proposal hipotermi

61
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga khususnya ibu memiliki peran penting dalam merawat dan mengasuh bayinya dengan baik. Perawatan ibu pada bayi baru lahir sangat berdampak pada kualitas dan pertahanan hidup bayi baru lahir dan bila ibu tidak melakukan perawatan dengan baik maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Saat ini masih banyak ibu postpartum primipara yang belum bisa merawat bayinya dengan baik karena beberapa faktor misalnya karena kurang pengetahuan dan kurangnya pengalaman dalam merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir atau keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir (liang vagina) atau melalui tindakan medis dalam kurun waktu 0- 28 hari. Segara setelah lahir, bayi harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami

Upload: eka

Post on 18-Dec-2015

93 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

propo

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKeluarga khususnya ibu memiliki peran penting dalam merawat dan mengasuh bayinya dengan baik. Perawatan ibu pada bayi baru lahir sangat berdampak pada kualitas dan pertahanan hidup bayi baru lahir dan bila ibu tidak melakukan perawatan dengan baik maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Saat ini masih banyak ibu postpartum primipara yang belum bisa merawat bayinya dengan baik karena beberapa faktor misalnya karena kurang pengetahuan dan kurangnya pengalaman dalam merawat bayi baru lahir.Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir atau keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir (liang vagina) atau melalui tindakan medis dalam kurun waktu 0-28 hari. Segara setelah lahir, bayi harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi ke lingkungan eksterna yang dingin, diantaranya ialah perubahan sistem termal pada bayi (Wiknjosastro, 2007). Menurut Ladewig (2006) pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologig mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan dramatis ini bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil. Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan bila bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan basah dalam suhu kamar 25C bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi dan radiasi sebanyak 200 kal/kg BB/ menit. Jika hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2C dalam waktu 15 menit dan kejadian ini sangat berbahaya untuk neonatus karena hal ini sangat beresiko bayi baru lahir mengalami hipotermi (Wiknjosastro, 2007). Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Jika seorang bayi kedinginan akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis (Marmi & Rahardjo, 2012).

Menurut Syafrudin (2009) pencegahan hipotermi merupakan komponen asuhan neonatus dasar agar bayi baru lahir tidak mengalami hipotermi. Hipotermi terjadi jika suhu tubuh dibawah 36,50C (suhu normal pada neonatus adalah 36,50C-37,50C) pada pengukuran suhu melalui ketiak. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Millenium Development Goalds (MDGs) dibidang kesehatan salah satunya adalah upaya untuk menurunkan angka kematian bayi. Menurut hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), angka kematian bayi di Indonesia adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup, padahal target MDGs di tahun 2015 adalah angka kematian bayi di Indonesia menjadi 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Singapura (3 kematian per 1000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 kematian per 1000 kelahiran hidup), Malaysia (10 kematian per 1000 kelahiran hidup), Vietnam (18 kematian per 1000 kelahiran hidup), dan Thailand (20 kematian per 1000 kelahiran hidup). Angka kematian bayi yang terjadi pada periode neonatal sekitar (78,5%) dan terjadi pada umur 0-6 hari. Penyebab kematian neonatal adalah, gangguan atau kelainan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%), Sepsis (12%), Hipotermi (6,3%), kelainan darah atau Ikterus (5,6%), Post Matur (2,8%), kelainan kongenital (1,4 %) (Depkes, 2010).Penelitian yang dilakukan oleh Marmi dan Rahardjo (2012) menunjukan bahwa 50% kematian bayi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kesakitan dabahkan kematian, yang salah satunya karena hipotermi. Hipotermi akan menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan akhirnya akan menyebabkan kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan agar neonatus dapat menyesuaikan diri dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus sehingga neonatus dapat bertahan dengan baik.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Wates Yogyakarta di ruang Perinatologi terdapat 5 bayi yang mengalami hipotermi dalam rentang waktu 1 minggu. Saat dilakukan pengkajian pada 5 orang ibu postpartum yang sedang berada di ruang Perinatologi RSUD Wates, 5 Ibu postpartum tersebut mengatakan tidak mengerti tentang penurunan suhu tubuh (hipotermi) pada bayi baru lahir, akibat jika bayi baru lahir mengalami hipotermi dan cara mencegah agar bayi tidak mengalami penurunan suhu tubuh dibawah normal (hipotermi). Hal ini menunjukan bahwa jumlah ibu postpartum yang tidak mengetahui tentang cara mencegah agar bayi tidak mengalami hipotermi cukup tinggi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu postpartum untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.

