case rhinithis alergi

28
 BAB I STATUS PASIEN I. Iden ti ta s Pa sien a) Nama : Ny M  b) Umur : 37 tahun c) Jenis Kelamin : Perempuan d) Pekerjaan : Wiraswasta e) lamat : !" #$ "anjun% pasir& 'lak keman% II. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a) (tatus Perkawinan : (udah menikah  b) Jumlah nak : $ ran% c) (tatus *k'n'mi Keluar%a : +ukup d) K'ndisi !umah : Pasie n tin%% al di sebuah rumah berdind in% ,et'n& berukuran -./# m&  berlantai keramik dan beratap sen%0 Mempunyai $ kamar tidur den%an $  jendela besar di dalam kamar& / ruan% tamu yan% ber%abun% den%an ruan% keluar%a& dan mempunyai / dapur0 1iantara sekat sekat kayu jendela tampak debu0 !umah tampak sedan% di ren'2a si dan di cat ula n%0 kamar mandi  pasien terletak di belakan% rumah& men%%unakan wc j'n%k'k den %an sumber air yan% berasal dari PM0 e) K'ndisi in%kun%an Keluar%a : Pasie n sudah menikah0 Pasien tin%%al bersama suami&$ 'ran% anakny a dan mertua per empu an0 Keharm'nisan kel uar %a pasien bias a4biasa saj a0 "idak ada masalah dalam hubun%an satu sama lain III. Aspek Psik olog is Dal am elu arga ! ,aik I" . #i $a%at Pe n%aki t Da&ulu 'elu arga ! !iwayat aler%i makanan disan%kal !iwayat penyakit asma disan%kal !iwayat keluar%a menderita penyakit yan% sama disan%kal " . elu&an Utama ,ersin pada pa%i hari sejak $ min%%u yan% lalu "I . #i $a%a t Pe n%ak it Se kara ng ! 1

Upload: annisamegalisna

Post on 02-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rhinithis alergi

TRANSCRIPT

BAB ISTATUS PASIEN

I. Identitas Pasiena) Nama: Ny Mb) Umur: 37 tahunc) Jenis Kelamin: Perempuand) Pekerjaan: Wiraswastae) Alamat: RT 02 Tanjung pasir, olak kemang

II. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluargaa) Status Perkawinan: Sudah menikahb) Jumlah Anak: 2 Orangc) Status Ekonomi Keluarga: Cukupd) Kondisi Rumah: Pasien tinggal di sebuah rumah berdinding Beton, berukuran 9x10 m, berlantai keramik dan beratap seng. Mempunyai 2 kamar tidur dengan 2 jendela besar di dalam kamar, 1 ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, dan mempunyai 1 dapur. Diantara sekat sekat kayu jendela tampak debu. Rumah tampak sedang di renovasi dan di cat ulang. kamar mandi pasien terletak di belakang rumah, menggunakan wc jongkok dengan sumber air yang berasal dari PAM.e) Kondisi Lingkungan Keluarga: Pasien sudah menikah. Pasien tinggal bersama suami,2 orang anaknya dan mertua perempuan. Keharmonisan keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lainIII. Aspek PsikologisDalam Keluarga:BaikIV. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga: Riwayat alergi makanan disangkal Riwayat penyakit asma disangkal Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama disangkalV. Keluhan UtamaBersin pada pagi hari sejak 2 minggu yang laluVI. Riwayat Penyakit Sekarang: 2 minggu yang lalu pasien mengeluh bersin-bersin dan semakin berat 1 hari ini,setiap bersin dapat mencapai >5 kali, bersin timbul pada saat bangun pagi dan malam hari dan ketika pasien sehabis menyapu rumah. Bersin meningkat apabila terpapar debu dan dingin. Bersin didapatkan selama 3-4 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung. Pilek dengan cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau. Pasien juga sering merasakan gatal pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung tangan. Terkadang pasien merasakan demam yang hilang timbul, dan sakit kepala. Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas dan tidur, karena pasien masih dapat bekerja. Keluhan tidak disertai dengan batuk, nyeri tenggorok, dan penurunan fungsi pendengaran.

