penentuan posisi eutrofikasi dalam upaya mendukung sea

19
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENENTUAN POSISI EUTROFIKASI DALAM UPAYA MENDUKUNG SEA CARBON STORAGE FITOPLANKTON MENJADI MINYAK FOSIL BERBASIS REMOTE SENSING BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) Diusulkan Oleh: Muhammad Bahrun R.C54080076 (2008) Fahmi Rahmansyah C54080084 (2008) Muhammad Sudibjo C54090065 (2009) INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENENTUAN POSISI EUTROFIKASI DALAM UPAYA MENDUKUNG

SEA CARBON STORAGE FITOPLANKTON MENJADI MINYAK FOSIL

BERBASIS REMOTE SENSING

BIDANG KEGIATAN:

PKM GAGASAN TERTULIS (PKM-GT)

Diusulkan Oleh:

Muhammad Bahrun R.C54080076 (2008)

Fahmi Rahmansyah C54080084 (2008)

Muhammad Sudibjo C54090065 (2009)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

2011

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Penentuan Posisi Eutrofikasi dalam Upaya Mendukung

Sea Carbon Storage Fitoplankton Menjadi Minyak Fosil

Berbasis Remote Sensing

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (X) PKM-GT

3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian

( ) MIPA (X ) Teknologi dan Rekayasa

( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora

( ) Pendidikan

4. Pelaksana Kegiatan :

a. Nama Lengkap : Muhammad Bahrun Rohadi

b. NIM : C54080076

c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Kelautan

d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah dan No.Tel/Hp : Pondok Asad, Jln. Raya Dramaga, Gg.

Masjid 3,

Bogor, Jawa Barat 16680/ 085711559803

f. Alamat email : [email protected] atau

bahrunrohadi@gmail.

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang

6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Beginer Subhan S.Pi M.Si

b. NIP : 198001182005011003

c. Alamat Rumah dan No. Tel/Hp : Jl. Bambu Ori IV No 22 Taman Yasmin,

Bogor. Jawa Barat. / 08128347579

Menyetujui Bogor, 4 Maret 2011

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pelaksana Kegiatan

Kelautan

(Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, MSc) m (Muhammad Bahrun Rohadi)

NIP 195809091983031003 NIM C54080076

Wakil Rektor Bidang Akademik Dosen Pendamping

dan Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS) (Beginer Subhan S.Pi M.Si.)

NIP 195812281985031003 NIP 19800118200501100

Page 3: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan

karya tulis yang berjudul “Penentuan Posisi Eutrofikasi dalam Upaya Mendukung

Sea Carbon Storage Fitoplankton Menjadi Minyak Fosil Berbasis Remote

Sensing”. Karya tulis ini disusun untuk diajukan pada Program Kreativitas

Mahasiswa Gagasan Tertulis bidang ilmu teknologi dan rekayasa. Karya tulis ini

berisi tentang gagasan penulis menangapi masalah gas rumah kaca yang semakin

memrihatinkan. Tim penulis mengagas dibentuknya suatu wilayah isolasi karbon

di laut (sea carbon storage) yang berperan menjaga keseimbangan karbon di

bumi. Wilayah isolasi ini dicari dengan mengunakan sistem pengindraan jauh

dengan memperhatikan berbagai faktor penyebab terjadinya blooming serta faktor

topografi dan oseanografi pendukung storage.

Terima kasih tim penulis sampaikan kepada orang tua atas dukungan dan

doanya. Terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada bapak Beginer Subhan

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan semangat kepada penulis

sehingga karya tulis ini dapat selesai.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dalam rangka mengatasi

masalah gas rumah kaca dan perubahan iklim global yang cukup meresahkan. Tim

penulis sadari tulisan ini jauh dari kata sempurna sehingga segala bentuk kritik

dan masukan sangat penulis harapkan demi pengembangan karya tulis ini yang

lebih baik.

Bogor, 4 Maret 2011

Penulis

Page 4: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN

JUDUL..................................................................................................................i

LEMBAR

PENGESAHAN...................................................................................................ii

PRAKATA...........................................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................iv

RINGKASAN......................................................................................................v

PENDAHULUAN................................................................................................1

Latar Belakang..............................................................................................1

Tujuan Gagasan............................................................................................2

Manfaat Gagasan..........................................................................................2

GAGASAN...........................................................................................................3

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan (Diperoleh dari Bahan Bacaan,

Wawancara,Observasi, Imajinasi yang Relevan)..........................................3

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya untuk

Memperbaiki Keadaan Pencetus Gagasan.....................................................4

