bunga rumah makan - utuy tatang sontani

33
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com 1 BUNGA RUMAH MAKAN Karya: Utuy T. Sontani (Sandiwara Satu Babak) Para Pelaku; ANI : GADIS PELAYAN RUMAH MAKAN “SAMBARA” ISKANDAR : PEMUDA GELANDANGAN SUDARMA : PEMILIK RUMAH MAKAN “SAMBARA” KARNAEN : PEMUDA ANAK SUDARMA USMAN : KIYAI KAWAN SUDARMA SUHERMAN : PEMUDA KAPTEN TENTARA RUKAYAH : KAWAN ANI POLISI PEREMPUAN YANG BELANJA PENGEMIS DUA PEMUDA PEGAWAI KANTORAN Panggung merupakan ruangan rumah makan, di isi oleh tiga stel kursi untuk tamu,lemari tempat minuman,rak kaca tempat kue-kue,meja tulis beserta telepon dan radio serta lemari es.pintu kedalam ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah kiri.

Upload: didizoneunila

Post on 24-Jun-2015

576 views

Category:

Documents


152 download

DESCRIPTION

Menginginkan file-file penting berkenaan bahasa, sastra dan kesenian?? buka situs ini : http://sastra-indonesiaraya.blogspot.com/

TRANSCRIPT

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

1

BUNGA RUMAH MAKAN Karya: Utuy T. Sontani

(Sandiwara Satu Babak) Para Pelaku;

ANI : GADIS PELAYAN RUMAH MAKAN “SAMBARA”

ISKANDAR : PEMUDA GELANDANGAN

SUDARMA : PEMILIK RUMAH MAKAN “SAMBARA”

KARNAEN : PEMUDA ANAK SUDARMA

USMAN : KIYAI KAWAN SUDARMA

SUHERMAN : PEMUDA KAPTEN TENTARA

RUKAYAH : KAWAN ANI

POLISI

PEREMPUAN YANG BELANJA

PENGEMIS

DUA PEMUDA PEGAWAI KANTORAN

Panggung merupakan ruangan rumah makan, di isi oleh tiga stel kursi untuk

tamu,lemari tempat minuman,rak kaca tempat kue-kue,meja tulis beserta telepon dan

radio serta lemari es.pintu kedalam ada di belakang dan pintu keluar ada di depan

sebelah kiri.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

2

ADEGAN 1

KARNAEN : (Duduk menghadap meja tulis, asyik menulis).

ISKANDAR : (Masuk dengan rambut kusut dan langkah gontai,

memandang kearah pintu belakang).

KARNAEN : (Berhenti menulis) ada keperluan apa, saudara ?

ISKANDAR : Tidak! (Pergi keluar).

KARNAEN : (Heran memandang, kemudian melanjutkan menulis.

ADEGAN 2

KARNAEN : (Berdiri) ani! Ani !

ANI : (Dari dalam) ya, mas !

KARNAEN : Sudah selesai berpakaian ?

ANIA : (Masuk) sudah lama selesai, mas.

KARNAEN : Tapi mengapa diam saja di belakang ?

ANI : Saya membantu pekerjaan koki.

KARNAEN : Lho, kau turut masak ?

ANI : Tidak mas, hanya masak air. Daripada diam tidak ada kerjaan.

Supaya tidak merasa kesal.

KARNAEN : Tapi aku suka melihat kau masak, An. Karena dengan begitu,

kau akan jelas terlihat sebagai wanita yang akan jadi ratu rumah

tangga.

ANI : (Pergi mengambil lap di atas gantungan). Ah, mas kalau saya

mendengar perkataan ” rumah tangga ” saya suka gemetar.saya

masih suka bekerja seperti sekarang ini. (mengelap radio).

KARNAEN : Sampai kapan kau berpikiran begitu, An ?

ANI : (Tetap mengelap radio, membelakangi karnaen) saya bukan tuhan

mas,tak dapat menetapkan waktu.(melihat kearah karnaen).

Kita stel radionya ya, mas ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

3

KARNAEN : Ah, di pagi hari begini tak ada yang aneh. (melangkah mendekati

ani). Dan dari pada mendengar radio, aku lebih suka mendengar

kau bercerita. Kau lebih senang jadi pelayan dari pada mengurus

rumah tangga, An ?

ANI : (Berjalan perlahan-lahan menjauhi karnaen). Saya tidak

mengatakan bahwa saya lebih senang jadi pelayan daripada

mengurus rumah tangga, mas. Tapi saya belum hendak

memikirkan berumah tangga, sebab saya masih senang bekerja.

KARNAEN : Tapi, An , ketika dulu kau ku bawa ke sini keinginanku bukan

hanya melihat kau jadi pelayan di sini saja. Aku ingin melihat

kau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita, yang

kumaksudkan itu ialah wanita yang cakap mengurus rumah

tangga.

ANI : (Terkulai menundukkan kepala ). Mas, saya tiada mempunyai

perkataan untuk menyatakan terimakasih atas kebaikan budi mas,

sudah membawa saya ke sini, sudah mengangkat saya dari

comberan, dari lingkungan rakyat gembel ketempat seindah ini.

Tapi ketika saya datang di sini dulu, saya tidak ingin lebih dari

jadi pelayan, jadi pegawai sebagaimana kesanggupannya orang

miskin di dalam mencari sesuap nasi.

KARNAEN : (Terdiam memalingkan wajah, telepon berdering )

ANI : (Memandang ke arah telepon).

KARNAEN : Tentu dari kapten Suherman, untukmu, An.

ANI : (Melangkah menuju meja tulis, tapi baru dua langkah berhenti

lagi) barangkali untukmu, mas.

KARNAEN : (Memandang ani, kemudia segan menuju meja tulis, mengangkat

telepon).Ya, disini rumah makan sambara, tuan sudarma belum

datang saya anaknya. Ya (telepon diletakkan, terus termenung).

ANI : (Membelakangi karnaen, mengelap rak).

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

4

ADEGAN 3

Perempuan yang belanja masuk membawa kantong besar di isi barang belanjaan.

ANI : (Gembira menyambut) O, nyonya.silahkan masuk rupanya baru

pulang dari pasar, ya. Oh ! nyonya membeli sandal juga. Berapa

harga sandal begitu, nyonya ?

PEREMPUAN : Tiga rupiah. Mahal, Nona. Saya beli, karena saya butuh

saja. (mengeluarkan sandal dari kantong memperlihatkannya

kepada ani).

ANI : Tapi kuat dan bagus, nyonya. Berani saja membeli tiga rupiah.

(memberikan lagi sandal ).

PEREMPUAM : Saya pilih yang begini sebab saya sudah tua. Untuk kamu,

nona,tentu saja mesti lebih bagus dari ini. Dan saya lihat tadi

di sana memang ada yang cocok sekali dengan kecantikan nona.

ANI : (Setelah terdiam sejenak). Eh, kopi susu atau susu coklat yang

mesti saya sajikan untuk nyonya ?

PEREMPUAN : Saya hendak membeli manisan belimbing. Masih ada ?

ANI : O, ada nyonya. Berapa puluh ?

PEREMPUAN : Dua puluh saja. Lebih dari dua puluh uangnya tidak cukup.

ANI : (Pergi ketempat rak kue,mengambil, menghitung dan

membungkus manisan belimbing ).

KARNAEN : (Berjalan kea rah pintu keluar).

