laporan kasus perawatan saluran akar premolar dua …

31
LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA SALURAN AKAR Penulis : drg. I Gst Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, Sp.KG PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2019

Upload: others

Post on 14-May-2022

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

LAPORAN KASUS

PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA SALURAN

AKAR

Penulis :

drg. I Gst Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, Sp.KG

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN

PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2019

Page 2: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

k a r e n a atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan kajian pustaka

ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan masukan dari

berbagai pihak pada penyusunan kajian pustaka ini, sangatlah sulit untuk

dirampungkan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu pembuatan kajian pustaka ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari kajian

pustaka ini, maka dari itu penulis memohon maaf apabila ada kesalahan maupun

kekurangan dari penulisan kajian pustaka ini. Semoga kajian pustaka ini dapat

memberikaan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Denpasar, 30 Maret 2019

Penulis

Page 3: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4

BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................................ 6

BAB III KAITAN DENGAN TEORI ............................................................................. 10

3.1. Konfigurasi anatomi dan morfologi saluran akar premolar 2 ........................... 10

3.2. Kelainan pulpa dan periapikal .......................................................................... 13

3.3. Tahapan Perawatan Saluran Akar .................................................................... 18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 29

Page 4: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

BAB I

PENDAHULUAN

Endodontik merupakan salah satu kasus yang sering ditemukan pada profesi

dokter gigi. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang masih kurang

terhadap kesehatan gigi. Rata-rata pasien akan datang ke dokter gigi dengan

keadaan gigi yang telah terjadi karies besar sehingga diperlukan perawatan saluran

akar atau pencabutan. Menyikapi hal tersebut, hendaknya sebagai seorang dokter

gigi perlu mengetahui bahwa melakukan perawatan slauran akar merupakan salah

satu cara untuk dapat mempertahankan gigi lebih lama di dalam rongga mulut

(Paramita dan Nugroho, 2011).

Perawatan saluran akar adalah salah satu metode perawatan yang bertujuan

untuk mengurangi rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan

periapikal lainnya. Dalam perawatan saluran akar ini dikenal istilah trad endodontik

yaitu preparasi biomekanis yang terdiri dari pembersihan dan pembentukan,

sterilisasi yang di dalamnya terdiri atas irigasi dan desinfeksi, serta yang terakhir

adalah pengisian saluran akar (Bachtiar, 2016).

Perawatan saluran akar ini diindikasikan pada enamel yang tidak didukung

oleh dentin, gigi dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik itu pada gigi

vital, nekrosis sebagian ataupun gigi yang non vital, kelainan jaringan periapeks

pada pemeriksaan radiografi kurang dari sepertiga apeks, mahkota dari gigi masih

dapat direstorasi, gigi tidak goyang dan jaringan periodontalnya masih baik, foto

Page 5: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

pada rontgen terlihat terjadi resporpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical

(Bachtiar, 2016).

Perlu diperhatikan juga bahwa dalam perawatan endodontik, sistem saluran

akar mempunyai penampang morfologi yang berbeda-beda. Keberhasilan

perawatan endodontik tergantung pada pengetahuan terhadap anatomi saluran akar.

Hal ini perlu sekali diperhatikan terutama pada kasus saluran akar yang berlebih.

Perawatan dan perhatian yang tepat harus dilakukan dengan deteksi dan negosiasi

dari saluran akar yang ekstra (George dkk, 2014).

Perawatan endodontik dari premolar dua rahang atas dapat memberikan

suatu tantangan karena memiliki variasi struktur anatomi dan morfologi yang

beragam pada kelompok ras dan etnik yang berbeda. Meskipun jarang ditemui,

kemungkinan dari akar dan saluran yang berlebih perlu dipertimbangkan untuk

memastikan keberhasilan perawatan endodontik. Terdapat literatur yang

menyatakan bahwa terdapat variasi morfologi saluran akar pada gigi premolar

rahang atas. Berdasarkan pada literatur, gigi premolar rahang atas yang berakar tiga

biasanya terdapat saluran akar mesiobukal, distobukal, dan palatal. Dari uraian di

atas, maka pada laporan kasus ini akan didiskripsikan mengenai tantangan

perawatan dari gigi premolar kedua yang memiliki dua akar dengan satu akar bukal

dan dua saluran palatal dalam satu akar palatal (George dkk, 2014).