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki

Melalui Gagasan yang Diajukan....................................................................5

Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu

Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau Kontribusi Masing-

Masingnya....................................................................................................5

Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk

Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan atau Perbaikan yang

Diharapkan Dapat Tercapai...........................................................................6

KESIMPULAN .....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................8

LAMPIRAN.........................................................................................................10

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 1.1 Emisi Karbon dari Bahan Bakar Fosil Global..................................1

2 Gambar 2.1 Sistem Carbon Storage di Darat ......................................................5

3 Gambar 2.2 Negara dan Perusahaan Produsen Minyak Mentah yang Tergabung

dalam IEA Greenhouse Gas R&D Programme....................................................8

4 Gambar 2.3 Flow Chart Carbon Storage Berbasis Remote Sensinv....................9

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar riwayat hidup penulis

Page 5: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

RINGKASAN

Pemanasan Global disebabkan oleh lapisan rumah kaca yang didominasi

oleh CO2. Lapisan tersebut merupakan hasil dari aktivitas pemakaian bahan bakar

fosil secara berlebihan selama 120 tahun terakhir. Padahal untuk membentuk

bahan bakar fosil yang selama ini digunakan dibutuhkan waktu 10 juta hingga 270

juta tahun. Hal ini menyebabkan keseimbangan siklus karbon di atmosfer menjadi

tidak seimbang. Untuk menyeimbangkannya diperlukan pengembalikan karbon ke

sumber asalnya yaitu minyak bumi di dasar laut. Minyak bumi tersebut bersumber

dari jasad renik fitoplankton dan organisme yang mengendap di dasar perairan

dalam waktu yang cukup lama dan memfosil pada kondisi anoksik. Oleh karena

itu, diperlukan eutrofikasi di laut lepas untuk meningkatkan aktivitas pengikatan

dan penyerapan karbon fitoplankton.

Eutrofikasi dilakukan dengan harapan terjadi blooming fitoplankton di

perairan, selanjutnya mengendap di dasar perairan, dan kembali tersimpan sebagai

minyak bumi di laut dalam (Anderson, 2008). Akan tetapi hal tersebut sering

terkendala dengan kondisi fisika dan kimia perairan. Kondisi tersebut diantaranya

suhu, salinitas, densitas, kecepatan arus, jumlah oksigen terlarut, serta kedalaman.

Oleh karena itu harus ditentukan posisi yang sesuai dengan kriteria kandungan

DO tidak terlalu tinggi, berada jauh dari aktivitas manusia, kecepatan arus rendah,

resident time tinggi, serta kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/l (Aunurohim,et al.

2008). Suhu terbaik adalah kisaran 27-30 oC (Thornton et al., 1990). Menurut

Sukimin (1990) pada kisaran 26-31,5 oC fotosintesis dan pembentukan komponen

seluler sel fitoplankton. Intensitas cahaya yang baik yang memungkinkan terjadi

blooming fitoplankton adalah 70.102 – 106.755 lux. Kisaran ini digunakan karena

fitoplankton dapat berfotosintesis sempurna (Baksir, 2004). Salinitas yang terbaik

untuk eutrofikasi berkisar antara 5‰–30‰. Kesemuanya parameter di atas

selanjutnya akan dicari irisan daerah yang mewakili kesemuanya untuk dijadikan

wilayah eutrofikasi. Dengan demikian diharapkan pemanasan global dapat diatasi.

Page 6: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Efek rumah kaca merupakan peristiwa ketika panas matahari yang masuk

ke bumi tidak bisa keluar dari atmosfer bumi akibat terhalang oleh gas – gas yang

ada di sekitar atmosfer sehingga terpantul kembali ke Bumi. Dari mana gas – gas

ini berasal, gas – gas ini terutama berasal dari pemakaian bahan bakar fosil secara

berlebihan yang dapat menghasilkan gas CO2. Selama berapa dekade ini

pemakaian energi dunia yang terutama berasal dari bahan bakar fosil, menipisnya

lahan gambut dan pemabakaran hutan serta aktivitas antropogenik lain turut

menymbangkan karbon 7 petagram karbon (Pg C) setiap tahunnya ke atmosfer.

Tiga petagram setiap tahunnya terakumulasi di atmosfer dan hanya 4 petagram

yang dapat diserap lapisan biosfer dan lautan(Feely et al., 2001). Penyumbang

terbesar berasal dari aktivitas pembakaran bahan bakar minyak bumi yang

mencapai 50% (Batycky et. al, 1997).

