blok 25hfoiashodhsa
DESCRIPTION
hsdahshdasldj;lsd;lma;slmd;asm/md./dm/amd/masmdsl;ml;das;ldsanl;jsa;ljdl;asmd.ams;lmdas;lm;ldams;ldmas;ldm;asmldma;lsmdlamsl;dma;lsmd;lams;lm;lsmd;lams;d,TRANSCRIPT
Ketuban Pecah Dini Kurang Masa Kehamilan
Teo Wijaya
102012121
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat
PENDAHULUAN
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi
janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur.1
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah yang penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Pada kehamilan aterm insidensinya 8 – 10%. Sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 1% dari semua kehamilan.1 Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan
lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas.
Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi
30-40%.
1
ANAMNESIS
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri (autoanamnesis) maupun dari keluarga
terdekat (alo anamnesis).2
Hal yang perlu ditanyakan antara lain3,4:
Identitas pasien (nama, usia pasien, nama suami atau keluarga terdekat, alamat, agama,
pendidikan terakhir, suku bangsa)
Apa keluhan utama yang dialami pasien
Sudah berapa lama sejak cairan keluar
Bagaimana warna, konsistensi, bau, dan jenis cairan yang keluar
Apakah pernah terjadi sebelumnya
Kegiatan yang dilakukan sebelum gejala muncul
Pekerjaan atau kegiatan kesehariannya
Keadaan kehidupan di lingkungan sekitar
Adakah alergi obat tertentu
Apakah pernah melakukan screening untuk kehamilan atau tes penyakit tertentu untuk
kehamilan
Riwayat kehamilan sekarang.
Pada riwyat kehamilan sekarang, yang perlu kita ketahui aqdalah periode haid terakhir
(HPHT) dan periode menstruasi sebelumnya. Kemudian perkirakan tanggal partus.
Disamping itu, juga perlu dicatat:
Tanda-tanda, gejala, dan masalah saat kehamilan sekarang.
Adanya infeksi, pengobatan, truma, kemungkinan paparan dengan zat-zat fetotoksik,
terutama yang terjadi selama kehamilan sekarang.
Riwayat menstruasi (usia saat menarke, interval periode menstruasi, lama dan jumlah
darah saat menstruasi, adakah nyeri saat haid)
Kontrasepsi (metode, lama, penerimaan atau alasan pemberhentian)
Riwayat kehamilan
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, dan pada usia berapa bulan
Riwayat persalinan
2
Berapa kali bersalin
Bagaimana cara persalinan terdahulu
Kalau persalinan dengan sectio caesarea apa alasannya
Riwayat reproduksi individu bisa dicatat dengan menggunakan definisi sebagai berikut:
Graviditas (G): jumlah total kehamilan, termasuk kehamilan intrauterin, normal dan
abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan molahidatidosa. Kehamilan multipel
dihitung sebagai satu kali kehamilan.
Paritas (P): kelahiran satu atau lebih bayi dengan berat > 500 gram, hidup atau mati.
Jika berat badan bayi tidak diketahui, gunakan usia kehamilan ≥ 24 minggu.
Abortus (A): kehamilan yang berakhir pada usia < 24 minggu atau berat janin < 500
gram
Riwayat keluarga:
buatlah catatan gangguan kesehatan, genetik, dan kejiwaan yang dapat mempengaruhi
pasien serta keturunannya.
Adakah riwayat penyakit yang sama atau mirip pada keluarga dengan pasien.
Dari hasil anamnesis, hal yang diperoleh dari pasien ini antara lain:
Seorang ibu usia 27 tahun, G2P1, kehamilan 8 bulan.
Keluhan keluar cairan banyak dari vagina sejak 8 jam yang lalu disertai nyeri perut dan
pinggang bawah.
Rasa tidak nyaman pada perut dapat disebabkan oleh3:
Tekanan: rasa berat pada panggul disebabkan oleh berat uterus pada penopang-
penopang panggul dan dinding abdomen.
Tegangan ligamentum rotundum: nyeri tekan sepanjang perjalan ligamentum
rotundum (biasanya sebelah kiri) pada kehamilan lanjut disebabkan oleh penarikan
struktur ini oleh uterus, yang tergeser oleh usus besar sehingga sedikit terputar ke
kanan.