B. Rumusan MsalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk megetahui Bagaimana gambaran pengetahuan ibu postpartum untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta?C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan UmumDiketahuinya gambaran pengetahuan ibu postpartum untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.

2. Tujuan Khususa. Diketahuinya Karakteristik ibu pospartum meliputi umur, pendidikan, pekerjaan di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.

b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang :1) Pengertian hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.2) Penyebab hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.3) Tanda dan gejala hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.4) Akibat hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.5) Pertolongan pertama pada bayi baru lahir jika mengalami hipotermi di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.6) Cara mencegah penurunan suhu tubuh pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta.

D. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan dalam lingkup ilmu keperawatan maternitas dan keperawatan anak yang menitikberatkan pada gambaran pengetahuan ibu postpartum untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta?E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan yang berkaitan dengan ilmu keperawatan maternitas dan keperawatan anak terutama tentang penurunan suhu tubuh (hipotermi) dan upaya upaya untuk mencegah agar bayi baru lahir tidak mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermi).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes YogyakartaMenambah bacaan dan dokumentasi mengenai penelitian keperawatan yang ada di perpustakaan khususnya tentang pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir.b. Bagi Bangsal Kenanga RSUD Wates yogyakarta

Dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya tentang penurunan suhu tubuh pada bayi (hipotermi) dan pencegahan penurunan suhu tubuh (hipotermi) pada bayi baru lahir

c. Bagi ibu postpartum

Dapat dijadikan bahan bacaan dan untuk menambah pengetahuan khususnya tentang penurunan suhu tubuh pada bayi (hipotermi) dan pencegahan penurunan suhu tubuh (hipotermi) pada bayi baru lahir.F. Keaslian PenelitianSepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul gambaran pengetahuan ibu postpartum untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir di Bangsal Kenanga RSUD Wates Yogyakarta belum pernah dilakukan. Penelitian yang berhubngan dilakukan oleh:1. Fitrianingsih (2012), dalam penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tenaga Kesehatan dalam Pencegahan Hipotermi pada BBL di RSUD Caruban Kabupaten Madiun jenis dan desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional. Peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap tenaga kesehatan dalam pencegahan hipotermi pada BBLR dengan keeratan hubungan yang cukup. Persamaannya dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pencegahan hipotermi tetapi perbedaannya pada jenis dan desain penelitian dan subyek penelitian. jenis dan desain penelitian yang digunakan oleh Fitrianingsih adalah metode penelitian deskriptif analitik sedangkan yang akan digunakan peneliti adalah metode penelitian survey deskriptif. Subyek penelitian yang digunakan oleh Fitrianingsih adalah tenaga kesehatan sedangkan subyek penelitian yang ingin peneliti gunakan adalah ibu postpartum primipara.2. Widowati (2013), dalam penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir Pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang metode yang digunakan adalah penlitian survey deskriptif. Peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang memandikan bayi baru lahir yaitu dengan pengetahuan baik sebanyak (3,7%), pengetahuan cukup sebanyak (66,7%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (29,6%). Persamaannya dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengetahuan ibu postpartum tetapi perbedaannya pada variabel penelitian. Variabel penelitian yang dilakukan oleh nWidowati adalah Cara Memandikan Bayi Baru Lahir sedangkan variabel yang akan peneliti teliti ada pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2010).b. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari/rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.2) Memahami (comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menjelaskan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan meteri yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)Sintetis menunjukan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.c. Pengukuran pengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas ( Notoamodjo, 2010 ). Pengukuran pengetahuan Perhitungannya menggunakan rumus yang dikemukakan Setiadi (2007)

