beragam strategi untuk perawatan saluran akar bebas.docx

36
Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas-Nyeri Abstrak Pendahuluan: Pencapaian anestesia yang berhasil dan pelaksanaan perawatan saluran akar bebas-nyeri merupakan tujuan yang sangat penting dalam bidang kedokteran gigi. Hal tersebut tidak selalu dapat tercapai dan oleh karena itu, para praktisi secara terus-menerus mencari teknik, peralatan, dan solusi anestesi terbaru untuk digunakan dalam tujuan ini. Tujuan ulasan artikel ini yaitu untuk memperkenalkan strategi dalam mencapai anestesi yang dalam terutama pada kasus-kasus sulit. Bahan dan Metode: Ulasan artikel ini dilakukan dengan metode pencarian melalui media elektronik dan manual mengenai agen, teknik, dan peralatan anestesi. Tingkat tertinggi penelitian berdasarkan bukti disertai metode dan bahan yang tepat dipilih untuk pembahasan artikel ini. Hasil: Sejumlah penelitian melakukan penelitian mengenai penatalaksanaan nyeri selama perawatan saluran akar; namun, tetap saja belum ada satu teknik yang secara terprediksi dapat mencapai anestesi yang dalam untuk gigi dengan pulpitis irreversibel terutama pada regio posterior mandibula. Simpulan: Berdasarkan sebagian besar penelitian yang dilakukan, pencapaian keberhasilan anestesia mungkin tidak selalu dengan menggunakan satu teknik saja dan prkatisi harus mewaspadai seluruh kemungkinan alternatif untuk hasil anestesi yang dalam. Kata kunci: Anestesi; Nervus Alveolaris Inferior; Pulpitis Irreversbel; Nyeri; Saluran Akar; Keberhasilan. PENDAHULUAN Tidak diragukan lagi bahwa metode yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan nyeri selama prosedur kedokteran gigi, terutama prosedur endodontik, yaitu dengan menginjeksikan anestesi lokal intraoral. Terdapat tiga mekanisme umum untuk penatalaksanaan nyeri gigi berdasarkan pendekatan farmakologis: 1. Menghambat impuls nosiseptif di sepanjang nervus perifer.

Upload: chiko-kun

Post on 25-Jan-2016

276 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas-Nyeri

AbstrakPendahuluan: Pencapaian anestesia yang berhasil dan pelaksanaan perawatan saluran akar bebas-nyeri merupakan tujuan yang sangat penting dalam bidang kedokteran gigi. Hal tersebut tidak selalu dapat tercapai dan oleh karena itu, para praktisi secara terus-menerus mencari teknik, peralatan, dan solusi anestesi terbaru untuk digunakan dalam tujuan ini. Tujuan ulasan artikel ini yaitu untuk memperkenalkan strategi dalam mencapai anestesi yang dalam terutama pada kasus-kasus sulit. Bahan dan Metode: Ulasan artikel ini dilakukan dengan metode pencarian melalui media elektronik dan manual mengenai agen, teknik, dan peralatan anestesi. Tingkat tertinggi penelitian berdasarkan bukti disertai metode dan bahan yang tepat dipilih untuk pembahasan artikel ini. Hasil: Sejumlah penelitian melakukan penelitian mengenai penatalaksanaan nyeri selama perawatan saluran akar; namun, tetap saja belum ada satu teknik yang secara terprediksi dapat mencapai anestesi yang dalam untuk gigi dengan pulpitis irreversibel terutama pada regio posterior mandibula. Simpulan: Berdasarkan sebagian besar penelitian yang dilakukan, pencapaian keberhasilan anestesia mungkin tidak selalu dengan menggunakan satu teknik saja dan prkatisi harus mewaspadai seluruh kemungkinan alternatif untuk hasil anestesi yang dalam.

Kata kunci: Anestesi; Nervus Alveolaris Inferior; Pulpitis Irreversbel; Nyeri; Saluran Akar; Keberhasilan.

PENDAHULUAN

Tidak diragukan lagi bahwa metode yang paling sering digunakan untuk

penatalaksanaan nyeri selama prosedur kedokteran gigi, terutama prosedur endodontik, yaitu

dengan menginjeksikan anestesi lokal intraoral. Terdapat tiga mekanisme umum untuk

penatalaksanaan nyeri gigi berdasarkan pendekatan farmakologis:

1. Menghambat impuls nosiseptif di sepanjang nervus perifer.

2. Mengurangi input nosiseptif dari daerah cedera.

3. Mencegah persepsi nyeri pada sistem saraf pusat dan mengurangi input nosiseptif.

Strategi penatalaksanaan nyeri selama perawatan saluran akar dapat berdasarkan salah

satu atau kombinasi mekanisme tersebut. Penghambatan impuls nosiseptif selama perawatan

saluran akar dilakukan dengan menginjeksikan anestesi lokal, sedangkan pengurangan input

nosiseptif ditangani dengan meresepkan medikamen seperti obat anti-inflamasi non-steroid

(OAINS) untuk mencegah pembentukan prostaglandin pada daerah cedera.

Penatalaksanaan nyeri selama dan setelah perawatan saluran akar merupakan

tantangan utama untuk praktisi kedokteran gigi. Sejumlah bukti penelitian tingkat tinggi telah

dilakukan untuk mengatasi nyeri selama dan setelah perawatan saluran akar. Terkadang

sebuah intervensi dapat dilakukan selama perawatan untuk menangani nyeri post-operatif,

Page 2: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

misalnya untuk mencegah persepsi nyeri pada sistem saraf pusat yang dapat dicapai dengan

meresepkan OAINS dan menggunakan agen anestesi dengan aksi yang lama.

Beberapa larutan anestesi tersedia di pasaran seperti lidokain dengan konsentrasi

epinephrine yang berbeda, prilokain, mepivakain, bupivakain, artikain, dan ropivakain. The

US Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui artikain dengan 1:100000

epinephrine dan artikain dengan 1:200000 masing-masing pada tahun 200 dan 2006.

Pemilihan anestesi lokal oleh praktisi kedokteran gigi kebanyakan berdasarkan durasi

anestesi yang dibutuhkan, penetrasi tulang, kondisi sistemik pasien, adanya vasokonstriktor

dan jenisnya di dalam larutan anestesi.

Beberapa strategi telah diperkenalkan untuk memberikan anestesi yang dalam

sehingga perawatan saluran akar dapat dilakukan senyaman mungkin. Sejumlah penelitian

telah menilai beragam faktor yang mempengaruhi keberhasilan anestesia dan memberikan

prosedur yang lebih nyaman, seperti:

1. Mengurangi nyeri saat injeksi

Persepsi nyei selama penginjeksian larutan anestesi

Jenis larutan anestesi

Ukuran jarum

Kecepatan injeksi

Anestesi topikal

2. Meningkatkan tingkat keberhasilan anestesi

Prevalensi nyeri intra-operatif

Konsentrasi epinephrine dan volume larutan anestesi

Premedikasi

Efek jenis larutan anestesi terhadap keberhasilan anestesi

A. Lengkung maksila

B. Lengkung mandibula

Efek kombinasi agen anestesi dan medikasi lainnya untuk meningkatkan tingkat

keberhasilan anestesi

Anestesi tambahan

A. Teknik intraosseus

a. Injeksi ligamentum periodontal (PL)

b. Injeksi intraosseus (IO)

B. Infiltrasi bukal

C. Injeksi intrapulpa

Page 3: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Anestesi untuk gigi yang berbeda

Faktor penting lainnya

Pendapat klinis dalam membuktikan hasil anestesi yang dalam

Tujuan ulasan artikel ini yaitu untuk menyediakan informasi mengenai faktor yang

dapat mempengaruhi persepsi nyeri pasien sama halnya dengan bagaimana seorang klinisi

dapat menyediakan anestesi yang dalam dan menangani rasa nyeri selama perawatan saluran

akar dengan menggunakan metode pencarian melalui elektronik dan manual mengenai agen,

teknik, dan peralatan anestesi. Sebagian besar tingkat tertinggi penelitian berdasarkan bukti

disertai metode dan bahan yang tepat dipilih untuk pembahasan artikel ini.