Kontaksi uterus yang diebut dengan kontraksi Braxton Hicks menimbulkan sakit
hebat dan menjengkelkan. Jika terjadi kontraksi yang kuat, teratur, dan meluasd harus
dipertimbangkan tentang mulainya persalinan prematur.
Gangguan intrabdominal: rasa sakit dapat disebabkan oleh obstruksi, peradangan, dan
gangguan-gangguan lain pada saluran cerna, kemih, neurologis, atau sistem pembuluh
darah, kehamilan patologis atau penyakit tuba atau ovarium.
PEMERIKSAAN
3
a. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan saat pasien mulai masuk dalam kamar periksa. Dalam inspeksi hal
yang perlu kita nilai antara lain:
Keadaan umum, kesadaran, dan sikap pasien.5
Bentuk perut.5
Bila ketuban sudah pecah, maka pengamatan dengan mata biasa juga akan tampak
keluarnya cairan dari vagina.
2. Palpasi
Lakukan palpasi abdomen untuk menemukan:
Organ atau massa.
Gerakan janin. Biasanya gerakan janin dapat dirasakan oleh pemeriksa sesudah 24
minggu.5
Kontraktilitas uterus. Uterus berkontraksi tidak teratur sesudah kehamilan 12
munggu dan kontraksi uterus ini sering kali terjadi sebagai respon terhadap palpasi
setelah trimester ketiga. Pemeriksa akan merasakan abdomen yang tegan tau
kencang dan mengalami kesulitan untuk meraba bagian tubuh janin. Jika tangan
oemeriksa dibiarkan berada pada daerah fundus uteri, jari-jarinya akan merasakan
relaksasi otot rahim.5
selain untuk menentukan kontraktilitas, palpasi uterus juga dilakukan untuk
menetukan ukuran, bentuk, konsistensi, dan posisinya. Semua ini bergantung pada
berapa minggu usia kehamilannya. Pelunakan yang dini pada isthmus, tanda Hegar,
merupakan tanda khas kehamilan.5
3. Pengukuran tinggi fundus
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan dengan pita pengukur jika usia kehamilan
lebih dari 20 minggu. Dengan memegang pita dan mengikuti garis tengah abdomen.
Lakukan pengukuran dari puncak simfisis pubis hingga fundus uteri.3,5 Rumus kasar
pengukuran tinggi fundus menurut masa kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 1. Tinggi Uterus dan Tahap Kehamilan3
4
Minggu kehamilan Tinggi fundus kira-kira
12 Hanya teraba di atas simfisis
15 Pertengahan simfisis dan umbilikus
20 Pada umbilikus
28 6 cm di atas umbilikus
32 6 cm di bawah xiphoid
36 2 cm di bawah xiphoid
40 4 cm di bawah xiphoid
4. Palpasi menurut Leopold
Palpasi menurut Leopold digunakan untuk menetukan letak janin terhadap punggung
ibu (letak membujur atu melintang), bagian janin manakah yang merupakan bagian
terendah (presenting part) janin pada pintu atas panggul (kepala atau bokong), tempat
punggung janin berada, berapa jauh presenting part sudah turun ke dalam rongga
panggul ibu. Informasi ini diperlukan untuk menilai apakah pertumbuhan janin cukup
memadai dan bagaimana probabilitas keberhasilan kelahiran bayi per vaginam.5,6
Gambar 1. Pemeriksaan Palpasi Menurut Leopold 1 sampai Leopold 45
Leopold 1: pemeriksa berdiri di samping pasien dan menghadap ke arah kepala
pasien. Dengan kedua jari, tentukan tinggi fundus. Dengan satu tangan, tentukan
bagian apa dari anak yang terletak dalam polus superior fundus uteri. Kepala
berbentuk bulat, keras dan ada ballottement. Sementara, bokong konsistensinya
lunak, tidak begitu bulat dan tidak ada ballottement.5
5
Leopold 2: posisi pemeriksa dan pasien tetap. Pemeriksa menempatkan kedua
tangan pada setiap sisi perut ibu dengan tujuan untuk memegang tubuh janin di
antara kedua tangan tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan kedua belah jari-jari
uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana letak punggung anak apakah di
kanan atau kiri. Punggung anak memberikan tahanan terbesar.5
Leopold 3: posisi pasien dan pemeriksa tetap. Pemeriksa memakai satu tangan
menentukan apa yang menjadi bagian bawah apakah kepala atau bokong.5
Leopold 4: pemeriksa menghadap kearah kaki pasien. Dengan kedua belah tangan
ditentukan seberapa jauh kepala masuk ke dalam panggul. Bila posisi tangan
konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul. apabila posisi tangan