Page 6: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

BAB II

LAPORAN KASUS

Pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke klinik gigi Faculty of Dentistry,

Mashhad, University of Medical Sciences, Mashhad, Iran dengan keluhan rasa sakit

pada regio kanan atas posterior. Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya tumpatan

komposit pada gigi 15. Gigi sensitif terhadap rangsangan dingin dan saat dilakukan

electric pulp testing sehingga mengindikasikan pulpitis irreversible. Pemeriksaan

radiografi menunjukkan regio periapikal yang normal, namun terlihat konfigurasi

akar yang tidak biasa (Gambar 1). Gigi tidak sensitif pada perkusi dan palpasi.

Gambar 1. Initial periapical radiography

Page 7: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

Perawatan saluran akar pada pasien diawali dengan access opening terlebih

dahulu. Pasien diberi anestesi lokal (2% Lidocaine dan epinephrine 1:8000) setelah

pemasangan isolator rubber dam. Preparasi kavitas dimulai dari bucco-proximal

kemudian dari kanal buccal menuju cavosurface sehingga membentuk outline

berbentuk huruf T. Pada dasar ruang pulpa hanya dua orifice yang teridentifikasi

yaitu buccal dan palatal. Saat dilakukan eksplorasi pada akses kavitas tidak

dijumpai orifice lainnya.

Pengukuran panjang kerja dilakukan dengan bantuan radiografi

menggunakan dua K-file #15. Radiografi menunjukkan dua kanal dengan single

outline pada akar palatal. Kemudian sebuah jarum k-file #15 dengan ujung sedikit

melengkung di sepertiga apikal diletakkan pada akar palatal dan dilakukan

radiografi kembali untuk memastikan adanya percabangan pada kanal palatal

menjadi dua, yaitu mesial dan distal yang membagi kanal di sepertiga koronal

(Gambar 2). Panjang kerja pada kanal tambahan diukur dengan radiografi dan

dikonfirmasi dengan apex locator.

Page 8: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

Gambar 2. Radiografi yang menunjukkan tiga file dalam tiga kanal

Kanal dipreparasi dengan 25/0.06 Mtwo rotary files dan diirigasi dengan

NaOCL 25%. Kanal dikeringkan dengan paper point steril dan diobturasi dengan

teknik kondensasi lateral dingin menggunakan sealer AH 26. Kemudian dilakukan

final radiografi untuk memastikan kualitas dari obturasi sudah baik (Gambar 3).

Gigi direstorasi dengan full crown. Enam bulan kemudian dilakukan pemeriksaan

radiografi kembali dan tidak adanya keluhan mengindikasikan hasil perawatan yang

memuaskan (Gambar 4).

Page 9: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

Gambar 3. Final radiografi

Gambar 4. Follow up radiografi

Page 10: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

BAB III

KAITAN DENGAN TEORI

3.1. Konfigurasi Anatomi dan Morfologi saluran akar premolar 2

Perawatan saluran akar merupakan pengambilan pulpa vital dan nekrotik

dari saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

memiliki tujuan untuk mencegah perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan

periapikal, atau, apabila hal tersebut telah terjadi, untuk mengubah atau

mengembalikan jaringan periapikal ke keadaan normal. Dewasa ini perawatan

saluran akar banyak diminati oleh masyarakat karena banyaknya permintaan

masyarakat untuk mempertahankan gigi. Keberhasilan perawatan saluran akar

ditentukan oleh tahapan Triad Endodontic (Anggriani, 2012).

Perawatan saluran akar tentunya tidaklah mudah, perawatan saluran akar

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena tidak dapat dilakukan secara langsung

untuk mengobservasi bentuk saluran akar untuk itu diperlukan pengetahuan

mengenai bentuk detail dari saluran akaragar dapat membantu keberhasilan saluran

akar, melalui morfologi saluran akar dan juga disertai oleh interpretasi yang tepat

dari gambaran radiografis maka dapat dilakukan preparasi akses yang benar

(Anggriani, 2012).

Terdapatnya variasi saluran akar juga merupakan fenomena yang seringkali

ditemukan secara klinis dengan bentuk dan konfigurasi yang bervariasi. dengan

Page 11: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

adanya pemahaman mengenai kompleksitas sistem saluran akar maka diharapkan

preparasi saluran akar dapat dilakukan dengan konfigurasi saluran akar sampai

batas apikal (Anggriani, 2012).

