case report paliatif blm kelar
TRANSCRIPT
PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER SERVIKS STADIUM AKHIR DITINJAU DARI ASPEK SPIRITUAL
Disusun oleh:
NAMA : PUTRI MUTIARA SARINPM : 1102011212
KEPEMINATAN PALIATIVE CARE
Dosen Pengampu : dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc
Dosen Pembimbing : dr. Yulia Suciati, MKes
BLOK ELEKTIF NOVEMBER 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2014-2015
ABSTRAK
Background: Cervical cancer is the most of cancer type in women. Most women is diagnosed cervical
cancer when it has reached advanced stage. A woman with cervical cancer need people she can turn to for strength and comfort. Support can come in many forms: family, friends, cancer support groups, spiritual groups, or online support communities. When a woman is dying, religion and spiritual beliefs can be very comforting, but they also can be the source of questions and doubts. She may have thoughts and questions about her life and what will happen to her after she dies. She may believe that it is important to make peace with her god or do things to keep her soul or spirit safe after she dies. Therefore, Spirituality is needed in handling patients with cervix cancer in order to enhance the quality of life.Case Report: Mrs. F, 59 years old, was diagnosed with stage IVb cervical cancer by a physician. Her condition is not allowed to pray five times a day, but the patient is still able to dhikr every time and still want to recover and get out of bed. Families of patients are able to receive the patient's condition and ready to be all the consequences that would happen.Results and Conclusion: In patients with advanced cervical cancer, beside paying attention to the physical condition of the patient, we will also need to pay attention to the spiritual condition. Spiritual characteristics, not only in relationship with God, but also with ourselves, others and nature. With the aim to improve the spirituality in cancer patients, it can be an alternative therapy, namely Dhikr, Relaxation Response, and Spiritual Night Care.Key words: cervical cancer, spiritual aspects, palliative care.
PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak pada wanita dan menjadi penyebab
lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut
terjadi di negara berkembang (Adrijono, 2004). Minimnya kesadaran akan pencegahan
dan terlambatnya pengobatan terhadap penyakit ini menyebabkan angka mortalitas
kanker serviks masih tinggi. Angka mortalitas yang tinggi ini membuat banyak wanita
menjadi kuatir. Ditambah Prognosis kanker serviks yang buruk. Umumnya, 5-years
survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira -
kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%. Mengetahui prognosis yang buruk
tersebut menyebabkan banyak penderita kanker serviks stadium lanjut memperlihatkan
reaksi psikologis yang mengkuatirkan (Rasjidi, 2007). Oleh sebab itu mereka
membutuhkan salah satunya bantuan spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup.
Ketika seorang wanita sedang sekarat, keyakinan agama dan spiritual bisa sangat
menenangkan, tetapi mereka juga dapat menjadi sumber pertanyaan dan keraguan. dia
mungkin memiliki pikiran dan pertanyaan tentang hidupnya dan apa akan terjadi
setelah dia meninggal. Dia percaya bahwa penting untuk membuat perdamaian dengan
Tuhan-nya atau melakukan hal-hal untuk menjaga jiwanya aman setelah dia meninggal.
