case bronchopneumonia

22
Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059) PRESENTASI KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT HUSADA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA Dokter Pembimbing : Dr. Naniek Muljono Penyaji : Diana Yuliani NIM : 406047059 IDENTITAS PASIEN Nama : N S F Umur : 5 bulan 3 hari Jenis Kelamin : perempuan Agama : Islam Alamat : Diketahui Masuk RS Husada : 5 April 2006, pukul 12.04 WIB ANAMNESIS Alloanamnesis dari ibu penderita, pada tanggal 5 April 2006, pukul 15.00 WIB Keluhan Utama : Sesak napas Keluhan Tambahan : demam, batuk dan diare RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sejak 1 hari SMRS, penderita tampak sesak nafas, yang makin lama terlihat makin bertambah berat. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas. Keluhan sesak tidak disertai Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1

Upload: isabella-puspa-dewi

Post on 22-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

bronkopneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT HUSADA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Dokter Pembimbing : Dr. Naniek Muljono

Penyaji : Diana Yuliani

NIM : 406047059

IDENTITAS PASIEN

Nama : N S F

Umur : 5 bulan 3 hari

Jenis Kelamin : perempuan

Agama : Islam

Alamat : Diketahui

Masuk RS Husada : 5 April 2006, pukul 12.04 WIB

ANAMNESIS

Alloanamnesis dari ibu penderita, pada tanggal 5 April 2006, pukul 15.00 WIB

Keluhan Utama : Sesak napas

Keluhan Tambahan : demam, batuk dan diare

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 1 hari SMRS, penderita tampak sesak nafas, yang makin lama terlihat makin

bertambah berat. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas. Keluhan sesak tidak disertai

adanya suara nafas berbunyi mengi atau mengorok, juga tidak disertai adanya bengkak pada

kedua kelopak mata atau kedua tungkai serta kebiruan pada ujung-ujung jari maupun disekitar

mulut. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak nafas, tidak ada.

Sejak 3 hari SMRS, penderita tiba-tiba demam tidak terlalu tinggi, siang sama dengan

malam, namun ibu penderita tidak mengukur suhu tubuh penderita. Demam tidak disertai

kejang maupun penurunan kesadaran. Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh adanya

batuk-pilek. Pilek dengan ingus encer warna putih bening. Batuk tidak keluar dahak.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

1

Page 2: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Karena keluhan demam dan batuk pilek tersebut penderita dibawa ke dokter, penderita

tampak sesak nafas dan disarankan untuk dirawat.

Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk lama / berdarah,

disangkal. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat penyakit sama di lingkungan

penderita tidak diketahui. Riwayat adanya orang yang sering merokok di rumah ada, yaitu

ayah penderita.

Sebelumnya kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita mencret lebih dari 5 kali/hari,

mencret mula-mula sedikit, air lebih banyak dari ampas. Mencret berupa cairan kekuningan

disertai lendir, tanpa darah. Muntah tidak ada. Awalnya keluhan mencret tidak disertai dengan

panas badan, batuk/pilek. Karena keluhan tersebut, penderita sudah dibawa berobat ke dokter

dan diberi obat puyer dan antibiotik. Namun tidak ada perbaikan, sampai saat dirawat di

rumah sakit, penderita buang air besar masih encer, tiap mencret kira-kira sebanyak ¼ gelas

aqua. Mencret berupa cairan kehijauan disertai lendir, tidak ada darah. Keluhan kemerahan

disekitar dubur, nyeri perut disangkal. Buang air kecil dalam 1 jam terakhir, lancar, warna

kuning jernih. Riwayat diare dalam keluarga tidak ada. Riwayat penyakit serupa dalam

lingkungan sekitar tidak diketahui.

Penderita tinggal bersama kedua orangtuanya di kompleks perumahan, yang dihuni

oleh 6 orang. Ayah dan ibu penderita adalah pekerja, dengan penghasilan cukup, rata-rata >

1.000.000/ bulan.