Gambar 1.1 Emisi Karbon dari Bahan Bakar Fosil Global (Batycky et. al, 1997)

Hal tersebut berdampak pada tergangunya siklus karbon di bumi.

Penghematan pengunaan bahan bakar tidaklah berdampak besar terhadap kegiatan

ini. Hal ini dikarenakan jumlah karbon yang sudah terlepas dari perut bumi dalam

bentuk minyak fosil tidak dapat dikembalikan ke posisi semula hanya dengan

melalui proses biogenous sederhana saja. Selain itu, jumlah bahan bakar fosil

semakin hari jumlahnya akan semakin menurun dan akhirnya habis. Oleh sebab

itu, diperlukan cara–cara untuk menanggulanginya salah satunya adalah dengan

sea carbon storage. Penggunaan metode sea carbon storage dinilai cukup baik

mengingat 95% karbon dipermukaan tersimpan di laut (Feely et al., 2001). Selain

itu laut dipilih dalam metode sea carbon storage karena laut merupakan daerah

yang lebih luas dari pada daratan, laut tidak seperti daratan yang banyak

digunakan sebagai tempat pembangunan dan kegiatan lainnya, kemudian sumber

minyak bumi terbesar yaitu berasal dari laut, bukan dari daratan sehingga dengan

mengembalikan karbon ke keseimbangan, diharapkan siklus karbon dapat kembali

normal.

Page 7: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

Sea carbon storage dilakukan dengan melakukan blooming fitoplankton

yang menjadi sumber bahan bakan fosil melalui proses eutrofikasi. Eutrofikasi

dilakukan dengan penambahan nutrien yang bersumber dari limbah industri. Akan

tetapi umur fitoplankton yang singkat dan kegiatan predasi makluk hidup di tropik

level diatasnya menyebabkan sedimentasi biogenous fitoplankton ini sulit

tercapai. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya pemetaan daerah yang sesuai

dijadikan posisi eutrofikasi agar kegiatan ini berdampak maksimal. Metode

penentuan posisi ini dilakukan menggunakan pemetaan terhadap kondisi fisika

dan kimia dilautan yang cocok bagi pertumbuhan plankton dengan menggunakan

pengeinderaan jauh. Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh

informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang

diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah

atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Penggunaan

penginderaan jauh ini dinilai lebih cepat dan akurat untuk memperoleh suatu data

studi. Kelebihan dari sistem penginderaan jauh ini, yaitu dapat mencari suatu

kedalaman yang dalam dan tertutup untuk mencegah fitoplankton yang sudah

blooming berpindah sehingga keberhasilan dalam metode ini akan menjadi lebih

tinggi dan pemanasan global dapat teratasi dengan baik. Dalam metode

penginderaan jauh ini terdapat empat komponen dasar, yaitu sumber energi,

target, transmisi, dan sensor. Keempat komponen ini memiliki kerja yang saling

berkaitan satu sama lainnya sehingga sangat berpengaruh dalam penerimaan data

studi. Adapun parameter kimia yang akan dilihat, yaitu salinitas, kadar DO, TOM,

pH, konsentrasi nutrien dan mineral lain dan iklim tempat eutrofikasi (Aziz dan

Settari, 1979). Selain itu dipertimbangkan pula faktor fisik seperti suhu,

kecerahan, kekeruhan, densitas perairan, kedalaman batimetri, arus, kecepatan

angin permukaan, serta pengaruh ekternal lain.

Tujuan Gagasan

Karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan (1) tingkat pencemaran

lingkungan terhadap pemanasan global, (2) menanggulangi terjadinya global

warming degan metode sea carbon storage, (3) penetuan posisi yang tepat untuk

pembloomingn fitoplankton, serta (4) pengolahan limbah secara berkelanjutan.

Manfaat Gagasan

Manfaat karya tulis ini adalah (1) dapat mengurangi karbon yang berada di

atmosfer bumi, (2) mengembalikan cadangan minyak bumi yang sudah mulai

menipis, (3) menjaga keseimbangan siklus karbon di ekologi dan mecegah

terjadinya pemanasan global, serta (4) bentuk menejemen limbah sebagai bahan

baku eutrofikasi perairan sehingga tidak terbuang percuma di perairan.