Mengurangi nyeri saat injeksi

Persepsi nyeri selama penginjeksian larutan anestesi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri selama injeksi

larutan anestesi termasuk jenis larutan anestesi, ukuran jarum, kecepatan injeksi, dan

penggunaan anestesi topikal.

Jenis larutan anestesi

Lidokain 2% dengan epinephrin 1:100000 merupakan salah satu agen anestesi yang

sangat banyak digunakan di bidang kedokteran gigi. Sebagian besar dokter gigi memilih

menggunakan agen anestesi yang dikombinasikan dengan vasokonstriktor. Terdapat

kemungkinan bahwa pasien akan merasakan nyeri yang lebih parah ketika menerima agen

anestesi jenis tertentu. Anestesi lokal memiliki nilai pH yang berbeda dan dianggap bahwa

nilai pH yang lebih rendah dapat menyebabkan rasa terbakar selama injeksi karena sifat

larutan yang asam. Beberapa penelitian telah menegaskan perbedaan persepsi nyeri ketika

menginjeksikan larutan anestesi yang berbeda. Berlawanan dengan hal tersebut, dua

penelitian lainnya telah melaporkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi nyeri ketika larutan

anestesi yang berbeda digunakan pada daerah intraoral yang berbeda pula. Salah satu

kelemahan utama beberapa penelitian tersebut yaitu bahwa penelitian ini tidak memisahkan

nyeri yang dirasakan saat infiltrasi maksila dengan nyeri yang dirasakan saat injeksi blok

nervus alveolaris inferio. Karena daerah injeksi memberikan dampak terhadap rasa nyeri

selama injeksi, penggunaan larutan anestesi yang berbeda, pada daerah yang berbeda, dan

mengkombinasikan hasilnya, tidak sepenuhnya menggambarkan nyeri yang berhubungan

dengan injeksi. Selain itu, penelitian ini bukanlah uji randomized double-blinded yang dapat

mengakibatkan bias. Hanya tiga penelitian dengan uji randomized double-blinded yang

Page 4: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

melaporkan adanya perbedaan signifikan pada nyeri injeksi ketika menggunakan agen

anestesi yang berbeda. Dalam penelitian ini, prilokain, artikain, dan lidokain murni

berhubungan dengan nyeri injeksi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan lidokain 2%

disertai epinephrine 1:80000 atau epinephrine 1:100000.

Daerah injeksi juga merupakan faktor penting dalam rasa nyeri saat injeksi. Salah satu

penelitian melaporkan bahwa injeksi bukal maksilaris berhubungan dengan rasa nyeri yang

sangat rendah ketika lidokain 2% murni diinjeksikan dan dibandingkan dengan lidokain 2%

disertai epinephrimee 1:80000. Namun, pada daerah palatal, tidak terdapat signifikansi

mengenai rasa nyeri saat injeksi yang dilaporkan dengan menggunakan agen yang sama.

Dalam penelitian lainnya, tidak terdapat perbedaan signifikan yang dilaporkan antara nyeri

injeksi untuk infiltrasi bukal maksilaris dan IANB.

Dapat disimpulkan bahwa ketika daerah dengan jaringan ikat yang kurang (seperti

daerah palatal maksila) diinjeksi, jenis larutan anestesi tidak memberikan dampak terhadap

nyeri injeksi. Penelitian dengan tingkat bukti yang tinggi melaporkan perbedaan signifikan

pada nyeri injeksi dengan agen anestesi yang berbeda.

Ukuran jarum

Telah dilaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal nyeri

pada subjek dewasa ketika jarum 25 gauge atau 27 gauge (G) digunakan untuk IANB. Selain

itu, tidak terdapat perbedaan ketika jarum #25, #27, dan #30 gauge digunakan untuk infiltrasi

bukal maupun infiltrasi palatal gigi maksila. Namun, pada pasien anak yang mendapatkan

injeksi IANB, ukuran jarum yang lebih kecil (30 G) memberikan rasa tidak nyaman dan

menyebabkan tangisan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan jarum yang lebih besar (27

G) sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada injeksi infiltrasi untuk gigi molar

maksila.

Dapat disimpulkan bahwa pada pasien dewasa, ukuran jarum tidak memberikan

dampak terhadap nyeri injeksi; namun, pada pasien anak, daerah injeksi dapat memberikan

beberapa dampak pada efek ukuran jarum terhadap nyeri selama injeksi anestesi intraoral.

Kecepatan injeksi

Dalam bidang medis, semakin tinggi kecepatan injeksi mengakibatkan semakin

meningkatnya distribusi obat dalam tubuh. Terdapat pernyataan bahwa semakin cepat injeksi

semakin meningkatkan daerah nervus yang terpapar oleh larutan anestesi sehingga

menyebabkan tingkat keberhasilan anestesi lokal yang lebih tinggi. Beberapa uji klinis acak

Page 5: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

melaporkan bahwa injeksi yang cepat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah secara

signifikan atau bahkan tidak terdapat perbedaan tingkat keberhasilan yang signifikan pada

IANB dan blok nervus insisivus/mentale. Namun, semakin cepat injeksi yang dilakukan

dapat menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman yang semakin besar selama injeksi.

Dapat disimpulkan bahwa kecepatan injeksi tidak memiliki efek yang signifikan

terhadap tingkat keberhasilan anestesi, namun injeksi yang lebih cepat menyebabkan rasa

nyeri dan tidak nyaman yang lebih besar pada pasien.

Anestesi topikal

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan anestesi lokal

pada nyeri injeksi. Penelitian ini sebagian besar berpusat pada evaluasi nyeri selama insersi

jarum, selama injeksi larutan anestesi, atau keduanya. Tidak terdapat persetujuan umum

mengenai keefektifan anestesi topikal untuk menurunkan nyeri yang dirasakan pasien selama

insersi jarum juga ketika dilakukan injeksi. Hasil dari beberapa penelitian mendukung

penggunaan anestesi topikal, sedangkan penelitian lainnya melaporkan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan terhadap rasa nyeri selama penetrasi jarum maupun selama injeksi

larutan anestesi.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi keefektifan anestesi topikal termasuk waktu

antara aplikasi anestesi topikal dan injeksi, daerah injeksi, serta jenis agen anestesi topikal

termasuk konsentrasu anestesi lokal itu sendiri.

