eutrofikasi akibat limbah detergen

38
Makalah Kimia Lingkungan Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen Disusun Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kulih Pre Requisite Kimia Lingkungan Oleh: Ana Nurkaromah 25312021 PROGRAM MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN

Upload: anabloom

Post on 05-Dec-2014

585 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

about deterggen

TRANSCRIPT

Page 1: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Makalah Kimia Lingkungan

Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Disusun Sebagai Syarat Kelulusan

Mata Kulih Pre Requisite Kimia Lingkungan

Oleh:

Ana Nurkaromah 25312021

PROGRAM MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2012

Page 2: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................i

DAFTAR TABEL.........................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ................iii

BAB I. Pendahuluan.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Maksud dan Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II. Tinjauan Pustaka.............................................................................................................3

A. Pencemaran Air.................................................................................................................3

B. Detergen............................................................................................................................5

C. Eutrofikasi.........................................................................................................................7

D. Jenis Eutrofikasi................................................................................................................8

BAB III. Pembahasan...................................................................................................................9

A. Studi Kasus.......................................................................................................................11

B. Dampak yang ditimbulkan................................................................................................13

C. Penyelesaian dan Analisis.................................................................................................15

BAB IV Kesimpulan.....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

i

Page 3: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Limbah Cucian...............................................................................................6

Tabel 2. Rata-rata konsentrasi fosfat, deterjen dan parameter lingkungan di perairan pesisir

dan laut sekitar Cirebon, 2007

.........................................................................................................................................

12

ii

Page 4: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Aliran Sumber Pencemaran Air...................................................................................5

iii

Page 5: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

BAB I

Pendahuluan

A, Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang paling penting bagi semua organisme yang ada di dunia

dan tidak terkecuali juga manusia. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern

dan meningkatnya jumlah penduduk di dunia ditambah lagi pengaruh perubahan iklim (climate

change), telah banyak menyebabkan pencemaran di lingkungan perairan.

Air dikatakan tercemar apabila ada pengaruh atau kontaminasi zat organik maupun

anorganik ke dalam air. Hubungan ini terkadang tidak seimbang karena setiap kebutuhan

organisme berbeda beda, ada yang diuntungkan karena menyuburkan sehingga dapat

berkembang dengan cepat sementara organisme lain terdesak. perkembangan organisme perairan

secara berlebihan merupakan gangguan dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang

merugikan organisme akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung. Pencemaran yang

berupa penyuburan organisme tertentu disebut eutrofikasi yang banyak di jumpai khususnya di

perairan darat.

Pada awal abab ke-20 manusia mulai menyadari adanya gejala eutrofikasi pada badan

perairan akibat pengkayaan unsur hara yang masuk ke perairan. Mengingat bahwa eutrofikasi

merupakan ancaman yang serius bagi kualitas air di perairan, maka kita harus memahami

prosesnya, penyebab, dan dampak dari eutrofikasi sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat

untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Walaupun eutrofikasi pada umumnya merupakan

proses alami, namun pada masa kini eutrofikasi antropogenik yaitu eutrofikasi yang disebabkan

oleh aktifitas manusia, salah satunya yaitu penggunaan detergen yang berlebihan.

1

Page 6: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Senyawa fosfat yang berfungsi sebagai bahan pengisi deterjen, mengalir kedalam

perairan pesisir dan laut sekitar Cirebon dari beberapa sungai di sekitamya. Bertambahnya

pasokan deterjen akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi fosfat dalam perairan, dan akan

berdampak terhadap kualitas airya. Untuk mengetahui penyebaran fosfat sebagai dampak dari

keberadaan deterjen dan menganalisis pengaruhnya terhadap perairan dilakukan penelitian di

perairan Cirebon pada bulan Februari dan Juli 2007 oleh Tjutju Susana dan Suyarso dari Pusat