VII. Pemeriksaan Fisik:Keadaan Umum1. Keadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran: compos mentis2. Tanda vitalSuhu: 37,2CTekanan darah: 130/80Nadi: 88 x/menitPernafasan: 18x/ menitBerat badan: 49 KgTinggi badan : 155 cm IMT: BB/TB2 = 49/1,52 = 20,39 (baik) 3. Kulit- Turgor: baik- Lembab / kering: kering- Lapisan lemak: adaStatus Generalis 1. Kepala: Normocephale. Mata: Edema palpebra(-/-),CA(-/-),skleraikterik (-/-), pupil isokor. Telinga: Bentuk normal, sekret (-/-) Hidung: Mukosa edem, sekret cair Mulut: Mukosa lembab, bibir sianosis (-), Lidah kotor (-) Tenggorokan: hiperemis (-)2. Leher: Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-). JVP (5-2) 3. Thoraks: Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)Jantung: Inspeksi: Ictus cordis tak tampak Auskultasi: Suara normal BJ I, IIregular, M(-) G(-) Palpasi: Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi: Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri Kanan : linea sternalis kanan Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea midclavicula kiriPulmo : Inspeksi: Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris ki/ka. Palpasi: Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yangtertinggal, vokal fremitus kanan = kiri Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri Auskultasi: Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-), ronki (-)4. Abdomen: Inspeksi : datar, venektasi (-) Auskultasi : bisung usus (+) normal Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi: timpani

5. Genitalia: Tidak dilakukan pemeriksaan6. Anorektal: Tidak dilakukan pemeriksaan7. Ekstremitas: Superior: Edema (-/-), akral hangat (+/+) Inferior: Edema (-/-), akral hangat(+/+)Status LokalisataHidungKananKiri

Cairan : - Encer -Kental -Darah- Nanah+---+---

Berbau--

Penciuman

Sakit--

Gatal++

Bersin-bersin++

Rinoskopi anteriorKananKiri

Vestibulum : - sekret -bisul -ragaden - maserasi--------

Cavum nasi--

Selaput lendir :- warna-permukaanPucatLicinPucatLicin

Konka mediaOedemOedem

Konka inferiorOedemOedem

Meatus media--

Meatus inferior--

Septum : - deviasi Abses Krusta Perforasi--------

Cairan : - darah Nanah--

Secret--

Polip--

Tumor--

Corpus alienum--

VIII. Usulan pemeriksaan : Pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immuno sorbent test) SADT dan pemeriksaan kadar eosinofil pada usap hidung atau nasal smear.

IX. Diagnose KerjaRhinitis Alergi

X. Diagnose Banding Rhinitis vasomotor.

XI. Manajemena) Promotif :Menjelaskan kepada pasien tentang rhinitis alergi, faktor risiko, faktor pencetus dan memberikan saran kepada ibu pasien agar anak menghindari faktor pencetus yang dapat menyebabkan anak menjadi bersin-bersin.b) Preventif : Menyarankan untuk menjaga kesehatan dan makan makanan yang bergizi Menyarankan untuk menghindari faktor pencetus alergi. Menyarankan untuk berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh.

c) Kuratif Non farmakologi: Menghindari allergen penyebab Menggunakan masker saat berpergian dan dirasa daerah sekitar berdebu. Tidak menggunakan kipas angin.Farmakologi : Cetirizine 2 mg 2 x 1 tab Paracetamol 500 mg 3x1 tab Pseudoefedrin tab 3 x 1 tab Vit B comp 2 x 50 mgd) Rehabilitasi : Menghindari faktor pencetus Minum obat secara teratur

ResepDinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Olak KemangDokter : Annisa Mega Lisna SIP : G1A214015STR : 19910921

Tanggal : 11 julii 2015 R/ Cetirizin tab 2 mg No. VI S2dd tab 1 R/ Vit B comp tab No.VI S2dd tab 1 R/ Pseudoefedrin tab No.IX S3dd tab 1 R/ Paracetamol tab No.IX S3dd tab 1

