makalah pai tentang menghargai karya orang lain dan dosa dosa besar

20
MAKALAH PAI TENTANG Menghargai Karya Orang Lain dan Macam-macam Dosa Besar Disusun oleh: Dede Adi Nugraha (xDLMx_dhansheiA3) Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 SUKAHAJI Tahun Pelajaran 2012-2013

Upload: dhan-shei

Post on 14-Jun-2015

15.306 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

MAKALAH PAI

TENTANG

Menghargai Karya Orang Lain dan

Macam-macam Dosa Besar

Disusun oleh:

Dede Adi Nugraha

(xDLMx_dhansheiA3)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 SUKAHAJI

Tahun Pelajaran 2012-2013

Page 2: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat-Nya penyusunan

makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah agama yang

membahas tentang Menghargai Karya Orang Lain dan Macam-macam Dosa Besar.

Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga

materi yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang digunakan disekolah yaitu

KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami

hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan

materi/makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua,

sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang Tua kami yang selalu memberikan fasilitas dan dorongan untuk

bisa membuat makalah ini.

2. Kepada tim/kelompok yang sangat kompak dalam mengumpulkan

referensi yang berkaitan dengan materi sehingga kami sebagai penulis

dapat menyelesaikan makalah.

3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak

membantu.

Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang

masih dalam proses pembelajaran, meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik

itu dalam pembahasan materi ataupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu kritik

dan saran dari para pembaca sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas

makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang

Punya dan Maha Kuasa.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi

kesadaran tersendiri bagi generasi muda Islam yang akan datang, khususnya dalam

bidang Perekonomian.

Penyusun,

Page 3: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan Makalah

C. Tujuna Penulisan

D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Menghargai Karya Orang Lain

B. Perlindungan terhadap Hak Karya Cipta

C. Penerapan Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain

D. Menyekutukan Allah SWT

E. Tujuh Macam Dosa Besar

F. Intisasri / Kandungan Hadits

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai muslim yang baik dan kehadirannya menadi rahmat bagi seluruh alam, kita tidak

boleh melakukan perbuatan apapun yang sifatnya merendahkan, mengejek dan menghina orang

lain, baik dari segi kepribadiannya, karyanya, postur tubuhnya, maupun keadaan sosialnya.

Karena penghinaan, celaan maupun merendahkan orang lain akan memunculkan perasaan sakit

hati dan dendam. Oleh karena itu, setiap individu muslim hendaknya senantiasa berusaha sekuat

kemampuannya untuk menahan diri dari sikap yang dapat membuat orang lain merasa

direndahkan. Manusia yang terbaik adalah mereka yang selalu memperhatikan dan memberi

pertolongan kepada orang-orang yang tidak mampu atau lemah disekitarnya. Salah satu

kecenderungan atau bahkan kebiasaan orang beriman adalah selalu ingin berbuat baik kepada

orang lain, baik memiliki hubungan kekerabatan atau tidak, yang dikenal maupun yang tidak

dikenal, Apakah berbuat baik dengan harta atau tenaga ataupun hanya dengan memperlihatkan

sikap terpuji yaitu memperlakukan orang lain dengan baik ataupu menghargai perbuatan baik

atau karya orang lain dengan respon atau menanggapi dengan positif. Orang beriman selalu ingin

berbuat baik dan selalu memerhatikan serta memberi pertolongan kepada orang yang tidak

mampu atau lemah di sekitarnya, karena itu merupakan salah satu cara dalam bersyukur kepada

Allah SWT atas kebaikan-kebaikan yang diberikan kepadanya seperti yang telah diceritakan

dalam QS Al-Qasas/28:77 dan sabda Rasulullah s.a.w. :

Artinya :

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah

kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berbuat kerusakan” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan

kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi

Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun

seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar,

maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat.

Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa

kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.

Allah SWT berfirman didalam Al-Qur‟an Surat An-Nisaa‟ 31,

Artinya :

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu

mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan

kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”.

Page 5: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa kecil. Jelas

pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan diri dari dosa-dosa

besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang pernah dilakukannya. Haruslah

kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang

fardlu (wajib) seperti halnya shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan

teratur, sambil terus berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan yang fardlu itupun

tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba melaksanakan semua yang diwajibkan

(fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa besar maka Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa

kecilnya.

Apakah dosa itu? Apa sajakah dosa-dosa kecil itu? Dan, apa saja pulakah yang tergolong

dosa-dosa besar?

Dosa adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah

SWT. Sampai disini belum dibedakan besar kecilnya dosa. Abdullah bin Abbas berkata, “ Setiap

perbuatan menentang ajaran Islam adalah dosa besar.”

Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara sembrono

(serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan terangkum menjadi suatu

dosa besar. Seorang ulama menerangkan pengaruh-pengaruh dosa kecil dan dosa besar dengan

contoh berikut ini. Ia mengibaratkan dengan perbandingan sengatan kalajengking kecil dengan

kalajengking besar. Juga ibarat rasa panas terbakar api kecil dibanding dengan terbakar api yang

besar. Semuanya terasa sangat sakit, namun akibat yang ditimbulkan oleh yang besar

menyisakan luka yang lebih parah. Begitu juga, kedua jenis dosa itu sama berbahayanya, akan

tetapi kerusakan yang diderita akibat dosa besar lebih parah daripada dosa kecil.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain?

2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan terhadap hak karya cipta?

3. Bagaimana penerapan sikap dan perilaku menghargai karya orang lain?

4. Maksud dari Meynekutukan Allah SWT ?

5. Tujuh macam dosa besar ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain.

2. Untuk mengetahui macam-macam dosa besar.

3. Untuk mengetahui riwayat/hadist mengenai dosa-dosa besar.

4. Menjelaskan tentang macam-macam dosa besar.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan Agama.

2. Bagi siswa, makalah ini disusun untuk membantu siswa mengatahui maksud dari

menghargai karya orang lain dan bisa mengetahui macam-macam dosa besar.

3. Bagi guru, makalah ini di susun untuk membantu guru agar mempermudah dalam menyampaikan materi.

Page 6: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Menghargai Karya Orang Lain

Kata „menghargai‟ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti bermacam-

macam, diantaranya memberi, menentukan, menilai, membubuhi harga, menaksir harga,

memandang penting (bermanfaat, berguna), menghormati. Karya orang lain adalah hasil

perbuatan manusia berupa „suatu karya‟ yang baik (positif) yaitu hasil dari ide, gagasan manusia

seperti seni, karya budaya, cipta lagu, mesin atau sesuatu produk yang bermanfaat atau berguna

bagi orang lain.

Manusia diciptakan dalam kondisi saling ketergantungan antara yang satu dengan yang

lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai

antar mereka. Sebenarnya sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas

kelebihan orang lain. Al-Qur'an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana

seharusnya bersikap saling menghargai. Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al-

Qur'an maupun riwayat hadis mengenai masalah ini. Saling menghargai antar sesama makhluk

Allah akan cepat tumbuh jika masing-masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti

berperasangka buruk (su‟uzhzhann), mencari- cari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain

sebagainya. Berawal dari iri hati dan berperasangka buruk biasanya akan timbul kebencian yang

pada akhirnya berujung pada permusuhan. Pada saat itulah menghargai hak- hak orang lain akan

menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu, tepat jika Nabi saw

memerintahkan kaum muslimin melalui riwayat hadis berikut ini:

Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu prasangka (buruk),

karena berprasangka (buruk) itu adalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian saling

mencari kesalahan orang lain, saling memata- matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu

punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba- hamba Allah SWT yang bersaudara. “ (HR.

Bukhari dan Muslim).

Saling mencari aib dan cacat orang lain (tajassus), saling dengki, saling berpaling muka, dan

sejenisnya adalah wujud dari tidak adanya rasa saling menghargai antar individu. Padahal Islam

melarang umatnya untuk melakukan hal- hal yang tidak terpuji tersebut. Oleh karena itu, tidak

dibenarkan jika seseorang bergaul hanya untuk mencari-cari kejelekan atau kelemahan orang

lain. Allah swt berfirman,

Artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena

sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan

janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan

daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.

QS. Al- Hujurat/ 49: 12.

Page 7: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Kunci sikap saling menghargai dan saling memahami sekurang- kurangnya ada dua hal,yaitu:

1. Menghormati hak orang lain

Setiap orang menghendaki keberadaannya diakui dan hak- haknya dihormati. Rasa harga

diri sebagai manusia akan terusik jika hak- ¬haknya diabaikan oleh orang lain. Karena harga diri

merupakan identitas manusia yang pada dasarnya memang butuh pengakuan dari pihak lain.

Orang akan bisa berbuat nekad jika harga dirinya dilanggar dan diusik oleh orang lain.

2. Menahan diri

Prinsip ini merupakan kelanjutan dari prinsip pertama. Menyadari bahwa setiap orang itu

memiliki hak individual, maka tidak dibenarkan memaksakan haknya kepada orang lain. Jika

terjadi dua kepentingan yang berbeda di antara kedua belah pihak, harus dicarikan jalan

keluarnya dengan cara musyawarah untuk mencapai titik temu.

Sikap saling menghargai sangat dibutuhkan dalam berteman atau dalam pergaulan secara

umum. Maksudnya agar tidak terjadi salah faham antara individu yang satu dengan individu lain

atau antara kelompok satu dengan kelompok lain. Dengan menghargai dan memahami pihak

lain, kita akan bertambah pengetahuan tentang adat-istiadat dan kebiasaan mereka jika kebetulan

mereka memiliki budaya dan tradisi yang berbeda dengan kita. Di samping itu juga untuk

menghindari saling memaksakan kehendak. Dengan demikian, hubungan dapat berjalan secara

harmonis, karena masing-masing merasa hak-haknya dihormati. Kita tentu tidak mau dipaksa

oleh orang lain, sebagaimana orang lain tidak suka jika kita paksa.

