belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan...

29
Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua Environment, Research and Development Agency Samosir Regency Government of North Sumatera Province Eutrofikasi Danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik. Eutrofikasi merupakan proses pengayaan unsur hara atau produktivitas perairan karena pasokan bahan organik yang berasal dari aktivitas manusia maupun secara alami, yang ditandai dengan tingginya konsentrasi total-P, total-N dan klorofil-a, sehingga memacu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari tumbuhan air [5]. Eutrofikasi pada perairan menggenang seperti danau akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air, ”blooming” alga atau fitoplankton dan enceng gondok. Kondisi eutrofikasi dapat dilihat secara visual yaitu permukaan perairan danau yang sebagian besar tertutup oleh tanaman air enceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms). Penurunan Kualitas Air Penurunan kualitas air karena eutrofikasi akan menurunkan fungsi perairan dan mengganggu ekosistem yang ada didalamnya. Aktivitas manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan bahan organik. Bahan organik akan terdekomposisi dan meningkatkan unsur fosfor dan nitrogen di perairan [6]. Unsur fosfor dan nitrogen yang masuk ke perairan danau akibat dari aktivitas manusia BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua 1

Upload: helmut-simamora

Post on 06-Jan-2017

83 views

Category:

Environment


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

Private Library of Simamora, Helmut Todo TuaEnvironment, Research and Development AgencySamosir Regency Government of North Sumatera Province

EutrofikasiDanau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi

dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik. Eutrofikasi merupakan

proses pengayaan unsur hara atau produktivitas perairan karena pasokan

bahan organik yang berasal dari aktivitas manusia maupun secara alami, yang

ditandai dengan tingginya konsentrasi total-P, total-N dan klorofil-a, sehingga

memacu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari tumbuhan air [5]. Eutrofikasi

pada perairan menggenang seperti danau akan menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas air, ”blooming” alga atau fitoplankton dan enceng gondok.

Kondisi eutrofikasi dapat dilihat secara visual yaitu permukaan perairan danau

yang sebagian besar tertutup oleh tanaman air enceng gondok (Eichornia

crassipes (Mart.) Solms).

Penurunan Kualitas AirPenurunan kualitas air karena eutrofikasi akan menurunkan fungsi perairan

dan mengganggu ekosistem yang ada didalamnya. Aktivitas manusia

merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan bahan

organik. Bahan organik akan terdekomposisi dan meningkatkan unsur fosfor

dan nitrogen di perairan [6]. Unsur fosfor dan nitrogen yang masuk ke perairan

danau akibat dari aktivitas manusia diantaranya berasal dari kegiatan industri

yang berasal dari limbah sisa hasil produksi, rumah tangga yang berasal dari

detergen, pertanian yang berasal dari pupuk, dan budidaya perikanan karamba

yang berasal dari sisa ekskresi dan sisa pakan.

Kegiatan budidaya perikanan menggunakan karamba adalah aktivitas manusia

yang paling banyak dilakukan di Danau. Budidaya ikan menggunakan karamba

diduga menyebabkan masuknya bahan organik terutama unsur fosfor yang

cukup besar ke badan perairan, sehingga semakin banyak jumlah karamba

yang aktif beroperasi, maka jumlah bahan organik yang masuk juga akan

semakin banyak.

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

1

Page 2: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

Tingginya konsentrasi total fosfor (total-P) mengindikasikan bahwa bahan

organik yang masuk ke perairan juga tinggi. Fosfor yang ada di perairan danau

menjadi elemen utama dalam penetapan status kualitas air danau karena

keberadaannya pada air danau sangat sedikit, sehingga sedikit penambahan

fosfor ke perairan danau akan langsung menyebabkan terjadinya penyuburan

tanaman perairan dan penurunan kualitas air [7]. Fosfor merupakan unsur

penentu pertumbuhan bagi fitoplankton dan organisme lain di dalam perairan.

Hal itu terjadi karena pada kondisi kandungan fosfor yang rendah, maka

fitoplankton tidak dapat memanfaatkan nitrogen dengan baik sehingga

pertumbuhan dan kemelimpahannya akan menurun [8]. Menurut [9],

permasalahan fosfor di danau dianggap lebih penting dibandingkan dengan

nitrogen karena nitrogen utamanya terikat dalam bentuk bahan organik

sedimental, sehingga nitrogen merupakan zat yang pertama harus terurai,

sedangkan fosfor terikat dan terakumulasi dalam bentuk anorganik.