Pro: Ny M ( 37 th)Alamat: RT 02 Tanjung pasir

Resep tidak boleh di tukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiRhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangandengan alergen spesifik tersebut (Von Pirquet,1986).1Definisi WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperentarai oleh IgE.12.2 Etiologi1. Alergen inhalan (dewasa).2. Ingestan (anak-anak).Diperberat oleh keadaan urtikaria dan gangguan pencernaan.3. Faktor non spesifik : asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban yang tinggi.2Frekuensi kejadianPenyakit ini dapat timbul pada semua golongan umur, tetapi frekuensi terbanyak ialah pada anak-anak dan dewasa muda. Frekuensi kejadian penyakit ini akan berkurang dengan bertambahanya umur, jenis kelamin, golongan etnik dan suku bangsa (ras) tidak ada berpengaruh, tetapi faktor herediter sangat berperan.22.3 Patofisiologi1,2,3Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pernaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam.Pada kontak pertama dengan allergen tubuh pasien akan membentuk Ig.E spesifik. Ig E ini menempel pada permukaan mastosit dan basofil yang mengandung granul. Sel-sel ini disebut sebagai sel mediator. Proses ini disebut proses sensitisasi dan akan ditemukan adanya sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan allergen, maka dalam beberapa menit akan timbul rasa gatal yang diikuti bersin sebagai refleks induksi pada reseptor iritasi mukosa hidung. Setelah 10 menit terjadi rinore akibat aktivitas kelenjar berupa peningkatan permeabilitas vaskuler dan sekresi kelenjar oleh stimulasi refleks saraf kolinergik.Setelah 15-30 menit, pasien mengeluh hidung tersumbat akibat terjadinya vasodilatasi dan pengumpulan darah, peningkatan permeabilitas vaskuler serta pengaktifan sel molekul adhesi. Fase ini disebut fase inflamasi cepat. Respon ini tidak berhenti sampai disini, tetapi 30-40% pasien rinitis alergi, gejala berlanjut sampai 2-4 jam setelah pemaparan dan maksimal pada 6-8 jam, serta akan menurun secara bertahap. Gejala yang menonjol adalah hidung tersumbat, sedangkan rinore dan bersin jarang timbul. Fase ini disebut fase lambat. Gejala yang timbul disebabkan adanya sel-sel inflamasi pada lokal reaksi alergi mukosa hidung tampak pucat dengan sekret yang berkurang dan pada biopsi tampak infiltrasi sel-sel inflamasi serta peningkatan sitokin yang terdiri dari interleukin 3 (IL 3), IL 4, IL 5 dan granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM-CSF). Pada fase ini juga terdapat peningkatan adhesi molekul interseluler I (ICAM 1) dalam sekret hidung seperti pada fase cepat.Timbulnya gejala hipereaktif atau hiperesponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dan mediator inflamasi dari granulnya seperti eosinophilic cationic protein (ECP), eosinophilic derived neurotoxin, mayor basic protein (MBP).

Berdasarkan cara masuknya, allergen dibagi atas :1. Alergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tunggau, serpihan epitel, bulu binatang.2. Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan misalnya susu, telur, coklat, ikan, udang.3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan misalnya penisilin dan sengatan lebah.4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.Klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan terdapatnya gejala :1. Intermitten, bila gejala terdapat: Kurang dari 4 hari per minggu Atau bila kurang dari 4 minggu2. Persisten, bila gejala terdapat: Lebih dari 4 hari per minggu Dan bila lebih dari 4 mingguBerdasarkan beratnya gejala :1. Ringan, jika tidak terdapat salah satu dari gangguan sebagai berikut: Gangguan tidur Gangguan aktivitas harian Gangguan pekerjaan atausekolah2. Sedang-berat, bila didapatkan salahsatu atau lebih gejala-gejalatersebut diatas.

2.4 Gejala KlinikGejala rhinitis alergi yang khas adalah1,4,5 : Terdapatnya serangan bersin berulang terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mulut gatal. Kadang-kadang disertai dengan keluarnya banyak air mata (lakrimasi). Terdapatnya bayangan gelap didaerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut dengan Allergik Shiner. Sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan, keadaan ini disebut dengan Alllergik Saluta. Keadaan menggosok hidung ini lama-kelamaam akan mengakibatkan garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut Allergik Crease.

