tatang h. soerawidjaja

6
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sains clan Teknologi MenuJu Era Tinggal Landas Band.ung, 8- 10 Oktober 1991 PPTN - BATAN PERKEMBANGAN INDUSTRI KIMIADAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PROSES Tatang H. Soerawidjaja Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Kimia - Institut Teknologi Bandung PENDAHULUAN Pada masa ini,tidaklah berlebihan jika di- katakan bahwa industri (proses) kimia meme- gang peranan sangat penting di dalam pera- daban manusia. Produk-produk industri kimia dibutuhkan dan digunakan di dalam semua bi- dang kehidupan sehari-hari. Pembudidayaan tumbuhan dan hewan memerlukan pupuk ki- mia, pakan (makanan hewan), insektisida, pes- tisida, herbisida dan desinfektan. Beraneka ra- gam bahan bangunan dan bahan konstruksi peralatan merupakan hasil pengolahan kimia- wi, misalnya saja logam, semen, kapur, keramik, plastik dan cat. Bahan-bahan sandang menggunakan serat sintetik dan zat warna. Pengangkutan bergantung kepada ketersedia- an bensin dan bahan-bahan bakar sejenisnya. Komunikasi tertulis menggunakan kertas dan tinta cetak, sedangkan komunikasi elektronik membutuhkan bahan-bahan isolator dan kon- duktor yang diolah secara kimiawi. Kesehatan masyarakat terjaga dan terawat dengan obat- obatan dan bahan farmasi, sabun dan deterjen, insektisida dan desinfektan; semuanya meru- pakan produk industri kimia. Disamping itu, sejumlah besar bahan kimia tidak pernah men- capai masyarakat secara langsung, melainkan diperjualbelikan di dalarn lingkup industri ki- mia sendiri, untuk diolah lebih lanjut atau digu- nakan dalam produksi bahan kimia lain yang dibutuhkan masyarakat; kareria itu, industri kimia seringkali disebutjuga konsumen terbaik bagi dirinya sendiri. Sampai sekarang, di Indonesia telah ter- dapat banyak pabrik proses kimia. Beberapa contohnya yang terkenal adalah pabrik amoniak dan pupuk urea (di Lhok Seumawe, Palembang, Cikampek, Gresik dan Bontang - Kalimantan Timur), pabrik semen (di Aceh, Padang, Baturaja - Sumsel, Cibinong, Cirebon, Cilacap, Gresik, Kupang, dan Tonasa - Sulsel), kilang minyak bumi (di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju dan Sungai Gerong, Cilacap dan Balikpapan) kilang LNG (Liquefied Natural Gas 6 atau gas bumi cair di Lhok Seumawe dan Bontang), pabrik kertas, pabrik gula,pabrik minyak goreng, margarin , sabun dan deterjen, pabrik ban kendaraan bermotor, pabrik asam sulfat, pabrik asam nitrat dan ammonium nitrat, pabrik hidrogen peroksida, pabrik asam format, pabrik soda api, pabrik cat, pabrik alkohol dan spiritus, dan pabrik bir. Pengembangan industri kimia di Indonesia telah dilaksanakan pemerintah Republik Indo- nesia sejak awal tahun limapuluhan, namun mulai meningkat dengan cepat ketika PELITA I dimulai. Pada PELITA V sekarang ini, peme- rintah (cq. Departemen Perindustrian) telah menyatakan industri kimia sebagai sektor in- dustri yang mampu "menggelinding" sendiri dan menata perkembangannya yang pesat le- wat beberapa kebijaksanaan pokok. KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA [1] A. Kebijaksanaan strategis utama. Kebijaksanaan strategis utama dari peme- rintah dalam pengembangan industri pada umumnya dan pada industri kimia pada khu- susnya adalah Pola Pengembangan Industri Nasional, yang terdiri dari 6 (enam) butir kebi- jaksanaan : 1. Pendalaman dan pemantapan struktur in- dustri yang sejauh mungkin dikaitkan dengan sektor ekonomi lainnya, yakni sektor pertanian dalam arti luas (perkebunan, ta- naman pangan, hasillaut), sektor kehutan- an, dan sektor pertambangan (migas dan non migas). 2. Pengembangan industri permesinan, logam dasar dan elektronika (dengan prioritas pa- da komoditi yang pasarnya jelas, berulang dan berkembang) melalui penerapan stan- dar serta penguasaan rancang bangun dan perekayasaan.

