case pnemonia

Upload: mifaul-azmi

Post on 04-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 case pnemonia

    1/15

    STASE ILMU PENYAKIT PARU

    CASE REPORT

    PNEUMONIA

    Pembimbing : dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P

    Disusun Oleh :

    Arif Rahman D.M J500 070 011

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2013

  • 7/29/2019 case pnemonia

    2/15

    PRESENTASI KASUS

    PNEUMONIA

    Pembimbing : dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P

    Yang diajukan oleh :

    Arif Rahman D.M J500 070 011

    Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan

    Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

    Surakarta.

    Pada hari .................., Januari 2013

    Pembimbing :dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P (..)

    Dipresentasikan dihadapan :dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P (..)

    Disahkan Wakil Dekan Idr. Yuni Prasetyo M, M.Kes (..)

  • 7/29/2019 case pnemonia

    3/15

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS

    Pasien Nama : Tn. S

    Umur : 26 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Gemolong, sragen

    Pekerjaan : Buruh

    Status perkawinan : Belum Menikah

    Agama : IslamSuku : Jawa

    Tanggal masuk RS : 9 Januari 2013

    Tanggal pemeriksaan : 9 Januari 2013

    No. Register : 047xxxx

    II. ANAMNESIS

    Dilakukan pada tanggal 9 Januari 2013 jam 10.30 WIB didapat secara

    autoanamnesis dan Alloanamnesis dari ibu pasien

    A. Keluhan Utama

    Sesak napas

    B. Riwayat Penyakit Sekarang

    3 HSMRS

    Pasien mengalami sesak nafas tiba-tiba saat tidur, sesak

    dirasakan terus menerus baik malam hari maupun siang hari,

    sesak berkurang ketika pasien istirahat dan dengan posisi

    setengah duduk. Sesak nafas disertai demam yang mendadak,

    sumer-sumer. Pasien batuk berdahak, dahak berwarna putih,

    dada terasa nyeri saat batuk, tidak pilek, nafsu makan menurun,

    keringat malam (+), badan terasa lemas, penurunan berat badan

    (-), mual (-), muntah (-), BAB baik, BAK dalam batas normal, nyeri

    dada (-).

  • 7/29/2019 case pnemonia

    4/15

    1 HSMRS

    Pasien masih sesak nafas terutama saat tidur, berkurang dengan

    posisi setengah duduk. Disertai demam yang mendadak tapi

    sumer-sumer. Masih batuk berdahak (+), dada masih terasa nyeri

    saat batuk, pilek (-), Pasien kemudian berobat ke RSUD Sragen,

    tetapi sesak masih dirasakan.

    HMRS

    Pasien datang ke poli BKKPM jam 10.00 dengan keluhan sesak

    nafas terutama saat berbaring, sesak berkurang saat istirahat dan

    dengan posisi setengah duduk. Disertai demam yang mendadak

    tapi sumer-sumer. Pasien batuknya sudah berkurang, nyeri dadadberkurang, tidak pilek. Mual (-). Muntah (-), demam (+) sumer-

    sumer, keringat malam (+), badan terasa lemas dan tidak enak,

    pusing (-), BAB/BAK dbn, nafsu makan biasa.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    1. Riwayat Asma disangkal

    2. Hipertensi disangkal

    3. Diabetes Mellitus disangkal

    4. Riwayat pengobatan OAT disangkal

    5. Alergi obat dan makanan disangkal

    6. Riwayat sakit jantung disangkal

    7. Riwayat batuk darah disangkal

    8. Riwayat merokok diakui

    C. Riwayat Keluarga

    1. Riwayat sakit serupa disangkal

    2. Riwayat asma dalam keluarga disangkal

    3. Riwayat alergi dalam keluarga disangkal

    4. Riwayat hipertensi disangkal

    5. Riwayat DM disangkal

    6. Riwayat perokok diakui

  • 7/29/2019 case pnemonia

    5/15

    D. Riwayat Kesehatan Lingkungan

    1. Adanya penderita batuk lama dan riwayat pengobatan rutin

    disangkal

    2. Adanya penderita batuk darah disangkal

    3. Udara dingin pada tempat tinggal pasien disangkal

    4. Tempat kerja yang berdebu diakui

    Pasien bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik kayu, pasien tidak

    memakai pelindung udara (masker) pada saat bekerja.