Penelitian Oseanografi - LIP1. Konsentrasi fosfat dan deterjen dianalisis secara kolorimetri,

beberapa parameter lingkungan yang terkait dengan kualitas air juga diamati. Konsentrasi fosfat

dalam perairan Cirebon bervariasi antara 0,011 mg/L - 0,11 mg/L, dan deterjen antara 0,0002

mg/L - 0,005 mg/L. Kondisi lingkungan menunjukkan kualitas air salah satu sungai sudah

berkurang. Deterjen dalam perairan pesisir dan laut sekitar Cirebon berasal dari sumber tak tentu

(non point source) yang terbawa dalam aliran sungai dan menyebabkan bertambahnya

konsentrasi fosfat dalam perairan. Penyebaran fosfat terjadi mulai dari aliran sungai yang

berkonsentrasi lebih tinggi, seiring dengan deterjen yang konsentrasinya lebih tinggi pula,

menyebar ke arah muara kemudian laut dengan konsenhasi yang semakin berkurang.

Atas dasar kasus tersebut, maka perlu dilakukan kajian secara global dari efek

penggunaan deterjen yang dapat menimbulkan dampak eutrofikasi.

B. Maksud dan Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah memberikan informasi tentang permasalahan eutrofikasi

yang sering terjadi pada danau dan waduk yang berasal dari limbah domestik dari penggunaan

detergen yang berlebihan secara global.

2

Page 7: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Pencemaran Air

Pencemaran air ialah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti

danau, sungai, laut dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran air dapat disebabkan oleh

berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien

dapat mengarah pada eutrofikasi. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air

limbahnya seperti logam berat, toksin organik, petrol, nutrien dan padatan. Air tersebut memiliki

efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pengeluar tenaga elektrik, yang dapat juga

mengurangi oksigen dalam air.

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan

orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik

dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam

Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang

didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan

hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-

komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah

dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi

lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air

didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup,

zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan

3

Page 8: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai

makna pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan

aspek akibat (Setiawan, 2001).

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa

masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan

kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada

prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair.

Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang

disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus

menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan

penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu dalam definisi

tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas

air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati

batas). Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU

Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi

masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas

tettuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari

parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam PERMENKES

416/1990 (Achmadi, 2001).

4

Page 9: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Gambar 1. Aliran Sumber Pencemaran Air

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan

menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung

meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya.

Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah

atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah

tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian

misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu

pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam

B. Detergen

Detergen merupakan suatu senyawa sintetis zat aktif muka (surface active agent) yang

dipakai sebagai zat pencuci yang baik untuk keperluan rumah tangga, industri tekstil, kosmetik,

obat-obatan, logam, kertas, dan karet. Detergen memiliki sifat pendispersi, pencucian dan

pengemulsi. Penyusun utama senyawa ini adalah Dodecyl Benzena Sulfonat (DBS) yang

memiliki kemampuan untuk menghasilkan busa (Ginting, 2007).

5

Page 10: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Limbah yang dihasilkan oleh detergen mengandung pospat yang tinggi. Pospat ini berasal

dari Sodium Tripolyphospate (STPP) yang merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar

dalam detergen (HERA, 2003). Dalam detergen, STPP ini berfungsi sebagai builder yang

merupakan unsur terpenting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan

mineral kesadahan dalam air sehingga detergen dapat bekerja secara optimal. STPP ini akan

terhidrolisa menjadi PO4 dan P2O7 yang selanjutnya juga terhidrolisa menjasi PO4 (HERA,

2003). Reaksinya adalahsebagai berikut

P3 O105−¿+H 2 O→ PO4

3−¿+P2O 74−¿+2 H

+ ¿¿¿¿ ¿

P2O74−¿+H 2 O→ 2 PO4

3−¿+2H +¿¿¿ ¿

Pemutih, air sorftener, surfaktan merupakan bahan terpenting pada detergen (Jakobi dan

Lohr, 1987). Kandungan limbah cucian yang sangat kotor mengandung mineral oil, logam berat,

dan senyawa berbahaya di mana harga COD mencapai 1200 sampai 20.000 mg O2/L. Limbah

cucian dari hotel, harga COD mencapai 600-2500 mg O2/L (Gosolits dkk, 1999). Kandungan

limbah cucian dapat dilihat pada tabel 1 (Sostar-Turk, 2004) :

Tabel 1. Kandungan Limbah Cucian

6

Page 11: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

C. Eutrofikasi

Definisi dasar dari eutrofikasi adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya

nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.