ANI : Hendak kemana, mas ?

KARNAEN : Ada perlu dulu sebentar.(terus kekuar)

ANI : (Memberikan bungkusan kepada perempuan) hanya ini saja,

nyonya ?

PEREMPUAN : (Memberikan uang). Ya, ini saja.betul satu rupiah ?

ANI : Betul, nyonya.(menerima uang) terimakasih.

PEREMPUAN : Terima kasih kembali.

ANI : Mau tarus pulang saja, nyonya ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

5

PEREMPUAN : Betul . maklum di rimah banyak kerja.(tiba-tiba memandang ani,

terus menghela napas). Ah, sayang anak saya yang laki-laki

sudah meninggal.

ANI : Mengapa nyonya ?

PEREMPUAN : Kalau dia masih hidup ………. Ya kalau dia masih hidup mau

saya memungut nona sebagai menantu.

ANI : Ah !

PEREMPUAN : Sudah ya, saya permisi. (belanja keluar).

ANI : Selamat bekerja dirumah, nyonya. (mengantarkan sampai pintu).

ADEGAN 4

ANI : (Pergi kebelakang sambil bernyanyi-nyanyian)

PENGEMIS : (Perlahan-lahan masuk dengan kaki pincang, melihat kekiri

kekanan, kerak kue, kemudian menuju rak itu dengan langkah

biasa, tangannya membuka tutup toples hendak mengambil kue)

ANI : (Dari belakang) hey ! Kau mau mencuri, ya ?

PENGEMIS : (Cepat menarik tangan, menundukkan kepala).

ANI : Hampir setiap kau datang ke sini, kau kuberi uang. Tak nyana,

kalau sekarang kau berani datang kesini dengan maksud mencuri.

PENGEMIS : Ampun, nona, ampun.

ANI : Ya. Kalau sudah ketahuan, minta ampun.

PENGEMIS : Saya tidak akan mencuri, kalau saya punya uang.

ANI : Bohong !

PENGEMIS : Betul nona, sejak kemarin saya belum makan.

ANI : Mau bersumpah, kalau kau tidak akan mencuri lagi ?

PENGEMIS : Demi Allah, saya tidak akan mencuri lagi, nona. Asal………

ANI : Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.

PENGEMIS : (Sedih) ah, nona. Kasihanilah saya.

ANI : Tapi mengapa kau tadi mau mencuri.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

6

PENGEMIS : Tidak, nona, saya tidak akan sekali lagi. Kan saya sudah

bersumpah. Ya, saya sudah bersumpah.

ANI : (Mengambil uang dari laci meja) awas kalau sekali lagi kau

mencuri ?

ADEGAN 5

SUDARMA : (Masuk menjinjing tas, melihat kepada pengemis) mengapa kau

ada disini ? Ayo,keluar ! (kepada ani) mengapa dia dibiarkan

masuk, An ?

ANI : Hendak saya beri uang.

SUDARMA : Tak perlu . pemalas biar mati kelaparan. Toh, dia datang ke sini

hanya mengotorkan tempat saja.

ANI : (Melempar uang kepada pengemis). Nih ! lekas pergi.

PENGEMIS : Terimakasih, nona. Moga-moga nona panjang umur , murah

rezeki !

SUDARMA : Ayo pergi. Jangan kau mendongeng pula. Lekas dan jangan

datang lagi kesini !

PENGEMIS : (Pergi keluar dengan kaki pincang).

SUDARMA : Lain kali orang begitu usir saja, ani. Jangan rumah makan kita

dikotorinya. (dengan suara lain) tak ada yang menanyakan aku ?

ANI : Ada, tapi entah dari mana. Karnaen yang menerima teleponnya

tadi.

SUDARMA : Anakku sudah biasa lalai. Barusan tadi bertemu dijalan, tapi tidak

mengatakan apa-apa. (mengangkat telepon ). sembilan delapan

tiga.

ANI : (Mengelap kursi).

SUDARMA : (Kepada ani ). Meja ini masih kotor, ani.

ANI : (Mengelap meja).

SUDARM : (Dengan telepon). Tuan kepala ada ? _ baik, baik (menunggu)

waaaaah, kalau sudah banyak uang lama tidak kedengaran

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

7

suaranya, ya ? Ini sudarma, bung. Ha, ha, ha, betul, betul ! biasa

saja, menghilang sebentar untuk kembali berganti._ (tertawa)_

tapi bung, bagaimana dengan benang kanteh yang dijanjikan itu ?

ya, ya, sebentar lagi saya datang. Baik, baik. (telepon diletakkan.

Kepada ani) aku akan pergi ke kantor pertenunnan. Kalau ada

yang menanyakan, baik menelpon atau datang, tanyakan

keperluannya, lalu kau catat. Ya, Ani ? (melangkah).

ANI : Ya.

SUDARMA : Eh, jika nanti Usman datang ke sini, suruh dia menyusul ke

kantor pertenunan. Dan kau jangan kemana-mana !

ANI : Baik.

SUDARMA : (Pergi keluar).

ADEGAN 6

ANI : (Menyetel radio, membuka majalah, melihat-lihat isinya).

USMAN : (Masuk) mana tuan Sudarma, ani ?

ANI : (Mengecilkan radio) barusan pergi ke kantor pertenunan.

USMAN : Katanya dia akan menunggu aku disini.

ANI : Ada pesan buat paman, katanya supaya paman menyusul ke

kantor pertenunan.

USMAN : Dia itu lepas sebentar saja dari mata, sudah sukar dikejar.

ANI : Sejak dari mana paman mengejar dia ?

USMAN : Mulai dari rumahnya kami berjalan bersama-sama. Tapi di tengah

jalan dia meninggalkan. Katanya mau menunggu aku disini.

Begitulah mertuamu, ani !

ANI : (Berdiri) mertua saya ?

USMAN : Akan jadi mertuamu maksudku !

ANI : Tapi paman dari mana datangnya anggapan itu ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

8

USMAN : Tidak dari mana-mana, hanya menurut kepantasan saja dan

kebiasaan dalam pergaulan hidup. Menurut kepantasan, siapa

berani mengatakan tidak pantas kau jadi istri Karnaen. Menurut

kabiasaan, kau dan Karnaen itu sudah bergaul rapat sekali, bukan

?

ANI : (Menutup siaran radio) tapi paman……..

USMAN : Ah, pendapat orang tua tidak usah kau bantah. Tapi betul tadi

tuan sudarma menyuruh aku menyusul ?

ANI : Ya. Betul.

USMAN : Biar kususul ke sana. (berjalan keluar).

ADEGAN 7

ANI : (Menghela napas, melangkah menuju pintu keluar seraya

meninju-ninjukan kepalan tangan kanan ke tangan kiri, di pintu

berdiri melihat keluar setelah menghela napas, berjalan lagi

menuju meja tulis, duduk di atas kursi sebentar kemudian sudah

berdiri lagi, terus merenung , cepat memendang kea rah telepon,

tangannya di ulurkan, tapi cepat di tarik lagi, terus merenung

menggigit-gigit bibir.lama dulu baru mengulurkan lagi tangan ke

arah telepon dan sekali ini terus mengangkatnya).minta di

sambungkan dengan tiga tiga lima sembilan.(menunggu) asrama

batalyon lima disini?minta bicara dengan tuan kapten suherman.

Sudah pergi ? O, tidak, tidak penting. Katakan saja dari ani, dari

rumah makan sambara. Ya terima kasih. (telepon diletakkan).

