skenario hiv.docx

56
SKENARIO 4 MENCRET BERKEPANJANGAN Seorang laki-laki, 25 tahun, mengeluh diare yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh sering demam, sariawan, tidak nafsu makan dan berat badan menurun 10 kg dalam waktu 3 bulan terakhir. Dari riwayatnya dikatakan pasien sering melakukan hubungan seksual secara bebas. Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat kaheksia, mukosa lidah kering dan terdapat bercak-bercak putih. Pemeriksaan laboratorium darah rutin LED 50 mm/jam. Pemeriksaan feses terdapat sel ragi. Pada pemeriksaan srening antibodi HIV didapatkan hasil (+) kemudian dokter menganjurkan pemeriksaan konfirmasi HIV dan hitung jumlah limfositT CD4 dan CD8. Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini mengalami gangguan defisiensi imun akibat terinfeksi virus HIV. Dokter menganjurkan pasien untuk datang ke dokter lain dengan alasan yang tidak jelas. 1

Upload: elizabeth-stokes

Post on 02-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

SKENARIO 4

MENCRET BERKEPANJANGAN

Seorang laki-laki, 25 tahun, mengeluh diare yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh sering demam, sariawan, tidak nafsu makan dan berat badan menurun 10 kg dalam waktu 3 bulan terakhir. Dari riwayatnya dikatakan pasien sering melakukan hubungan seksual secara bebas.Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat kaheksia, mukosa lidah kering dan terdapat bercak-bercak putih. Pemeriksaan laboratorium darah rutin LED 50 mm/jam. Pemeriksaan feses terdapat sel ragi. Pada pemeriksaan srening antibodi HIV didapatkan hasil (+) kemudian dokter menganjurkan pemeriksaan konfirmasi HIV dan hitung jumlah limfositT CD4 dan CD8.Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini mengalami gangguan defisiensi imun akibat terinfeksi virus HIV. Dokter menganjurkan pasien untuk datang ke dokter lain dengan alasan yang tidak jelas.

Brain Storming

Kata-kata sulit

*Kaheksia:Keadaan kelemahan hebat yang berhubungan dengan hilangnya sebagian besar berat tubuh, mungkin disebabkan oleh faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan katabolisme protein dimana penderita tetap makan normal.

*LED:Laju endap darah

*CD 4:Salah satu jenis sel limfosit T yang akan menginduksi sel T helper*CD 8 : Salah satu jenis sel limfosit T yang akan menginduksi sel T sitotoksin*HIV:HIV adalah virus yang hidup, berkembang dalam tubuh manusia danmelemahkan sistem kekebalan tubuh

Pertanyaan1. Apa penyebab HIV?2. Apa gejala HIV?3. Bagaimana mekanisme penyakit HIV?4. Apa fungsi skrining antibodi?5. Apa yang harus dilakukan ketika telah terinfeksi HIV?6. Apa yang harus dilakukan terhadap ODHA?7. Bagaimana Pencegahan HIV?8. Apa saja macam-macam penyakit defisiensi imun?9. Bagaimana penyebaran HIV?10. Bagaimana pandangan islam terhadap penyakit HIV?11. Apa saja komplikasi penyakit HIV?12. Bagaimana UUD yang mengatur HAM penderita HIV/AIDS?

Jawaban1. HIV merupakan virus penyebab penyakit AIDS. Terdapat banyak cara transmisi penyakit ini seperti melalui hubungan seksual berisiko, jarum suntik yang digunakan bergantian, transfusi darah, dll.2. Berat badan turun secara drastis dan tiba-tiba, nyeri pada bebrapa bagian tubuh dan sendi, mukosa lidah kering, dll.3. HIV masuk ketubuh manusia dan menginfeksi sel-sel tubuh yang sehat, bereplikasi dalam jumlah sangat banyak, dan menurunkan daya tahan tubuh manusia.4. Skrining antibodi digunakan untuk mengetahui adanya antibodi spesifik terhadap antigen HIV.5. Tetap berusaha berobat kedokter dan berserah diri pada Allah.6. Tidak mendiskriminatifnya, memberi semangat hidup.7. HIV dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seks bebas dan berisiko, setia pada pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril.8. AIDS, sindrom Chediak-Higashi, Ataksia telangiektasi, sindrom Wiskott-Aldrich, dll.9. Penyebaran HIV dapat ditemukan disemua wilayah.10. Islam tidak memperbolehkan melakukan hubungan terlarang yang tidak syah secara agama.11. TBC, kandidiasis, dll12. Belum diketahui jawabannya.Hipotesis

