bubbuubudidaya jamur tiram didaya jamur tiram ala http ... · • stik atau batang yang terbuat...
TRANSCRIPT
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
43
BAB III
REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA
KE GENERASI BIBIT INDUK F1
3.1. Pembuatan Bibit Induk F1
Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian, jagung, sorgum, kedelai, gabah, dan beberapa bahan lainnya.
Pebudidaya di Indonesia pada umumnya menggunakan media jagung dan media gabah untuk membuat bibit induk F1.
Khusus pembahasan kali ini kita menggunakan media jagung. Media ini dipilih karena mudah didapatkan, harganya cukup murah, dan kualitas bibit induk F1 yang dihasilkan sangat baik.
Pada bibit induk F1, diinokulasikan agar-agar dari bibit PDA untuk mengembangkan miselium tersebut pada media jagung. Bibit induk yang dihasilkan disini nantinya
masih harus dikembangkan atau diturunkan menjadi bibit sebar F2 sebelum digunakan dalam inokulasi pembuatan media baglog jamur tiram.
Bibit Induk F1 media jagung
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
44
3.2. Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Induk F1
Untuk membuat bibit Induk F1 bisa menggunakan biji-bijian jagung, gabah/padi, kedelai, atau gandum. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat
bibit induk F1 adalah sebagai berikut:
• Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari pemanenan.
• Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh.
• Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain • Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya • Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh.
Pada umumnya jagung dibeli di pasar. Janganlah memilih untuk membeli jagung
dengan harga yang murah yang biasanya kondisinya banyak yang pecah dan digunakan untuk pakan ternak seperti ayam.
Tentunya kondisi jagung yang dibeli di pasar ini masih dalam kondisi keras, karena hasil dari proses pengeringan dengan cara dijemur. Untuk itulah nantinya dalam proses pembuatan diperlukan proses perendaman.
Kita tidak perlu berhemat-hemat dengan membeli jagung kualitas rendah di sini, karena toh untuk membuat bibit F1 berkualitas, harganya tidak mahal. Dengan hanya
5kg jagung, InsyaAllah sudah bisa dibuat sekitar 40 botol bibit induk F1, dan ini sudah sangat cukup. Andai harga jagung itu Rp.10.000,- per kg, berarti biaya pembelian jagung hanya Rp. 50.000,- saja kog.. Padahal di tempat kami, jagung yang cukup baik
kualitasnya harganya sekitar Rp. 5000,- per kg saja.
Jagung yang berkualitas akan tampak utuh dan baik
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
45
3.3. Peralatan yang diperlukan Dalam membuat bibit induk F1, diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah :
• Botol bekas saus • Kompor Bunzen • Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril
• Kotak pembibitan sederhana (seperti yang dijelaskan pada Bab II pada proses pembuatan bibit PDA)
• Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja • Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm • Ember plastik untuk merendam jagung
• Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan • Autoclav atau panci bertekanan
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
46
Karet pentil dan koran
Dan tentu saja yang harus disiapkan adalah : PDA yang berkualitas
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
47
3.4. Tata cara Rekayasa Pembuatan Bibit Induk F1 Pembuatan bibit induk F1 dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut :
1. Mencuci jagung Jagung yang akan digunakan dalam pembuatan bibit harus dicuci terlebih dahulu, pada proses ini selain dicuci, dilakukan juga proses pemisahan antara jagung yang
baik dan jagung yang kurang baik. Caranya dengan merendam sejenak jagung tersebut di dalam air, jagung yang mengapung adalah jagung yang kurang baik,
segera pisahkan dan dibuang, selain itu jika ditemukan jagung yang terdapat lubang bekas ulat, segera dibuang dan dipisahkan.
Proses pencucian jagung dan pemisahan dengan yang kurang baik
2. Merendam jagung Jagung yang sudah dicuci tersebut selanjutnya direndam di dalam air bersih dengan
takaran kurang lebih 2 liter per 1kg jagung. Proses perendaman ini berlangsung kira-kira 48 jam. Tujuannya adalah untuk menambahkan kadar air ke dalam jagung yang masih keras tersebut. Kadar air ini sangat penting dalam proses pembentukan
miselium F1 nantinya. Banyak yang menyepelekan proses perendaman ini, yang sebenarnya di sinilah
letak kunci keberhasilan yang penting dalam pembuatan bibit induk F1. Merendam jagung ini hendaknya menggunakan air yang bersih.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
48
Merendam jagung dalam air 2liter per 1kg jagung
Rendaman jagung setelah 2 hari akan tampak seperti foto di atas
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
49
3. Merebus jagung
Jagung yang telah direndam selama kurang lebih 48 jam tersebut kemudian dicuci lagi hingga bersih. Lalu masukkan ke dalam panci dan rebuslah selama kurang
lebih 20-30 menit. Tidak ada patokan waktu dalam perebusan ini, karena sangat tergantung ukuran dari jagung itu sendiri. Untuk jagung berukuran kecil, biasanya proses perebusan
akan lebih lama. Ukuran jagung yang sedang dan besar biasanya hanya memerlukan waktu sekitar 20menit saja.