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

9

ADEGAN 8

ANI :(Merenung bersandar ke meja tulis ) PEMUDA PEGAWAI

KANTORAN (masuk berdua).

PEMUDA I : Selamat pagi !

ANI : Selamat pagi.

PEMUDA I : (Kepada kawannya )kau mau minum apa ?

PEMUDA II : Kita mau minum ? apa tidak akan terlambat ke kantor nanti ?

PEMUDA I : Ah, masih pagi. (duduk di kursi).

PEMUDA II : Terserah.

PEMUDA I : (Kepada ani ) minta susu dua gelas , Nona !

ANI : (Pergi kebelakang ).

PEMUDA II : Kau bilang dia menggembirakan . mana menggembirakannya ?

PEMUDA I : Aku juga tidak mengerti, mengapa dia sekarang sedingin itu .

kemarin dia lain lagi kekihatannya.

PEMUDA II : Rupanya harus kita yang memulai .

PEMUDA I : Tapi bagaimana memulainya , kalau dia sedingin itu ?

PEMUDA II : Dia malu, masih anak-anak.

PEMUDA I : Ah, masa sebesar itu anak-anak .

ADEGAN 9

ISKANDAR : (Masuk melihat kepada tamu-tamu , lalu duduk di kursi).

ANI : (Masuk membawa baki diisi dua gelas susu meliha kepada

iskandar, lantas mempercepat langkah menuju meja tempat

pemuda ). Kuenya apa ? tarces atau lapis legit ?

PEMUDA I : Mana yang lebih enak ?

ANI : (Segar) yang lebih enak tentu yang lebih murah harganya.

PEMUDA I : Tapi anehnya saya ini tidak suka dengan yang enak.

ANI : Mengapa ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

10

PEMUDA II : Sebab dia bukan manusia biasa, Nona. keluarbiasaannya ialah

kalau nona sudah sekali kenal dengan dia, maka dia………

PEMUDA I : Ya, nanti saya akan menelepon kesini, asal saja di beri tahu nama

nona dan nomor telepon disini.

ANI : Tapi saya hanya akan menerima, jika yang di bicarakan dalam

telepon itu sungguh-sungguh penting.

PEMUDA II : Itulah pula keanehan Nona ! (kepada kawannya ) tinggal kau

tanyakan saja apa yang di tafsirkan “ Penting “ oleh nona itu.

ISKANDAR : (Pergi keluar ).

ANI : (Memperhatikan iskandar ).

PEMUDA I : Ya, apa gerangan nona, yang penting untuk nona itu ?

ANI : Ah, saya tidak tau. (mengundurkan diri, pergi kebelakang ).

PEMUDA II : Jinak- jinak merpati !

PEMUDA I : Dan itulah yang menggembirakan hatiku.

PEMUDA II : Akan ku telepon kesini nanti ?

PEMUDA I : Ah, jangan dulu. jangan tergesa-gesa.

PEMUDA II : Kau masih takut !

PEMUDA I : (Minum gembira ).

ADEGAN 10

SUHERMAN : (Masuk ) Ani !

PEMUDA-PEMUDA : (Memandang kepada yang datang).

ANI : (Tampil ) oh , mas herman ! (gembira mendapatkan ).barusan tadi

saya telepon mas ke asrama . saya tak sabar menunggu , mas,

padahal susu untukmu sudah lama ku sediakan . saya takut, kalau-

kalau mas tidak akan datang .

SUHERMAN : Kapan aku dusta padamu bungaku ?

ANI : Sampai sekarang belum pernah.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

11

SUHERMAN : Tapi setelah aku datang kesini , tak ingin aku kau beri minum ,

agar jasmaniku segar berhadapan denganmu ?

ANI : Ah , maaf mas . hamper saya lupa karena saking gembiranya.

Tapi karena sudah sejak tadi disediakan, maka tak akan lama

menunggu. (pergi kebelakang).

PEMUDA I : (Berisyarat kepada temannya, menyuruh lekas menghabiskan

susu).

PEMUDA II : (Minum menghabiskan susu).

SUHERMAN : (Duduk dikursi).

ANI : (Masuk membawa baki diisi gelas susu)

PEMUDA I : (Mencegat) berapa, Nona ?

ANI : Oh. Apa yang telah dimakan saudara ?

PEMUDA I : Hanya minum susu dua gelas.

ANI : Satu rupiah.

PEMUDA I : (Memberikan uang).

ANI : (Menerima uang) terima kasih.

PEMUDA I : Terima kasih kembali. (kepada temannya) mari !

PEMUDA II : (Berjalan mengiringi temannya keluar).

ADEGAN 11

ANI : (Menghampiri suherman) ini saya sendiri yang buat, mas, bukan

koki.

SUHERMAN : (Akan menyalakan api rokok) bagus.

ANI : Bolehkan saya menyalakan apinya, mas ?

SUHERMAN : Tentu saja, bungaku.

ANI : (Menyalakan api, membakar rokok dibibir suherman).

SUHERMAN : Tak bosan aku memandang wajahmu.

ANI : Tapi kapan mas akan menepati janji mengajak saya jalan-jalan ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

12

SUHARMAN : (Minum dulu) janji seorang tentara adalah janji yang tidak

kosong. Tapi waktunya belum mengizinkan.

ANI : Banyak pekerjaan, mas ?

SUHERMAN : Ya, dan pekerjaan tentara terikat oleh disiplin.

ANI : Tapi mas gembira saja, ya ? barangkali karena sudah banyak yang

dilihat. (duduk dihadapan suherman) jika mas belum sempat

membawa saya jalan-jalan, dapatkah sekarang mas bercerita

kepada saya sebagai gantinya jalan-jalan?

SUHERMAN : Bercerita ? tapi cerita taentang apa?

ANI : Tentang…………. Ya, misalnya tentang tempat-tempat yang

sudah mas datangi, yang menggembirakan mas, biar saya turut

gembira karena mendengarkan.

SUHERMAN : Tempat yang menggembirakan ? hmm, ya, aku sudah pergi

keutara sampai ke pantai ke selatan memasuki rimba, ke barat, ke

timur dan mendapat tempat yang paling menggembirakan

di………… coba terka ! dimana ?

ANI : Dimana, mas ?

SUHERMAN : Disini, sebab disini ada kau !

ANI : Jika begitu tidak usah sasya pergi dari sini ?

SUHERMAN : Pergi dari sini bagaimana ?

ANI : Ah, mas, seringkali saya ingin pergi, sebab seringkali saya

merasa kesal. (menundukkan kepala) bagaimana, mas, supaya

saya tidak kesal ?

SUHERMAN : (Memegang dagu ani, menegakkan mukanya ) sekarang kesal

juga berhadapan dengan aku ?

ANI : Ti………… tidak !

SUHERMAN : Tersenyumlah supaya akupun tidak kesal memandangnya.

ANI : (Tersenyum).

SUHERMAN : Hm, siapa bilang kau tidak indah ? segar rohaniku menghadapi

ANI : Tapi………akan sering kau menengok saya ?

SUHERMAN : Sudah pasti bungaku.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

13

ANI : Dan janji tentara adalah……………

SUHERMAN : (Berdiri) janji yang tidak kusam

ANI : Saya percaya.

SUHERMAN : Tapi pula tentara mesti selalu berdisiplin. Sekarang dinda aku tak

akan lama diam disini. (minum menghabiskan susu).

