isd fuji faris vini ipul.pdf

23
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN TERPENCIL Ketua : Fuji Astuti (13113600) Pemasok : Faris Ghosy Armada (13113252) Penyunting : Vini Dwi Hadyanti (19113157) Penyelaras : Mohamad Saeful Rokhman (15113602) Pembimbing : Yuniarso Arif Kresno Soedrasono DEPOK 2013

Upload: faris-gooner-armada

Post on 01-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohantersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebihbanyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan diIndonesia terutama di daerah tepencil dan di perbatasan Negara Republik Indonesia. Inidisebabkan karena beberapa hal yang mendasar.Salah satunya adalah memasuki abad ke-21 gelombang globalisasi dirasakan kuatdan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaranbaru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengahdunia yang baru, sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutupendidikan. Baik pendidikan formal maupun nonformal. Dan hasil itu diperoleh setelahkita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadipenopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunanbangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusiaIndonesia yang tidak kalah dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatanmutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjangpendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Dan hal itulah yangmenyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber dayamenusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunanbangsa di berbagai bidang.ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagaiberikut :1.Rendahnya pemerataan kesempatan belajar(equity)disertai banyaknya pesertadidik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.2.Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA),matematika, serta bahasa terutama Bahasa Inggris padahal penguasaan materitersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan IPTEK.3.Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi yang melampaui waktustandard yang sudah ditentukan.4.Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansipendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yangcenderung terus meningkat. Secara empiris, kecenderungan meningkatnyapengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yangmasih di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangatmengutamakan efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian,pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkanpertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.5.Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkanlunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Seperti terjadinya tawuranpelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini pemberian pendidikan agama menjadisangat penting sebagai landasan akhlak dan moral. Selain itu, budi pekerti yangluhur juga perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal ituakan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun kemasyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti keadaangeografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah penduduk yangtersebar di seluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas. Kemiskinan jugamerupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan masalahpendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkanoleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan,tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnyaefisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan dan tatakehidupan masyarakat yang tidak kondusif turut menentukan rendahnya mutusistem

TRANSCRIPT

Page 1: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI

KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN TERPENCIL

Ketua : Fuji Astuti (13113600)

Pemasok : Faris Ghosy Armada (13113252)

Penyunting : Vini Dwi Hadyanti (19113157)

Penyelaras : Mohamad Saeful Rokhman (15113602)

Pembimbing : Yuniarso Arif Kresno Soedrasono

DEPOK

2013

Page 2: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI

Kami yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama (NPM) : Fuji Astuti (13113600)

Faris Ghosy Armada (13113252)

Vini Dwi Hadyanti (19113157)

Mohamad Saeful Rokhman (15113602)

Judul : KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN

TERPENCIL

Menyatakan bahwa tulisan ini merupakan hasil karya kami sendiri dan dapat

dipublikasikan sepenuhnya oleh pihak Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam

bentuk apa pun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan

adalah tanggung jawab Penulis, bukan Universitas Gunadarma.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran.

Depok, 25 Oktober 2013

(Fuji Astuti)

(Faris Ghosy Armada)

(Vini Dwi Hadyanti)

(Mohamad Saeful Rokhman)

Page 3: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN

TERPENCIL

Nama (NPM) : Fuji Astuti (13113600)

Faris Ghosy Armada (13113252)

Vini Dwi Hadyanti (19113157)

Mohamad Saeful Rokhman (15113602)

Menyetujui,

Pembimbing

Yuniarso Arif Kresno Soedrasono

Page 4: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan berkat, anugerah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini.

Penulisan Ilmiah ini disusun guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai

gelar Setara Sarjana Muda pada jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer dan

Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma. Adapaun judul Penulisan Ilmiah ini adalah

“KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN TERPENCIL”.

Walaupun banyak kesulitan yang penulis harus hadapi ketika menyusun Penulisan

Ilmiah ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini

dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Orang Tua dan Keluarga

3. Rektor

4. Dekan

5. Ketua Jurusan

6. Pembimbing

7. Teman

Akhir kata, hanya kepada Tuhan jualah segalanya dikembalikan dan penulis sadari

bahwa penuisan ini masih jauh dari sempurna, disebabkan karena berbagai keterbatasan

yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang.

Depok, 25 Oktober 2013

Penulis

Page 5: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan

tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih

banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di

Indonesia terutama di daerah tepencil dan di perbatasan Negara Republik Indonesia. Ini

disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.