sejajar, berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul. Sedangkan
apabila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul.5
5. Pemeriksaan dengan spekulum
pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak keluar cairan
dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau mengadakan manuvover valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.7,8
6. Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk mengukur detak jantung pada janin serta melihat apakah
ada gangguan pada janin atau tidak. pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan doppler
dan stetoskop. Dengan doppler, detak jantung janin dapat didengar setelah usia 12
minggu. Sementara dengan stetoskop, detak jantung bayi dapat didengar setelah usia
26 minggu. Detak jantung bayi normal berkisar antar 120 – 160 denyut per menit.4
Denyut jantung janin pada awal kehamilan lebih cepat ( 160 denyut per menit) dan
melambat dengan meningkatnya usia kehamilan. Mendekati cukup bulan,
kecepatannya 120 -140 denyut per menit.3 Lokasi detak jantung janin pada kehamilan
12-18 minggu terdengar di garis tengah abdomen bawah. Sesudah 28 minggu, detak
jantung janin terdengar paling jelas pada bagian punggung atau dada janin.5
7. Tanda vital Tekanan darah
Alat yang digunakan pada pengukuran tekanan darah yakni sfigmomanometer.
Sebelum dilakukan pengukuran, mula-mula rabalah denyut pada arteri radialis.
6
Pengukuran dapat dilakukan pada posisi duduk, berdiri, dan berbaring dengan
lengan di atur sedemikian rupa sehingga arteri brachialis setinggi jantung.3,5,9
Frekuensi nadi
Pemeriksaan denyut nadi dilakukan dengan palpasi pada arteri radialis, arteri carotis,
atau arteri radialis. Ujung-ujung jari ditekan makin lama makin kuat di atas arteri
sampai denyut maksimum teraba. Otot yang mngelilingi arteri tersebut harus
direlaksasikan. Hitunglah denyut nadi dalam satu menit penuh. Selain itu, ketika
memeriksa denyt nadi, kita juga harus memperhatrikan kecepatannya, iramanya,
volumenya, dan konturnya.9
Frekuensi napas
Kecepatan pernafasan adalah jumlah inspirasi per menit. Selain kecepatan
pernafasan kita juga perlu memperhatikan volume, uasaha bernafas, dan pola
pernafasan.9
Suhu tubuh
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
panas. Suhu oral diukur dengan meletakan termoter di bawah lidah, sejajar dengan
gusi bawah selama 3 menit. Penmgukuran suhu oral lebih mudah dilakukan tetapi
dapat terjadi kesalahan. Suhu oral normal adalah 36, 8 + 0,30 C. Pengukuran suhu
rektal kurang menyenangkan tetapi lebih kecil kesalahannya. Suhu rektal normal
adalah 37,2 + 0,30 C. Kadang-kadang diperlukan pengukuran suhu aksila yang kira-
kitra 0,60 C lebih rendah daripada suhu oral.9
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan:
Tanda vital: ekanan darah 130/85 mmHg, nadi 76 x/ menit, pernafasan 20 x/ menit
fundus uteri 3 jari di atas pusat
konsistensi uterus lunak kenyal,
letak anak memanjang, kepala di bawah, belum masuk panggul,
kontraksi uterus negatif.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan CBC (Complete Blood Count)
Pemeriksaan CBC meliputi hitung sel darah putih, jumlah sel darah (merah, putih,
keping darah), laju endah darah (LED), Hemoglobin, dan Hematokrit. Penting diperiksa
7
pada ibu hamil untuk mengindikasikan apakah ada infeksi, anemia, dan persiapan jika
terjadi pendarahan.10
Inspekulo untuk pengambilan cairan pada forniks posterior. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk:
Tes Lakmus (tes Nitrazin): cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,
darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.8,11
memeriksa adanya kemungkinan infeksi β-streptococcus, Clamydia, dan Neisseria
gonorrhoeae.12
Tes Ferning: pemeriksaan ini dilakukan dengan cara dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.,7,8
Aspirasi air ketuban / Amniosentesis
Amniosentesis adalah aspirasi cairan amnion. Pemeriksaan ini berguna untuk diagnosis
antenatal, pengujian kematangan fisiologis, dan pemeriksaan berbagai kelainan.