2.5 DiagnosisDitegakkan berdasarkan1 :1. Anamnesis.Anamnesa sangat penting, karena sering sekali ketika memeriksa penderita, penderita tidak pada waktu serangan. Hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja.Untuk menegakkan diagnosa, harus dilakukan anamnesa yang teliti meliputi : Onset dan durasi, apakah berhubungan dengan perpindahan rumah, tempat kerja atau memelihara binatang. Keluar ingus dari hidung, nyeri tekan sinus, gangguan mata sampai gatal dimata, gejala difaring seperti gatal di palatum dan laring serta gejala sistemik seperti malaise, lelah, gangguan tidur. Identifikasi faktor pencetus, termasuk allergen dan iritan. Identifikasi penyakit alergi lain seperti asma, dermatitis kontak, dermatitis atopik atau riwayat keluarga atopi. Obat-obatan yang pernah dipakai, termasuk golongan obatan bebas.2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik pada penderita rhinitis alergika memperlihatkan lakrimasi yang berlebihan, sklera dan konjungtiva merah, daerah gelap periorbita, pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis yang berwarna kepucatan hingga keunguan, sekret hidung encer jernih, dan kriput lateral pada kista hidung. Polip hidung alergi yang khas licin, lunak, mengkilap dan berwarna kebiruan. Nyeri tekan pada daerah sinus dapat terjadi sinusitis.Pada rhinoskopi anterior tampak : Mukosa oedem. Basah. Berwarna pucat disertai banyak sekret yang encer.3. Pemeriksaan penunjang.In vitro :Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immunosorbent test) seringkali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Lebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent /Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, .walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil daiam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (> 5sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.1In vivo :Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri. Skin Endpoint Titration/SET), SET dilakukan untuk aiergen inhalan dengan menyuntikkan aiergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain aiergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.Untuk alergi makanan, uji kulit yang akhir-akhir ini banyak dilakukan adalah Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test (IPDFT), namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan ;iet eliminasi dan provokasi ("Challenge Test").Alergen ingestan secara tuntas lenyap :ari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu :ada"Challenge Test", makanan yang dicurigai ; berikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali : hilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.1Test Alergi Uji Kulit Alergi :Prick TestBeberapa jenis pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit alergi dan imunologi dapat dilakukan walaupun tidak harus dipenuhi seluruhnya. Tiap jenis pemeriksaan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda.Prinsip pemeriksaan uji kulit terhadap alergen ialah adanya reaksiwheal and flarepada kulit untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap alergen yang diuji (reaksi tipe I). Imunoglobulin G4 (IgG4) juga dapat menunjukkan reaksi seperti ini, akan tetapi masa sensitisasinya lebih pendek hanya beberapa hari, sedangkan IgE mempunyai masa sensitisasi lebih lama yaitu sampai beberapa minggu. Reaksi maksimal terjadi setelah 15-20 menit, dan dapat diikuti reaksi lambat setelah 4-8 jam.5Alergi Tipe 1 (IgEmediated) adalah hasil dari produksi IgE spesifik untuk alergen oleh alergi individu. Kondisi di mana alergi yang dimediasi IgE dapat memainkan peran utama termasuk rhinitis alergi, asma, dermatitis atopik, anafilaksis, urticaria dan angioedema akut, alergi makanan, alergi racun serangga, lateks alergi dan beberapa obat alergi.Tes untuk alergi serum IgE spesifik (juga disebut sebagai tes RAST) juga berguna dalam situasi tertentu.Adabeberapa cara untuk melakukan uji kulit, yaitu cara intradermal, uji tusuk (prick test), sel uji gores (scratch test) dan pacth test (uji tempel). Uji gores sudah banyak ditinggalkan karena hasilnya kurang akurat.51. Uji kulit intradermalSejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin disuntikkan secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. Uji intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.Tes alergi pengujian injeksi intradermal tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin untuk aeroallergens dan makanan, tetapi mungkinuntuk mendeteksi racun dan diagnosis alergi obat. Ini membawa resiko lebih besar anafilaksis dan harus dilakukan dengan tenaga medis yang berkopeten melaluipelatihan spesialis. 