Saluran akar merupakan bagian dari pulpa yang berada di dalam akar gigi.

saluran akar menghubungkan kamar pulpa melalui orifis kanal pada dasar kamar

pulpa, dan saluran pulpa terbuka ke bagian luar gigi melalui pembukaan yang

disebut dengan foramen apikal. Foramen ini paling sering ditemui pada atau dekat

dengan apeks akar. Bentuk dan jumlah saluran akar pada setiap akar telah dibagi

menjadi empat konfigurasi atau tipe utama secara anatomis (Anggriani, 2012).

Gigi premolar adalah gigi keempat dan kelima dari garis tengah pada setiap

kuadran .Premolar (atas dan bawah ) berfungsi dengan molar untuk mengunyah

makanan dan memilihara dimensi vertikal wajah (diantara hidung dan dagu ). Pada

umumnya gigi premolar memiliki satu tanduk pulpa pada setiap tonjol fungsional.

Oleh karena itu, gigi premolar dengan tipe dua- tonjol sering memiliki dua tanduk

pulpa, tetapi premolar ke- dua bawah dengan tipe tiga tonjol memiliki 3 tanduk

pulpa (Anggriani, 2012).

Konfigurasi saluran akar merupakan bentuk gambaran bentuk saluran akar

dan tiap gigi memiliki bentuk konfigurasi berbeda - beda.Pengetahuan mengenai

konfigurasi saluran akar dan juga berbagai variasi anatomi, penting untuk mencapai

keberhasilan operawatan saluran akar. Berikut konfigurasi saluran akar gigi dalam

4 tipe menurut woelfel anatomi gigi edisi 8 :

Page 12: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

1. Tipe I : satu saluran memanjang dari kamar pulpa hingga apeks

2. Tipe II : dua saluran terpisah dari kamar pulpa, namun menjadi satu saluran

saat mendekati apeks dan membentuk satu saluran apikal dan satu foramen

apikal

3. Tipe III : dua saluran terpisah dari kamar pulpa dan tetap terpisah, keluar

dari apeks akar sebagai dua foramen apical yang terpisah

4. Tipe IV : satu saluran dari kamar pulpa, namun terpisah menjadi dua saluran

pada sepertiga apikal akar dan membentuk 2 foramen apikal

5. Kanal aksesioris atau lateral juga dapat ditemukan , paling sering beda pada

bagian sepertiga apikal akar.

Selain itu Vertucci juga mengklasifikasikan konfigurasi saluran akar

menjadi 8 tipe yaitu:

1. Tipe I : satu saluran akar meluas dari kamar pulpa sampai ke apeks.

2. Tipe II : dua saluran akar meninggalkan kamar pulpa dan menyatu

mendekati apeks

3. Tipe III : satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa dan membelah di

tengah kemudian menyatu membentuk satu saluran akar.

4. Tipe IV : terbagi dua,saluran akar terpisah mulai dari kamar pulpa

sampai ke apeks.

5. Tipe V : satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa dan terbagi

menjadi dua pada apeks,dengan foramen apikal yang terpisah.

Page 13: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

6. Tipe VI : dua saluran akar meninggalkan kamar pulpa, menyatu

ditengah saluran akar,dan kembali terpisah di dekat apeks dan terpisah

menjadi dua saluran akar.

7. Tipe VII: satu saluran akar meninggalkan kamar pulpa , terpisah dan

menyatu pada saluran akar dan terpisah menjadi dua saluran akar

mendekati apeks.

8. Tipe VIII : tiga terpisah,mulai dari kamar pulpa sampai ke apeks.

3.2. Penyakit Pulpa dan Periapikal

3.2.1. Penyakit Pulpa

3.2.1.1. Pulpa Normal

Gigi dengan pulpa normal tidak menunjukkan gejala spontan.

Pulpa akan merespon tes pulpa dan hasil tes menghilang dalam hitungan

detik. Tidak ada perawatan endodontik yang diindikasikan untuk gigi

pada kondisi ini (Hargreaves and Cohen, 2011).

