bayi preterm bblr hipotermi suspek sepsis

22
BAYI PRETERM (KMK), BBLSR, HIPOTERMI, SUSPEK SEPSIS PENDAHULUAN Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan menggunakan skor Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah : Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, masalah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul yang berkaitan dengan berat badan lahir rendah. (1) (2) (3) 1

Upload: itii-diah

Post on 07-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pediatri

TRANSCRIPT

BAYI PRETERM (KMK), BBLSR, HIPOTERMI, SUSPEK SEPSIS

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 35 tahun digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi. Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat.Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero (antenatal), pada waktu persalinan (intranatal), atau setelah lahir dan selama periode neonatal (pasca natal).Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh janin. Infeksi yang didapat saat persalinan terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau dari cairan vagina, tinja, urin ibu. Semua infeksi yang terjadi setelah lahir disebabkan oleh pengaruh lingkungan. (3)Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum: Ibu demam sebelum dan selama persalinan Ketuban Pecah Dini Persalinan dengan tindakan Timbul asfiksia pada saat lahir BBLRSepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Diagnosis infeksi neonatal didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium). Salah satu panduan yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal bahkan yang berlanjut menjadi sepsis tertera pada Tabel 1. (5)Kategori AKategori B

Kesulitan bernapas (misalnya, apnea, napas lebih dari 30 kali per menit, retraksi dinding dada, grunting pada waktu ekspirasi, sianosis sentral) Kejang Tidak sadar Suhu tubuh tidak normal (tidak normal sejak lahir dan tidak memberi respons terhadap terapi atau suhu tidak stabil sesudah pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih, menyokong diagnosis sepsis) Persalinan di lingkungan yang kurang higienis (menyokong kecurigaan sepsis) Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis (menyokong kecurigaan sepsis) Tremor Letargi atau lunglai Mengantuk atau aktivitas berkurang Iritabel atau rewel Muntah (menyokong kecurigaan sepsis) Perut kembung (menyokong kecurigaan sepsis) Tanda klinis mulai tampak sesudah hari ke empat (menyokong kecurigaan sepsis) Air ketuban bercampur mekonium Malas minum sebelumnya minum dengan baik (menyokong kecurigaan sepsis)

Pada kasus ini, faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya sepsis neonatal adalah BBLR dan bayi prematur. Hal ini karena mekanisme daya tahan tubuh neonatus masih imatur sehingga memudahkan invasi mikroorganisme, sehingga infeksi mudah menjadi berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari bila tidak mendapat pengobatan yang tepat. (2)Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk memeperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman Gram positif maupun negatif. Tergantung pola dan resistensi kuman dimasing-masing rumah sakit. Biasanya antibiotik yang dipilih adalah golongan ampisilin/kloksasilin/vankomisin dan golongan aminoglikosid/sefalosporin. (2)Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5C pada pengukuran suhu melalui ketiak. Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi, maupun pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi baru lahir yang benar. Pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir sangat penting untuk kelangsungan hidup dan mencegah terjadinya hipotermia.Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, kutis marmorata, pucat, takipne atau takikardia. Sedangkan hipotermi hipotermi yang berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, distress respirasi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemi, defek koagulasi, sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal akut, enterokolitis nekrotikan, dan pada keadaan yang berat akan menyebabkan kematian. (2)BBL dapat mengalami hipotermi melaui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. :1. Penurunan produksi panasHal ini dapat disebabaknan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria. (2)2. Peningkatan panas yang hilangTerjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara :a. RadiasiYaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin. (3)b. KonduksiYaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses penimbanganc. KonveksiTransfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa : bayi yang diletakkan di dekat pintu/jendela terbuka, inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.d. EvaporasiPanas terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah lahir, atau pada waktu dimandikan. (2)

3. Kegagalan termoregulasi Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan karena kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab keadaan hipoksia intrauterinatau saat persalinanpost partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/anestesi) dapat menekan respon imunologik bayi dlam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dan dapat menjadi hipotermi atau hipertermi. (2)Hipotermi pada BBL adalah suhu dibawah 36,5oC yang dibagi atas : hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5 oC, hipotermia sedang yaitu suhu antara 32-36 oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32 oC. (4)Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal, atau kulit. (3)Tabel 2. Klasifikasi Hipotemi AnamnesisPemeriksaanKlasifikasi

Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah. Waktu timbulnya kurang dari 2 hari. Suhu tubuh 32 C 36.4 C Gangguan napas Denyut jantung kurang dari 100 kali/menit Malas minum LetargiHipotermia sedang

Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah Waktu timbulnya kurang dari 2 hari Suhu tubuh < 32 C Tanda lain hipotermia sedang Kulit teraba keras Napas pelan dan dalamHipotermia berat

Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan Suhu tubuh berfluktuasi antara 36 C 39 C meskipun berada di suhu lingkungan yang stabil Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabilSuhu tubuh tidak stabil (lihat Dugaan sepsis)

Penatalaksanaan unuk hipotermia sedang adalah :1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.2. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).3. Bila ibu tidak ada:a. Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu;b. Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.c. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.4. Anjurkan Ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.5. Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (mis. gangguan napas, kejang) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.6. Periksa kadar glukose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia.7. Nilai tanda bahaya, Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5 C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.8. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0.5 C/jam, cari tanda sepsis.9. Setelah suhu tubuh normal:a. Lakukan perawatan lanjutan.b. Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah. (2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi edisi I. Jakarta: IDAI, 2008.2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4. Jakarta: EGC, 1998.4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI. Bayi Berat Lahir Rendah. Palu: Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA, 2012.5. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R, Arvin, AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta: EGC, 2000.

10