Upload: lethu

Post on 31-Dec-2016

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tatang H. Soerawidjaja

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsclan Teknologi MenuJu Era Tinggal Landas

Band.ung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

PERKEMBANGAN INDUSTRI KIMIADAN PENGUASAANTEKNOLOGI PROSES

Tatang H. SoerawidjajaJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Kimia - Institut Teknologi Bandung

PENDAHULUAN

Pada masa ini,tidaklah berlebihan jika di­katakan bahwa industri (proses) kimia meme­gang peranan sangat penting di dalam pera­daban manusia. Produk-produk industri kimiadibutuhkan dan digunakan di dalam semua bi­dang kehidupan sehari-hari. Pembudidayaantumbuhan dan hewan memerlukan pupuk ki­mia, pakan (makanan hewan), insektisida, pes­tisida, herbisida dan desinfektan. Beraneka ra­gam bahan bangunan dan bahan konstruksiperalatan merupakan hasil pengolahan kimia­wi, misalnya saja logam, semen, kapur,keramik, plastik dan cat. Bahan-bahan sandangmenggunakan serat sintetik dan zat warna.Pengangkutan bergantung kepada ketersedia­an bensin dan bahan-bahan bakar sejenisnya.Komunikasi tertulis menggunakan kertas dantinta cetak, sedangkan komunikasi elektronikmembutuhkan bahan-bahan isolator dan kon­duktor yang diolah secara kimiawi. Kesehatanmasyarakat terjaga dan terawat dengan obat­obatan dan bahan farmasi, sabun dan deterjen,insektisida dan desinfektan; semuanya meru­pakan produk industri kimia. Disamping itu,sejumlah besar bahan kimia tidak pernah men­capai masyarakat secara langsung, melainkandiperjualbelikan di dalarn lingkup industri ki­mia sendiri, untuk diolah lebih lanjut atau digu­nakan dalam produksi bahan kimia lain yangdibutuhkan masyarakat; kareria itu, industrikimia seringkali disebutjuga konsumen terbaikbagi dirinya sendiri.

Sampai sekarang, di Indonesia telah ter­dapat banyak pabrik proses kimia. Beberapacontohnya yang terkenal adalah pabrikamoniak dan pupuk urea (di Lhok Seumawe,Palembang, Cikampek, Gresik dan Bontang ­Kalimantan Timur), pabrik semen (di Aceh,Padang, Baturaja - Sumsel, Cibinong, Cirebon,Cilacap, Gresik, Kupang, dan Tonasa - Sulsel),kilang minyak bumi (di Pangkalan Brandan,Dumai, Plaju dan Sungai Gerong, Cilacap danBalikpapan) kilang LNG (LiquefiedNatural Gas

6

atau gas bumi cair di Lhok Seumawe danBontang), pabrik kertas, pabrik gula,pabrikminyak goreng, margarin , sabun dan deterjen,pabrik ban kendaraan bermotor, pabrik asamsulfat, pabrik asam nitrat dan ammoniumnitrat, pabrik hidrogen peroksida, pabrik asamformat, pabrik soda api, pabrik cat, pabrikalkohol dan spiritus, dan pabrik bir.

Pengembangan industri kimia di Indonesiatelah dilaksanakan pemerintah Republik Indo­nesia sejak awal tahun limapuluhan, namunmulai meningkat dengan cepat ketika PELITAI dimulai. Pada PELITA V sekarang ini, peme­rintah (cq. Departemen Perindustrian) telahmenyatakan industri kimia sebagai sektor in­dustri yang mampu "menggelinding" sendiridan menata perkembangannya yang pesat le­wat beberapa kebijaksanaan pokok.