Riwayat Makanan

Sejak lahir sampai sekarang penderita diberi ASI dan diselingi susu formula SGM

( dikarenakan ibu penderita kerja ). ASI on demand ad libitum, sedangkan susu formula SGM

100-200 cc tiap kali pemberian., sebanyak 6 kali pemberian.

Umur 4 bulan – sekarang, jadwal pemberian makanan penderita :

ASI / PASI : 6 kali pemberian, 100-200 cc/tiap kali pemberian.

Biskuit : 1 kali pemberian ( pagi hari, biskuit Farley )

Bubur susu : 1 kali ( siang hari merk SUN )

Buah : 1 kali pemberian ( sore hari, biasanya pisang, pepaya atau semangka )

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu memeriksakan kehamilannya pada dokter dan kontrol teratur selama kehamilan.

Selama kehamilan ibu tidak pernah minum obat selain dari dokter, yaitu vitamin. Riwayat

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

2

Page 3: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

mengkonsumsi obat-obatan / jamu selain dari dokter selama hamil maupun saat bersalin tidak

ada. Riwayat sakit selama kehamilan tidak ada. Penderita lahir pada tanggal 4 November

2005, anak ketiga dari 3 bersaudara, dari seorang ibu G4P3A1 ( karena jarak terlalu dekat ).

Kelahiran : Tempat kelahiran : Rumah sakit

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : Spontan

Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3800 gram

Panjang badan lahir : 49 cm

Lingkar kepala : tidak diketahui ibu

Langsung menangis

Tidak biru/kuning/kejang

Nilai Apgar : 9/10

Kelainan bawaan : tidak ada

Riwayat Perkembangan

Pertumbuhan gigi pertama : belum

Psikomotor :

- Tengkurap : 4 bulan

- Duduk : belum

- Berdiri : belum

- Berjalan : belum

- Berbicara : belum

Riwayat Imunisasi

BCG : 1 kali ( 0 bulan )

Polio : 1 kali ( 2 bulan )

DPT/DT : 1 kali ( 2 bulan )

Hepatitis B : belum

Campak : belum

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

3

Page 4: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit berat, kontak aktif (+), tampak merintih.

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Heart rate : 160x/menit, reguler, isi cukup

Suhu tubuh : 380 C

Frekuensi nafas : 94x / menit, reguler, cepat dan dangkal, tipe

abdominal.

Data Antropometri

Berat badan : 6,5 kg (antara persentil dan )

Interprestasi : BB/umur menurut standar NCHS (%), termasuk gizi baik

Panjang badan : 64 cm ( persentil )

Interprestasi : PB/umur menurut standar NCHS (%), sesuai usianya.

Lingkar kepala : 40 cm

Lingkar dada : 37.5 cm

Lingkar lengan atas : 12 cm

Pemeriksaan Sistematis

Kepala : Bentuk normal, Lingkaran kepala 40cm, tidak dijumpai adanya

benjolan, rambut hitam, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar belum

menutup dan teraba sedikit cekung,

Mata : Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebrae

superior et inferior tidak udem, konjungtiva tidak anemis, tidak

injeksi konjungtiva. Sclera tidak icterik, pupil bulat isokor Ø 3 mm,

reflek cahaya +/+.

Hidung : Bentuk normal, pernafasan cuping hidung (+),secret tidak ada

Mulut : Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak kotor,

tonsil sulit dinilai dan faring tenang.

Telinga : Bentuk normal, simetris, canalis akusticus lapang, serumen -/-

Leher : Bentuk normal, KGB tidak teraba membesar, tidak teraba benjolan,

retraksi suprasternal (+).

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

4

Page 5: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Thorax : Paru

Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (+)

Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi :Suara napas vesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+,

tidak dijumpai adanya wheezing.

Jantung

Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi : sulit dinilai

Perkusi : sulit dinilai

Auskultasi : BJ I danII reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : membuncit, retraksi epigastrium (+)

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

Palpasi : supel, hepar teraba 1/3-1/3 dengan tepi tajam,

konsistensi kenyal, permukaan rata. Lien tidak teraba.