Jika sesama orang mukmin mengembangkan sifat- sifat positif, mulai dari saling menghargai,

toleransi, saling tolong menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaturahmi,

mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, maka sikap solidaritas akan

terjalin kuat. Ketika sesama muslim berselisih, maka segera damaikan antara pihak tersebut.

Karena perselisihan biasanya diakibatkan masing- masing pihak berseteru dan tidak bisa lagi

saling menghargai. Jika perselisihan itu berlangsung terus maka sikap solider antarsesama tidak

akan terwujud. Wajar jika Al- Qur‟an dalam hal solidaritas memberikan perintah sukup tegas

sebagai berikut:

Artinya:

“Orang- orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah

hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat

rahmat.” QS. Al- Hujurat/ 49: 10.

Rasulullah saw pernah bersabda, “Akhlak yang baik adalah menyambung tali silaturahmi

kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, engkau memberi kepada orang yang

selama ini tidak suka memberimu, dan engkau memaafkan orang yang pernah menyayangimu.”

Perilaku negatif seperti sombong, enggan menghargai hak orang lain, dan egois yang tertanam

pada diri seseorang akan merusak solidaritas antar sesama manusia.

Adapun bahaya mengabaikan karya orang lain (tidak menghargai orang lain) antara lain sebagai

berikut:

1. Membahayakan Keimanan

Tidak menghargai karya orang lain menunjukan sikap mental yang tidak sehat. Sikap

tersebut akan dapat membawa kita pada sikap iri hati, dengki, hingga suuzan pada orang lain.

Hal ini tentu saja berbahaya bagi keimanan kita kepada-Nya.

Page 8: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

2. Membahayakan Akhlak

Seseorang yang terbelit oleh perasaan tamak dan tidak peduli lagi dengan hasil karya

orang lain akan terdorong untuk melakukan tindak pelanggaran dan kejahatan, seperti

pembajakan hak cipta, pembunuhan karakter, dan beragam kejahatan lainnya. Sikap tamak dan

tiadanya rasa penghargaan pada hasil karya orang lain berpotensi menhalalkan segala cara untuk

memenuhi kebutuhannya meskipun melanggar aturan agama.

3. Membahayakan Masyarakat

Apabila sikap tidak menghargai karya orang lain dan sikap tamak bergabung menjadi

satu, lalu dilanjutkan dengan tindakan kejahatan untuk memperkaya diri, maka mulailah dampak

pada masyarakat terjadi. Kita dapat dengan jelas melihat hal ini dalam kejahatan pembajakan

hasil karya. Sebuah buku misalnya.

Untuk itu, Islam sangat mengecam sifat- sifat tercela tersebut. Banyak sekali hikmah yang bisa

diambil dari sifat saling menghargai sesama manusia, di antarnya adalah:

a. Tumbuhnya rasa senasib dan sepenanggungan. Sehingga ketika ada orang yang tertimpa

musibah, yang lain akan segera ikut mengurangi deritanya.

b. Akan terkumpul pada diri seseorang sifat- sifat terpuji. Orang solider cenderung

bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahannya.

c. Allah swt akan memberi banyak kemudahan dalam berbagai kebutuhannya.

d. Allah swt akan memberikan pertolongan- Nya

B. Perlindungan terhadap Hak Karya Cipta

Kita pasti pernah mengetahui dan mendengar tentang pembajakan hasil karya, misalnya

pembajakan kaset atau VCD dengan menggandakan yang resmi, kemudian hasil bajakan tersebut

dijual dengan harga yang sangat murah. Perbuatan tersebut membuat rugi perusahaan rekaman

dan berdampak pula kerugian materi terhadap pencipta lagu dan penyanyinya.

Bentuk lain sikap tidak terpuji terhadap hasil karya orang lain adalah menduplikat atau

mencontek desain atau mencuri ide (gagasan) cipta oarang lain untuk kepentingan dirinya guna

mendapatkan keuntungan materi atau popularitas. Dalam kasus tersebut, pemerintah telah

membuat undang-undang tentang perlindungan terhadap hak cipta dalam hukum perdata. Si

pelaku akan mendapat hukuman, sedang perbuatannya merupakan tindakan kriminal.

Islam juga memiliki ajaran tentang hak perlindungan yang berkaitan dengan hak asasi

manusia dan terdapat informasinya dalam Al-Qur‟an dan sunnah rasul, diantaranya firman Allah

SWT. Surah Al-Ma‟idah/5:32

Hadist nabi Muhammad saw, yang disampaikan oleh Abi Amamah juga memberi

penegasan yang disampaikan dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada Haji Wada

yang artinya, “Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka

dan haram masuk surga”. Seorang lelaki bertanya, “Walaupun itu sesuatau yang kecil, wahai

Rasulullah? “Beliau menjawab, “Walaupun hanya sebatang kayu arak.” (HR Muslim).