Hal ini penting untuk menghormati dan responsif terhadap spiritual dan
keyakinan agama dari pasien dan keluarganya, tidak peduli agama apa yang mereka
praktekan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang memiliki
penyakit terminal menemukan kedamaian spiritual, dan untuk membawa kenyamanan
dan membantunya menerima kematiannya. (Sellors J, Muhombe K, Castro W, 2004)
Untuk alasan ini, pasien kanker membutuhkan perawatan yang memelihara jiwa,
bukan hanya perawatan medis untuk mengobati kanker dan mengelola efek samping dari
terapi. Spiritualitas bisa menjadi semakin penting selama perjalanan penyakit dan
pengobatannya serta selama remisi. Perawatan rohani mungkin menjadi strategi
mengatasi kunci untuk pasien menghadapi berbagai tekanan terkait dengan kanker, efek
samping, dan potensi ancaman bagi kehidupan. (Oncology nurse advisor, 2010)
PRESENTASI KASUS
Nama : NY.F
Usia : 59 Tahun
Alamat : Jalan puskesmas, Kec.Kramat Jati
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status pernikahan : Sudah menikah, memiliki 4 orang anak
Pasien wanita berusia 59 tahun pertama kali di diagnosis kanker serviks stadium 3 di
RS. Pasar Rebo dua tahun yang lalu. RS Pasar Rebo merujuk pasien ke RSCM. Pasien
tidak dirawat di rumah sakit. Pasien bolak-balik dari rumah ke rumah sakit untuk
menjalankan kemoterapi dan radioterapi. Karena jarak antara rumah ke rumah sakit jauh,
pasien merasa lelah dan tidak ingin dilakukan kemoterapi. Pasien kemudian hanya
minum vitamin dan ekstrak daun sirsak sebagai pengganti terapi. Hampir 2 tahun pasien
tidak lagi melakukan pemeriksaan. Selama 6 bulan pertama pasien diberikan jus wortel,
kentang, dan apel. Kondisi pasien stabil dan terlihat sehat, tetapi pasien merasa gatal di
tenggorokannya setelah meminum jus tersebut sehingga pemberian jus dihentikan. 2
bulan kemudian kondisi pasien menurun drastis. Pasien dilarikan ke RS Pasar Rebo,
namun Hb pasien saat itu 5,9 dan dari pihak RS Pasar Rebo tidak bisa menangani
sehingga dilarikan ke RS Haji. Pasien terdaftar sebagai anggota BPJS premi kelas 3,
namun ditolak oleh pihak rumah sakit dengan alasan tidak ada kamar. Kemudian, pasien
mencoba untuk mendaftar menjadi pasien umum dan akhirnya pasien dapat masuk
kamar. pasien diberikan transfusi 3-4 kantong. Setelah Hb normal, pasien dipulangkan.
Pada tanggal 26 oktober 2014 pasien sudah mulai tidak kuat berdiri. Satu minggu
kemudian pasien tidak bisa menelan makanan. Terdapat gelaja dehidrasi. Pasien
kemudian dilarikan ke RS Pasar Rebo lalu dipasang infus dan diberikan cairan neurobion.
Hb pasien saat itu 9 mmHg. Karena dianggap Hb nya masih normal, kemudian dokter
memulangkan pasien untuk dirawat di rumah. Dokter kemudian memberikan surat
rujukan ke Puskesmas Kel. Dukuh.
Pasien dibawa oleh anaknya dengan membawa surat rujukan dari RS. Pasar Rebo ke
Puskesmas Kelurahan Dukuh pada tanggal 4 November 2014. Pasien datang dengan
diagnosis kanker serviks stadium 4. Terdapat metastase di daerah leher dan lidah jatuh
kebelakang sehingga pasien sulit menelan dan tidak dapat dipasang NGT. Pasien sadar
dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:
Hb 9.5 mmHg, trombosit normal, gula darah 110, ureum 150, kreatinin masih bagus.
Pasien di pulangkan dari RS. Pasar Rebo tanpa obat, tanpa infus, tidak diberikan resep
obat dan hanya di pasang kateter. Kemudian puskesmas mengirim surat permintaan untuk
perawatan paliatif ke RS Kanker Dharmais.
Pada tanggal 10 November 2014, dokter dari bagian perawatan paliatif RS Kanker
Dharmais dan kelompok 3 kepeminatan palliative care datang mengunjungi pasien dan
keluarga. Pasien sadar dan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pasien terbaring
lemah dan sudah terpasang infus NaCl 0.9%. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan
kondisi pasien sebagai berikut: pasien mengeluhkan pusing, terdapat jamur pada hampir
seluruh bagian belakang lidah, pasien tidak dapat duduk, dan mengeluhkan nyeri tekan
pada perut bagian kiri bawah. Pasien menggunakan kateter. Pengeluaran urin 24 jam
500cc menunjukan pasien tidak dehidrasi. Pasien sudah tidak dapat menahan pengeluaran
feses dan urin. Feses keluar dari vagina pasien. Menurut suami pasien yang
membersihkan pampers pasien, sering ditemukan gumpalan darah bersamaan dengan
feses. Ulkus dekubitus di tulang ekor sudah mengering. Pasien dapat menelan cairan
makanan yang diberikan melalui spuit.