Perkusi : tympani

Genitalia eksterna : perempuan, tidak ada kelainan

Ekstremitas : akral hangat, bentuk normal, akrosianosis (-).

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 5 April 2006

LED : 65 mm/jam MCV/VER : 74

Hb : 11 g/dl MCH/HER : 25

Ht : 32 % MCHC : 34

Leukosit : 27500 /mm3 K : 3,9

Hitung jenis : Na : 171

- Basofil : 0 Cl : 97

- Eosinofil : 0

- Batang : 0

- Segment : 79

- Limfosit : 21

- Monosit : 0

Trombosit : 679.000

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

5

Page 6: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Foto Thoraks AP tanggal 5 April 2006

Perihiler infiltrat terutama agak luas di kanan

Corakan bronchovaskuler di hili ramai dan suram

Cor normal, mediastinum tidak melebar

Sinus dan diafragma baik, tidak tampak pleural effusion

Kesan : Bronchopneumonia terutama berat di kanan

RESUME

Telah diperiksa seorang bayi perempuan berusia 5 bulan 3 hari, BB 6,5 kg dengan

keluhan sesak nafas. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas, tidak ada suara nafas

berbunyi mengi atau mengorok, tidak bengkak pada kedua kelopak mata atau tungkai, tidak

ada kebiruan pada ujung-ujung jari atau sekitar mulut. Tidak ada riwayat tersedak.

Penderita demam sejak 3 hari, demam tidak terlalu tinggi, kejang (-), penurunan

kesadaran (-), sebelumnya batuk-pilek. Sebelumnya kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita

mencret lebih dari 5 kali/hari, air lebih banyak dari ampas, berupa cairan kekuningan,lendir

(+), darah (-). Muntah (-), tiap mencret kira-kira sebanyak ¼ gelas aqua. Sejak pagi ini,

mencret berupa cairan kehijauan disertai lendir, darah (-). Buang air kecil tak ada kelaian.

Ayah penderita merokok. Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk lama /

berdarah, disangkal.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Keadaan umum : tampak sakit berat, kontak aktif (+), tampak merintih.

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital : Heart rate : 160x/menit, reguler, isi cukup

Suhu tubuh : 380 C

Frekuensi nafas : 94x / menit, reguler, cepat dan dangkal, tipe

abdominal.

Dari pemeriksaan yang tampak kelainan yaitu :

Pernafasaan cuping hidung (+), retraksi suprasternal (+),

Pemeriksaan Paru

Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (+)

Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

6

Page 7: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Auskultasi :Suara napas vesikuler, ronkhi basah halus nyaring +/+,

wheezing -/-

Abdomen : Inspeksi : membuncit, retraksi epigastrium (+)

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

Palpasi : supel, hepar teraba 1/3-1/3 dengan tepi tajam,

konsistensi kenyal, permukaan rata. Lien tidak teraba.

Perkusi : tympani

Pemeriksaan Lab tanggal 5 April 2006

LED : 65 mm/jam

Leukosit : 27500 /mm3

Segment : 79 %

Pemeriksaan Thoraks : Bronchopneumonia terutama berat di kanan

DIAGNOSIS KERJA

Bronchopneumonia

Diare Cair akut

DIAGNOSIS BANDING

Bronkiolitis

PENATALAKSANAAN

- Pemberian oksigen 1 liter/menit

- Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Infus Dextrose 5% NaCl 0,9% + KCl 10 meq/500 cc cairan. Jumlah cairan sesuai berat

badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi

- Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrik dengan feeding drip

- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan ß agonis

untuk memperbaiki transpor mokosiliar

- Antibiotik sesuai hasil biakan atau dapat diberikan:

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian atau

Sefalosporin 100mg/kgBB/hari, dibagi 1-2 dosis.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

7

Page 8: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

- Simptomatik : antipiretik, roboransia

- ASI diberikan ad libitum, PASI ( LLM ) 6x100 cc

- Koreksi kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin timbul

PROGNOSA

Ad vitam : ad bonam

Ad fungtionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

Follow up

Pemeriksaan tanggal 6 April 2006 jam 10.00

Keluhan : batuk (+), sesak (+), mencret frekuensi 1x, warna kehijauan disertai

lendir, sebanyak kurang dari ¼ gelas aqua.

