cara menghapus dosa & jangan sepelekan dosa kecil

9
Materi KII-Nisrina Naflah Cara Menghapus Dosa Ada dua jenis dosa, yaitu as-sayyiat (dosa kecil) dan al-mubiqat (dosa besar).Untuk menghapuslan dosa kecil (as-sayyiat) bisa ditempuh dua cara, yaitu: 1) Menjauhi dosa-dosa besar ; dan 2) melakukan perbuatan-perbuatan baik. Allah berfirman: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan- kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An-Nisaa {4}: 31) “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Hud {11}: 114) Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam bersabda, “Dan iringilah kejelekan (dosa kecil) dengan melakukan perbuatan baik (hasanah), niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.” (Riwayat Tirmidzi) Dalam Hadits-hadits yang lain, Rasulullah menegaskan tentang amalan-amalan baik yang bisa menghapus dosa- dosa kecil itu antara lain: menyempurnakan wudhu, pergi ke masjid, shalat lima waktu, melaksanakan shalat jumat hingga jumat berikutmya, menjalankan puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya, shalat malam, dan lain sebagainya. Adapun untuk menghapus dosa besar (al-kabair) atau al-mubiqat, ajaran Islam menegaskan satu cara, yaitu taubatan-nasuha (taubat yang setulus-tulusnya).

Upload: rina-purnama-sari

Post on 27-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

Cara Menghapus Dosa

Ada dua jenis dosa, yaitu as-sayyiat (dosa kecil) dan al-mubiqat (dosa besar).Untuk menghapuslan dosa kecil (as-sayyiat) bisa ditempuh dua cara, yaitu: 1) Menjauhi dosa-dosa besar ; dan 2) melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Allah berfirman: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”(An-Nisaa {4}: 31)

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”(Hud {11}: 114)

Rasulullah Shallallahu’alahi wassalam bersabda, “Dan iringilah kejelekan (dosa kecil) dengan melakukan perbuatan baik (hasanah), niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.”(Riwayat Tirmidzi)

Dalam Hadits-hadits yang lain, Rasulullah menegaskan tentang amalan-amalan baik yang bisa menghapus dosa-dosa kecil itu antara lain: menyempurnakan wudhu, pergi ke masjid, shalat lima waktu, melaksanakan shalat jumat hingga jumat berikutmya, menjalankan puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya, shalat malam, dan lain sebagainya.

Adapun untuk menghapus dosa besar (al-kabair) atau al-mubiqat, ajaran Islam menegaskan satu cara, yaitu taubatan-nasuha (taubat yang setulus-tulusnya).

Allah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami

Page 2: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(At-Tahrim {66}: 8)

Ada empat syarat taubat nasuha.

1. Melepaskan diri dari dosa tersebut.

2. Menyesali perbuatannya.

3. Beristighfar, meminta ampun kepada Allah.

4. Bertekad tidak mengulanginya.

Jika dosa itu berkaitan dengan pelanggaran terhadap orang lain, maka wajib atasnya untuk meminta agar dihalalkan (dimaafkan) jika memungkinkan. Sebab setiap kezaliman akan dituntut di hari kiamat.

Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang pernah berbuat zalim terhadap saudaranya, maka hendaklah ia segera meminta halal (maaf)-nya sekarang juga sebelum (datangnya hari yang) tiada lagi berguna dinar dan dirham; jika ia mempunyai kebaikan-kebaikan maka diambillah kebaikan-kebaikan itu (dan diberikan kepada saudaranya yang pernah dizaliminya), dan jika belum cukup maka dosa-dosa saudaranya itu akan diambil dan dibebankan kepadanya.” (Hadits Riwayat Bukhari)

Dosa Kepada Sesama Manusia

Abi Hurairah (semoga Allah meridoinya) berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya maupun sesuatu yang lain, maka hendaklah dia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia mempunyai amal saleh, akan diambil darinya seukuran kezalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari

Page 3: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

keburukan saudaranya (yang dizalimi) kemudian dibebankan padanya.” (H.R. Al-Bukhari)

Rasulullah Saw. mengajari kita untuk berani mengakui kesalahan.

Kezaliman bisa dilakukan oleh lidah atau tangan. Kata-kata yang menyakitkan, menistakan, memprovokasi, dan mengklaim hanya dirinya yang berjasa (dan menggap orang lain tidak punya kebaikan) adalah kezaliman. Tangan yang menyengsarakan, menghilangkan hak orang lain, serta meruskan adalah kezaliman.

