurkan pemberian

makan alternatif

dan konsulkan ibu

mengenai resiko

menyusui

Tinjau ulang diet

sesuai usia dan

tambahan makanan

padat dan

kemampuan

perkembanan

Berikan nistat sesuai

indikasi

Berikan makanan

enteral / parenteral

dengan tepat.

Anak resti GUT

ditandai dengan BB

menurun atau

penambahan BB

sedikit dari waktu

lahir

Pola motorik oral

abormal dapat

merusak pemberian

makan

Sariawan merusak

kemampuan makan

HIV ada pada

kolestrum serta ASI

dan meskipun

terbatas tetap ada

beberapa resiko pada

bai

Memberikan nutrisi

optimal berdasarkan

kebutuhan anak

setelah pulang

Tindakan efektif untuk

infeksi jemu oral

Kerusakan motorik dan

adanya infeksi

memerlukan

alternatif teknik

pemberian makanan

untuk memenuhi

kebutuhan diet.

N

O

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

3 Kurangnya volume

cairan tubuh pada

anak berhubungan

dengan adanya

infeksi oportunitis

saluran pencernaan

(diare )

Tujuan : Kebutuhan

volume cairan

terpenuhi

Kriteria Hasil :

Membran mukosa

lembab

Anak tampak rileks

Turgor kulit baik

Tanda-tanda vital

stabil

Haluaran adekuat.

Kaji tanda-tanda vital

Catat pningkatan

suhu dan durasi

demam, berikan

kompres hangat

sesuai indikasi

Kaji turgor, membran

mukosa dan rasa

haus

Kaji intake dan

output

Hilangkan makan

yang potensial

menyebabkan diare

Indikasi dari volume

cairan sirkulasi

Meningkatkan

kebutuhan

metabolisme dan

diaforesis yang

berlebihan

Indikator tidak

langsung dari status

cairan

Mempertahankan

keseimbangan

cairan, mengurangi

rasa haus dan

melembabkan

Berikan cairan /

elektrolit melalui

NGT / IV

Pantau He / Hb

Berikan obat sesuai

indikasi seperti

anti ementik, anti

diare, anti piretik

membran mukosa

Mungkin dapat

mengurangi diare

Mendukung /

memperbesar

volume sirkulasi,

terutama jika

pemasukan oral tak

adekuat

Bermanfaat dalam

memperbaiki

kebutuhan cairan

Mengurangi insiden

muntah, menurunkan

jumlah keenceran

feces dan membantu

mengurangi demam.

N

O

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

4 Gangguan integritas

kulit berhubungan

dengan defisit

imunologis, resti :

penurunan tingkat

aktivitas, perubahan

sensasi, malnutrisi,

perubahan status

metabolisme.

Tujuan : Integritas

kulit kembali normal

Kriteria Hasil :

Tidak ada lagi lesi

Permukaan kulit

normal.

Kaji tiap hari, catat

warna, turgor,

sirkulasi dan

sensori

Pertahankan higiene

kulit mis : masase

dengan lotion dan

Menentukan garis

dasar perubahan dan

melakukan

intervensi yang tepat

Mempertahankan

kebersihan karena

kulit yang kering

dapat menjadi barier

krim

Autr posisi secara

teratur, ganti seprei

sesuai kebutuhan

Pertahankan sprai

bersih, kering dan

tidak berkeringat

Bersihkan area

perianal

Gunting kuku anak

secara teratur

Berikan matras /

tempat tidur busa

Berikan obat-obatan

topikal / sistemik

sesuai indikasi.

infeksi

Mengurangi stress

pada titik tekanan,

meningkatkan aliran

darah, kejaringan

meningkatkan

proses penyembuhan

Friksi kulit disebabkan

kain yang berkerut

dan basah

Mencegah maserasi

yang disebabkna

oleh diare

Kuku yang panjang

meningkatkan resiko

kerusakan dermal

Menurunkan istemia

jaringan

Digunakan pada

perawatan lesi kulit

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Infeksi HIV/AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang

dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. Enam tahun kemudian (1989), AIDS

sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS

menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang

setiap 10 detik, karena itu infeksi HIW dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat

satu jenis agen infeksius.

AIDS (Aquired immuno deficiency syndrom ) merupakan kumpulan gejala akibat

melemahnya daya tahan tubuh sebagai akibat dari infeksi virus HIV. Virus ini mempunyai

sistem kerja menyerang jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sehingga pada ornag

yang mengidap HIV/AIDS akan mudah terserang infeksi atau virus dari luar.

Cara paling efektiv dan efisien untuk menanggulangi infeksi HIV pada anak secara

universal adalah dengan mengurangi penularan dan ibu ke anaknya (mother-to-child-

transmision ( MTCT )). Upaya pencegahan transmisi HIV pada anak menurut WHO

dilakukan melalui 4 strategi, yaitu :

1. Mencegah penularan HIV pada wanita usia subur

2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada wanita HIV

3. Mencegah penularan HIV dan ibu HIV hamil ke anak yang akan dilahirkannya dan

memberikan dukungan.

4. Layanan dan perawatan berkesinambungan bagi pengidap HIV

Diposkan oleh Nita Winola di 22.30 d