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM

PENGEMBANGAN INDUSTRI KIMIA [1]

A. Kebijaksanaan strategis utama.Kebijaksanaan strategis utama dari peme­

rintah dalam pengembangan industri padaumumnya dan pada industri kimia pada khu­susnya adalah Pola Pengembangan IndustriNasional, yang terdiri dari 6 (enam) butir kebi­jaksanaan :1. Pendalaman dan pemantapan struktur in­

dustri yang sejauh mungkin dikaitkandengan sektor ekonomi lainnya, yakni sektorpertanian dalam arti luas (perkebunan, ta­naman pangan, hasillaut), sektor kehutan­an, dan sektor pertambangan (migas dannon migas).

2. Pengembangan industri permesinan, logamdasar dan elektronika (dengan prioritas pa­da komoditi yang pasarnya jelas, berulangdan berkembang) melalui penerapan stan­dar serta penguasaan rancang bangun danperekayasaan.

Page 2: Tatang H. Soerawidjaja

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Teknologi Menuju Era Tinggal Lamias

3. Pengembangan industri kecil, dengan pene­kanan pemecahan masalah pemasaranmelalui Sistem Bapak Angkat serta bim­bingan teknik serta permodalan, dan dengandorongan ke dalam wadah usaha koperasi.

4. Pengembangan ekspor hasH industri denganupaya mempertangguh daya saing secaraterus menerus,agar peranan ekspor hasil in­dustri makin meningkat.

5. Pengembangan litbang terapan, rancang ba­ngun dan perekayasaan industri, serta pe­ngembangan sistem dan perangkat lunakdalam arti luas, baik untuk pembuatan me­sin dan perala tan pabrik serta pembuatanpabrik secara utuh,maupun untuk mengem­bangkan industri elektronika.

6. Pengembangan kewirausahaan dan tenagaprofesional termasuk manager, tenaga ahli,tenaga terampil dan sebagainya.

B. Prioritas pengembangan industri nasional.Prioritas pengembangan industri nasional

pada PELITA V adalah :1. Pengembangan industri yang berorientasi

ekspor untuk menghasilkan devisa dan se­bagai penggerak utama dalam mempercepatpertumbuhan industri.

2. Penguatan dan pendalaman struktur indus­tri nasional dalam rangka pemantapan ke­terkaitan antar industri maupun antara in­dustri dengan sektor ekonomi lainnya, da­lam rangka meningkatkan nilai tambah in­dustri.

3. Pengembangan industri kecil dalam rangkamenciptakan lapangan usaha dan lapangankerja yang lebih luas, pemerataan pendapat­an, dan mendorong pertumbuhan ekonomidaerah yang relatif belum cukup bel'kem­bang.

4. Pengembangan industri pengolah hasil per­tanian dalam rangka memanfaatkan seop­timal mungkin potensi sektor pertanian danpotensi modal dasar lainnya untuk mening­katkan nilai tambah produksi dan memper­kukuh struktur ekonomi.

5. Peningkatan kemampuan penelitian dan pe­ngembangan yang diarahkan pada inovasiproses maupun produk dan penguasaan tek­nologi rancang bangun dan perekayasaanindustri untuk pengembangan mesin-mesindan peralatan pabrik.

6. Pengembangan kemampuan profesional danwirausaha tenaga kenja industri, baik da-

Bandung. 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

lam kualitas maupun kuantitas, melalui pe­rencanaan, peningkatan pendidikan danlatihan keterampilan, serta peningkatan efi­siensi dan dayaguna aparatur pemerintah.

C. Prioritas pengembangan kelompok industrikimia dasar [2J.

Jenis-jenis industri yang diprioritaskanpembangunannya adalah :1. Industri petrokimia hulu (pusat olefin dan

pusat aromatik).2. Industri pulp dan kertas, industri rayon,

industri ban dan barang-barang karet untukindustri.

3, Industri kimia pengolah hasil pertanian da­lam arti luas.