Muslim sejati adalah orang yang tidak pernah menzalimi orang lain, baik dengan lidah maupun dengan tangannya sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,

“Orang muslim (sejati) adalah orang yang orang-orang muslim lainnya selamat dari (gangguan) lidah dan tangannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Manusia bukanlah malaikat. Siapa pun bisa melakukan kesalahan kepada sesamanya. Jika hal itu terjadi, sikap terbaik yang diajarkan Rasulullah Saw. adalah segera meminta maaf. Itulah yang dilakukan Abu Badzar terhadap Bilal dalam kisah berikut.

Pada suatu hari, Abu Dzar Al-Ghifari terlibat percekcokan dengan Bilal. Karena kesal, Abu Dzar berkata, “Engkau juga menyalahkanku wahai anak perempuan hitam?” Mendengar dirinya disebut dengan anak perempuan hitam, Bilal tersinggung, sedih, dan marah. Ia kemudian melaporkan hal itu kepada Rasulullah Saw. Beliau kemudian menasihati Abu Dzar, “Hai Abu Dzar, benarkah engkau mencela Bilal dengan (menghinakan) ibunya? Sungguh dalam dirimu ada perilaku jahiliyah.”

Mendengar nasihat Rasulullah Saw. itu, Abu Dzar tersadar dari kesalahannya. Segera ia menemui Bilal. Abu Dzar kemudian meletakkan pipinya di tanah seraya mengatakan, “Aku tidak akan mengangkat pipiku dari tanah hingga kau injak pipiku ini agar engkau memaafkanku.” Namun Bilal tidak memanfaatkan

Page 4: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

momentum ini untuk membalas dendam. Bilal malah berkata, “Berdirilah engkau, aku sudah memaafkanmu.”  Begitulah Abu Dzar dengan mudah dan berani mengakui kesalahan yang ia lakukan bukan dengan sengaja untuk menghinakan Bilal.

Orang yang tidak belajar mengakui kesalahan tidak akan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Memang, untuk belajar mengakui kesalahan, seseorang membutuhkan waktu untuk melakukan perenungan. Dia harus bisa menyisihkan waktu untuk melepas berbagai kesibukan seraya merenungkan berbagai ucapan atau tindakan saat berinteraksi dengan pihak lain.

5 Sebab Dosa Kecil Menjadi Besar

“Sesungguhnya,” kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, “Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ sahabat dan tabiin telah menunjukkan bahwa dosa itu ada dua. Ada dosa besar, ada dosa kecil.”

Dosa kecil sebenarnya bisa diampuni Allah dengan mudah melalui istighfar dan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Dosa kecil juga tidak mendapatkan ancaman khusus dan laknat Allah seperti halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah menjadi besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini.

1. Meremehkan dosa dan menganggapnya biasa saja

Ada orang-orang yang ketika melakukan dosa kecil ia menganggapnya sebagai hal yang biasa, terhapus dengan sendirinya atau tidak mempedulikannya. “Ah, ini mah dosa kecil.” “Biasa, yang beginian tak menyebabkan masuk neraka.” Dan komentar-komentar sejenisnya.

Rasulullah saw telah bersabda: "Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat membinasakannya." (HR ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath).

Page 5: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

“Dosa kecil bisa menjadi besar,” fatwa Imam Auza’I, “jika seorang hamba menganggapnya kecil dan meremehkannya.”

Tapi meski bagaimanapun seseorang seharusnya dituntut untuk menganggap besar suatu dosa, sebab jika tidak demikian maka tidak akan lahir rasa penyesalan. Adapun jika menganggap besar atas suatu dosa maka ketika melakukannya akan disertai dengan rasa sesal. Ibarat orang yang menganggap uang receh tak bernilai, maka ketika kehilangan ia tak akan bersedih dan menyesalinya. Namun ketika yang hilang adalah dinar (koin emas) maka tentu ia akan sangat menyesal dan kehilangannya merupakan masalah yang besar.

Perasaan menganggap besar terhadap dosa muncul karena tiga faktor

- Menganggap besar atas suatu perintah (apapun ia)

- Menganggap besar Dzat atau orang yang memerintah.

- Keyakinan akan benarnya balasan. 

2. Dikerjakan berulang-ulang (terus-menerus)

Sesuatu yang kecil, jika terus ditumpuk dan dikumpulkan, maka ia akan membesar. Sebuah peribahasa mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Demikian pula dengan dosa kecil. Jika ia terus diulang, ia pun menjadi besar.