52. Uji tusukUji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk anak. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji tusuk.Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada yang digunakan untuk uji intradermal. 5Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak pada kulit, diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah. Ujitusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan potensi yang lebih rendah.KontrolUntuk kontrol positif digunakan 0,01% histamin pada uji intradermal dan 1% pada uji tusuk. Kontrol negatif dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan reaksi dermografisme akibat trauma jarum. Untuk kontrol negatif digunakan pelarut gliserin.Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat yang mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum uji kulit. 5Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang lebih kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat golongan agonis juga mempunyai pengaruh, akan tetapi karena pengaruhnya sangat kecil maka dapat diabaikan.Usia pasien juga mempengaruhi reaktivitas kulit walaupun pada usia yang sama dapat saja terjadi reaksi berbeda. Makin muda usia biasanya mempunyai reaktivitas yang lebih rendah. Uji kulit terhadap alergen yang paling baik adalah dilakukan setelah usia 3 tahun.Reaksi terhadap histamin dibaca setelah 10 menit dan terhadap alergen dibaca setelah 15 menit. Reaksi dikatakan positif bila terdapat rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan adanya indurasi yang khas yang dapat dilihat dan diraba. Diameter terbesar (D) dan diameter terkecil (d) diukur dan reaksi dinyatakan ukuran (D+d):2. Pengukuran dapat dilakukan dengan melingkari indurasi dengan pena dan ditempel pada suatu kertas kemudian diukur diameternya. Kertas dapat disimpan untuk dokumentasi. 5Dengan teknik dan interpretasi yang benar, alergen dengan kualitas yang baik maka uji ini mempunyai spesifitas dan sensitivitas yang tinggi disamping mudah, cepat, murah, aman dan tidak menyakitkan.Ujigores kulit (SPT) disarankan sebagai metode utama untuk diagnosis alergi yang dimediasi IgE dalam sebagian besar penyakit alergi. Memiliki keuntungan relatif sensitivitas dan spesifisitas, hasil cepat, fleksibilitas, biaya rendah, baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang jelas kepada pasien alergi mereka. Namunakurasinya tergantung pelaksana, pengamatan dan interpretasi variabilitas. 5Ujigores kulit (SPT)adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif rendah, namun reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test adalah perkutan, langkah-langkah pengendalian infeksi sangat penting. 5 Pasien harus benar-benar dan tepat mengenai risiko dan manfaat. Masing-masing pasien kontraindikasi dan tindakan pencegahan harus diperhatikan. Ujigores kulit harus dilakukan oleh yang terlatih dan berpengalaman staf medis dan paramedis, di pusat-pusat dengan fasilitas yang sesuai untuk mengobati reaksi alergi sistemik (anafilaksis). Praktisi medis yang bertanggung jawab harus memesan panel tes untuk setiap pasien secara individual, dengan mempertimbangkan karakteristik pasien, sejarah dan temuan pemeriksaan, dan alergi eksposur termasuk faktor-faktor lokal. Staf teknis perawat dapat melakukan pengujian langsung di bawah pengawasan medis (dokter yang memerintahkan prosedur harus di lokasi pelatihan yang memadai sangat penting untuk mengoptimalkan hasil reproduktibilitas. Kontrol positif dan negatif sangat penting. Praktisi medis yang bertanggung jawab harus mengamati reaksi dan menginterpretasikan hasil tes dalam terang sejarah pasien dan tanda-tanda. Hasil tes harus dicatat dan dikomunikasikan dalam standar yang jelas dan bentuk yang dapat dipahami oleh praktisi lain. Konseling dan informasi harus diberikan kepada pasien secara individual, berdasarkan hasil tes dan karakteristik pasien dan lingkungan setempat. 5Pengakuan terhadap keterbatasan Ujigores kulit penting, yaitu. terbatasnya kemampuan dalam prediksi tipe alergi reaksilambat. positif palsu atau negatif karena karakteristik alergi pasien atau kualitas. AdanyaIgE tanpa gejala klinis dan tes negatif tidak mengecualikan gejala yang disebabkan oleh non-IgE mediated alergi / intoleransi atau penyebab medis lainnya . 5