Keadaan umum : tampak sakit sedang, kontak aktif (+)

Heart rate : 161x/menit Saturasi O2 : 91% RR: 94x/menit Suhu:37,50C

Kepala : didapatkan adanya nafas cuping hidung, bibir tidak sianosis

Toraks : gerakan dada simetris, retraksi dinding dada interkostal, suprasternal,

xyphoid

Paru : suara napas vesikuler, ronki basah nyaring +/+, wheezing (-)

Abdomen : membuncit, lemas, BU (+)

Ekstremitas : akral hangat, tidak sianosis

Diagnosis : Bronkopneumonia + Diare Cair akut

Tindakan : - bersihkan jalan napas

- antibiotika lanjut

- ASI / PASI 4x 60 ml

- inhalasi

Pemeriksaan tanggal 7 April 2006 jam 08.30

Keluhan : batuk (+), sesak (+) berkurang, BAB konsistensi lunak, warna

kehijauan, lendir (-).

Keadaan umum : tampak sakit sedang, kontak aktif (+)

Heart rate : 144x/menit Saturasi O2 : 96% RR: 68x/menit Suhu:370C

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

8

Page 9: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Kepala : nafas cuping hidung (-), bibir tidak sianosis

Toraks : gerakan dada simetris, retraksi dinding dada berkurang

Paru : suara napas vesikuler, ronki basah nyaring +/+, wheezing (-)

Abdomen : datar, lemas, BU (+)

Ekstremitas : akral hangat, tidak sianosis

Diagnosis : Bronkopneumonia

Tindakan : - bersihkan jalan napas

- antibiotika lanjut

- ASI / PASI 4x 100 ml

- inhalasi

Pemeriksaan tanggal 8 April 2006

Keluhan : batuk (+), sesak (-), BAB (+) konsistensi lunak warna kuning,

frekuensi 1x

Keadaan umum : baik, kontak aktif (+)

Heart rate : 100x/menit Saturasi O2 : 96% RR: 64x/menit Suhu:36,50C

Kepala : konjungtiva tidak anemis, tidak didapatkan adanya nafas cuping

hidung, bibir tidak sianosis

Toraks : gerakan dada simetris, tidak dijumpai adanya retraksi

Paru : suara napas bronkovesikuler, ronki -/-,wheezing (-)

Abdomen : membuncit, lemas, BU (+), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, tidak sianosis

Pemeriksaan tanggal 9 April 2006

Tidak didapatkan keluhan pada penderita, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Terapi

injeksi antibiotika stop. Penderita direncanakan pulang.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

9

Page 10: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Pendahuluan

Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang dapat disebabkan oleh

berbagai etiologi dengan tanda penyakit yang paling menonjol adalah akibat dari peradangan

parenkim paru. Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Istilah

pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan

penyebab tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi.

Bronchopneumonia merupakan inflamasi yang terpusat pada bronkiolus, ......................

Bronkopneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan multiple lobus dari

paru.

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, namun beberapa

diantaranya dapat pula disebabkan oleh non infeksius, seperti teraspirasi makanan atau asam

lambung, benda asing, hidrokarbon; atau karena reaksi hipersensitivitas.

Pada infant dan anak kurang dari 5 tahun, penyebab infeksi traktus respiratorius bawah

yang dominan adalah virus. Puncak rata-rata pneumonia virus menyerang anak umur 2-3

tahun, berbeda pada bronchiolitis puncak rata-rata menyerang anak umur 1 tahun.

Klasifikasi

Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :

Atas dasar letak anatomi dari pneumonia, dibagi menjadi : Pneumonia lobaris

(Pneumonia), Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) dan Pneumonia interstitialis

(Bronchiolitis).