Eutrofikasi merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat

(PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total

phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan

sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih

produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi

eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak

disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja.

Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka

Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom. Contoh danau yang mengalami

eutrofikasi adalah Chesapake Bay di Amerika Serikat.

Melalui penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para peneliti

akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen kunci di antara nutrient utama

tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P)) di dalam proses eutrofikasi. Sebuah

percobaan berskala besar yang pernah dilakukan pada tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA

Lake 226) di Amerika Serikat membuktikan bahwa bagian danau yang hanya ditambahkan

karbon dan nitrogen tidak mengalami fenomena alga bloom selama delapan tahun pengamatan.

Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk senyawa fosfat)-di

samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami alga bloom.

7

Page 12: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

E. Jenis Eutrofikasi

Menurut Goldmen dan Horne (1938), eutrofikasi perairan danau dapat terjadi secara :

1. Cultural Eutrophication

Yang dimaksud dengan cultural eutrophication adalah eutrofikasi yang disebabkan

karena terjadinya proses peningkatan unsur hara di perairan oleh aktivitas manusia. Aktivitas

manusia yang menyebabkan eutrofikasi banyak sekali macamnya. Menurut Morse et al (The

Economic and Environment Impact of Phosporus Removal from Wastewater in the European

Community, 1993) 10 persen berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri

(background source), 7 persen dari industri, 11 persen dari detergen 17 persen dari pupuk

pertanian, 23 persen dari limbah manusia, dan yang terbesar, 32 persen, dari limbah peternakan.

Paparan statistik diatas (meskipun tidak persis mewakili data di Tanah Air) menunjukkan

bagaimana berbagai aktivitas masyarakat di era modern dan semakin besarnya jumlah populasi

manusia menjadi penyumbang yang sangat besarbagi lepasnya fosfor ke lingkungan air. Dari

data statistik di atas juga dapat diketahui bahwa 90 % penyebab eutrofikasi adalah berasal dari

aktivitas manusia. Hal ini menunjukkan bahwa eutrofikasi cultural lebih banyak terjadi daripada

eutrofikasi alami. Akhirnya, yang harus dimengerti dan disadari adalah bahwa karena Indonesia

merupakan negara tropis yang mendapatkan cahaya Matahari sepanjang tahun, maka blooming

(dalam arti biomasa alga tinggi) dapat terjadi sepanjang tahun. Artinya kapan saja (asal tidak

mendung/hujan) dan dari manapun asalnya kalau konsentrasi nutrien dalam badan air meningkat

maka akan meningkat pula aktifitas fotosintesa fitoplankton yang ada, dan jika peningkatan

nutrien cukup besar atau lama akan terjadi blooming. Fenomena itulah yang menyebabkan

badan-badan air (waduk, danau dan pantai) di Indonesia yang telah menjadi hijau warnanya tidak

8

Page 13: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

pernah atau jarang sekali menjadi jernih kembali; tidak seperti di negeri 4 musim seperti Kanada

dan Jepang yang blooming hanya terjadi di akhir musim semi dan panas.

2. Natural Eutrophication

Yang dimaksud oleh natural eutrophication adalah eutrofikasi alami yaitu peningkatan

unsur hara di dalam perairan bukan karena aktivitas manusia melainkan oleh aktivitas alami.

menyatakan bahwa proses masuknya unsure hara ke badan perairan dapat melaui dua cara, yaitu:

Penapisan air drainase lewat pelepasan hara tanaman terlarut dari tanah

Lewat erosi permukaan tanah atau gerakan partikel tanah halus masuk ke system

drainase

Proses terjadinya pengkayaan perairan danau oleh unsur hara berlangsung dalam waktu

yang cukup lama, kecuali proses tersebut dipercepat oleh berbagai aktivitas manusia di sekitar

perairan danau.