Proses perebusan jagung adalah hingga butiran jagung sudah cukup lunak / empuk, namun belum sampai pecah merekah.
Proses perebusan jagung
Selama proses perebusan, hendaknya selalu diperiksa kadar kelunakan dari jagung
itu. Ini sangat penting agar jangan sampai jagung masih terlalu keras. Namun juga harus diperhatikan timing / waktu perebusan, jangan sampai jagung terlalu lunak atau sudah pecah merekah. Ini artinya terjadi overcook yang dikhawatirkan akan
menimbulkan kontaminasi nantinya. Fungsi dari merebus jagung ini selain untuk melunakkan jagung, juga untuk
menambah kadar air yang terkandung di dalam jagung nantinya. Kadar air ini sangat penting dalam perkembangan miselium. Kebanyakan
kegagalan/kontaminasi diakibatkan kurangnya kadar air.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
50
Selalu periksa tingkat kematangan dari jagung selama proses perebusan
Proses penirisan sejenak setelah direbus, cek ulang tingkat ke lunakan dari jagung
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
51
4. Meniris Hasil Rebusan Jagung
Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan
tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol.
5. Memasukkan Jagung Ke Dalam Botol
Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan
tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. Jangan lupa semprot tangan dengan alkohol terlebih dahulu.
Masukkan jagung ke dalam botol
Tutup dengan plastik tebal
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
52
4. Sterilisasi menggunakan autoclav
Masukkan botol ke dalam autoclav, lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar – 2Bar selama kurang lebih 20menit. Dalam proses sterilisasi ini tidak boleh terlalu lama
yang akan menyebabkan jagung tersebut gosong dan kering. Jika proses sterilisasi terlalu lama, akan menyebabkan struktur nutrisi yang terkandung di dalam jagung untuk penumbuhan miselium menjadi rusak, inilah yang menyebabkan salah satu
kegagalan nantinya.
Steilisasi menggunakan autoclav pada tekanan 2BAR selama 20 menit
Contoh jagung yang terlalu lama disterilkan Contoh jagng yang pas/cukup disterilkan
pada autovlav. Tampak sudah gosong menghitam pada autoclav, tampak masih kuning
ini kurang bagus sebagai media bibit F1 nantinya kondisi ini yang tepat sebagai media F1
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
53
4. Inokulasi bibit PDA ke F1
Setelah proses sterilisasi, masukkan botol ke dalam kotak pembibitan sederhana atau laminar air flow. Biarkan sampai cukup mendingin. Kira-kira sekitar 3-5jam.
Jika jagung masih terlalu panas, jangan dipaksakan untuk melakukan proses inokulasi, hal ini dapat menyebabkan kegagalan, karena PDA terbuat dari agar-agar, sehingga akan mudah meleleh dan merusak miselium yang terkandung dalam
agar-agar PDA. Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut:
Persiapan / preparation media jagung, bunzen, stik stainless, koran
Panaskan terlebih dahulu stick stainless pada api bunzen secara merata
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
54
Panaskan pula sejenak bibit
PDA yang akan digunakan
untuk menginokulasi media
jagung menjadi bibit induk
F1.
Panaskan menggunakan
panas dari api bunzen secara
merata di permukaan dan di
mulut botol PDA.
Potong / cacah agar-agar dari
bibit PDA menjadi beberapa
bagian. Tujuannya adalah
agar memudahkan dalam
memasukkan ke dalam botol
F1.
Biasanya dalam satu botol
bibit PDA ini bisa dibagi
menjadi kurang lebih 25
bagian.
Masukkan secara perlahan
segmen/bagian dari potongan
bibit PDA tersebut ke dalam
media jagung yang nantinya
menjadi bibit induk F1.
Cara memasukkannya harus
dengan hati-hati dan masuk
secara sempurna ke dalam
botol. Idealnya ukuran
segmen adalah kurang lebih
1cm x 2cm.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
55
Segera tutup botol dengan
kertas koran lalu ikat dengan
karet. Ingat!! Koran yang
digunakan sebagai penutup di
sini harus sudah disterilkan
pula di dalam autoclav. Untuk
memastikan tingkat sterilnya,
boleh juga dengan
menyemprot koran terlebih
dahulu menggunakan alkohol
96%.