ANI : Nanti akan datang lagi kesini ?

SUHERMAN : (Memberikan uang) tentu.

ANI : Jam berapa ?

SUHERMAN : Tak kan sampai menjelang satu jam. Asal kewajibanku sekarang

selesai dilakukan, aku datang lagi dan ada lagi dihadapanmu.

ANI : Dan janji tentara adalah……..

SUHERMAN : (Memegang dagu ani) janji yang tidak kosong. (berjalan, dipintu

berdiri memandang ani) kutinggalkan kau bungaku segala,

jangan layu sebelum dipetik ! (keluar).

ANI : (Mengikuti sampai pintu).

ADEGAN 12

ANI : (Menyimpan gelas bekas susu kebelakang, masuk lagi

membersihkan meja dan kursi sambil tidak brehenti-henti

bernyanyi).

RUKAYAH : (Masuk) gembira sekali pagi ini, An !

ANI : Apa tidak boleh manusia bergembira lantaran ada harapan ?

RUKAYAH : Oh, kau rupanya hendak mengajak aku berfilsafat. Tapi harapan

dari mana, An ?

ANI : Dari orang, Ruk, dari orang yang mengerti keinginku.

RUKAYAH : O, Ya ? siapa gerangan orangnya ?

ANI : Tak usah kau tahu.

RUKAYAH : Oi, agak degil pula kau ini orangnya, ya ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

14

ANI : Degil atau tidak degil, tapi aku tak akan mengatakannya.

Walaupun begitu tapi keteranganmu sebagai kawanku sangat

kubutuhkan.

RUKAYAH : Keteranagan apa ?

ANI : Apa artinya, Ruk, kalau perempuan ingin menyerahkan segenap

raga dan jiwanya kepada laki-laki ?

RUKAYAH : Oh, kau sudah sampai kesana ? itu sama saja dengan dua kali dua

yaitu empat, perempuan ingin menyerahkan jiwa dan raganya

kepada laki-laki, yaitu ciiiinta !! pantas mukamu kemerah-

merahan ?

ANI : Betul kemerah-merahan ?

RUKAYAH : Sangkamu kau dapat menyembunyikan isi hati ?

ANI : Ah, kukira kebahagianku hanya impian, takkan sampai kelihatan

orang.

RUKAYAH : Siapa laki-lakinya, An ?

ANI : Tidak akan kusebutkan. Belum waktunya.

RUKAYAH : Cantik ? jantan ?

ANI : Itu bukan soal untukku. Yang membahagiakan aku ialah lantaran

ia mengerti kepada keinginanku.

RUKAYAH : Ah, aku jadi iri padamu. Tapi……….

ANI : Tapia pa ?

RUKAYAH : Ah, tidak.

ANI : Katakan, Ruk, katakan !

RUKAYAH : Aku ingin bertanya, apa keinginan menyerahkan jiwa dan raga

kepada laki-laki itu menurut perasaan saja atau juga menurut

pikiran ? sebab menurut pendapatku cinta itu baru benar, jika

pikiran turut menghitungnya. Tapi ini hanya pendapatku saja, An,

pendapat seorang perempuan yang tidak mau dipandang lebih

rendah oleh laki-laki, oleh makhluk yang umumnya memandang

hidup dengan pikiran . kalau aku menghadapi laki-laki dengan

wawasan saja, alamat akan celakalah aku sebagai perempuan.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

15

ANI : Jadi menurut kau, laki-laki itu dianggap………

RUKAYAH : Musuh tapi kawan !

ANI : Aku belum kesana, Ruk.

RUKAYAH : Tak usah, nanti seperti aku, sukar mendapat tunangan sehingga

sekarang juga……… ya sekarang juga aku merasa iri, An, dan

takut kalau-kalau sejak sekarang kau tak akan lagi jadi kawanku.

ANI : Ah, masa, Ruk. Aku sekarang masih juga aku yang kemarin.

RUKAYAH : Bohong ! kau sekarang sudah jadi kepunyaan laki-laki itu.

(berjalan) sudahlah ! nanti kita bertemu lagi.

ANI : Nanti dulu kau mau kemana ? tergesa-gesa benar.

RUKAYAH : Hendak melihat dulu tempat untuk rapat nanti.

ANI : Nanti kesini lagi ?

RUKAYAH : Selama kau disini, belum dibawa laki-laki itu, aku tentu kasini

lagi (terus berjalan keluar).

ADEGAN 13

ANI : (Merenung)

ISKANDAR : (Masuk, berdiri memandang ani)

ANI : (Terkejut tegak memandang iskandar).O……………..engkau !

buat apa pula selalu datang kesini kalau bukan untuk belanja ?

ISKANDAR : (Duduk di atas meja ). Memang aku datang kesini bukan untuk

belanja, tapi untuk………menengok, melihat kau.

ANI : Untuk mengganggu aku !

ISKANDAR : (Tersenyum pahit). Terimakasih !

ANI : Apa terimakasih ?

ISKANDAR : Karena sekarang aku di anggap mengganggu. Aku tahu, setelah

kau dibawa orang kesini, kau mendadak jadi naik adat.

ANI : Memangnya aku mesti tetap seperti kau ? tidak tahu adapt

kesopanan, duduk bukan di tempatnya duduk.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

16

ISKANDAR : Aku masih jadi anak rakyat yang bebas !

ANI : Tapi disini rumah makan , bukan kebun tempat gelandangan

berbuat semaunya.

ISKANDAR : Gelandangan ? hmm,ya, aku memanggelandangan . tapi bagiku ,

lebih baik aku jadi gelandangan , tahu? Lebih baik aku jadi

gelandangan daripada seperti kau , diam disini untuk jadi boneka

yang mendagangkan kecantikan.

ANI : Berani pula kau melemparkan tuduhan ?

ISKANDAR : Memangnya aku mesti seperti yang banyak, datang kesini untuk

minum-minum karena tertipu oleh wajahmu yang di bedaki?

ANI : Tutup mulutmu !

ISKANDAR : Tidak selama bibirku masih melekat pada badan ku , aku berhak

berkata kepadamu.

ANI : Hak ? hak apa ?memang aku ini apa mu? Ya, aku tahu kau

menaruh dendam melihat aku sekarang ada di lingkungan yang

menterang, bergaul dengan banyak laki-laki dari kalangan atas .

kau menaruh dendam sebab kau cinta padaku tapi hidupmu masih

tetap tidak berketentuan.

ISKANDAR : (Bangkit berdiri ) apa ? aku cinta padamu ? Hh, memangnya aku

ini buta mesti menyerahkan cintaku pada boneka ?

ANI : Lekas pergi. Tak sudi aku melihatmu dasar gelandangan tak tau

adat. Gampang saja membuka mulut .

ISKANDAR : Kau yang gampang membuka mulut, memainkan bibir. Kau kira

bibirmu yang di cat itu di pandang bagus oleh semua orang ?

ANI : Pergi ! pergi !

ISKANDAR :Tidak ! (telepon berbunyi).

ANI :(Cepat mengangkat telepon ). Ya, disini rumah makan sambara

tidak ada , tuan belum datang (telepon diletakkan , terus kepada

iskandar ). Ayo pergi ! aku benci melihat kau .

ISKANDAR :(Dia memandang) .

ANI : Kau tak akan pergi !

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

17

ISKANDAR : Tidak ! sebelum aku sendiri yang mau .