Dari ayat dan hadis tersebut Islam menjamin atau melindungi hak hidup, dan hak

pemilikan (hasil karya) yang sah. Islam mengharamkan segala bentuk kezaliman termasuk

menduplikat atau menggandakan hasil orang lain atau mencuri atau mengambil tanpa izin konsep

(ide) sebuah gagasan (karya) orang lain untuk kepentingan dirinya atau guna mendapatkan

keuntungan dari harta atau karya orang lain tersebut Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah:

188

Page 9: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Artinya:

“Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah)

kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan

sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah:

188)

Dalam islam, memberi keamanan (perlindungan) kepada orang lain tercermin dalam

jaminan perlindungan mata pencaharian, jiwa dan harta benda termasuk di dalamnya harta

berupahasil karya cipta (QS Quraisy/106:3-4).

Islam tidak hanya menempatkan bekerja atau berkarya sebagai hak dan melindunginya

dalam berkerja berikut hasil karya (perkerjaannya), tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan

kehormatan yang perlu dijamin. Hadis Nabi Muhammad saw yang diceritakan oleh Miqdam ra.

Menyebutkan bahwa, “Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada

makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri.” (HR Bukhari). Islam juga menjamin hak

pekerja (melindungi hak pekerjaannya), seperti terlihat dalam hadis Nabi Muhammad saw, yang

diriwaytakan oleh Abdullah ibn Umar ra. Yang artinya, “Berilah pekerja itu upahnya sebelum

kering keringatnya.” (HR Ibnu Majah).

Beberapa contoh karya-karya yang dilindungi oleh hak cipta adalah sebagai berikut:

1. Buku dan program computer

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang diwujudkan dengan cara diucapkan

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

4. Ciptaan lagu atau music tanpa teks, termasuk karawitan dan rekaman suara

5. Drama, tari, pewayangan, dan pantomime

6. Karya pertunjukan

7. Karya siaran

8. Seni rupa, dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni

pahat, seni patung, kolase, seni terapan yang berupa seni kerajinan tangan

9. Arsitektur

10. Peta

11. Seni batik

12. Sinematografi

13. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya-karya lainnya dari hasil perwujudan

cipta dan karya.

Hak-hak yang terkait dengan pemegang hak cipta:

a. Hak ekonomi

Hak untuk mengambil keuntungan dari kegiatan ekonomi terhadap ciptaan tersebut.

Berkaitan dengan hal ini Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisa‟: 29

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan

jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas suka sama suka

diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang

kepadamu”. (Q.S. An-Nisa‟(4) : 29)

Page 10: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

b. Hak moral adalah :

1) Hak untuk diakui karyanya yaitu hak pencipta untuk dicantumkan namanya atas karyanya,

guna mencegah orang lain mengaku sebagai penciptanya.

2) Hak untuk keutuhan; yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpanan hasil

karyanya atau perubahan lainnya atau tindakan-tindakan yang bisa menurunkan kualitas

dari karya tersebut.

Sanksi pelanggaran hak cipta sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun

2002 yang dibuat pemerintah:

a. Mengumumkan atau mempebanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu penjara

maksimal 7 (tujuh) tahun dan/atau denda maksimal Rp. 100.000.000,00

b. Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil

pelanggaran hak cipta kepada umum; penjara maksimal 5 (lima) tahun dan/atau denda

maksimal Rp. 50.000.000,00.

Tentang sanksi pelanggaran hak cipta, Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 188

Artinya:

“Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah)

kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan

sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah:

188)

C. Penerapan Sikap dan Perilaku Menghargai Karya Orang Lain

Upaya menghargai karya cipta orang lain dapat dilatih melalui pembiasaan sikap dan perilaku,

antara lain sebagai berikut:

1. Membeli produk dari tempat atau agen yang resmi untuk menghindari pembelian barang

illegal atau hasil bajakan,

2. Menghormati atau menghargai hasil karya orang lain merupakan bagian dari

menghormati hak-hak orang lain dan merupakan sebuah kebaikan,

3. Penghargaan terhadap suatu hasil karya merupakan salah satu upaya dalam membina

keserasian hidup sehingga terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling

menghormati dan saling menghargai

D. Menyekutukan Allah SWT

1. Riwayat Hadits

׃حديثأنسرضياهللاعنهقالسئلرسولاهللاصلىاهللاعليهوسلمعنالكبائرقال

.االشراكبااهللاوعقوق الوالدينوقتلالنفسوشهادةالزور

.بابماقيلفىشهادةالزور ـ ١٠׃کتابالشهادات ـ ٥٢׃ اخرجهالبخارىفى

Arti Hadits / ترجمة الحديث :

Hadits Anas ra. Dimana ia berkata: “Rasulullah saw. ditanya tentang dosa-dosa besar,

kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,

membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu.”