Page 8: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan (Diperoleh dari Bahan Bacaan,

Wawancara,Observasi, Imajinasi yang Relevan)

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas

karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat

kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis

molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), gas karbon dioksida sangat

memiliki peran yang penting dalam kehidupan makhluk hidup sehari-hari. Gas-

gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon

(BPPT dan KLH, 2009). Saat ini, gas yang berada di bumi ini adalah gas rumah

kaca yang memiliki konsentrasi di atmosfer semakin bertambah dan berperan

dalam pemanasan global. Untuk saat ini, jumlah karbon yang berada di atmosfer

mencapai 750 giga ton (Situmeang, 2008). Menurut Sukatma (1999), pembakaran

sumber energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara juga melepaskan gas-gas,

antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx) dan sulfur dioksida

(SO2) yang juga menjadi penyebabkan pemanasan global. Emisi karbon dioksida

(CO2) dan gas rumah kaca lainnya akan menyebabkan terjadinya penyerapan

sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu

atmosfer menjadi naik. Aktivitas pemakaian bahan bakar fosil secara berlebihan

selama 120 tahun terakhir merupakan penyebab terbesar hal tersebut. Padahal

untuk membentuk bahan bakar fosil yang selama ini digunakan dibutuhkan waktu

10 juta hingga 270 juta tahun. Hal ini menyebabkan keseimbangan siklus karbon

di atmosfer menjadi tidak seimbang. Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara

penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya:

bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya

minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan.

Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.

Perisitiwa ini sangat membahayakan bagi kehidupan di bumi terutama

bagi manusia, jika suhu muka bumi semakin meningkat maka es yang berada

kutub ataupun di pegunungan akan mencair sehingga menyebab ketinggian air

dilaut meningkat. Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan

dampak sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b)

perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air

laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e)

berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil. Selain itu, peristiwa

ini juga dapat mengakibatkan kepunahan jenis hewan maupun tumbuhan karena

habitatnya terganggu. Pada Juni 2007, Bank Dunia sudah melaporkan bahwa telah

terjadi peningkatan suhu global yang menyebabkan kemarau berpanjangan, hujan

lebat luar biasa diikuti banjir dan ombak besar di kebanyakan negara.

Page 9: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya untuk

Memperbaiki Keadaan Pencetus Gagasan

Beberapa langkah telah dilakukan dalam upaya penanganan tingginya

jumlah karbon di atmosfer. Langkah konvensional yang dilakukan seperti

reboisasi tidaklah efektif mengingat ruang hijau di daratan semakin menipis akibat

aktivitas pembangunan dan pertanian. Kegiatan penghematan bahan bakar fosil

juga tidak berdampak banyak terhadap kondisi ini dikarenakan konsumsi dan dan

demand akan bahan bakar terus melonjak seiring dengan peningkatan jumlah

penduduk dan tingginya aktivitas masyarakat. Memperhatikan hal tersebut,

tercetus ide untuk menyimpan karbon (carbon storage)di dalam perut bumi.

Namun fakta yang dihasilkan dari berbagai langkah carbon storage di darat

sangatlah minim. Luasnya wilayah yang dibutuhkan menjadi faktor utama

pertimbangan pelaksanaan kegiatan ini, mengingat daratan digunakan sebagai

tempat berbagai kegiatan manusia. Selain itu, mahalnya biaya kegiatan ini juga

menjadi pertimbangan tersendiri pelaksanaan gagasan ini (Batycky et. al, 1997).

(Lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1 Sistem Carbon Storage di Darat (Batycky et. al, 1997)

Menghindari konflik ini, beberapa peneliti mencoba langkah osean carbon

storage. Akan tetapi terkendala berbagai faktor seperti kondisi laut yang berubah-

ubah, dan adanya arus sehingga karbon terbawa tak tentu arah dan faktor-faktor

lain yang menghambat kegiatan ini. Sifat ini menyebabkan karbon masih dapat

terlepas dan saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah

upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling

karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan,

asam karbonat terbentuk CO2 + H2O ⇌ H2CO3. Reaksi ini memiliki sifat dua arah,

mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam

mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi

H2CO3 ⇌ H+ + HCO3

− mengontrol perubahan yang besar pada pH (Brinks, J., and

J. Fanchi, 2001),.

Perubahan iklim di masa datang dapat berpengaruh terhadap penyerapan

karbon dioksida di laut dan juga pola sirkulasinya. Dengan bertambahnya suhu

Page 10: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

permukaan laut, densitas air laut akan berkurang dan akan memperlambat

sirkulasi termohalin, sehingga kemampuan laut untuk menyerap karbon dioksida

juga akan berkurang. Hal ini akan mengakibatkan jumlah karbon dioksida di

atmosfer bertambah dan memperburuk masalah yang ada. Melemahnya sirkulasi

laut akan memperlemah proses percampuran di laut, sehingga akan mengurangi

ventilasi ke atmosfer dari karbon dioksida yang diinjeksikan ke laut dalam.

