produktivitas primer fitoplankton di perairan desa malang...

14
Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Parma Asih Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected] Muzahar Program Studi Budidaya, FIKP, UMRAH, [email protected] Arief Pratomo Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected] ABSTRAK Fitoplankton merupakan produsen pertama dan berperan penting bagi produktivitas primer perairan. Oleh karena itu perlu diduga nilai produktivitas primerfitoplankton dan mengetahui jenis fitoplankton pada tiap kedalaman di perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013-Juli 2007.Stasiun penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling, pengambilan data produktivitas primer fitoplankton menggunakan metode botol gelap-terang, untuk mengetahui jenis fitoplanktonsample air diambil menggunakan watersampler.Nilai kisaran produktivitas primer bersih fitoplanktondi stasiun 1 200-462,48 mg C/ m 3 / hari, stasiun 2 193,68-456,08 mg C/ m 3 / hari, stasiun 3 174,96-550 mg C/ m 3 / hari. Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai produktivitas primer fitoplankton tergolong mesotrofik (200-700 mg C/ m 3 / hari). Fitoplankton yang ditemukan selama penelitian terdiri dari enam kelas (40 spesies) yaitu kelas Baccilariophyceae (15 spesies), Dinophyceae (2 spesies) Cyanophyceae (9 spesies), Charophyceae (1 spesies), Chlorophyceae (12 spesies), dan Chrysophyceae (1 spesies). Kelas Chyanophyceae merupakan kelas fitoplankton yang sering dijumpai di tiap kedalaman per stasiun, dan memiliki nilai kelimpahan yang tinggi.Rata-rata kisaran nilai suhu 30,7-31,6 ºC, salinitas berada pada kisaran 34,8-36,2 ‰, kecepatan arus berada pada kisaran angka 0,05-0,07 m/det, derajat keasaman (pH) berada pada kisaran angka 7,6-8,Intensitas cahaya 54241-67975 Lux. Kata kunci : fitoplankton, produktivitas primer.

Upload: duonghanh

Post on 06-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang Rapat

Kabupaten Bintan

Parma Asih

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected]

Muzahar

Program Studi Budidaya, FIKP, UMRAH, [email protected]

Arief Pratomo

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Fitoplankton merupakan produsen pertama dan berperan penting bagi

produktivitas primer perairan. Oleh karena itu perlu diduga nilai produktivitas

primerfitoplankton dan mengetahui jenis fitoplankton pada tiap kedalaman di

perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan November 2013-Juli 2007.Stasiun penelitian ditentukan dengan metode

purposive sampling, pengambilan data produktivitas primer fitoplankton

menggunakan metode botol gelap-terang, untuk mengetahui jenis

fitoplanktonsample air diambil menggunakan watersampler.Nilai kisaran

produktivitas primer bersih fitoplanktondi stasiun 1 200-462,48 mg C/ m3/ hari,

stasiun 2 193,68-456,08 mg C/ m3/ hari, stasiun 3 174,96-550 mg C/ m

3/ hari.

Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai produktivitas primer fitoplankton

tergolong mesotrofik (200-700 mg C/ m3/ hari). Fitoplankton yang ditemukan

selama penelitian terdiri dari enam kelas (40 spesies) yaitu kelas

Baccilariophyceae (15 spesies), Dinophyceae (2 spesies) Cyanophyceae (9

spesies), Charophyceae (1 spesies), Chlorophyceae (12 spesies), dan

Chrysophyceae (1 spesies). Kelas Chyanophyceae merupakan kelas fitoplankton

yang sering dijumpai di tiap kedalaman per stasiun, dan memiliki nilai

kelimpahan yang tinggi.Rata-rata kisaran nilai suhu 30,7-31,6 ºC, salinitas berada

pada kisaran 34,8-36,2 ‰, kecepatan arus berada pada kisaran angka 0,05-0,07

m/det, derajat keasaman (pH) berada pada kisaran angka 7,6-8,Intensitas cahaya

54241-67975 Lux.

Kata kunci : fitoplankton, produktivitas primer.

Page 2: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Net Primery Productivity Fitoplankton at Desa Malang Rapat Seawater

Kabupaten Bintan

Parma Asih

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected]

Muzahar

Program Studi Budidaya, FIKP, UMRAH, [email protected]

Arief Pratomo

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected]

ABSTRACT

Phytoplankton is the first producer and plays animportant role for marine

primary productivity. Therefore it is necessary all eged value of the primary

productivity of phytoplankton and know the type of phytoplankton ateach depth in

Desa Malang Rapat seawater. This research was held in November 2013- July

2007 The Research station was determined by purposive sampling method. The

data of primary productivity of phytoplankton was collected by using bright-dark

bottle method, to determine the type of phytoplankton water samples were taken

using a water sampler. Value range of net primary productivity of phytoplankton

at station 1200 to 462.48 mg C / m3 / day, station 2 from 193.68 to 456.08 mg C /

m3 / day, station 3 174.96 to 550 mg C / m

3 / day . The level of Water fertility

based on the value of primary productivity of phytoplankton classified to

mesotrofik (200-700 mg C / m3 / day). Phytoplankton were found during there

search consisted of six classes (40 species), namely the class Baccilariophyceae

(15 species), Dinophyceae (2 species) Cyanophyceae (9 species), Charophyceae

(1 species), Chlorophyceae (12 species), and Chrysophyceae (1 species) .