Dalam menutup botol hasil
inokulasi, bisa menggunakan
kapas, bisa menggunakan
kertas koran, bisa juga
menggunakan kertas lilin
coklat yang biasanya untuk
bungkus makanan. Namun
secara umum kebanyakan
pebudidaya menggunakan
tutup kertas koran saja.
Setelah proses inokulasi
selesai, simpan dengan baik
bibit induk F1 di tempat yang
bersih, steril, dan stabil suhu
dan kelembabannya. Yang
termudah adalah diletakkan
di dalam lemari yang bersih.
Untuk menjamin
kebersihannya, semprot
terlebih dahulu tempat
penyimpanan menggunakan
alkohol 96%.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
56
3.5. Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F1
Dalam pembuatan bibit F1, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan probabilitas dan keberhasilannya. Terkadang hal-hal tersebut terkesan
sepele dan sederhana, namun besar sekali pengaruhnya terhadap kualitas bibit induk F1 yang dihasilkan nantinya.
Tips-tips tersebut antara lain adalah :
• Pemilihan jagung yang digunakan sebagai media F1. Jagung yang dipilih hendaknya berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru. Hindari pemilihan
jagung yang sudah lama atau timbunan di pasar. Ukuran jagung (besar dan kecil) sebenarnya tidak mempengaruhi kualitas F1. Namun menggunakan jagung dengan ukuran yang tanggung dan besar lebih mudah dari pada yang
ukuran kecil. Mudah ini dalam artian mengatur kadar air yang pas. Jika jagung ukuran besar hanya perlu direndam kurang lebih 2 hari, maka jagung yang
ukuran kecil memerlukan waktu hingga 4 hari dalam perendamannya.
• Proses pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan
perendaman, di sini fungsi dari pembersihan adalah sekaligus memisahkan jagung yang kondisinya jelek. Biasanya dalam pembersihan, jika terdapat jagung yang jelek akan mengapung, segera pisahkan.
• Dalam merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan dari jagung tersebut. Lama perebusan adalah dalam kisaran 20menit hingga 30
menit. Jika kondisi jagung sudah pecah, atau mengelupas, ini berarti kondisinya terlalu lama dalam perebusan.
• Pada proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit, karena
jika terlalu lama, dikhawatirkan kadar airnya berkurang. Namun juga harus diperhatikan jangan sampai kadar air yang terkandung berlebih.
• Pada proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada alat pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar 0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah
kurang lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan 1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media
dengan nutrisi murni (bukan campuran), dan pada saat sterilisasi, kondisinya sudah lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi
adalah masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong.
• Pada saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu
kurang lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclav
• Proses inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau di dalam laminar air flow.
• Penyimpanan bibit induk F1 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
57
3.6. Kegagalan dalam pembuatan bibit induk F1 dan antisipasinya
Dalam rekayasa penurunan bibit PDA ke bibit induk F1 terkadang dijumpai kegagalan. Pada umumnya kegagalan yang adalah kontaminasi atau bibit PDA yang tidak mau
menjalarkan miselium pada media F1.
Beberapa analisa kegagalan tersebut yang paling sering adalah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
• Kualitas jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah
tertimbun lama dan sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan yang banyak mengandung jagung pecah dan berlubang.
• Kurangnya perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya
minimal 2x24jam. Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam
terlebih dahulu, biasanya masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang kurang menyebabkan penjalaran miselium kurang sempurna dan menimbulkan
kontaminasi pada akhirnya.
• Terlalu lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka. Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu
keras.
• Proses sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang,
sehingga belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada autoclav yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik.
• Pada proses inokulasi jagung masih terlalu panas, sehingga bibit PDA yang terbuat dari bahan agar-agar meleleh dan merusak miselium PDA.
• Bibit PDA yang mengandung kontaminan, sehingga menyebabkan kegagalan pada penurunan bibit F1. Untuk itu hendaknya selalu dipilih bibit PDA dengan kualitas terbaik.
• Proses inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit
PDA ke media F1 untuk menjamin tingkat keberhasilannya.
• Tempat penyimpanan / storage bibit F1 yang kurang memadai. Dalam menyimpan bibit induk F1 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula.