Banyak jenis penyakit defisiensi imun, salah satunya adalah AIDS. AIDS merupakan penyakit defisiensi imun yang disebabkan oleh virus HIV. Penyakit ini sering ditandai dengan beberapa gejala umum. Untuk menegakkan diagnosa, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lab yang salah satunya berfungsi untuk mengetahui keberadaan antibodi spesifik HIV serta memeriksa jumlah sel limfosit. Terdapat etika kedokteran, hukum negara, serta hukum agama yang mengatur penanganan penderita HIV/AIDS.

Sasaran Belajar

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Defisiensi ImunLO.1.1 DefinisiLO.1.2 EtiologiLO.1.3 Klasifikasi dan contoh contoh penyakit imunLO.1.4 Pemeriksaan lab untuk penyakit defisiensi imun

LI.2.Memahami dan Menjelaskan Penyakit Akibat Infeksi Virus HIVLO.2.1 DefinisiLO2.2 EtiologiLO.2.3 KlasifikasiLO.2.4 Patogenesis dan patofisiologiLO.2.5 EpidemiologiLO.2.6 Manifestasi klinikLO.2.7 Diagnosis dan Diagnosis BandingLO.2.8 Pemeriksaan labLO.2.9 Penatalaksanaan LO.2.10 KomplikasiLO.2.11 PrognosisLO.2.12 Pencegahan LI.3.Memahami dan Menjelaskan Dilema EtikLO.3.1 kaidah KODEKILO.3.2 UUD yang Berhubungan

LI.4.Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam pada pederita HIV/AIDS

LI 1:Memahami dan Menjelaskan Defisiensi Imun

LO 1.1:DefinisiPenyakit defisiensi imun adalah sekumpulan aneka penyakit yang karena memiliki satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun, dimana kerentanan terhadap infeksi meningkat. Defisiensi imun primer tidak berhubungan dengan penyakit lain yang mengganggu sistem imun, dan banyak yang merupakan akibat kelainan genetik dengan pola bawaan khusus. Defisiensi imun sekunder terjadi sebagai akibat dari penyakit lain, umur, trauma, atau pengobatan.(Baratawidjaja Garna Karnen, Renggaris Iris, Imunologi Dasar, Edisi Ke-9, FK UI, Jakarta)

LO 1.2:EtiologiDefek genetik Defek gen-tunggal yang diekspresikan di banyak jaringan (misal ataksia-teleangiektasia, defsiensi deaminase adenosin)Defek gen tunggal khusus pada sistem imun ( misal defek tirosin kinase padaX-linked agammaglobulinemia; abnormalitas rantai epsilon pada reseptor sel T)Kelainan multifaktorial dengan kerentanan genetik (misalcommon variable immunodeficiency)

Obat atau toksin Imunosupresan (kortikosteroid, siklosporin). Antikonvulsan (fenitoin)

Penyakit nutrisi dan metabolik

Malnutrisi ( misal kwashiorkor)Protein losing enteropathy(misal limfangiektasia intestinal)Defisiensi vitamin (misal biotin, atau transkobalamin II)Defisiensi mineral (misal Seng pada Enteropati Akrodermatitis)

Kelainan kromosom Anomali DiGeorge (delesi 22q11) Defisiensi IgA selektif (trisomi 18)