4. Industri kimia lain yang dapat memperkuatstruktur industri misalnya industri kimiaadi (fine chemicals) dan industri kimia peng­olahan bahan mineral.

Sasaran pengembangan industri kimia da­sar pada akhir PELITA V adalah :- laju pertumbuhan 13% / tahun- ekspor US $ 1,43 milyar- penyerapan tenaga kerja 35000 orang

[Untuk keseluruhan industri, ketiga sasar­an ini adalah- laju pertumbuhan 10% / tahun- ekspor US $ 19 milyar dan- penyerapan tenaga kerja 2,3 juta orang]

PERANAN INDUSTRI KIMIA DALAMPEMBANGUNAN NASIONAL

Untuk memberikan gambaran nyata ten­tang peranan industri kimia dalam pembangun­an nasional, berikut ini akan dikemukakansumbangsih dari beberapa industri kimia yangpenting.

Di dalam mencukupi kebutuhan pangan,industri kimia Indonesia memegang perananpenting dalam mencapai swa sembada beras,yaitu dengan menyediakan pupuk buatan (urea,ZA, TSP, KCl dan sebagainya), pestisida danbahan-bahan kimia lain yang dibutuhkan.

Pada tahun 1990, produksi pupuk ureaIndonesia mencapai 4,8 juta ton/tahun (3 jutaton/tahun untuk kebutuhan pertanian,sisanyauntuk kebutuhan industri dan ekspor) serta.mampu mendukung produksi beras nasional se­banyak lebih dari 28juta ton/tahun. Pada tahunyang sarna, produksi keseluruhan pupuk sin­tetik mencapai 7,94juta ton/tahun.

7

Page 3: Tatang H. Soerawidjaja

Proceedings Seminar Reaktor Nllklir dalam Penelitian Sainsdan Teknalogi Menlljll Era Tinggal Landas

Untuk pemeliharaan kesehatan, negara ki­ta telah dapat menghasilkan sendiri beribu ma­cam obat hasil formulasi dalam negeri;obat-obatan ini sebelumnya harus diimpor. Sa­yang sekali,pada waktu ini kira-kira 90% daribahan baku obat (yang juga dihasilkan denganproses kimia ) masih harus diimpor.

Di dalam bidang sandang, telah ada pa­brik-pabrik kimia yang memproduksi serat poli­ester dengan kapasitas total kira-kira 160000ton/tahun. Serat ini dibuat dari etilen glikol(etandiol), yang masih harus diimpor dan asamtereftalat murni yang sekarang telah dapat di­buat sendiri oleh PERTAMINA (di Plaju) de­ngan kapasitas 225000 ton/tahun. Bahan men­tah pembuatan asam tereftalat adalah p-ksilinayang sejak tahun lalujuga telah diproduksi olehPERTAMINA (di Cilacap). Serat sintetik lain­nya, yakni rayon, telah pula dihasilkan di dalamnegeri dengan laju produksi 40000 ton/tahun.Industri serat sintetik Indonesia diperkirakantelah dapat memenuhi paling sedikitnya 90%dari kebutuhan dalam negeri.

Di dalam sektor penyediaan bahan ba­ngunan, produksi pabrik-pabrik semen di ne­gara kita telah melebihi 17juta ton/tahun.

Produksi kayu lapis telah lebih dari 6 jutaton/tahun sehingga, karena jauh melebihi ke­butuhan dalam negeri, sebagian besar diekspor.

Di dalam sektor bahan bakar minyak(BBM), selain kilang-kilang minyak yang telahada sebelumnya di Plaju, Sungai Gerong, Ci­lacap dan Dumai, PERTAMINA telah memba­ngun dua kilang baru, yakni di Cilacap danBalikpapan, yang masing-masing berkapasitas200000 barel minyak mentah per hari. Di Dumaijuga telah dibangun pabrik hydrocracher (pe­rengkahan fraksi berat minyak bumi di dalamatmosfir hidrogen sehingga menghasilkan an­tara lain bensin); kapasitasnya 27000 barel perhari. Dewasa ini, PERTAMINAsedang meren­canakan pembangunan beberapa kilang EXOR(Export Oriented Refinery) berkapasitas besar;hasil-hasil dari kilang ini semuanya untuk di­ekspor. Salah satu diantaranya (EXORI) sudahdipastikan dibangun di Balongan (dekat Indra­mayu/Cirebon). Selain itu, dapat pula dicatatbahwa Indonesia sekarang ini adalah eksportirLNG terbesar di dunia; gas bumi cair yangmerupakan penghasil besar devisa negara inidiproduksi oleh dua kompleks kilang, di Bon-