ANI : Kau rupanya sudah setengah matang , ya ? kau kira siapa yang

berkuasa disini , kau atau aku ?

ISKANDAR : Hh , mentang-mentang jadi pelayan , hendak mengaku berkuasa.

Kau tidak berkuasa disini , tapi kau disini dibelenggu , di

perbudak . ciiih !hanya di dalam hayalannya saja manusia itu

merasa dirinya mentereng , tak tahu ia bahwa sebenarnya dia

disini di jadikan boneka, disuruh jadi pendusta dan penipu .

ADEGAN 14

KARNAEN : (Masuk). ada apa, an ? kedengarannya ribut .

ANI : Dia orang setengah matang, mas. datang ke sini untuk menghina,

mengejek saya.

KARNAEN : Suruh dia pergi dari sini.

ANI : Sudah, tapi dia tidak mau pergi.

KARNAEN : (Kepada Iskandar ) saya minta dengan sangat, supaya saudara

pergi meninggalkan tempat ini .

ISKANDAR : Perlu apa saudara turut campur ?

KARNAEN : Saya orang disini .

ISKANDAR : Tapi saya tidak berurusan dengan saudara. saya berurusan dengan

dia.

KARNAEN : Dari itu, kalau saudara berurusan dengan dia, berarti saudara

berurusan pula dengan saya, sebab saya pelindung dia.

ISKANDAR : Pantas !

KARNAEN : Apa ?

ISKANDAR : Pantas jadi pelindung dia sebab wajah saudara tak sedap dimata .

KARNAEN : Kau disini rupanya mencari perselisiha, ya ? kalau begitu, atas

nama ketertiban rumah makn ini, kau kuusir mesti pergi sekarang

juga. jika tidak, nanti kupanggil polis .

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

18

ISKANDAR : Panggillah polisi supaya kau jelas, bahwa orang-orang di sini

dibelenggu, menggantungkan diri pada orang lain.

KARNAEN : Sekali lagi aku bertanya, mau pergi dari sini atau tidak ?

ISKANDAR : Tidak !

KARNAEN : (Cepat mengangkat telepon ). Minta kantor polisi. ya, ini kantor

polisi? disini rumah makan sambara. saya minta bantuan polisi,

supaya lekas mendatangi kami di sini ada orang yang

mengganggu ketertiban datang ke sini mencari perselisihan. dia

mengejek, menghina kami. boleh jadi dia gila!sudah tapi dia tidak

mau pergi. ya, sekarang masih ada di sini. terimakasih. (telepon

diletakkan )

ISKANDAR : Bukan keberanianmu, keberanian pelindung ?

KARNAEN : Aku manusia beradap tahu aturan, bukan karena takut

menghadapi kau.

ISKANDAR : Hh , manusia itu pakaiannya saja yang bagus, tak tahu ia bahwa

batinnya melempem mendekati mampus (berjalan hendak

keluar).

KARNAEN : (Menghampiri seraya mengepalkan tangan). jangan lari,

pengecut !

ISKANDAR : Aku manusia merdeka , tidak seorangpun yang berhak menyuruh

dan menahan aku . (terus berjalan )

KARNAEN : (Menjangkau bahu iskandar ) diam !

ISKANDAR : (Cepat memutar badan meninju karnaen ).

KARNAEN : (Jatuh terjengkang ).

ISKANDAR : (Mengangkat kursi hendak membantingnya pada karnaen )

ANI : (Menjerit )

ISKANDAR : (Meletakkan kursi kembali , lalu pergi keluar )

ADEGAN 15

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

19

ANI : (Cepat mendapatkan karnaen, menolong membangun kan). sakit

mas ?

KARNAEN : (Bangkit memijit-mijit tangan kiri) . ya !

ANI : Oh ! apa yang mesti kulakukan ?

KARNAEN : Tariklah oleh kedua tanganmu (mengulurkan tangan kiri )

ANI :(M emegang tangan karnaen dan menariknya )

KARNAEN : (Menyeringai) aduh ! sudah, An, sudah dulu !

ANI : (Melepaskan tangan karnaen ).

KARNAEN : (Memandang wajah ani dan memijit-mijit tangan ). Dapatkah

selamanya kau mengulurkan tangan kepadaku, mengindahkan

suara hatiku An ?

ANI : Saya tidak mengerti, mas.

KARNAEN : (Terkulai). ya, kau tak tahu menaruh kasihan kepadaku (berjalan

perlahan-lahan).hanya jika aku memakai pakaian tentara, baru

kau akan mengindahkan cintaku.

ANI : Ah, mas, saya kian tidak mengerti.

KARNAEN : (Duduk di kurs , membelakangi ani). Bukankah orang seperti

suherman yang kau indah kan dank au anggap laki-laki yang patut

kau serahi baktimu ?

ANI : (Tertunduk) mengapa mas sampai kesana pula? kau ku sayangi,

mas, ku sayang sebagai adik terhadap abang. tak nyana jika

suherman kau anggap sebagai saingan.

KARNAEN : (Diam merengut , memijit-mijit tangan )

ANI : (Mengulaikan kepala ).

ADEGAN 16

POLISI : (Masuk). Tadi ada telepon dari sini kekantor polisi.

KARNAEN : (Bangkit) benar, saya menelpon.

POLISI : Mana orangnya yang membuat keonaran itu ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

20

KARNAEN : Sudah pergi setelah meninju saya . tapi saya kira dia belum jauh

larinya. dia haruus di tamngkap. harus, sebab tangan saya sampai

sakit begini.

POLISI : Sebelum dia meninju tuan, apa yang dilakukannya sampai tuan

tadi menelpon kami?

KARNAEN : Menghina nona itu. saya tidak tahu bagaimana kejadiannya,

Cuma ketika saya datang kesini kedapatan mereka sedang

bertengkar mulut .sebagai orang di sini, saya berkewajiban

menolong nona itu dan menyuruh orang itu meninggalkan tempat

ini. tapi dia tidak mau sampai akhirnya saya menelpon polisi.

POLISI : (Kepada ani) nona di hina bagaimana oleh orang itu ?

ANI : Sebenarnya orang itu sudah sering datang kesini tapi tidak selalu

datang untuk belanja. Begitu pulang tadi , datang hanya untuk

duduk di atas meja. ketika saya hendak mengusirnya, dia malah

terus mencela pekerjaan saya dengan kata-kata yang tidak patrut

di keluarkan.

POLISI : Apa katanya kepada nona ?

ANI : Bahwa saya menjual kecantikan, bahwa saya di sini jadi pendusta

penipu. lagipula dia berkata dengan marah-marah.

POLISI : Nona tidak bersikap apa-apa terhadap dia ?

ANI : Saya usir tapi dia membatu.

POLISI : Tidak ada sangkaan kalau-kalau orang itu gila ?

KARNAEN : Boleh jadi dia setengah matang, sebab pakaiannya juga sudah

tidak karuan, rambutnya kusut, mukanya suram.

POLISI : Tidakkah orang itu memakai celana hitan, bajunya putih sudah

kotor di sebelah punggungnya ?

KARNAEN : Ya, Betul dia.

POLISI : Badannya tinggi kurus ?

KARNAEN : Ya.

POLISI : Gelandangan !tapi dia mudah di cari.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

21

ADEGAN 17

SUDARMA : (Masuk di ikuti oleh usman ) Lho, ada apa ?