Pasien mempunyai 4 orang anak. Saat ini pasien tinggal dengan suami, seorang anak,
satu orang cucu, dan kaka iparnya. Suami pasien mengurangi pekerjaannya untuk
merawat pasien. Anak kedua pasien tidak dapat berkunjung setiap hari karena anaknya
sedang dirawat di rumah sakit. Saudara pasien ada yang bekerja sebagai perawat dan
mengajarkan cara pemasangan infus dan pembersihan kateter kepada keluarga pasien.
Anak pertama, ketiga, dan keempat pasien berkunjung satu minggu sekali. Ketika anak
dan menantunya berkunjung, pasien terlihat lebih bergairah. Menurut suami, pasien
sering marah-marah karena merasa bersalah kepada diri sendiri. Pasien mengetahui
bahwa penyakitnya berat hingga terbaring lemah sehingga tidak memungkinkan untuk
shalat lima waktu, namun pasien masih dapat berzikir setiap waktu dan masih
berkeinginan untuk sembuh dan bangkit dari tempat tidurnya. Keluarga pasien sudah
dapat menerima keadaan pasien dan siap akan segala konsekuensi yang akan terjadi.
DISKUSI
a. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain,
asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan kultural dan
spiritual, dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement) (KEPMENKES
RI NOMOR: 812, 2007). Tujuan utama perawatan paliatif bukan hanya untuk
menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga
keluarganya.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah
tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan
juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti
HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis.
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker
Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
b. Spiritual dan hubungannya dengan pasien kanker
Allama Mirsa Ali Al-Qadhi dikutip dalam bukunya Dr.H.M.Ruslan,MA mengatakan
bahwa spiritualitas adalah tahapan perjalanan batin seorang manusia untuk mencari dunia
yang lebih tinggi dengan bantuan riyadahat dan berbagai amalan pengekangan diri
sehingga perhatiannya tidak berpaling dari Allah, semata-mata untuk mencapai puncak
kebahagiaan abadi.
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang
diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap
mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang
untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa,
mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002).
Spiritualitas dan agama dapat menjadi penting untuk kesejahteraan orang-orang yang
menderita kanker, memungkinkan mereka untuk lebih baik dalam mengatasi penyakit.
Spiritualitas dan agama dapat membantu pasien dan keluarga menemukan makna yang
lebih dalam dan mengalami rasa pertumbuhan pribadi selama pengobatan kanker,
sementara hidup dengan kanker, dan sebagai survivor kanker. (NCCN, 2011)
Para ahli mengatakan bahwa praktek-praktek spiritual atau agama dapat membantu
pasien menyesuaikan diri dengan efek kanker dan pengobatannya. Pasien yang
bergantung pada iman atau spiritualitas mereka cenderung mengalami peningkatan
harapan dan optimisme, kebebasan dari penyesalan, kepuasan yang lebih tinggi dengan
kehidupan, dan perasaan kedamaian batin. Selain itu, pasien yang mempraktekkan tradisi
keagamaan atau berhubungan dengan spiritualitas mereka cenderung lebih sesuai dengan
pengobatan dan menjalani gaya hidup sehat. (NCCN, 2011)
Kebanyakan individu cenderung menganggap bahwa cobaan atau ujian hidup terbatas
pada hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti bencana alam, pailit, kesedihan, sakit,
kecelakaan dan hal-hal yang lazim disebut musibah. Individu sering lupa bahwa
kesehatan juga merupakan ujian dari Allah (Yafie, Ali. , et al., 2006). Sebagaimana firman
Allah: “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada
kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-anbiyaa’ (21):35)
Menurut Quraish Shihab, spiritualitas adalah lahirnya dorongan dalam hati untuk
melakukan hubungan dengan Allah (Shihab, M. Quraish, 2007). Kehidupan adalah
perjuangan dan individu harus siap menghadapinya. Keadaan sakit bagi penderita kanker
serviks secara psikologis harus disikapi dengan lahirnya dorongan dalam hati untuk
melakukan hubungan dengan Allah Yang Maha Memberi Cobaan. Hubungan tersebut
dapat dilihat pada munculnya ketaatan melaksanakan apa yang diyakini sebagai perintah
atau kehendak Allah.