3.2.1.2. Pulpitis Reversibel

Puliptis Reversibel merupakan kondisi dimana pulpa mengalami

peradangan ringan dan dapat sembuh setelah stimulus dihilangkan. Rasa

Page 14: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

sakit hanya dirasakan ketika stimulus diberikan (biasanya makanan

dingin atau manis tapi kadang-kadang panas), dan rasa sakit berhenti

dalam beberapa detik atau segera setelah penghilangan stimulus. Rasa

sakitnya pendek dan tajam tetapi tidak spontan. Tidak ada perubahan

radiografi ditemukan di daerah periapikal (Abbott and Yu, 2007). Faktor

penyebab kondisi ini antara lain yaitu karies, dentin terbuka, dan

restorasi yang rusak (Hargreaves and Cohen, 2011).

3.2.1.3. Pulpitis Irreversibel

Salah satu gejala utama pulpitis irreversibel adalah rasa sakit

yang lama yang disebabkan oleh rangsangan termal, sama seperti yang

dikatakan pada kasus bahwa gigi tersebut sensitif terhadap rangsangan

dingin. Pada kondisi ini hanya diperlukan perubahan suhu yang ringan

untuk menginduksi rasa sakit (misalnya, air keran, menghirup udara

dingin). Reaksi awal adalah rasa sakit yang sangat tajam terhadap

rangsangan panas atau dingin dan kemudian menetap selama beberapa

menit hingga jam setelah stimulus dihilangkan. Rasa sakit yang

berkepanjangan biasanya berupa nyeri tumpul atau rasa sakit yang

berdenyut. Nyeri spontan yang terjadi dapat membangunkan pasien di

malam hari dan bisa menjadi lebih buruk ketika berbaring, merupakan

ciri khas lain dari pulpitis ireversibel. Pasien dengan pulpitis ireversibel

sering membutuhkan analgesik yang kuat dan mungkin mengalami

Page 15: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

kesulitan menemukan gigi mana yang merupakan sumber rasa sakit.

Pemeriksaan radiografi juga menunjukkan regio periapikal yang normal

serta gigi tidak sensitif pada perkusi dan palpasi (Abbott and Yu, 2007).

3.2.1.3.1. Pulpitis Irreversibel Akut

Pulpitis Irreversibel akut biasanya memiliki sakit mendadak

yang dapat membangunkan pasien di malam hari. Rasa sakitnya

spontan dengan intensitas sedang hingga sangat berat, dan itu tetap

bertahan sebagai respons terhadap perubahan suhu (panas dan

dingin). Analgesik umum jarang efektif dalam mengendalikan rasa

sakit. Pemeriksaan radiografi dapat membantu dalam

mengidentifikasi kemungkinan penyebab penyakit. Misalnya :

karies dalam, restorasi yang luas atau retak, pin, dan lain sebagainya

(Abbott and Yu, 2007).

3.2.1.3.2. Pulpitis irreversibel kronis

Pulpitis irreversible kronis memiliki tanda dan gejala yang

sama tetapi akan jauh lebih ringan daripada pada kasus akut. Pasien

mungkin mengeluh nyeri sedang, yang lebih intermiten daripada

kontinyu dan mungkin dapat dikontrol oleh analgesik umum (Abbott

and Yu, 2007).

Page 16: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

3.2.1.4. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa harus dicurigai ketika gigi tidak merespon tes

sensibilitas pulpa (Abbott and Yu, 2007). Ketika nekrosis pulpa (atau

pulpa nonvital) terjadi, suplai darah pada pulpa tidak ada dan saraf

pulpa tidak berfungsi (Hargreaves & Cohen, 2011). Secara radiografi,

gigi dengan pulpa nekrotik mungkin memiliki tanda seperti karies yang

tidak diobati, restorasi yang luas, capping pulpa sebelumnya atau

mungkin tidak ada tanda-tanda seperti misalnya, setelah trauma.

Trauma pada gigi dapat menyebabkan nekrosis pulpa sebagai akibat

dari putusnya suplai darah apikal (Abbott and Yu, 2007).

3.2.2. Penyakit Apikal (Periapikal)

3.2.2.1 Jaringan Apikal Normal

Klasifikasi ini adalah standar yang digunakan untuk

membandingkan semua proses penyakit apikal lainnya. Dalam kategori

ini pasien tidak memiliki gejala dan gigi berespons normal terhadap uji

perkusi dan palpasi. Radiografi menunjukkan bahwa lamina dura utuh

Page 17: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

dan ruang ligamen periodontal di sekitar semua akar apeks normal

(Hargreaves and Cohen, 2011).