Chyanophyceae classis a class of phytoplankton are often found in each depth per

station, and has an abundance of high value. Average values range from 30.7 to

31.6 ºC temperature, salinity in the range of 34.8 to 36.2 ‰, the flow velocity is in

the range of numbers from 0.05 to 0.07 m / sec, the degree of acidity (pH) in the

range of 7.6 to 8 digits, 54241-67975 Lux light intensity.

Keywords : Phytoplankton, primer productivity

Page 3: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

I. PENDAHULUAN

Plankton adalah biota yang hidup di

mintakat pelagik dan mengapung,

menghanyut atau berenang sangat lemah,

artinya tidak dapat melawan arus. Plankton

terdiri dari fitoplankton (phytoplankton) atau

plankton tumbuh-tumbuhan dan zooplankton

atau plankton hewan (Romimohtarto dan

Juwana. 2009). Fitoplankton merupakan

produsen pertama dan berperan penting bagi

produktivitas primer perairan dan

memberikan sumbangan terbesar pada

produksi primer total perairan. Produktivitas

primer merupakan kemampuan lingkungan

dalam menghasilkan bahan organik. Besaran

produktivitas primer fitoplankton dinyatakan

dalam g C/ m3/ hari, adapun C yang

dimaksudkan adalah karbon organik.

Perairan Desa Malang Rapat yang

terletak di Kabupaten Bintan memiliki

berbagai ekosistem yaitu mangrove, lamun

dan terumbu karang. Adapun batas

wilayahnya sebagai berikut, sebelah utara

berbatasan dengan Desa Berakit, sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Teluk

Bakau, disisi barat berbatasan dengan Desa

Tuopaya Utara sedangkan disisi timur

merupak Laut Cina Selatan (Profil Desa

Malang Rapat, 2012).

Aktivitas masyarakat setempat

dapat menyebabkan perubahan kondisi

perairan yang mempengaruhi jasad renik,

khususnya fitoplankton yang berpengaruh

kepada nilai produktifitas primer. Satu dari

beberapa pendekatan yang digunakan untuk

menduga nilai produktivitas primer adalah

menggunakan metode eksperimental botol

gelap terang yang dinyatakan dalam mg C/

m2/ hari atau g C/ m

2/ tahun pada kawasan

perairan Desa Malang Rapat. Dalam

penelitian ini, pengukuran produktivitas

primer dilakukan pada kedalaman perairan

yang berbeda, sehingga dari pemaparan di

atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan

antara lain berapakah nilai produktivitas

primer di perairan Desa Malang Rapat?

Berapakah jenis fitoplankton pada tiap

kedalaman? Berapakah selisih nilai

produktivitas primer di tiap stasiun yang

memiliki aktivitas masyarakat yang

berbeda? Untuk menjawab pertanyaan diatas

maka dilakukanlah peneltian eksperimen

botol terang botol gelap.

Tujuan penelitian ini adalah

menduga nilai produktivitas primer di

perairan Desa Malang Rapat. Menganalisis

nilai produktivitas primer menurut

kedalaman yang berbeda. Sedangkan

Mengetahui nilai produktivitas primer di

perairan Desa Malang Rapat dan

memberikan informasi kepada pihak terkait

agar dapat melakukan pengelolaan dan

pengembangan pada sumberdaya perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fitoplankton membentuk sejumlah

besar biomassa di laut, kelompok ini hanya

diwakili oleh beberapa filum saja. Sebagian

besar bersel satu dan mikroskopik, dan

mereka termasuk filum Chrysophyta, yakni

alga kuning-hijau yang meliputi diatom dan

kokolitofor (coccolithophore). Diatom

merupakan produsen primer yang terbanyak.

Diatom terdapat di semua bagian lautan,

tetapi teramat melimpah di daerah

Page 4: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

permukaan massa air (lihat upwelling) dan

di lintang tinggi, dimana terdapat air dingin

yang penuh zat hara. Biota bersel satu ini

umumnya dinamakan alga coklat emas

karena warnanya. Diatom mempunyai

ukuran yang sangat beraneka ragam, dari

beberapa mikron sampai beberapa

milimeter. (Romimohtarto dan Juwana.

2009).

Nontji (2008) menyatakan bahwa,

produktivitas primer dalam artian umum

adalah laju produksi bahan organik

(dinyatakan dalam C = karbon) melalui

reaksi fotosintesis per satuan volume atau

luas suatu perairan tertentu, yang dapat

dinyatakan dengan satuan seperti mg C/ m2/

hari atau g C/ m2/ tahun. Fitoplankton

tersebar luas di lautan, cahaya matahari

masih mampu menembus air laut hingga

kedalaman 100 meter dimana fitoplankton

berada. Maka dari itu, dari kegiatan

fotosintesis ini yang merupakan reaksi foto-

kimia merupakan dasar dari produktivitas

primer oleh fitoplankton.