“Bukanlah dosa kecil jika dikerjakan terus menerus,” kata Ibnu Abbas, “dan bukanlah dosa besar jika diiringi taubat.”

Umumnya, pengulangan atau pembiasaan dosa itu berawal dari sikap meremehkan dosa. Lanjutan hadits pada poin 1 di atas menegaskan membesarnya dosa yang terus menerus dikerjakan.

“Sesungguhnya perumpamaan orang yang meremehkan dosa bagaikan sekelompok orang yang singgah di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu dn terus menerus membawa kayu hingga (kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak makanan mereka.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).

Page 6: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

3. Menyukai perbuatan dosa tersebut

Yaitu orang yang ketika dan setelah melakukan dosa timbul kepuasan dan kesenangan dalam jiwanya.

“Termasuk dosa besar adalah,” kata Imam Ghazali dalam Ihya’, “merasa senang, gembira dan bangga dengan dosa.”

Seperti seorang pelaku dosa berkata: "Andaikan saja engkau tahu bagaimana aku mempermalukan si fulan, dan bagaimana aku membuka aib dan keburukannya sehingga nampak jelas semua!" Atau misal yang lain: "Seandainya kamu melihat bagaimana aku memukul dia dan menghinakannya!" 

Orang ini sudah begitu lupa dengan kejelekan dosa sehingga malah senang tatkala dapat melampiaskan keinginannya yang terlarang. Dan perasaan senang terhadap suatu kemaksiatan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukannya, sekaligus menunjukkan ketidaktahuannya dengan Dzat yang ia maksiati, buruknya akibat dan besarnya bahaya kemaksiatan. Rasa senang dengan dosa telah menutupi semua itu, dan senang dengan suatu dosa lebih berbahaya daripada dosa itu sendiri. Sebab. orang yang berbuat suatu dosa namun sebenarnya tidak senang dengan perbuatan itu maka ia akan segera menghentikannya. Sedangkan rasa senang dengan dosa akan menimbulkan keinginan untuk terus melakukannya. 

Jika kealpaan dan kelalaian semacam ini telah begitu parah maka akan menyeretnya untuk melakukan dosa tersebut secara terus menerus, merasa tenang dengan perbuatan salah dan bertekad untuk terus melakukannya. Dan ini adalah jenis lain dari dosa yang jauh lebih berbahaya daripada dosa yang ia lakukan sebelumnya. 

4. Memamerkan dan mendemonstrasikan dosa tersebut

Dewasa ini, jumlah orang yang melakukan hal keempat ini cenderung makin banyak. Bahkan bukan hanya dosa kecil,

Page 7: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

untuk dosa besar pun sebagian orang melakukannya secara terbuka sekaligus memamerkan dan mendemonstrasikannya. Misalnya dengan media video yang diupload di Youtube dan sebagainya. Selain menunjukkan peremehan terhadap dosa, poin keempat ini juga memicu orang lain melakukan dosa yang sama akibat contoh yang ia lakukan dan dengan demikian dosanya menjadi berlipat-lipat.

Seseorang yang melakukan dosa kecil dan telah ditutupi oleh Allah namun ia sendiri malah kemudian menampakkan dan menceritakannya maka dosa kecil itu justru menjadi berlipat karena telah tergabung beberapa dosa. Ia telah mengundang orang untuk mendengarkan dosa yang ia kerjakan, dan bisa jadi akan memancing orang yang mendengar untuk ikut melakukannya. Maka dosa yang tadinya kecil dengan sebab ini bisa berubah menjadi lebih besar. 

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun), termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: "Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan perbuatan begini dan begini!" (HR Muslim, kitabuz zuhd) 

5. Jika yang mengerjakannya adalah tokoh atau panutan

“Orang yang berbuat dosa, sedangkan ia adalah seorang alim yang menjadi panutan,” tulis Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, “jika ia paham dan tahu akan dosanya tetapi malah menerjang dosa tersebut, maka dosa kecilnya itu berubah menjadi dosa besar.”

Selain faktor peluang diikuti oleh umat/pengikutnya, dosa kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh/ulama juga berpotensi membawa opini dan citra negatif terhadap Islam.

Yang demikian apabila ia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar. Tetapi lain halnya jika melakukannya

Page 8: Cara Menghapus Dosa & Jangan Sepelekan Dosa Kecil

Materi KII-Nisrina Naflah

karena kesalahan dalam ijtihad, marah atau yang semisalnya maka tentunya itu dimaafkan.