3.2.2.2. Periodontitis Apikal simptomatik

Gigi yang mengalami periodontitis apikal simptomatik akan

memiliki respons sakit terhadap tekanan atau perkusi gigitan. Gigi

ini mungkin tidak merespon tes vitalitas pulpa serta radiografi atau

gambar gigi ini umumnya akan menunjukkan setidaknya ruang

ligamen periodontal yang melebar dan mungkin atau mungkin tidak

memiliki radiolusensi apikal yang terkait dengan satu atau semua

akar (Hargreaves and Cohen, 2011).

3.2.2.3. Abses Apikal Akut

Gigi dengan abses apikal akut akan terasa sangat

menyakitkan untuk menggigit, saat ada tekanan, perkusi, dan

palpasi. Gigi ini tidak akan merespon tes vitalitas pulpa dan akan

menunjukkan tingkat mobilitas yang berbeda-beda. Radiografi atau

gambar dapat menunjukkan apa pun dari ruang ligamen periodontal

yang melebar ke radiolusensi apikal. Pembengkakan akan terjadi

secara intraoral dan jaringan wajah yang berdekatan dengan gigi

Page 18: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

hampir selalu akan muncul dengan beberapa derajat pembengkakan.

Pasien akan sering demam, dan kelenjar getah bening serviks dan

submandibular akan terasa lembut saat palpasi (Hargreaves and

Cohen, 2011).

3.2.2.4 Abses Apikal Kronis

Gigi dengan abses apikal kronis biasanya tidak akan muncul

dengan gejala klinis. Gigi ini tidak akan merespon tes vitalitas pulpa

dan radiograf atau gambar akan menunjukkan radiolusensi apikal.

Gigi umumnya tidak sensitif terhadap tekanan menggigit tetapi

dapat "merasa berbeda" pada saat perkusi dilakukan pada pasien

(Hargreaves and Cohen, 2011).

3.3. Tahapan Perawatan Saluran Akar

3.3.1. Preparasi Akses Kavitas

Tahap perawatan diawali dengan preparasi kavitas, yang bertujuan

untuk memberikan visual ke dasar ruang pulpa, dan dapat membantu

untuk mengetahui lokasi kanal (Johnson and Khademi, 2004).

Berdasarkan kasus, pasien terlebih dahulu diisolasi menggunakan

isolator Rubber Dam yang bertujuan untuk mengatur kelembapan area

Page 19: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

kerja, pengendalian jalur nafas pasien, pengendalian infeksi,

menambah kenyamanan pasien, dan dapat membantu visibilitas kerja

dari operator (Scheller, 2006). Rubber dam terbuat dari bahan latex

atau non latex dan tersedia dari berbagai ukuran, ketebalan, dan warna

yang berbeda (Scheller, 2006). Terdapat beberapa komponen

pendukung yang digunakan dalam proses isolasi ini, diantaranya

rubber dam punch, rubber dam clamp forceps, rubber dam frame

(Scheller, 2006; Hargreaves and Cohen, 2011). Setelah pasien

diisolasi, pasien diberikan anastesi lokal dengan 2% Lidocaine dan

Epinephrine 1:8000, yang menyebabkan pasien mati rasa sesaat pada

sekitar rongga mulut sehingga pasien tidak merasakan sakit yang

ditimbulkan pada saat perawatan (Scheller, 2006; Hargreaves and

Cohen, 2011). Laporan menjelaskan bahwa preparasi dimulai dari

bukal-proksimal, kemudian dari bukal kanal menuju cavosurface,

sehingga membentuk outline berbentuk T dan pembentukan eksternal

outline ini merupakan projeksi dari keadaan internal pulpa

(Hargreaves and Cohen, 2011). Berdasarkan teori, preparasi diawali

dengan membersihkan jaringan karies dan menghilangkan restorasi

yang rusak, untuk menghindari bocornya restorasi sehingga terjadi

kegagalan pada pada perawatan (Hargreaves and Cohen, 2011).