Salah satunya adalah memasuki abad ke-21 gelombang globalisasi dirasakan kuat

dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran

baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah

dunia yang baru, sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu

pendidikan. Baik pendidikan formal maupun nonformal. Dan hasil itu diperoleh setelah

kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi

penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan

bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia

Indonesia yang tidak kalah dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan

mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang

pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Dan hal itulah yang

menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya

menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan

bangsa di berbagai bidang.

ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai

berikut :

Page 6: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta

didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.

2. Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA),

matematika, serta bahasa terutama Bahasa Inggris padahal penguasaan materi

tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan IPTEK.

3. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi yang melampaui waktu

standard yang sudah ditentukan.

4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi

pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang

cenderung terus meningkat. Secara empiris, kecenderungan meningkatnya

pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang

masih di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat

mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian,

pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan

pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.

5. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan

lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Seperti terjadinya tawuran

pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini pemberian pendidikan agama menjadi

sangat penting sebagai landasan akhlak dan moral. Selain itu, budi pekerti yang

luhur juga perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu

akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke

masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti keadaan

geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah penduduk yang

tersebar di seluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas. Kemiskinan juga

merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan masalah

pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkan

oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan,

tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnya

efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan dan tata

kehidupan masyarakat yang tidak kondusif turut menentukan rendahnya mutu

sistem pendidikan di sekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya mutu

peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk

Page 7: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik karena

fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh wilayah

Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

1. Daerah-daerah yang pendidikannya masih tertinggal dibanding daerah-daerah lain

di Indonesia.

2. Kondisi dan proses pembelajaran di daerah terpencil.

3. Fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil.

4. Standardisasi pendidikan dan kesejahteraan pendidikan.

Page 8: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

RUANG LINGKUP

Makalah ini membahas mengenai :

a. Artikel terkait tentang pendidikan di daerah tertinggal.

b. Daftar daerah tertinggal.

c. Keterkaitan antara daerah tertinggal, rendahnya pendidikan, dan ilmu sosial dasar.

TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :

a. Mengetahui faktor penyebab suatu daerah dikatakan daerah tertinggal.

b. Menyelaraskan antara faktor penyebab daerah tertinggal dan rendahnya pendidikan

serta ilmu sosial dasar.

c. Membangkitkan rasa ingin peduli terhadap lingkungan bagi pemuda pemudi.

METODE PENELITIAN

Disesuaikan dengan tema yang kami pilih dan keterbatasan untuk menjangkau

daerah tersebut, maka metode penelitian yang kami ambil adalah metode pengamatan dan

diskusi. Pengamatan yang kami lakukan hanya sebatas berasal dari internet dan

diselaraskan dengan teori ilmu sosial dasar yang kami dapatkan.

SISTEMATIKA TULISAN ILMIAH

Berikut adalah sistematika dari makalah yang kami susun ini :

1. BAB I Pendahuluan

Berisi cakupan materi yang akan dibahas dan disertai tujuan dan latar belakang dari

masalah tersebut.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi pembahasan lebih rinci mengenai topik masalah yang diambil dengan

menyertakan juga artikel-artikel terkait dan diselaraskan dengan teori ilmu sosial

dasar yang ada.

Page 9: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Artikel

Berikut adalah artikel-artikel yang kami jadikan bahan acuan dalam membahas

masalah pembelajaran yang tertinggal di wilayah terpencil :

INDONESIA adalah salah satu negara yang memiliki kemajemukan (unitax multipeks) dalam pelbagai

dimensi kehidupan, baik strata sosio-kultur, politik, ekonomi, juga kondisi geografis dan topografi

alamnya. Diversity yang dimiliki masyarakat bangsa Indonesia itu di suatu pihak menjadi kebanggaan, tetapi

di lain pihak menjadi penghambat dalam menjalankan roda pembangunan bangsa, khususnya pembangunan

di dunia pendidikan.

Kondisi dan karakter alam yang berbeda-beda berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan

perbedaan ekonomi berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam memajukan dunia pendidikan di negara

ini. Perbedaan kondisi topografi alam juga berdampak pada lambat dan tidak meratanya penyebaran tenaga

guru, sarana dan informasi yang bisa menunjang kegiatan pendidikan di setiap sekolah yang ada. Akibatnya,

kita masih menemukan adanya daerah-daerah yang tergolong tertinggal, terbelakang, terdepan dan belum

tersentuh oleh pelayanan pendidikan yang layak dan memadai.

Permasalahan Pendidikan di Daerah 3T

Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, khususnya di daerah Terdepan, Terpencil dan

Tertinggal (3T) antara lain; persedian tenaga pendidik, distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi

yang di bawah standard, guru-guru yang kurang kompeten serta ketidaksesuaian antara kualifikasi

pendidikan dengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme

dan proses yang distandardkan. Permasalahan lainnya adalah angka putus sekolah juga masih relatif tinggi.