Eutrofikasi mempunyai dampak yang buruk bagi ekosistem air, diantaranya sebagai

berikut :

Anoxia (tidak tersedianya oksigen) yang dapat membunuh ikan dan invertrebata lain yang

juga dapat memicu terlepasnya gas-gas berbahaya yang tidak diinginkan

Algal blooms dan tidak terkontrolnya pertumbuhan dari tumbuhan akutaik yang lain

Produksi substansi beracun oleh beberapa spesies blue-green algae

Konsentrasi tinggi bahan-bahan organic yang jika dicegah dengan menggunakan klorin

akan dapat menyebabkan terciptanya bahan-bahan karsinogen yang dapat menyebabkan

kanker

Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk karena berkurangnya kejernihan air

9

Page 14: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Terbatasnya akses untuk memancing dan aktivitas berekreasi disebabkan terakumulasinya

tumbuhan air di danau atau waduk

Berkurangnya jumlah spesies dan keanekaragaman tumbuhan dan hewan (biodiversity)

Berubahnya komposisi dari banyaknya spesies ikan yang ada menjadi sedikit spesies ikan

(dalam hubungannnya dengan ekonomi dan kandungan protein)

Deplesi oksigen terutama di lapisan yang lebih dalam dari danau atau waduk

Berkurangnya hasil perikanan dikarenakan deplesi oksigen yang signifikan di badan air

10

Page 15: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

BAB III

Pembahasan

A. Studi Kasus

Perairan Cirebon pada umumnya merupakan perairan laut dangkal, kedalamannya antara

0,5 meter (di sekitar garis pantai) hingga 12 meter (pada jarak 7,5 km dari garis pantai) pada saat

surut, sehingga lereng dasar perairan sangat landai. Letak geografis seperti itu memungkinkan

senyawa kimia yang berasal dari daratan melalui aliran sungai akan mudah terakumulasi di

dalamnya.

Pada umumnya konsentrasi fosfat dan deterjen dalam sungai-sungai yang diamati lebih

tinggi dibandingkan dengan di pantai dan laut (Tabel 2). Di perairan pantai dan laut Cirebon

diperoleh variasi konsentrasi fosfat antara 0,011 mg/L- 0,11 mg/L, dan deterjen antara 0,0002

mg/L - 0,005 mg/L sebagaimana tampak dalam Tabel 2. Namun demikian, konsentrasinya

berbeda-beda di antara keempat sungai yang diamati, karena komposisi kimia dari buangan yang

mengalir ke dalam masing-masing sungai berbeda jenis dan sumbemya. Aliran limbah yang

berasal dari daerah pertanian misalnya, umumnya banyak mengandung pestisida dan pupuk yang

mengandung fosfat, sedangkan dari daerah domestik dan perkotaan lebih banyak mengandung

senyawa organik (Haslam,1995). Konsentrasi fosfat dan deterjen di Sungai Sukalilo paling tinggi

dibandinglcan sungai-sungai lainnya, rata-rata 0,59 mg/L dan 0,016 mg/L masing-masing untuk

fosfat dan detergen. Dibandingkan dengan dimuara-muara sungai Teluk Jakarta dan Sungai

Porong maka konsentrasi fosfat di sungai ini lebih tinggi (Susana & Suseno 1994).