    E. Riwayat Pribadi

    1. Pasien serumah dengan ayah, ibu, istri dan anak pasien

    2. Pasien menyatakan tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan

    yang sama dengan pasien

    3. Pasien perokok aktif

    4. Pasien tidak pernah minum-minuman beralkohol.

    F. Riwayat Sosial EkonomiPasien bekerja di pabrik kayu, penghasilan dirasakan cukup untuk

    memenuhi kebutuhan sehari-hari

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    A. Keadaan Umum

    KU : Tampak sesak, CM (GCS E4 V5 M6)

    BB : 52 kg

    Gizi : Cukup

    B. Vital Sign

    Tekanan darah : 120/70 mmHg

    Nadi : 100x pm

    Pernafasan : 36 x pm

    Suhu : 38,0 oC

  • 7/29/2019 case pnemonia

    6/15

    C. Pemeriksaan Fisik

    1. Kepala : CA -/- ; SI -/- ; nafas cuping hidung (-)

    2. Leher : Retraksi (-), deviasi trachea tidak ditemukan, peningkatan

    JVP tidak ditemukan, pembesaran KGB tidak ditemukan

    3. Thorax

    Pulmo :

    Inspeksi : simetris, dada sukar mengembang, gerak dada kanan

    dan kiri sama, retraksi subcostal (-)

    Palpasi :

    Ketinggalan gerak : tidak ada

    Fremitus: depan : belakang

    Perkusi: depan : belakang :

    D. Auskultasi : SD vesikuler : depan : belakang :

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

    S S

    S S

    S S

    S S

    S S

    S S

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

  • 7/29/2019 case pnemonia

    7/15

    - -

    - -

    RBK : depan belakang

    Wheezing :-/-

    Jantung :

    Bunyi jantung I-II murni regular,

    Bising jantung tidak ditemukan.

    Abdomen :

    Inspeksi : Supel, sikatrik (-)

    Auskultasi : Peristaltik (+) 16x normal

    Palpasi : Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, hepar-lien tidak

    teraba membesar.

    Perkusi : Timpani

    Ekstremitas :

    Edema ikterik (-), sianosis (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Laboratorium

    Hb : 12,5 gr%

    AL : 10.200/mm3

    LED : 93/141

    OT/PT : 30/34

    Ur/Creat : 27/0,8

    GDS : 99

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

  • 7/29/2019 case pnemonia

    8/15

    Pemeriksaan Radiologi

    Rontgen Thorak PA

    Hasil :

    Foto thorax PA didapatkan gambaran infiltrat luas pada seluruh

    lapang paru

    Sinus kosto frenikus lancip

    CTR < 50%.

  • 7/29/2019 case pnemonia

    9/15

    IV. DAFTAR MASALAH

    Anamnesis :

    Sesak nafas

    Batuk

    Nyeri dada

    Demam

    Nafsu makan turun

    Keringat malam

    Diagnosa Fisik :

    Respirasi 36x/menit Suhu 38,0 C

    Auskultasi

    RBK : depan belakang

    Pemeriksaan Penunjang :

    Lab : AL : 10.200/mm3

    Foto Thorax :

    - Infiltrate luas pada seluruh lapang paru (proses spesifik)

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

    + +

  • 7/29/2019 case pnemonia

    10/15

    V. ASSESMENT DAN PLANNING

    Assessment P. Diagnosis P. Terapi P. Monitoring

    Pneumonia - Klasifikasi

    PORT

    - Kultur Kuman

    .

    - Antibiotik empiris :

    Amoxyxylin 3 x

    1000 mg

    - Antipiretik

    Paracetamol 3 x

    500 mg

    - Salbutamol 3 x2mg

    - Ambroxol 3 x 1

    Monitoring KU,

    VS dan respirasi

    Prognosis :

    Dubia ad Bonam

  • 7/29/2019 case pnemonia

    11/15

    PEMBAHASAN

    PNEUMONIA

    Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim

    paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksi yang berupa

    bakteri, virus, atau jamur.

    Klasifikasi lain dan pneumonia adalah menurut tempat asal Infeksi

    dibagi atas:

    Community acquired pneumonia yaitu pneumonia yang

    didapat dalam masyarakat.

    Hospital acquired (nosokomial) yaitu pneumonia yang didapatdi rumah sakit.

    Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala

    klinis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan laboratorium. Diagnosis pasti

    pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat

    baru, atau infiltrat progresif ditambah dengan dua atau lebih gejala

    seperti batuk-batuk bertambah, perubahan karakteristik dahak atau

    purulen, suhu tubuh lebih dari 38oC (aksila) atau riwayat demam,

    pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara

    napas bronkhial, ronkhi, dan leukosit >10.000 atau

  • 7/29/2019 case pnemonia

    12/15

    INDIKASI RAWAT INAP

    Skor PORT >70

    Bila Skor PORT kurang 70 maka penderita tetap perlu dirawat

    inap bila dijumpai salah satu dari kriteria di bawah ini.

    frekuensi napas >30/menit

    PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg

    Foto toraks paru menunjukan kelainan bilateral

    Foto toraks paru melibatkan >2 lobus

    Tekanan sistolik

  • 7/29/2019 case pnemonia

    13/15

    pemberian terapi oksigen

    pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan

    elektrolit

    pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan

    mukolitik

    pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan)

    kurang dari 8 jam

    bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

    1) Anamnesis

    Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil,suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 C, batuk dengan dahak

    mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas

    dan nyeri dada.