Anestesi topikal harus ditempatkan pada mukosa setidaknya 30 detik hingga 1 menit

sebelum injeksi. Faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi rasa nyeri selama

penetrasi jarum dan injeksi larutan anestesi yaitu daerah injeksinnya. Derajat keratinisasi

dapat mengalihkan efek terhadap keefektifan anestesi topikal. Terlihat bahwa anestesi topikal

untuk injeksi palatal maksila, dan untuk injeksi IANB tidak memiliki efek yang positif

terhadap nyeri baik selama insersi jarum maupun injeksi. Kandungan yang terdapat pada gel

anestesi topikal merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keefektifan anestesi

topikal. Beberapa kandungan seperti lidokain 60% atau kombinasi lidokain 2.5% dan

prilokain 2.5% dilaporkan memiliki keefektifan yang lebih besar dibandingkan gel benzokain

20%.

Sebagai simpulan, karena anestesi topikal hanya efektif pada beberapa daerah di

rongga mulut, penggunaannya masih dianjurkan karena mengindikasikan untuk pasien

dengan dokter gigi yang mencoba melakukan seluruh kemungkinan untuk meminimalisasi

nyeri selama perawatan. Selain itu, kandungan tertentu anestesi topikal seperti kombinasi

Page 6: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

lidokain 2.5% dan prilokain 2.5% lebih efektif dibandingkan agen anestesi topikal

konvensional.

Peningkatan tingkat keberhasilan anestesi

Sebagian besar penelitian keberhasilan anestesi menggunakan kekebalan bibir sebagai

tanda keberhasilan IANB. Penelitian ini menggunakan desain cross-over atau uji klinis acak.

Penelitian berdesain cross-over menggunakan jenis agen anestesi atau teknik yang berbeda

pada pasien yang sama dengan gigi dan pulpa sehat pada waktu yang berbeda, sedangkan uji

klinis acak menggunakan agen anestetik atau teknik yang berbeda pada pasien yang

mengalami pulpitis irreversibel dengan atau tanpa nyeri spontan pada keadaan perawatan

klinis. Setelah pemberian anestesi, uji dingin, atau uji pulpa elektrik (EPT) digunakan untuk

mengevaluasi anestesi. Pada penelitian cross-over, jika tidak terdapat respon pada uji dingin

maupun uji pulpa elektrik diasumsikan sebagai keberhasilan klinis. Pada uji klinis acak, gigi

dengan pulpitis irreversibel, jika tidak terdapat respon pada uji dingin atau uji elektrik, juga

tidak terasa nyeri atau terasa nyeri minimal selama preparasi akses kavitas dan instrumentasi

saluran akar digunakan sebagai kriteria untuk keberhasilan anestesi. Sebagian besar uji klinis

menunjukkan bahwa kekebalan bibir dan kurangnya respon terhadap uji dingin atau uji

elektrik bukanlahh indikator yang baik untuk anestesi pulpa karena sebagian besar pasien

masih merasakan nyeri. Salah satu penjelasan yang dapat terjadi pada gigi dengan pulpitis

irreversibel, respon terhadap EPT atau uji dingin masing-masing berhubungan dengan A-

fibers yang berjalan cepat dan lambat. Oleh sebab itu, dapat dihipotesiskan bahwa karena

saluran sodium resisten-tetrodotoxin (resisten-TTX) sebagian besar tampak pada C-fiber

nosiseptif yang lebih dalam, namun tanpa adanya respon positif maupun negatif terhadap

EPT dan uji dingin menunjukkan keberhasilan anestesi setelah pemberian agen anestesi.

Prevalensi nyeri intra-operatif

Beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi nyeri selama perawatan saluran akar.

Karena bahkan sedikit rasa tidak nyaman selama perawatan dapat dilaporkan sebagai rasa

nyeri, prevalensi nyeri selama perawatan tidak sepenuhnya menggambarkan kualitas

ketidaknyamanan yang dirasakan pasien. Beberapa penelitian mengkategorikan nyeri selama

perawatan sebagai cara yang menunjukkan kualitas nyata rasa ketidaknyamanan selama

perawatan. Prevalensi rasa nyeri sedang hingga parah selama perawatan saluran akar

dilaporkan berkisar dari 11% hingga 35%. Penting untuk dicatat bahwa prevalensi dan

keparahan nyeri selama perawatan secara umum dinilai dalam perbandingannya terhadap

Page 7: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

tingkat rasa nyaman pra-perawatan. Dalam salah satu penelitian, seluruh pasien melaporkan

rasa nyeri selama perawatan, sedangkan Watkins dkk melaporkan prevalensi nyeri sebesar

22%. Perbedaan antara nyeri yang dilaporkan pada dua penelitian tersebut dikarenakan nyeri

yang diantisipasi selama perawatan saluran akar, dan penggunaan beragam kriteria untuk

melaporkan rasa nyeri. Sebagian besar penelitian yang menggunakan kriteria tidak terasa

nyeri atau nyeri ringan selama perawatan menunjukkan anestesi yang berhasil, sedangkan

beberapa penelitian melaporkan seluruh derajat rasa nyeri selama perawatan, tanpa

memperhatikan seberapa ringan atau seberapa parah rasa nyeri tersebut. Dua peneliti

melaporkan rasa nyeri sedang sebesar 12% dan rasa nyeri parah sebesar 35% selama

perawatan saluran akar. Segura-Egea dan rekan melaporkan bahwa perawatan saluran akar

pada pulpitis irreversibel dan periodontitis apikalis akut secara signifikan lebih nyeri

dibandingkan merawat gigi dengan pulpa nekrotik dan terinfeksi. Selain itu, lamanya

kunjungan secara signifikan dapat meningkatkan risiko rasa nyeri selama perawatan.

Penelitian klinis cross-sectional lainnya melaporkan rasa nyeri lebih tinggi secara

signifikan setelah instrumentasi step-back jika dibandingkan dengan instrumentasi

menggunakan alat berputar. Selain itu, perawatan pada gigi molar dan gigi dengan pulpitis

menyebabkan rasa nyeri intra-operatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawatan pada

gigi berakar tunggal serta gigi dengan pulpa nekrotik dan terinfeksi. Namun, hasil penelitian

tersebut seharusnya diinterpretasi dengan hati-hati karena terdapat ukuran sampel yang kecil

pada tiap kelompok pasien dengan keadaan pulpa dan periapikal yang berbeda. Selain itu,

dalam penelitian tersebut, menggunakan larutan anestesi yang berbeda dengan atau tanpa

vasokonstriktor dan faktor tersebut memberikan durasi anestesi yang lebih pendek sehingga

mempengaruhi hasil penelitian.

Efek usia dan jenis kelamin pasien, dan juga lengkung gigi terhadap tingkatan nyeri

selama perawatan saluran akar telah diteliti dan hasilnya sangat berlawanan. Namun, penting

untuk dicatat bahwa faktor ini dapat berhubungan dengan risiko nyeri yang lebih tinggi

selama perawatan.

Sebagai simpulan, pasien dengan pulpitis irreversibel dan rasa sakit saat perkusi

merupakan pasien yang paling mudah merasakan nyeri selama perawatan saluran akar.

Page 8: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Konsentrasi epinephrine dan volume agen anestesi

Beberapa penelitian mengevaluasi keefektifan konnsentrasi epinephrine dan volume

agen anestesi yang berbeda.