8

Bandung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

tang dan Lhok Seumawe, milik patungan PER­TAMINAdengan beberapa perusahaan asing.

PERKEMBANGAN INDUSTRI KIMIA DITAHUN-TAHUN MENDATANG

Pada tahun-tahun mendatang, industriproses kimia Indonesia diperkirakan berkem­bang dengan laju yang manta p. Dewasa ini saja,di dalam harian-harian umum dan warta-wartabisnis nasional kita sering membaca berita pe­nandatanganan kontrak pembangunan pabrik­pabrik proses kimia. Di samping pembangunankilang EXOR I yang telah disebutkan di muka,sebagai contoh-contoh lainnya dapat kita kutip:- pembangunan pusat olefin di Serang (Ban­

ten) oleh PT Chandra Asri. Proyek yang di­perkirakan selesai pada tahun 1994 ini akanmenghasilkan 550 000 ton 1tahun etilen, 300000 ton 1tahun propilen, 209 000 ton/ tahunbensin pirolisis, 300 000 ton/tahun polietilendan 100 000 ton/ tahun polipropilen.

- pendirian pusat aromatik di Arun (LhokSeumawe) oleh PERTAMINA. Proyek yangdiperkirakan selesai pada tahun 1994/1995ini akan menghasilkan 335 000 ton/tahun p­ksilena dan 150 000 ton/tahun benzena.

- pembangunan pabrik RCC (Residual Cata­lytic Cracking) di Cilacap oleh PERTAMI­NA; diperkirakan selesai tahun 1994 danakan menghasilkan 180 000 ton/tahun poli­propilen dan 82 500 ton/tahun MTBE (MetilTersier Butil Eter), yakni senyawa boosterangka oktan bensin premix. KebutuhanMTBE di dalam negeri dewasa ini diper­kirakan akan sudah mencapai 60 000 ton/tahun.

- peningkatan kapasitas kilang Musi di Plajuoleh PERTAMINA, dari 14 000 barell harimenjadi 20500 barel/hari.

- penambahan train-train baru di pabrik LNGBontang dan Arun, sehingga produksi LNGIndonesia akan meningkat menjadi 30 jutaton/tahun (sekarang 22 juta ton/tahun).

- pendirian pabrik-pabrik amoniak dan pupukurea baru Pusri I-B di Palembang, Petro­kimia Gresik di Gresik, Kujang II di Ci­kampek, dan Kaltim IV di Bontang, sehing­ga kapasitas produksi pupuk urea di dalamnegeri akan mencapai kira-kira 7,5 juta ton/tahun pada tahun 1995.

- pembangunan pabrik asam tereftalat murnidi Serang oleh PT Bakrie & Brothers; kapa-

Page 4: Tatang H. Soerawidjaja

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Teknologi MenuJu Era Tinggal Lcmdas

sitas 250 000 ton/tahun, selesai kira-kira ta­hun 1993.

- pembangunan pabrik-pabrik semen baru diTuban, Kebumen, Wonogiri, Pati, danGrobogan, serta perluasan pabrik-pabrik se­men Padang, Cibinong, Gresik dan Tonasa;kebutuhan semen di dalam negeri diperki­rakan akan mencapai 22juta ton/tahun padaakhir tahun 1993.

- pendirian pabrik-pabrik pulp (bubur kertas)berkapasitas besar, antara lain di Kaliman­tan Timur dan Barat; produksi pulp Indone­sia akan meningkat dari 966500 ton!tahundi tahun 1989 menjadi kira-kira 4,3juta ton!tahun di tahun 1994.