KARNAEN : Gelandangan membuat keributan disini tadi.

SUDARMA : Lantas ?

KARNAEN : Ya polisi itu hendak mengurusnya.

SUDARMA : Mana orangnya sekarang? kok berani benar membikin keonaran

di rumah makanku. apa yang dilakukannya di sini?

KARNAEN : Dia menghina ani, meninju saya, dan terus berlari .karena itu

(kepada polisi )akan tuan cari, bukan? sebab saya tidak merasa

puas.

POLISI : Kalau benar ini seperti yang saya lukiskan tadi, pasti saya dapat

melacaknya. Kami dari polisi sudah tau dimana dia sering ada .

KARNAEN : Saya rasa betul tak salah lagi dialah orangnya.

POLISI : Baik, tuan saya akan menjalan kan kewajiban. jika ia sudah

ditemukan, dia nanti akan di bawa. dalam satu jam ini, tuan dan

nyonya jangan pergi dulu dari sini. sebab saya akan datang lagi

memberikan kabar.(melangkah hendak keluar).

SUDARMA : Nanti dulu! sebagai yang punya rumah makan ini saya

memberatkan pengaduan anak saya. Sebab bagaimanapun juga

orang yang bikin keonaran disini memang hendak merugikan

perusahaan saya. Bukan ?

POLISI : Betul !

SUDARMA : (Berjalan menuju meja tulis). Ada-ada saja semoga ia lekas

tertangkap, aku ingin melihat batang hidungnya.

POLISI : (Terus pergi).

SUDARMA : Ada-ada saja memangnya rumah makan ini akan dijadikan tempat

Adu tinju (kepada karnaen) kau juga yang salah ?!

KARNAEN : Kalau aku salah untuk apa aku berani menelpon polisi ?

USMAN : Bagaimana kejadiannya tadi ? apa masalahnya ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

22

KARNAEN : Dia orangnya setengah matang, paman. Mulanya datang di sini

berbincang dengan ani waktu saya tidak ada. Ketika saya datang

mereka bertengkar.

USMAN : O………., Begitu. (kepada ani) apa yang kalian tengkarkan ?

An?

ANI : Dia mengganggu saya, menghina saya.

USMAN : Tapi begitulah selama engkau belum kawin. Kau akan selalu

diganggu orang. Akan selalu merasa tidak aman. Karena itu

kunasehatkan supaya lekas saja kau kawin. Orang kawin jelas

mendekati keselamatan. Menjauhi kecelakaan, tidak sia-sia tuhan

mengadakan aturan mesti kawin kepada umatnya.

ANI : Tapi itu bukan lantaran saya tidak kawin. Orang itu saja yang

kurang sopan.

USMAN : Kalau kau sudah punya suami, kan tidak ada lagi laki-laki yang

akan mengganggu kau.

SUDARMA : (Menghitung uang diatas meja tulis) tapi kalau dia sudah kawin,

berarti akan meninggalkan pekerjaan di sini, itu tidak akan

kuizinkan.

USMAN : Apa halangannya setelah kawin dia tetap bekerja disini ? dengan

begitu malah memberi kesucian kepada rumah makan ini. Sebab

nanti tidak akan ada lagi laki-laki yang datang di sini dengan

maksud hanya main-main dengan ani. Betul tidak, An ?

ANI : Betul juga paman.

USMAN : Nah.., kawinlah ! jangan jauh-jauh mencari suami, kawinlah

dengan karnaen.

KARNAEN : Tidak paman. Dia sudah ada pemuda yang disenanginya.

USMAN : Lho…., siapa ?

KARNAEN : Suherman, kapten tentara.

USMAN : Ah…, kukira akan kawin dengan kau.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

23

SUDARMA : Mentang-mentang kau kiyai, kau terus saja menganjurkan kawin

kepada orang yang belum kawin. Seperti kau saja yang akan

membiayai hidup rumah tangga suami-istri itu.

USMAN : Aku bicara atas nama pagar keselamatan bagi mereka.

SUDARMA : Nanti dulu. Jangan dulu membicarakan kawin. Kawin perkara

gampang, asal si laki-laki sudah ada uang, tinggal jadi (kepada

ani ) tapi, An, tadi tidak ada telepon untukku ?

ANI : Ada.

SUDARMA : Dari siapa ?

ANI : Aku lupa menanyakan dari siapa ?

SUDARMA : Kok lupa! kan tadi aku pesan begitu padamu siapa saja yang

menanyakanku kau catat dan ditanya keperluannya. Jika begitu

kejadiannya sia-sia saja aku menggaji orang di sini.

ANI : (Menundukkan kepala).

SUDARMA : Itu sama saja menghentikan keuntungan. Sebab orang yang

menelpon itu pastilah punya urusan dagang denganku.

ANI : Saya minta maaf saya sedang kacau ingatan. (menyeka matanya).

SUDARMA : Maaf…, hanya orang yang sakit rohani yang kacau ingatannya

(meninggalkan, duduk).

USMAN : Kenapa kau menangis ?

ANI : Saya sedih dengan nasib saya.

USMAN : Jangan begitu.

ANI : Saya ini sendirian didunia, tak punya ibu tak punya bapak, dan

orang yang saya anggap tempat menumpangkan diri ternyata

tidak sayang. (mengisak).

USMAN : (Menghampiri ani) sabar, sabar, nak. Orang sabar itu disayangi

tuhan.

KARNAEN : (Akan pergi ke arah pintu keluar).

SUDARMA : (Tecengang memandang ani).

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

24

ADEGAN 18

SUHERMAN : (Masuk, heran memandang).

KARNAEN : (Melihat kepada ani dan suherman). Dia menunggu saudara,

kapten suherman.

SUHERMAN : Menunggu saya bagaimana ? ada apa ini ? apa yang terjadi, An ?

ANI : (Menyeka matanya) Ah.., tidak ada apa-apa.

SUHERMAN : Saya tidak mengerti (kepada karnaen) apa maksud saudara

dengan mengatakan dia menunggu saya itu ?

KARNAEN : Bukankah saudara cinta kepadanya.

SUHERMAN : Tapia pa salahnya saya mencintai dia ?

KARNAEN : Cinta saudara tentu tidak hanya sekedar cinta saja.

SUHERMAN : Ya…, jelas, lantas ?

KARNAEN : (Memandang kepada usman).

USMAN : Begini anak muda. Menurut kebiasaan, cinta itu adalah bunga

dari perkawinan. Jadi ………

ANI : (Menyembunyikan muka di belakang kedua belah tangan).

Sudah! sudah ! jangan aku terus diombang-ambingkan.

(menangis).

SUHERMAN : Rupanya saya datang kemari sangat tidak kebetulan. Lebih tidak

kebetulan lagi, karena baru sekali ini saya mendengar orang

hendak turut campur dengan cinta saya. Dalam angan saya, saya

datang kemari akan menemukan kegembiraan, tapi malah

disambut dengan hendak didikte, bahkan rupanya hendak di suruh

kawin. Saya bantah perkataan yang menyatakan bahwa cinta

adalah bunga dari perkawinan, saya tentang anggapan saudara-

saudara yang memandang saya rendah, menyamakan saya dengan

anak kecil yang mesti menelan segala yang di suapkan ke dalam

mulutnya.