Kandungan fosfor di perairan akan mempengaruhi kelimpahan fitoplankton.

Alga atau fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu parameter ekologi

yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan dan juga merupakan

komponen biotik penting dalam metabolisme badan air, karena merupakan

mata rantai primer di dalam rantai makanan ekosistem perairan. Perubahan

ukuran, jenis dan jumlah populasi plankton di perairan dapat menggambarkan

keadaan struktur komunitas perairan. [10]. Populasi fitoplankton yang terlalu

besar menunjukkan perairan yang mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi yang

terjadi di danau akan mempengaruhi tingkat produktivitas perikanan

budidayanya.

Pembatasan fosfor dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah karamba

yang telah melewati ambang batas serta manajemen pemberian pakan ikan

yang baik dan tepat [11]. Pengelolaan budidaya perikanan menggunakan

karamba yang baik dan tepat akan meningkatkan produktivitas perikanan itu

sendiri. Oleh karena itu, kegiatan atau produksi budidaya perikanan di perairan

danau harus ditentukan berdasarkan daya tampung beban pencemaran

fosfornya. Daya tampung beban pencemaran fosfor danau adalah kemampuan

air danau untuk menerima masukan beban pencemaran fosfor tanpa

mengakibatkan air danau menjadi cemar berdasarkan karakteristik dan kondisi

lingkungan disekitarnya yaitu morfologi dan hidrologi danau meliputi luas,

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

2

Page 3: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

volume, kedalaman dan debit air; kualitas dan status trofik; syarat baku mutu

air dan alokasi beban pencemaran dari berbagai sumber dan jenis air [12].

Daya tampung beban pencemaran fosfor Danau perlu ditetapkan sebagai

pengendalian pencemaran fosfor di perairan terhadap kegiatan perikanan

menggunakan karamba.

Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis kapasitas daya tampung beban

pencemaran fosfor untuk budidaya perikanan serta menentukan jumlah

karamba ideal berdasarkan daya tampung beban pencemaran fosfor untuk

budidaya perikanan Danau.

Ketentuan Penetapan Luasan Maksimum KerambaBahwa ketentuan penetapan luasan maksimum karamba di danau atau waduk

akan terus menurun setiap tahunnya seiring dengan proses pertambahan

unsur hara perairan terutama unsur fosfor yang mengakibatkan eutrofikasi.

Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi masuknya beban pencemar

fosfor ke perairan adalah dengan pembatasan jumlah produksi perikanan per

unit karamba, serta pemberian pakan yang seefisien mungkin karena tanpa

pemberian pakan buatan (pellet) yang berlebihan, ikan masih mendapatkan

pakan alami yaitu plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, karena

ketersediaannya sangat melimpah di perairan Rawapening. Hal tersebut juga

didasarkan pada jenis ikan yang dibudidayakan pada karamba-karamba di

Danau yang umumnya memelihara ikan nila. Ikan nila merupakan jenis ikan

herbivora yang juga dapat memakan fitoplankton serta daun tanaman air yang

tipis.

Masuknya jumlah beban pencemar fosfor yang berlebih ke badan perairan

akan mengakibatkan perairan mengalami kesuburan atau eutrofikasi, hal ini

sudah terbukti dari penilaian kriteria perairan berdasarkan nilai total-P Danau

yaitu perairan tersebut sudah memasuki kriteria eutrofik menuju hipereutrofik.

Derajad Keasaman (pH)Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen

dalam perairan Derajad keasaman menunjukkan suasana air tersebut apakah

masih asam ataukah basa. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa

besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai

pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam,

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

3

Page 4: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003).

Adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air,

sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan

keasaman suatu perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut Mahida (1993)

menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat

mempengaruhi nilai pH perairan.Derajad keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh-

tumbuhan dan hewan air, sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk

untuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup

biota air.

Perairan yang baik untuk budidaya ikan adalah perairan dengan derajat

keasaman 6 - 8,7 (Suhaili Asmawi, 1984). PP. No. 82 tahun 2001

mensyaratkan kualitas air kelas II dan III berkisar antara 6-9.