Nontji (2008) mengatakan bahwa

dalam konsep produktivitas yang dikenal

dengan istilah Produktivitas Primer Kotor

(Gross Primary Productivity) dan

Produktivitas Primer Bersih (Net Primary

Productivity). Produktivitas Primer Kotor

adalah produktivitas primer zat organik

dalam jaringan tumbuhan, termasuk yang

digunakan untuk respirasi. Produktivitas

Primer Bersih (PPB) adalah Produktivitas

Primer Kotor (PPK) dikurangi dengan yang

digunakan untuk respirasi (R) atau dapat

dinyatakan sebagai berikut :

PPB = PPK-R

Hasil produktivitas primer bersih

inilah yang dapat dialihkan ke berbagai

komponen ekosistem di laut. Potensi energi

kimiawi yang terwujud dalam biomassa

fitoplankton dialihkan ke berbagai hewan

melalui rantai makanan (food chain) atau

jaringan pakan (food web). Dengan

demikian, kehidupan seluruh hewan di laut

bergantung pada energi yang diperoleh dari

fitoplankton, baik secara langsung maupun

tak langsung.

Faktor utama yang mempengaruhi

produktivitas primer di perairan yaitu,

cahaya matahari yang mutlak diperlukan

untuk reaksi fotosintesis. Cahaya matahari

yang jatuh ke permukaan laut sebenarnya

berupa radiasi gelombang elektromagnetik

yang mempunyai spektrum lebar, dengan

panjang gelombang berkisar 300-2500 nm (

1 nano meter = 10-9

m ), atau mencakup

spektrum dari sinar ultraviolet hingga sinar

inframerah. Kondisi cahaya di dalam laut

dapat menimbulkan adaptasi pada

fitoplankton hingga bisa dijumpai adanya

fitoplankton tipe terang (sun type) dan tipe

teduh (shade type). Fitoplankton tipe terang

hidup di permukaan dan telah beradaptasi

untuk menggunakan intensitas cahaya tinggi

dengan efisien. Sebaliknya fitoplankton tipe

teduh hidup di lapisan bawah, tipe ini

mempunyai kemampuan untuk

menggunakan intensitas cahaya rendah

dengan efisien.

Suhu dapat mempengaruhi

fotosintesis di laut, baik secara langsung

Page 5: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

maupun tak langsung. Pengaruh langsung

karena reaksi kimia enzimatik yang berperan

dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh

suhu. Peningkatan suhu sampai batas

tertentu akan menaikkan jumlah laju

fotosintesis. Suhu dapat pula berperan

(meskipun bukan satu-satunya faktor) dalam

menentukan sukses jenis di suatu perairan.

Pengaruh suhu tak langsung adalah

karena suhu akan menentukan struktur

hidrologis suatu perairan tempat fitoplankton

itu berada. Suhu akan sangat menentukan

berat jenis air. Makin rendah suhu air akan

semakin tinggi berat jenisnya. Sebaran

vertikal suhu di laut, terutama di perairan

tropis, umumnya menunjukkan adanya

lapisan termoklin (thermocline layer)di

mana suhu menurun dengan cepat terhadap

kedalaman. Suhu yang menurun

menyebabkan densitas air meningkat pula.

Dengan demikian, akan terbentuk lapisan

pegat (discontinuity layer) yang memisahkan

lapisan atas yang hangat dan lapisan di

bawahnya yang dingin. Dengan kata lain,

lapisan air di atas termoklin tidak dapat

bercampur dengan lapisan di bawahnya.

Adanya lapisan pemisah (discontunuity

layer) ini menghambat penenggelaman

fitoplankton. Fitoplankton yang berada di

bawah termoklin dan di bawah zona eufotik

tidak dapat tumbuh kecuali bila ada sirkulasi

vertikal yang dapat dengan segera

mengangkatnya kembali ke zona eufotik.

Nutrien utama yang diperlukan fitoplankton

untuk tumbuh dan berkembang biak adalah

nitrogen dan fosfor. Rasio N dan P yang

dipakai oleh tumbuhan hijau yaitu 16 N : 1 P

(Basmi, 1995).

III. METODE

Penelitian ini dilakukan di perairan

Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan, yang akan

dilaksanakan pada bulan November 2013

sampai dengan Juli 2014. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survey yaitu peneliti melakukan

pengukuran secara langsung di lapangan

meliputi pengambilan data berdasarkan

komponen kualitas air dan sampel

fitoplankton yang didalamnya termasuk

sampel untuk mengetahui nilai produktivitas

primer. Berikut ini tabel alat dan bahan yang

digunakan.

Stasiun penelitian ditentukan dengan

metode purposive sampling, yaitu penentuan

lokasi berdasarkan atas adanya tujuan

tertentu dan sesuai dengan pertimbangan

peneliti sendiri sehingga dapat mewakili

populasi (Arikunto, 2006). stasiun yang

dipilih bertujuan untuk melihat

perbandingan nilai produktivitas primer

Page 6: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

fitoplankton pada lokasi yang memiliki

perbedaan aktivitas, sehingga ditentukanlah

stasiun antara lain :

a.) Stasiun 1 : N 1º4’44” – E

104º38’25”. Lokasi jauh dari

daerah perumahan penduduk

sehingga dapat dikatakan

sebagai kawasan non aktivitas.