Atas dasar etiologi : pneumonia virus, pneumonia bakteri, pneumonia jamur dan

aspirasi pneumonia

Atas dasar gejala klinis : pneumonia tipikal dan pneumonia atipikal

Atas dasar cara mendapatkannya: pneumonia yang didapat di masyarakat (Community

Acquired Pneumonia / CAP) dan pneumonia yang didapat di rumah sakit (Hospital

Aquired Pneumonia / HAP )

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

10

Page 11: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan bersifat individual. Penyebab paling

umum dari pneumonia merupakan kombinasi dari Streptococcus pneumoniae dengan

respiratory syncytial virus (RSV) atau Mycoplasma pneumoniae.

Penyebab umum Pneumonia berdasarkan umur :

Umur Bakterial Viral Lain-lain

Neonatus Group B Streptococci, coliform bacteria

CMV, herpes virus Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum

4-16 minggu S.aureus, H.influenzae, S.pneumoniae

CMV, RSV Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum

< 5 tahun S.pneumoniae, S.aureus RSV, adenovirus, influenza virus A,B

> 5 tahun S.pneumoniae influenza virus A,B Mycoplasma pneumoniae

Patogenesis

Patogenesis pneumonia mencangkup interaksi antara mikroorganisme penyebab yang

masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien. Mikroorganisme mencapai

paru melalui jalan napas, aliran darah, aspirasi benda asing, atau transplasental selama

persalinan pada neonatus. Pada bagian saluran napas bawah, kuman menghadapi daya tahan

tubuh berupa sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag alveolar, limfosit

bronkial, dan neutrofil. Juga daya tahan humoral IgA dan IgG dari sekresi bronkial.

Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi mikroorganisme, tingkat

kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Hampir

semua mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia. Pada anak bakteri yang lazim

menyebabkan pneumonia adalah S.pneumoniae, H.influenzae, S.aureus, Mycoplasma

pneumoniae, M.tuberculosis. Pada anak dengan gangguan imun Pneumocystis carinii; pada

neonatus group B beta-haemolytic streptococci, Chlamydia dan lain-lain. Virus penyebab

pneumonia termasuk: influenzae, para-influenzae, adenovirus dan respiratory syncytial virus.

Pembedaan pneumonia virus dan bakteri secara klinis sulit. Infeksi virus pada traktus

respiratorius dapat berpredisposisi menjadi infeksi bakterial sekunder dengan merusak

mekanisme pertahanan tubuh yang normal, mengubah sekresi dan memodifikasi flora bakteri.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

11

Page 12: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil.

Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya umur.

Faktor predisposisi pneumonia adalah: aspirasi, gangguan imun, septisemia,

malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, kontaminasi perinatal, dan gangguan

klirens mukus / sekresi pada cystic fibrosis, benda asing atau disfungsi silier.

Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas. Mula-mula

terjadi edema karena reaksi jaringan, ini mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke

jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya

serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di

alveoli. Stadium ini disebut stadium Hepatisasi Merah. Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke

permukaan pleura, terdapat fibrin dan lekosit polimorfonuklear di alveoli, terjadilah proses

fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut Stadium Hepatisasi Kelabu. Akhirnya, jumlah sel

makrofag meningkat di alveoli, sel akan degenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris

menghilang. Stadium ini disebut Stadium Resolusi.

Manifestasi klinis

Bronkopneumonia merupakan bagian dari pneumonia, biasanya didahului oleh

peradangan saluran nafas bagian atas seperti batuk, pilek selama beberapa hari disertai

kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba. Batuknya mula-mula kering kemudian produktif. Anak

umumnya gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.