Pada presentasi kasus diatas, walaupun Ny. F sudah terbaring lemah sehingga tidak
memungkinkan untuk dirinya shalat lima waktu, namun Ny. F masih dapat berzikir setiap
waktu. Hal ini membuktikan bahwa pasien memiliki keyakinan yang kuat dalam
hubungannya dengan Sang Pencipta.
Terdapat beberapa karakteristik spiritual yang meliputi:
1. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu
siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan
pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta
keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri sendiri seseorang
membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang
pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuadan hidup, optimis
terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Konzier, Erb, Blais &
Wilkinson, 1995)
Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan Keen (1985) kepercayaan bersifat universal,
dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan
dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi
individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti
mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami
kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas.
Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan
merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubunga saling percaya
dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk
mempertahankan hidup,tanpa banyak harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih
cenderung terkena penyakit (Grimm, 1991).
Makna atau arti dalam hidup (Meaning of Life). Perasaan mengetahui makna hidup,
yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai
suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata,
membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan
dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
2. Hubungan dengan orang lain
Hubugan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang
lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara
timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang yang sakit, serta meyakini
kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik
dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi serta
keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dak kebaikan,
menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan
dihargai dan diperhatikan dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang
mengalami kekurangan ataupun mengalami stress, maka orang lain dapat memberi
bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm, 2000).
Maaf dan Pengampunan (Forgiveness). Menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa
bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta
mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau
penderitaan. Dengan pengampunan, seseorang individu dapat meningkatkan koping
terhadap stress, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan
perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).
Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and Social Support). Keinginan untuk
menjalin dan mengembangkan hubugan antar manusia yang positif melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan
dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai
pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung menentang perilaku
tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002).
3. Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi
pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam
serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan
rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul
perasaan kesenangan dan kepuadan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting
dalam hidup seperti menonton televisi, mendengar musik, olahraga dan lain-lain
(Puchalski, 2004)
Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan.
Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status
kesehatan (Hamid, 2000)
4. Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agama maupun tidak. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa,
keikutsertaan dalam kegiatan beribadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan
alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila mampu
merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia /
kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian
atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas
personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui
harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 1999).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual menurut Taylor (1997) dan Craven
& Hirrnle (1996) dalam Hamid (2000), antara lain:
a) Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki
beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali
suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak
memiliki makna bagi seseorang
b) Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu
Tidak begitu banak yang diajarkan tentang Tuhan dan aga,a, tapi individu belajar
tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu
keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai
pandangan, pengalaman terhadap dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan
keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone, 1997)
c) Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak
belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan
d) Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengatuhi spiritual
seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual pengalaman tersebut (Taylor, Lilis & LeMone, 1997). Peristiwa dalam
kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada
manusia menguji imannya
e) Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan ke dalam spiritual seseorang. Krisis sering
dialami ketika seseorang mengalami penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan
dan bahkan kematian,, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan
prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut
merupakan pengalam spiritual yang bersifat fiskal dan emosional (Toth, 1992; dikutip
dari Craven & Hirnle, 1996)
f) Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut seringkali membuat individu merasa
terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup
sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti
kegiatan keagaamm atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang
bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan (Hamid, 2000)
g) Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk
menunjukkan kebesaran Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi
pengobatan (Hamid, 2000)
Pada pasien dengan penyakit terminal, termasuk pasien kanker stadium lanjut, tidak
hanya menghadapi masalah dengan fisik saja tetapi juga menghadapi masaah spiritual. Di
lain pihak, aspek spiritual juga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik
pasien. Dari penjelasan tersebut maka dapat digambarkann bagaimana aspek spiritual
juga berpengaruh.