Lokasi ini berbatasan dengan

Desa Teluk Bakau.

b.) Stasiun 2 : N 1º7’10” – E

104º36’52”. Lokasi ini

merupakan kawasan

penangkapan.

c.) Stasiun 3 : N 1º10’40” – E

104º34’45”. Lokasi ini dekat

dengan perumahan penduduk.

Lokasi ini berbatasan dengan

Desa Berakit.

Metode yang digunakan untuk

mengetahui nilai produktivitas primer adalah

eksperimen botol gelap dan botol terang

(Nybakken,1988). Adapun spesifikasi botol

gelap dan botol terang yang digunakan yaitu

dua buah botol identik. Sebuah botol

sepenuhnya tembus cahaya, sedangkan botol

yang lain dibuat sama sekali tidak tembus

cahaya dengan membungkusnya dengan

kertas aluminium. Kemudian tiap botol

sampel dicelupkan keperairan dan diisi

dengan air laut dan ditutup, lalu botol

diinkubasi selama 3-4 jam di kedalaman

sesuai tempat pengambilan sampel, mulai

pukul 10.00-14.00 WIB, untuk tiap stasiun

diambil 5 sampling. Pada pengambilan

sampel air, lokasi yang dipilih tidak

terpengaruh pada pasang surut.

Sample air diambil menggunakan

water sampler bervolume 2 liter pada

kedalaman yang telah ditentukan, kemudian

dimasukkan kedalam wadah lalu disaring

dengan plankton net. Pengambilan sample

fitoplankton ini diambil pada setiap titik

sampling sesuai per kedalaman.

Pengambilan sampel air dilakukan

pada perairan di tiap stasiun yang tiap

stasiunnya terdiri dari 5 titik sampling.

Pengambilan sampel dilakukan bersamaan

saat pengambilan sampel produktivitas

primer. Pengukuran suhu dilakukan dengan

menggunakan multi tester (YK-2005WA).

Pengukuran suhu dilakukan dengan

menghidupkan multi tester dengan menekan

tombol “ON” kemudian Probe dimasukkan

untuk pengukuran Suhu. Kemudian

dicelupkan Probe pada alat tersebut kedalam

perairan. Seluruh bagian dari probe suhu

harus tercelup kedalam air yang diukur.

Setelah itu didiamkan beberapa menit

sampai dapat dipastikan angka yang

ditunjukkan pada layar berada dalam kondisi

tidak bergerak (stabil). Kemudian nilai suhu

yang ditunjukkan pada layar sebelah kiri

bawah multi tester tersebut dicatat angkanya

dengan satuan ºC. Pengukuran kecerahan

dilakukan dengan menggunakan secchi disk

dengan cara secchi disk tersebut dimasukkan

kedalam perairan sampai untuk pertama

kalinya tidak tampak lagi (jarak hilang),

kemudian ditarik secara perlahan sehingga

untuk pertama kalinya secchi disk nampak

(jarak tampak). Adapun satuan untuk

pengukuran kecerahan ini adalah meter (m)

Page 7: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Untuk menghitung kecerahan digunakan

rumus sebagai berikut:

Kecepatan arus diukur dengan

menggunakan tali pada Current drouge dan

diletakkan pada permukaan perairan

kemudian diukur jarak tempuh Current

drouge tersebut dalam satuan waktu yaitu

meter per detik (m/det) dari jarak awal

diletakkan. Nilai kecepatan arus diperoleh

dengan rumus :

Dimana :

V = Kecepatan arus

(m/det)

s = Jarak (m)

t = Waktu (det)

Salinitas diukur dengan

menggunakan alat Salt Meter (YK-31SA).

Prosedur penggunaan alat adalah sebagai

berikut:

a. Probe pada bagian atas Salt Meter

dimasukkan sampai rapat dan posisi

yang benar.

b. Tombol “ON” pada alat ditekan

untuk menghidupkan alat.

c. Ujung Probe dimasukkan kedalam

air hingga sebatas kepala probe.

d. Probe digerakkan beberapa saat

agar mempermudah dalam

pembacaan pada alat.

e. Tunggu beberapa saat hingga

menunjukkan angka tetap pada

tampilan (layar) alat.

f. Tombol “HOLD” ditekan jika

angka yang ditunjukkan sudah

benar-benar tetap (tidak berubah),

dicatat angka yang ditunjukkan

oleh alat.

Derajat Keasaman (pH) diukur

dengan menggunakan alat multi tester (YK-

2005WA). Prosedur pengukuran pH dengan

multi tester adalah sebagi berikut:

a. Probe elektroda pH disiapkan dan

dimasukkan kedalam socket pada

alat dengan benar dan pada posisi

yang tepat.

b. Tombol “POWER” ditekan untuk

menghidupkan alat.

c. Tombol “MODE” pada alat ditekan

hingga layar alat menunjukkan

tampilan “pH” dan indikator

manual dimasukkan untuk Suhu.

d. “Buffer Solution” disiapkan yang

akan digunakan pada pH 4.00 untuk

mengkalibrasi alat yang

ditempatkan pada Botol kalibrasi.

e. Dilakukan kalibrasi alat sebelum

melakukan pengukuran dengan cara

tombol “REC” dan “HOLD”

ditekan secara bersamaan hingga

pada layar

alat menunjukkan angka 4.00.

f. “ENTER” ditekan untuk

mengakhiri proses kalibrasi, lalu

botol kalibrasi pada ujung alat

dibuka, dan pengukuran pH dapat

dilakukan, kemudian hasil yang

ditunjukkan pada layar alat dicatat

setelah angka yang ditunjukkan

stabil (tidak berubah).