Berangkat dari sejumlah permasalahan yang disebutkan di atas, pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara

khusus dan sungguh-sungguh supaya bisa maju sejajar dengan daerah lain. Hal ini bisa terwujud bila ada

perhatian dan keterlibatan dari semua komponen bangsa ini, baik yang ada di daerah maupun di pusat. Selain

itu, kebijakan pembangunan pemerintah daerah dan pusat memperioritaskan daerah 3T itu. Menteri

Page 10: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

Pendidikan Nasional menegaskan daerah 3T memiliki peran strategis dalam memperkokoh ketahanan

nasional dan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, (Juknis SM-3T).

Sekolah-sekolah di daerah terpencil tidak memberikan kontribusi bagi investasi politis dan ekonomi, tetapi

pendidikan di daerah-daerah terpencil berkontribusi bagi pembentukan karakter manusia Indonesia yang

berkualitas kedepan.

Kondisi Objektif Salah Satu Sekolah di Daerah 3T

Kondisi Geografis

Secara geografis, SMPN Satap Kembang Lala berada di belahan Utara Manggarai Timur. Persisnya di

kampung Golo Cewo, desa Kembang Mekar, kecamatan Sambi Rampas-NTT. SMPN Satap ini berada di

daerah yang sedikit jauh dari pusat pelayanan pendidikan dan terkesan terisolir karena topografi alam yang

berbukit-bukit dan terjal.

SMPN Satap Kembang Lala adalah SMP Baru yang terletak di desa Kembang Mekar. SMPN Satap

Kembang Lala memiliki luas area sekitar 2.500 m2.. Gedung sekolah ini merupakan gedung SDI Kembang

Lala, karena kedua satuan pendidikan ini masih berada di bawah satu atap.

Secara topografis lingkungan sekolah ini berada di lereng bukit, di sebelah Timurnya area persawahan

masyarakat, di sebelah Baratnya kompleks Gereja Stasi Kembang Lala dan sebelah tenggaranya berbatasan

dengan kompleks postu dan kantor desa Kembang Mekar. Karena lokasi sekolah ini berada di antara kedua

kompleks umum ini, maka suasana lingkungan sekolah sangat kondusif bagi pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar.

Topografi yang berbukit-bukit berpengaruh pada arus transportasi dari kota kabupaten ke daerah ini. Hanya

dua kendaraan yang melintas ke desa Kembang Mekar. Jarak tempuh dari kota kabupaten kurang lebih 3 jam

dengan kendaraan. Jenis kendaraan yang biasa ditumpangi adalah dantruck yang telah dimodifikasi menjadi

oto penumpang alias oto kol. Tempat duduk dalam oto ini terbuat dari papan. Setelah turun dari mobil tulang

pinggang terasa sakit. Belum ada bus menuju kampung Golo Cewo. Dua kendaraan yang biasa bertaksi ke

daerah itu hanya sampai di ujung aspal. Kami harus berjalan kaki dari ujung aspal menuju kampung itu

kurang lebih 1 jam perjalanan. Kondisi aspal dari kota kabupaten ke kecamatan Sambi Rampas sangat sempit

dan medannya terjal, bahkan banyak yang sudah rusak. Sampai sekarang belum ada perhatian pemerintah

untuk memperbaiki kondisi jalan rusak tersebut.

Page 11: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

Kondisi Pendidikan

Kondisi Fisik Gedung Sekolah

Secara fisik gedung sekolah ini masih kelihatan bagus karena usianya masih relatif muda. Suasana sekitar

gedung ini sepi dan sejuk karena di sekelilingnya masih banyak pohon yang rindang. Gedung sekolah

memiliki jumlah ruangan yang terbatas, empat ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan yang

kosong dan 2 kamar WC. Oleh karena jumlah ruangan kelasnya masih terbatas, maka sekolah belum bisa

menyediakan sarana-sarana yang bisa mendukung kegiatan belajar-mengajar di satuan pendidikan itu.

Kegiatan belajar-mengajar untuk para siswa/i SMP di buat sore hari karena pagi harinya ruangan-rungan

kelas yang ada digunakan oleh anak-anak SD. Itu pun, karena ruangan terbatas maka anak-anak SD

menggunakan gedung gereja sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan belajar-mengajar.