Keterangan

P = prosentase

F = Jumlah perolehan skor

N = Jumlah skor maksimumKemudian hasil perhitungan prosentase jawaban kuesioner akan dikategorikan menurut skala ordinal menjadi 3 kategori, yaitu apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 76%-100% maka dikategorikan baik, jika mampu menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 56%-75% dikategorikan cukup, jika mampu menjawab pertanyaan dengan benar kurang dari 56% dikategorikan kurang (Setiadi, 2007).d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) meliputi :1) Faktor Internala) PendidikanPendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan nonformal (Erfandi, 2009).b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan mempengaruhi kesibukan, status ekonomi dan mempengaruhi akses untuk memperoleh pengetahuan. Orang yang bekerja biasanya mempunyai wawasan luas dibandingkan yang tidak bekerja. Hal ini dipengaruhi interaksi sosial yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuaatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kepercayaan masyarakat menunjukan bahwa seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan menjadi pengalaman dan kematangan jiwa.

Umur juga berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan situasi baru seperti mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogi dan berpikir kreatif, mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan (Soekanto, 2007). Bertambahnya umur seseorang akan meningkatkan pula pengalamannya.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap masyarakat dalam menerima informasi.

Interaksi sosial yang baik dapat meningkatkan pengalaman dan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

2. Bayi Baru Lahira. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu (Wong, 2004).

b. Ciri-ciri bayi baru lahir

Menurut Arief dan Sari (2009), ciri-ciri bayi baru lahir meliputi:

1) Suhu 36,50C - 370C.

2) Berat badan 2500 - 4000 gram.

3) Panjang badan 48 - 52 cm.

4) Lingkar dada 30 - 38 cm.

5) Lingkar kepala 33 - 35 cm.

6) Frekuensi jantung 120 160 kali/menit.

7) Pernafasan 40 60 kali/menit.

8) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

9) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

10) Kuku agak panjang.

11) Genitalia

Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.

Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

12) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

13) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

14) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.

15) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

3. Hipotermi

a. Pengertian

Menurut Syafrudin (2008) hipotermi terjadi jika suhu tubuh bayi dibawah 36,50C dimana suhu normal pada neonatus adalah 36,50C-37,50C. Suhu diukur melalui ketiak. Pada dasarnya berkat Rahmat Tuhan bayi baru lahir dibekali kemampuan mempertahankan suhu tubuh yang normal. Secara medis kondisi ini diistilahkan sebagai homeoterm. Meskipun bayi kedingian, tubuh bayi sebenarnya sudah berusaha untuk menyeimbangkan panas yang hilang dengan suhu tubuhnya sendiri. Namun, bila perbedaan itu terlalu ekstrim, sehingga tak ada lagi kemampuan bayi untuk mengupayakan keseimbangan suhu tubuh, terjadilah yang disebut hiportermi (Sudilarsih, 2009).

Kehilangan panas tubuh yang terlalu cepat dapat mengakibatkan trauma dingin yang dapat menimbulkan keadaan tampak seperti orang mati (letargi), napas dangkal bahkan ireguler, serta jantung mengalami bradikardia. Semua gejala ini merupakan upaya kompensasi agar metabolisme tubuh tidak terlalu meningkat sehingga kehilangan panas tubuh bayi dapat dikendalikan (Manuaba, 2008)Pada manusia dewasa, terjadi proses fisik saat kedinginan, yakni menggigil. Saat menggigil inilah tubuh sebenarnya sedang berusaha menaikan suhu dengan sendirinya. Meski kemampuan fisik ini belum dimiliki bayi, tapi bayi mempunyai kemampuan metabolik, yakni adanya brown fat di beberapa bagian tubuhnya, misalnya di leher bagian belakang, di punggung, dan di ketiak. Brown fat inilah yang secara metabolik mampu menaikan suhu tubuh (Sudilarsih, 2009)

Menurut Syafrudin (2009) bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:1) Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.

2) Permukaan tubuh bayi relatif luas.

3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

4) Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan

b. Penyebab hipotermiMenurut Marmi dan Rahardjo (2012) penyebab terjadinya hipotermi pada bayi, antara lain:

1) Jaringan lemak subkutan tipis.