11

Page 16: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Dampak keberadaan deterjen dalam sungai tampaknya berpengmh terhadap kualitas air

di dalamnya. Kondisi ini tampak di Sungai Sukahlo yang dicirikan dengan air sungai yang

berwarna kehitaman dan bau menusuk yang ditimbulkan oleh gas hidrogen sulfida (H2S) dan

fosfor. Timbulnya gas ini sebagai akibat rendahnya konsentrasi oksigen di dalamnya, atau

bahkan sudah habis, sehingga bakteri aerob akan mati semua. Tingginya konsentrasi fosfat rata-

rata di sungai ini dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya memang tidak langsung berbahaya

bagi organisme air di dalamnya, namun penambahan fosfat yang berasal dari deterjen bersama-

sama dengan nitrogen dan fosfat yang berasal dari bahan buangan domestic lainnya akan

merangsang pertumbuhan tumbuhan air dan alga untuk berkembang secara pesat. Sejalan dengan

itu maka kebutuhan akan oksigen pun menjadi bertambah untuk digunakan dalam proses

respirasi organisme di dalamnya, sehingga mengakibatkan rendahnya k onsentrasi oksigen dalam

sungai ini. Kondisi demikian bisa menyebabkan kematian organisme air secara masal sebagai

akibat kekurangan oksigen, terutama pada waktu malam hari karena produksi oksigen tidak ada

sedangkan respirasi terus berlangsung.

12

Page 17: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Walaupun tidak tampak banyak busa yang ditimbulkan oleh deterjen, tampaknya

konsentrasi deterjen sebesar 0,016 mg/L dalam Sungai Sukalilo sudah menyebabkan perubahan

kualitas air di dalamnya. Penelitian Chazanah (2002) dalam Sungai Bojongsoang lebih tinggi

lagi konsentrasinya, yaitu antara 2 - 5 mg/L, demikian juga Irianto & Machbub (2001) yang

melakukan penelitian beberapa zat pencemar dalam aliran Sungai Citarum, mendapatkan

konsentrasi deterjen antara 0 - 2,25 mg/L.

.

B. Dampak yang ditimbulkan

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,

meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,

pengrusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen

dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar

kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan

oksigen yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi

berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen.

Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori :

1. dampak terhadap kehidupan biota air

2. dampak terhadap kualitas air tanah

3. dampak terhadap kesehatan

4. dampak terhadap estetika lingkungan

Berikut penjelsan singkat tentang 4 kategori dampak pencemaran air tersebut :

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

13

Page 18: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar

oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang

membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian

dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman

dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara

alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi

sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,

apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah

terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di

Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

3. Dampak terhadap kesehatan

Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau

penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah.

Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam

sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan

jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka

perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang

menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah

limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga

14

Page 19: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan

menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

C. Penyelesaian dan Analisis

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran

Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah

satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah

melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan

beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta

dilakukan secara bwertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber

lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan

melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu

penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu

suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan

perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk

kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini

hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan

dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan

menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada

perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses,

mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

15

Page 20: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dalam

keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi sampah

(minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan

mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.

Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat

ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam

keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan

sebagainya. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam

kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada

kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir. Bahkan

pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut menyumbangkan emisi asam atu

hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya berdampak pada siklus air alam.

Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.

Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi sumber

bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun atau degradable (dapat didegradasi

alam)? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan

tumbuhan aman bagi makhluk hidup dan lingkungan ?

Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air

bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu

menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Dari segi kebijakan atau peraturanpun

mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin benar-benar hal tersebut dapat

dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak

pilihan baik secara pribadi ataupun social (kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun

16

Page 21: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

tidak, yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun

demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan bijaksana.

Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan berkurang

dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang

aman, bersih dan sehat.

Dalam banyak hal, cara yang paling efektif untuk menangani eutrofikasi yang disebabkan

oleh kelebihan phospat adalah dengan memakai pendekatan yang terintegrasi untuk mengatur

dan mengontrol semua masukan nutrien, sehingga konsentrasi nutrien dapat direduksi menjadi

cukup rendah sehingga tidak menyebabkan alga bloom. Pendekatan yang sama akan bermanfaat

juga untuk mengatasi masalah eutrofikasi yang disebabkan oleh nitrogen. Oleh karena itu kontrol

tersebut harus juga mengurangi kehilangan P dan N, dengan demikian dari sudut ekologi juga

akan mendatangkan keuntungan. Jika meningkatnya jumlah P yang lepas/hilang berhubungan

erat dengan erosi dn hilangnya sedimen secara besar-besaran, maka dengan kontrol erosi

diharapkan dapat dicapai peningkatan kualitas melalui pengurangan dampak negatif sedimen di

sistem akuatik.