Infeksi Imunodefisiensi transien (pada campak dan varicella )Imunodefisiensi permanen (infeksi HIV, infeksi rubella kongenital)

(Baratawidjaja Garna Karnen, Renggaris Iris, Imunologi Dasar, Edisi Ke-9, FK UI, Jakarta)

LO 1.3 :Klasifikasi1. Defisiensi Imun Non-Spesifik0. KomplemenDapat berakibat meningkatnya insiden infeksi dan penyakit autoimun (SLE), defisiensi ini secara genetik.0. KongenitalMenimbulkan infeksi berulang /penyakit kompleks imun (SLE dan glomerulonefritis).0. FisiologikDitemukan pada neonatus disebabkan kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.0. DidapatDisebabkan oleh depresi sintesis (sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori).

0. Interferon dan lisozim1. Interferon kongenitalMenimbulkan infeksi mononukleosis fatal1. Interferon dan lisozim didapatPada malnutrisi protein/kalori

0. Sel NK2. KongenitalPada penderita osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit), kadar IgG, IgA, dan kekerapan autoantibodi meningkat.2. DidapatAkibat imunosupresi atau radiasi.

0. Sistem fagositMenyebabkan infeksi berulang, kerentanan terhadap infeksi piogenik berhubungan langsung dengan jumlah neutrofil yang menurun, resiko meningkat apabila jumlah fagosit turun < 500/mm3. Defek ini juga mengenai sel PMN.

3. KuantitatifTerjadi neutropenia/granulositopenia yang disebabkan oleh menurunnya produksi atau meningkatnya destruksi. Penurunan produksi diakibatkan pemberian depresan (kemoterapi pada kanker, leukimia) dan kondisi genetik (defek perkembangan sel hematopioetik). Peningkatan destruksi merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu (kuinidin, oksasilin).

3. KualitatifMengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, fagositosis, dan membunuh mikroba intrasel.1. Chronic Granulomatous Disease (infeksi rekuren mikroba gram dan +)1. Defisiensi G6PD (menyebabkan anemia hemolitik)1. Defisiensi Mieloperoksidase (menganggu kemampuan membunuh benda asing)1. Chediak-Higashi Syndrome (abnormalitas lisosom sehingga tidak mampu melepas isinya, penderita meninggal pada usai anak)1. Job Syndrome (pilek berulang, abses staphylococcus, eksim kronis, dan otitis media. Kadar IgE serum sangat tinggi dan ditemukan eosinofilia).1. Lazy Leucocyte Syndrome (merupakan kerentanan infeksi mikroba berat. Jumlah neutrofil menurun, respon kemotaksis dan inflamasi terganggu)

1. Adhesi Leukosit (defek adhesi endotel, kemotaksis dan fagositsosis buruk, efeks sitotoksik neutrofil, sel NK, sel T terganggu. Ditandai infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka)

1. Defisiensi Imun Spesifik1. Kongential/primerSangat jarang terjadi.0. Sel BDefisiensi sel B ditandai dengan penyakit rekuren (bakteri)1. X-linked hypogamaglobulinemia1. Hipogamaglobulinemia sementara1. Common variable hypogammaglobulinemia1. Disgamaglobulinemia0. Sel TDefisensi sel T ditandai dengan infeksi virus, jamur, dan protozoa yang rekuren1. Sindrom DiGeorge (aplasi timus kongenital)1. Kandidiasis mukokutan kronik0. Kombinasi sel T dan sel B2. Severe combined immunodeficiency disease2. Sindrom nezelof2. Sindrom wiskott-aldrich2. Ataksia telangiektasi2. Defisiensi adenosin deaminase

1. Fisiologik1. KehamilanDefisiensi imun seluler dapat diteemukan pada kehamilan. Hal ini karena pningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yang dibentuk trofoblast. Wanita hamil memproduksi Ig yang meningkat atas pengaruh estrogen1. Usia tahun pertamaSistem imun pada anak usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang.1. Usia lanjutGolongan usia lanjut sering mendapat infeksi karena terjadi atrofi timus dengan fungsi yang menurun.