- dan masih banyak lagi yang lain, misalnyapembangunan pabrik metanol, stirena, poli­stirena, soda abu, melamin, industri- indus­tri yang bertumpu pada bioteknologi, indus­tri yang bersumber pada minyak dan lemaknabati maupun hewani, industri pestis ida,serta industri bahan baku farmasi.

KETERKAITAN DAYA SAING INDUSTRI

DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI [2]

Peningkatan daya saing industri kita, yangdicerminkan oleh peningkatan pertumbuhan e­konomi cq. pendapatan per kapita, dapat dica­pai lewat dua jalan, yakni :1. dengan menggunakan lebih banyak sumber

daya, atau2. dengan mendapatkan lebih banyak hasil/

produk dari tiap satuan sumber daya.Jalan mana yang lebih besar potensi sum­

bangsihnya pada peningkatan pendapatan perkapita merupakan hal yang sangat menarik danperlu kita ketahui.

Landau [3] baru-baru ini mengingatkankembali bahwa selama berpuluh tahun parapakar ekonomi di Amerika Serikat berpendapatbahwa masalah peningkatan pendapatan perkapita adalah masalah penggunaan lebih ba­nyak sumber daya. Akan tetapi, hasil kajianyang dilakukan pada tahun limapuluhan ter­nyata menyodorkan kesimpulan berbeda yangsangat mengejutkan. Hasil kajian dari MosesAbramowitz dari Stanford University danRobert Solow dari MIT (terhadap peningkatanpendapatan per kapita di AS antara tahun 1869sampai dengan 1953) menunjukkan bahwapenggunaan lebih banyak sumber daya hanyamenerangkan 15% dari peningkatan pendapat­an per kapita di AS , sisanya (85%)disebabkan

Bcmdung, 8- 10Oktober 1991PPTN - BATAN

hal-hal lain, terutama penggunaan teknologi.Hasil ini membuktikan bahwa pertumbuhan e­konomi jangka panjang pada hakekatnya me­rupakan masalah penggunaan sumber dayasecara lebih efisien dan bukan penggunaan le­bih banyak sumber daya.

Peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya lebih mengisyaratkan adanya pemanfaat­an penuh teknologi dibanding penggunaan lebihbanyak sumber daya; tiap tahap peningkatanefisiensi melibatkan lahir dan dimanfaatkan­nya teknologi yang lebih baru dan bermutu. Ber­landaskan keterkaitan ini dan hasil studinya diatas, secara induktif Robert Solow menyodor­kan hipotesis bahwa pemanfaatan teknologi a­dalah mesin utama pertumbuhan ekonomi sua­tu negara. Pertumbuhan ekonomi banyak ne­gara selain Amerika Serikat, misalnya negara­negara MEE ,Jepang, Korea dan Taiwan, kemu­dian mengukuhkan hipotesis ini menjadi suatuhukum/teori dan, atas dasar kebenaran teori­nya itu,Robert Solowdianugerahi hadiah Nobeldalam Ilmu Ekonomi pada tahun 1987 [4].

PERLUNYA PENGUASAAN TEKNOLOGIPROSES

Uraian pada paragrafyang lalu telah men­jelaskan bahwa, dalam mengembangkan indus­tri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,kita harus memanfaatkan teknologi. Akan teta­pi, memanfaatkan belum berarti menguasai a­tau memiliki. Karena itu, pertanyaan beri­kutnya yang muncul adalah, apakah kita perlumenguasai teknologi yang kita manfaatkan ituatau tidak? Ini sesungguhnya adalah salah satumasalah dasar strategi teknologi dalam mewu­judkan kekuatan saing [5].

Fakta dasar yang perlu diingat dalam usa­ha menjawab pertanyaan di atas adalah bahwateknologi itu juga merupakan komoditi (bisadiperdagangkan, diekspor dan diimpor). Tam­bahan pula,penjualan teknologi tidak akanmenghabiskan sumber daya alam yang dimilikisi penjual.