Oksigen TerlarutOksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan alami dengan kadar

bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan

atmosir. Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme di perairan,

oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi senyawa-senyawa organik

menjadi senyawa anorganik. Sumber oksigen terlarut terutama berasal dari

difusi oksigen yang terdapat di atmosfer. Difusi oksigen ke dalam air terjadi

secara langsung pada kondisi stagnant (diam) atau karena agitasi (pergolakan

massa air) akibat adanya gelombang atau angin (Marganof, 2007). Kandungan

oksigen terlarut menunjukkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air.

Adanya oksigen yang terlarut dalam air secara mutlak terutama dalam air

permukaan. Dalam hubungannya dengan pencemaran limbah pakan ikan

dalam KJA dan limbah domestic, pengukuran oksigen terlarut merupakan

dasar pengukuran BOD.

Berdasarkan PP 82 tahun 2001, golongan kelas II sebagai air baku air minum

minimum 4 mg/L dan kelas III minimum 3 mg/L.

Biological Oxygen DemandBOD (Biological Oxygen Demand) merupakan salah satu indikator pencemaran

organik pada suatu perairan. Bahan organik akan distabilkan secara biologis

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

4

Page 5: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik atau anaerobik,

maka jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah

(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam perairan tersebut

dinamakan dengan BOD (Wardhana, 2001).

Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di

perairan sampai pada tingkat terendah bahkan anaerob, sehingga dalam hal ini

baketri yang bersifat anaerob akan menggantikan peran dari bakteri yang

bersifat aerobik dalam mengoksidasi bahan organik dengan cara oksidasi

anaerobik. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa bahan

pencemar yang ada dalam perairan tersebut juga tinggi, yang menunjukkan

semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah

oksigen di perairan.

PP 82 tahun 2001 mensyaratkan BOD maksimal 3 mg/L air kelas II dan 6 mg/L

pada air kelas III.

Chemycal Oxygen Demand (COD)Nilai COD menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh oksidator

kalium dikromat untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terkandung dalam air

limbah menjadi karbondioksida dan uap air. Nilai COD merupakan ukuran bagi

pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat tidak dapat

dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya

oksigen terlarut dalam air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi

CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi,

sehingga manghasilkan nilai COD yang lebih tinggi dari BOD air yang sama

(Sastrawijaya, 2000).

Berdasarkan baku mutu air kelas II < 25 mg/ dan kelas III untuk <50 mg/L. Jadi

air perairan yang telah mengalami pencemaran oleh bahan organik sulit terurai

oleh mikroorganisme.

N-NO3, N-NO2, N-NH3Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang larut dalam air. Pencemaran

dari pemupukan, kotoran hewan dan manusia merupakan penyebab tingginya

kadar nitrat. Kandungan Nitrogen sebagai nitrat menurut PP 82 tahun 2001

Baku mutu air kelas dua dan tiga maksimum 10mg/L.

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

5

Page 6: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

Terjadi tren peningkatan kandungan nitrat, yang disebabkan terjadinya

penumpukan limbah pakan ikan pada budiaya ikan dengan system karamba

jaring apung dan masuknya limbah domestic melalui DAS dan kegiatan

penduduk sekitar.

AmoniakAmoniak merupakan senyawa nitrogen yang berubah menjadi ion NH4 pada

pH rendah. Amoniak berasal dari limbah domestic dan limbah pakan ikan.

Ammonia di perairan waduk dapat berasal dari nitrogen organik dan nitrogen

anorganik yang terdapat dalam tanah dan air berasal dari dekomposisi bahan

organik oleh mikroba dan jamur. Selain itu, ammoniak juga berasal dari

denitriikasi pada dekomposisi limbah oleh mikroba pada kondisi anaerob

(Sastrawijaya, 2000). Ammonia juga dapat berasal dari limbah domestik dan

limbah industri (Marganof, 2007).

Baku mutu air kelas satu mensyaratkan kandungan nitrogen sebagai amoniak

maksimum 0,5 mg/L, sedangkan kelas dua sampai empat tidak dipersyaratkan.

Terjadi tren meningkat pada kandungan nitrogen sebagai amoniak pada

perairan, terutama pada zona KJA dan air waduk disekitar lokasi peternakan.

NitritNitrit merupakan senyawa nitrogen beracun yang biasanya ditemukan dalam

jumlah yang sangat sedikit (Marganof, 2007). Baku mutu air kelas dua dan tiga

mensyaratkan maksimal kandungan nitrit adalah 0,06 mg/L.