Kondisi Siswa

Secara kuantitatif murid SMPN Satap Kembang Lala berjumlah 21 orang dan semuanya berada dalam satu

rombongan belajar. Pada awalnya mereka berjumlah 23 orang tetapi 2 orang harus berhenti sekolah karena

orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan. Ironisnya, SMP Negeri satu atap ini membebankan

biaya pendidikan ke orang tua Rp. 100.000 per bulan, untuk biaya SPP. Angka ini melebihi SPP sekolah

swasta yang ada di sekitarnya.

Menyangkut daya serap murid terhadap mata pelajaran yang ada sangat variatif. Ada beberapa anak yang

memiliki daya serap yang sangat bagus, beberapa di antaranya memiliki daya serap yang cukup dan sebagian

kecilnya memiliki daya serap yang rendah.

Kondisi Guru

Guru-guru yang mengajar di SMPN Satap Kembang Lala sebagian besarnya adalah guru-guru Sekolah

Dasar, dan dua di antaranya adalah Guru SM-3T. Sejak sekolah ini dibuka belum ada tenaga guru yang

ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga untuk mengabdi di SMP satap ini (persediaan guru

masih kurang). Sebagai solusinya kepala sekolah (yang adalah kepala SD) memanfaatkan guru-guru sekolah

dasar untuk mengisi kekosongan tenaga itu. Dampaknya guru-guru yang mengajar di SMP Satap ini

ditempatkan berdasarkan loyalitas dan dibayar murah. Hal ini berdampak juga pada motivasi kerja mereka.

Masalah lainnya, dedikasi yang mereka berikan tidak berangkat dari kompetensi dan spesifikasi ilmu yang

mereka miliki. Dengan demikian berdampak pada kualitas proses karena guru-guru belum memiliki

spesifikasi profesionalitas untuk jenjang pendidikan pada satuan itu. Kami sendiri melihat hal ini sebagai

Page 12: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

suatu masalah serius yang harus segera dicarikan solusinya oleh dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga

Manggarai Timur.

Guru-guru SM-3T yang datangpun menemukan kesulitan yang sama karena kedua guru SM-3T diminta oleh

kepala sekolah untuk mengajar mata pelajaran yang ada di luar spesifikasi dan kompetensi yang dimiliki.

Guru yang berlatar belakang pendidikan bahasa inggris mengajar mata pelajaran Matematika. Ini juga

berakibat pada kualitas proses.

Kurikulum Sekolah

Kurikulum yang berlaku di sekolah ini adalah KTSP sebagaimana yang berlaku secara nasional di semua

wilayah di Nusantara ini. Ketika kami melihat mekanisme penerapannya di lingkungan sekolah ini, KTSP

belum sungguh-sungguh diterapkan karena beberapa faktor berikut ini :

Faktor pertama adalah penempatan tenaga pengajar yang belum proporsional, karena pengajar yang ada

tidak memiliki kualifikasi akademik seperti yang diharapkan oleh sekolah. Akibatnya, guru yang mengajar

tidak mengikuti proses dan mekanisme penerapan kurikulum yang sebenarnya. Kedua, karena fasilitas

pendukung belajar, sekolah belum memiliki buku-buku sumber dan sarana lain seperti laboratorium dan arus

listrik yang mendukung kegiatan pembelajaran. Ketiga, untuk pembuatan perangkat dan proses, guru-guru

hanya berbuat sebatas apa yang mereka tahu, tanpa mengikuti panduan yang berlaku umum. Ini juga menjadi

suatu masalah yang terlihat di sekolah yang ada di daerah 3T.

Semua kondisi dan masalah riil yang ada di daerah 3T menjadi masalah bersama yang menggugah rasa

nasionalisme kita untuk mengatasinya. Dalam perpektif ini rasa nasionalisme yang kita bangun terbentuk

melalui kesadaran universal dari seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama memberi prioritas bagi

percepatan pelayanan pendidikan dan peningkat mutu pendidikan di daerah 3T itu. Kita tidak lagi memikul

senjata untuk menentang segala bentuk kolonialisme dari luar, tetapi kita membangun semangat nasionalisme

untuk merasakan dan mengambil sikap kongkret dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak

bangsa ini, terutama anak-anak bangsa yang terhimpit dan terlantar di balik deratan bukit dan lembah atau

yang berada di daerah yang terisolir dan tertinggal.

Masalah Pendidikan di Daerah Terpencil Belum Teratasi

MAMUJU — Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Mamuju St Saleha Duka

mengaku masalah pendidikan di daerah terpencil belum bisa diatasi. Menurut dia kondisi itu terjadi akibat

kantor cabang dinas (KCD) di kecamatan tidak proaktif.