c. Kebutuhan spiritual dan ketenangan jiwa pada pasien kanker
Di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, tersedia layanan perawatan paliatif yang
bertujuan meningkatkan mutu hidup penderita kanker lanjut. Dalam layanan perawatan
paliatif disediakan layanan spiritual sesuai dengan keinginan penderita. Menurut
pengalaman rohaniawan yang memberikan dukungan spiritual, penderita lebih mudah
menerima kenyataan bahwa dirinya terkena kanker lanjut dan lebih dapat menyesuaikan
diri menghadapi masa-masa sulit yang dialami. (Djauzi S, 2004)
Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama. Seseorang
pemeluk agama Islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan spiritual yang
dilaksanakan sesuai ajaran agama Islam, misalnya berzikir, berdoa, berpuasa, sholat
hajat. Berzikir adalah mengingat Tuhan dengan segala sifat-sifat-Nya, di antaranya sifat
Rahman dan Rahim (Kasih Sayang). Dalam berzikir penderita memuji kebesaran Tuhan
dan berharap kasih sayang Tuhan akan menyembuhkannya. Dalam berdoa penderita
dapat mengadukan penderitaannya. Serta memohon doa kesembuhan. Berpuasa
diharapkan akan mendekatkan diri dengan Tuhan sehingga dirinya makin bersih dan
mendapatkan ampunan serta kesembuhan. Sholat Hajat adalah sholat yang khusus dalam
hal ini memohon kesembuhan penyakit. (Djauzi S, 2004)
d. Dzikir
Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga dalam
bentuk ucapan - ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang
mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa dengan cara - cara yang diajarkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan serta terhindar dari siksa
Allah (Suhaimie, 2005). Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, ”Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengucapkan ”Subhanallah”, ”Alhamdulillah”,
”Laa ilaha Illallah”, dan ”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar
matahari”(Bayumi, 2005).
Manfaat dzikir (Bayumi, 2005):
1) Surat Al Jumu‟ah ayat 10 : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka
bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatah Allah
banyak - banyak supaya kamu beruntung.”
2) Surat An Anfal ayat 45 : “Hai orang - orang yang beriman, apabila kamu
memerangi pasukan (musuh), maka berteguhlah hati kamu dan sebutlah (nama)
Allah sebanyak - banyaknya agar kamu beruntung (berani dan yakin)”.
3) Surat Ar Ra‟ad ayat 28 : “(yaitu) orang - orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram”.
4) Surat Al Ankabut ayat 45 :”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Qur‟an dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari
(perbuatan - perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(sholat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat - ibadat yang lain. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
5) Surat Ali Imran ayat 135 : “Dan (juga) orang - orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa - dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
6) Surat Ali Imran ayat 190 : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda - tanda bagi orang - orang yang
berakal”.
e. Respons Relaksasi
Benson memperkenalkan tehnik respons relaksasi yaitu suatu tehnik pengobatan
untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan
ini merupakan bagian pengobatan spiritual (diuraikan dalam buku Timeless Healing, The
Power and Biology of Belief). Pada tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat
dilakukan dengan bimbingan mentor, bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini merupakan
upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang
kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Tehnik
pengobatan ini dapat dilakukan setengah jam dua kali sehari.
Langkah-langkah respons relaksasi ini dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan.
2) Duduklah dengan santai.
3) Tutup mata.
4) Kendurkan otot-otot.
5) Bernapaslah secara alamiah. Mulai mengucapkan kalimat spiritual yang dibaca secara
berulang-ulang dan khidmat.
6) Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran.