Konsentrasi epinephrine: Penggunaan konsentrasi epinephrine yang berbeda telah

dievaluasi dengan perluasan yang terbatas. Dua penelitian yang mengevaluasi perbedaan

konsentrasi epinephrine untuk injeksi IANB dan infiltrasi dengan menggunakan lidokain atau

artikain melaporkan tidak terdapat perbedaan yang signifkan antara agen anestesi dengan

konsentrasi epinephrine yang berbeda. Beberapa penelitian dilakukan secara cross-over

namun gigi bersifat asimtomatik dan tidak membutuhkan perawatan saluran akar.

Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai gigi dengan pulpitis irreversibel dan

kebutuhan perawatan saluran akar diperlukan untuk mengevaluasi efek perbedaan konsentrasi

epinephrine pada anestesi pulpa.

Volume larutan anestesi: Tidak terdapat persetujuan umum mengenai pengaruh

bolume larutan anestesi pada tingkat keberhasilan anestesi. Beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa tingginya volume larutan anestesi dapat meningkatkan tingkat

keberhasilan, namun penelitian lainnya melaporkan tidak ada perbedaan signifikan mengenai

volume larutan anestesi yang tinggi.

Jenis larutan anestesi dapat mempengaruhi hasil penelitian. Contohnya, penelitian

terbaru menunjukkan bahwa peningkatan volume artikain 4% secara signifikan meningkatkan

tingkat keberhasilan anestesi, sedangkan penelitian lainnya tidak melaporkan perbedaan yang

signifikan ketika volume lidokain 2% ditingkatkan.

Pada maksila, volume larutan anestesi sangat penting untuk mencapai durasi anestesi

yang lebih lama dan waktu mula yang lebih cepat.

Meskipun beberapa penelitian telah melakukan penelitian mengenai efek peningkatan

volume agen anestesi disertai injeksi IANB, heterogenitas agen anestesi juga desain

penelitian ini serta daerah injeksi mencegah pembaca memperoleh hasil yang pasti.

Contohnya, beberapa penelitian memiliki desain cross-over yang menggunakan gigi utuh

dengan pulpa sehat. Hanya satu penelitian yang mengevaluasi efek volume agen anestesi

terhadap gigi dengan pulpitis irreversibel. Telah ditunjukkan bahwa untuk mencapai anestesi

pada gigi dengan pulpitis irreversibel jauh lebih sulit dibandingkan dengan mencapai anestesi

pada gigi utuh dengan pulpa sehat. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, EPT

Page 9: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

atau uji dingin yang digunakan untuk mengevaluasi anestesi selama penelitian cross-over

bukanlah indikator yang akurat untuk keberhasilan anestesi.

Dari sudut pandang klinis, peningkatan volume larutan anestesi dapat membantu

meyakinkan pasien bahwa dokter gigi melakukan upaya terbaik untuk membuat perawatan

senyaman mungkin. Tingkat bukti penelitian yang lebih tinggi mengenai gigi dengan pulpitis

irreversibel diperlukan untuk menentukan apakah volume agen anestesi memiliki efek

terhadap tingkat keberhasilan anestesi.

Premedikasi

Beberapa jenis medikasi telah digunakan untuk meningkatkan keberhasilan anestesi

termasuk dengan menggunakan benzodiazepin (triazolam, alprazolam, dan diazepam),

OAINS, dan kortikosteroid.

Konsep penggunaan benzodiazepin didasarkan pada laporan yang menunjukkan

bahwa rasa cemas dapat menurunkan keberhasilan anestesi dan penggunaan medikasi untuk

mengatasi rasa cemas dapat meningkatkan keberhasilan anestesi. Karena keunggulan

triazolam dibandingkan dengan diazepam dan placebo dalam menurunkan rasa cemas pasien,

belum ada penelitian yang melaporkan efek signifikan terhadap anestesi IANB setelah

prosedur premedikasi menggunakan benzodiazepin.

Konsep penggunaan OAINS dan kortikosteroid sebagai premedikasi untuk

meningkatkan keberhasilan anestesi terlihat masuk akal karena jumlah prostaglandin secara

signifikan meningkat pada pulpa yang mengalami inflamasi dibandingkan dengan pulpa sehat

dan normal. Telah dipertegas bahwa semakin tinggi kadar prostaglandin dapat mempengaruhi

reseptor resisten-TTX dan menurunkan respon saraf terhadap agen anestesi. Oleh karena itu,

medikasi apapun yang dapat mempengaruhi jumlah prostaglandin dapat meningkatkan

tingkat keberhasilan anestesi. Beberapa penelitian telah menegaskan bahwa OAINS seperti

ibuprofen memiliki efek anti-inflamasi. Namun, tidak terdapat persetujuan umum mengenai

keefektifan premedikasi terhadap keberhasilan anestesi. Beberapa penelitian melaporkan

pengaruh positif medikasi OAINS, sedangkan penelitian lainnya melaporkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara placebo dan OAINS terhadap tingkat keberhasilan anestesi.

Perbedaan antara kriteria inklusi dan jenis OAINS yang digunakan mungkin merupakan

alasan untuk hasil penelitian yang saling berlawanan. Parirokh dkk menyatakan bahwa

premedikasi untuk pasien dengan pulpitis irreversibel namun tanpa nyeri spontan memiliki

efek yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan pasien yang merasakan nyeri spontan,

karena premedikasi menggunakan OAINS tidak memiliki efek positif terhadap saluran

Page 10: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

sodium resisten-TTX yang telah terbentuk sebelumnya. Hasil penelitian lainnya tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan ketika ibuprofen digunakan sebagai premedikasi

untuk pasien tanpa nyeri spontan, namun tingkat signifikansi (p=0.055) pada kelompok

ibuprofen hampir mendekati signifikan dibandingkan dengan kelompok placebo.

Jenis medikasi juga dapat mempengaruhi hasil penelitian yang telah mengevaluasi

keefektifan premedikasi menggunakan OAINS pada keberhasilan anestesi. Penelitian meta-

analisis mengenai efek premedikasi menggunakan OAINS terhadap keberhasilan IANB

menunjukkan bahwa dosis ibuprofen 600 hingga 800 mg, indometasin 75 mg, lornoxikam 8

mg, dan potassium diklofenak 50 mg secara signifikan meningkatkan tingkat keberhasilan

IANB, sedangkan OAINS lainnya seperti ketorolak, kombinasi ibuprofen dan asetaminofen,

juga hanya dengan pemberian asetaminofen tidak memberikan efek yang signifikan terhadap

keberhasilan anestesi jika dibandingkan dengan placebo. Harus dicatat bahwa meta-analisis

hanya mencakup tujuh penelitian yang telah dilakukan hingga Juli 2011 dan sejak saat itu,

dua penelitian terbaru telah dilakukan dan melaporkan tidak ada efek OAINS yang signifikan

terhadap tingkat keberhasilan IANB.

Hanya salah satu penelitian yang telah meneliti penggunaan kortikosteroid sebagai

premedikasi sebelum anestesi dengan injeksi IANB. Karena tingkat keberhasilan yang lebih

tinggi secara signifikan dibandingkan placebo, seluruh pasien tidak sepenuhnya teranestesi

ketika dexametason digunakan sebagai premedikasi. Praktisi kedokteran gigi harus selalu

mempertimbangkan risiko dan keuntungan pemberian obat, terutama untuk kortikosteroid.