2) Perbandingan luar permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3) Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4) Bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.

5) Kurangnya pengetahuan pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.

Bayi baru lahir usia 0-6 hari dengan berat badan 1500-2500 gram membutuhkan suhu ruangan 32,80C - 33,80C. Kebutuhan akan kehangatan ini makin turun seiring dengan bertambahnya usia. Bayi usia 5-6 minggu suhu ruang yang dibutuhkan adalah 29,00C - 31,80C dan seterusnya. Kondisi ini disebut netral termal yakni suhu lingkungan yang netral (Sudilarsih, 2009).

Manfaat bagi bayi yang berada di lingkungan dengan suhu netral adalah bisa melakukan metabolisme secara minimal. Kadar informasi, energi pemanasan ini dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Jadi, makin minimal metabolismenya, makin pesat pertumbuhannya. Sebaliknya, bila energinya habis untuk pemanasan, maka pertumbuhannya akan terganggu (Sudilarsih, 2009).Pada prinsipnya cara mengenali apakah suhu ruangan cukup hangat untuk bayi atau tidak, bisa dengan membandingkan dengan orang dewasa. Bila orang dewasa cukup dingin, maka bayi pun akan merasa kedinginan. Ada 4 penyebab hipotermi menurut Sudilarsih (2009) yaitu :

1) Radiasi

Panas tubuh akan keluar dengan sendirinya karena pengaruh lingkungan, misalnya tidur di dekat jendela.

2) Evaporasi Terjadinya penguapan panas tubuh, misalnya karena kepanasan dan tubuh bayi menjadi berkeringat, bila keringat bayi tidak segera dilap bisa menyebabkan terjadinya penguapan. Tubuh bayi akan terasa dingin ( anyep, dalam bahasa jawa ) sebagai pertanda terjadinya hipotermi.

3) Konveksi Posisi tempat tidur yang dekat dengan pintu, blower AC, atau dimana banyak angin bertiup juga bisa menjadi penyebab terjadinya hipotermi.

4) Konduksi Kontak bayi dengan benda yang dingin, misalnya tempat tidurnya tidak diberi alas yang hangat atau disentuh tangan orang dewasa yang dingin bisa menyebabkan hipotermi.c. Gejala Hipotermi

Gejala hipotermi menurut Manuaba (2008) diantaranya adalah kaki teraba dingin, refleks menghisap kurang, letargi, menangis lemah/merintih.

Menurut Sudilarsih (2009) Gejala-gejala hipotermi diantaranya :

1) Telapak tangan dan kaki terasa dingin. Orang tua bisa mengenali kalau dingin yang dirasakan ini lebih dingin dari biasanya.

2) Pembuluh darah menyempit sehingga bayi terlihat pucat.

3) Terlihat lemah dan tangisnya lirih. Bila kondisi tersebut terus dibiarkan, maka gejala yang lebih berat adalah penyempitan pembuluh darah di paru-paru, sehingga menyebabkan bayi kesulitan bernafas bahkan berhenti nafas.4) Tubuhnya kelihatan membiru.

5) Denyut jantung terasa melemah.

Selain gejala hipotermi yang sudah dijelaskan di atas,ada beberapa hal menurut Sudilarsih (2009) yang orang tua harus tahu yaitu :1) Panas tubuh yang keluar dari kepala bayi sebesar 12 % dari seluruh permukaan tubuh. Bandingkan dengan orang dewasa yang hanya 2 %, karenanya, memakaikan topi bayi sangat penting, apabila udara terasa dingin. Topi bayi yang disarankan adalah topi yang terbuat dari rajutan benang wool karena mampu menyimpan panas tubuh.2) Orang tua bayi-bayi yang tinggal didaerah dingin, seperti puncak, lembang, atau malang harus lebih waspada.

3) Gunakan air hangat tiap kali memandikan bayi dan segera keringkan tubuh bayi yang basah.4) Pastikan bayi tidur di tempat yang hangat, tidak dekat jendela/pintu, dan posisinya tidak didepan kipas angin atau AC.

d. Akibat hipotermi

Akibat yang dapat ditimbulkan hipotermi menurut Marmi dan Rahardjo (2012) meliputi :

1) Hipoglikemia asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob.