Perlakuan-perlakuan yang cukup signifikan untuk mengontrol eutrofikasi adalah dengan

melakukan perombakan phospat pada buangan kotoran, pengontrolan phospat yang tersifusi dari

pertanian, perombakan phospat dari deterjen, pengalihan tempat pembuangan kotoran. Cara yang

sukses untukk mengontrol P akan membawa keuntungan bagi lingkungan. Salah satu cara yang

paling efisien untuk mengurangi dan mengontrol konsentrasi P di perairan adalah dengan

membatasi atau mengurangi beban nutrien dari sumber utama dan meningkatkan teknologi

perombakan nutrien dari buangan kotoran (sewage). Jika pertanian adalah P yang signifikan,

maka pengurangan buangan P dipandang dari sudut kepraktisannya dan biayanya tidak efisien

17

Page 22: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

dari tanah pertanian dan sangat sulit untuk menentukan faktor yang mempengaruhinya. Faktor

yang berpengaruh bervariasi dari sistem pertaniannya, tipe tanah dan kondisi wilayahnya.

Namun kehilangan P pada hakekatnya dapat dikembalikan ke sistem pertanian, sedangkan yang

lainnya dapat dikontrol oleh petani sendiri misalnya dengan menyebar pupuk tiak pada musim

hujan.

Untuk mencegah dan mengeliminasi aliran nitrogen sangat sulit. Sejumlah artificial

wetland dapat dibuat sepanjang aliran air dan sungai di areal pertanian untuk menangkap

kandungan nitrogen dalam air yang akan mengalir ke laut. Selain itu upaya lain yang perlu

dilakukan adalah meningkatkan sistem pengolahan limbah domestik. Pada saat ini, pengolahan

limbah domestik di pesisir pantai dan kota besar harus melibatkan proses pengurangan nitrogen

secara biologi, karena perlakuan secara kimiawi hanya mengurangi sejumlah kecil kandungan

nitrogen dalam limbah cair. Pada hakekatnya mengaurangi konsentrasi nutrien pada sumbernya

meruapak upaya yang sangat penting karena mengurangi input nutrien ke dalam lautan seperti

yang kita harapkan sangat sulit untuk dicapai.

Sebagian besar P terlarut dengan segera dipakai oleh kegiatan biologis. P sedimen tidak

segera tersedia tetapi menjadi sumber P untuk jangka waktu yang lama bagi biota aquatik

(Ekholm 1994). Untuk mereduksi lepasnya P dari areal pertanian kedalam air, langkah yang

harus dilakukan adalah meningkatkan efisiensi penggunaan P dengan cara menyeimbangkan

masukan P (P input) dalam pakan dan pupuk deagn luaran P (P output) dalam produksi tanaman

dan hewan dan mengatur level P dalam tanah. Untuk mereduksi lepasan P dalam aliran pertanian

dapat dilakukan dengan cara mengontrol sumber dan transportasinya. Lepasan P dari tanah

pertanian yang terbawa melalui aliran air permukaan dan erosi mungkin lebih mudah untuk

direduksi dan pada umumnya telah berhasil dilakukan, namun demikian perhatian masih sangat