Untuk mengukur oksigen terlarut,

dilakukan dengan menggunakan multi tester

Page 8: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

(YK-2005WA). Prosedur pengukuran

Oksigen Terlarut dilakukan dengan cara :

a. Probe Oksigen terlarut (DO)

disiapkan dan dimasukkan kedalam

socket DO pada alat dengan benar

dan pada posisi yang tepat.

b. Tombol “POWER” ditekan untuk

menghidupkan alat.

c. Tombol “MODE” pada alat

ditekan, hingga layar alat

menunjukkan tampilan “% O2” dan

indikator manual dimasukkan untuk

Suhu.

d. Tunggu selama beberapa menit

hingga angka stabil dan tidak

berubah.

e. Kalibrasi alat dilakukan sebelum

melakukan pengukuran, dengan

cara tombol “REC” dan “HOLD”

ditekan secara bersamaan.

f. Tombol “ENTER” ditekan, tunggu

selama 30 detik hingga pada layar

menunjukkan tampilan “%O2”

menunjukkan angka 20.9.

g. Tombol “FUNC” ditekan hingga

menunjukkan tampilan “mg/L”

kemudian alat dapat digunakan

untuk pengukuran Oksigen

Terlarut.

h. Pengukuran intensitas cahaya

dilakukan dengan menggunakan

Lux Meter, alat ini sangat

sederhana pengoperasiannya.

Sensor ditempatkan pada tempat

kerja atau pada tempat dimana

intensitas cahaya harus diukur, dan

alat akan secara langsung

memberikan hasil pembacaan pada

layar panel. Satuan untuk intensitas

cahaya adalah Lux.

Prinsip kerja metode ini adalah

mengukur selisih kandungan oksigen dalam

botol terang dan botol gelap, yang berisi

sampel air setelah diinkubasi pada

kedalaman perairan. Waktu inkubasi

dilakukan pada saat matahari optimal yaitu

pada jam 10.00-14.00 WIB.

Sebelum diinkubasi kadar oksigen

terlarut pada botol terang dan gelap diukur

terlebih dahulu, setelah diinkubasi selama 4

jam kadar oksigen terlarut diukur kembali

dan dicatat untuk kemudian dihitung laju

respirasi, produksi primer kotor dan

produksi primer bersih ( Haryadi dkk dalam

Asriyana dan Yuliana, 2012), yaitu :

- Laju respirasi (RES) = Kadar O2 botol

awal - kadar O2 botol gelap

- Produktivitas primer kotor(GPP) =

Kadar O2 botol terang - kadar O2 botol

gelap

- Produktivitas primer bersih (NPP) =

Kadar O2 botol terang - kadar O2 botol

awal

Setelah melakukan penghitungan

diatas, dilanjutkan prosedur penghitungan

produktivitas primer dilakukan menurut

Umaly dan Cuvin dengan perhitungan

sebagai berikut :

NPP = ( O2BT)-(O2BA)(1000) x 0,375

(PQ) (t)

Keterangan :

NPP = Fotosintesis bersih (mg c/l)

O2BT = Oksigen terlarut Botol terang

(mg/l)

Page 9: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

O2BA = Oksigen terlarut Botol awal

(mg/l)

1000 = Konversi liter menjadi m3

PQ = Koefisien fotosintesis (1.2)

t = Lama inkubasi (jam)

0,375 = Koefisien konversi oksigen

menjadi karbon ( 12/32)

Untuk pengamatan fitoplankton,

digunakan mikroskop dengan perbesaran 10

x 10. Untuk panduan identifikasi

fitoplankton menggunakan buku di bawah

ini :

1). Davis C. C, 1955. The Marine And

Fresh-Water Plankton. Amerik Serikat,

Michigan State University Press.

Penghitungan kelimpahan

fitoplankton dihitung berdasarkan APHA

(1998) sebagai berikut :

N = n x (Vr / Vo) x (1/Vs) x (Oi / Op)

Keterangan :

N = Kelimpahan fitoplankton (sel/ liter)

Oi = Luas gelas penutup preparat (24

mm2)

Op = Luas amatan (24 mm2)

Vr = Volume air sample yang tersaring

(30 ml)

Vo = Volume air sample yang diamati

(ml)

Vs = Volume air sample yang disaring

(L)

n = Jumlah sel yang tercacah (sel)