Memindahkan karbon ke laut dalam bukan merupakan solusi yang permanen

untuk menguranngi jumlah karbon dioksida di atmosfer. Karbon dioksida yang

disimpan di laut tidak akan selamanya dapat bertahan. Kadang kala ia akan

menampis ke permukaan dan ke dalam atmosfer. Hal ini terjadi apabila karbon

tidak sepenuhnya berbentuk sedimen di dalam bumi akibat posisi penyimpanan

karbon yang labil.

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki

Melalui Gagasan yang Diajukan

Permasalah utama yang dihadapi dalam upaya sea carbon storage adalah

masalah penentuan posisi wilayah yang strategis serta stabil untuk dijadikan

wilayah storage. Wilayah ini merupakan area terisolasi yang memiliki sifat fisik

dan kimia pendukung blooming. Selanjutnya wilayah ini akan dilakukan

eutrofikasi untuk meningkatkan aktivitas blooming. Melalui pengindraan jauh

penentuan ini dapat dilakukan dengan pemodelan sehingga data area yang

diperoleh lebih akurat. Selain itu pengindraan jauh memiliki keungulan dalam hal

kecepatan pengambilan data serta keterwakilan wilayah pengambilan data yang

luas karena satelit pengindraan jauh mampu mengeliling hampir seluruh bagian

bumi. Pengindraan jauh ini juga memiliki kelebihan dalam hal biaya penentuan

posisi wilayah yang dapat ditekan. Dibandingkan metode injeksi, metode alami ini

cenderung lebih ramah lingkungan karena meminimalkan gesekan dengan sifat

lempeng dasar bumi yang labil dan terus bergerak. Dalam pelaksananya dengan

metode ini energi (bahan bakar) yang dikelurakan lebih rendah karena tidak

membutuhkan pendorong/injektor sehingga emisi yang dikelurakan lebih minim.

Melalui pengidraan jauh dan metode eutrofiksai alami, pekerja yang digunakan

dalam proyek ini lebih sedikit sehingga lebih menghemat sumberdaya manusia.

Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu

Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau Kontribusi Masing-

Masingnya

Pelaksanan ide ini membutuhkan kerja sama pihak-pihak terkait masalah

pengindraan jauh, serta lembaga lokal dan internasional yang bergerak di bidang

storage carbon. Lembaga lokal yang dapat membantu proses ini di antaranya

LAPAN dan BMKG yang berkerja sama menentukan posisi storage carbon di

laut. Kementrian Luar Negeri, Kementrian Kelautan dan Perikanan, serta

Kementrian Lingkungan Hidup berperan dalam menjalin kerjasama dan

mengankat masalah ini ke manca negara, karena masalah lingkungna merupakan

masalah bersama yang dalam pelaksanaanya membutuhkan peran serta banyak

pihak. Dinas Oseanografi dan Hidrologi (Dishidros) TNI AL dan LIPI berperan

Page 11: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

dalam mengamati perkembangan fitoplankton dan efektivitas kerja sistem storage

sehingga monitoring dan eveluasi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini akan

sangat menetukan keberhasilan kegiatan ini. Terakhir, tidak ketingalan jalinan

kerja sama juga perlu dibangun antara negara produsen terbesar minyak dunia dan

perusahaan minyak dunia yang bertangung jawab terhadap emisi gas buang hasil

pembakaran bahan bakar fosil yang di eksploitasi terutama dalam penyediaan

permodalan dan saran-prasarana pendukung pengembangan penelitian ini. Melalui

kerja sama semua elemen ini diharapkan masalah efek rumah kaca dapat diatasi

bersama-sama.

Gambar 2.2 Negara dan Perusahaan Produsen Minyak Mentah yang Tergabung

dalam IEA Greenhouse Gas R&D Programme

Para negara dan perusahaan produsen minya ini sudah sepatutnya ikut membantu

pelaksanaan program ini sebagai bukti tanggung jawab lingkungan akibat

kegiatan ekploitasi yang mereka lakukan.

Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan untuk

Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan atau Perbaikan yang

Diharapkan Dapat Tercapai

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah peramalan posisi-posisi

potensial untuk carbon storage. Peramalan posisi dilakukan dengan

memperhatikan parameter fisik dan kimia perairan. Kondisi tersebut diantaranya

suhu, salinitas, densitas, kecepatan arus, jumlah oksigen terlarut, serta kedalaman.

Oleh karena itu harus ditentukan posisi yang sesuai dengan kriteria kandungan

DO tidak terlalu tinggi, berada jauh dari aktivitas manusia, kecepatan arus rendah,

resident time tinggi, serta kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/l (Aunurohim,et al.