“Sejuah ini KCD tidak ada yang melapor, sehingga kami menggap tak ada masalah. Tapi setelah kami lihat

masalah pendidikan di daerah terpencil sangat banyak, terutama di Pulau Bala-balakang,” kata Saleha Duka

kepada Radar Sulbar akhir pekan lalu.

Ia menjelaskan, masalah pendidikan di Pulau Bala-balakang yang belum bisa diatasi adalah tingkat kehadiran

guru. Alasan mereka, lanjut Saleha, akses ke pulau itu sangat sulit.

“Saya berpikir untuk mengatasi masalah ini harus ada pertemuan antara Dinas Pendidikan bersama

pemerintah kecamatan dan desa setempat. Pertemuan tersebut untuk mencari solusi apa yang bisa kita

lakukan,” imbuhnya.

Page 13: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

Menurut Saleha, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kebijakan pengangkatan

guru kontrak dengan jangka waktu bertugas selama satu tahun. Dengan catatan guru kontrak yang bertugas

mendapat jaminan kesejahteraan dari pemerintah kabupaten.

“Atau bisa juga kita berdayakan putra daerah di sana untuk menjadi guru. Asalkan mereka memenuhi syarat

dan memiliki potensi. Tapi solusi mana yang akan kita gunakan bisa dilihat setelah ada pertemuan antara

kami dengan pemerintah kecamatan dan desa setempat, kami akan kaji mana yang tepat,” terang Saleha. (sol)

Berdasarkan kedua artikel tersebut, maka kami akan bahas lebih dalam mengenai masalah

pendidikan ini dengan membagi topic ini menjadi beberapa sub-bab, yaitu sebagai berikut :

a. Daerah yang Termasuk Daerah Terpencil

Daerah tertinggal adalah daerah yang memiliki kondisi berbeda dibandingkan

dengan daerah lainnya yang sudah memenuhi standard nasional negara tersebut.

Suatu daerah atau wilayah dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal atau terpencil

karena disebabkan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Geografis

Pada umumnya sutu wilayah dikatakan terpencil karena letaknya yang jauh

dari perkotaan, berada di sekitar perbukitan, sehingga sulit untuk dijangkau

baik secara jaringan maupun transportasi.

2. Sumber daya manusia

Daerah yang tertingal cenderung memiliki sumber daya manusia yang

rendah dalam bidang pendidikan, pengetahuan maupun tingkat kreatifitas

dan inotifitas.

3. Sarana dan Prasarana

Terbatasnya jaringan atau perkembangan komunikasi, transportasi, air

bersih, dan pelayanan lainnya mengakibatkan penduduknya kesulitan untuk

melakukan aktivitas sosial.

4. Rawan Konflik dan Rawan bencana

Daerah yang rentan akan bencana alam, tentu mempengaruhi kemajuan

suatu daerah. Begitu juga dengan daerah yang rentan akan konflik, baik

konflik intern (dalam negara) ataupun terjadi peperangan dengan negara

tetangga, hal ini akan mempengaruhi minat murid untuk belajar dan

tentunya mempengaruhi minat para pendidik untuk melakukan aktivitas

belajar mengajar.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka di Indonesia saat ini terdapat banyak

kabupaten tertinggal, yaitu : DAFTAR 183 KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA

(1) NAD (12 DT)

1 SIMEULUE

2 ACEH SINGKIL

3 ACEH SELATAN

4 ACEH TIMUR

Page 14: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

5 ACEH BARAT

6 ACEH BESAR

7 ACEH BARAT DAYA

8 GAYO LUES

9 NAGAN RAYA

10 ACEH JAYA

11 BENER MERIAH

12 PIDIE JAYA (DOB )

(2) SUMATERA UTARA (6 DT)

1 NIAS

2 TAPANULI TENGAH

3 NIAS SELATAN

4 PAKPAK BHARAT

5 NIAS BARAT (DOB)

6 NIAS UTARA (DOB)

(3) SUMATERA BARAT (8 DT)

1 KEPULAUAN MENTAWAI

2 PESISIR SELATAN

3 SOLOK

4 SIJUNJUNG

5 PADANG PARIAMAN

6 SOLOK SELATAN

7 DHARMAS RAYA

8 PASAMAN BARAT

(4) SUMATERA SELATAN (7 DT)

1 OGAN KOMERING ILIR

2 LAHAT

3 MUSI RAWAS

4 BANYUASIN

5 OKU SELATAN

6 OGAN ILIR

7 EMPAT LAWANG

(5) BENGKULU (6 DT)

1 KAUR

2 SELUMA

3 MUKOMUKO

4 LEBONG

5 KEPAHIANG

6 BENGKULU TENGAH

(6) LAMPUNG (4 DT)