Page 11: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Persaksian” bab tentang apa yang

dikatakan dalam saksi palsu.

2. Sababul Wurud

Dalam kitab Riyadhus Shalihi dijelaskan, bahwa ketika Nabi menjelaskan tentang dosa

syirik dan durhaka terhadap kedua orang tua, beliau dalam keadaan bersandar, namun kemudian

beliau duduk untuk menunjukan betapa pentingnya masalah yang akan dibahasnya, yaitu tentang

dosa saksi palsu. Beliau terus mengulang-ulanginya, sampai para sahabat berkata, “Semoga

Rasulullah segera diam”.

3. Penjelasan (syarah) Hadits

Dalam hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni menyekutukan Allah,

durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa hak dan menjadi saksi palsu.

a. Musyrik (menyekutukan Allah)

Mempersekutukan Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang paling besar yang tidak

akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang syirik diharamkan untuk masuk

surga, sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya: “Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan

surga baginya dan ia ditempatkan di dalam neraka.” ( Q.S. Al-Ma‟idah: 72)

Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:

Mengagungkan makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap seperti ini banyak

dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering mengagungkan seorang pemimpin, atau

para pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah SWT – Wal‟iyadzubillah - Perbuatan

ini merupakan syirik terbesar. Hal ini menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja

menyuruh sesuatu ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan

hingga waktu shalat telah habis pula mereka tidak akan peduli.

Dalam masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk sama besarnya atau

melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan melihat ia sering menuntut agar

dirinya lebih dicintai dari pada Allah SWT. Sikap seperti ini banyak ditemukan di kalangan

orang-orang yang dimabukasmara. Hatinya dipenuhi oleh cinta kepada selain Allah SWT.

Sesuatu yang tersembunyi, yang termasuk menyekutukan Allah SWT, yaitu riya. Seseorang

yang sedang melaksanakan shalat lalu ia memperbagus shalatnya karena sedang dilihat oleh

si fulan. Ia berpuasa hanya ingin dikatakan ahli ibadah dan rajin berpuasa. Ia bersedekah

hanya ingin dikatakan sebagai orang yang dermawan, semua termasuk riya.

Bentuk syirik yang tersembunyi yaitu ketika hati dan akal pikiran seseorang dipenuhi oleh

dunia. Akal pikirannya, badan, tidur dan bangun semua hanya untuk dunia, ia selalu berusaha

mencari dunia tidak peduli halal, haram, dusta, karena ia telah diperbudak dunia.

Walhasil, bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan Allah Ta‟ala namun orang

tersebut tidak menyadarinya. Wahai saudara-saudara engkau merasakan bahwa dunia telah

menguasai hatimu dan engkau tak lagi memperdulikan hal lain selain itu, maka ketika engkau

bangun dari tidur semuanya akan karena dunia. Maka ketahuilah bahwa hari-hari telah terisi

dengan kesyirikan.

Page 12: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

b. Durhaka Kepada Orang Tua

Maksudnya adalah tidak berbakti kepada keduanya. Setiap anak wajib berbakti kepada

kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan untuk

kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT.

Dalam Al-qur‟an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik terhadap

orang tua. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur‟an ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya

dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat

kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada Allah dan

kepada kedua orang tua.

Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah

SWT, sehingga Rasulullah SAW. bersabda:

Artinya : “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya

Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam

dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-

Kulah kembalimu. [1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak

berumur dua tahun.”

c. Membunuh

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa

hak dengan sengaja. Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan ke neraka jahanam dan

kekal di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 93 yang artinya:

“Barang siapa yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah

neraka jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta

menyediakan azab yang besar baginya.”

Dan Nabi SAW. bersabda:

؟ فمابالالمقتول٬هذاالقاتل٬ فالقاتلوالمقتولفيالنار٬إذاالتقىالمسلمانبسيفيهما

.ألنهكانحريصاعلىقتلصاحبه׃ قال

Artinya: “Jika dua orang lelaki Muslim berjumpa membawa pedangnya masing-masing (dengan

tujuan untuk saling membunuh), maka pembunuhnya dan yang terbunuh akan sama-sama masuk

neraka. Lalu beliau ditanya oleh seorang sahabat: Ya Rasulullah, benarlah jika pembunuh ini

masuk neraka, tetapi mengapakah pula orang yang terbunuh itu turut sama masuk neraka? Nabi

SAW. menjawab: Sebab yang terbunuh itu berusaha pula untuk membunuh kawannya yang telah

membunuhnya itu.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Menurut Imam Abu Sulaiman, cara yang demikian itu jika dalam bentuk saling membunuh

itu perlu kepada penjelasan. Sehingga jika ada dua orang (kelompok) yang saling berusaha untuk

membunuh yang lainnya atas dasar fanatisme atau untuk mendapatkan harta keduniaan dan

berebut pangkat. Adapun orang yang membunuh untuk membela isterinya (keluarganya

diancam), maka orang-orang tersebut tidak termasuk hadits di atas.

d. Saksi Palsu

Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihinmencantumkan “Bab Larangan

Memberikan Kesaksian Palsu.” Penulis menjelaskan bahwa kesaksian palsu adalah seseorang

yang memberikan kesaksian suatu peristiwa yang ia ketahui, tetapi bertentangan dengan

kenyataannya. Seseorang memberikan kesaksian sebuah kejadian dan ia tidak mengetahui

kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau justru bertentangan dengan fakta yang

sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia

Page 13: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian

ini hukumnya haram dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali sesuai dengan

fakta yang ia ketahui dan dengan cara yang benar.

Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian besar pada

persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang sebelumnya duduk bersandar ketika

mengucapkan dosa besar syirik dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk tegak

ketika mengucapkan tentang perkataan dusta atau saksi palsu. Alasan perkara ini mendapat

perhatian khusus adalah karena perkataan dusta atau kesaksian palsu sangat mudah terjadi pada

manusia, serta sering diremehkan oleh kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati

seorang muslim, sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat.

Sementara kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti permusuhan, dengki dan lain-

lain.

E. Tujuh Macam Dosa Besar

1. Riwayat Hadits

٬اجتنبواالسبعالموبقات׃عنالنبىصلىاهللاعليهوسلمقال٬حديثابىهريرةرضىاهللاعنه

واكل٬واكلالربا٬وقتلالنفسالتىحرماهللاالبالحق٬والسحر٬الشركباهللا׃قال؟قالوايارسولاهللاوماهن .وقذفالمحصناتالمومناتالغافالت٬والتولىيومالزحف٬مالاليتيم

.انالذينيأكلوناموال اليتامىظلما׃بابقولاهللاتعالىـ ٢٣׃کتابالوصاياـ ٥٥ ׃اخرجهالبخارىفى

Arti Hadits / ترجمة الحديث : Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “ Jauhilah tujuh macam dosa

yang membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa

itu?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang

diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat

pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu

menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).”

Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam “Kitab Wasiat” bab tentang firman Allah SWT (yang

artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan aniaya . . . .“

2. Penjelasan (syarah) Hadits

Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan

kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi

Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun

seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar,

maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat.

Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa

kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.

Allah Ta‟ala berfirman,

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu

mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan

Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS An-Nisa [4]: 31)

Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar menjauhi tujuh dosa yang

membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa

yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Ketujuh dosa

yang dimaksudkan dalam hadis di atas, uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Musyrik (Mempersekutukan Allah)

Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah

dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat

Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.

Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak

akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, (QS An-Nisa [4]: 48)

Page 14: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Artinya :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa

yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang

mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.‟

Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1) Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk dosa yang

paling besar.

2) Syirik kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikan-Nya juga dalam

beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm. 266)

Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban dosanya yang

rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan yang seringkali terabaikan atau

tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang kemusyrikan ini, Rasulullah Saw bersabda,

“Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah musyrik yang

paling kecil, yakni ria.” (Muttafaq „Alaih)

2. Sihir

Sihir termasuk ke dalam dosa yang besar karena di dalamnya terdapat upaya iltibas

(pencampur-adukan) dan menutupi apa yang sebenarnya. Bahkan sihir ini bisa mengakibatkan

penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya maupun dari sisi perolehannya. Para ulama telah

bersepakat atas pengharaman sihir, pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik,

Imam Ahmad, dan sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi

sihir termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi (dibunuh).

Demikian juga upaya mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang lain, karena hal itu

termasuk wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir tersebut.

Namun di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa jika mempelajari sihir itu hanya

sekadar ingin mengetahuinya dan sebagai upaya menjaga diri, maka yang demikian itu tidak

termasuk dalam kategori haram. Pernyataan ini dianalogikan kepada orang-orang yang berusaha

mengetahui hakikat aliran-aliran sesat.

3. Membunuh Jiwa

Yang dimaksud membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT dalam hadis di atas

adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena suatu hukuman tertentu seperti

qishas atau rajam.

Pembunuhan seperti ini termasuk juga ke dalam bagian dari dosa-dosa besar yang dapat

membinasakan para pelakunya. Melalui upaya pembunuhan, sang pelaku telah menghilangkan

rasa aman di lingkungannya, menebar rasa takut, dan memutuskan ikatan persaudaraan sesama

manusia, khususnya di kalangan kaum muslimin. Bahkan Allah SWT mengisyaratkan bahwa

membunuh satu orang sama kedudukannya dengan membunuh semua orang. Keterangan ini

tercantum dalam ayat berikut.

(QS Al-Maidah [5]: 32)

Page 15: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Artinya :

“Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang

membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan

Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia

seluruhnya[412]. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-

olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang

kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,

Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam

berbuat kerusakan dimuka bumi.”

[411] Yakni: membunuh orang bukan Karena qishaash.

[412] hukum Ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya.

Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia

seluruhnya, Karena orang seorang itu adalah anggota masyarakat dan Karena membunuh

seseorang berarti juga membunuh keturunannya.

[413] ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata.

Hukum ini, walaupun khitab-nya Bani Israil, bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi

juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu bagaikan

membunuh manusia seluruhnya, karena orang-seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena

membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.

4. Memakan Riba

Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang memakan harta

riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia lebih pantas untuk mendapat

siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan,

kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk

mengeluarkan shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan

kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam

tempo yang terus-menerus.

Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan, menghilangkan nilai-

nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi para pelakunya. Dengan

demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw melaknat praktik riba dengan berbagai faktor

pendorong dan pelakunya, baik yang memakan harta riba, yang menjadi penulis dalam

transaksinya maupun yang menjadi saksi dalam proses transaksi riba tersebut.

Secara umum, Islam melarang keras terhadap seseorang yang dalam usaha mencari

rezekinya (ma„isyah) dengan cara yang haram, sedangkan transaksi ribawi termasuk ke

dalamnya. Rasulullah Saw telah bersabda, “Siapa saja yang daging (di tubuhnya) berkembang

dari usaha yang haram, maka api neraka lebih utama bagi dirinya”. (HR al-Hakim)

5. Memakan Harta Anak Yatim

Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh orangtuanya, Islam

menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum kerabatnya, dapat menjaga dan mengurus

harta mereka yang diperolehnya melalui proses pewarisan. Pengurusan harta anak yatim ini terus

berlangsung sampai usia anak ini menjadi dewasa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut :

Page 16: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

Artinya :

“Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika

menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah

kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas

kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.

barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari

memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu

menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka

hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah

sebagai Pengawas (atas persaksian itu).” QS An-Nisa [4]: 6)

[269] Yakni: mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha

mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].

[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap

pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum,

menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak

disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang

membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi

pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim

(Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang

menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Tatkala seorang pengurus, terutama bagi mereka yang serba berkecukupan, tidak mampu

menjaga dirinya dari memakan harta anak yatim, maka Allah SWT mengancam mereka dengan

ancaman yang sangat besar sesuai dengan ayat berikut.

Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya

mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-

nyala (neraka).” (QS An-Nisa [4]: 10)

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].

[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap

pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum,

menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak

disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang

membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi

pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim

(Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang

menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

6. Berpaling dari Barisan Perang

Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang

kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang akan membinasakan

karena menimbulkan dua bahaya:

a. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin

Page 17: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

b. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin

Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan semakin

berani memerang kaum muslimin.

Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk bergabung

dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang dikepung oleh musuh dan

akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk

membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat

menguntungkan.

Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang. Contohnya

seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki senjata atau untuk

memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam kepentingan berperang dan perbuatan

ini tidak apa-apa.

7. Menuduh Berzina

Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu adalah orang

yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baik-baik, yang lurus, yang telah

berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang beriman. Predikat-predikat tersebut tercakup

dalam pengertian sifat terhormat. Dan pada hakekatnya, seorang wanita itu terhormat karena

Islam, ia menjaga kesucian, menikah, dan berstatus merdeka.

Dalam surat an-Nur Allah melarang menuduh berzina seorang wanita yang baik-baik, dan

menjelaskan sanksi hukuman atas perbuatan ini.

Disebutkan dalam Shahih Muslim dengan Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang

ulama ahli tafsir Imam Abul Hasan al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat

yang shahih ; batasan dosa besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalamsyari’at ada

beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa besar, dan ada juga

beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa kecil, dan ada beberapa

jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada penjelasan. Artinya, ini mencakup dosa-dosa besar

maupun dosa-dosa kecil. Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut ialah, supaya seseorang

tetap menahan diri jangan sampai melakukan semuanya, karena dikhawatirkan jangan-jangan hal

itu termasuk dosa-dosa besar." Menurut mereka, ini sama dengan masalah disembunyikannya

kapan terjadinya lailatul qadar, saat-saat istimewa pada hari jum‟at, saat-saat terkabulnya do‟a

pada malam hari, nama Allah yang agung, dan hal-hal lain yang bersifat samar.

F. Intisasri / Kandungan Hadits a. Perbuatan dosa yang dapat membinasakan diri dan orang lain harus senantiasa dihindari dan

dijauhi.

b. Manusia dilarang untuk menyekutukan Allah Swt. Dengan sesuatu apapun, karena hal itu

akan membinasakan diri baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

c. Sihir dan tenung merupakan perbuatan terlarang karena perbuatan tersebut adalah

bersekongkol dan jin dan syetan.

d. Jiwa seseorang apalgi Muslim harus senantiasa dijaga dan haram hukumnya untuk

mengambil nyawa orang lain tanpa alasan yang haq.

e. Kita dilarang untuk memakan harta riba dan harta anak yatim yang ada dalam tanggungan

kita dan berada dalam pengasuhan kita.

f. Setiap umat Islam dicela oleh Allah dan Rasul-Nya bagi siapapun yang melarikan diri dari

peperangan atau ia keluar dari barisan perang karena merasa takut akan kematian.

g. Menuduh berzina kepada seorang muslimah dan mukminah adalah perbuatan yang amat

dilarang oleh baginda Nabi.

h. Setiap perbuatan dosa dan hal-hal yang telah jelas dilarang dalam agama akan

membinasakan kehidupan kita dan akan membawa kita pada jalan kerugian dan peneysalan.