Tingginya kandungan nitrit di perairan diduga berasal dari masukan limbah

rumah tangga, pertanian dan limbah KJA.

P-PO4Di perairan, fosfor tidak ditemukan dalam keadaan bebas melainkan dalam

bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan

senyawa organik berupa partikulat. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur yang esensial bagi

tumbuhan, sehingga menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi

produktivitas perairan. Fosfat yang terdapat di perairan bersumber dari air

buangan penduduk (limbah rumah tangga) berupa deterjen, residu hasil

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

6

Page 7: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran bahan organik dan mineral fosfat.

Umumnya kandungan fosfat dalam perairan alami sangat kecil dan tidak

pernah melampaui 0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan dari luar oleh faktor

antropogenik seperti dari sisa pakan ikan dan limbah pertanian (Marganof,

2007).

Terjadi akumulasi pospat pada perairan yang berasal dari aliran air limbah

kegiatan eksogenous di luar perairan seperti pertanian, peternakan, restoran,

perhotelan, juga bersal dari kegiatan indogenous yaitu budidaya ikan dalam

jaring apung yang berasal dari pengguakan pakan ikan.

Parameter BiologiParameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualitas perairan adalah

Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai

indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam

perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan

hewan.

Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari

segi kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi

yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform

melalui air, terutama penyakit perut seperti tipus, kolera dan disentri

(Suriawiria, 1993).

Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal coliform tidak boleh

melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak boleh lebih dari 1000

sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi 2000 sel/100ml. Total

Coliform dalam baku mutu air kelas satu tidak boleh melebihi 1000 sel/100ml,

air kelas dua tidak boleh melebihi 5000 sel/100ml dan air kelas tiga tidak boleh

melebihi 10.000 sel/100ml.

Pola Pemberitan Pakan IkanPola pemberian pakan yang dilakukan selama puluhan tahun ini sedikit banyak

dapat merubah kualitas air. Menurut Marganof (2007), rata-rata jumlah pakan

yang diberikan untuk ikan nila merah dan karper untuk satu unit KJA adalah 50

kg/hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk 1 unit KJA selama satu periode

pemeliharaan adalah 4,500 ton. Adapun lama waktu untuk satu periode

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

7

Page 8: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

pemeliharaan (saat mulai menebar sampai panen) dibutuhkan waktu tiga

bulan.

Petani KJA menggunakan pakan (pellet) dengan kandungan protein 18%.

Untuk menentukan kandungan nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam pakan,

dilakukan dengan perkalian antara jumlah pakan (JP) yang diberikan dengan

konstanta pakan (N = 4,86% dan P = 0,26%) (Nastiti et al., 2001 dalam

Marganof, 2007). Dari pakan yang diberikan tersebut hanya 70% yang dimakan

oleh ikan, dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke badan perairan waduk

sebagai bahan pencemar atau limbah (Rachmansyah, 2004; Syandri, 2006

dalam Marganof, 2007). Sementara itu,15–30% dari nitrogen (N) dan fosfor (P)

dalam pakan akan diretensikan dalam daging ikan dan selebihnya terbuang ke

badan perairan danau (Beveridge, 1987; Avnimelech, 2000 dalam Marganof,

2007)).

Beban LimbahBeban limbah yang masuk ke badan perairan tersebut, menurut Midlen dan

Redding (2000) dalam Marganof (2007) yang berada dalam keadaan terlarut

adalah 10% fosfor (P) atau sebesar 4.384,879 ton dan 65% nitrogen (N) atau

sebesar 532.762,8 ton, yang berada dalam bentuk partikel adalah 65% fosfor

(P) 28.501,71 ton dan 10 % nitrogen (N) atau sebesar 81.963,51 ton. Sisa

pakan dalam bentuk partikel ini akan mengendap menjadi sedimen di dasar

perairan.

Estimasi Potensi Produksi IkanEstimasi potensi produksi ikan sangat penting untuk optimasi pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya ikan di suatu badan air agar tetap lestari (Bramick,

2002). Potensi produksi ikan dapat diduga dari nilai produktivitas primer

perairan dan telah digunakan untuk pendugaan potensi perikanan tangkap di

beberapa perairan danau Afrika (Melack, 1976). MRAG (1995) menduga

potensi produksi ikan untuk keperluan pemancingan (sport fish) dengan cara

menghubungkan antara biomassa jenis–jenis ikan dengan konsentrasi klorofil-

a di perairan waduk dan danau di Amerika Serikat.