Amniosentesis hampir selalu dikerjakan dengan transabdomen karena besarnya resiko
infeksi jika dilakukan secara transvaginal. Kadang-kadang amniosentesis digunakan
untuk terapi (misal, hidramnion). Lakukan pemeriksaan USG segera sebelum
amniosentesis untuk memadu jarum aspirasi.3
Analisis cairan amnion
Analisis cairan amnion dapat meliputi warna, bilirubin (terdapat dalam cairan sampai
minggu ke-28), mekonium, kreatinin, rasio lesitin/ sfingomielin (L/S) (penurunan sapat
menunjukan sindrom gawat pernafasan), glukosa, lipid, dan alfa fetoprotein (AFP),11
kultur bakteri, dan pemeriksaan interleukin-612
AFP (Alfa Fetoprotein)
AFP mula-mula dihasilkan dalam kantung kuning telur, tetapi pada minggu ke 13,
ketika kadar AFP dalam serum janin maupun cairan amnion mencapai puncak. AFP
berasal dari hati. Kosentrasi AFP dalam serum janin 150 kali konsentrasi AFP dalam
cairan amnion. AFP diperiksa untuk mendiagnosis defek pembuluh neural pada
fetus.3,11
Uji kematangan fisiologis janin
8
Kematangan fisiologis janin dapat ditentukan oleh perbandingan lesitin/ sfingomielin
(rasio LS) cairan amnion, penentuan fosfatidilgliserol (Pg)dan uji lain untuk sufaktan
paru.
Uji surfaktan cepat / uji buih. Uji ini merupakan teknik pemeriksaan yang
sederhana, cepat, dan terpecaya untuk memperkirakan kematangan paru janin.
Cairan amnion disentrifugasi pada kecepatan 2000 rpm selama 15 menit dan
supernatannya diambil. Buat pengenceran supernatan dengan etanol 95% (1:1 dan
1:2). Tabung ditutup dan dikocok dalam 30 detik dan diamati adanya buih di
permukaan. Perkiraan kematangan paru janin yang dihubungkan dengan rasio LS
ditunjukan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Perkiraan Kematangan Paru Janin yang Dihubungkan dengan Rasio LS dan Uji
Buih11
Perkiraan kematangan paru Rasio LS Uji buih
Matang > 2 Cincin buih komplit menetap selama 15
menit pada pengenceran 1:1 da 1:2
Pertengahan 1,5 – 2 Cincin buih komplit menetap selama 15
menit pada pengenceran 1:1
Belum matang < 1,5 Tidak ada cincin buih komplit pada salah
satu pengenceran
2. Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi (USG)
Merupakan suatu metode diagnosis menggunakan gelombang ultrasonik untuk
mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran echo dari gelombang ultrasonik
yang dipantulkan jaringan.1 dengan prinsip tersebut, maka USG dapat digunakan untuk
indentifikasi kehamilan normal dan abnormal secara dini, menentukan posisi dan
presentasi janin, perkiraan besar dan berat janin,12 pengamatan organ-organ janin
(misalnya: jantung) dan penentuan kesejahteraan janin, identifikasi kehamilan multipel,
merinci kelainan janin, perbandingan berbagai bagian janin, menunjukan hidramnion
atau oligohidramnion, visualisasi tali pusat dan pengukuran darah tali pusat, visualisasi
plasenta ( misal, kematangan, letak, ukuran, bekuan darah, tumor), memperlihatkan
kelainan plasenta (misal, mola hidatidiformis, degenerasi mola, korioangiosarkoma),
visualisasi tumor atau kelainan uterus dan menampakan kelainan serviks (misal aeviks
inkompeten).13,14
9
Pada pemeriksaan USG untuk kasus yang dicurigai ketuban pecah dini, biasanya dicari :
Indeks cairan amnion
Aktivitas atau gerakan janin
Pengukuran berat badan janin
Detak jantung janin
Kelainan kongenital atau deformitas
Pemeriksaan CTG (Cardiotocography)
Digunakan untuk mengukur denyut jantung bayi pada saat kontraksi maupun tidak. Bila
doppler hanya menghasilkan denyut jantung bayi maka pada CTG kontraksi ibu juga
terekam dan kemudian dilihat perubahan denyut jantung bayi pada saat kontraksi dan
diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin
akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.4
WORKING DIAGNOSIS
Pecah ketuban dini (Premature Rupture of Membranes/PROM) biasanya didefinisikan
sebagai pecahnya amnion setiap saat sebelum terjadinya kontraksi. Karena kata prematur juga
membawa konotasi kehamilan prematur, penulis (Danforth's Obstetrics and Gynecology,
10th Edition) menggunakan kata prematur untuk merujuk pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu untuk menghindari kebingungan. Dengan demikian, ketuban pecah dini preterm
(Preterm Premature Rupture of Membranes/PPROM) mengacu pada PROM sebelum 37
minggu kehamilan.3
Saat ini klinis lebih relevan pada perbedaan PROM preterm (PPROM) menjadi
"previable PROM ", yang terjadi sebelum batas dari viabilitas (kurang dari 23 minggu),
"preterm PROM remote from term" (dari kelangsungan hidup menjadi sekitar 32 minggu
kehamilan), dan "preterm PROM near term" (sekitar usia kehamilan 32-36 minggu). Ketika
PROM previable terjadi, persalinan segera akan mengakibatkan kematian neonatal.