Oleh karena itu, berdasarkan tingkat bukti penelitian yang tinggi, pra-perawatan

dengan beberapa jenis OAINS memiliki pengaruh yang positif terhadap keberhasilan anestesi

dalam merawat pulpitis irreversibel dan membuktikan bahwa pasien tidak merasakan nyeri

spontan.

Efek jenis larutan anestesi terhadap keberhasilan anestesi

Dapat diterima secara umum bahwa gigi dengan pulpitis irreversibel merupakan salah

satu perwatan yang peling menantang dalam hal anestesi, di mana desain penelitian cross-

over memiliki khas dengan sampel pulpa sehat untuk mengevaluasi keefektifan anestesi. Oleh

karena itu, dalam ulasan berikut, hasil penelitian ini ditujukan secara terpisah. Selain itu, gigi

mandibula lebih sulit teranestesi dibandingkan gigi maksila, dan untuk alasan tersebut gigi ini

juga ditujukan secara terpisah.

Page 11: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Lengkung maksila

Desain penelitian cross-over mengenai gigi dengan pulpa sehat: Tidak ada

perbedaan signifikan pada tingkat keberhasilan anestesi gigi kaninus maksila yang telah

dilaporkan ketika membandingkan artikain 4% dengan prilokain 4% (keduanya mengandung

epinephrine 1:200000) untuk injeksi infiltrasi bukal. Ketika artikain 4% dibandingkan dengan

lidokain 2% (keduanya mengandung epinephrine 1:100000) pada lengkung maksila, artikain

menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi secara signifikan untuk gigi insisivus

lateralis, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk gigi molar satu. Investigasi

yang membandingkan lidokain 2% dengan epinephrine 1:50000 atau 1:80000 dan

mepivakain 3%, melaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara agen anestesi untuk

gigi insisivus lateral dan gigi molar satu maksila. Perbandingan antara lidokain 2% dengan

epinephrine 1:100000 dan mepivakain 3% ketika diberikan sebagai blok nervus divisi

maksila kedua dengan pendekatan tuberositas yang tinggi, mengakibatkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara keefektifan larutan anestesi untuk gigi molar dan premolar

maksila. Ketika bupivakain 0.5% dengan epinephrine 1:200000 dibandingkan dengan

lidokain 2% dengan epinephrine 1:100000, bupivakain menunjukkan tingkat keberhasilan

yang lebih rendah secara signifikan untuk gigi insisivus lateral, namun tidak terdapat

perbedaan yang signifikan untuk gigi molar satu maksila. Tidak ada perbedaan yang

signifikan antara tingkat keberhasilan anestesi untuk gigi insisivus dan kaninus maksila yang

dilaporkan ketika ropivakain murni 0.5% dibandingkan dengan artikain 4% disertai

epinephrine 1:100000.

Sebagai simpulan, sebagian besar penelitian telah melaporkan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara agen anestesi yang berbeda terhadap tingkat keberhasilan anestesi

pada gigi maksila ketika menguji pulpa yang sehat, meskipun dua penelitian lainnya

melaporkan bahwa jenis gigi yang berbeda juga merespon secara berbeda terhadap beragam

kandungan anestesi dengan teknik injeksi infiltrasi yang sama.

Penelitian mengenai gigi dengan pulpitis irreversibel: Hanya tiga penelitian yang

telah dilakukan mengenai gigi maksila dengan pulpitis irreversibel. Dua penelitian

melaporkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara artikain 4% dengan epinephrine

1:100000 dan lidokain 2% dengan epinephrine 1:80000 atau lidokain 2% dengan epinephrine

1:100000 ketika merawat gigi anterior, premolar, dan molar maksila. Berlawanan dengan hal

tersebut, penelitian lainnya melaporkan adanya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi secara

Page 12: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

signifikan untuk artikain 4% dengan epinephrine 1:100000 ketika merawat gigi molar dan

premolar maksila.

Sejumlah penelitian terbatas dengan tingkat bukti yang tinggi tidak memudahkan

dalam membentuk simpulan mengenai teknik anestesi untuk gigi maksila dengan pulpitis

irreversibel. Penelitian berdasar bukti dengan tingkat yang lebih tinggi harus dilakukan.

Lengkung mandibula

Desain penelitian cross-over mengenai gigi dengan pulpa sehat: Beragam hasil

telah dilaporkan dalam beberapa penelitian. Tidak terdapat perbedaan signifikan yang

ditemukan pada keefektifan anestesi antara prilokain 4%, mepivakain 3%, dan lidokain 2%

dengan epinephrine 1:100000 untuk gigi dengan pulpa sehat setelah injeksi IANB. Tidak ada

perbedaan signifikan pada tingkat keberhasilan anestesi IANB yang dilaporkan ketika

mepivakain 3% dibandingkan dengan lidokain 2% disertai epinephrine 1:80000 atau

1:100000. Penggunaan artikain 4% untuk blok nervus insisivus/mentale memberikan tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan lidokain 2% (kedua larutan

mengandung epinephrine 1:100000) untuk gigi insisivus lateral, kaninus, premolar satu dan

dua mandibula. Sementara itu, tidak ada perbedaan signifikan yang dilaporkan untuk gigi

kaninus mandibula ketika artikain 4% dibandingkan dengan prilokain 4% yang keduanya

mengandung epinephrine 1:200000 untuk injeksi infiltrasi pada bagian bukal gigi baik di

lengkung maksila maupun mandibula. Tidak ada perbedaan signifikan yang dilaporkan dalam

tingkat keberhasilan anestesi gigi molar satu mandibula setelah injeksi IANB menggunakan

lidokain 2% dengan epinephrine 1:80000 dibandingkan dengan artikain 4% dengan

epinephrine 1:1000000 setelah infiltrasi bukal atau infiltrasi bukal dan lingual.

Sebagai simpulan, sebagian besar desain penelitian cross-over telah melaporkan tidak

ada perbedaan yang signifikan untuk keefektifan agen anestesi yang berbeda ketika

digunakan untuk injeksi IANB.

Penelitian mengenai gigi dengan pulpitis irreversibel: Beberapa penelitian

melaporkan tidak ada perbedaan yang signifkan pada tingkat keberhasilan blok Gow-Gates

atau anestesi IANB ketika membandingkan artikain 4% dengan epinephrine 1:100000 dan

lidokain 2% dengan epinephrine 1:100000. Serupa dengan hal tersebut, tidak terdapat

perbedaan signifikan yang dilaporkan antara bupivakain 0.5% versus ethidokain, dengan

epinephrine 1:200000, dan bupivakain 0.5% dengan epinephrine 1:200000 versus lidokain

2% dengan epinephrine 1:100000.

Page 13: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Sebagai simpulan, beberapa penelitian telah melaporkan tidak ada perbedaan

signifikan ketika agen anestesi yang berbeda digunakan untuk mencapai anestesi IANB

sebagai injeksi utama dalam merawat gigi mandibula dengan pulpitis irreversibel.

Penelitian meta-analisis yang membandingkan artikain dan lidokain melaporkan

tingkat keberhasilan anestesi yang lebih tinggi untuk kandungan anestesi terdahulu ketika

digunakan sebagai injeksi infiltrasi, sedangkan artikain untuk blok nervus alveolaris inferior

lebih tinggi dibandingkan lidokain pada gigi asimtomatik atau gigi dengan pulpa normal.

Efek kombinasi agen anestesi dan medikasi lainnya untuk meningkatkan tingkat

keberhasilan anestesi.