2008). Suhu terbaik adalah kisaran 27-30 oC (Lillesand., 1990). Menurut Wan

Mohd Ruzlan Wan Omar (1990) pada kisaran 26-31,5 oC fotosintesis dan

pembentukan komponen seluler sel fitoplankton. Intensitas cahaya yang baik yang

memungkinkan terjadi blooming fitoplankton adalah 70.102 – 106.755 lux.

Kisaran ini digunakan karena fitoplankton dapat berfotosintesis sempurna

(Bommer, P. M., and R. S. Schechter, 1979). Salinitas yang terbaik untuk

Page 12: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

eutrofikasi berkisar antara 5‰–30‰. Terakhir yang tidak kalah penting adalah

kedalaman batimetri yang terisolasi dan tidak banyak dipengaruhi pengaruh

eksternal. Kesemuanya parameter di atas selanjutnya akan dicari irisan daerah

yang mewakili kesemuanya untuk dijadikan wilayah potensial untuk dilakukan

eutrofikasi.

Eutrofikasi dilakukan dengan pembangunan bangunan penampung limbah

nutrien cair pada jarak tertentu dari batimetri palung tempat fitoplankton akan

tengelam (jarak disesuaikan dengan kecepatan dan arah arus, serta kecepatan

tengelam fitoplankton pada wilayah tersebut). Hal ini dimaksudkan agar

fitoplankton hasil blooming dapat tepat jatuh ke dalam palung tempat isolasi

sehingga tidak dapat mengalir ke area lain. Tanki tempat penampungan limbah

cair indusrti yang mengandung nutrien ini terbuka dan tertutup otomatis

berdasrkan perintah dari bagian monitor di pusat setelah diperkirakan kondisi

fisika dan kimia perairan pada saat itu sesuai untuk dilakukakn eutrofikasi.

Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi kerja keseluruhan mulai

dari posisi dan waktu eutrofikasi, konsentrasi nutrien yang digunakan, dan

penilaian indikator fisik dan kimia penentu terjadinya blooming.

(Lihat Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Flow Chart Pelaksanaan Carbon Storage Berbasis Remote Sensing

Pembentukan TIM Pelaksanaan

Peramalan daerah eutrofikasi

mengunakan pengindraan jauh

Pembangunan bangunan tanki

penampung nutriean eutrofikasi

Pemantauan waktu yang tepat

untuk dilakukan eutrofikasi

Proses eutrofikasi

Monitoring dan Evaluasi

Pelaksanaan kegiatan secara kontinu

Page 13: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

Langkah terakhir adalah pelaksanaan eutrofikasi secara kontinu apabila telah

ditemuka posisi eutrofikasi yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk meningkat

tekanan permukaan dari endapan fitoplankton dan menjaga agar fitplankton yang

telah mengendap tidak terlepas kembali ke permukaan ketika terjadi up welling.

KESIMPULAN

Pemanasan Global disebabkan oleh lapisan rumah kaca yang didominasi

oleh CO2. Lapisan tersebut merupakan hasil dari aktivitas pemakaian bahan bakar

fosil secara berlebihan selama 120 tahun terakhir. Padahal untuk membentuk

bahan bakar fosil yang selama ini digunakan dibutuhkan waktu 10 juta hingga 270

juta tahun. Hal ini dapat menganggu siklus karbon di bumi. Sehingga diperlukan

suatu teknik penyimpanan agar karbon tersebut dapat dikembalikan ke dalam

dasar bumi. Hal ini dilakukan dengan proses biogenous sediment dengan

mengendapkan fitoplankton. Proses eutrofikasi dilakukan dengan pemberian

limbah indutri yang mengandung nutrien bagi plankton sehingga terjadi blooming.

Penentuan posisi terjadinya blooming dilakuakan dengan mengunakan

pengindraan jauh. Pengindraan jauh digunakan untuk memperoleh data terkait

kondisi fisik dan kimia di perairan secara global. Data global ini selanjutnya

dimodelkan dan diramalkan daerah yang berpotensi dilakukan kegiatan ini.

Eutrofikasi dilakukan dengan harapan terjadi blooming fitoplankton di

perairan, selanjutnya mengendap di dasar perairan, dan kembali tersimpan sebagai

minyak bumi di laut dalam (Anderson, 2008). Akan tetapi hal tersebut sering

terkendala dengan kondisi fisika dan kimia perairan. Kondisi tersebut diantaranya

suhu, salinitas, densitas, kecepatan arus, jumlah oksigen terlarut, serta kedalaman.