Manajemen konservatif dapat menyebabkan kelahiran previable atau periviable, tetapi
mungkin juga menyebabkan perpanjangan latensi dan persalinan yang cukup matang untuk
janin.4
Gejala adalah kunci untuk diagnosis, pasien biasanya melaporkan cairan yang tiba-tiba
menyembur dari vagina dan pengeluaran cairan yang berlanjutan. Gejala tambahan yang
mungkin penting termasuk warna dan konsistensi cairan adalah adanya bintik-bintik dari
10
vernix atau mekonium, pengurangan ukuran uterus, dan peningkatan keunggulan janin untuk
palpasi.7
Gambar 2. Ketuban Pecah7
ETIOLOGI
Sebab- sebab terjadinya ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor umum
a. Infeksi STD (Sex Transmitted Disease) biasanya dikarenakan infeksi Clamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrheae.12,14-5
b. Faktor sosial: perokok, 1,12,14-5 alkohol, keadaan sosial ekonomi rendah.12
2. Faktor keturunan
a. Kelainan genetik12
b. Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum.1,12
3. Faktor obstetrik, antara lain:
a. Over distensi uterus: kehamilan kembar, hidramnion.12
b. Faktor obstetrik1,12,14-5:
Serviks inkompeten
Serviks konisasi / menjadi pendek
Terdapat sefalopelvic disproposi:
o Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
o Kelainan letak janin, sehingga ketuban bagian terendah langsung menerima
tekanan intrauteri yang dominan.
4. Trauma
11
5. Golongan darah: akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.7
6. Tidak diketahui penyebabnya.12
Gambar 3. Inkompetensi Leher Rahim12
EPIDEMIOLOGI
Pada kehamilan aterm insidensinya 8 – 10%. Sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 1% dari semua kehamilan1 dan bertanggung jawab atas sepertiga dari semua
kelahiran prematur. 90% Pasien datang dengan ketuban pecah dini aterm, diikuti persalinan
dalam waktu 24 jam setelah pecah ketuban. Ketika ketuban pecah dini terjadi antara minggu
ke 28 - 34, 50% pasien akan diikuti persalinan dalam waktu 24 jam dan 80% sampai 90%
dari pasien akan diikuti persalinan dalam waktu 1 minggu. Sebelum 26 minggu, sekitar 50%
dari pasien diikuti persalinan dalam waktu 1 minggu.15
PATOFISIOLOGI
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, buka karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstrameduler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.1 Faktor resiko terjadinya ketuban pecah
dini antara lain1:
Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
12
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pada pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat
oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor jaringan protease. Mendekati waktu persalinan,
terjadi degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Pada penyakit
periondontitis dimana terdapat npeningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.1
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.1
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut15:
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
Tabel 3.Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin15
Ibu Janin
Infeksi intrapartal Prematuritas
Infeksi puerperalis Infeksi intra uterin
Partus lama Prolaps funiculi
Perdarahan post partum Asfiksia neonatorum
Morbiditas dan mortalitas maternal Morbiditas dan motalitas maternal
MANIFESTASI KLINIS
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
Demam
bercak vagina yang banyak
nyeri perut
13
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
PENATALAKSANAAN
a. Non Medika Mentosa
Tirah baring
Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan dapat
diperpanjang. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Tirah baring dapat dikombinasikan
dengan pemberian antibiotik sehingga dapat menghindari terjadinya infeksi.1,12,14,5
Sectio sesarea
Sectio cesarea dilakukan pada bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2000 gram,
gagal dalam induksi partus, dan jika ada indikasi vital sehingga tidak dapat ditunda
karena dapat mengancam kehidupan janin atau maternal. Indikasi vital yang
dimaksudkan yakni infeksi uteri, solutio plasenta, gawat janin, prolaps tali pusat, dan
evaluasi detak jantung janin menunjukan hasil gawat janin.12
b. Medika Mentosa
Kortikosteroid.
Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal pasca
ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan risiko terjadinya sindrom
distress pernafasan ( 20 – 35,4% ), hemoragi intraventrikular ( 7,5 – 15,9% ), enterokolitis
nekrotikans ( 0,8 – 4,6% ). National Institute of Health merekomendasikan pemberian
kortikosteroid sebelum masa gestasi 30 – 23 minggu, dengan asumsi viabilitas fetus dan
tidak ada infeksi intra amniotik. Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu
masih kontroversial dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti immaturitas paru
melalui pemeriksaan amniosentesis.16
Antibiotik
Pemberian antibiotik pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi neonatal dan
memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan meliputi ampisilin 2
gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian
amoksisilin 250 mg dan eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang
mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankan kandungan selama 3
minggu setelah penghentian pemberian antibiotik setelah 7 hari.16
14
Agen Tokolitik
Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun tidak
memperbaiki luaran neonatal. Tidak banyak data yang tersedia mengenai pemakaian agen
tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen tokolitik jangka panjang tidak
diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih jauh.16
Ada tiga kemungkinan yang dapat dilakukan pada ketuban pecah dini yakni:
1. Konservatif
Tatalaksana konservatif antara lain:
Tirah baring dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotik sehingga dapat
menghindari terjadinya infeksi. Antibiotik yang dapat digunakan yakni Ampisilin (4 x
500 mg) atau eritromisin bila tidak tahan terhadap ampisilin dan metronodazol (2 x
500 mg) diberikan selama 7 hari.1,12
Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.1,12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.1,12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam. Pemberian tokolitik
digunakan untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus.1,12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pemberian
antibiotik dilakukan untuk mengurangi peranan infeksi sebagai pemicu terjadinya
proses persalinan.1,12
2. Tatalaksana aktif
Tindakan memberikan kortikosteroid tidak terlalu banyak dapat meningkatkan
maturitas janin dan paru. Dalam keadaan terpaksa harus dilakukan terminasi
kehamilan untuk menyelamatkan bayi atau maternal.1
3. Tatalaksana agresif
Tindakan agresif dilakukan jika ada indikasi vital sehingga tidak dapat ditunda karena
dapat mengancam kehidupan janin atau maternal. Indikasi vital yang dimaksudkan yakni
15
infeksi uteri, solutio plasenta, gawat janin, prolaps tali pusat, evaluasi detak jantung janin
menunjukan hasil gawat janin, dan berat badan janin sudah cukup untuk beradaptasi
diluar kandungan.12
c. Pertimbangan penatalaksanaan berdasarkan masa gestasi
Masa gestasi dibawah 24 minggu.