1. Defisiensi imun didapat/sekunder2. Malnutrisi 2. Infeksi2. Obat, trauma, tindakan, kateterisasi, dan bedahObat sitotoksik, gentamisin, amikain, tobramisin dapat mengganggu kemotaksis neutrofil. Kloramfenikol, tetrasiklin dapat menekan antibodi sedangkan rifampisin dapat menekan baik imunitas humoral ataupun selular.

2. PenyinaranDosis tinggi menekan seluruh jaringan limfoid, dosis rendah menekan aktivitas sel Ts secara selektif.2. Penyakit beratPenyakit yang menyerang jaringan limfoid seperti Hodgkin, mieloma multipel, leukemia dan limfosarkoma. Uremia dapat menekan sistem imun dan menimbulkan defisiensi imun. Gagal ginjal dan diabetes menimbulkan defek fagosit sekunder yang mekanismenya belum jelas. Imunoglobulin juga dapat menghilang melalui usus pada diare.2. Kehilangan Ig/leukositSindrom nefrotik penurunan IgG dan IgA, IgM norml. Diare (linfangiektasi intestinal, protein losing enteropaty) dan luka bakar akibat kehilangan protein.2. Stres2. Agammaglobulinmia dengan timomaDengan timoma disertai dengan menghilangnya sel B total dari sirkulasi. Eosinopenia atau aplasia sel darah merah juga dapat menyertai

1. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)Secara garis besar ada dua macampenyakit defisiensi imun yaitu:1.Penyakitdefisiensiimunkongenitalatau primerPenyakit defisiensi imun Kongenital dibagi menjadi lima yaitu:a.Penyakit dimana terdapat kadar antibodi yang rendahAda empat macam penyakit defisiensi imun karena kadar antibody yang rendah yaitu:1)Common Variable ImmunodefisiensiMerupakanImmunodefisiensi yang berubah-ubah terjadi pada pria dan wanita pada usia berapapun, tetapi biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat sangat rendahnya kadar antibodi meskipun jumlah limfosit Bnya normal. Pada beberapa penderita limfosit T berfungsi secara normal, sedangkan pada penderita lainnya tidak.Sering terjadi penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, tiroiditis dan artritis rematoid. Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan tidak diserap dengan baik. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita. Jika terjadi infeksi diberikan antibiotik.

2)Kekurangan antibody selektifPada penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan antibodi jenis tertentu. Yang paling sering terjadi adalah kekurangan IgA. Kadang kekurangan IgA sifatnya diturunkan, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi tanpa penyebab yang jelas. Penyakit ini juga bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak mengalami gangguan atau hanya mengalami gangguan ringan, tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan alergi. Jika diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang mengandung IgA, beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA, yang bisa menyebabkan reaksi alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya. Biasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan IgA. Antibiotik diberikan pada mereka yang mengalami infeksi berulang. .[4]3)Hippogammaglobulinsementara pada bayiPada penyakit ini, bayi memiliki kadar antibodi yang rendah, yang mulai terjadi pada usia 3-6 bulan. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur karena selama dalam kandungan, mereka menerima antibodi ibunya dalam jumlah yang lebih sedikit. Beberapa bayi (terutama bayi prematur) sering mengalami infeksi. Penyakit ini tidak diturunkan, dan menyerang anak laki-laki dan anak perempuan.Sebagian bayi mampu membuat antibodi dan tidak memiliki masalah dengan infeksi, sehingga tidak diperlukan pengobatan.Pemberian immunoglobulin sangat efektif untuk mencegah dan membantu mengobati infeksi. Biasanya diberikan selama 3-6 bulanjika perlu, bisa diberikan antibiotik