Adapun data yang diperoleh akan

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Serta penjelasan deskriptif mengenai kriteria

tingkat trofik produktivitas primer

fitoplankton mengacu kepada Triyatmo dkk

(1997), yaitu 0-200 mg c/ m3/ hari

oligotrofik, 200-750 mesotrofik, >750

eutrofik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai produktivitas primer bersih di

stasiun 1 berkisar antara 200-462,48 mg C/

m3/ hari, pada stasiun 2 berkisar 193,68-

456,08 mg C/ m3/ hari sedangkan di stasiun

3 nilai produktivitas primer berkisar antara

174,96-550 mg C/ m3/ hari. Kisaran nilai

produktivitas primer tidak memiliki

perbedaan nilai yang signifikan antar

stasiun, namun terdapat perbedaan nilai pada

kedalaman, hal ini dapat diasumsikan bahwa

penetrasi cahaya sangat berperan penting

pada proses fotosintesis dan sumbangan

nutrien (limbah domestik). Menurut Parsons

et al., dalam Asriyana dan Yuliana (2012),

tingginya suatu kandungan produktivitas

primer pada masa inkubasi (10.00-14.00)

disebabkan oleh intensitas cahaya yang lebih

memberikan pengaruh terhadap aktivitas

fotosintesis fitoplankton. Berikut hasil nilai

produktivitas primer pada tiap stasiun per

kedalaman.

Stasiun

Kedalaman

(m)

NPP mg

C/m3/jam

NPP mg

C/m3/hari

1

0,5 34,37 274,96

1 57,81 462,48

1,5 25 200

Rata-rata 39,06 312,48

2

0,5 37,5 300

1 57,01 456,08

1,5 24,21 193,68

Rata-rata 39,57 316,58

3

0,5 35,93 287,44

1 68,75 550

1,5 21,87 174,96

Rata-rata 42,18 337,46

Page 10: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Nilai rata-rata produktivitas primer

fitoplankton pada tiap stasiun per kedalaman

adalah 274,96 mg C/ m3/ hari, 300 mg C/

m3/ hari dan 287,44 mg C/ m

3/ hari pada

kedalaman 0,5 m. Nilai produktivitas primer

pada kedalaman 1 m ialah 462,48 mg C/ m3/

hari, 456,08 mg C/ m3/ hari dan 550 mg C/

m3/ hari. Sedangkan nilai produktivitas

primer fitoplakton pada kedalaman 1,5 m

adalah 200 mg C/ m3/ hari, 193,68 mg C/

m3/ hari dan 174,96 mg C/ m

3/ hari. Nilai

produktivitas primer bersih yang tertinggi

terdapat di stasiun 3, yaitu 550 mg C/ m3/

hari yang berada pada kedalaman 1 m.

Sedangkan nilai produktivitas primer

terendah juga berada pada stasiun 3

kedalaman 1,5 m yaitu 174,96 mg C/ m3/

hari.

Nilai produktivitas primer tentunya

bergantung pada keberadaan fitoplankton

yang dipengaruhi oleh dinamika perairan,

kualitas perairan yang ideal bagi

pertumbuhan fitoplankton merupakan

penentu kelangsungan hidup dan

mempengaruhi jenis fitoplankton itu sendiri.

PARAMETE

R

SAT

UAN

STASIUN

1 2 3

a. Fisika

Suhu 0 C 30,

7

30,

8

31,

6

Intens

itas

Cahay

a

Lux 56.

339

54.

241

67.

975

Kecer

ahan*

M TD TD TD

Kecep m/s 0,0 0,0 0,0

atan

Arus

6 7 5

Salini

tas

‰ 35 36,

2

34,

8

b. Kimia

pH 7,6

3

7,9

3

8,0

2

Ket :

*Kecerahan : Tembus dasar

Suhu perairan berkisar antara 30,7-

31,6 ºC, menandakan nilai pada setiap

stasiun dan kedalaman relatif sama, tidak

menunjukkan perbedaan nilai yang ketara.

Peningkatan suhu sebesar 10 ºC akan

meningkatkan laju fotosintesis maksimum

lebih kurang dua kali lipat (Steeman &

Nielsen,1975). Setiap jenis fitoplankton

memiliki suhu yang optimum tersendiri dan

sangat bergantung kepada faktor lain seperti

cahaya. Suhu optimum untuk pertumbuhan

plankton berkisar antar 25 ºC sampai 32 ºC

(Wyrtki, 1961 dalam Hartoko , 2013).

Salinitas pada ketiga stasiun tidak

memiliki perbedaan nilai yang ketara,

berkisar antara 34,8-36,2 ‰. Salinitas

tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 36,4

‰ dan terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu

35 ‰. Kendati demikian salinitas pada tiap

stasiun tidak memiliki perbedaan yang

nyata. Nilai pH tertinggi terdapat pada

stasiun 3 dan terendah pada stasiun 1. pH

perairan laut Indonesia pada umumnya

bervariasi antara 6,0-8,5 (Romimohtarto,

1991). Pada perairan yang berkondisi asam

dengan pH kurang dari 6, fitoplankton tidak

akan hidup dengan baik (Swingle,1968).

Page 11: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Hasil pengamatan kecerahan pada

tiap stasiun diamati sesuai peletakan

perangkat inkubasi, hasil kecerahan tiap

stasiun sama dengan kedalaman hingga

tembus dasar. Hal ini dapat dikaitkan dengan

nilai intensitas cahaya yang berkisar antara

54241-67975 Lux. Kecepatan arus pada

ketiga stasiun berkisar antar 0,05-0,07 m/det

adapun nilai kecepatan arus tidak ada yang

mencolok, relatif sama. Fitoplankton sebagai

organisme yang memiliki kemampuan

renang lemah hanya akan bergerak oleh

pergerakan air terutama kecepatan arus.