Kemudian dilakukan penetrasi pada enamel, perluasan dinding aksial

menggunakan round, fissure dan tappered fissure bur dan sekaligus

menghilangkan seluruh jaringan atap pulpa hingga tanduk pulpa

(Hargreaves and Cohen, 2011). Selanjutnya identifikasi letak orifice

Page 20: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

menggunakan sonde lurus dan sedapat mungkin letak orifice

diletakkan pada sudut-sudut preparasi agar mempermudah instrumen

endodontik masuk kedalam saluran akar (Hargreaves and Cohen,

2011). Kemudian hilangkan dinding kavitas yang menghalangi jalur

masuknya instrument endodontic, ratakan dan haluskan dinding

kavitas menggunakan bur diamendo/endo-z dinding kavitas tanpa

mengambil dasar kamar pulpa untuk menghindari terjadinya perforasi

(Hargreaves and Cohen, 2011).

3.3.2. Pengukuran Panjang Kerja

Metode yang digunakan untuk menentukan panjang kerja yaitu

melalui panjang gigi rata-rata dari studi anatomi, radiografi pra

operatif, deteksi taktil, atau respon eye twitch. Metode lainnya juga

bisa dilakukan seperti melalui pendarahan pada paper point sampai

menggunakan radiografi panjang kerja yang terbuat dengan berbagai

variasi tipe film atau sensor digital, electronic apex locator, atau

kombinasi dari ketiganya (Johnson and Khademi, 2004). Pada kasus

pengukuran panjang kerja dilakukan dengan bantuan radiografi

menggunakan dua K-file #15 (George, Varghese and Devadathan,

2014). Penggunaan K-file ini digunakan untuk mengurangi terjadinya

kesalahan interpretasi terhadap sudut saat radiografi akibat saluran

akar yang berdekatan biasanya berukuran mulai dari #15-#35 (Nixon

and Robinson, 1997). Laporan menjelaskan bahwa setelah panjang

Page 21: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

kerja pada kanal tambahan pasien diukur dengan radiografi maka akan

dikonfirmasi dengan apex locator (George, Varghese and

Devadathan, 2014). Teori mengatakan bahwa radiografi biasanya

sering salah interpretasi karena kesulitan untuk membedakan anatomi

dan patologi radikular dari struktur normal (Goldman, Pearson and

Darzenta, 1972; Zakariasen, Scott and Jensen, 1984). Electronic Apex

Locator (EAL) digunakan pada penentuan panjang kerja sebagai

tambahan untuk radiografi. Alat ini digunakan saat bagian apikal

sistem kanal terhambat oleh gigi yang tabrakan, tori, proses malar,

lengkungan zygomatic, kepadatan tulang yang berlebihan, akar yang

tumpang tindih, palatal yang dangkal, atau bahkan pola tulang

meduler dan kortikal normal. Dalam kasus ini EAL dapat memberikan

informasi yang tidak bisa dilakukan radiografi (Johnson and

Khademi, 2004).

3.3.3. Preparasi Saluran Akar

Pada laporan kasus kanal dipreparasi dengan 25/0.06 Mtwo rotary

files yang terbuat dari Nikel Titanium (NiTi) (George, Varghese and

Devadathan, 2014). Rotary instrument dengan NiTi files memberikan

hasil yang lebih bagus saat preparasi dan dapat menghasilkan obturasi

yang maksimal dengan menyediakan resistensi. Keuntungan utama

dari NiTi adalah preparasi kanal dengan sedikit transportasi dan

ledging (Zmener and Balbachan, 1995; Thompson and Dummer,

Page 22: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

1997, 2000). Instrumen NiTi gagal pada torsi yang lebih rendah

dibandingkan dengan instrumen stainless steel dengan ukuran yang

sama. Ini berarti NiTi gagal pada tekanan yang lebih ringan. Meskipun

file stainless steel sering memberikan petunjuk visual bahwa tekanan

telah diberikan, NiTi file gagal tanpa peringatan. Pemeriksaan file

harus dilakukan dengan magnifikasi (Bortnick, Steiman and Ruskin,

2001). Profil 25/.06 merupakan produk standar International

Standards Organization (ISO) yang memiliki diameter sebesar 1,21

mm dimana dapat memberikan hasil klinis yang bagus (Johnson and

Khademi, 2004).

Page 23: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

Gambar 3.1. Penampakan scanning electron microscopic (SEM)

Profile instruments 25/.02 (bawah), 25/.04 (tengah), dan 25/.06

(atas).

Page 24: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

Gambar 3.2. Preoperative (A) dan postoperative (B) radiografi molar

pertama mandibula kanan yang dipreparasi dengan Profile .06 tapered

instruments.