    2) Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.

    Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu

    bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi

    redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler

    sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang

    kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

    3) Pemeriksaan penunjang

    a) Gambaran radiologis

    Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang

    utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis

    dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air

    broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta

    gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas

    menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan

    petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran

    pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus

    pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering

  • 7/29/2019 case pnemonia

    14/15

    memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran

    bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering

    menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan

    meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

    b) Pemeriksaan labolatorium

    Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah

    leukosit, biasanya lebih dari10.000/ul kadang-kadang

    mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit

    terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.

    Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan

    pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darahdapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.

    Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,

    pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

    Switch terapi Oral pada pasien Pneumonia

    Dalam penggunaan AB secara rasional perlu diterapkan pola berpikir

    PANCA TEPAT yaitu Diagnosis Tepat, pilihan AB yang Tepat, dan

    Dosis yang Tepat, dalam Jangka Waktu yang Tepat, dan Pengertian

    Patogenesis penderita secara Tepat. Namun pada umumnya situasi

    memaksakan perlunya terapi empirik yang dini karena etiologi belum

    diketahui dari hasil bakteriologi.

    Keputusan untuk menentukan kapan antibiotik intravena (iv)

    dihentikan dan digantikan dengan antibiotik oral (terapi sulih/switch

    therapy) tergantung dari penilaian respon klinis seperti batuk,

    produksi dahak, sesak nafas, demam dan leukositosis. Bila pasien

    sudah stabil secara klinis, terapi sulih dapat dilakukan. Salah satu

    tujuannya adalah untuk mempersingkat masa perawatan di rumah

    sakit sehingga mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi

    nosokomial.

    Kriteria rekomendasi untuk perubahan obat suntik ke oral pada

    pneumonia komuniti menurut American Thoracic Society adalah

  • 7/29/2019 case pnemonia

    15/15

    frekuensi batuk dan sesak nafas berkurang, tidak demam dalam 2

    kali pengukuran selang 8 jam, penurunan leukosit, dan tidak ada

    kelainan pada penyerapan saluran cerna.

    Perubahan obat suntik ke oral harus memperhatikan ketersediaan

    antibiotik yang diberikan secara iv dan antibiotik oral yang

    efektivitasnya mampu mengimbangi efektivitas antibiotik iv yang telah

    digunakan. Perubahan ini dapat diberikan secara sekuensial (obat

    sama, potensi sama), switch over(obat berbeda, potensi sama), dan

    step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah). Obat

    suntik dapat diberikan 2-3 hari, kemudian pada hari ke-4 diganti obat

    oral dan penderita dapat berobat jalan.Mengenai kapan dilakukan terapi sulih masih belum ada jawaban

    baku. Siegel RE dkk, seperti dilansir dalam Chest1996, melakukan

    penelitian untuk mencari jawabannya. Sebanyak 73 pasien diacak

    dan dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok I mendapat antibiotik iv 2

    hari dan oral 8 hari, kelompok II mendapat antibiotik iv 5 hari dan oral

    5 hari, dan kelompok III hanya mendapat antibiotik iv selama 10 hari.

    Antibiotik iv yang diberikan adalah cefuroxime 750 mg tiap 8 jam

    sedangkan oralnya adalah cefuroxime axetil 500 mg tiap 12 jam.

    Ternyata dari ketiga kelompok tersebut tidak terlihat adanya

    perbedaan bermakna dalam hal perbaikan gejala klinis maupun

    resolusi dari gambaran foto toraks. Justru yang berbeda adalah lama

    perawatannya. Lama perawatan kelompok I adalah 63 hari, II 82

    hari dan III 111 hari. Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa

    apabila pada pasien pnemumonia yang dirawat tidak didapatkan

    gejala sakit yang berat/parah, sebaiknya antibiotik iv diberikan dalam

    waktu singkat (2 hari) kemudian diganti dengan antibiotik oral.

    Dengan demikian, pasien tidak perlu membayar terlalu mahal untuk

    biaya rawat inap dan mendapatkan hasil perbaikan yang tak berbeda

    pula apabila dirawat di rumah sakit lebih lama.