Pada kelimpahan dan identifikasi

jenis fitoplankton ditemukan 6 kelas yang

tersebar di 3 stasiun yang terdiri dari 40

spesies. Kelas fitoplankton yang ditemukan

terdiri dari kelas Baccilariophyceae, kelas

Cyanophyceae, kelas Charophyceae, kelas

Chlorophyceae, kelas Chrysophyceae dan

kelas Dinophyceae. Pada kelas

Baccilariophyceae ditemukan sebanyak 15

spesies, kelas Cyanophyceae ditemukan

sebanyak 9 spesies, kelas Charophyceae

ditemukan 1 spesies, kelas Chlorophyceae

ditemukan 12 spesies, kelas Chrysophyceae

ditemukan 1 spesies, sedangkan untuk kelas

Dinophyceae sebanyak 2 spesies. Untuk

setiap stasiunnya kelas dan jenis yang paling

sering dijumpai berasal dari kelas

Baccilariophyceae dan Cyanophyceae.

Komposisi jenis paling banyak ditemukan

dari kelas Baccilariophyceae selanjutnya

dari kelas Cyanophyceae, kemudian kelas

Chlorophyceae, dan paling sedikit dari kelas

Charophyceae, kelas Chrysophyceae dan

kelas Dinophyceae. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Nontji (2008)

bahwa diatom (Bacillariophyceae)

merupakan jenis fitoplankton yang paling

umum dijumpai di laut. Kelas

Chlorophyceae juga sering dijumpai pada

tiap stasiun, fitoplankton jenis ini memiliki

banyak klorofil didalam selnya.

Sedangkan, kelas Cyanophyceae

juga merupakan jenis fitoplankton yang

paling sering dijumpai, hal ini sesuai dengan

pendapat Nontji (2008), mengemukakan

bahwa kelas Cyanophyceae genus

Trichodesmium berperan penting dalam

ekosistem laut karena ia tidak saja berfungsi

sebagai produsen primer bahan organik,

tetapi juga sebagai fitoplankton yang mampu

mengikat gas nitrogen (N2) langsung dari

atmosfer menjadi bentuk yang dapat

digunakan oleh jasad hidup dalam laut.

Sedangkan kelas Charophyceae, kelas

Chrysophyceae, dan kelas Dinophyceae

sedikit ditemukan dan sebarannya di 3

stasiun.

Nilai produktivitas pada tiap stasiun

tidak terlalu memiliki perbedaan nilai yang

signifikan, keterwakilan lokasi cukup

memberikan penggambaran yang jelas. Nilai

produktivitas primer fitoplankton tertinggi

terletak pada stasiun 3 kedalaman 1 m, hal

ini diduga karena stasiun 3 merupakan

kawasan pemukiman, sehingga terdapat

sumbangan limbah domestik dari rumah

tangga. Selain itu kelimpahan fitoplankton

juga paling tinggi terdapat di stasiun 3,

dengan jumlah 31.800 ind/L. Berbeda

dengan stasiun 2 dan 3 yang merupakan

kawasan penangkapan dan non aktivitas,

Page 12: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

tidak mendapat sumbangan limbah domestik

seperti stasiun 1. Hanya mendapat

sumbangan dari pelapukan tumbuhan dan

dari laut itu sendiri. Kendati demikian nilai

produktivitas primer fitoplankton dapat

sewaktu-waktu berubah dengan diperkuat

pendapat Mahmudi, M. (2005) yang

menyatakan bahwa, produktivitas suatu

ekosistem hanya berubah sedikit dalam

jangka waktu yang lama maka hal itu

menandakan kondisi lingkungan yang stabil,

tetapi jika perubahan yang dramatis maka

menunjukkan telah terjadi perubahan

lingkungan yang nyata atau terjadi

perubahan yang penting dalam interaksi di

antara organisme penyusun ekosistem.

Terjadinya perbedaan produktivitas pada

berbagai ekosistem dalam biosfer

disebabkan oleh adanya faktor pembatas

dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling

penting dalam pembatasan produktivitas

bergantung pada jenis ekosistem dan

perubahan musim dalam lingkungan.

Hasil nilai produktivitas primer

fitoplankton pada tiap stasiun per kedalaman

menunjukkan bahwa pada kedalaman 1 m

lebih tinggi dari pada kedalaman 0,5 m dan

1,5 m. Hal ini disebabkan tingkat cahaya

optimum yang sampai pada kedalam 1 m

memenuhi kebutuhan cahaya bagi pelaku

fotosintesis yang dalam hal ini adalah

fitoplankton untuk melakukan proses

fotosintesis. Dugaan ini berkaitan dengan

pendapat Valiela (1984) bahwa pada

umumnya intensitas cahaya yang lebih besar

sebenarnya lebih efektif dalam proses

fotosintesis, namun pada tingkat cahaya

yang sangat tinggi dapat mengurangi laju

proses tersebut, di samping itu enzim-enzim

yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis

tidak dapat memainkan peranannya.