Daya Dukung Perairan

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

8

Page 9: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

Daya dukung perairan yaitu banyaknya biomasa ikan yang dapat dihasilkan

oleh kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) dengan tanpa

meningkatkan kesuburan perairan digunakan sebagai salah satu pertimbangan

dalam pengembangan budidaya ikan KJA berkelanjutan di suatu badan air. Hal

ini dikarenakan aktivitas budidaya ikan dalam KJA di suatu ekosistem perairan

akan berdampak pada peningkatan unsur hara N dan P sehingga dapat

meningkatkan kesuburan perairan tersebut (Clerk, 2004; Ahmed et al., 2010;

Nugent, 2009).

Input dari Budidaya Ikan Secara IntensifInput dari budidaya ikan secara intensif adalah pakan, dimana sebagian dari

pakan tersebut akan diubah menjadi biomassa ikan dan sebagian dibuang

kekolom air sebagai padatan organik tersuspensi dan terlarut seperti karbon,

nitrogen dan fosfor (Tovar et al., 2000).

Dekomposisi Buangan Dari Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA)Dekomposisi buangan dari budidaya KJA akan menghasilkan gas-gas beracun

seperti asam sulfida, dan methan yang bersifat racun serta menurunkan

kandungan oksigen terlarut dalam air sehingga apabila kegiatan budidaya KJA

melebihi daya dukung dan diikuti dengan proses umbalan dapat mematikan

ikan budidaya (Krismono, 2005; Utoyo et al., 2007).

Penghitungan Daya Dukung Atau Daya Tampung Beban PencemaranPenghitungan daya dukung atau daya tampung beban cemaran dari budidaya

ikan dalam KJA telah tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Danau dan atau Waduk.

Daya tampung beban pencemaran air adalah batas kemampuan sumber daya

air untuk menerima masukan beban pencemaran yang tidak melebihi batas

syarat kualitas air untuk berbagai peruntukannya. Daya tampung danau

dan/atau waduk yaitu kemampuan perairan danau dan/atau waduk

menampung beban pencemaran air sehingga memenuhi baku mutu air dan

status trofik.

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

9

Page 10: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

Baku Mutu AirBaku mutu air danau dan/atau waduk terdiri dari parameter fisika, kimia dan

mikrobiologi. Sedangkan persyaratan status trofik danau dan/atau waduk

meliputi parameter kecerahan air, Nitrogen, Phosphor serta Klorofil-a. Kadar P-

total merupakan faktor penentuan status trofik.

Metode Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran AirMetode penentuan daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau

waduk terdiri dari rumus umum perhitungan daya tampung beban pencemaran

air dan rumus perhitungan daya tampung beban pencemaran untuk budidaya

perikanan. Rumus umum perhitungan beban pencemaran air tersebut

digunakan untuk menghitung beban pencemaran dari berbagai sumber,

sedangkan perhitungan daya tampung untuk budidaya perikanan ditentukan

berdasarkan jumlah limbah budidaya dan status trofik.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Daya Tampung Beban Pencemaran AirFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Danau dan/atau Waduk Daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau

waduk tergantung kepada karakteristik dan kondisi lingkungan disekitarnya,

yaitu:

1. Morfologi dan hidrologi danau dan/atau waduk.

2. Kualitas air dan status trofik danau dan/atau waduk.

3. Persyaratan atau baku mutu air untuk pemanfaatan sumber daya

4. air danau dan/atau waduk.

5. Alokasi beban pencemaran air dari berbagai sumber dan jenis air limbah

yang masuk danau dan/atau waduk.