Oleh karena itu harus ditentukan posisi yang sesuai dengan kriteria kandungan

DO tidak terlalu tinggi, berada jauh dari aktivitas manusia, kecepatan arus rendah,

resident time tinggi, serta kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/l (Aunurohim,et al.

2008). Suhu terbaik adalah kisaran 27-30 oC (Lillesand., 1990). Menurut Wan

Mohd Ruzlan Wan Omar (1990) pada kisaran 26-31,5 oC fotosintesis dan

pembentukan komponen seluler sel fitoplankton. Intensitas cahaya yang baik yang

memungkinkan terjadi blooming fitoplankton adalah 70.102 – 106.755 lux.

Kisaran ini digunakan karena fitoplankton dapat berfotosintesis sempurna (Baksir,

2004). Salinitas yang terbaik untuk eutrofikasi berkisar antara 5‰–30‰.

Kesemuanya parameter di atas selanjutnya akan dicari irisan daerah yang

mewakili kesemuanya untuk dijadikan wilayah eutrofikasi. Dengan demikian

diharapkan pemanasan global dapat diatasi.

Berdasarkan hasil pemaparan sistem ini dapat mengatasi masalah tingkat

pencemaran lingkungan terhadap pemanasan global, menanggulangi terjadinya

global warming dengan metode sea carbon storage, penetuan posisi yang tepat

untuk mendukung terjadinya blooming fitoplankton, serta pengolahan limbah

secara berkelanjutan. Gagasan ini diharapkan dapat mengurangi karbon yang

berada di atmosfer bumi, mengembalikan cadangan minyak bumi yang sudah

mulai menipis, menjaga keseimbangan siklus karbon di ekologi dan mecegah

terjadinya pemanasan global, serta bentuk menejemen limbah sebagai bahan baku

eutrofikasi perairan sehingga tidak terbuang percuma di perairan.

Page 14: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

DAFTAR PUSTAKA

Amqam H dan Hasyim Djaffar M, ( 2006), Buku Ajar Pencemaran Udara,

Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM-UNHAS, Makassar

Aziz, K., and A. Settari (1979), Petroleum Reservoir Simulation, Blitzprint,

Calgary, Alberta, Canada.

Batycky, R. P., M. J. Blunt, and M. R. Thiele (1997), A 3D field-scale

streamline-based reservoir simulator, SPE Reservoir Eng., 12(4), 246–254.

Bear, J. (1972), Dynamics of Fluids in Porous Media, Dover, Mineola, N. Y.

Bommer, P. M., and R. S. Schechter (1979), Mathematical modeling of insitu

uranium leaching, SPE J., 19, 393–400.

BPPT dan KLH, 2009, “Indonesia’s Technology Needs Assessment for Climate

Change”, Jakarta: Maret 2009

Bratvedt, F., T. Gimse, and C. Tegnander (1996), Streamline computations

for porous media flow including gravity, Transp. Porous Media, 25,

63– 78.

Brinks, J., and J. Fanchi (2001), Geological sequestration: Modeling and

monitoring injected CO2, SPE Pap. 66749, Soc. of Pet. Eng., Richardson,

Feely et. al., 2007, Uptake Storage Carbon Dioxcide In The Ocean : The Global

CO2 Survey, JGOFS: Wasington.

Lillesand, Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada

University: Yogyakarta

Situmeang, Hardiv H. Dr, “CCS – Financing Challenges and Opportunities:

Investment Drivers, Incentives and Financing Options, The Role of

Developing Countries”, Presentation at World Energy Council, London:

2008

Sukatma Maja Messmer, 1999, Energi, PPPGT / VEDC, Malang.

Wan Mohd Ruzlan Wan Omar, 2009, Ancaman Serius Pemanasan Global

Tahun 2009, dari jurnal metro: Maret 2009

Page 15: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS I

Nama Lengkap : Muhammad Bahrun Rohadi

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 11 Juli 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Jalan Swasembada Timur V No. 28 Kebon Bawang,

Tanjung Priok, Jakarta Utara.