4)AgammaglobulinemiaX-linkedAgammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri (misalnya Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di otak.Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnya bayi memiliki antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya.Jika tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa menderita artritis. Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dan cenderung menderita kanker.Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita agar penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik.[5]b.Penyakit dimana terjadi gangguan fungsi sel darah putih

Dibagi menjadi dua yaitu karena kelainanlimfosit T dan kelainan limfosit T dan B.1)Kelainan limfosit T(a)Kandidiasis mukokotaneuskronisKandidiasi mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida yang menetap pada bayi atau dewasa muda.Jamur bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit kepala, kulit dan kuku.Penyakit ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi.Beberapa penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya memiliki kelainan endokrin (sepertihipoparatiroidisme).Infeksi internal oleh Candida jarang terjadi.Biasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti-jamur nistatin atau klotrimazol.Infeksi yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat (misalnyaketokonazol per-oral atau amfoterisin B intravena).Kadang dilakukan pencangkokan sumsum tulang.[6](b)AnomaliDiGeorgeAnomaliDiGeorgeterjadi akibat adanya kelainan pada perkembangan janin.Keadaan ini tidak diturunkan dan bisa menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan.Anak-anak tidak memiliki kelenjar thymus, yang merupakan kelenjar yang penting untuk perkembangan limfosit T yang normal.Kadang kelainannya bersifat parsial dan fungsi limfosit T akan membaik dengan sendirinya.Anak-anak memiliki kelainan jantung dan gambaran wajah yang tidak biasa (telinganya lebih renadh, tulang rahangnya kecil dan menonjol serta jarak antara kedua matanya lebih lebar).Penderita juga tidak memiliki kelenjar paratiroid, sehingga kadar kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami kejang.Jika keadaannya sangat berat, dilakukan pencangkokan sumsum tulang.Bisa juga dilakukan pencangkokan kelenjar thymus dari janin atau bayi baru lahir (janin yang mengalami keguguran).Kadang kelainan jantungnya lebih berat daripada kelainan kekebalan sehingga perlu dilakukan pembedahan jantung untuk mencegah gagal jantung yang berat dan kematian.Juga dilakukan tindakan untuk mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah. 2)Kelainan limfosit T dan B(a)Ataksia-telangiektasiaAtaksia-telangiektasiaadalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan sistem saraf. Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan koordinasi) menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi (ataksia).Kelainan pergerakan biasanya timbul ketika anak sudah mulai berjalan, tetapi bisa juga baru muncul pada usia 4 tahun.Anak tidak dapat berbicara dengan jelas, otot-ototnya lemah dan kadang terjadi keterbelakangan mental.Telangiektasiadalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang sangat kecil) di kulit dan mata.Kelainan pada sistem endokrin bisa menyebabkan ukuran buah zakar yang kecil, kemandulan dan diabetes.Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulin bisa membantu mencegah infeksi tetapi tidak dapat mengatasi kelaianan saraf.Ataksia-telangiektasiabiasanya berkembang menjadi kelemahan otot yang semakin memburuk, kelumpuhan, demensia dan kematian.(b)Penyakit immunodefisiensi gabungan yang beratPenyakit immunodefisiensi gabungan yang berat merupakan penyakit immunodefisiensi yang paling serius. Terjadi kekurangan limfosit B dan antibodi, disertai kekurangan atau tidak berfungsinya limfosit T, sehingga penderita tidak mampu melawan infeksi secara adekuat.Sebagian besar bayi akan mengalami pneumonia dan thrush (infeksi jamur di mulut); diare biasanya baru muncul pada usia 3 bulan. Bisa juga terjadi infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia pneumokistik.Jika tidak diobati, biasanya anak akan meninggal pada usia 2 tahun. Antibiotik dan immunoglobulin bisa membantu, tetapi tidak menyembuhkan. Pengobatan terbaik adalah pencangkokan sumsum tulang atau darah dari tali pusar.(c)Sindroma Wiskott-AldrichKelainan pada proses ekspresi antigen oleh makrofag . Ditandai dengan trombositopeniadan eksim serta kadar IgM yang sangat rendah.Antibiotik dan infus immunoglobulin bisa membantu penderita, tetapi pengobatan terbaik adalah dengan pencangkokan sumsum tulangc.Penyakit dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih.Ada empat macam penyakit dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putihsalah satunya yaituenyakit granulomatosa kronis.Penyakit ini kebanyakan menyerang anak laki-laki dan terjadi akibat kelainan pada sel-sel darah putih yang menyebabkan terganggunya kemampuan mereka untuk membunuh bakteri dan jamur tertentu.Antibiotik bisa membantu mencegah terjadinya infeksi.Suntikan gamma interferon setiap minggu bisa menurunkan kejadian infeksi.Pada beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang berhasi menyembuhkan penyakit ini.[8]d.Penyakit dimana terdapat kelainan pergerakan sel darah putihAda dua macam penyakit dimana terdapat kelainan pergerakan sel darah putih salah satunya yaituSindroma hiper-IgE (sindroma Job-Buckley).Sindroma hiper-IgE (sindroma Job-Buckley)adalah suatu penyakit immunodefisiensi yang ditandai dengan sangat tingginya kadar antibodi IgE dan infeksi bakteri stafilokokus berulang. Infeksi bisa menyerang kulit, paru-paru, sendi atau organ lainnya. Beberapa penderita menunjukkan gejala-gejala alergi, seperti eksim, hidung tersumbat dan asma.Antibiotik diberikan secara terus menerus atau ketika terjadi infeksi stafilokokus. Sebagai tindakan pencegahan diberikan antibiotik trimetoprim-sulfametoksazol.e.Penyakit dimana terdapat kelainan pada sistem komplemenDefisiensi masing- masing komponen komplemen menyebabkan penderita tidak mampu mengeliminasi kompleks antigen antibodyyang terdapat dalam tubuh secara efektif. Defisiensi komplemen C3 atau C5 dapat menyebabkan gangguan opsosinasi mikroorganisme, disamping itu terjadi gangguan pelepasan factor kemataksis sehinggs proses fagositosis juga terganggu.