Morfologi dan Hidrologi Danau dan/atau wadukMorfologi danau dan/atau waduk terdiri dari parameter karakter fisik, yaitu:

a. Luas perairan danau dan/atau waduk

b. Volume air danau dan/atau waduk

c. Kedalaman rata-rata danau dan/atau waduk

Sedangkan hidrologi danau dan/atau waduk terdiri dari parameter karakteristik

aliran air, yaitu:

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

10

Page 11: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

a. Debit air keluar danau dan/atau waduk

b. Laju penggantian air danau dan/atau waduk

Kualitas Air dan Status Trofik Danau dan/atau WadukParameter kualitas air yang diperlukan untuk perhitungan daya tampung beban

pencemaran air danau dan/atau waduk berdasarkan:

a. Penentuan daya tampung beban pencemaran air agar kualitas air

memenuhi baku mutu air, maka parameter kualitas air yang dipilih

sesuai dengan peruntukannya.

b. Penentuan daya tampung beban pencemaran air agar kualitas air

memenuhi status trofik yang ditetapkan, maka parameter kualitas air

yang dipilih adalah unsur hara terutama kadar Phosphor sebagai P total.

Beban Pencemaran AirBeban pencemaran air beberapa danau dan/atau waduk saat ini telah

meningkat oleh perkembangan budidaya perikanan keramba jaring apung

(KJA), untuk itu diperlukan cara perhitungan daya tampung beban pencemaran

air dan alokasi beban pencemaran air akibat limbah pakan yang berasal dari

sisa pakan yang terbuang dan dari tinja ikan.

Penentuan Atau Perhitungan Alokasi Beban PencemaranPenentuan atau perhitungan alokasi beban pencemaran limbah perikanan

memperhatikan juga alokasi beban pencemaran yang berasal dari Daerah

Tangkapan Air (DTA) atau Daerah Aliran Sungai (DAS). Kualitas air yang

menjadi acuan utama adalah status trofik disamping status kualitas air pada

umumnya. Parameter kualitas air yang dipilih sebagai faktor pembatas adalah

fosfat dalam bentuk P total, mengingat dasar perhitungannya adalah status

trofik danau dan/atau waduk.

Kondisi Kualitas AirKondisi kualitas air danau dan/atau waduk diklasifikasikan berdasarkan

eutrofikasi yang disebabkan adanya peningkatan kadar unsur hara dalam air.

Faktor pembatas sebagai penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor (P) dan

Nitrogen (N). Pada umumnya rata-rata tumbuhan air mengandung Nitrogen

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

11

Page 12: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

dan Fosfor masing-masing 0,7% dan 0,09% dari berat basah. Fosfor

membatasi eutrofikasi jika kadar Nitrogen lebih dari delapan kali kadar Fosfor,

Nitrogen membatasi proses eutrofikasi jika kadarnya kurang dari delapan kali

kadari Fosfor (UNEP-IETC/ILEC, 2001).

Klorofil-a adalah pigmen tumbuhan hijau yang diperlukan untuk fotosintesis.

Parameter Klorofil-a mengindikasikan kadar biomassa algae, dengan perkiraan

rata-rata beratnya adalah 1% dari biomassa.

EutrofikasiEutrofikasi disebabkan oleh peningkatan kadar unsur hara terutama parameter

Nitrogen dan Fosfor pada air danau dan/atau waduk. Eutrofikasi

diklasifikasikan dalam empat kategori status trofik yaitu :

1. Oligotrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang

mengandung unsur hara dengan kadar rendah, status ini menunjukkan

kualitas air masih bersifat alamiah belum tercemar dari sumber unsur

hara Nitrogen dan Fosfor.

2. Mesotrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang

mengandung unsur hara dengan kadar sedang, status ini menunjukkan

adanya peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor namun masih dalam

batas toleransi karena belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran

air.

3. Eutrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang mengandung

unsur hara dengan kadar tinggi, status ini menunjukkan air telah

tercemar oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor .

4. Hipereutrof/Hipertrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang

mengandung unsur hara dengan kadar sangat tinggi, status ini

menunjukkan air telah tercemar berat oleh peningkatan kadar Nitrogen

dan Fosfor.

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

12

Page 13: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

Kajian Ilmiah Daya Dukung dan Daya TampungGuna menjamin tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung,

sebagaimana dimaksud wajib melakukan kajian ilmiah yang memuat paling

sedikit:

a. Perhitungan daya tampung media air;

b. Parameter yang ditetapkan dan angka baku mutu air limbah;

c. Karakteristik air limbah yang dibuang;

d. Karakteristik usaha dan/atau kegiatan;

e. Dampak pembuangan;

f. Peraturan perundang-undangan terkait dengan baku mutu air limbah;

dan

g. Rekomendasi baku mutu air limbah baru.