2.6 Diagnosa Banding Rhinitis vasomotor.

2.7 Penatalaksanaan1 Terapi yang ideal adalah menghindari kontak dengan allergen penyebabnya (Avoidance) dan eliminasi. Simtomatis. Medikamentosa.Anti histamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1, yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target dan merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan seacra peroral.Prparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau topikal, namun pemakaian secara topikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rhinitis medikamentosa.Preparat Kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respon fase lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain.Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.Pengobatan baru lainnya untuk rhinitis alergi adalah anti leukotrien (zafirlukast/montelukast),anti IgE, DNA rekombinan. Operatif (konkotomi). Imunoterapi. Desensitisasi dan hiposensitisasi.Dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. Netralisasi.Dilakukan pada penderita yang alergi makanan. Pada netralisasi tubuh tidak membentuk blocking antibody seperti desensitisasi.

2.8 Komplikasi11. Polip hidung.2. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.3. Sinusitis paranasal.

2.9 Prognosis1Prognosis baik, jika kontak dengan allergen penyebabnya dapat dihindari dan eliminasi.

BAB IIIANALISA KASUS

Pasien Ny M umur 37 tahun dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh sejak 2 minggu yang lalu bersin-bersin dan semakin berat 1 hari ini,setiap bersin dapat mencapai >5 kali, bersin timbul pada saat bangun pagi dan malam hari dan ketika setelah bersih-bersih rumah. Bersin meningkat apabila terpapar debu dan dingin. Bersin didapatkan selama 3-4 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung. Pilek dengan cairan berwarna bening, encer, dan banyak, namun tidak berbau. terkadang sampai dengan hidung tersumbat. Pasien juga sering merasakan gatal pada hidung, dan kemudian menggaruk hidung dengan menggunakan punggung tangan. Terkadang pasien merasakan demam yang hilang timbul dan nyeri kepala. Keluhan pada pasien tidak mengganggu aktivitas dan tidur, karena pasien masih dapat bekerja. Keluhan tidak disertai dengan batuk, nyeri tenggorok, dan penurunan fungsi pendengaran.Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan konka edem, secret cair (+). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan bahwa pasien menderita penyakit rhinitis alergi.

0. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.Pasien tinggal di sebuah rumah berdinding Beton, berukuran 9x10 m, berlantai keramik dan beratap seng. Mempunyai 2 kamar tidur dengan 2 jendela besar di dalam kamar, 1 ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, dan mempunyai 1 dapur. Diantara sekat sekat kayu jendela tampak debu. Rumah tampak sedang di renovasi dan di cat ulang. kamar mandi pasien terletak di belakang rumah, menggunakan wc jongkok dengan sumber air yang berasal dari PAM.Terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar dimana terdapat debu di sekat jendela rumah,dan dari rumah yang sedang direnovasi sehingga dimana dapat menjadi faktor pencetus dari penyakit pasien.

0. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.Pasien sudah menikah. Pasien tinggal bersama suami,2 orang anaknya dan mertua perempuan. Keharmonisan keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain Tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan keluarga dan terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan hubungan keluarga karena ibu pasien memiliki riwayat penyakit asma dari kecil dimana penyakit alergi dapat diturunkan.

0. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama. Alergen dapat masuk secara inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tunggau, serpihan epitel, bulu binatang. Perilaku kesehatan yang mungkin berhubungan dengan diagnosa pasien ini adalah pasien sering terhirup debu dirumah yang merupakan salah satu dari faktor pencetus

0. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini. Kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini adalah faktor allergi inhalanyaitu debu rumah dan udara dingin

0. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan factor risiko atau etiologi pada pasien ini. Menyarankan agar pasien menghindari faktor pencetus berupa debu dan udara dingin. Menyarankan pasien menggunakan masker agar terhindari dari d.ebu, terutama ketika pasien sedang membersihkan rumah Menyarankan untuk tidak menggunakan kipas angin. Menyarankan untuk tidak tidur dilantai

Dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono N.2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal : 128-134.2. Snow Jr, James B. Ballenger, John Jacob. 2003. Balllengers Otorhinolarynology Head and Neck Surgery Sixteenth Edition. Hamilton : BC Decker Inc. Hal : 708 739.3. Hawke, Michael et all. 2002.Diagnostic Handbook of Otorhinolaryngology. New York: Material. Hal :91-1554. Lalwani, Anil K. 2008. Current Diagnosis and TreatmentOtolaryngology Head and Neck Surgery Second Edition.New York : Mc Graw Hill. Hal : 267 - 272 5. AP, Arwin Dkk.2007.Buku Ajar Alergi imunologi Anak Edisi 2. Jakarta : IDAI. Hal : 76 - 88

25