2) Kebutuhan oksigen meningkat.

3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

5) Apnea

6) Perdarahan intra ventrikuler.

Menurut Manuaba (2008) hipotermi dapat menyebabkan asidosis, hipoglikemi, edema, sklerema, perdarahan (terutama perdarahan paru), ikterus, gangguan fungsi jantung, serta gagal tumbuh. Pernapasan yang dangkal khususnya pada bayi prematur menyebabkan terjadi timbunan CO2 dalam darah dan hasil metabolisme anaerob sehingga menimbulkan keadaan asidosis yang akhirnya menyebabkan kematian bayi (Manuaba, 2008).

Menurut Manuaba (2008) faktor timbulnya asidosis adalah sebagai berikut:

1) Kesalahan perawatan bayi segera setelah lahir.

2) Bayi dipisahkan dengan ibunya setelah lahir.

3) Berat badan lahir rendah dan bayi prematur yang lemak subkutannya kurang.

4) Kondisi ruang bersalin dan lingkungannya yang dingin.

5) Usia bayi saat dirujuk.

6) Prosedur penghangatan bayi yang kurang adekuat sebelum dan selama perjalanan.

7) Asfiksia, hipoksia dan penyakit lain pada bayi.

e. Pertolongan pertama jika terjadi hipotermi

Menurut Sudilarsih (2009) pertolongan pertama yang harus dilakukan jika bayi mengalami gejala hipotermi seperti telapak tangan dan kaki terasa dingin, orang tua bisa melakukan pertolongan pertama dengan cara :

1) Skin to skin contact. Menggendong dengan cara yang tepat dan adanya sentuhan dari kulit ke kulit (Skin to skin contact) dipercaya bisa menaikan suhu tubuh bayi.2) Ukur suhu tubuh bayi. Pengukuran suhu tubuh bayi menggunakan termometer yang tepat akan bisa memastikan suhu tubuh bayi. Caranya dengan memasangkan termometer selama 5 menit di ketiak bayi, suhu normal seharusnya 36,5-37,5 0C. Bila kurang dari angka tersebut, segera bawa ke dokter.

3) Pastikan kondisi lingkungan. Segera pastikan kondisi di lingkungan sekitarnya, apakah kamarnya terlalu dingin, AC menyembur terlalu kencang, tempat tidurnya dingin, dan sebagainya. Bila ada salah satunya segera tangani.

4) Segara ganti bila baju bayi basah. Bila baju bayi basah oleh keringat atau popoknya basah oleh ompol, segera ganti. Namun, bila dirasa kondisinya tidak segera membaik dan bayi masih teraba dingin atau orang tua khawatir tidak bisa menanganinya dengan tepat, sebaiknya segera dibawa ke RS terdekat.Dirumah sakit dokter akan melakukan penanganan sebagai berikut :

1) Memonitor tanda-tanda vital seperti pernafasan. Denyut nadi, kadar oksigen, dan sebagainya.2) Tekanan darah terus dipantau.3) Jumlah urin output terus dipantau.4) Bila dikhawatirkan terjadi hipoglikemi, dokter akan memberikan infus glukosa.f. Menurut Marmi dan Rahardjo (2012) perawatan bayi hipotermi diantaranya adalah :1) Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.

2) Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.3) Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas karena bisa menyebabkan luka bakar.

4) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap ASI, beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 mg/kg per hari.

g. Perawatan bayi hipotermi

Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), perawatan bayi hipotermi meliputi :

1) Bayi cukup bulan.a) Letakkan bayi baru lahir pada radiant warmer.b) Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.c) Tutup kepala bayi.d) Bungkus tubuh bayi segera.e) Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin dan bisa langsung diberikan ASI.2) Bayi sakit.a) Seperti prosedur diatas.b) Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil.3) Bayi kurang bulan.a) Seperti prosedur diatas.

b) Masukan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warmer dengan servo controle4) Bayi sangat kecil

a) Dengan radiant warmer yang diatur dimana suhu kulit 36,5 0C, tutup kepala, kelembaban 40-50%, dapat diberi plastik pada radiant warmer, dengan servo controle suhu kulit abdomen 36,5 0C.

b) Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan)

c) Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.

h. Pencegahan bayi hipotermi1) Menurut Manuaba (2008) ada beberapa tindakan pencegahan hipotermi diantaranya adalah :

a) Siapkan ruang yang cukup hangat.