USMAN : Kami tidak bermaksu begitu, sama sekali kami tidak memandang

rendah kepada tuan.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

25

SUHERMAN : Orang menyuruh saya kawin itu tidak memandang rendah, tidak

menganggap saya ini orang tolol yang tidak tahu arti cinta kepada

perempuan ? tidak, saya tidak merasa senang dengan perkataan

saudara. Saya malah merasa di hina.

Suherman : Saya juga tidak hendak menyuruh kawin.

SUHERMAN : Habis…? Sangka saudara, saya mencintai perempuan itu untuk

kawin ?

USMAN : Maksud kami tidak begitu, tetapi………….

ANI : Sudah! sudah! saya tahu, bahwa orang hanya suka kepada

senyumku, tidak suka kepada air mataku. (menangis dan pergi

kebelakang).

SUHERMAN : Betul-betul sial kedatangan saya ini (melangkah).

SUDARMA : E…, Nanti dulu tuan. Duduk-duduklah dulu, minum kopi, susu

atau sirop ? nanti ani yang melayani tuan.

SUHERMAN : Tidak ! aku tidak mau minum apa-apa dan tak akan pernah

kemari lagi! selamat tinggal! (terus berjalan keluar).

SUDARMA : (Kepada usman) kau juga yang mengacaukan, kau menghendaki

Keselamatan, tapi sikapmu mengacaukan, merugikan rumah

makanku. (mengeluarkan surat-surat dari dalam tas, duduk

menghadap meja tulis). Rumah makanku mau dijadikan tempat

tukang gado-gado. Seperti di dunia ini tidak ada lagi persoalan

yang penting, selain kawin ! (menyusun surat-surat). Hh…,

kawin, kawin !

USMAN : (Mengambil botol limun, menungkannya kedalam gelas, lalu

duduk diminum).

ADEGAN 19

POLISI : (Masuk mengiringi iskandar).

KARNAEN : (Berdiri menyambut).

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

26

POLISI : (Kepada karnaen) betul ini orang yang tuan maksudkan itu ?

KARNAEN : Ya…, betul.

POLISI : Tapi mana nona yang tadi ?

KARNAEN : Ada didalam. (kepada usman) coba panggil dia paman.

USMAN : An ! ini polisi datang. Kesini kau sebentar.

ANI : (Keluar dengan muka kusut).

POLISI : (Kepada ani) inikah orang yang tadi menghina nona itu ?

ANI : (Hampir tak kedengaran). Ya.

POLISI : (Kepada iskandar) tadi kau datang kemari dan membuat

keonaran di sini. Kau sudah menghina nona ini dan meninju tuan

itu, betul tidak !

ISKANDAR : Saya meninju dia sebab dia hendak menahan saya di sini.

POLISI : Menahan bagaimana ?

ISKANDAR : Saya mau pergi dari sini, tapi mengapa dia memegang bahu saya.

KARNAEN : Sebab dia akan kabur begitu saja setelah menghina, mencela dan

mengejek. Dia mengatakan bahwa hati saya melempem persis

kerupuk kena air, seperti mau mampus.

POLISI : Betul kau pernah berkata begitu !?

ISKANDAR : Ya…, sebab saya merasa sebal, mengapa setelah dia ikut campur

dengan urusan saya dan perempuan itu, lalu membawa-bawa

polisi pula.

KARNAEN : Tapi saya menelpon polisi setelah ia tak mau diusir, setelah saya

peringatkan pula, bahwa jika tidak mau pergi, saya akan minta

bantuan polisi. Saya menelpon polisi sebagai orang yang tak mau

berselisih, sekalipun dia sudah seakan-akan menantang berkelahi

dengan mengejek menyebut tak sedap melihat muka saya.

POLISI : (Kepada iskandar) mengaku tidak ! kalau kau sudah

mengeluarkan kata-kata kotor dan ejekan itu ?!

ISKANDAR : Ya…….

POLISI : Apa sebabnya.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

27

ISKANDAR : Hati saya mangkel, sebal. Mengapa ia turut campur dengan

urusan saya dan perempuan itu.

POLISI : Tapi ada urusan apa kau dengan perempuan itu ?

KARNAEN : Saya turut campur sebab menurrut nona ini dia menghina. Tidak,

saya tidak akan ikut campur jika saja saya tidak mendengar

keterangan bahwa nona ini dihina olehnya. Lagi pula sudah

menjadi hak saya ikut campur, sebab saya orang sini,

berkewajiban mengawasi rumah makan ini. Saya berkewajiban

mengusir dia, sebab dia disini mengganggu ketentraman umum ?

POLISI : Nanti dulu ! kau dengan perempuan itu ada urusan apa ? kau cinta

padanya ?

OSKANDAR : Apa….? Cinta ? Saya berpantang cinta kepada pendusta, tukang

tipu.

POLISI : Tukang tipu? Tukang tipu bagaimana ?

ISKANDAR : Menipu laki-laki supaya datang kesini, supaya rumah makan ini

laku dengan mendagangkan kecantikan.

SUDARMA : Eh…., enak saja kau berkata. Dia ada di sini dengan aturan. Dia

diurus, dia digaji, tidak seperti kau. Gelandangan tidak

berkedudukan. Kaulah yang sebenarnya boleh dicurigai menipu.

(kepada polisi) tak usah banyak ditanya lagi, bahwa dia

gelandangan cukup sudah untuk di jadikan alas an di tahan.

POLISI : Sebagai polisi saya mesti teliti dulu sebelum menahan dia. Tapi

bahwa dia gelandangan sesungguhnya sudah lama jadi perhatian

polisi pula. (kepada iskandar) mengapa kau tidak mau bekerja ?

ISKANDAR : Buat apa saya kerja, jika saya mesti main sandiwara, mendustai

diri dan menipu orang lain. Seperti perempuan itu.

POLISI : Itu bukan jawaban. Bagiku kau adalah seorang pemalas.

ISKANDAR : Anggapan orang lain terserah. Tiap orang merdeka, bebas

menganggap orang lain menurut pendiriannya masing-masing.

POLISI : Tapi jangan lupa. Anggapanku adalah anggapan polisi yang

berkewajiban mengawasi masyarakat, kemalasanmu diawasi pula.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

28

ISKANDAR : Terima kasih atas perhatiannya.

POLISI : Tapi apa alasan kau malas bekerja.

ISKANDAR : (Merenung sejenak) sebab saya ini sendirian di dunia.

POLISI : Kau jangan coba-coba mempermainkan polisi, saya ini polisi, kau

tahu itu. Jawaban demikian tidak patut kau katakana padaku.

ISKANDAR : Sepanjang pengetahuanku, polisi itu mesti bekerja menggunakan

pikiran. Jawaban saya itu mesti dipikir.

POLISI : Baik…., kuterima jawabanmu itu dengan dipikir. Dan menurut

pikiranku kau mesti di tahan. Sebab otakmu sudah tak waras.

(kepada karnaen) urusan ini akan saya teruskan kepengadilan.

Nanti dalam pemeriksaan di sana, tuan dan nona akan di panggil.

SUDARMA : Jangan lupa, bahwa sebagai yang punya rumah makan, sayapun

ikut bersangkutan mendakwa dia.

POLISI : Ayo lekas ikut aku.

ISKANDAR : Kemana ?

POLISI : Ketempat tahanan.

ISKANDAR : Saya akan ditahan ?!

POLISI : Ya.

ISKANDAR : (Menggeram) akibat perempuan…, pendusta, penipu.

POLISI : Jangan ngomel lagi, ayo jalan !