Pabrik kimia sebenarnya adalah saranapengimplementasi teknologi proses. Karena, se­bagai negara berkembang, kita belum banyakmenguasai teknologi, maka sebagian besar daripabrik kimia yang telah dan akan ada di tanahair ini kita bangun dengan cara membeli lisensiproses yang teknologinya dikuasai oleh bangsa­bangsa maju di luar negeri. Selama perkem­bangan penguasaan teknologi proses oleh

9

Page 5: Tatang H. Soerawidjaja

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir 'dalam Penelitian Sainsclan Teknalogi MeTmju Era Tinggal Land.as

bangsa kita tersendat-sendat atau bahkan ber­henti sarna sekali, selama itu pula kita terpaksamembeli teknologi luar negeri untuk memba­ngun pabrik-pabrik kimia yang mengolah danmeningkatkan nilai guna sumber daya alamyang kita miliki. Jadi, perimbangan ekspor­impor negara barang nyata negara kita mung­kin membaik, tetapi sebaliknya, neraca ekspor­impor teknologi tak kunjung berimbang ataubahkan memburuk. Situasi begini barangkalitidak akan berakibat buruk pada pertumbuhanekonomi negara dalam jangka pendek,tetapipasti demikian halnya dalam jangka panjang,apalagi jika sumber daya alam mulai menjadilangka. Karena itu, penguasaan dan pengem­bangan teknologi proses di dalam negeri olehbangsa kita sendiri merupakan keharusanyangtak bisa ditawar-tawar lagi.

Ada duajalan yang bisa kita tempuh untukmenguasai dan menumbuh-kembangkan tekno­logi (proses):1. Dengan melakukan terobosan menciptakan

suatu teknologi yang betul-betul baru (caraini membutuhkan pengalaman dan kemam­puan teknik yang kukuh, atau

2. Dengan mempelajari dan memperbaiki tek­nologi yang sedang dimanfaatkan di pabrik­pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Bandung, 8- 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

Sekalipun pendekatan pertama tetap perlukita rintis dan usahakan, mengingat pengalam­an dan kemampuan teknik serta finansial bang­sa kita masih terbatas, dan kenyataan bahwaIndonesia sekarang sedang banyak memanfaat­kan teknologi untuk menumbuhkan industri,pendekatan kedua kelihatannya lebih mudahuntuk ditempuh dan, karenanya, sangat perludigalakkan. Keberhasilannya akan menumbuh­kan keyakinan,pengalaman serta kemampuanyangdiperlukan dalam penelusuran lewatjalanpertama.

Jadi, ringkasnya kita harus memanfaat­kan perkembangan pesat industri kimia di ta­nah air untuk menguasai dan mengembangkanteknologi proses.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankanjika pemerintah cq.Menteri Perindustrian bela­kangan ini giat menganjurkan agar industrisegera melakukan litbang terapan dan meng­galang kerja sarna yang erat dengan perguruantinggi dan pusat-pusat penelitian, karena hal­hal tersebut akan sangat mendukung pengu­asaan dan pengembangan teknologi proses ditanah air.

1. Menteri Perindustrian R I ., Kebijaksanaan pengembangan industri nasional, CeramahMenteri Perindustrian pada Konvensi ke VI BKK-PII di Surabaya (15-16 Juli 1991).

2. Wardijasa, Peningkatan penguasaan teknologi proses untuk mendukung pertumbuhan in­dustri yang berdaya saing kuat, Makalah yang disampaikan pada Seminar Insinyur In­donesia, Jakarta (1 Agustus 1990).

3. Landau,R, Harnessing innovation for growth, Chern. Eng. Prog. 84(7) (1988) 31-42.

4. White,RM., Technological competitiveness and chemical engineering, Chem.Eng.Prog. 84(1)(1988) 24-26.

5. Chakrabarti, A.K., and Eakabuse, N., Technology in competitive strategy: Lesson from thechemical industry, Chem.Eng.Prog. 85(3) (1989) 20-27.

10

Page 6: Tatang H. Soerawidjaja