7) Lakukan 10 sampai 20 menit.
8) Untuk berhenti jangan langsung, duduklah dulu dan beristirahat.
Buka pikiran kembali. Barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali. Menurut
Benson, yang menemukan tehnik ini, cara ini bisa diubah misalnya tidak dengan
posisi duduk tapi dilakukan sambal melaksanakan gerakan jasmani.
Salah satu alternatif yang dapat diberikan untuk peningkatan tingkat spiritual adalah
metode Spiritual Night Care. Berdasarkan penelitian Ramachandran (1995), diketahui
bahwa pada lobus temporal manusia terdapat Gog Spot yang membuat manusia selalu
terkait dengan Tuhan nya. Penelitian inilah yang mendasari tercetusnya ide penerapan
metode Spiritual Night Care, dalam membangun tingkat spiritual sehingga mampu
menerima perubahan yang terjadi pada diri mereka. Metode ini dijalankan dengan cara
membiasakan untuk mendengarkan atau lebih baiknya membaca ayat-ayat Al-Quran
bersama sehingga akan terbentuk ketenangan jiwa yang akan berdampak langsung pada
kedekatan dengan Allah SWT. Selain hal ini, kegiatan lain yang akan diterapkan pada
metode ini adalah terapi zikir malam bersama sehingga hubungan langsung antara pasien
dan Allah pun akan berlangsung dengan baik. Allah berfirman:
Artinya: “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari
Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman” (QS. Yunus 10: 57)
Melihat tafsiran tersebut telah terpapar dengan jelas khasiat Al-Quran yang apabila
kita gunakan sebagai salah satu terapi spiritual yang efektif dalam usaha membangun
tingkat motivasi spiritual. Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984,
menyebutkan bahwa Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97%
bagi yang mendengarkannya. Ketenangan jiwa merupakan salah satu efek penting yang
harus didapatkan sehingga mereka akan dapat menjalankan hidup mereka dengan lebih
dekat kepada Allah.
Malam hari menjelang tidur merupakan waktu yang tepat dalam pelaksanaan terapi.
Hal ini karena pada waktu malam hari seluruh kegiatan telah selesai dilaksanakan
sehingga fokus pikiran tidak akan terbagi untuk kegiatan lain. Saat tenang sebelum tidur
ini kita manfaatkan untuk memberikan terapi membaca bersama atau mendengar lantunan
ayat suci Al-Quran sehingga terbangun kualitas spiritual yang baik menjelang tidur. Hasil
yang diharapkan waktu terjaga hingga terbangun pada malam hari, dapat merasakan
ketenangan jiwa dan siap menjalani aktivitas pagi harinya.
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”
(QS. Ar-Ra’d 13: 28)
Hakikat mati, menurut dalil-dalil dalam syariat islam didefinisikan “pisahnya ruh dari
jasad”. Hakikat ruh itu sendiri tidak diketahui oleh manusia, merupakan urusan Allah.
Dalam keyakinan islam, yang menentukannya adalah Allah semata, sebagaimana
dinyatakan dalam ayat al-quran :
Artinya : “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan
(nya)” (Q.s. Yunus (10):49)
Menghadapi pasien sakit keras seperti kanker serviks dapat dilakukan dengan
berusaha memberikan ketentraman hati, mengingatkannya untuk sabar, tawakkal,
berharap rahmat Allah, bersyukur, memohon ampunan Allah, serta mendapat ridha Allah
dan ketika menjelang kematian tindakan yang dapat dilakukan adalah mentalqin
(menuntun), mendo'akan, mengucapkan perkataan yang baik, membacakan surat Yasin di
sisi orang yang meninggal (khilafiah), menghadapkannya ke kiblat.
KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak pada wanita. pasien kanker
membutuhkan perawatan yang memelihara jiwa, bukan hanya perawatan medis untuk
mengobati kanker dan mengelola efek samping dari terapi. Pada pasien kanker serviks
hendaknya juga memperhatikan kondisi spiritual pasien. Di lain pihak, aspek spiritual
juga akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik pasien. Dengan tujuan untuk
meningkatkan spiritualitas pada pasien kanker, maka dapat dilakukan terapi alternatif,
yaitu Dzikir, Respons Relaksasi, dan Spiritual Night Care. Metode ini membiasakan
untuk mendengar/membaca Al-Quran supaya bertambah dekat dengan Sang Pencipta.
SARAN
Diperlukan adanya pengembangan dan pelatihan-pelatihan bagi tenaga medis seperti
dokter dan perawat tentang perawatan paliatif. Diperlukan juga adanya pembinaan dan
perawatan bagi pasien-pasien yang memiiki faktor resiko tinggi terhadap kanker. Tidak
hanya perawatan kesehatan fisik, tetapi juga perawatan kesehatan mental dan jiwa supaya
bisa tercapai ketenangan jiwa pada pasien kanker. Selain itu akan lebih baik lagi jika
semua perawatan tersebut diatas dikaitkan dengan agama pasien, agar terbentuk
kedekatan antara pasien dengan Sang Pencipta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada bagian ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas case report ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dr. Maria A. Witjaksono. MPALLC beserta suster
Dwi selaku pihak dari Unit Paliatif RS Kanker Dharmais dan seluruh tim Puskesmas Kec.
Kramat Jati dan Puskesmas Kel. Dukuh yang telah membantu dan membimbing dalam
pembuatan case report ini. Tidak lupa Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu F
beserta keluarga selaku narasumber dan pasien yang bersedia untuk di kunjungi dan
membantu dalam pembuatan case report ini. Ucapan terima kasih juga Penulis
sampaikan kepada dr. Hj. Riani Wikaningrum, DMM.MSc selaku dosen pengampu
bidang kepeminatan palliative care dan kepada dr. Yulia Suciati, MKes selaku tutor yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam pembuatan case report ini. Dan
terakhir terimakasih kepada seluruh anggota kelompok 3 palliative care atas
kerjasamanya selama blok elektif ini. Semoga case report ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti, Trihaningsih Puji. 2012. Penerapan Metode Spiritual Night Care Pada Lansia
Sebagai Metode Efektif Peningkatan Motivasi Spiritual Dalam Menghadapi Sisa
Kehidupan. http://t1214-fkp11.web.unair.ac.id/. 14 November 2014 (21.00)
2. Djauzi S. (2004). Terapi Spiritual. In : Green C, Setyowati H. Terapi Alternatif.
Jakarta : Yayasan Spiritia.
3. KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan
Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia
4. QS. Al-anbiyaa’ (21):35. Departemen Agama RI, 499.
5. Rasjidi. Panduan Penatalaksanaan kanker Ginekologi berdasarkan Evidence Base :
EGC. Jakarta 2007. Hal 6-9.
6. Ruslan,H.M, Menyingkap rahasia spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I; Makassar:Al-
Zikra,2008),h.16
7. Sellors J, Muhombe K, Castro W. Palliative Care for Women With Cervical Cancer:
A Kenya Field Manual. Seattle, WA: PATH (2004).
8. Shihab, M. Quraish. Menjemput Maut Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. Jakarta:
Lentera Hati 2007.
9. Yafie, Ali., M. Quraish Shihab, Dadang Hawari, Didin Hafidhuddin & Tim Medis
RSK Dharmais. Sakit Menguatkan Iman: Uraian Pakar Medis dan Spiritual . Jakarta:
Gema Insani Press, 2006.
10. Zuhroni. Pandangan islam terhadap masalah kedokteran dan kesehatan: Bagian
agama universitas YARSI. Jakarta 2010. Hal 484.
11. http://www.nccn.org/patients/resources/life_with_cancer/spirituality.aspx (Diakses
pada 15 November 2014 pukul 09:00)
12. http://media.oncologynurseadvisor.com/documents/20/
ona_spirirtualcare1110_4813.pdf (Diakses pada 16 November 2014 pukul 17:30)