Tambahan obat anti-inflamasi secara rasional dapat meningkatkan keberhasilan

anestesi karena obat-obatan tersebut cenderung mencegah pembentukan prostaglandin

sebagai mediator paling penting dalam mempengaruhi pembentukan saluran sodium resisten-

TTX. Namun, dari sudut pandang klinis, hal tersebut tidak selalu bermanfaat. Sebagai contoh,

telah dilaporkan bahwa tambahan dexametason tidak meningkatkan keberhasilan anestesi

untuk gigi molar mandibula dengan pulpitis irreversibel. Selain itu, bahkan ketika OAINS

digunakan untuk efek anti-inflamasinya, beberapa efek samping yang merugikan seperti nyeri

parah selama injeksi dapat terjadi. Penelitian telah dilakukan untuk menentukan apakah

keberhasilan anestesi IANB untuk pulpitis irreversibel pada gigi molar mandibula dapat

ditingkatkan dengan menggunakan injeksi bukal dexametason tambahan, artikain 4% dengan

epinephrine 1:100000, atau artikain 4% disertai epinephrine 1:100000 dikombinasikan

dengan ketorolac. Tingkat keberhasilan anestesi yang lebih tinggi secara signifikan diperoleh

ketika menggunakan artikain saja atau dikombinasikan dengan penggunaan ketorolac.

Alasan lain untuk penggunaan zat aditif dalam larutan anestesi untuk menurunkan

nyeri injeksi dan meningkatkan kecepatan waktu mula anestesi. Beberapa agen anestesi

(contohnya, lidokain) memiliki pH asam dan beberapa peneliti mempercayai bahwa pH asam

meningkatkan nyeri injeksi dan memperlambat waktu mula anestesi. Penelitian cross-over

mengenai tambahan sodium bikarbonat untuk menahan lidokain 2% disertai epinephrine

1:100000 menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan untuk nyeri dan waktu mula yang

berhubungan dengan infiltrasi bukal maksila untuk gigi kaninus.

Rute dan metode pemberian zat aditif sangat penting untuk meningkatkan keefektifan

anestesi, contohnya tambahan hyaluronidase pada lidokain tidak memberikan peningkatan

yang signifikan pada keberhasilan anestesi dan menimbulkan efek samping negatif seperti

Page 14: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

trismus dan nyeri post-operatif. Namun, ketika hyaluronidase diinjeksikan segera setelah

injeksi larutan anestesi, durasi anestesi akan meningkat.

Tambahan meperidine secara signifikan tidak meningkatkan keberhasilan anestesi

IANB untuk gigi molar dan premolar mandibula dengan pulpitis irreversibel.

Tambahan mannitol pada agen anestesi diuji karena kemampuannya melarutkan

membran perineural untuk sementara waktu sehingga meningatkan penetrasi larutan anestesi.

Ketika mannitol ditambahkan pada lidokain, terdapat peningkatan tingkat keberhasilan

anestesi pada gigi molar dan premolar mandibula dengan pulpa sehat dan pulpitis

irreversibel.

Beberapa peneliti telah menambahkan dipenhidramin untuk meningkatkan efek

anestesi melalui aksi saluran sodium. Namun, kombinasi ini tidak seefektif lidokain saja dan

terdapat efek samping seperti nyeri injeksi juga nyeri post-perawatan dan rasa tidak nyaman.

Sebagai simpulan, beberapa zat aditif memiliki efek positif terhadap keberhasilan dan

durasi anestesi namun diperlukan beberapa penelitian mengenai kemungkinan manfaat dan

risiko yang dimiliki zat aditif tersebut.

Anestesi tambahan

Keberhasilan anestesi lokal merupakan bagian terpenting dalam praktik keseharian

untuk setiap dokter gigi. Sebagian besar penelitian mengenai keberhasilan anestesi dalam

bidang kedokteran gigi telah melaporkan beragam persentasi kegagalan ketika menggunakan

jenis teknik dan agen anestesi yang berbeda. Kaufman dan rekan melaporkan 13% praktisi

umum mengalami kegagalan anestesi selama lima hari dalam waktu satu minggu praktik, dan

yang paling penting, 10% prosedur kedokteran gigi tidak dapat dilanjutkan karena kegagalan

anestesi ini. Kegagalan yang paling umum terjadi pada injeksi IANB.

Terkadang, terutama pada gigi dengan nyeri spontan dan pulpitis irrversibel, teknik

anestesi rutin tidak dapat meredakan nyeri yang cukup bagi pasien ketika akses kavitas

dipreparasi atau selama instrumentasi saluran akar. Oleh sebab itu, dalam hal untuk mencoba

dan mengatasi kegagalan ini, diperkenalkan teknik anestesi tambahan.

Teknik injeksi intraosseus

Dua bentuk teknik injeksi intraosseus telah dijelaskan termasuk injeksi ligamentum

periodontal (PDL) dan injeksi intraosseus (IO). Teknik intraosseus biasanya melibatkan

penggunaan peralatan tertentu seperti Stabident, X-Tip, dan Intraflow.

Page 15: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Injeksi ligamentum periodontal (PDL): Injeksi ligamentum periodontal, disebut juga

sebagai teknik injeksi intra-ligamentum, sebenarnya merupakan injeksi intraosseus dengan

larutan anestesi diinjeksikan melalui ligamentum periodontal. Larutan anestesi mencapai

nervus pulpa melalui plat cribriform alami pada dinding soket gigi hingga tulang cancellous.

Hasil survey berdasar-internet menunjukkan bahwa injeksi PDL merupakan tambahan teknik

yang sangat terkenal dan digunakan oleh anggota American Association of Endodontists

(AAE) di AS. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai keefektifan injeksi PDL.

Anestesi setelah injeksi PDL biasanya tercapai setelah 30 detik. Hal terpenting mengenai

teknik ini yaitu penempatan jarum dan menginjeksikan agen anestesi disertai dengan tekanan.

Klinisi harus merasakan adanya resistensi terhadap injeksi selama prosedur tersebut dan

tekanan tertentu sangat dibutuhkan untuk mendepositkan larutan. Jika penempatan jarum

tidak tepat dan tidak terasa adanya tekanan ketika menginjeksi, larutan tidak akan tertekan ke

dalam tulang dan tidak dapat mencapai nervus pulpa.

Penggunaan injeksi PDL sebagai tambahan injeksi IANB secara signifikan

meningkatkan tingkat keberhasilan anestesi selama 23 menit pertama setelah injeksi.

Pemberian kombinasi krim lidokain dan prilokain pada daerah injeksi PDL, ketika tidak ada

teknik anestesi lain yang digunakan, mengakibatkan nyeri injeksi yang lebih rendah secara

signifikan jika dibandingkan dengan salep lidokain 5%. Tidak terdapat perbedaan signifikan

yang dilaporkan antara nyeri injeksi atau nyeri post-injeksi pada gigi molar satu mandibula

setelah menggunakan artikain 4% maupun lidokain 2% (keduanya mengandung epinephrine

1:100000) untuk injeksi PDL. Dua penelitian telah melaporkan bahwa 56 hingga 70% gigi

posterior mandibula dengan pulpitis irreversibel yang masih terasa nyeri setelah melakukan

teknik anestesi konvensional, berhasil teranestesi dengan injeksi PDL.