Jika terdapat kontaminasi pada satu atau beberapa botol bibit F1, segera pisahkan dan dibuang, karena jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol
bibit F1 lainnya.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
58
3.7. Memahami perkembangan miselium bibit induk F1
Perkembangan miselium pada bibit induk F1 dimulai dari berkembangnya miselium pada inokulan bibit PDA pada media jagung, lalu jika media jagung yang dibuat sesuai
dan pas pada kondisi untuk mengembangkan miselium dari bibit PDA tersebut, maka secara perlahan akan terjadi perambatan miselium hingga menyelimuti seluruh permukaan jagung pada botol F1.
Proses perkembangan miselium pada bibit induk F1 ini perlu diperhatikan agar kita dapat mengetahui durasi mulai awal pembentukan miselium hingga mencapai 100%
pada bibit induk F1. Durasi ini nantinya penting dalam penyusunan jadual kerja manajemen pembibitan yang terkait dengan jadual kerja pada budidaya jamur tiram putih.
Secara detil, perkembangan miselium yang normal pada bibit induk F1 dapat diperhatikan pada ilustrasi berikut ini:
• Masa krusial atau masa terpenting pada perkembangan miselium dari bibit PDA adalah pada 3 hari pertama. Pada 24 jam setelah dilakukan proses inokulasi,
biasanya pada agar-agar bibit PDA akan mulai terselimuti benang-benang hifa.
Tampak agar-agar pada bibit PDA mulai terselimuti oleh jaringan hifa miselium yang
nantinya diharapkan mau merambat pada media jagung bibit induk F1.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
59
• Selanjutnya pada hari ke-3 benang hifa tersebut akan merambatkan miselium
pada media jagung pada bibit induk F1 yang ada.
Pada hari ke-3 rambatan miselium mulai menjalar pada media jagung
• Perkembangan miselium pada 5-7 hari pertama akan tampak seperti rambatan miselium yang telah mencapai sekitar 30% tersebut seperti tipis dan halus. Ini sebenarnya normal saja.
Pada hari ke-5-7 rambatan miselium mulai mencapai 30-40%
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
60
• Setelah mencapai 10 hari, biasanya miselium telah merambat hingga 70%, di
sini miselium yang terbentuk sudah mulai menebal.
Miselium merambat hingga kurang lebih 70%-90%
• Miselium akan mencapai kondisi 100% dalam waktu kurang lebih 15-20 hari tergantung ukuran dari jagung. Untuk jagung ukuran kecil, biasanya rambatan miselium lebih lambat daripada jagung berukuran besar.
Miselium sudah mencapai 100% pada hari ke 15-20
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
61
3.8. Membedakan Bibit Induk F1 dan Bibit Tebar F2 Media Jagung
Bibit induk F1 adalah bibit yang menggunakan media biji-bijian jagung, media yang sama juga digunakan pada pembuatan bibit tebar F2. Sekilas, bibit F1 dan F2 yang
menggunakan media yang sama ini akan tampak sama dan mirip, namun perbedaannya sangatlah besar baik dari sifat, fungsi, maupun densiti / kepadatan miselium.
Bibit induk F1 adalah bibit induk yang digunakan sebagai inokulan pada pembuatan bibit tebar F2, sedangkan bibit tebar F2 digunakan sebagai inokulan pada pembuatan
media tanam baglog jamur tiram. Generasinya pun berbeda, jika pada bibit F1 merupakan turunan langsung dari PDA, bibit F2 merupakan turunan dari biji jagung media F1.
Perbedaan antara bibit induk F1 dan bibit tebar F2 dapat dibagi berdasarkan generasi, fungsi, karakter miselium dan durasi perkembangan miselium.
Tabel Perbedaan Bibit F1 dan F2 Media Jagung
No. Kategori Bibit Induk F1 Bibit Tebar F2
1 Generasi Turunan dari bibit F0 atau PDA
Turunan dari bibit induk F1
2 Fungsi Sebagai bibit dalam pembuatan bibit tebar F2
Sebagai bibit dalam pembuatan baglog jamur
3 Karakter miselium Lebih lembut dan halus namun tingkat kerapatan
lebih padat/rapan
Sedikit lebih kasar dengan tingkat kerapatan yang
lebih besar
4 Durasi
perkembangan miselium
Kurang lebih 15-20hari Kurang lebih 15hari
5 Harga Lebih mahal daripada bibit F2
Lebih murah daripada bibit F1
Karena perbedaan fungsi yang berbeda inilah dalam perletakan bibit F1 dan F2 untuk
media yang sama yaitu media biji-bijian hendaknya diberi tanda atau dipisahkan. Karena secara sekilas saja apabila miselium telah mencapai 50% lebih, sulit untuk
membedakan antara bibit F1 dan F2 dengan media jagung.