Page 25: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

3.3.4. Irigasi

Irigasi pada laporan kasus menggunakan NaOCl 2,5% yang telah

menunjukkan sebagai agen antimikroba yang efektif ketika berkontak

dengan bakteri (Rubin et al., 1979).

3.3.5. Obturasi

Obturasi menggunakan siler AH 26 yang merupakan salah satu

siler berbahan dasar resin guna mengisi ruang antara dinding saluran

akar dan bahan inti obturasi dan dapat mengisi saluran lateral dan

aksesori, isthmus, dan penyimpangan dalam sistem saluran akar.

Metode yang dapat diterima untuk menempatkan siler di kanal

meliputi (Wiemann and Wilcox, 1991):

a) Menempatkan siler pada cone master dan memompa cone ke atas

dan ke bawah di kanal

b) Menempatkan siler pada file dan memutarnya berlawanan arah

jarum jam

c) Menempatkan siler dengan spiral lentulo

d) Menggunakan jarum suntik

e) Mengaktifkan alat ultrasonik

Page 26: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

3.3.6. Restorasi

Pada laporan kasus penulis melaporkan bahwa gigi direstorasi

dengan full crown dimana peningkatan yang signifikan dicatat dalam

keberhasilan klinis perawatan endodontik dari gigi premolar rahang atas dan

rahang bawah saat restorasi penutupan koronal terjadi. Full crown

mencegah patah tulang saat gaya oklusal bertindak untuk memisahkan

ujung cusp (Sorensen and Martinoff, 1984). Mahkota umumnya harus

digunakan pada semua gigi posterior yang dirawat endodontik. Jika struktur

gigi yang signifikan telah dipertahankan, full crown mungkin diperlukan.

Jika struktur minimal tetap, mungkin diperlukan untuk membantu

mempertahankan fondasi sebelum penempatan mahkota. Jika mahkota tidak

bisa ditempatkan karena keterbatasan keuangan pasien, klinisi harus

menyediakan beberapa bentuk cakupan cuspal lainnya seperti amalgam

onlay (Goodacre and Spolnik, 1994).

Page 27: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN

Perawatan saluran akar adalah salah satu metode perawatan yang

bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan

jaringan periapikal lainnya. Perawatan saluran akar ini diindikasikan pada

enamel yang tidak didukung oleh dentin, gigi sulung dengan infeksi yang

melewati kamar pulpa, baik itu pada gigi vital, nekrosis sebagian ataupun

gigi yang non vital, kelainan jaringan periapeks pada pemeriksaan

radiografi kurang dari sepertiga apeks, mahkota dari gigi masih dapat

direstorasi, gigi tidak goyang dan jaringan periodontalnya masih baik, foto

pada rontgen terlihat terjadi resporpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical.

Berdasarkan kasus, perawatan pada pasien yang terlebih dahulu

adalah diisolasi menggunakan isolator Rubber Dam, setelah pasien

diisolasi, pasien diberikan anastesi lokal dengan 2% Lidocaine dan

Epinephrine 1:8000, Kemudian dilakukan penetrasi pada enamel, perluasan

dinding aksial menggunakan round, fissure dan tappered fissure bur dan

sekaligus menghilangkan seluruh jaringan atap pulpa hingga tanduk pulpa.

Selanjutnya identifikasi letak orifice menggunakan sonde lurus dan sedapat

mungkin letak orifice. Kemudian hilangkan dinding kavitas yang

menghalangi jalur masuknya instrument endodontic, ratakan dan haluskan

dinding kavitas. Pada kasus pengukuran panjang kerja dilakukan dengan

bantuan radiografi menggunakan dua K-file #15, pada kasus ini juga dapat

Page 28: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

menggunakan EAL sebagai informasi yang tidak bisa dilakukan radiografi.

Lalu kanal dipreparasi dengan 25/0.06 Mtwo rotary files dan diirigasi

dengan NaOCL 25%. Kanal dikeringkan dengan paper point steril dan

diobturasi dengan teknik kondensasi lateral dingin menggunakan AH 26

sealer. Kemudian dilakukan final radiografi untuk memastikan kualitas dari

obturasi sudah baik. Gigi direstorasi dengan full crown. Enam bulan

kemudian dilakukan pemeriksaan radiografi kembali dan tidak adanya

keluhan mengindikasikan hasil perawatan yang memuaskan.