Sebagai simpulan, injeksi PDL merupakan teknik tambahan terkenal yang

meningkatkan tingkat keberhasilan anestesi, meskipun tidak selalu menghasilkan anestesi

yang dalam.

Injeksi intra-osseus (IO): Injeksi IO merupakan salah satu metode paling berhasil di

antara seluruh teknik anestesi tambahan yang digunakan untuk mengatasi nyeri yang terus

berlanjut setelah dilakukannya teknik anestesi konvensional dalam bidang kedokteran gigi.

Beberapa sistem telah diperkenalkan untuk injeksi IO termasuk Stabident (Fairfax

Dental Inc., Miami, FL), X-Tip (Dentsply International Inc, Tusla, OK, USA), Intraflow

(ProDex Inc, Santa Ana, CA), dan Quick Sleeper 2 (DHT, Cholet, France). Sebagian besar

penelitian mengenai teknik IO telah menggunakan teknik tersebut sebagai teknik anestesi

Page 16: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

tambahan, namun beberapa penelitian telah berhasil menggunakan IO sebagai teknik anestesi

utama.

Injeksi IO berulang secara signifikan meningkatkan anestesi pulpa pada salah satu

penelitian. Namun, kekurangan utama dua penelitian yang menggunakan injeksi IO sebagai

teknik anestesi utama yaitu bahwa penelitian tersebut menganestesi dan menguji gigi yang

tidak membutuhkan perawatan saluran akar yang berarti bahwa gigi tersebut memiliki pulpa

sehat. Penelitian lainnya yang menggunakan injeksi IO sebagai teknik utama yaitu penelitian

kohort yang menggunakan teknik ini untuk gigi yang memerlukan restorasi, perawatan

endodontik, atau ekstraksi pada anak-anak dan dewasa. Telah diketahui bahwa menyediakan

anestesi untuk perawatan endodontik merupakan masalah paling menantang dibandingkan

dengan prosedur kedokteran gigi lainnya seperti restorasi, dan bahkan ekstraksi gigi. Telah

ditunjukkan bahwa keefektifan injeksi IO pada tingkat keberhasilan anestesi pulpa tidaklah

sama pada beberapa bagian rongga mulut dikarenakan adanya perbedaan pada ruang tulang

cancellous.

Injeksi IO memiliki efek samping sistemik seperti peningkatan detak jantung. Selain

itu, injeksi IO tidak mudah dilakukan dan sebagian besar memerlukan peralatan khusus.

Kekurangan lainnya untuk injeksi IO yaitu rasa nyeri dan tidak nyaman setelah injeksi serta

berpotensi merusak gigi selama perforasi tulang menggunakan perforator. Teknik ini juga

sulit digunakan ketika rubber dam telah dipasang dan terjadi keadaan di mana pasien

merasakan nyeri selama preparasi akses kavitas atau selama instrumentasi saluran akar.

Sebagai simpulan, meskipun injeksi IO memberikan tingkat ansetesi tertinggi sebagai

injeksi tambahan, teknik ini memerlukan peralatan khusus, sulit untuk dilakukan, dan dapat

menimbulkan rasa nyeri post-operatif dan rasa tidak nyaman.

Infiltrasi bukal

Infiltrasi bukal digunakan baik sebagai teknik utama maupun anestesi tambahan untuk

menganestesi gigi molar mandibula. Dua penelitian juga telah menguji IANB dan infiltrasi

bukal. Sebagian besar penelitian melaporkan bahwa penggunaan artikain 4% sebagai anestesi

tambahan secara signifikan memberikan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan

lidokain 2%. Namun, sebaliknya, penelitian lainnya menemukan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara lidokain dan artikain untuk infiltrasi bukal. Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara penggunaan artikain untuk anestesi infiltrasi bukal dibandingkan dengan

penggunaan lidokain untuk anestesi IANB.

Page 17: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Sebagai simpulan, ketika praktisi memutuskan untuk menggunakan injeksi infiltrasi

sebagai anestesi tambahan untuk gigi molar mandibula, artikain dapat memberikan hasil yang

lebih baik dibandingkan dengan lidokain 2%.

Injeksi intra-pulpa

Teknik injeksi intra-pulpa harus dipertimbangkan sebagai upaya akhir untuk anestesi

pulpa dan seharusnya hanya digunakan ketika seluruh teknik tambahan lainnya telah dicoba

namun tidak berhasil.

Titik terpenting agar teknik ini berhasil yaitu dengan menginjeksikan larutan ke dalam

pulpa disertai tekanan. Jika tekanan atau resistensi injeksi tidak terasa oleh klinisi, maka

larutan tersebut secara umum tidak dapat mencapai pulpa dan kemungkinan mengalir keluar

dari ruang pulpa dan kembali ke akses kavitas. Telah dipertegas bahwa tidak perlu

menginjeksikan agen anestesi ke dalam saluran akar karena bahkan injeksi larutan salin dapat

menyediakan anestesi yang diinginkan jika diinjeksikan disertai dengan tekanan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, injeksi IP sangat nyeri sehingga harus

dilakukan sebagai upaya terakhir selama perawatan endodontik.

Kerugian anestesi IP lainnya yaitu durasi aksinya yang pendek. Oleh karena itu,

setelah penggunaan injeksi IP, sangat perlu untuk mengangkat isi pulpa dari seluruh saluran

akar secepat mungkin untuk mencegah berulangnya injeksi IP. Injeksi yang berulang

kemungkinan kurang bekerja karena pulpa yang terbuka dan tiap saluran akar membesar

karena kurangnya kesempatan menciptakan tekanan selama injeksi.

Penelitian terhadap gigi anjing melaporkan bahwa setelah injeksi IP, 62% agen

anestesi dapat mencapai apeks sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan sisa isi pulpa

atau debris melalui jaringan periapikal. Oleh karena itu, injeksi IP tidak direkomendasikan

pada gigi dengan pulpa nekrosis parsial jika pasien merasa nyeri selama instrumentasi saluran

akar. Beberapa penulis menganjurkan penggunaan anestesi topikal di dalam saluran akar

dibandingkan dengan menginjeksikan larutan anestesi disertai tekanan. DeNueizo

menyatakan bahwa pemberian anestesi topikal ke dalam ruang saluran akar sebagai bantuan

klinis selama preparasi saluran akar untuk meredakan nyeri jika pasien tidak merespon

dengan baik terhadap seluruh teknik anestesi tambahan lainnya.

Namun, terdapat beberapa kerugian dari teknik ini, termasuk kemungkinan keluarnya

gel topikal melalui jaringan periapikal dan mengganggu perlekatan bahan pengisi saluran

akar terhadap dinding saluran akar.

Page 18: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Teknik anestesi untuk gigi yang berbeda

Beragam teknik spesifik telah dijelaskan untuk membantu mendapatkan anestesi yang

dapat diprediksi pada gigi yang berbeda. Untuk gigi insisivus sentralis dan insisivus lateralis

mandibula, kombinasi infiltrasi bukal dan lingual memberikan tingkat keberhasilan anestesi

yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan infiltrasil labial saja atau infiltrasi lingual

saja.

Injeksi alveolaris palatal-anterior superior (P-ASA) telah dijelaskan untuk

menganestesi gigi insisivus dan kaninus maksila. Namun, teknik ini memiliki potensi

menimbulkan rasa nyeri selama jarum diinsersikan, serta selama dan setelah injeksi. Selain

itu, teknik ini dapat menyebabkan pembengkakan, rasa kebal, dan parastesia papilla insisivus

bahkan ketika melakukan sistem injeksi dengan bantuan komputer.