Berat lahir (Kg)

Suhu ruangan

1,0-1,5

34-350C

1,5-2,0

32-340C

2,0-2,5

30-320C

>2,5

28-300C

b) Bayi dengan asfiksia, gawat napas, atau sepsis membutuhkan suhu ruang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat yang sama tanpa masalah.

c) Gunakan pemanas radian hanya selama resusitasi.

d) Bayi segera dikeringkan setelah lahir dengan handuk bersih dan lembut. Jangan memandikan bayi kecil segera setelah lahir, lebih baik ditunda. Jangan hilangkan verniks. Tutup kepala dengan handuk bersih dan kering.

e) Berikan bayi ke dada ibunya dan selimuti keduanya.

f) Khusus bayi kecil (BBLR), lakukan perawatan bayi lekat (PBL) dengan metode kanguru bila kondisi bayi sudah stabil.

g) Susui bayi dalam 30 menit setelah lahir.2) Pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir menurut Depkes (2010), meliputi:a) Ruangan bersalin yang hangat.Suhu ruangan minimal 25 0C. Tutup semua pintu dan jendela.b) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan kain yang kering

c) Letakkan bayi didada atau perut ibu agar ada kotak kulit ibu ke kulit bayi.

Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.

d) Inisiasi menyusu dini

Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

e) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas. Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan bayi harus menggunakan topi di kepalanya. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian kepala tidak tertutup.f) Jangan segara menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau bersih dan kering

g) Rawat gabung

Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Penempatan bayi didekat ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat dan akan mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

h) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat.Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat.i) Transportasi hangat.Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan.j) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga.

Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermi meliputi tanda-tanda dan bahayanya.i. Mempertahankan suhu normal bayi.

Bayi akan mudah mengalami hipotermi dan untuk menghangatkan kembali membutuhkan waktu yang lama. Resiko komplikasi dan kematian meningkat secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal. Menurut Sudarti (2010) cara mempertahankan suhu normal bayi meliputi :

1) Prinsip umumnyaa) Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat, Walaupun dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila pasang jalur infus intravena, atau selama resusitasi degan cara: Memakai pakaian dan mengenakan topi, bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan diselimuti, buka bagian tubuh yang diperlukan untuk memantau atau tindakan.

b) Rawat bayi kecil diruang hangat (tidak kurang 25 0C dan bebas dari aliran angin).c) Jangan letakan bayi dengan benda yang dingin ( misal dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau dibawah pemancar panas.d) Jangan letakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (misal alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).

e) Pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat.

f) Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (misal menggunakan pemancar panas).g) Ganti popok setiap basah.h) Bila ada suatu yang basah ditempelkan di kulit (misal kain kasa yang basah), usahakan agar bayi tetap hangat.i) Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.2) Pengukuran suhu tubuh

Pengukuran suhu tubuh pada bayi baru lahir sangatlah penting karena bayi baru lahir mudah sekali mengalami hipotermi, sehingga diperlukan pemantauan suhu yang ketat sesuai tabel 1 dibawah iniTabel 1. Pengukuran Suhu Tubuh

Keadaan bayiBayi sakitBayi kecilBayi sangat kecilBayi keadaan membaik

Frekuensi pemgukuranTiap jamTiap 12 jamtiap 6 jamSekali sehari

3) Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada 5 yaitu

a) Kontak kulit dengan kulit

b) Kanggaro mother care (KMC)

c) Pemancar panas

d) Inkubator

e) Ruangan yang hangatTabel 2. Cara Menghangatkan Bayi

Cara Petunjuk

Konta kulit Untuk semua bayi

Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, menghangatkan hipotermi (32-36,4 0C) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan

KMC Untuk menstabilkan bayi dengan badan