ANI : (Bangkit dari duduknya) nanti dulu !

POLISI : Ada apa lagi nona ?

ANI : Mengapa dia disalahkan ?

POLISI : Lho…, kan kata nona tadi, ia menghina nona? Itulah salah satu

dari kesalahannya.

ANI : Tidak! Dia tidak salah. Sayalah yang salah, kalau harus di tahan

saya yang mesti di tahan. Bukannya dia.

POLISI : Salah bagaimana ?

ANI : Saya tadi terus terang, bahwa sesungguhnya…… sesungguhnya

dia tidak menghina saya. Sebaliknya sayalah yang menghina dia.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

29

POLISI : Jadi perkataan nona tadi,…. Bahwa dia menghina nona itu, tidak

benar.

ANI : Ya.

POLISI : Tidak benar dia sudah melahirkan ejekan, menyebut penipu dan

sebagainya kepada nona ?

ANI : Betul dia berkata begitu. Tapi saya yang dungu, tidak mau

berterus terang, bahwa sebenarnya apa yang dikatakannya itu

mengandung kebenaran, bahwa sebenarnya saya sudah dusta

kepada diri sendiri dan kepada orang lain.

POLISI : Jadi nona sekarang merasa puas, sehingga urusan ini tidak perlu

dilanjutkan.

ANI : Ya.

KARNAEN : Tapi saya belum puas dan minta supaya perkara ini dilanjutkan.

ANI : Boleh dilanjutkan juga, dan saya bersedia masuk bui.

POLISI : (Kepada karnaen) soal ini jadi soal remeh yang tidak perlu

dibawa keatas, tuan.asal antara tuan dan dia tidak ada lagi

perasaan apa-apa (kepada iskandar) kau masih dendam kepada

tuan ini ?

ISKANDAR : Buat apa dendam kepadanya? Terikat oleh lolong anjing ditepi

jalan hidupku.

POLISI : Maksudku mau kau dan tuan ini maaf-memaafkan.

ISKANDAR : Sejak saya meninggalkan dia tadi. Dia sudah kumaafkan.

POLISI : (Kepada karnaen). Dia sudah menyatakan begitu, tuan. Tinggal

bagaimana tuan sendiri.

KARNAEN : (Melihat kepada orang lain).

POLISI : Tuan mau memaafkan dia atau tidak ?

KARNAEN : (Perlahan-lahan). Ya…., saya maafkan.

RUKAYAH : (Tiba-tiba muncul, heran memandang).

POLISI : Perkara ini sudah beres. (kepada iskandar). Kau boleh pergi, tapi

perhatian polisi kepadamu lebih dari pada waktu yang lalu,

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

30

terutama sebelum kau mengubah laku sebagai pemalas, kau akan

terus diperhatikan polisi.

SUDARMA : Awas ! sejak sekarang kau tak boleh datang lagi di sini, sekali

lagi kau berani melancong ke sini, mendekati nona itu, akan kau

tahu rasanya nanti.

ISKANDAR : (Melangkah hendak keluar).

ANI : Nanti dulu!

ISKANDAR : (Berhenti, memandang ani).

ANI : Tunggu dulu ! (pergi ke belakang).

KARNAEN : (Berdiri memandang ani).

POLISI : Dia mau apa lagi ?

SUDARMA : (Tercengang). Entahlah ?

RUKAYAH : (Menghampiri usman). Ada kejadian apa, paman ?

USMAN : Wallahualam, kita lihat saja.

ADEGAN 20

ANI : (Keluar sambil menjinjing koper).

USMAN : Mau ke mana, An.

ANI : Saya mau keluar dari sini.

SUDARMA : Nanti dulu! Nanti dulu! Jangan tergesa-gesa begitu, An! Siapa

yang menyuruh kau keluar dari sini ? aku saying kepadamu dan

berjanji akan menaikkan gajimu, asal jangan pergi dari sini.

ANI : Tidak, saya sudah bulat ingin pergi. Saya mau hidup merdeka.

SUDARMA : Ah…, merdeka bagaimana? Nanti kau sukar mencari pekerjaan,

mencari kesenangan seperti di sini.

ANI : Saya tidak senang di sini, karena itu saya mau pergi. Saya harus

jauhi segala kepalsuan dalam rumah makan ini. Dan akan pergi

bersama orang jujur.

SUDARMA : Orang jujur? Siapa ?

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

31

ANI : (Menunjuk iskandar). Dialah yang jujur.

ISKANDAR : (Tegak memandang ani).

SUDARMA : Dia jujur, katamu ? dia gelandangan, An ! Jangan matamu melek

tapi tidak melihat !

ANI : Mata saya melek dan melihat. Bahwa sebenarnya dialah laki-laki

yang jujur mengawani saya. Betul sekarang ia tidak bekerja,

tapi… (kepada iskandar) jika kau sudah tidak lagi merasa

sendirian didunia, kau akan bekerja, bukan ?

ISKANDAR : Ya…, tentu.

ANI : Mau kau memaafkan kesalanku selama ini ?

ISKANDAR : Mengapa tidak ?

ANI : (Kepada sudarma). Gaji saya yang belum dibayar saya minta

supaya dihadiahkan kepada fakir miskin. (kepada karnaen).

Mas…, saya doakan mudah-mudahan mas segera mendapatkan

seorang istri yang cakap mengurus rumah tangga (kepada

rukayah). Ru, aku akan pergi!

RUKAYAH : (Memegang tangan ani). Tak salah kiranya kataku tadi, An !

ANI : Bukan, Ruk. Aku yang sekarang bukan lagi aku yang tadi kau

sindir. Aku akan berhenti main sandiwara dan akan pergi bersama

musuh tapi kawanku. Mengawani dia sebagai perempuan yang

akan bejuang berdampingan.

RUKAYAH : Kau berkata lain dari tadi. Jika tadi aku mengatakan aku iri

padamu untuk menyindirmu, sekarang aku iri padamu dengan

sungguh-sungguh.

ANI : Tapi, Ruk ! apa yang mesti kau irikan kalau sekarang masih juga

aku yang tadi? Marilah kita pergi bersama (melangkah).

ISKANDAR : Kopermu tidak berat ?

ANI : Mau kau bawakan ?

ISKANDAR : Ya…, tentu saja.

ANI : (Menyerahkan kopernya).

POLISI : Nah jika begitu kau tidak lagi kelihatan seperti pemalas.

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

32

USMAN : Kalau begitu kusampaikan doa moga-moga kau berdua dilindungi

dan dikaruniai tuhan selalu.

ANI : Mari…, Ruk! Kita pergi! (berjalan keluar dan rukayah

mendampingi, iskandar membuntuti dari belakang).

ADEGAN 21

POLISI : (Menepuk dahi). Pusing juga kepalaku memikirkan mereka!

(keluar).

SUDARMA : (Kepada usman). Kau juga yang jadi gara-gara ini semua. Kau

dengan anjuranmu itu, kawin! Kawin….

USMAN : Tapi aku menganjurkan kawin, tadinya untuk menolong anakmu.

SUDARMA : Ah…, menolong apa?

USMAN : Anakmu sudah lama ada cita-cita mau memperistrikan ani. Dia

minta tolong kepadaku supaya ani mau kawin dengan dia.

SUDARMA : (Kepada karnaen). Betul begitu karnaen.

KARNAEN : Iya…, saya yang sial………..????

THE END

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

33