Bila keadaan terus berlanjut akan terdapat sianosis di sekitar mulut dan hidung. Peningkatan

nafas dibarengi dengan retraksi dari intercostal, subkostal, dan suprasternal, dan penggunaan

otot pernafasan aksesorius. Batuk biasanya tidak ditemukan pada awal penyakit, mungkin

terdapat batuk setelah beberapa hari. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan

pemeriksaan fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung

dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan kemungkinan pneumonia.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisis tergantung daripada luas daerah yang

terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya

terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu

(konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi

terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya

penyembuhan dapat terjadi sesudah 2-3 minggu.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

12

Page 13: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Gejala klinis antara pneumonia virus dan bakteri kadang dapat dibedakan, meski

perbedaan tersebut tidak selalu jelas pada setiap pasien. Pada keduanya dapat ditemukan

takipnea, batuk dan retraksi. Pneumonia virus lebih banyak didapatkan batuk, wheezing, atau

stidor, dan demam lebih menonjol pada pneumonia bakterial. Sedangkan pada pneumonia

bakterial biasanya batuk, demam tinggi, dyspnea, dan pada auskultasi adanya konsolidasi

paru ( penurunan suara napas, pada perkusi terdengar redup).

Diagnosis

Secara umum, pemeriksaan leukosit dapat digunakan membedakan antara pneumonia

virus dan pneumonia bakteri. Pada pneumonia virus, leukosit dapat normal atau meningkat

(biasanya tidak lebih dari 20.000/mm3) dengan predominan limfosit. Sedangkan pada

pneumonia bakterial, terjadi peningkatan leukosit antara 15.000 – 40.000/mm3 dan

predominan granulosit.

Pada foto rontgen dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh

lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan

derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya

lebih berat daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

o Konsolidasi pada satu atau lebih lobus pada pneumonia lobaris

o Penebalan pleura pada pleuritis

o Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, pneumomediastinum pneumo-thoraks,

abses, pneumatokel atau perikarditis.

Juga dari biakan kuman yang berasal dari biopsi paru atau aspirasi nasal.

Penatalaksanaan

Management dari pneumonia tergantung umur penderita dan gejala klinis yang ada.

Pada kasus yang tidak berat, tidak perlu dirawat. Namun pada neonatal atau pneumonia

kongenital mengancam jiwa, karena itu harus dirawat di rumah sakit. Pemberian antibiotik

selama 14 hari, pada neonatus diberikan ampisilin i.v 100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis dan

gentamisin i.v 5 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis. Pada bayi/anak diberikan ampicilin i.v

200mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis dan chloramphenicol i.v 75 mg/kbgg/hari dibagi 4 dosis.

Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis

cairan yang digunakan ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1

ditambah larutan KCl 10 meq/500 ml botol infus.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

13

Page 14: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

Indikasi dirawat meliputi :

- moderate sampai severe respiratory distress

- gagal pada pengobatan antibiotik oral

- tidak sanggup menelan antibiotik oral oleh karena muntah

- konsolidasi lobaris yang lebih dari satu lobus

- immunosupresi

- empyema

- abses atau pneumotocele

- penyakit underlying kardiopulmoner ( seperti hipertensi pulmoner )

Komplikasi

Dengan menggunakan antibiotika dalam pengobatan, maka komplikasi pneumonia

bakterial telah jarang ditemukan. Komplikasi yang mungkin terjadi seperti empiema,

pneumothoraks atau abses paru sering terjadi pada fase akut pneumonia yang disebabkan oleh

staphylococcus. Sementara H.influenzae sering menyebabkan pleural effusi. Komplikasi lain

seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang ditemukan.

Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan

sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang

terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

14

Page 15: Case Bronchopneumonia

Presentasi Kasus Diana Yuliani (406047059)

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia:

WB Saunders, 2004: 1432-35.

2. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson B. Nelson Essentials of of Pediatrics, 17th ed.

Philadelphia: WB Saunders, 1990: 433-35.

3. Staf pengajar FKUI. Buku Kuliah IKA 3. Cetakan ke empat. Jakarta: BPFKUI, 1985.

4. Matondang. C, Wahidiyat. I, Sastroasmoro. S, Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi kedua.

Jakarta, 2003. Sagung Seto

5. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Jakarta, 2005.

6. Tjokronegoro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi ketiga. Balai penerbit FKUI,

Jakarta. 2001.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

15