Kegunaan Hasil Kajian IlmiahHasil kajian ilmiah sebagaimana dimaksud digunakan untuk menyatakan:

a. belum terlampauinya daya dukung dan daya tampung; atau

b. telah terlampauinya daya dukung dan daya tampung.

Kewajiban Usaha dan/atau KegiatanSetiap usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud wajib:

a. melakukan pemantauan kualitas air limbah paling sedikit 1 (satu) kali

setiap bulannya sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan dalam

izin pembuangan air limbah;

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

13

Page 14: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

b. melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf a

sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada penerbit izin

pembuangan air limbah, dengan tembusan kepada Menteri dan

gubernur sesuai dengan kewenangannya.

c. laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf b paling

sedikit memuat:

1. catatan debit air limbah harian;

2. bahan baku dan/atau produksi senyatanya harian;

3. kadar parameter baku mutu limbah cair; dan

4. penghitungan beban air limbah.

Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran AirPenetapan daya tampung beban pencemaran air harus memperhitungkan:

a. kondisi hidrologi dan morfologi sumber air termasuk status mutu

dan/atau status trofik sumber air yang ditetapkan daya tampung beban

pencemarannya;

b. baku mutu air untuk sungai dan muara;

c. baku mutu air serta kriteria status trofik air untuk situ, danau, dan waduk;

dan

d. beban pencemaran pada masing-masing sumber pencemar air.

Penetapan daya tampung beban pencemaran air harus menunjukan besarnya

kontribusi beban pencemar air dari masing-masing sumber pencemar air

terhadap sumber air.

Penentuan prioritas sumber air yang akan ditetapkan daya tampung beban

pencemaran air sebagaimana dimaksud didasarkan atas:

a. status mutu air dan/atau status trofik air;

b. sumber pencemar dari hasil inventarisasi dan identifikasi pada sumber

air sebagaimana dimaksud dan/atau

c. pemanfaatan air baku untuk air minum.

Penetapan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air

sebagaimana dimaksud digunakan sebagai dasar:

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

14

Page 15: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

a. penetapan izin lokasi bagi usaha dan/atau kegiatan oleh bupati/walikota;

b. penetapan izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air

limbah ke sumber air oleh bupati/walikota;

c. penetapan baku mutu air limbah oleh Menteri dan/atau pemerintahan

daerah provinsi;

d. penetapan kebijakan nasional dalam pengendalian pencemaran air,

e. penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan

f. penentuan mutu air sasaran.

Izin Lingkungan dan Izin Pembuangan Air Limbah Ke Sumber AirIzin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air

diselenggarakan melalui tahapan:

a. pengajuan permohonan izin;

b. analisis dan evaluasi permohonan izin; dan

c. penetapan izin.

Pengajuan Permohonan IzinPengajuan permohonan izin harus memenuhi persyaratan:

a. administrasi; dan

b. teknis.

Persyaratan TeknisPersyaratan teknis sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. upaya pencegahan pencemaran, minimisasi air limbah, serta efisiensi

energi dan sumberdaya yang harus dilakukan oleh penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah;

dan

b. kajian dampak pembuangan air limbah terhadap pembudidayaan ikan,

hewan, dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah, serta kesehatan

masyarakat.

Formulir Permohonan IzinFormulir permohonan izin sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat

informasi:

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

15

Page 16: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

a. identitas pemohon izin;

b. ruang lingkup air limbah;

c. sumber dan karakteristik air limbah;

d. sistem pengelolaan air limbah;

e. debit, volume, dan kualitas air limbah;

f. lokasi titik penaatan dan pembuangan air limbah;

g. jenis dan kapasitas produksi;

h. jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan;

i. hasil pemantauan kualitas sumber air; dan

j. penanganan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.

Tabel

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

16

Page 17: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

17

Page 18: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

18

Page 19: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

19

Page 20: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

20

Page 21: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

21

Page 22: Belajar tentang danau yang telah mengalami masalah kesuburan perairan atau eutrofikasi dengan kategori perairan eutrofik menuju hipereutrofik

BELAJAR TENTANG DANAU YANG TELAH MENGALAMI MASALAH KESUBURAN PERAIRAN ATAU EUTROFIKASI DENGAN KATEGORI PERAIRAN EUTROFIK MENUJU HIPEREUTROFIK

Private Library of Simamora, Helmut Todo Tua

22