Sedangkan pada kedalam 0,5 m

memiliki nilai produktivitas primer

fitoplankton lebih rendah dari pada

kedalaman 1 m karena cahaya yang diterima

oleh fitoplankton melebihi sehingga

menghambat bahkan menyulitkan

fitoplankton untuk melakukan proses

fotosintesis. Sama halnya dengan kedalaman

1,5 m asupan cahaya lebih sedikit sehingga

menyulitkan fitoplankton melakukan proses

fotosintesis sehingga hasil produktivitas

primer fitoplanktonnya lebih rendah

dibanding 2 kedalaman tersebut. Kendati

demikian, pada kedalaman 0,5 m lebih tinggi

nilai produktivitas primer fitoplanktonnya

dibanding kedalaman 1,5 m.

Tingkat kesuburan suatu perairan

juga dapat dilihat dari nilai produktivitas

primer dan komposisi plankton yang ada.

Perubahan kualitas perairan dapat dilihat

dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton.

Hal ini dikarenakan fitoplankton memegang

peranan penting dalam suatu perairan,

sebagai produsen primer dalam rantai

makanan dan mempunyai kemampuan untuk

merespon adanya suatu perubahan terhadap

lingkungan. Perannya di dalam perairan,

sebagai unsur penting pada mata rantai

makanan, dari hasil produktivitas primer

fitoplankton dapat digunakan oleh biota

tingkat trofik yang berguna dalam

menunjang sumberdaya ikan, terutama dari

golongan konsumen primer.

Page 13: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan

bahwa tingkat kesuburan perairan Desa

Malang Rapat berdasarkan nilai

produktivitas primer fitoplankton tergolong

pada tingkatan mesotrofik ( 200-750 mg C/

m3/ hari) yaitu 322,17 mg C/ m

3/ hari (nilai

rata-rata stasiun). Mesotrofik merupakan

perairan dengan kadar nutrien sedang, juga

merupakan peralihan antara eutrofik dan

oligotrofik. (Odum, 1996).

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan yaitu mengetahui nilai

produktivitas primer fitoplankton, parameter

kualitas perairan serta mengetahui jenis

fitoplankton per kedalaman di Perairan Desa

Malang Rapat diperoleh informasi sebagai

berikut : Nilai produktivitas primer

fitoplankton tertinggi terdapat di stasiun 3

kedalaman 1 m (550 mg C/ m3/hari) dan

terendah berada pada stasiun yang sama

namun di kedalaman 1,5 m (174,96 mg C/

m3/ hari). Tingkat kesuburan perairan Desa

Malang Rapat berdasarkan nilai

produktivitas primer fitoplankton tergolong

mesotrofik (200-700 mg C/ m3/ hari).

Fitoplankton yang ditemukan selama

penelitian terdiri dari enam kelas (40

spesies) yaitu kelas Baccilariophyceae (15

spesies), Dinophyceae (2 spesies)

Cyanophyceae (9 spesies), Charophyceae (1

spesies), Chlorophyceae (12 spesies), dan

Chrysophyceae (1 spesies). Kelimpahan

fitoplankton pada masing-masing stasiun

memiliki jumlah yang berbeda. Berkisar

antara 15.400– 31.800 ind/ L. Kelas

Chyanophyceae merupakan kelas

fitoplankton yang sering dijumpai di tiap

kedalaman per stasiun, dan memiliki nilai

kelimpahan yang tinggi, kisaran kelimpahan

yang dimiliki mulai 1000-11.000 ind/L.

Nilai kualitas perairan pada setiap stasiun di

lokasi penelitian masih berada dalam kisaran

normal bagi pertumbuhan fitoplankton

sehingga masih dapat mendukung kehidupan

fitoplankton di wilayah ini.

Diharapkan dapat dilakukan

penelitian lanjutan mengenai produktivitas

primer fitoplankton di Perairan Malang

Rapat pada musim yang berbeda, serta titik

sampling yang lebih banyak sehingga dapat

lebih mewakili lokasi dan menganalisis

keterkaitan faktor-faktor perairan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,

Jakarta.

Asriyana danYuliana, 2012, Produktivitas

Perairan, Bumi Aksara, Jakarta.

Basmi, J, 1995, Planktonologi : produksi

primer, Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hartoko Agus, 2013, Oceanographic

Characters And Plankton Resources

Of Indonesia, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Mahmudi, M. 2005. Produktivitas Perairan.

Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya Malang.

Nontji, 2008, Plankton Laut, LIPI Press,

Jakarta.

Nyabakken, 1988, Biologi Laut, PT.

Gramedia, Jakarta.

Romimohtarto, K dan S. Juwana 2009,

Biologi Laut, Djambatan

Shidarta, Jakarta.

Page 14: Produktivitas primer fitoplankton di perairan Desa Malang ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Tingkat kesuburan perairan berdasarkan nilai

Steeman & Nielsen, 1975, Marine

photosynthesis with special

emphasis in Pari Island North

Jakarta, Research Oceanography

Series 13, Elsevier Sci. Pbl.Co,

Jakarta.

Swingle, H. S. 1968. Standarization of

Chemical Analysis for Water and

Pond Muds.F.A.O.Fish.

Valiela, I., 1984. Marine Ecological

Processes. Library of congress

catalogy in publication. Data New