Sulit untuk mempertahan kehamilan sampai aterm atau sampai usia kehamilan sekitar 34
minggu. Bahaya infeksi dan keadaan oligohidramnion akan menimbulkan masalah pada
bayi.12 Sebagian besar pasien akan mengalami persalinan dalam 1 minggu bila terjadi
ketuban pecah dini dengan periode latensi sekitar 6 hari, dan sebagian besar yang lahir
biasanya mengalami banyak masalah seperti penyakit paru kronik, gangguan neurologi
dan perkembangan, hidrosefalus dan cerebral palsy. Sekitar 50% janin dengan ketuban
pecah dini pada minggu ke 19 akan mengalami sindrom Potter, 25% pada mereka yang
lahir di minggu ke 22 dan 10% pada mereka yang lahir setelah masa gestasi 26 minggu.16
Masa gestasi 24 – 31 minggu
Persalinan sebelum masa gestasi 32 memicu morbiditas dan mortalitas neonatal berat. Bila
tidak dijumpai infeksi intraamniotik maka kehamilan diupayakan dipertahankan hingga 34
minggu. Bila ada infeksi intraamniotik maka pasien akan melahirkan dalam waktu 1
minggu. Pemberian kortikosteroid dan antibiotik serta melakukan penilaian menyeluruh
mengenai keadaan janin melalui monitoring fetal dan ultrasonografi harus dilakukan pada
keadaan ini. Pemberian kortikosteroid pada masa gestasi 24 -28 minggu tidak banyak
bermanfaat.16 Pertolongan persalinan kurang dari 2000 gram dapat dilakukan dengan
seksio sesarea.12
Masa gestasi 32 – 33 minggu
Biasanya mengalami masalah dengan maturitas paru-paru, induksi persalinan dan
penanganan bayi premature harus segera direncanakan.16 Oleh karena itu, dianjurkan untuk
melakukan amniosentesis untuk menetukan maturitas paru. Perhatikan tanda infeksi
intrauteri. Umumnya berat badan janin sudah sekitar 200 gram sehingga sudah sangat
mungkin tertolong.12 Upaya mempertahankan kehamilan lebih lama setelah maturitas paru
akan meningkatkan risiko amnionitis maternal, kompresi umbilical cord, rawat inap yang
makin lama dan infeksi neonatal.16
Masa gestasi 34 – 36 minggu
16
Pada masa ini berat badan janin sudah cukup baik sehingga langsung dapat dilakukan
terapi induksi atau seksio sesarea. Biasanya klinisi menghindari upaya memperlama
kehamilan. Sebuah studi menunjukan bahwa penatalaksanaan konservatif antara masa
gestasi 34 hingga 36 minggu akan meningkatkan risiko korioamnititis. Walaupun
kortikosteroid tidak diindikasikan untuk kehamilan lewat 34 minggu, pemberian antibiotik
tetap dilakukan sebagai profilaksis infeksi streptococcus group B dan fasilitasi penanganan
neonatus perematur harus disiapkan segera. Ketuban pecah dini preterm bukan merupakan
kontraindikasi persalinan pervaginam.16
PENCEGAHAN
Pencegahan terjadi ketuban pecah dini diutamakan menghindari faktor resiko yakni antara
lain:
Pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup,
olahraga teratur, dan berhenti merokok. Hindari makan - makanan yang bisa
meerangsang terjadinya kontraksi rahim, misalnya minuman beralkohol kadar tinggi,
makanan yang mengandung zat fermentasi berlebihan.12,17
Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan dari depan ke belakang setelah berkemih atau
BAB dan rajin mebersihkan daerah perineum (antara vagina dengan anus).
Hindari hubungan seksual lebih dari satu partner.
Berkonsultasi dengan dokter bila ada bau sekret vagina yang berbeda.
Konsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu
dapat menurunkan resiko terjadinya ketuban pecah dini.17
Hindari perjalanan jauh yang melelahkan dan menimbulkan ketegangan fisik maupun
mental bagi ibu hamil
Hindari trauma atau benturan fisik pada daerah perut
Pada ibu hamil kembar, kurangi aktifitas yang berlebihan, karena kehamilan kembar
sendiri sudah beresiko ketuban pecah sebelum waktunya akibat pereganagan rahim.
Jaga tubuh ibu hamil dari infeksi terutama infeksi pada daerah alat kelamin
Hindari stress berlebihan yang akan merangsang hormon tubuh untuk menimbulkan
kontraksi pada rahim
17
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal amupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya
persalinan normal.1
Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.1
Meningkatnya seksio sesarea
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih
sering terjadi daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah
dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.1
Korioamnionitis
Korioamnionitis, atau radang selaput janin merupakan keadaan pada perempuan hamil di
mana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis
merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi
sepsis. Korioamnionitis tidak selalu menimbulkan gejala. Bila timbul gejala antara lain
demam, nadi cepat, cairan vagina yang berbau busuk, dan uterus pada perabaan lembek.1
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, terjadi hidroamnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.1
Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terlambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia
pulomoner.1
PROGNOSIS
18
Prognosis ketuban pecah dini ditentukan oleh maturitas paru janin, posisi janin, adanya
infeksi, penatalaksanaan, dan komplikasi yang mungkin timbul serta usia kehamilan.