Page 18: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Menghargai Karya Orang Lain

Menghargai hasil karya orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan

kerukunan hidup antarmanusia agar terwujud suatu kehidupan masyarakat yang saling

menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia.

Menumbuhkan sikap menghargai hasil karya orang lain merupakan sikap yang terpuji karena

hasil karya tersebut merupakan pencerminan pribadi penciptanya sebagai manusia yang ingin

dihargai.

Kecendrungan manusia secara alamiah adalah keinginan untuk mendapat tanggapan atau

penghargaan atas apa yang dilakukannya. Kebutuhan untuk menuangkan ekspresi diri secara

positif telah mendorong setiap orang untuk terus menghasilkan karya terbaik demi kebaikan

dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, upaya dan hasil karya kreatif yang berguna bagi

kemaslahatan orang banyak sudah selayaknya memperoleh penghargaan yang positif pula.

Menghormati dan menghargai karya orang lain harus dilakukan tanpa memandang

derajat, status, warna kulit, atau pekerjaan orang lain tersebut karena hasil karya merupakan

pencerminan dari pribadi seseorang. Berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatu

sampai menghasilkan sesuatu yang menimbulkan kegunaan atau memanfaat dan berarti bagi

semua orang. Karya tersebut dapat berupa benda, jasa, atau hal lainnya.

2. Dosa-dosa Besar

Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya.

Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang

tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh anak

karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang,

berzina dengan istri tentang dan lainnya.

Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta

yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang

menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya

tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.

Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa

yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat

Islam.

Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat

membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang

Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak mendapat

laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan

diri dari padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang

mengerjakannya.

Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki

kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal

demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa

tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)

Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosa-dosa besar

itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan

sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal itu

disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya

Page 19: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

agar tidak terjerumus kepada dosa-dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya

seperti ketujuh dosa di atas.

Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa

musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun

dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa

besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua, membunuh anak

karena kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam perkara

ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri dari al-jama‟ah, menebar

fitnah, melanggar bai‟at, dan tidak membersihkan air kencing.

B. Saran Sebagai umat muslim yang baik, sebaiknya kita harus menjaga silahturahmi antar

sesama, salah satu cara untuk menjalin dan menjaga silaturahmi antar sesama umat manusia

adalah dengan cara menghargai karya orang lain meskipun karya tersebut tidak sebaik menurut

kita.

Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan dosa kecil

secara terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar". Diriwayatkan dari Amru

Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada dosa besar sama sekali dengan

(melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil sama sekali dengan terus menerus

melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar itu bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada

Allah U, dan dosa kecil itu bisa berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa

istighfar.

Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus melakukan dosa

kecil ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang yang bersangkutan tidak memiliki

rasa kepedulian yang besar terhadap agama."

Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa besar

itu memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi hukuman atau hadd,

diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam al-Qur‟an maupun as-Sunnah,

sementara orang yang melakukannya disebutfasik."

Page 20: Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar

DAFTAR PUSTAKA

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-„Asqolani, dar As-Salam, Riyadh, cetakan pertama

Tahun 2000 masehi

Al-Minhaj syarh Sohih Muslim, Imam Nawawi, Dar Al-Ma‟rifah

Jami Al-„Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rojab, tahqiq Al-Arnauth

Sittu Duror min Ushuli Ahlil Atsar, Syaikh Abdul Malik Romadhoni, maktabah

Al-Asholah

Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Al-Banna, dar Ibnu Hazm, cetakan pertama

Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan, Dar Ibnul Jauzi

Al-Ikhlash, Sulaiman Al-Asyqor, dar An-Nafais

Silsilah Al-Ahadits As-Sohihah, Syaikh Al-Albani

Aina Nahnu min Akhlak As-Salaf, Abdul Aziz bin Nasir Al-Jalil, Dar Toibah

Waqofaat ma‟a kalimaat li Ibni Mas‟ud, transkrip dari ceramah Syaikh Sholeh

Alu Syaikh

Tazkiyatun Nufus, Ahmad Farid

Materi Hadits Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial dan Lingkungan., Dra.

Oneng Nurul Badriyah M.Ag

Hadits Web: http://opi110mb.com/

www.google.com

http://www.slideshare.net/dhanshei

www.dhanshei.blogspot.com

http://www.elevensocials2.blogspot.com

[email protected],