18

Page 23: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

kurang terhadap pengaturan sumber P di tanah. Seperti kita ketahui bahwa sumber P tanah

terutama berasal dari pemupukan (pupuk kimia, organik, kompos, pupuk kandang) maka

pengaturan sistem pertanian yang ramah lingkuanga harus segera dikembangkan. Untuk

mengatur pengurangan dampak P terhadap lingkungan, setidaknya ada dua faktor yang harus

dipertimbangkan, yaitu sumber Pdan transportasinya. Timbulnya dampak P terhadap lingkungan

tentunya karena ada sumber P (tanah dengan konsentrasi P tinggi, penggunaan kompos, pupuk

kandang dan pupuk kimia) dan ada transportasi atau perpindahan P ke lokasi yang rawan (rawan

terhadap leaching, pengaliran, erosi). Masalah akan muncul jika ada interaksi dari kedua faktor

tersebut. Sumber yang tinggi dengan kecilnya kemungkinan untuk perpindahan, mungkin tidak

akan berpengaruh bagi lingkungan. Demikian juga sebaliknya jika kemungkinan terjadinya

perpindahan tinggi namun sumbernya kecil maka juga tidak akan berpengaruh buruk terhadap

lingkungan. Oleh karena itu pengaturan harus difokuskan pada area dimana kedua kondisi

tersebut bertemu. Area tersebut dikenal sebagai “critical source area”. Penentuan titik titik rawan

tersebut menjadi sangat penting dan harus segera dilakukan di kawasan Bopunjur sehingga

eutrofikasi dapat dicegah. Langkah lain yang juga sangat penting untuk mencegah terjadinya

kurasakan lingkungan perairan pada umumnya, khususnya eutrofikasi adalah kerusakan

lingkungan perairan pada umumnya, khususnya eutrofikasi adalah dengan mengurangi

konsentrasi pencemar dalam limbah cair industri, dan limbah domestik sampai ke tingkatan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah, sebelum limbah tersebut memasuki perairan umum. Untuk itu

maka teknologi pengolahan limbah yang efisien, dan secara ekonomi dan ekologi

menguntungkan sangat dibutuhkan.

19

Page 24: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

BAB IV

Kesimpulan

Dari tinjauan pustaka dan penjelasan di bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Fosfor dan nitrogen merupakan elemen kunci di dalam proses eutrofikasi, di antara nutrient

utama yang terkandung dalam suatu perairan.

2. Eutrofikasi dapat menyebabkan Terjadinya “alga bloom” dan terproduksinya senyawa toksik

yang akan meracuni ikan dan kerang, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi manusia dan

merusak industri perikanan.

3. Perlakuan-perlakuan yang cukup signifikan untuk mengontrol eutrofikasi adalah dengan

melakukan perombakan phospat pada buangan kotoran, pengontrolan phospat yang tersifusi

dari pertanian, perombakan phospat dari deterjen, pengalihan tempat pembuangan kotoran.

20

Page 25: Eutrofikasi Akibat Limbah Detergen

DAFTAR PUSTAKA

Chazanah, M. (2002). Biodegradasi surfaktan linear alkyl bensen sulfonat yang tekandung dalam deterjen pada reactor batch aerob. Tesis. Program magister teknik lingkungan program pasca sarjana Institut Teknolgi Bandung.

Haslam, S.M. (1995). River Pollution and Ecological Perspective. John Wileyand Sons, Chichester, U.K : 253 pp

Irianto dan Machbub. (2001). Fenomena Hubungan Debit Air dan Kadar Zat Pencemar DalarnAir Sungai (Studi kasus : Sub DPS Citarum hulu). http: //www.pusair.pu.go.id.

Kementerian Lingkungan Hidup, (2003). Keputusan Men LH Nomor 114/2003 tentang Pedoman Pengkajian untuk Menetapkan Kelas Air

---------------------------------------, (2009). Peraturan Meneter Lingkungan Hidup Nomor : 8/2009Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan Waduk

Nurhayati dan Suyarso. Vaniabilitas lingkungan oseanografi di perairanpantai Cirebon. Manuscript.

Susana, T dan Suyarso, (2008). Penyebaran Fosfat dan Deterjen di Perairan Pesisir dan Laut Sekitar Cirebon, Jawa Barat, Jurnal Oseanologi dm Limnologi diIndonesia. 34: 117-131.

-------------------------------(1994)_. Deterjen dan fosfat di perairan muara Kali Porong. Makalah Penunjang Seminar Pemantauan Pencemaran Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta : 47 - 57.

21