2.Penyakit Defisiensi Imun DapatanDefisiensi imun sekunder terjadi sebagai akibat dari penyakit lain, umur, trauma, atau pengobatan.[9]Beberapa jenis penyakit yang dapat menyebabkan defisiensi imun

Jenis penyakitSel target

Acquired immine deficiencies syndrome(AIDS)Sel T (sel merusak sel Th )

ImmunodeficienciessIgASel B dan sel t (rentan terhadap infeksi pada mukosa)

Reticular disgenesisSel B, sel T, dan sel induk (defisiensi sel induk,sel B dan sel T tidak berkembang)

Severe Combined immunodeficiencySel B, sel t, dan sel induk (defisiensi pada sel B dan selT)

Di Geeorge SyndromeSel T (kelainan pada timus menyebabkan difesiensi sel T)

Sindroma Wiskott-Aldrich

Sel B dan sel T(ksedikit platelet dalam darah dan sel T abnormal)

X-Linked agammaglobulinemiaSel B (penurunan produksi immunoglobulin)

LO.1.4 Pemeriksaan lab untuk penyakit defisiensi imunPemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun. Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu, yaitu:1. Pemeriksaan darah tepiA. HemoglobinB. Leukosit totalC. Hitung jenis leukosit (persentasi)D. Morfologi limfositE. Hitung trombosit2. Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG, IgA, IgM, IgE)3. Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)A. Titer antibodi Tetatus, DifteriB. Titer antibodi H.influenzae4. Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)5. Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP, kultur dan pencitraan yang sesuai)Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan lanjutan berdasarkan apa yang kita cari (Tabel 28-9).Pemeriksaan lanjutan pada penyakit defisiensi imunDefisiensi Sel BUji Tapis: Kadar IgG, IgM dan IgA Titer isoaglutinin Respon antibodi pada vaksin (Tetanus, difteri, H.influenzae)Uji lanjutan: Enumerasi sel-B (CD19 atau CD20) Kadar subklas IgG Kadar IgE dan IgD Titer antibodi natural (Anti Streptolisin-O/ASTO, E.coli Respons antibodi terhadap vaksin tifoid dan pneumokokus Foto faring lateral untuk mencari kelenjar adenoidRiset: Fenotiping sel B lanjut Biopsi kelenjar Respons antibodi terhadap antigen khusus misal phage antigen Ig-survivalin vivo Kadar Ig sekretoris Sintesis Ig in vitro Analisis aktivasi sel Analisis mutasi

Defisiensi sel TUji tapis: Hitung limfosit total dan morfologinya Hitung sel T dan sub populasi sel T : hitung sel T total, Th dan Ts Uji kulit tipe lambat (CMI) : mumps, kandida, toksoid tetanus, tuberkulin Foto sinar X dada : ukuran timusUji lanjutan: Enumerasi subset sel T (CD3, CD4, CD8) Respons proliferatif terhadap mitogen, antigen dan sel alogeneik HLA typing Analisis kromosomRiset: Advance flow cytometry Analisis sitokin dan sitokin reseptor Cytotoxic assay(sel NK dan CTL) Enzyme assay (adenosin deaminase, fosforilase nukleoside purin/PNP) Pencitraan timus dab fungsinya Analisis reseptor sel T Riset aktivasi sel T Riset apoptosis Biopsi Analisis mutasi

Defisiensi fagositUji tapis: Hitung leukosit total dan hitung jenis Uji NBT (Nitro blue tetrazolium), kemiluminesensi : fungsi metabolik neutrofil Titer IgEUji lanjutan: Reduksi dihidrorhodamin White cell turn over Morfologi spesial Kemotaksis dan mobilitas random Phagocytosis assay Bactericidal assaysRiset: Adhesion molecule assays(CD11b/CD18, ligan selektin) Oxidative metabolism Enzyme assays(mieloperoksidase, G6PD, NADPH) Analisis mutasi

Defisensi komplemenUji tapis: Titer C3 dan C4 Aktivitas CH50Uji lanjutan: Opsonin assays Component assays Activation assays(C3a, C4a, C4d, C5a)Riset: Aktivitas jalur alternatif Penilaian fungsi(faktor kemotaktik,immune adherence)

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Penyakit Akibat Infeksi Virus HIV

LO.2.1 Definisi AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun yang disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Manusia yang terkena virus HIV, tidak langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

LO 2.2 EtiologiPenyakit HIV/AIDSadalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang system kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin banyak yang rusak. Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada tahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa dilawannya dengan mudah. Infeksi HIV ditularkan melalui hubungan badan baik vagina, anus, dan kontak dengan darah penderita HIV, seperti lewat jarum suntik, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV, menerima transfusi darah yang terinfeksi, serta transplantasi organ tubuh. Apabila anda merasa telah terkena infeksi HIV segeralah periksa ke dokter. Hindari tempat-tempat yang banyak serangan penyakit. Tidak melakukan hubungan badan dan mencegah kehamilan, serta jangan menjadi donor darah , sperma, ataupun organ tubuh. Sebagai tambahan : infeksi HIV/AIDS tidak bisa ditularkan lewat kontak sosial biasa seperti berjabat tangan dan berpelukan. Makanan atau alat-alat makan. Toilet dan kolam renang. Gigitan nyamuk atau serangga lain serta donor darah yang bebas virus HIV.