HP/e-mail : 085711559803 / email: [email protected]

Riwayat Pendidikan :

-SD Yappenda Jakarta 1996-2005

-SLTP Negeri 129 Jakarta 2003-2005

-SMU Negeri 13 Jakarta 2005-2008

-Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,

-Institut Pertanian Bogor 2008-sekarang

Pengalaman Organisasi :

-Anggota Pramuka SLTP 129 Jakarta

-Ketua Umum Kelompok Ilmiah Remaja SMA 13 Jakarta

-Kadiv Syiar Sie Rohani Islam SMA 13 Jakarta

-Anggota Teater Seroja

-Anggota Fisheries Diving Club, FPIK, IPB

-Dewan Evolusi UKM Uni Konservasi Fauna-IPB

-Kesekretariatan UKM Uni Konservasi Fauna-IPB

-Anggota Forces IPB

Prestasi :

-Juara I Lomba Cerdas Cermat SMP Agama Islam se-Kota Madya Jakarta Utara

-Juara I Lomba Regu Berprestsi Pramuka SMP se-Jakarta

(Muhammad Bahrun Rohadi)

Page 16: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS II

Nama Lengkap : Fahmi Rahmansyah

Tempat, Tanggal lahir : Cirebon, 6 Oktober 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Jl. Bandung Ungu No. 1A BTN Kalijaga Permai Timur

Cirebon 45144

HP/e-mail : +6285710258535 / [email protected]

Riwayat Pendidikan :

SDN Kalijaga Permai Cirebon 1996-2002

SMPN 1 Cirebon Cirebon 2002-2005

SMAN 1 Cirebon Cirebon 2005-2008

Ilmu dan Teknologi Kelautan, IPB Bogor 2008-sekarang

Pengalaman Organisasi :

No

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Organisasi/kepanitiaan

Pramuka SMP

Pramuka SMA

Paskibraka SMA

Jurus Kalam Suci (JKS)

Marine Goes to School

Fieldtrip Osenografi Umum

PORIKAN

Fieldtrip Biologi Laut

BEM-FPIK IPB

Dewan Formatur ITK

Bina Desa FPIK

Posisi

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Sie. Humas

Sie. Logstran

Sie. Logstran

Ketua

Sie. Sosling

Anggota

Kadiv Logstran

Tahun

2002-2005

2005-2008

2005-2008

2006-2008

2010

2009

2010

2009

2009-2010

2010- sekarang

2010

Prestasi : -

(Fahmi Rahmansyah)

Page 17: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS III

Nama Lengkap : Muhammad Sudibjo

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 17 September 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Kp. Masjid Tanah 80 No.21 Rt 008/09

Klender, Jaktim

HP/e-mail : +085780798874/ [email protected]

Riwayat Pendidikan :

-SDN 05 Malaka Jaya, Jakarta 1997-2003

-SLTPN 139 Jakarta 2003-2006

-SMAN 50 Jakarta 2006-2009

-Ilmu dan Teknologi Kelautan, IPB Bogor 2009-sekarang

Pengalaman Organisasi :

No

1

2

3

4

5

6

7

Organisasi/kepanitiaan

Rohis SMP

Rohis SMA

OSIS SMA

PB SMA

Fieldtrip Osenografi Umum

DPM C IPB

Lokakarya DPM C

Posisi

Anggota

Anggota

Anggota pembantu

Anggota

PDD

Komisi Eksternal

Kadiv.Acara

Tahun

2003-2006

2006-2004

2006-2008

2007-2009

2010

2010-2011

2011

Prestasi :

-Juara 2 lomba pitaloka SMAN 50

-Juara 3 cerdas cermat Bhs. Inggris SMAN 50

(Muhammad Sudibjo)

Page 18: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DOSEN PENDAMPING

Nama lengkap :Beginner Subhan S.Pi, M.Si

Tempat/Tanggal lahir : Sungai Geong,18 Januari 1980

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat rumah/telepon : Jl. Bambu Ori iV No. 22 Yasmin /(0251)8400578

Instansi Tempat kerja : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Jabatan : Asisten ahli lab Biologi Laut

Riwayat pendidikan : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,

Sarjana 2003

Riwayat Pekerjaan :

-2005-Sekarang Staf Pengajar mata kuliah Widya selam, ITK IPB

-2005-Sekarang Staf Pengajar mata kuliah Biologi Laut, ITK IPB

-2005-Sekarang Staf Pengajar mata kuliah Ekologi Laut Tropis, ITK IPB

Keangotaan Profesi : POSSI, Ikatan sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI)

Pelatihan : Selam (two star scuba diver)

Pengalaman Riset : -RUT XII -RUI 2007

-Hibah Bersaing 2006 -Hibah Pasca 2005

Publikasi ilmiah : 3 prosiding (Nasional) dalam Jurnal/prosiding

Buku/Diktat : 1 Diktat mata kuliah Biologi Laut

Dosen Pendamping

(Beginer Subhan S.Pi M.Si.)

Page 19: Penentuan Posisi Eutrofikasi Dalam Upaya Mendukung Sea