1.2 SARAN

Sebaiknya pasien segera memeriksakan jika terjadi keluhan kepada

dokter gigi. Perawatan ini dilakukan bertahap jadi pasien diharapkan untuk

mengikuti tahapan perawatan hingga hasilnya sudah keliatan membaik

Page 29: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, P., and Yu, C. (2007). A clinical classification of the status of the pulp and

the root canal system. Australian Dental Journal, 52, S17–S31.

https://doi.org/10.1111/j.1834-7819.2007.tb00522.x

Bortnick, K. L., Steiman, H. R., and Ruskin, A. (2001). Comparison of nickel-

titanium file distortion using electric and air-driven handpieces. Journal of

Endodontics, 27(1), 57–59. https://doi.org/10.1097/00004770-200101000-

00021

George, G., Varghese, A., and Devadathan, A. (2014). Root canal treatment of a

maxillary second premolar with two palatal roots: A case report. Journal of

Conservative Dentistry, 17(3), 290. https://doi.org/10.4103/0972-

0707.131807

Goldman, M., Pearson, A. H., and Darzenta, N. (1972). Endodontic success-Who’s

reading the radiograph? Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, 33(3),

432–437. https://doi.org/10.1016/0030-4220(72)90473-2

Goodacre, C. J., & Spolnik, K. J. (1994). The Prosthodontic Management of

Endodontically Treated Teeth: A Literature Review. Part I. Success and

Failure Data, Treatment Concepts. Journal of Prosthodontics, 3(4), 243–250.

https://doi.org/10.1111/j.1532-849X.1994.tb00162.x

Hargreaves, K. M., and Cohen, S. (2011). Cohen’s Pathways of the Pulp. (K. M.

Hargreavees, S. Cohen, & L. H. Berman, Eds.), Cohen’s Pathways of The Pulp

10th edition (10th ed.). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Page 30: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

Johnson, W., and Khademi, J. (2004). Color Atlas of Endodontics. Chemistry & …,

1–205. https://doi.org/10.1016/S0099-2399(06)81948-5

Nixon, P. P., and Robinson, P. B. (1997). Endodontic radiography. Dental Update,

24(4), 165–168.

Rubin, L. M., Skobe, Z., Krakow, A. A., and Gron, P. (1979). The effect of

instrumentation and flushing of freshly extracted teeth in endodontic therapy:

a scanning electron microscope study. Journal of Endodontics, 5(11), 328–

335. https://doi.org/10.1016/S0099-2399(79)80088-6

Scheller, C. (2006). Basic Guide to Dental Instruments. Blackwell Munksgaard Ltd.

Sorensen, J. A., and Martinoff, J. T. (1984). Intracoronal reinforcement and coronal

coverage: A study of endodontically treated teeth. The Journal of Prosthetic

Dentistry, 51(6), 780–784. https://doi.org/10.1016/0022-3913(84)90376-7

Thompson, S. A., and Dummer, P. M. H. (1997). Shaping ability of ProFile.04

Taper Series 29 rotary nickel-titanium instruments in simulated root canals.

Part 1. International Endodontic Journal, 30(1), 1–7.

https://doi.org/10.1111/j.1365-2591.1997.tb01093.x

Thompson, S. A., and Dummer, P. M. H. (2000). Shaping ability of Hero 642 rotary

nickel-titanium instruments in simulated root canals: Part 2. International

Endodontic Journal, 33(3), 255–261. https://doi.org/10.1046/j.1365-

2591.2000.00288.x

Wiemann, A. H., and Wilcox, L. R. (1991). In vitro evaluation of four methods of

sealer placement. Journal of Endodontics, 17(9), 444–447.

Page 31: LAPORAN KASUS PERAWATAN SALURAN AKAR PREMOLAR DUA …

https://doi.org/10.1016/S0099-2399(07)80134-8

Zakariasen, K. L., Scott, D. A., and Jensen, J. R. (1984). Endodontic recall

radiographs: How reliable is our interpretation of endodontic success or failure

and what factors affect our reliability? Oral Surgery, Oral Medicine, Oral

Pathology, 57(3), 343–347. https://doi.org/10.1016/0030-4220(84)90192-0

Zmener, O., and Balbachan, L. (1995). Effectiveness of nickel‐ titanium files for

preparing curved root canals. Dental Traumatology, 11(3), 121–123.

https://doi.org/10.1111/j.1600-9657.1995.tb00472.x