Prognosa untuk janin tergantung pada :
1)Maturitas janin. Semakin muda usia kehamilan, semakin buruk prognosisnya.12
3)Infeksi intra uterin meningkatkan mortalitas janin. Semakain lama kehamilan berlangsung
dengan ketuban yang pecah, maka semakin besar kemungkinan infeksi intra uterin.12
KESIMPULAN
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi
janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur.1
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah yang penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Pada kehamilan preterm, insidensinya 1% dari semua kehamilan dan bertanggung
jawab atas sepertiga dari semua kelahiran prematur. insidensinya 8 – 10%. Etiologi ketuban
pecah dini antara lain infeksi, faktor sosial seperti merokok, alkohol, dan keadaan sosial
ekonomi yang rendah, kelainan genetik, rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum,
overdistensi uterus yang dikarenakan kehamilan kembar atau hiramniion, adanya sefalopelvik
disproposi, servix inkompeten,trauma, dan sebagian lagi tidak diketahui penyebabnya.
Pecahnya selaput ketuban dikarenakan perubahan biokimia yang menyabakan selaput
ketuban inferior menjadi rapuh dan juga dapat dikarenakan perubahan struktur, jumlah sel,
dan katabolisme kolagen yang menyebabkan aktivitas kolagen beruban sehingga selaput
ketuban pecah.
Dalam melakuka penanganan, terdapat tiga pilihan tindakan yang dapat dilakukan pada
ketuban pecah dini yakni konservatif, aktif, dan agresif. Pemilihan penangan ini disesuaikan
dengan melakukan pertimbangan terhadap usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu
dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Komplikasi yang dapat terjadi pada ketuban
pecah dini antara lain meingkatnya persalinan prematur, seksio cesarea, infeksi pada janin
dan maternal, hipoksia dan asfiksia, sindrom deformitas janin, dan korioamnionitis.
19
Prognosis tergantung pada usia gestasi, ada tidaknya infeksi, dan penangan yang tepat.
Semakin kecil usia gestasi, maka prognosisnya akan semakin bruk. Demikian juga dengan
infeksi bahwa dengan adanya infeksi maka akan memperbruk prognosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetomo Soewarto. Ketuban pecah dini. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, editor. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Edisi ke 4. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.h.677-81.
2. Mardi Santoso. Pemeriksaan fisik diagnostik. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan
Diabetes Indonesia; 2004.h.2-3
3. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.104-130, 142-3, 223-36, 239.
4. Mcphee SJ, Papadakis MA. Obstetrics and obstetric disorders. Lange Current Medical
Diagnosis. United States of America: McGraw-Hill Companies; 2010.p.724-5.
5. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.h.427-35.
6. Suci HK. Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan. Edisi Juli 2010. Diunduh dari
http://www.tanyadokteranda.com/artikel/umum/2010/07/pentingnya-pemeriksaan-
kehamilan . 25 Mei 2015.
7. Hacker NF, George MJ. Esensial obstetri dan ginekologi. Edisi ke 2. Jakarta: Hipokrates;
2008.h.304–6.
8. Mokhtar Ristam. Sinopsis obsteri, obstetri fisologi obstetri patologi I. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.h.285–7.
9. Burnside JW, McGlynn TJ. Adams diagnosis fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005.h.67-73.
10. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun patologi klinik
hematologi. Pemeriksaan Labolatorium Hematologi Dasar. Jakarta: Biro Publikasi
Fakultas Kedokteran Ukrida; 2008.h.55-61, 69-75,88-91.
11. Joyce LeFever Kee. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi ke 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h. 489-90, 671, 753-8.
12. Manuaba IBG, Manuaba AIC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.456-60.
20
13. Cuningham FG, MacDonald PC, Gant NF. William obstetrics. 23rd ed. United States of
America: McGraw-Hill; 2010.p.523-33.
14. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Johns hopkins manual of gynecology
and obstetrics. 3rd ed. Maryland: Johns Hopkins University School of Medicine;
2007.p.126-9.
15. Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu kebidanan, kandungan, dan keluarga berencana untuk
bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.229-31.
16. Medina TM, Hill A. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis and
Management. Am Fam Physician. 2006 Feb 15;73(4):659-664.
17. Casanueva E, Carmina R, Maricruz T, Morales RM, Pfeffer F, Vilchi P, Valdilo-Ortega
R. Vitamin C suplementation to prevent premature rupture of the chorioamniotic
membrane: a randomize trial. USA: Am J Clin Nutr 2008;81:853-63.
21