1 LAMPUNG BARAT

Page 15: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

2 LAMPUNG UTARA

3 WAY KANAN

4 PESAWARAN

(7) BANGKA BELITUNG (1 DT)

1 BANGKA SELATAN

(8) KEPULAUAN RIAU (2 DT)

1 NATUNA

2 KEPULAUAN ANAMBAS

(9) JAWA BARAT (2 DT)

1 SUKABUMI

2 GARUT

(10) JAWA TIMUR (5 DT)

1 BONDOWOSO

2 SITUBONDO

3 BANGKALAN

4 SAMPANG

5 PAMEKASAN

(11) BANTEN (2 DT)

1 PANDEGLANG

2 LEBAK

(12) NTB (8 DT)

1 LOMBOK BARAT

2 LOMBOK TENGAH

3 LOMBOK TIMUR

4 SUMBAWA

5 DOMPU

6 BIMA

7 SUMBAWA BARAT

8 LOMBOK UTARA (DOB)

(13) NTT (20 DT)

1 SUMBA BARAT

2 SUMBA TIMUR

3 KUPANG

4 TIMOR TENGAH SELATAN

5 TIMOR TENGAH UTARA

6 BELU

7 ALOR

8 LEMBATA

9 FLORES TIMUR

10 SIKKA

11 ENDE

Page 16: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

12 NGADA

13 MANGGARAI

14 ROTE NDAO

15 MANGGARAI BARAT

16 MANGGARAI TIMUR (DOB)

17 NAGEKEO (DOB)

18 SABU RAIJUA (DOB)

19 SUMBA BARAT DAYA (DOB)

20 SUMBA TENGAH (DOB)

(14) KALIMANTAN BARAT (10 DT)

1 KAYONG UTARA

2 SAMBAS

3 BENGKAYANG

4 LANDAK

5 SANGGAU

6 KETAPANG

7 SINTANG

8 KAPUAS HULU

9 SEKADAU

10 MELAWI

(15) KALIMANTAN TENGAH (1 DT)

1 SERUYAN

(16) KALIMANTAN SELATAN (2 DT)

1 BARITO KUALA

2 HULU SUNGAI UTARA

(17) KALIMANTAN TIMUR (3 DT)

1 KUTAI BARAT

2 MALINAU

3 NUNUKAN

(18) SULAWESI UTARA (3 DT)

1 KEPULAUAN SANGIHE

2 KEPULAUAN TALAUD

3 KEPULAUAN SITARO (DOB)

(19) SULAWESI TENGAH (10 DT)

1 BANGGAI KEPULAUAN

2 BANGGAI

3 MOROWALI

4 POSO

5 DONGGALA

6 TOLI-TOLI

7 BUOL

Page 17: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

8 PARIGI MOUTONG

9 TOJO UNA-UNA

10 SIGI (DOB)

(20) SULAWESI SELATAN (4 DT)

1 SELAYAR

2 JENEPONTO

3 PANGKAJENE KEPULAUAN

4 TORAJA UTARA (DOB)

(21) SULAWESI TENGGARA (9 DT)

1 BUTON

2 MUNA

3 KONAWE

4 KONAWE SELATAN

5 BOMBANA

6 WAKATOBI

7 KOLAKA UTARA

8 BUTON UTARA (DOB)

9 KONAWE UTARA (DOB)

(22) GORONTALO (3 DT)

1 BOALEMO

2 POHUWATO

3 GORONTALO UTARA (DOB)

(23) SULAWESI BARAT (5 DT)

1 MAJENE

2 POLEWALI MANDAR

3 MAMASA

4 MAMUJU

5 MAMUJU UTARA

(24) MALUKU (8 DT)

1 BURU SELATAN (DOB)

2 MALUKU BARAT DAYA (DOB)

3 MALUKU TENGGARA BARAT (DOB)

4 MALUKU TENGAH

5 BURU

6 KEPULAUAN ARU

7 SERAM BAGIAN BARAT

8 SERAM BAGIAN TIMUR

(25) MALUKU UTARA (7 DT)

1 MOROTAI (DOB)

2 HALMAHERA BARAT

3 HALMAHERA TENGAH

Page 18: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

4 KEPULAUAN SULA

5 HALMAHERA SELATAN

6 HALMAHERA UTARA

7 HALMAHERA TIMUR

(26) PAPUA BARAT (8 DT)

1 KAIMANA

2 TELUK WONDAMA

3 TELUK BINTUNI

4 SORONG SELATAN

5 SORONG

6 RAJA AMPAT

7 MAYBRAT (DOB)

8 TAMBRAU (DOB)

(27) PAPUA (27 DT)