LO 2.3 Klasifikasi

Menurut spesies terdapat dua jenis virus penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2 . HIV-1 paling banyak ditemukan di daerah barat, Eropa, Asia, dan Afrika Tengah, Selatan, dan Timur. HIV-2 terutama ditemukan di Afrika Barat. HIV-1 maupun HIV-2 mempunyai struktur hampir sama, HIV-1 mempunyai gen VPU, tetapi tidak mempunyai gen VPX, sedangkan HIV-2 mempunyai gen VPX tapi tidak memiliki gen VPU.a. HIV-1Merupakan penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Genom HIV mengkode sembilan protein esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Pada HIV-1 terdapat protein Vpu yang membantu pelepasan virus. Terdapat 3 tipe dari HIV-1 berdasarkan alterasi pada gen amplopnya yaitu tipe M, N, dan O.

b. HIV-2Protein Vpu pada HIV-1 digantikan dengan protein Vpx yang dapat meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan hasil duplikasi dari protein lain (Vpr). Walaupun sama-sama menyebabkan penyakit klinis dengan HIV-2 tetapi kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1.

LO 2.4 Patogenesis dan Patofisiologi

PatogenesisDasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4 merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup.

Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa.Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi.HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis.

PatofisiologiPeran penting sel T dalam menyalakan semua kekuatan limfosit dan makrofag, membuat sel T penolong dapat dianggap sebagai tombol utama sistem imun. Virus AIDS secara selektif menginvasi sel T penolong, menghancurkan atau melumpuhkan sel-sel yang biasanya mengatur sebagian besar respon imun. Virus ini juga menyerang makrofag, yang semakin melumpuhkan sistem imun, dan kadang-kadang juga masuk ke sel-sel otak, sehingga timbul demensia (gangguan kapasitas intelektual yang parah) yang dijumpai pada sebagian pasien AIDS. Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109setiap hari.

LO 2.5 EpidemiologiLaporan dari Asia hanya menyebutkan satu dua kasus saja. Dan di Jakarta ditemukan tiga kasus bentuk ringan(AIDS related complex ). Pola infeksi penderita AIDS di negara Barat umumnya mengikuti kaidah seperti berikut : 75% pada kelompok homoseksual atau biseksual 13% pada kelompok pecandu narkotika yang menggunakan obat secara intra vena 6% pada orang-orang Haiti tanpa riwayat homoseksual maupun pecandu obat bius 0,3% pada kelompok penderita hemofilia 5% pada kelompok tanpa risiko yang jelas.Sindroma AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottlieb dari Amerika pada tahun 1981. Sejak saat itu jumlah negara yang melaporkan kasus-kasus AIDS meningkat dengan cepat. Dewasa ini penyakit HIV/AIDS telah merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk dunia, pria, wanita, bahkan anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitas 15 juta orang diantaranya 14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV. Setiap hari 5000 orang ketularan virus HIV. Menurut etimasi WHO pada tahun 2000 sekitar 30-40 juta orang terinfeksi virus HIV, 12-18 juta orang akan menunjukkan gejala-gejala AIDS dan setiap tahun sebanyak 1,8 juta orang akan meninggal karena AIDS. Pada saat ini laju infeksi (infection rate) pada wanita jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi, 90% akan terjadi di negara berkembang terutama Asia.(Wibisono Bing, Epidemiologi AIDS, Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan RI, Jakarta)

LO 2.6 Manifestasi klinik

Berdasarkan stadiumnya:a.Stadium 1 Asimptomatik- Tidak ada penurunan berat badan- Tidak ada gejala atau hanya : Limfadenopati Generalisata Persistenb. Stadium 2 Sakit ringan- Penurunan BB 5-10%- ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis- Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir- Luka di sekitar bibir (keilitis angularis)- Ulkus mulut berulang- Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo -PPE)- Dermatitis seboroik- Infeksi jamur kukuc. Stadium 3 Sakit sedang- Penurunan berat badan > 10%- Diare, Demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan-Kandidosis oral atau vaginal- Oral hairy leukoplakia- TB Paru dalam 1 tahun terakhir- Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)- TB limfadenopati- Gingivitis/Periodontitis ulseratif nekrotikan akut- Anemia (Hb