Apalagi bila kita ingin membeli bibit induk F1 dengan media jagung. Hendaknya pembelian itu dilakukan pada pebudidaya yang telah terpercaya. Atau pembelian
dilakukan dengan memilih bibit induk F1 yang kondisi miseliumnya masih mencapai kurang lebih 50% dimana inokulan masih bisa dilihat apakah berasal dari agar-agar
PDA atau berasal dari biji-bijian.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
62
Perbedaan F1 dan F2 berdasarkan turunan generasi bisa diperhatikan pada foto berikut
ini:
F1 media jagung, tampak yang menjadi inokulan adalah agar-agar
Yang berasal dari media bibit PDA
F2 media jagung, tampak yang menjadi inokulan adalah
Biji-bijian yang berasal dari bibit induk F1
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
63
Perbedaan F1 dan F2 berdasarkan fungsinya bisa diperhatikan pada foto berikut ini:
Bibit induk F1 digunakan sebagai inokulan dalam
Membuat bibit tebar F2 dengan media yang sama yaitu jagung
Bibit tebar F2 media jagung ataupun media serbuk gergaji digunakan
Sebagai inokulan dalam pembuatan media tanam baglog jamur
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
64
Perbedaan F1 dan F2 media jagung berdasarkan karakter hifa miselium dapat dilihat
pada foto berikut:
Sampel 2 botol bibit induk F1 sebelah kiri dan
2 botol bibit tebar F2 di sebelah kanan
Secara sekilas, sulit untuk membedakan bibit induk F1 maupun bibit tebar F2 apabila miselium sudah mencapai kurang lebih 90% seperti pada foto di atas. Namun secara
visual akan tampak perbedaan dari tingkat kehalusan dan kepadatan miselium dari bibit induk F1 dan bibit tebar F2.
Pada bibit induk F1, miselium yang terbentuk dari inokulan PDA akan menjalar dengan kepadatan atau densiti lebih padat. Jika diperhatikan lebih seksama, akan tampak bahwa miselium pembentuk bibit induk F1 sifatnya halus dan lebih padat.
Pada bibit tebar F2, miselium yang terbentuk dari inokulan bibit F1 akan mejalar dengan kepadatan sedang, densitinya lebih rendah daripada bibit induk F1. Jika
diperhatikan dengan seksama, maka akan tampak bahwa miselium pembentuk bibit tebar F2 sifatnya lebih besar dan lebih kasar daripada bibit induk F1.
Kedua sifat miselium pembentuk bibit ini memang merupakan karakter dasar yang
sangat membedakan mulai dari bibit PDA dari kultur jaringan, bibit induk F1, maupun bibit tebar F2.
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
65
Detil foto yang memperlihatkan karakter miselium bibit induk F1
Tampak bahwa miselium pembentuk bibit F1 halus dan tebal
Detil foto yang memperlihatkan karakter miselium bibit tebar F2 media jagung
Tampak bahwa miselium pembentuk bibit tebar F2 lebih besar dan kasar daripada
Miselium pembentuk bibit induk F1
BuBuBuBudidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiramdidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA [email protected] [email protected] [email protected]
66
Selanjutnya dari durasi, perkembangan tumbuh miselium bibit induk F1 justru lebih
lama daripada perkembangan tumbuh miselium pada bibit tebar F2. Hal ini wajar mengingat tingkat kepadatan dan kehalusan miselium pada bibit F1 lebih halus dan
padat, sehingga pembentukannya pun akan lebih banyak dan lama.
Durasi perkembangan tumbuh miselium pada bibit induk F1 kurang lebih adalah selama 20 hari dari waktu inokulasi bibit PDA yang diberikan.
Sedangkan perkembangan tumbuh miselium pada bibit tebar F2 media jagung kurang lebih adalah selama 10-14 hari dari waktu inokulasi bibit induk F1 yang diberikan.
Nah, setelah memahami beberapa perbedaan karakter miselium pada F1 dan F2 yang menggunakan media jagung, tentunya kini kita sedikit banyak bisa membedakan mana yang merupakan bibit F1 mana yang bibit F2. Hal ini penting bagi pemula yang
ingin membeli bibit induk, mengingat perbedaan harga yang jauh antara bibit F1 dan bibit F2. Jangan sampai nantinya kita salah membeli bibit karena kurang paham
mengenai perbedaan ini yang akhirnya ingin membeli bibit F1 malah diberi bibit F2 dengan media yang sama yaitu media jagung.
Contoh stok bibit induk F1. Pada tempat penyimpanan
Hendaknya selalu diberi tanda agar bisa dibedakan