1 MERAUKE

2 JAYAWIJAYA

3 NABIRE

4 YAPEN WAROPEN

5 BIAK NUMFOR

6 PANIAI

7 PUNCAK JAYA

8 MIMIKA

9 BOVEN DIGOEL

10 MAPPI

11 ASMAT

12 YAHUKIMO

13 PEGUNUNGAN BINTANG

14 TOLIKARA

15 SARMI

16 KEEROM

17 WAROPEN

18 SUPIORI

19 DEIYAI (DOB)

20 DOGIYAI (DOB)

21 INTAN JAYA (DOB)

22 LANNY JAYA (DOB)

23 MAMBERAMO RAYA (DOB)

24 MAMBERAMO TENGAH (DOB)

25 NDUGA (DOB)

26 PUNCAK (DOB)

27 YALIMO (DOB)

Page 19: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

- Menyadari akan banyaknya kabupaten yang masuk dalam daftar daerah

tertinggal, maka sepatutnya kita sadar seberapa rendahnya tingkat pendidikan di

negara ini.

b. Hubungan Daerah Tertinggal dengan Rendahnya Pendidikan

Dengan menyadari akan banyaknya daerah di Indonesia yang terkategorikan

sebagai daerah tertinggal, menimbulkan sebuah polemik. Semakin banyak dan

semakin tinggi penyebaran daerah tertinggal di negara ini maka semakin rendah

tingkat pendidikan negara ini. Lalu apa hubungan antara daerah tertinggal dan

rendahnya tingkat pendidikan? Disesuaikan dengan artikel yang ada dan

pemahaman kami, maka berikut ini adalah keterkaitan antara daerah tertinggal dan

pendidikan yang rendah :

Geografis.

Letak kabupaten atau wilayah tersebut yang pada dasarnya sulit untuk

dijangkau otomatis berimbas pada pembangunan sekolah atau tempat

pengajaran. Hal ini dapat diperumpamakan sebagai berikut, jika untuk

menjangkau desa A diperlukan waktu 3 jam dengan berjalan kaki, maka

untuk mencapai suatu sekolah yang berada di ujung desa diperlukan waktu

sekitar 4jam. Dengan perumpamaan seperti itu, maka para murid ataupun

pendidik yang yang akan menuju ke lokasi merasa kesulitan, belum lagi jika

harus melewati medan area yang sulit untuk dilewati atau diakses.

Kondisi sekolah

Kondisi sekolah sangat mempengaruhi tingkat pendidikan wilayah tersebut.

Sedangkan pembangunan sekolah bergantung pada dana yang diberikan

pemerintah daerah tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa daerah

terpencil seperti ini sebenarnya juga memerlukan perhatian khusus, karena

melihat kondisi sekolah di daerah terpencil memprihatinkan.

Sementara itu, kondisi sekolah sangat berpengaruh dengan tingkat perhatian

para murid dengan materi yang diajarkan. Kondisi yang nyaman dalam

ruangan tentu membuat para murid fokus dengan materi yang disampaikan,

begitu juga dengan para pengajar. Pengajar akan mudah menyalurkan

ilmunya kepada para murid. Sementara itu jika kita melihat gambar-gambar

Page 20: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

yang ada, maka ini menjadi faktor penyebab menurunnya tingkat daya serap

para murid terhadap materi tersebut.

Mata pencahariaan

Daerah yang termasuk daerah tertinggal memiliki mata pencahariaan di

bidang pertanian, perairan. Maka dengan jenis mata pencahariaan tersebut

dapat ditafsir pendapatan yang diterima masing-masing kepala keluarga per

hari berapa dalam bentuk rupiah. Apalagi jika membayangkan pendapatan

per-kepala keluarga yang hanya berprofesi sebagai buruh kayu, karet atau

tikar dan semacamnya yang dalam sehari untuk makan pun tidak cukup.

Dengan kondisi yang memprihatinkan seperti ini, sebagai anak, maka

terkadang ia lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain demi membantu

ayah ibunya. Kalaupun dibuat presentase maka, jumlah anak yang memilih

sekolahpun pasti tidak akan mencapai 50 %, karena jika sekolah dalam

daerah tersebut tetap menuntut biaya pendidikan, sedangkan penghasilan

sangat minimal, maka semakin rendah presentase jumlah murid yang

mengikuti pembelajaran tersebut.

Gizi

Disesuaikan dengan mata pencahariaan masing-masing kepala keluarga di

daerah terpencil, maka dapat disimpulkan seperti apa makanan yang

dikonsumsi warga pada daerah tersebut. Sementara seperti yang kita ketahui

bahwa segala bentuk makanan yang dikonsumsi warga tersebut secara tidak

langsung berpengaruh pada gizi anak-anak yang menjadi murid dalam

sekolah di daerah tersebut.

Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di daerah terpencil tentu relative sederhana

bahkan terkesan “apa adanya”, sementara untuk meningkatkan daya serap

murid pada suatu materi terkadang dibutuhkan sarana atau alat peraga yang

pas untuk menunjang materi tersebut.

Standardisasi Pengajar

Karena medan area yang sulit dijangkau, maka pada umumnya pengajar di

daerah terpencil merupakan sukarelawan yang hanya ingin berbagi ilmu.

Hal ini baik, karena mengasumsikan bahwa dalam daerah tersebut, walau

jauh dari kehidupan kota dan perkembangan teknologi, namun tingkat

kepedulian terhadap pendidikan masih cukup bagus. Namun di sisi lain,

pengajar yang hanya merupakan relawan saja, tanpa disadari secara tidak

langsung mengajar tanpa disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di

masa itu. Hal ini wajar, karena para pengajar pun tidak memiliki tingkat

pendidikan yang memenuhi standard nasional atau dapat dikatakan kurang

kompeten dalam mengajar. Namun sebenarnya jika keadaan

memungkinkan, akan jauh lebih baik jika para pengajar di daerah terpencil

ini bisa mendapat training terlebih dahulu atau dapat mengikkuti sertifikasi

agar kelak dapat lebih baik lagi dalam mengajar.

Page 21: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

c. Kondisi Pembelajaran Di Daerah Tertinggal

Berdasarkan keterkaitan antara daerah tertinggal/terpencil dengan rendahnya tingkat

pendidikan di atas, dapat dibayangkan secara kasat mata betapa memprihatinkannya

kondisi pembelajaran di daerah tertinggal. Tidak jarang ditemui di beberapa wilayah

pedalaman, para murid dan pelajar melakukan aktivitas pembelajaran di ruang terbuka atau

lebih tepatnya di area seperti gambar-gambar berikut.

Keadaan sekolah atau area belajar seperti itu, kurang mendukung daya serap belajar para

murid. Terlebih jika terjadi hujan atau bencana alam yng lainnya, hal ini justru

menyebabkan kepanikan baik para pengajar dan pendidik. Akan lebih baik jika dibangun

area yang layak untuk dilakukan pengajaran.

d. Tingkat Pendidikan dan Ilmu Sosial Dasar

Masih membahas tingkat pendidikan, jika diselaraskan dengan teori ilmu sosial

dasar yang dipaparkan oleh H. Abu Ahmadi, maka ilmu pengetahuan adalah

pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan

pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh

setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Dalam bukunya pun, beliau

memaparkan bahwa tingkat pengetahuan atau pendidikan mempengaruhi

kemakmuran dan juga tingkat kemiskinan. Jadi secara tidak langsung, keadaan

pendidikan yang kurang memadai bahkan terbilang cukup memprihatinkan ini perlu

diperbaiki dan mulai ditingkatkan.

Kemudian siapakah yang harus ikut serta dalam meningkatkan pendidikan di

negara ini? Semua lapisan masrakat, baik pemerintahan ataupun rakyat biasa.

Sedangkan untuk pemuda pemudi, masih banyak hal yang dapat kita lakukan utnuk

membantu meningkatkan kualitas pendidikan negara :

Mensyukuri pendidikan yang bisa ditempuh.

Berjuang untuk mendapat pendidikan yang lebih baik.

Berusaha peduli dengan sekitar dengan cara berperan serta mengajar anak-

anak panti asuhan, atau menyalurkan dana

Page 22: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan tim kami dan disesuaikan dengan teori yang ada, maka dapat ditarik

kesimpuan bahwa kemajuan pendidikan di negara kita bukan hanya karena faktor geografis

saja, melainkan disebabkan banyak faktor. Namun kita sebagai generasi muda yang

beruntung dapat menikmati pendidikan, hendaknya dapat memanfaatkan ilmu yang kita

dapatkan dan menjadikan ilmu tersebut sesutau yang berharga dan bermanfaat bukan

hanya bagi kemajuan diri sendiri melainkan juga untuk kemajuan orang lain dan bangsa

kita sendiri tentunya.

Page 23: ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf

DAFTAR PUSTAKA

http://berita.upi.edu/2013/07/09/kondisi-pendidikan-di-daerah-terdepan-terpencil-dan-

tertinggal/

http://radar-sulbar.com/mamuju/masalah-pendidikan-di-daerah-terpencil-belum-teratasi/

Buku karangan H. Abu Ahmadi