Untuk gigi molar maksila, kombinasi injeksi bukal dan palatal secara signifikan

meningkatkan durasi anestesi dari 21 menit hingga 57 menit. Blok nervus palatinus majus

dan blok nervus tuberositas tinggi divisi kedua merupakan teknik yang efektif untuk

menganestesi gigi molar satu dan dua maksila pada sebagian besar kasus, sedangkan hanya

sekitar dua pertiga gigi premolar dua yang teranestesi dengan teknik ini. Tidak terdapat

perbedaan signifikan yang ditemukan di antara keefektifan teknik tersebut, meskipun nyeri

post-injeksi lebih banyak dilaporkan pada teknik injeksi tuberositas tinggi divisi kedua.

Tingkat keberhasilan anestesi untuk gigi molar mandibula telah dilaporkan ketika

teknik blok Gow-Gates mandibula dibandingkan dengan IANB konvensional atau infiltrasi

bukal dan lingual. Namun, dua penelitian lainnya menemukan tidak ada perbedaan yang

signifikan di antara teknik anestesi yang berbeda untuk gigi molar mandibula.

Tidak terdapat perbedaan signifikan yang ditemukan antara blok nervus alveolaris

palatal superior, infiltrasi bukal, dan injeksi bukal ditambah injeksi palatal untuk

menganestesi gigi molar satu maksila dengan pulpitis irreversibel.

Salah satu penelitian menggunakan stimulasi bergantung frekuensi untuk

menghambat nervus alveolaris inferior setelah IANB dan tidak menemukan adanya

peningkatan yang signifikan pada anestesi pulpa untuk gigi mandibula.

Sebagai simpulan, dokter gigi harus melakukan teknik yang menyediakan tingkat

keberhasilan lebih tinggi dibandingkan mendapatkan nyeri injeksi, nyeri post-injeksi dan rasa

tidak nyaman yang lebih sedikit bagi pasien. Teknik tambahan maupun teknik pengganti

harus digunakan ketika injeksi pertama tidak berhasil memberikan anestesi yang dalam.

Page 19: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

Faktor penting lainnya

Terdapat kepercayaan terdahulu bahwa pemijatan jaringan lunak setelah pemberian

anestesi dapat memberikan efek yang bermanfaat pada kecepatan waktu mula anestesi dan

tingkat keberhasilannya. Namun, hasil uji klinis acak terbaru menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan pada kecepatan waktu mula, keberhasilan, dan rasa tidak nyaman

setelah anestesi dengan melakukan pemijatan jaringan lunak setelah blok nervus

insisivus/mentale.

Penurunan anestesi pulpa (anestesi yang tidak berlanjut) telah dilaporkan pada

beberapa penelitian dengan desain cross-over ketika awalnya pasien tidak melaporkan rasa

nyeri pada evaluasi EPT, namun pasien kadang melaporkan rasa nyeri sesaat kemudian

dengan uji yang sama. Hal ini serupa dengan skenario klinis di mana pasien kadang

melaporkan rasa nyeri di pertengahan kunjungan perawatan. Untuk mengatasi masalah ini,

tiga penelitian menguji injeksi larutan anestesi berulang selama 20 hingga 30 menit setelah

injeksi pertama. Seluruh penelitian tersebut melaporkan peningkatan anestesi pulpa yang

signifikan untuk gigi insisivus lateral maksila, premolar, dan molar satu mandibula setelah

injeksi infiltrasi.

Terakhir, pemberian nitrous oksida 30%-50% dilaporkan meningkatkan tingkat

keberhasilan injeksi IANB secara signifikan.

Pendapat klinis untuk membantu menyediakan anestesi yang dalam

Praktisi kedokteran gigi sebaiknya selalu memperbarui seluruh kemungkinan data

yang ada untuk mengatasi nyeri selama dan setelah perawatan saluran akar. Terdapat

beberapa pendapat klinis untuk penatalaksanaan nyeri selama perawatan saluran akar yang

berguna untuk diingat:

a. Jika pasien melihat bahwa dokter gigi dan stafnya melakukan seluruh upaya terbaik

mereka untuk kenyamanan pasien, kooperatif pasien akan meningkat dan hal ini akan

membantu praktisi dalam menggunakan cara lain untuk mengatasi nyeri selama

perawatan. Praktisi juga harus memiliki beberapa keuntungan dari efek placebo sifat

pasien.

b. Selalu bersikap jujur kepada pasien Anda mengenai kemungkinan timbulnya rasa

nyeri selama perawatan saluran akar. Jika praktisi akan menggunakan injeksi IP

sebagai upaya terakhir dan berpikir bahwa injeksi ini akan terasa sakit, maka pasien

harus diinformasikan mengenai apa yang diharapkan dari pemberian injeksi ini.

Page 20: Beragam Strategi untuk Perawatan Saluran Akar Bebas.docx

c. Penting untuk memastikan pasien tidak merasakan nyeri ketika pasien meninggalkan

tempat praktik. Jika diperlukan, pemberian anestesi lainnya pada akhir kunjungan

perawatan untuk memastikan pereda nyeri post-operatif sesegera mungkin.

d. Kecepatan injeksi tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada keberhasilan

anestesi. Namun, injeksi yang lambat lebih nyaman secara signifikan bagi pasien

dibandingkan injeksi yang cepat.

e. Rasa nyeri selama injeksi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap tingkat

keberhasilan anestesi. Oleh karena itu, pasien harus diyakinkan bahwa jika injeksi

anestesi menimbulkan sedikit nyeri, tidak ada yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan anestesi yang berhasil.

f. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada keefektifan anestesi antara bevel jarum

yang diarahkan menjauhi ramus atau teknik rotasi jarum dua arah selama injeksi

IANB.

g. Ketika melakukan injeksi infiltrasi, panjang gigi yang akan dianestesi harus

dipertimbangkan. Terdapat kemungkinan kuat adanya kegagalan anestesi jika

penempatan jarum lebih pendek dibandingkan panjang perkiraan gigi.

h. Jika pasien memiliki riwayat kesulitan dalam meperoleh anestesi, teknik tambahan

harus dipertimbangkan sesegera mungkin untuk membantu mencegah terjadinya

kegagalan anestesi.

i. Jika praktisi berasumsi bahwa perawatan saluran akar membutuhkan waktu lebih lama

dari yang diperkirakan dan lebih banyak, jika memungkinkan bentuk murni agen

anestesi harus dihindari karena agen anestesi tersebut memberikan durasi anestesi

yang pendek.

SIMPULAN

Memberikan anestesi yang dalam merupakan tujuan terpenting bagi setiap praktisi

kedokteran gigi dan sangat diinginkan oleh pasien. Untuk mencapai tujuan ini, seluruh tim

kerja dan pasien harus bekerja sama dan bertindak sebagai tim untuk mencegah terjadinya

kegagalan dan mendapatkan anestesi yang dalam. Praktisi harus waspada rute dan teknik

injeksi yang berbeda untuk meningkatkan kedalaman anestesi juga harus merasa percaya diri

dalam menangani rasa cemas pasien sehingga perawatan gigi dapat dilakukan dengan

senyaman mungkin.